• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar menggunakan model cooperative learning teknik Jigsaw dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan tahun pelajaran 2009/2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar menggunakan model cooperative learning teknik Jigsaw dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan tahun pelajaran 2009/2010 - USD Repository"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yohanes Haris Susanto

NIM: 081134157

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yohanes Haris Susanto

NIM: 081134157

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Hasil karyaku ini kupersembahkan untuk

1.

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberkati dan

memberikan waktu untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

2.

Mama di surga yang memberikan cinta abadi dan yang selalu ada

di hatiku.

3.

Bapak Hadrianus Said yang telah memberikan kasih sayang dan

doa yang tak kunjung henti untukku.

4.

Bapak dan Ibu Suratidjan yang telah memberikan dorongan dan

petunjuk untukku.

5.

Christina Septiningsih yang telah menjadi sahabat dan kekasih

yang baik, yang selalu mendampingiku dalam setiap langkah

hidupku,

“Thank’s to all, you are my best of the best in my life

forever and whenever”,

tanpamu aku rapuh.

6.

Agustina Fransiska dan Yustina yang telah menguatkanku dengan

senyum manis dari kalian berdua.

(6)

v

MOTTO

“Saya memang bukan orang yang baik, tetapi saya akan

memberikan yang terbaik”

“Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir”

“Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki

keberanian untuk mengejarnya”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini memuat

karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2010

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yohanes Haris Susanto

Nomor Mahasiswa : 081134157

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 8 Juni 2010

Yang menyatakan

(9)

viii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Yohanes Haris Susanto Universitas Sanata Dharma

2010

ABSTRAK

Prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan dalam mata pelajaran IPS, khususnya materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa terlihat pada nilai rata-rata ulangan harian yang belum memenuhi KKM yaitu 58,18 pada tahun pelajaran 2007/2008 dan 49,2 pada tahun pelajaran 2008/2009, sementara KKM yang ditentukan adalah 70.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model cooperative learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, dalam materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada siklus I dilakukan model cooperative learning teknik

Jigsaw dengan membagi kelompok dengan jumlah anggota 8 siswa yang dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pada siklus II dilakukan model cooperative learning teknik Jigsaw dengan membagi kelompok dengan jumlah anggota 4 siswa yang dilaksanakan dalam 2 pertemuan.

Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan naiknya nilai rata-rata kelas dan prosentase ketuntasan. Nilai rata-rata pada kondisi awal 53,69 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 69,37 dengan prosentase ketuntasan sebesar 62,5%. Pada siklus II perolehan nilai rata-rata sebesar 81,25 dengan prosentase ketuntasan sebesar 81,25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik

jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010 dalam mata pelajaran IPS.

(10)

ix

IMPROVEMENT OF LEARNING ACHIEVEMENT BY COOPERATIVE LEARNING MODEL USING JIGSAW TECHNIQUE ON SOCIAL

STUDY OF THE FOURTH GRADE STUDENTS OF KANISIUS GOWONGAN PRIMARY SCHOOL OF 2009/2010

Yohanes Haris Susanto Sanata Dharma University

2010 ABSTRACT

Learning achievement on social study of the fourth grade students of Kanisius Gowongan primary school, especially on the subject of introduction the economic activity associated with natural resources and other potentials in their region is still low. It is seen in the average value of daily tests that does not meet the KKM (Minimum criteria of completeness) ie 58 in 2007/2008 and 49 in 2008/2009, while the determined KKM (Minimum criteria of completeness) is 70. This study is aimed to determine whether the model of cooperative learning using Jigsaw technique improve learning achievement in social study, on the subject of introduction the economic activity associated with natural resources and other potentials in their region of the fourth grade students of Kanisius Gowongan primary school in the academic year of 2009/2010.

This study is a classroom action research conducted in two cycles. In the first cycle conducted with the model of cooperative learning using Jigsaw technique by dividing the groups into 8 members of student performed in two meetings. In the second cycle conducted with the model of cooperative learning using Jigsaw technique by dividing the groups into 4 members of student performed in two meetings.

Improvement of student’s learning achievement is indicated by the increase of class average score and the percentage of completeness. The average score of 53.69 in the initial conditions in the first cycle increased to 69.37 with the percentage of completeness 62.5%. In the second cycle the average score of 81.25 with percentage of completeness 81.25%. The results indicated that the learning model of cooperative learning using Jigsaw technique can improve learning achievement of the fourth grade students of Kanisius Gowongan primary school in the academic year of 2009/2010 on social study.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW

DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS

GOWONGAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jenjang pendidikan starata satu.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara materil maupun

spiritual berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan ijin penelitian, dan sebagai dosen

pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk

dalam penulisan skripsi ini.

3. Rusmawan, S.Pd. dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

4. Y. Maryono Susanto, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDK Gowongan yang telah

memberikan ijin penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

5. Guru-guru SDK Gowongan yang telah membantu dalam melengkapi data

penelitian.

6. Siswa-siswi SDK Gowongan yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

7. Christina Septiningsih, Agustina Fransiska dan Yustina ”you are the best of

the best, my spirit and my inspiration in my life”.

8. Orangtuaku dan kakak-kakakku tersayang Menik, Adi, Heru, Anik, Eko atas

(12)

xi

9. Sahabat-sahabatku terkasih Bapak Gunadi, Bapak Yohanes Wakijo, Ricky

Safreli, Subandi, Didik, Yoseph Asiriri Dotheres, Kita selalu saling

mendukung, mengisi dan menguatkan di saat ada yang kesusahan.

”Terimakasih atas semuanya sahabatku”.

10.Sahabat-sahabat di SD Katolik ST. Fransiskus Lawang, Malang dan

sahabat-sahabat S1 PGSD. ”Terimakasih atas dukungan yang telah diberikan

untukku”.

11.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan

caranya tersendiri telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya semoga karya kecil ini dapat menjadi jawaban atas semua

dukungan dan akan melengkapi rasa syukur bila karya ini mampu memperluas

wacana model pembelajaran bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 8 Juni 2010

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR………...…………... x

DAFTAR ISI………... xii

DAFTAR TABEL……….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……….... 1

A. Latar Belakang………... B. Pembatasan Masalah………. C. Perumusan Masalah………...

1

3

(14)

xiii

D. Batasan Pengertian………. E. Pemecahan Masalah………... F. Tujuan Penelitian………... G. Manfaat Penelitian………. BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. A. Prestasi Belajar………. 1. Pengertian Prestasi ……….. 2. Pengertian Belajar ………... 3. Pengertian Prestasi Belajar ……….... B. Hakikat Pembelajaran IPS di SD…….………... 1. Pengertian IPS... .... 2. Tujuan IPS………... 3. Ruang Lingkup Bahan Pengajaran IPS …………... C. Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw…………... 1. Model Cooperative Learning……… 2. Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw ……….. 3. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw ….……….… D. Kerangka Berfikir……….… E. Hipotesis Tindakan………...…

(15)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN………....… A. Setting Penelitian………...

1. Tempat Penelitian……….… 2. Subyek Penelitian……….… 3. Obyek Penelitian………...… 4. Waktu Penelitian………..… B. Desain Penelitian……….…...… C. Rencana Tindakan………..…....… 1. Persiapan………... 2. Rencana Tindakan Setiap Siklus……….… D. Instrumen Pengumpulan data...………... E. Analisis Data………...… 1. Penyekoran………... 2. Penilaian……….…... 3. Menghitung Nilai Rata-rata………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………. A. Hasil Penelitian………...

1. Siklus I………... a. Pelaksanaan Penelitian Siklus I…………... b. Hasil Penelitian Siklus I………... c. Refleksi Penelitian Siklus I………...

(16)

xv

2. Siklus II………. a. Pelaksanaan Penelitian Siklus II…... b. Hasil Penelitian Siklus II………. c. Refleksi Penelitian Siklus II………...

B. Pembahasan ……………..

BAB V PENUTUP...………... A. Kesimpulan ………...

B. Saran ………...

DAFTAR PUSTAKA ………... LAMPIRAN ………...

45

45

47

48

49

55

55

55

57

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Waktu Penelitian ……… 24 2. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa dan Kondisi Akhir

yang Diharapkan……… 39

3. Hasil Evaluasi Siklus I ……….. 43 4. Hasil Evaluasi Siklus II………. 48 5. Data Awal Hasil Belajar Siswa Tahun Pelajaran

2007/2008……….. 50

6. Data Awal Hasil Belajar Siswa Tahun Pelajaran

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ……… 60

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 62

a. RPP Siklus I ………. 62

b. RPP Siklus II ……… 67

3. Lembar Kerja Siswa……….. 73

a. LKS Siklus I……… 73

b. LKS Siklus II……….. 75

4. Kisi-Kisi Uji Validitas Siklus I……….. 77

5. Data Uji Validitas Siklus I……...………. 78

6. Hasil Uji Validitas Siklus I………...………. 79

7. Uji Reliabilitas siklus I……… 88

8. Kesimpulan Reliabilitas Siklus I……… 89

9. Kisi-Kisi Uji Validitas Siklus II………. 90

10.Data Uji Validitas Siklus II………... 91

11.Hasil Uji Validitas Siklus II………... 92

12.Uji Reliabilitas siklus II………. 101

13.Kesimpulan Reliabilitas Siklus II………. 102

14.Tabel Nilai r Product Moment……….….. 103

15.Soal Tes Evaluasi Siklus I ……….…... 104

16. Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus I……….. 106

(19)

xviii

18.Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus II………. 109

19.Daftar Nilai Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan

Tahun Pelajaran 2007/2008……….... 110

20.Daftar Nilai Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan

Tahun Pelajaran 2007/2008……… 111

21.Foto Kegiatan Penelitian………. 112

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan situasi belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya untuk memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik

untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.

Jika kita perhatikan perkembangan pendidikan di negara kita, belum

sampai kepada taraf yang kita inginkan sesuai dengan isi dari Undang-Undang

Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003. Kenyataan ini dapat kita lihat pada kegiatan

pembelajaran di sekolah-sekolah. Guru menganggap bahwa para peserta didik

seperti kertas kosong yang siap untuk diisi dengan tinta. Dengan kata lain, otak

seorang anak masih kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan.

Dengan demikian proses pembelajaran yang mengharapkan peserta didik dapat

aktif yang sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003

tidak dapat terwujudkan, karena dari gambaran tersebut kita dapat melihat bahwa

yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Di mana siswa

hanya duduk, mencatat, mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit

(21)

Kenyataan itu terjadi pada siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan, yang

berdasarkan pengamatan peneliti selama 2 tahun pelajaran yaitu tahun pelajaran

2007/2008 dan 2008/2009. Kegiatan pembelajaran di SD Kanisius Gowongan

masih didominasi oleh guru, dan hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa kelas

IV SD Kanisius Gowongan dalam mata pelajaran IPS, khususnya dalam materi

mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi

lain di daerahnya masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa terlihat pada

nilai rata-rata ulangan harian dalam mata pelajaran IPS, khususnya dalam materi

mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi

lain di daerahnya yang belum memenuhi KKM yaitu 58,18 pada tahun pelajaran

2007/2008 dan 49,2 pada tahun pelajaran 2008/2009, sementara KKM yang

ditentukan adalah 70.00

Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk meningkatan

prestasi belajar siswa. Upaya meningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas

dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain dibutuhkan guru yang

kreatif, yang dapat membuat belajar menjadi lebih menarik dan disukai oleh

peserta didik. Selain itu suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun

sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai model cooperative learning

seperti teknik jigsaw, teknik tutor sebaya, teknik presentasi, teknik STAD, dan

sebagainya. Dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif siswa dapat

memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, sehingga pada

(22)

Peneliti tertarik mengambil model cooperative learning teknik Jigsaw

karena model cooperative learning teknik Jigsaw memberikan peluang kepada

siswa membangun konsepnya sendiri dan dapat mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran. Sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi belajar siswa

mengenai suatu konsep setelah proses pembelajaran.

B. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi IPS di Sekolah Dasar maka

penelitian ini dibatasi pada peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS,

khususnya kompetensi dasar mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan

sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya dan untuk mengatasi masalah

tersebut peneliti akan menggunakan model cooperative learning teknik Jigsaw.

C. Perumusan Masalah

Dilandasi latar belakang masalah dan pembatasan masalah dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Apakah pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik

Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS, dalam materi

mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi

lain di daerahnya pada siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap

(23)

D. Batasan Pengertian

Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi

pengertian sebagai berikut :

1. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah

mengikuti proses pembelajaran.

2. Model Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu

di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang

terdiri dari dua orang atau lebih.

3. Model cooperative learning teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran,

yang tediri dari kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah

kelompok awal siswa, terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang

dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan

kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain

(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

E. Pemecahan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan tersirat

dalam rumusan masalah tentang rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran IPS, khususnya mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan

sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya akan diatasi dengan

(24)

F. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model cooperative

learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran IPS, dalam materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan

sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SD Kanisius

Gowongan semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010.

G. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk:

1. Peneliti sendiri

a. Membuka wawasan baru tentang model pembelajaran yang digunakan

selain model ceramah seperti yang biasa digunakan.

b. Merupakan pengalaman baru yang dapat dikembangkan untuk

pembelajaran materi lain atau bidang studi lain yang memungkinkan.

c. Memiliki alternatif model pembelajaran lain selain model yang biasa

digunakan, sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan cara

bervariasi dan tidak monoton.

2. Guru

Merupakan model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai

alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan.

3. Sekolah

Menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menambah bahan

bacaan di perpustakaan sekolah yang diharapkan dapat memberi inspirasi

(25)

4. Prodi PGSD

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu tambahan

bacaan PTK dengan menggunakan model cooperative learning teknik

Jigsaw dalam pembelajaran IPS.

5. Bagi Siswa

Memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar,

(26)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Prestasi

Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian

dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Zainal Arifin,

1990:2-3). Woodwort dan Marquis mendefinisikan prestasi sebagai berikut:

“Achievement actual ability and can be measured directly by the use of test”

(1957:58). Prestasi adalah kecakapan nyata dan dapat diukur maka bersifat

sementara dan dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Karena

dapat diukur maka bersifat sementara dan dapat dipengaruhi beberapa faktor yang

ada.

Winkel (1984:64) menyatakan prestasi adalah bukti usaha yang dapat

dicapai. Hasil dari usaha pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan

menggunakan tes atau evaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah

usaha yang dapat diukur secara langsung menggunakan tes.

2. Belajar

Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan makna dan hakekat belajar

seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi

(27)

kegiatan transfer informasi dari guru ke siswa. Untuk keperluan kegiatan belajar

mengajar guru perlu melakukan pembalikan makna belajar dan hakikat belajar.

Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna

atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna

tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu

disaring dengan persepsi , pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa.

Belajar dalam arti luas, yang juga disebut sebagai perkembangan, adalah

belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum

yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar ini disebut juga

belajar operatif, di mana seorang aktif mengkonstruksi struktur dari yang

dipelajarinya (Ginsburg dan Opper, 1995 dalam Anita Lie, 2002:5).

Menurut Anderson dan Piaget (dalam Anita Lie, 2002:5) belajar adalah

suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap

siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif.

Teori skemata menjelaskan bahwa siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka

dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan

pengetahuan yang baru. Jadi, penyusunan pengetahuan yang terus-menerus

menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.

Perubahan-perubahan yang terjadi ketika belajar tidak hanya terlihat pada

perubahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan keterampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian atau adaptasi diri. Dengan

demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa

(28)

berarti menyangkut ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Menurut Gagne (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:10) belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas setelah

belajar orang memliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

kapabilitas itu adalah stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif

yang dilakukan oleh seseorang yang sedang belajar. Belajar terdiri dari tiga

komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

Dalam belajar terjadi interaksi antara kondisi internal dan proses kognitif

siswa yang berinteraksi dengan stimulus yang berasal dari lingkungan. Proses

kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang merupakan kapabilitas

siswa, hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelek,

keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif.

Menurut Rogers (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:16) praktek

pendidikan tahun 1960-an menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa

yang belajar. Kenyataan tersebut terjadi pula saat sekarang ini, banyak guru di

sekolah-sekolah tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi

dalam proses belajar.

Rogers (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:16) mengemukakan pentingnya

seorang guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan

pembelajaran tersebut sebagai berikut:

a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang yang tidak ada artinya.

b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

(29)

d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama melakukan dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.

e. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.

f. Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.

g. Belajar mengalami menurut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.

Bertolak dari definisi-definisi di atas, secara umum belajar dapat dikatakan

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

atau bertahan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuan

pembelajaran tersebut.

3. Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang

dalam belajar maka diperlukan suatu evaluasi, tujuan dari diadaknnya evaluasi itu

adalah untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar

mengajar berlangsung.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar

harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang

(30)

persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28)

memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang

dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya

Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S.

Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai

seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna

apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa, yang diperolehnya dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi

belajar siswa.

B. Hakikat Pembelajaran IPS di SD

1. Pengertian IPS

IPS merupakan bidang kajian yang mempelajari politik, ekonomi, budaya

dan aspek-aspek lingkungan dari suatu masyarakat pada masa lalu, sekarang dan

yang akan datang (Maxim dalam Rismiati, 2008:16).

Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan

(31)

permasalahan yang akan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS

berusaha membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi seseorang

sehingga akan menjadikan orang tersebut semakin mengerti dan memahami

lingkungan sosial masyarakatnya, sehingga pengajaran IPS tidak hanya

ditekankan pada teori saja tetapi memerlukan penerapan dalam kehidupan

sehari-hari seperti hidup bermasyarakat dan berhubungan sosial lainnya.

2. Tujuan IPS

Banyak para ahli mengungkapkan mengenai tujuan pembelajarn IPS,

mereka sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan

dari program pendidikan tersebut

Menurut Gross (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14). “to prepare

student to be well-functioning citizens in a democratic society” . Dari pernyataan

ini kita dapat melihat bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk mempersiapkan

siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.

Menurut Gross (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14). Tujuan lain

dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang

dihadapinya

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk menggembangkan diri

sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal

(32)

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007:15) Pola pembelajaran

pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan. Penekanan

pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa

dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada

upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang dipelajarinya sebagai bekal

dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat

lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi.

Bertolak dari definisi-definisi di atas secara umum, dapat dikatakan bahwa

pembelajarn IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial

dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah kekuatan fisik dan sosial,

yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung

jawab serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi.

3. Ruang Linkup Bahan Pengajaran IPS

Ruang Lingkup Bahan Pengajaran Imu Pengetahuan Sosial di SD meliputi

keluarga, masyarakat setempat, uang, pajak, tabungan, ekonomi setempat, wilayah

propinsi, wilayah kepulauan, wilayah pemeritah daerah Negara Republik

(33)

C. Model Cooperatif Learning Teknik Jigsaw

1. Model Cooperatif Learning

Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses

belajar-mengajar bersumber pada teori. Menurut Locke (dalam Anita Lie, 2002:2) pikiran

seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan

– coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat botol kosong yang

siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang mahaguru.

Berdasarkan asumsi ini dan asumsi yang sejenisnya, banyak guru melaksanakan

kegiatan - kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut.

a. Memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru

memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan

mengingatnya.

b. Mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan

dihafal oleh siswa.

c. Mengotak-ngotakkan siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas,

siapa yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa yang tidak, siapa yang

bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan siapa yang tidak. Kemampuan

dinilai dengan ranking dan siswa pun direduksi menjadi angka – angka.

(34)

menang. Orang tua pun saling bersaing menyombongkan anaknya masing

– masing dan menonjolkan prestasi anaknya bagaikan memamerkan

binatang aduan.

Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa

lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian, dan pelaksanaan

kegiatan belajar-mengajar membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah

paradigma pengajaran, yaitu yang berpusat pada guru. Sehingga diharapkan siswa

lebih aktif untuk membangun pengetahuan yang sedang dipelajarinya, dan guru

hanya menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar siswa.

Para guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar

berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :

a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru

menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk

makna dari bahan – bahan pelajaran.

b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif.

c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan

siswa.

d. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi

antara guru dan siswa.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam

kegiatan belajar mengajar yang menuntut siswa aktif dalam membangun

pengetahuan dan yang menuntut interaksi antar siswa dan interaksi antara guru

(35)

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2002:31) tidak semua

kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Karena dalam kerja

kelompok guru biasanya membentuk kelompok lalu memberikan tugas kelompok

tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif.

Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, atau bahkan

ada yang main-main atau ngobrol.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran

gotong royong harus diterapkan. Lima unsur model pembelajaran gotong royong

dalam cooperative learning, yaitu sebagai berikut.

a. Adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.

b. Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok

harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas

kelompok.

c. Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk

bertatap muka dan berdiskusi.

d. Harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali

dengan teknik berkomunikasi.

e. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan

oleh guru.

Jika kita lihat cooperative learning sangat sesuai untuk mengubah

paradigma lama mengenai proses belajar-mengajar yang bersumber pada teori.

(36)

Umpamanya, dalam kecakapan berpikir rasional (thinking skill), siswa dituntut

memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah

informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah. Selain

itu siswa pun dituntut untuk memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan

berkomunikasi dan bekerjasama. Di sinilah pentingnya peranan cooperative learning.

2. Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw.

Teknik jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan diadaptasi oleh

Slavin. Teknik jigsaw dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,

mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini mengabungkan kegiatan membaca,

menulis, mendengarkan, dan berbicara. Teknik pembelajaran ini bisa pula

digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu

Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk

semua kelas/tingkatan.

Menurut Mel Silberman (2001:60) teknik jigsaw merupakan sebuah

teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “

pertukaran dari kelompok ke kelompok ”(group- to-group exchange) dengan

suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah

alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau

“dipotong” dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain –

lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi

yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan

(37)

Dalam teknik jigsaw, guru memperhatikan latar belakang pengalaman

siswa dan membantu siswa mengaktifkan pengalaman agar bahan pelajaran

menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa

dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan

demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama

secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan

dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal – hal yang

dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model

Cooperative Learning Teknik Jigsaw diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan cooperative learning.

b. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru

terhadap proses pembelajaran relatif sehingga hanya segelintir orang yang

menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

c. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik cooperative

learning.

(38)

e. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang

dapat mendukung proses pembelajaran.

Menurut Anita Lie (2002:69), agar pelaksanaan cooperative learning

teknik jigsaw dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan langkah – langkah

sebagai berikut :

a. Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan.

b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

c. Siswa dibagi dalam kelompok.

d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. e. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing –

masing.

f. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing – masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

g. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.

Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok

para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan begian yang

sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian

tersebut. Kemudian, masing – masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan

membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan – rekan dalam

kelompoknya.

3. Keunggulan dan kelemahan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw

(39)

Keunggulan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw diantaranya

adalah:

1) Jigsaw secara tidak langsung membuat siswa berkomunikasi. Pada

komunikasi tersebut tidak lepas dari proses tanya jawab. Dengan tanya

jawab siswa menggali sesuatu dari ingatannya dan menyumbangkan

pengetahuannya serta pengalamannya kepada orang lain. Pengetahuan

baru yang diperoleh siswa sedikit demi sedikit membawa siswa

mencapai pengetahuan maksimal.

2) Teknik Jigsaw akan memotivasi belajar siswa dan mengaktifkan siswa

dalam mengikuti pelajaran.

3) Teknik Jigsaw akan membantu siswa lebih cepat mencerna isi dari

materi pelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

4) Teknik Jigsaw membentuk sikap siswa menjadi bijaksana, menghargai

dan menerima pendapat orang lain, tidak mudah menyalahkan orang

lain tanpa bukti atau data-data yang lengkap.

b. Kelemahan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw

Kelemahan-kelemaham Teknik Jigsaw adalah sebagai berikut.

1) Apabila guru tidak merencanakan dengan baik, dimana setiap anggota

kelompk aktif berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok,

kerjasama tidak akan berjalan baik.

2) Apabila bekerjasama dalam kelompok tidak sesuai dengan

karakteristik pembelajaran dengan Teknik Jigsaw, maka Teknik

(40)

anggota saja yang benar-benar memecahkan materi pelajaran untuk

kelompoknya.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan

perencanaan sebagai berikut :

a. Permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan dalam kelompok

merupakan tanggung jawab bersama dalam kelompok dan disamping itu

juga guru sebaiknya memberikan tugas pada siswa secara individu.

b. Guru merencanakan tugas dengan baik yaitu dengan membuat lembar

kegiatan siswa yang disusun untuk memperlancar dan mempermudah siswa

memahami materi.

D. Kerangka Berfikir

Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang mempunyai

kemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah

kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang

baik dan bertanggung jawab.

Salah satu manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS adalah

Pengalaman langsung apabila guru IPS menggunakan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dalam menggunakan lingkungan

alam sekitar sebagai sumber belajar.

Untuk dapat melakukan kegiatan tersebut, guru dapat menggunakan model

cooperatif learning teknik jigsaw, karena dalam teknik jigsaw, guru dapat

(41)

royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan ketrampilan berkomunikasi untuk mengenal lingkungan alam

sekitar.

Dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw,

diharapkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, khususnya mengenal

aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di

daerahnya dapat meningkat

E. Hipotesis Tindakan

Model cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, khususnya mengenal aktivitas ekonomi

yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa

(42)

23

BAB III

METODE PENELITAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

SD Kanisius Gowongan, Penumping JT III/50 Yogyakarta merupakan tempat

di mana penelitian akan dilaksanakan.

2. Subyek Penelitian

Siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan Yogyakarta semester genap tahun

ajaran 2009/2010. Yang terdiri dari 16 siswa, 9 anak laki-laki dan 7 anak

perempuan.

3. Obyek Penelitian

Peningkatan prestasi belajar IPS, Kompetensi Dasar 2. 1 yaitu mengenal

aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di

(43)

4. Waktu Penelitian

Tabel 1 : Waktu Penelitian

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan

•Penyusunan kerangka •Presentasi kerangka •Menyusun proposal •Bimbingan dengan

dosen

2. Pelaksanaan

•Menyiapkan kelas dan alat

•Melaksanakan tindakan I •Melaksanakan

tindakan II

3. Penyusunan Laporan

• Menyusun konsep laporan

• Perbaikan laporan • Penyusunan dalam

(44)

B. Desain Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pengolahan Data Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

(45)

C. Rencana tindakan

1. Persiapan

a. Permintaan ijin kepada kepala Sekolah SD Kanisius Gowongan untuk

melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.

b. Melakukan observasi pada siswa kelas IV untuk memperoleh gambaran

sepintas mengenai tingkah laku siswa.

c. Identifikasi masalah.

d. Analisis masalah.

e. Perumusan masalah.

f. Perumusan hipotesis.

g. Penyusunan Rencana penelitian dalam siklus-siklus.

h. Penyususnan silabus, RPP, LKS, dan instrumen penelitian.

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Siklus I

a. Rencana Tindakan

1) Membuka kegiatan dengan melakukan apersepsi mengenai

pembelajaran IPS dalam mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan

dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya .

2) Siswa dibagi dalam kelompok besar setiap kelompok terdiri dari 8

orang siswa.

3). Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda.

4). Tiap siswa dalam kelompok membaca bagian tugas yang

(46)

5). Guru memerintahkan siswa yang mendapat tugas yang sama

berkumpul membentuk kelompok baru (kelompok ahli).

kelompok ahli 1 berdiskusi mengenai bentuk – bentuk kegiatan

ekonomi di lingkungannya sedangkan kelompok ahli 2 berdiskusi

mengenai persebaran sumber daya alam. Selanjutnya pada pertemuan

ke-2 kelompok ahli berdiskusi mengenai jenis – jenis sumber daya

alam dan kaitannya dengan kegiatan ekonomi

6). Setiap siswa kelompok-kelompok baru mencatat hasil diskusinya untuk

dilaporkan kepada kelompok semula (kelompok lama).

7). Selesai diskusi sebagai tim ahli, masing-masing kembali ke kelompok

asal (semula) untuk menyampaikan hasil diskusi ke anggota

kelompok asal dan secara bergilir atau bergantian dari tim ahli yang

berbeda tugasnya.

8). Setelah seluruh siswa selesai melaporkan, guru menunjuk salah satu

kelompok untuk menyampaikan hasilnya, dan siswa lain diberi

kesempatan untuk menanggapinya.

9). Guru mengklarifikasi permasalahan serta disimpulkan.

10). Mengadakan evaluasi pembelajaran.

(47)

b. Pelaksanaan tindakan

Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

c. Pengumpulan data

Data dilakukan dengan melakukan tes tertulis. Bentuk tes berupa tes

obyektif yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi diri tentang pembelajaran yang

telah dilakukan selama menggunakan model cooperative learning teknik

jigsaw, temuan pada siklus I selanjutnya direvisi untuk perbaikan siklus II.

Siklus II

a. Rencana Tindakan

1) Membuka kegiatan dengan melakukan apersepsi mengenai

pembelajaran IPS dalam mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan

dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya .

2) Siswa dibagi dalam kelompok kecil setiap kelompok terdiri dari 4

orang siswa.

3) Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda.

4) Tiap siswa dalam kelompok membaca bagian tugas yang diperolehnya.

5). Guru memerintahkan siswa yang mendapat tugas yang sama

berkumpul membentuk kelompok baru (kelompok ahli) untuk

(48)

kelompok ahli 1 dan kelompok ahli 3 berdiskusi mengenai manfaat

sumber daya alam yang ada di lingkungan setempat., sedangkan

kelompok ahli 2 dan kelompok ahli 4 berdiskusi mengenai perlunya

menjaga kelestarian sumber daya alam sekitar.

6). Setiap siswa kelompok-kelompok baru mencatat hasil diskusinya untuk

dilaporkan kepada kelompok semula (kelompok lama).

7). Selesai diskusi sebagai tim ahli, masing-masing kembali ke kelompok

asal (semula) untuk menyampaikan hasil diskusi ke anggota kelompok

asal dan secara bergilir atau bergantian dari tim ahli yang berbeda

tugasnya.

8). Setelah seluruh siswa selesai melaporkan, guru menunjuk salah satu

kelompok untuk menyampaikan hasilnya, dan siswa lain diberi

kesempatan untuk menanggapinya.

9). Guru mengklarifikasi permasalahan serta disimpulkan.

10). Mengadakan evaluasi pembelajaran.

11). Menilai hasil tes dan menganalisanya.

b. Pelaksanaan tindakan

Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.

c. Pengumpulan data

Data dilakukan dengan melakukan tes tertulis. Bentuk tes berupa tes

(49)

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi diri tentang pembelajaran yang

telah dilakukan selama menggunakan model cooperative learning teknik

jigsaw.

D. Instrumen Pengumpulan data

1. Peubah

Prestasi belajar siswa.

2. Indikator

Nilai rata-rata hasil tes siswa.

3. Jenis data

Jenis data yang akan diolah pada penelitian ini adalah data kuantitatif, berupa

hasil tes.

4. Cara pengumpulan data

Dalam penelitian ini cara pengumpulan data akan dilakukan dengan tes

tertulis.

5. Instrumen

a. Tes Objektif

Instrumen yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah soal

tes, berupa tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda.

Menurut Eko Putro Widyoko ( 2009:49) tes objektif dalam adalah

bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons yang

(50)

telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif

jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau

penskoran jawaban atau respons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan

secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif ini maka

tidak perlu harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat

dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor

hasil tes dapat dilakukan secara objektif. tes obyektif memiliki keunggulan

sebagai berikut:

1) Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.

2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan

kunci jawaban, bahkan dapat menggunakan alat – alat kemajuan

teknologi misalnya scanner.

3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.

4) Dalam pemeriksaan atau penskoran, tidak ada unsur subjektif yang

mempengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa.

b. Tipe Pilihan Ganda ( Multiple Choice Test )

Tes pilihan ganda adalah tes di mana setiap butir soalnya memiliki

jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif

jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 ( lima). Tentu saja jumlah alternatif

tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternatif lebih dari lima maka

akan sangat membingungkan peserta tes, dan juga akan sangat

menyulitkan penyusun butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa Inggris dikenal

(51)

ganda). Tipe tes ini adalah yang paling populaer dan paling banyak

digunakan dalam kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang

dapat dicakup.

Setiap tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu : (1) pernyataan

atau disebut juga stem, dan (2) alternatif pilihan jawaban atau disebut juga

option. Stem mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga dalam

bentuk pertanyaan. Bila dalam bentuk pertanyaan, merupakan pertanyaan

yang lengkap atau yang tidak lengkap.

Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) memiliki kelebihan,

kelebihan itu diantaranya:

1) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala

level tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai

yang paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan

mendemonstrasikan, ketrampilan menyatakan sesuatu yang ekspresif.

Misalnya, tujuan yang ingin diukur adalah memperlihatkan keindahan

tulisan, kemampuan membuat gambar, atau kemampuan

mendemonstrasikan keseimbangan tubuh. Hal – hal tersebut tidak

dapat diukur dengan butir soal objektif mana pun, termasuk tipe

pilihan ganda.

2) Karena karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu

mengerjakan sangat minim, maka setiap perangkat tes yang

menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat

(52)

penarikan sample pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas.

Jadi setiap perangkat tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan mata

pelajaran.

3) Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif . Dengan demikian

maka tidak ada unsure subjektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor

hasil ujian. Bahkan, karena sifatnya maka penskoran dapat dilakukan

oleh mesin. Karena itu, maka dapat dilakukan dengan waktu yang

sangat singkat.

4) Tipe butir soal dapat disusun sdemikian rupa sehingga menuntut

kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan

kebenaran sekaligus. Misalnya, dapat disusun butir soal dengan option

(pilihan) yang seluruhnya benar, tetapi dalam tingkatan kebenaran

yang berbeda. Peserta tes diminta untuk menyatakan butir jawaban

yang paling benar diantara semua jawaban yang benar tersebut. Hal ini

merupakan kelebihan yang sukar diperoleh butir soal tipe lain.

5) Jumlah pilihan jawaban yang disediakan lebih dari dua. Karena itu,

akan dapat mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak. Biasanya

keinginan menjadi lebih besar bila probabilitas untuk benar makin

besar. Jadi bila pilihan lebih dari dua, maka probabilitas untuk benar

tebakannya akan kurang dari 50%. Tentu hal ini tidak berlaku bagi

peserta tes yang ingin menebak.

6) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir

(53)

terlebih dahulu. Bila dalam uji coba butir soal tersebut ternyata ada

kelemahan (setelah dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan.

7) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah

tingkat homogenitas alternatif jawaban. Makin homogen alternatef

jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan sebaliknya

makin kurang homogenitas alternatif jawaban, maka akan semakin

rendah tingkat kesukaran butir soal.

8) Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan

informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila

butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi. Setiap pilihan peserta

terhadap alternatif jawaban merupakan suatu informasi tersendiri

tentang penguasaan kognitif peserta tes dalam bidang yang diujikan.

6. Teknik Pengujian Instrumen

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang digunakan berupa tes

pilihan ganda. Untuk soal tes yang digunakan adalah soal tes yang sudah diuji

validitas dan reliabitasnya, sehingga dapat diketahui bahwa tiap item – item soal

tersebut sahih dan andal. Soal yang sudah dibuat peneliti diujikan dahulu pada

kelas yang tingkat kemampuan siswanya setara dengan kelas yang akan

digunakan untuk penelitian, adapun untuk pengujian soal, peneliti menguji soal

pada siswa kelas IV SD Kanisius Kota Baru Yogyakarta tahun pelajaran

(54)

Berdasarkan indikator yang sudah ditentukan oleh peneliti, peneliti

membuat 30 soal yang akan diujikan pada siswa. Dari 30 soal tersebut nantinya

hanya digunakan 20 soal saja yang sudah memenuhi kriteria validitas.

a. Pengujian Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur

apa yang seharusnya diukur. Validitas item soal evaluasi diukur dengan

menganalisis hubungan (uji korelasi) antara nomor soal dengan total skor

yang didapat oleh masing-masing siswa.

Instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat

dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain

validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan

instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat

pula dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen

valid, maka instrumen itu juga valid.

Selain mencari validitas instrumen perlu juga dicari validitas butir

instrumen. Jika validitas instrumen, rendah maka perlu diketahui butir –

butir instrumen mana yang menyebabkan instrumen keseluruhan tersebut

jelek. Untuk keperluan inilah perlunya mencari validitas butir instrumen.

Menurut Eko Putro Widoyoko (2009:140) suatu butir instrumen

dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar terhadap skor

total. Dengan kata lain dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika

(55)

dapat diartikan dengan korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas butir

digunakan dengan rumus korelasi product moment.

( )( )

( )

(

)

(

( )

)

=

2 2

2 2

. x x N y y

N

y x xy

N rxy

Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan

membandingkan harga dengan harga

r

xy kritik. Adapun harga kritik untuk

validitas butir instrumen pada penelitian ini adalah 0,349. Artinya apabila

r

xylebih besar atau sama dengan 0,349 (

r

xy≥ 0,349), nomor butir tersebut

dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila

r

xy lebih kecil dari 0,349 (

r

xy

0,349), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid. Perhitungan korelasi

selain dilakukan dengan cara manual dapat juga dengan menggunakan

komputer program SPSS for windows.

Dari 30 soal yang diujikan, masing – masing siklus diambil 20 soal

yang memenuhi kriteria validitas, sedangkan yang 10 soal lainnya kurang

memenuhi kriteria validitas. Soal yang digunakan dalam penelitian ini

adalah soal yang sudah memenuhi kriteria validitas.

b. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu

menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperhatikan dalam

taraf ketetapan dan ketelitian (Masijo, 1995:209).

Metode penentuan yang digunakan untuk mengukur taraf

(56)

dua (split-half method). Metode belah dua merupakan metode yang efisien,

karena dalam penentuan taraf reliabilitas suatu tes hanya mempergunakan

satu tes untuk satu kali pengukuran. Dengan metode belah dua ini satu tes

dipakai dalam satu pengukuran pada sekelompok siswa. Hasil dari satu tes

dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian pertama berupa skor yang berasal

dari item – item bernomor gasal, sedangkan bagian kedua berupa skor

yang berasal dari item – iten bernomor genap.

Hasil dari dua belah tersebut yakni skor – skor yang berasal dari

item – item bernomor gasal dan genap dikorelasikan dengan menggunakan

teknik korelasi product-moment dari Pearson.

( )( )

( )

(

)

(

( )

)

=

2 2

2 2

. x x N y y

N

y x xy N rxy

Keterangan : x = nomor butir gasal

y = nomor butir genap

N = jumlah responden

Indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara

dua belah instrument, dan untuk memperoleh indeks reliabilitas instrument

(57)

rgg xrgg rtt

+ =

1 2

Keterangan: rtt = koefisien reliabilitas

rgg = koefisien gasal genap

Setelah diperoleh indeks angka reliabilitas, Langkah selanjutnya

adalah mengkonsultasikan angka tersebut dengan table r product-moment

dengan jumlah N yang sama pada taraf signifikan 1 % atau 5 %. Apabila r

hitung lebih besar atau sama dengan r table (

r

h≥ rt) diartikan ada korelasi

yang signifikan, instrument dianggap reliable. Sebaliknya apabila r hitung

lebih kecil dari r table (

r

h≤ rt) diartikan tidak ada korelasi yang signifikan,

kesimpilan instrument dianggap tidak reliable.

Dalam penelitian ini, baik siklus I maupun siklus II, harga kritik r

product-moment diperoleh harga r untuk jumlah responden (N) =32

dengan taraf signifikan 1% diperoleh harga r tabel = 0,449.

E. Analisis Data

Kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang diharapkan

(58)

Tabel 2: kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang diharapkan

No. Indikator Kondisi awal Kondisi akhir

siklus I

Kondisi akhir siklus II

1 Nilai rata-rata siswa

58,18

(Tahun pelajaran 2007/2008) 65 75

49,20

(Tahun pelajaran 2008/2010)

Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dalam nilai rata-rata yang diperoleh

melalui langkah-langkah berikut ini:

1. Penyekoran

Penyekoran kemampuan siswa didapat dengan cara menghitung jumlah

soal yang benar pada hasil tes.

2. Penilaian

Skor yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai dengan maksud agar hasil

belajar lebih bermakna bagi siswa, dengan rumus:

Jumlah skor yang diperoleh

Nilai = x 100 Jumlah skor maksimal

3. Menghitung nilai rata-rata.

Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa kelas IV diperoleh dengan

membagikan jumlah nilai seluruh siswa dengan jumlah siswa.

Σ x

M =

N

Keterangan: M = Nilai rata-rata

(59)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Pelaksanaan penelitian siklus I

Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus, di mana setiap siklus

dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan indikator yang berbeda tetapi

masih terkait satu dengan yang lain dan masih dalam satu standar kompetensi,

yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan satu kompetensi dasar yaitu

mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi

lain di daerahnya.

Pola kegiatan pembelajaran dalam model cooperative learning teknik

jigsaw siklus I adalah setiap kelompok terdiri dari 8 anggota. Anggota dari

masing-masing kelompok bersifat heterogen. Dimana guru memilih kelompok

berdasarkan tingkat kecerdasan setiap siswa. Kegiatan mengerjakan tugas dengan

menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dilakukan dalam

kelompok-kelompok ahli, di mana dari satu kelas terdiri atas 4 kelompok ahli,

yaitu kelompok ahli 1, kelompok ahli 2, kelompok ahli 3, dan kelompok ahli 4.

kegiatan pembuatan rangkuman materi pembelajaran dilakukan dalam kelompok

(60)

Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I terdiri atas 3

indikator, 3 indikator yang digunakan adalah:

1) Menjelaskan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di lingkungannya.

2) Menggunakan peta setempat untuk menunjukkan persebaran sumber daya

alam.

3) Mengidentifikasi jenis – jenis sumber daya alam dan kaitannya dengan

kegiatan ekonomi.

Indikator pembelajaran ini dicapai dengan melaksanakan model

cooperative learning teknik jigsaw, dengan disediakan beberapa sumber belajar.

Pada penelitian ini sumber belajar yang disiapkan adalah peta, atlas, buku-buku

pelajaran IPS, LKS, dan media gambar.

Pelaksanaan siklus I diikuti oleh 16 siswa. Pada pertemuan pertama, kegiatan

pertama yang dilakukan adalah bernyanyi secara bersama-sama lagu yang

berjudul lihat kebunku, setelah itu masing-masing kelompok menyiapkan sumber

belajar yang diperlukan

Kegiatan siswa selanjutnya siswa masuk ke dalam kelompok, kemudian

setiap kelompok mendapatkan LKS, dan setelah setiap anggota memahami LKS

yang diperolehnya, selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli, untuk

memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mengerjakn LKS,

selanjutnya siswa melaporkan hasil kerjanya kepada anggota kelompok awal, dan

selanjutnya perwakilan dari setiap kelompok melaporkan hasil kerja di depan

(61)

Pada pertemuan kedua. Kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah

bernyanyi secara bersama-sama lagu yang berjudul lihat kebunku, setelah itu

peneliti mencoba melakukan kegiatan tanya jawab mengenai pembelajaran pada

pertemuan pertama. setelah itu masing-masing kelompok menyiapkan sumber

belajar yang diperlukan

Kegiatan siswa selanjutnya siswa masuk ke dalam kelompok, kemudian

setiap kelompok mendapatkan LKS, dan setelah setiap anggota memahami LKS

yang diperolehnya, selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli, untuk

memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mengerjakn LKS,

selanjutnya siswa melaporkan hasil kerjanya kepada anggota kelompok awal, dan

selanjutnya perwakilan dari setiap kelompok melaporkan hasil kerja di depan

kelas.

Kegiatan pembelajaran yang terakhir dalam pertemuan kedua yaitu siswa

mengerjakan soal tes tertulis secara individu untuk mengetahui prestasi belajar

siswa. Jumlah soal sebanyak 20 butir yang terdiri dari soal pilihan ganda. Waktu

mengerjakan soal adalah 20 menit.

b. Hasil penelitian siklus I

Berdasarkan tes tertulis yang merupakan tes prestasi hasil belajar yang

telah dilakukan hari Kamis tanggal 11 Maret 2010 diperoleh data nilai prestasi

Gambar

Tabel
Tabel 1 : Waktu Penelitian
Tabel 2: kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang
Tabel 3. hasil evaluasi siklus I siswa IV SD Kanisius Gowongan tahun pelajaran    2009/2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat kendala pada sistem yang lama bagi perusahaan, kendala utama yang dialami adalah aplikasi tidak dapat menghasilkan suatu laporan yang sesuai dengan

Universitas

prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien. 2) Memberikan training kepada tenaga kerja/karyawan baru. 3) Memberikan Pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.

Dengan dikeluarkannya surat pemberitahuan ini maka nama paket pekerjaan yang berlaku pada paket. pekerjaan yang dimaksud adalah dengan nama “ Pengawasan Pembangunan Penahan

Perhitungan % Efisiensi Vit.E Yang Terikat Pada Matriks GIF % Efisiensi Vitamin E yang terperangkap pada matriks:. % Efisiensi Vit.E yang terperangkap pada

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat anti hipertensi pada pasien lanjut usia di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah