• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah Pembelajaran Langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah Pembelajaran Langsung"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan prasarana pendidikan lainnya, dan peningkatan mutu manajemen pendidikan sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang merata. Menurut Piaget (dalam Nasution, 2000) mengemukakan bahwa, proses berpikir manusia berkembang secara bertahap, dari berpikir konkrit ke abstrak melalui 4 periode. Keempat periode tersebut adalah (a) periode sensori motor (0-2 tahun), (b) periode pra operasional (2-7 tahun), (c) periode operasi konkrit (7-12 tahun), dan (d) periode operasi formal (11-12 tahun ke atas). Dari tahap perkembangan tersebut nampak bahwa pembelajaran yang diberikan kepada siswa di Sekolah telah berada pada tingkat pemikiran operasi formal. Pelajaran IPA adalah pelajaran tertinggi, terpenting

(2)

dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.

Tilaar yang dikutip Mulyasa (2002: 20) mengemukakan bahwa: Pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada tujuh masalah pokok sistem pendidikan nasional: (1) menurunnya akhlak dan moral peserta didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, (4) status kelembagaan, (5) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan (6) sumber daya yang belum profesional.

(3)

Menurut Soedjadi (1992) bahwa bukan sesuatu yang mustahil rendahnya hasil belajar dikarenakan materi kurikulum yang terlalu berat, metode pembelajaran yang tidak tepat, sarana pembelajaran yang tidak mendukung, atau lingkungan sekolah yang tidak memungkinkan proses pembelajaran berjalan normal. Misalnya, perpustakaan sederhana, dan sarana laboratorium yang dimiliki kurang memadai. Akibat keterbatasan-keterbatasan tersebut sebagian besar pembelajaran dilaksanakan secara tradisional/konvensional, sehingga dalam waktu relatif singkat dapat menyajikan dan menyelesaikan bahan ajar yang cukup banyak melalui ceramah. Hal ini menyebabkan pelajaran IPA termasuk pelajaran yang kurang diminati siswa.

(4)

terbimbing dan latihan mandiri. Ini berarti siswa akan mendapat informasi yang jelas dalam mempelajari suatu materi pelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo yang mengikuti pembelajaran langsung praktek IPA? 2. Bagaimana respon siswa kelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo

dalam pembelajaran langsung praktek IPA?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo yang mengikuti pembelajaran langsung praktek IPA 2. Mengetahui respon siswa kelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo

dalam pembelajaran langsung praktek IPA

D. Batasan Istilah Penelitian

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

(5)

pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola bertahap, selangkah demi selangkah.

Hasil Belajar Siswa adalah tingkat pencapaian belajar, yang diukur dari skor yang diperoleh berdasarkan tes hasil belajar kognitif dan psikomotor setelah mengikuti pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi kepada guru IPA di SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo tentang keefektifan pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran langsung.

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru IPA di SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo dalam menentukan alternatif pembelajaran IPA

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis pertama berbunyi :

Ha : Ada peningkatan hasil belajar siswakelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo yang mengikuti pembelajaran langsung praktek IPA Ho : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswakelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo yang mengikuti pembelajaran langsung praktek IPA

(6)

Ha : Siswa kelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo mempunyai respon yang positif dalam pembelajaran langsung praktek IPA

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran

Menurut Hudojo (1988: 107) pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan informasi, memerintah, atau membiarkan siswa belajar sendiri, melainkan memberikan kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, menalar, menebak, bertanya, dan bahkan berdebat sehingga mereka mempunyai kebiasaan untuk belajar.

(8)

B. Pengertian Belajar

Nasution (1982: 39) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Perubahan tersebut bukan hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, penghargaan, pengertian dan minat. Pada prinsipnya perubahan itu meliputi segala aspek organisma atau proses pribadi seseorang. Pendapat senada dikemukakan oleh Winkel (1989: 9) yang dikutip oleh Kuswardi bahwa belajar adalah suatu respon mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Menurut Rusyan, dkk (1989: 9) belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dalam arti luas meliputi pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat, penghargaan dan sikap. Dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu respon untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku yang lebih baik.

(9)

C. Model Pembelajaran Langsung 1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Arend (1997: 7) mempunyai dua alasan penting yaitu (1) model mempunyai maksud yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur, (2) model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting.

Sedangkan Soekamto, dkk (1996: 78) menyatakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan respon belajar mengajar. Jadi, yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

2. Pengertian Pembelajaran Langsung

(10)

prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah.

Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang pemusatannya pada guru dan disajikan dalam lima tahap, yaitu: (1) penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa; (2) mendemonstrasikan ilmu pengatahuan dan keterampilan; (3) pemberian latihan terbimbing; (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; (5) pemberian perluasan latihan mandiri. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran langsung adalah suatu pembelajaran yang bertumpu pada prinsip-prinsip perilaku dan teori belajar sosial yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah.

3. Pembelajaran Langsung

1. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan Mempersiapkan siswa Seorang guru yang baik selalu mengawali pembelajarannya dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk belajar. Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi siswa untuk berpartisipasi/berperan serta dalam pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan

(11)

mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pembelajaran. Guru yang baik, akan mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menampilkannya melalui OHP atau tulisan dipapan tulis.

b. Menyiapkan siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pembicaraan pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Menyiapkan siswa pada awal pembelajaran merupakan suatu kegiatan yag amat penting sebab pada saat siswa masuk kelas dan mengawali pembelajaran seribu satu pikiran terbawa serta kedalam kelas. Pikiran-pikiran semacam ini perlu dihilangkan dari benak siswa dan diupayakan agar siswa dapat berkonsentrasi penuh pada pokok pembicaraan. Kegiatan ini sekaligus memotivasi siswa berperan penuh pada proses pembelajaran. Setiap guru mempunyai cara tersendiri untuk menyiapkan dan memotivasi siswa. Guru yang berhasil tidak pernah meninggalkan kegiatan ini.

2. Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

(12)

adalah kejelasan informasi dan mengikuti langka- langkah demonstrasi yang efektif.

a. Menyampaikan informasi yang jelas

Kemampuan guru untuk menyampaikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Bila informasi yang diberikan oleh guru rancu atau membingungkan siswa, hal ini dapat disebabkan oleh guru tidak menguasai pokok bahasan yang akan diajarkan dan tidak menguasai teknik komunikasi yang baik.

b. Melakukan demonstrasi

Pembelajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari dari mengamati orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan tingkah laku siswa. Jelaslah bahwa belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindarkan siswa belajar melalui trial and error. Tetapi perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang tidak sesuai atau salah. Agar guru dapat melakukan demostrasi suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil maka guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

(13)

Untuk menjamin agar siswa mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi. Ini berarti bahwa jika guru menghendaki agar siswa siswinya dapat melakukan sesuatu yang benar, maka guru perlu berupaya agar sesuatu yang didemonstrasikan itu juga benar. Guru harus memahami dan menguasai konsep-konsep materi yang didemonstrasikan. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa siswa bertingkah laku yang tidak benar karena mencontoh tingkah laku orang lain yang tidak benar.

3. Memberikan Latihan Terbimbing

Salah satu langkah penting dalam pembelajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan latihan terbimbing yang gunanya untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan yang terdapat dalam LKS yang telah disiapkan guru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan pelatihan terbimbing adalah sebagai berikut.

a. Guru meminta siswa melakukan latihan terbimbing secara singkat dan bermakna. Jika keterampilannya kompleks, maka pada awal pembelajaran guru dapat menyederhanakan keterampilan tersebut.

(14)

c. Guru memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang atau bahkan salah. Di samping itu pada awal pelatihan pada umumnya siswa ingin mengetahui keberhasilannya.

4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik.

Fase ini guru memberikan memberikan beberapa pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis dan guru merespon terhadap jawaban siswa. Fase ini merupakan aspek penting dalam pembelajaran langsung, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Tanpa adanya umpan balik, siswa tidak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya atau kesalahannya, dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap. Yang menjadi permasalahan bagi guru adalah bagaimana memberikan umpan balik yang efektif untuk siswa yang jumlahnya banyak. Arends (1997: 86) menyarankan cara pemberian umpan balik sebagai berikut. a. Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah mereka melakukan latihan

atau sebelum mereka melupakan kesalahan yang baru. b. Upayakan umpan balik jelas dan spesifik.

c. Umpan balik ditujukan pada tingkah laku dan bukan pada kemauan sendiri.

d. Upayakan agar umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.

(15)

f. Jika memberikan umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana cara melakukannya dengan benar.

g. Bantulah siswa untuk memfokuskan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil.

h. Ajarkan siswa cara memberikan umpan balik kepada diri mereka sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya.

5. Memberikan Perluasan Latihan Mandiri

Pada fase ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan di rumah atau di luar jam pelajaran. Arends (1997) menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri sebagai berikut.

a. Pilih tugas mandiri yang dapat dilakukan oleh siswa di rumah dengan baik. Tugas di rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pertemuan berikutnya.

b. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah.

c. Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.

(16)

Analisis sistem berasal dari berbagai bidang pengetahuan, dan telah mempengaruhi pola pikir dalam bermacam-macam penelitian dan pengembangan, termasuk dalam bidang biologi, teori organisasi, teori sosial, dan proses belajar. Pada dasarnya analisis sistem adalah mempelajari hubungan yang terdapat pada komponen-komponen yang saling bergantung dan merupakan suatu kesatuan.

Di bidang pembelajaran, analisis sistem menekankan bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks menjadi komponen-komponen yang dapat diajarkan secara berurutan dan berhasil. Gagne dan Leslie Briggs (dalam Arend, 1997: 68) mengemukakan pandangannya tentang analisis sistem dalam bidang pendidikan sebagai berikut.

Pembelajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh terhadap perkembangan individu (manusia). Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa pendidikan akan sangat berhasil jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan responnya sendiri, tanpa adanya paksaan apapun. Gagne dan Briggs menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru. Pembelajaran yang tidak terarah, menurut mereka sangat memungkinkan terjadinya perkembangan pada banyak siswa menuju kearah ketidakmampuan memenuhi kepuasan pribadinya dari kehidupan masyarakat sekarang atau yang akan datang.

(17)

Prinsip yang paling penting dalam teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku seseorang berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan “memperkuat” perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan “memperlemah” perilaku. Berarti konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku yang serupa, dan sebaliknya yang tidak menyenangkan akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku yang serupa.

Penguatan atau hukuman yang diberikan adalah untuk merubah perilaku. Menurut teori belajar perilaku, memberikan konsekuensi penguatan atau hukuman sesegera mungkin akan lebih baik dan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku selanjutnya daripada diberikan dibelakang. Oleh karena itu, pemberian konsekuensi sesegera mungkin dalam proses pembelajaran itu penting, supaya kesalahan yang sama tidak dilakukan lagi oleh siswa. Seseorang melakukan suatu perilaku, dengan konsekuensi-konsekuensiyang tidak menyenangkan akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku yang serupa (Budayasa, 1998: 14).

Dalam pembelajaran langsung pemberian konsekuensi sesegera mungkin ini dapat diterapkan pada fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

3. Teori Belajar Sosial

(18)

belajar sosial merupakan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan penekanannya pada proses mental internal. Interaksi antara penguatan eksternal dan proses kognitif digunakan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dari orang lain.

Bandura (dalam Nur, 1997: 4) mengemukakan bahwa: ”sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Ada empat elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Keempat elemen tersebut adalah atensi, retensi, reproduksi, motivasi dan penguatan.

a. Atensi (perhatian)

Seseorang harus menaruh perhatian (atensi) agar dapat belajar melalui pengamatan. Dalam pembelajaran, guru harus menjamin agar siswa memberikan atensi kepada bagian penting dari pelajaran dengan melakukan presentasi yang jelas dan menggarisbawahi poin-poin penting. Dalam mendemonstrasikan suatu keterampilan yang kompleks, guru dapat meminta siswa untuk memperhatikan demonstrasi tersebut dari belakang dan memperhatikan dari atas pundak guru pada saat guru bekerja. Melihat tangan guru dari perspektif yang sama membuat pembelajaran melalui pengamatan lebih mudah.

b. Retensi (ingatan)

(19)

dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang bermakna baginya dan mengulangi secara kognitif.

Setelah memahami hal tersebut, guru yang memanfaatkan pembelajaran langsung dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa, guru dapat meminta siswa untuk membandingkan keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui, dan dapat dilakukannya.

2) Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, guru dapat menyediakan periode pelatihan yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental.

c. Reproduksi

Memberikan kesempatan praktek kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang baru mereka pelajari, merupakan hal yang penting. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru yang menggunakan pembelajaran langsung ialah melalui pemodelan korektif yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut.

(20)

2) Untuk memperbaiki keterampilan yang salah, guru perlu mendemonstrasikan kinerja yang benar, kemudian meminta siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasai.

3) Umpan balik dapat ditujukan pada aspek-aspek yang benar dari penampilan, tetapi yang lebih penting ialah ditujukan pada aspek-aspek yang salah dari penampilan. Secara cepat memberi tahu siswa tentang respon-respon yang tidak tepat sebelum berkembang kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan.

d. Motivasi dan Penguatan

Siswa dapat memperoleh suatu keterampilan atau perilaku melalui motivasi atau insentif untuk melaksanakannya. Apabila siswa itu mengantisipasi akan memperoleh penguatan (reinforcement) pada saat meniru tindakan-tindakan suatu model, siswa akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat dan mereproduksi perilaku tersebut. Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak mungkin untuk tetap melakukannya tanpa penguatan. Secara rinci dan sistematis tahap-tahap pembelajaran langsung dan teori-teori belajar yang melandasi setiap tahap dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Tahap-tahap Pembelajaran Langsung dan Teori Belajar yang Melandasinya

Tahap / Fase Peran Guru Teori Belajar

1 2 3

(21)

siswa. pelajaran, mempersiapkan

siswa untuk belajar. motivasi dan penguatan). 2. Mendemonstrasikan

3. Pemberian pelatihan

terbimbing. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Teori belajar sosial (Bandura; tahap reproduksi)

E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Langsung 1. Kelebihan Pembelajaran Langsung

(22)

Kelebihan daari model pembelajaran langsung lainnya adalah guru dapat merencanakan waktu untuk mencapai target pencapaian kurikulum yang ditetapkan, hal ini dikarenakan guru dalam pembelajaran langsung dapat merencanakan waktu sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu topic/materi pelajaran.

2. Kekurangan Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial, proses berpikir tinggi, dan konsep-konsep abstrak (Arend, 1997: 75).

F. Perangkat Pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran guru sangat memerlukan sejumlah kelengkapan mengajar berupa perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran membantu dan memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, serta memberikan variasi pengalaman belajar kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga perlu dikembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimaksud meliputi: (1) rencana pembelajaran (RP), (2) lembar kerja siswa (LKS), (3) buku guru, (4) buku siswa, dan (5) tes hasil belajar.

1. Rencana Pembelajaran (RP)

(23)

sumber pembelajaran, alat dan bahan, kegiatan belajar mengajar, dan penilaian. Secara umum kualitas RP ditentukan oleh indikator, yaitu

a. Konstruksi Bahasa

Persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi RP adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kesederhanaan pemakaian kata-kata, dan kejelasan agar dapat dimengerti oleh siswa. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun dan membuat RP yaitu: 1) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, 2) menggunakan struktur kalimat yang jelas, 3) memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, 4) memuat alokasi waktu yang dijadikan pedoman oleh guru.

b. Teknis

Penyusunan dan pembuatan RP juga harus memenuhi syarat teknis seperti: tulisan, penampilan, dan kebenaran konsep.

1) Tulisan. RP ditulis menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf romawi atau latin.

2) Penampilan. Penampilan RP harus memiliki kombinasi yang sesuai sehingga memudahkan guru dalam penyampaian pembelajaran langsung.

3) Kebenaran konsep.

(24)

khusus; (c) waktu yang tersedia untuk melakukan kegiatan; (d) rangkuman materi; (e) alat dan bahan yang digunakan; (f) prosedur kegiatan pembelajaran

2. Buku Guru

Adalah buku petunjuk/panduan bagi guru yang berisi tentang segala sesuatu yang seharusnya dilakukan guru selama kegiatan pembelajaran. Secara umum kualitas buku guru ditentukan berdasarkan tiga indikator, yaitu: (a) format, (b) konsep/materi, (c) bahasa.

a. Format

Dari indikator format, buku guru yang berkualitas memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Setiap bagian dapat teridentifikasi secara jelas. 2) Sistem penomoran jelas.

3) Memuat alokasi waktu yang menjadi pedoman guru. 4) Memuat kegiatan yang harus dilakukan oleh guru. 5) Secara umum dapat dipahami.

b. Konsep

Dari indikator konsep, buku guru yang berkualitas memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Konsep/materi buku guru ditulis secara akurat. 2) Konsep sesuai dengan kurikulum.

(25)

Dari indikator bahasa, buku guru yang berkualitas memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Menggunakan tata bahasa yang benar.

2) Menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan jelas. 3) Petunjuk-petunjuk ditulis secara jelas.

4) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

3. Buku Siswa

Adalah buku yang digunakan siswa sebagai panduan belajar selama kegiatan pembelajaran. Secara umum kualitas buku siswa ditentukan berdasarkan tiga indikator, yaitu: (a) format, (b) konsep/materi, (c) bahasa. a. Format

Dari indikator format, buku siswa yang berkualitas memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Setiap bagian dapat teridentifikasi secara jelas. 2) Sistem penomoran jelas.

3) Menimbulkan minat belajar.

4) Menggunakan jenis dan ukuran huruf (font) yang sesuai dengan karakter peserta didik.

(26)

b. Konsep

Dari indikator konsep, buku siswa yang berkualitas memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Konsep/materi buku siswa ditulis secara akurat. 2) Konsep sesuai dengan kurikulum.

3) Konsep didukung sumber belajar yang memedai. 4) Konsep dapat menumbuhkan motivasi siswa. c. Bahasa

Dari indikator bahasa, buku siswa yang berkualitas memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Menggunakan tata bahasa yang benar.

2) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental peserta didik.

3) Menumbuhkan motivasi untuk membaca lebih lanjut. 4) Menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan jelas. 5) Petunjuk-petunjuk ditulis secara jelas.

6) Menggunakan bahasa yang menarik.

G. Keefektivan pembelajaran

(27)

1. Respon siswa

Dalam pembelajaran sangat perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pelajaran dan pengetahuannya. Semakin aktif siswa maka ketercapaian ketuntasan pembelajaran semakin besar, sehingga semakin efektiflah pembelajaran tersebut.

Paul B. Diedrick (dalam Rusyan, 1994: 138) membuat berbagai respon belajar siswa, diantaranya (1) respon menggambar yang meliputi menggambar yang meliputi menggambar, membuat grafik, membuat diagram; (2) respon mendengarkan yang meliputi mendengarkan penjelasan, diskusi; (3) respon visual yang meliputi membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, memperhatikan pekerjaan orang lain; (4) respon menulis yang meliputi mencatat, menulis laporan; dan (5) respon oral yang meliputi bertanya, memberi saran, menyatakan pendapat, dan diskusi.

Dari uraian di atas terlihat bahwa respon siswa dalam pembelajaran merupakan satu aspek yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran. Untuk melihat respon siswa dalam pembelajaran diperlukan suatu indikator, yaitu gejala-gejala yang nampak di dalam tingkah laku siswa selama pembelajaran. Melalui indikator tersebut dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam pembelajaran. Indikator pada aspek respon siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru. b. Menulis atau membaca.

(28)

d. Menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. e. Berdiskusi.

f. Menyimpulkan pelajaran.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keefektivan pembelajaran. Untuk melihat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diperlukan indikator, yaitu gejala-gejala yang nampak di dalam tingkah laku guru selama pembelajaran. Melalui indikator-indikator tersebut dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam pembelajaran. Indikator-indikator pada aspek kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Pendahuluan (mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran terdahulu, menyampaikan TPU dan TPK, dan memotivasi siswa).

b. Kegiatan inti.

c. Penutup (membimbing siswa dalam merangkum pelajaran dan alokasi penggunaan waktu).

d. Suasana kelas.

3. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran

(29)

a. Senang tidaknya siswa terhadap komponen pembelajaran. b. Baru tidaknya komponen pembelajaran bagi siswa.

c. Ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. d. Jelas tidaknya bimbingan yang diberikan.

e. Senang tidaknya siswa terhadap kegiatan latihan selama pembelajaran.

4. Ketuntasan Belajar yang Dicapai Siswa

Menurut Reigeluth dan Meris (dalam Degeng, 1989: 165) keefektivan pembelajaran selalu berkaitan erat dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Lebih lanjut Reigeluth dan Meris menyatakan bahwa salah satu indikator terpenting efektifnya suatu pembelajaran adalah kecermatan penguasaan perilaku. Artinya salah satu pembelajaran dikatakan semakin efektif jika tingkat kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal semakin kecil.

Tingkat keefektivan pembelajaran menyangkut dua hal pokok, yaitu tingkat presentase siswa yang mencapai tingkat penguasaan tujuan dan presentase rata-rata penguasaan tujuan oleh semua siswa. Pencapaian tingkat penguasaan tujuan pembelajaran disebut ketuntasan belajar. Seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor minimal 65%. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal dikatakan tercapai jika 85% siswa di kelas tersebut telah mencapai daya serap 65% (Depdikbud, 1994: 37).

(30)

indikator-indikator pada aspek ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa adalah sebagai berikut.

a. Ketuntasan belajar individual. b. Ketuntasan belajar klasikal.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancanagan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, sebagai berikut :

1. Pemberian pre-test, yaitu tes yang dilaksanakan sebelum penerapan model pengajaran langsung untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

(31)

3. Pemberian post-test, yaitu tes yang dilaksanakan setelah pelaksanaan model pengajaran langsung.

Ketiga tahap tersebut mengacu pada rancangan penelitian yang menggunakan desain penelitian “One Group Pre-test and Post-test Design” yang digambarkan pola berikut.

Keterangan: T1 : Tes yang dilakukan sebelum menggunakan metode pembelajaran langsung

X : Perlakuan dengan menerapkan metode pembelajaran langsung

T2 : Tes yang dilakukan setelah menggunakan metode pembelajaran langsung

(Sudjana, 1989: 31) B. Pelaksanaan penelitian

1. Pre-test

Pre-test dilaksanakan sebelum proses pembelajaran berlangsung dan

digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa. Hasil pre-test juga digunakan sebagai skor dasar dalam penyekoran.

2. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran berlangsung selama 3 kali tatap muka atau 4 jam pelajaran digunakan untuk pre-test dan post-test.

.

(32)

3. Post-test

Post-test dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan digunakan untuk

mengetahui apakah dengan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa

4. Analisis

Data yang telah diperoleh akan dianalisis sesuai dengan metode analisis data yang digunakan oleh peneliti.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengambil objek berupa model pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VI di SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian

Sumadi (2000: 81) berpendapat bahwa generalisasi dari sampel ke populasi mengandung resiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat populasinya. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besar pula kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu.

(33)

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut.

a) Penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.

b) Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas (Hadi, 1980: 70).

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VI-SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo yang berjumlah 42 iswa, pengambilan sampel dengan teknik purposif sampling

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Selain disusun dan dikembangkan perangkat pembelajaran, dalam penelitian ini juga dikembangkan instrumen penelitian. Proses pengembangan dilakukan bersamaan dengan perangkat pembelajaran maka ada beberapa kelemahan yang ditemui di antaranya adalah instrumen yang dikembangkan langsung digunakan pada saat pengembangan perangkat sehingga kevalidan instrumen belum terjamin, jadi apabila digunakan untuk mengambil dat ada kemungkinan data yang diambil jadi tidak sesuai (kacau).

(34)

Sementara format instrumen penelitian dan lembar validasi yang sudah ada dengan revisi kecil (diadopsi dari Asmara, 2000).

a. Lembar Respon Siswa

Tabel 3.1

Kisi-kisi Respon Siswa

Variabel Indikator JumlahItem NomorItem

Respon

Siswa 1. Senang terhadap pembelajaran langsung

2. Membaca atau menulis yang relevan dengan KBM

3. Hambatan dalam pembelajaran langsung

4. Menanggapi pendapat atau pertanyaan orang lain

(35)

b. Tes Hasil Belajar

Pengujian keabsahan instrumen hasil belajar untuk mengetahui kualitas instrumen terutama dari segi validitas dan reliabilitasnya. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Pemilihan validitas ini didasarkan pada argumentasi Tuckman (1978) bahwa jenis validitas yang relevan untuk mengukur prestasi akademik adalah validitas isi sebab validitas ini memiliki keterkaitan dengan tujuan khusus pembelajaran dan materi pembelajaran.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Tes Praktek IPA membuat parasut Hasil

belajs Aspek yang dinilai

Skor

10 5 0

Hasil

belajar 1. persiapan peralatan 2. kekompakan mengerjakan 3. motivasi mengerjakan

1. Guntinglah kantong menjadibentuk lingkaran

2. Ikatlah ujung-ujung plastik dengan benang, usahakan benang sama panjang

(36)

4. Lemparkan ke atas, kamu akan melihat payung terkembang dan jatuh berlahan

5. Buatlah parasut dengan ukuran diameter lingkaran yang berbeda-beda, misalnya: 10 cm, 20 cm dan 30 cm

6. Cobalah untuk membuat berukuran sama tetapi terbuat dari bahan yang berbeda secara bersama-sama. Manakah yang akan jatuh terlebih dahulu?

7. Terbangkan parasut yang berukuran sama tetapi dengan pemberat yang berbeda secara bersama-sama. Parasut manakah yang akan jatuh terlebih dahulu?

Tes kemampuan awal dan tes perolehan belajar memiliki bentuk, bobot, waktu mengerjakan t es psikomotor dan cara pemberian skor yang sama, perbedaannya terletak pada tes awal tanpa ada pemodelan. Oleh karena itu prosedur pengembangan dan pengujian keandalan isi tes psikomotor hanya difokuskan pada tes psikomotor perolehan belajar, dan selanjutnya tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa.

(37)

maksud rancangan pembuatan tes. aspek butir tes disusun sebanyak 10 butir, dikonsultasikan kepada guru bidang studi IPA untuk mengetahui apa aspek butir-butir tes itu sudah layak digunakan untuk mengukur unjuk kerja siswa sesuai dengan tujuan. Setelah dikonsultasikan dengan guru IPA dilakukan revisi untuk memperbaiki butir-butir yang masih memerlukan perbaikan. Setelah dilakukan revisi atau perbaikan butir-butir tes.

F. Metode Pengumpulan Data.

1. Metode pengumpulan data respon siswa

Respon siswa ditujukan kepada 42 siswa yang sudah dipilih menjadi sampel. Setiap siswa diberi angket respon siswa selama pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data respon siswa dilakukan penyebaran angket sebanyak 10 butir angket.

2. Metode pengumpulan data hasil belajar

(38)

dalam suatu kelas terdapat paling sedikit 85% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar.

G. Teknik Analisis Data 1. Data respon siswa

Untuk memperoleh data respon siswa dilakukan observasi terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung. Data dikumpulkan dengan cara melakukan penilaian dengan rumus :

Nilai yang diperoleh Jumlah skor tertinggi

2. Data hasil belajar

Untuk memperoleh data kemampuan awal siswa, kepada siswa diberikan tes sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung (pre-test) dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar dan di uji dengan uji tanda yaitu: p (X  x) = b (x ; n, p) = b (x ; n, ½).

Untuk memperoleh data hasil belajar siswa, kepada siswa diberikan tes sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung (post-test) dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar dan hasil di uji dengan uji t tanda sebagai berikut: p (X  x) = b (x ; n, p) = b (x ; n, ½)

(39)

BAB IV

No. Butir Soal Skor/T1

(40)

24 5 6 7 6 8 7 8 7 8 6 68

No. Butir Soal Skor/

(41)

15 7 6 7 7 6 8 7 7 8 7 70 selanjutnya adalah membandingkan antara hasil pre test dan post test tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Hasil Analisis Pre Test dan Post Test Melalui Uji Tanda.

(42)
(43)

40 65 72 X < Y +

41 60 70 X < Y +

42 71 79 X < Y +

Kolom akhir berisikan tanda (Xi – Yi) yang memebrikan h = 0 untuk tanda yang terjadi paling sedikit, ialah tanda negatif. Dengan n = 42 dan  0,05 dari tabel nilai kritis h untuk uji tanda (Sudjana, 1992: 448) didapat h = 17. dari pengamatan diperoleh h = 0 dan ini lebih kecil dari 17. Jadi hipotesis berbunyi Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran langsung. Jadi hipotesis berbunyi “Ada peningkatam hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran praktek IPA dibandingkan dengan hasil sebelum menerapkan pembelajaran langsung”.

4. Data Hasil Analisis Respon Siswa Tabel 4.4

Tabel Hasil respon siswa

NO URAIAN JAWABANJUMLAH PROSENTASE

(44)

langsung yang diberikan oleh guru 3. Apakah jalannya pelaksanaan

pembelajaran langsung menurut Anda lancar?

terhadap pelaksanaan pembelajaran langsung yang dilakukan

pembelajaran langsung sesuai dengan diharapkan Anda 7 Apakah Anda mengalami hambatan

(45)

a. Senang sekali

B. Analisis Data Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian karena dari analisis inilah akan diketahui hasil penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu dalam mengenalisis data harus dilakukan secara tepat dan teliti, sebab kekeliruan dalam pengumpulan data berakibat kesalahan dalam menarik kesimpulan.

Adapun rincian analalisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA pokok bahasan praktek IPA dengan menerapkan pembelajaran langsung mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil sebelum menerapkan pembelajaran langsung

(46)

Jadi hipotesis berbunyi “Ada peningkatam hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran praktek IPA dengan menerapkan pembelajaran langsung dibandingkan dengan hasil sebelum menerapkan pembelajaran langsung”

2. Respon siswa dalam pembelajaran langsung

Dari hasil angket yang telah dilakukan diperoleh sejumlah jawaban siswa mengenai respon siswa selama pelaksanaan strategi pembelajaran langsung. Dalam kegiatan pembelajaran perlakuan yang pertama dalam dapat dikatakan berhasil dengan baik, karena siswa mempunyai respon yang positif selama pembelajaran berlangsung..

C. Pembahasan Hasil

Kolom akhir berisikan tanda (Xi – Yi) yang memebrikan h = 0 untuk tanda yang terjadi paling sedikit, ialah tanda negatif. Dengan n =42  0,05 dari tabel nilai kritis h untuk uji tanda (Sudjana, 1992: 448) didapat h = 17. dari pengamatan diperoleh h = 0 dan ini lebih kecil dari 17. Jadi hipotesis berbunyi Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran langsung.

Jadi hipotesis berbunyi “Ada peningkatam hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran praktek IPA dengan menerapkan pembelajaran langsung dibandingkan dengan hasil sebelum menerapkan pembelajaran langsung”

(47)

untuk membantu dalam hal penyelesaiannya, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pembelajaran langsung.

Adapun data dari hasil penelitian ini ialah: (1) Dari pre test terdapat siswa yang belum memahami belajar bidang studi IPA, tetapi setelah mendapat latihan strategi pembelajaran langsung maka secara bertahap dapat memahami, (2) Ada perubahan hasil belajar dengan adanya perlakuan.

Dari keterangan ini terlihat bahwa siswa telah memperoleh hasil belajar yang lebih baik tentang pelaksanaan pembelajaran langsung sehingga akhirnya dapat memahami pembelajaran dalam bidang studi IPAi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetarlina Soekardji (1985: 99), “Kadang-kadang pencatatan data berlaku saja sudah menimbulkan berubahan frekuensinya’. Dari penelitain yang dilakukan dan berdasarkan hasil analisis yang telah terbukti bahwa pengaruh positif dari pelaksanan pembelajaran langsung terhadap bidang studi IPA siswa kelas VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo

(48)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ada peningkatam hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran langsung dibandingkan dengan hasil sebelum menerapkan pembelajaran langsung

2. Siswa mempunyai respon yang positif terbukti dari angket yang disebarkan maka siswa mempunyai rasa senang.

B. Saran-saran

1. Kepada pihak sekolah yang terkait hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan bagi pelaksanaan pembelajaran langsung.

2. Untuk siswa yang kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran langsung ini, perlu adanya bimbingan secara kontinu sehingga ketuntasan belajar secara klasikal dapat tercapai, aktifitas siswa efektif.

(49)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

KETERANGAN PERPUSTAKAAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Batasan Istilah Penelitian...4

E. Manfaat Penelitian ...5

F. Hipotesis...5

BAB II. LANDASAN TEORI...7

A. Pengertian Belajar...7

B. Pengertian Pembelajaran...8

C. Model Pembelajaran Langsung...9

D. Dasar Teoretik yang Melandasi Pembelajaran Langsung...16

E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Langsung...22

F. Perangkat Pembelajaran...23

G. Keefektivan Pembelajaran ...27

(50)

BAB III. METODE PENELITIAN...32

A. Desain Penelitian ...32

B. Pelaksanaan Penelitian...33

C. Tempat Penelitian...33

D. Populasi dan Sampel ...34

E. Pengembangan Instrumen Penelitian...35

F. Metode Pengumpulan Data...39

G. Teknik Analisis Data...40

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...41

A. Penyajian Data...41

B. Analisis Data Hasil Penelitian...47

C. Pembahasan Hasil Analisis...49

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN...51

A. Simpulan...51

B. Saran-saran...51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(51)

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN

PENILAIAN AUTENTIK ASSESMENT SISWA KELAS

VI SD Jeruk Legi 01 Balongbendo Sidoarjo

(UJI COBA KBK 2004 KELAS VI)

KARYA ILMIAH

Disusun Dalam Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kenaikan Pangkat Jabatan Guru

Disusun oleh : AGUS SUWITO, S.Ag.

NIP. : 150 242 140

KANTOR DEPARTEMEN AGAMA

KABUPATEN SIDOARJO

2005

(52)

Arend, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New york: McGraw-Hill. Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Revisi kelima. Jakarta: Rineka Cipta.

Budayasa, I. K. 1998. Teori Belajar Perilaku. Buku ajar yang dikembangkan dalam rangka penelitian berjudul Restrukturisasi Kurikulum PBM dan Peningkatan Hubungan IKIP Surabaya dengan Universitas luar Negeri. Surabaya: PPs. IKIP Surabaya.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud Dikti.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Penyempurnaan/ Penyesuaian Kurikulum Pendidikan Dasar 1994 (suplemen GBPP) Jakarta.

Effendi. 1999. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SLTP Pokok Bahasan Cahaya Berorientasi Model Pembelajaran Langsung. Tesis Magister Pendidikan yang tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya.

Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti P2LPTK.

Kardi, Soeparman. 1997. Direct Instruction, Penemuan Terbimbing dan Investigasi Kelompok, IKIP Surabaya.

Kuswardi, Yemi. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Langsung pada Pokok Bahasan Persamaan Linier dengan Satu Peubah. Tesis Magister Pendidikan yang tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya.

Mulyasa, E. 2000. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nur, M.2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press Surabaya.

Rusyan, T., Atang Kusnidar, Zainal Arifin. 1989. Pendekatan dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

Soedjadi, R. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

(53)

Thiagarajan, S & Semmel, M. M. I. 1974. Instructional Development for Training Teacher of Expentional Children. Bloomington: Indiana University.

Winkel, WS. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Lampiran : Cara Kerja:

1. Guntinglah kantong menjadibentuk lingkaran

2. Ikatlah ujung-ujung plastik dengan benang, usahakan benang sama panjang 3. Ikatkan pemberat pada ujung-ujung tali

(54)

5. Buatlah parasut dengan ukuran diameter lingkaran yang berbeda-beda, misalnya: 10 cm, 20 cm dan 30 cm

6. Cobalah untuk membuat berukuran sama tetapi terbuat dari bahan yang berbeda secara bersama-sama. Manakah yang akan jatuh terlebih dahulu?

7. Terbangkan parasut yang berukuran sama tetapi dengan pemberat yang berbeda secara bersama-sama. Parasut manakah yang akan jatuh terlebih dahulu?

ANGKET RESPON SISWA

NO URAIAN

1. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran langsung bagaimana perasaannmu

a. Bangga b. biasa saja c. tidak bangga

2. Apakah petunjuk pembelajaran langsung yang diberikan oleh guru cukup jelas?

(55)

b. kurang jelas c. tidak jelas

3. Apakah jalannya pelaksanaan pembelajaran langsung menurut Anda lancar? a. lancar

b. kurang lancar c. tidak lancar

4. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pelaksanaan pembelajaran langsung yang dilakukan

a. menarik

b. kurang menarik c. tidak menarik

5 Apakah bahasa atau kalimat yang digunakan oleh guru pembimbingdapat mudah dipahami?

a. mudah dipahami b. kurang dapat dipahami c. tidak dapat dipahami

6 Menurut pendapat Anda pembelajaran langsung sesuai dengan diharapkan Anda

9. Apakah anda senang dengan pelaksanaan pembelajaran langsung? a. Senang sekali

b. Senang

c. Kurang senang

10. Dengan waktu yang tersedia bagaimana tanggapan Anda? a. memadai

b. cukup memadai c. kurang memadai

Indikator Penilaian Pembelajaran Langsung Pembuatan Parasut: 1. Persiapan peralatan

(56)

3. Motivasi mengerjakan 4. Minat mengaerjakan 5. Sikap siswa

6. Kemampuan psikomotorik 7. Hasil praktek

8. Kerapian 9. Kedisiplinan

10. Hasil menyimpulkan praktaek IPA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulisan Karya Tulis ini dapat terselesaikan.

(57)

memerlukan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dukungan moral dari berbagai pihak penulis harapkan, sehingga hambatan dan halangan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru bidang studi IPA yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan :

Akhirnya mudah-mudahan Karya Tulis ini ada guna dan manfaatnya bagi perkembangan pendidikan serta kemajuan dan perkembangan masyarakat dimasa mendatang.

Penulis

Gambar

Tabel 3.1Kisi-kisi Respon Siswa
Tabel 3.2
Tabel 4.1Hasil Pre Test
Tabel 4.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang

Ini berarti bahwa strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan

Perencanaan Pengajaran adalah langkah awal dari suatu manajemen pengajaran yang berisi kebijakan strategi tentang pelaksanaan pengajaran yang akan dilakukan dalam rencana

baik perilaku hidup sehat ibu dan sebaliknya semakin rendah tingkat sosial ekonomi. ibu makin buruk perilaku

Intervensi keperawatan adalah suatu penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah, intervensi

Menyontek adalah suatu perilaku dimana seseorang melihat dan menjiplak hasil kerja orang lain. Perilaku ini juga banyak terjadi di kalangan siswa apalagi pada

d Mengaplikasikan prinsip 3R Reuse, Recycle, Reduce Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat

Makalah ini membahas tentang etika karya tulis ilmiah di bidang kesehatan dan