• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu cara untuk menilai baik-buruknya kinerja suatu perusahaan

adalah dengan melihat tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Likuiditas

merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban

keuangan jangka pendek atau yang harus segara dibayar. Semakin tinggi tingkat

likuiditas perusahaan berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Masalah likuiditas merupakan

salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan.

Dipandang dari sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi

merupakan perusahaan yang baik, karena dana jangka pendek kreditur yang

dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif banyak.

Tingkat likuiditas suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari rasio

cepat. Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang

lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai

sediaan (inventory) Kasmir (2012). Rasio ini menunjukkan seberapa besar

kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau

utang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Rasio ini sama dengan rasio lancar,

hanya saja rasio cepat berkonsentrasi terutama hanya pada aset lancar yang lebih

likuid yaitu kas, sekuritas yang dapat diperjualbelikan dan piutang serta

hubungannya dengan berbagai obligasi jangka pendek. Jadi, rasio ini memberikan

ukuran yang mendalam tentang likuiditas dari pada rasio lancar (Horne james,

2012). Semakin tinggi rasio cepat menunjukkan bahwa tingkat likuiditas

perusahaan semakin likuid.

Satu aktivitas utama perusahaan dalam pencapaian laba adalah dengan

penjualan. Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tunai dan

kredit. Penjualan secara kredit artinya pelanggan tidak langsung membayar

produk atau jasa yang diberikan oleh perusahan tetapi pembayaran dilakukan

(2)

secara kredit tidak akan menghasilkan kas pada saat terjadi penjualan, tetapi

menimbulkan perkiraan dalam bentuk piutang dagang. Piutang dagang akan

berubah menjadi kas pada saat piutang dagang itu telah dilunasi yaitu pada saat

piutang tersebut jatuh tempo. Penjualan kredit ini mempunyai resiko adanya

kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih. Hal ini menjadi kerugian bagi

perusahaan yang disebut kerugian atas piutang. Oleh sebab itu dalam pemberian

penjualan kredit kepada pelanggan harus melihat dan menganalisa apakah

pelanggan tersebut akan mampu memenuhi kewajibannya yaitu membayar

utangnya kepada perusahaan. Namun resiko kerugian piutang tersebut dapat

diminimalisasikan dengan cara meningkatkan perputaran piutang pada setiap

pelanggan, seperti memberikan surat penagihan kepada pelanggan yang telah

memasuki jatuh tempo pembayaran. Pada umumnya perusahaan lebih menyukai

penjualan dalam bentuk tunai karena dengan penjualan tunai relatife tidak

memiliki resiko tidak tertagihnya hasil penjualan tetapi dengan melakukan

penjualan secara kredit berarti resiko tidak tertagihnya kemungkinan besar dapat

terjadi. Tetapi karena ketatnya persaingan dengan perusahaan lain, maka

perusahaan mau tidak mau harus melakukan penjualan dalam bentuk kredit agar

dapat memenangi persaingan pasar yang semakin ketat. Dilihat dari urutannya

dalam laporan keuangan, piutang usaha berada di urutan kedua setelah kas.

Piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian dari aktiva lancar

perusahaan yang besar (Smith & Skousen, 1993:286). Itu artinya bahwa piutang

merupakan aset yang liquid. Jika jumlah piutang suatu perusahaan meningkat

maka di satu sisi tingkat likuiditas akan naik yang diakibatkan meningkatnya pos

aktiva lancar pada neraca perusahaan. Sebaliknya jika jumlah piutang turun maka

di satu sisi tingkat likuiditas akan turun yang diakibatkan menurunnya pos aktiva

lancar pada perusahaan.

Tingkat aktivitas perusahaan menunjukkan tingkat efektivitas kinerja pada

suatu perusahaan dalam menggunakan assetnya. Rasio aktivitas sering disebut

juga dengan rasio perputaran atau turnover yang merupakan unsur aktiva dan

sering dihubungkan dengan penjualan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan seperti penjualan, sediaan,

(3)

perusahaan dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu

periode dan perusahaan juga dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanam

dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Menurut Dongoran (2009)

Perputaran piutang akan sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan karena piutang

merupakan salah satu komponen modal kerja yang cukup memungkinkan suatu

perusahaan dalam melaksanakan aktivitas tidak mengalami kesulitan dan

hambatan yang mungkin akan timbul. Tingginya tingkat perputaran piutang

merupakan salah satu alat ukur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah

likuiditas perusahaan. Sedangkan Rahmat dan Nur (2008) mengatakan perputaran

piutang yang tinggi maka kondisi modal yang ada akan semakin tinggi dan

perusahaan dikatakan liquid. Apabila perputaran piutang rendah maka kondisi

modal yang ada juga akan rendah sehingga dikatakan illiquid atau tidak liquid.

Jadi rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Receivable

Turnover dan Average Collection Period.

PT Sucofindo (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

pertama di Indonesia sebagai perusahaan gabungan antara Pemerintah Republik

Indonesia yang memiliki 95% saham dan SGS (Societe Generale de Surveillance)

yang memiliki 5% saham PT Sucofindo. SGS merupakan salah satu Perusahaan

inspeksi terbesar di dunia yang berpusat di Jenewa, Swiss. PT Sucofindo cabang

Palembang merupakan cabang dari PT Sucofindo (Persero) yang berpusat di

Jakarta yang merupakan perusahaan surveyor yang bergerak di bidang jasa survei

kuantitas dan kualitas dalam cakupan yang sangat luas dengan tingkat keandalan

dan kecermatan yang tinggi. Aktivitas PT Sucofindo (Persero) cabang Palembang

adalah melakukan pengawasan, pengendalian, pemeriksaan dan pengkajian

mengenai kualitas, kuantitas dan kondisi yang berkaitan dengan nilai atau harga

komoditi atau objek lainnya. Dalam aktivitas sehari-hari, PT Sucofindo

melakukan kegiatan transaksi penjualan secara kredit. Penjualan kredit tersebut

akan menimbulkan adanya piutang bagi perusahaan tersebut. Apabila piutang

tidak dapat ditagih ini benar-benar terealisasi maka hal ini menjadi kerugian bagi

perusahaan. Oleh sebab itu, dalam pemberian penjualan kredit kepada pelanggan

harus melihat dan menganalisa apakah pelanggan tersebut akan mampu

(4)

piutang ini tidak dibuat suatu jaminan khusus sebagaimana yang diatur oleh

peraturan hukum yang berlaku. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk

bertindak lebih hati-hati dalam melaksanakan transaksi penjualan kredit.

Penulis akan menggunakan rasio aktivitas yaitu Receivable Turnover dan

Average Collection Period sebagai variabel independen. Sedangkan variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas yaitu Quick

Ratio. Hasil penelitian sebelumnya menurut Kusuma (2012) menyatakan bahwa

rasio perputaran piutang berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun secara

simultan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Purnamasari (2013). Menurut Purnamasari (2013) menyatakan

bahwa rasio perputaran piutang dan pengumpulan piutang baik secara parsial

maupun simultan tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih dalam dengan judul “Pengaruh Rasio Aktivitas

terhadap Tingkat Likuiditas Pada PT Sucofindo (Persero) Cabang Palembang Tahun 2004-2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Receivable Turnover dan Average Collection Period secara

simultan memiliki pengaruh terhadap Quick Ratio pada perusahaan PT

Sucofindo (Persero) cabang Palembang?

2. Bagaimana Receivable Turnover dan Average Collection Period secara

parsial memiliki pengaruh terhadap Quick Ratio pada perusahaan PT

Sucofindo (Persero) cabang Palembang?

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar

dalam penulisan penelitian tidak menyimpang dan sesuai dengan masalah yang

ada, maka peneliti membatasi ruang lingkup pembahasannya dengan mengangkat

(5)

Period terhadap Quick Ratio pada perusahaan PT Sucofindo (Persero) cabang

Palembang tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.4.1 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh rasio aktivitas yang

terdiri dari Receivable Turnover dan Average Collection Period secara

simultan dapat berpengaruh terhadap Quick Ratio pada perusahaan PT

Sucofindo (Persero) cabang palembang.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh rasio aktivitas yang

terdiri dari Receivable Turnover dan Average Collection Period secara

parsial dapat berpengaruh terhadap Quick Ratio pada perusahaan PT

Sucofindo (Persero) cabang palembang.

1.4.2 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain:

1. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh rasio aktivitas yang

terdiri dari Receivable Turnover dan Average Collection Period terhadap

Quick Ratio pada perusahaan PT Sucofindo (Persero) cabang palembang.

2. Sebagai bahan referensi serta bahan masukkan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistem penulisan ini bertujuan untuk memberikan garis besar mengenai isi

Laporan Akhir secara ringkas dan jelas. Sehingga terdapat gambaran hubungan

antara masing-masing bab, dimana bab tersebut dibagi menjadi beberapa sub-sub

secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini peneliti mengemukakan tentang apa yang melatarbelakangi

penelitian dalam memilih judul, kemudian merumuskan masalah yang

dihadapi perusahaan tempat peneliti melakukan penelitian, sebagai

berikut:Latar Belakang, Rumusan Masalah, Ruang Lingkup

Pembahasan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Pengumpulan

Data dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti mengemukakan landasan teori menurut pendapat

para ahli mengenai masalah yang terkait, pengertian analisis laporan

keuangan, tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan, teknik analisis

laporan keuangan, pengertian rasio keuangan dan jenis rasio keuangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metodologi penelitian

yang terdiri dari gambaran umum perusahaan, jenis penelitian,

gambaran populasi dan sampel perusahaan yang diteliti, metodologi

pengumpulan data jenis sumber data, model dan teknik analisis data,

kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian, identifikasi dan

operasionalisasi variabel.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan analisa dan pembahasan

terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya

sehingga diharapkan analisa yang dihasilkan dapat membantu

tercapinya tujuan penelitian laporan akhir ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah bab terakhir dimana peneliti memberikan suatu

kesimpulan dari isi pembahasan yang telah peneliti uraikan pada

bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Kemudian Anda juga harus menyatakan bahwa karena Anda mengajukan permohonan terhadap Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

1.1 PERSIAPAN YANG PERLU DIPERHATIKAN Ada beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan sebagai seorang pengajar sebelum mengakses E-learning UPU diantaranya yaitu

Rencana ini menggambarkan arah, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang sesuai dengan tugas

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi