PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yohanes Haris Susanto
NIM: 081134157
PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yohanes Haris Susanto
NIM: 081134157
PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Hasil karyaku ini kupersembahkan untuk
1.
Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberkati dan
memberikan waktu untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Mama di surga yang memberikan cinta abadi dan yang selalu ada
di hatiku.
3.
Bapak Hadrianus Said yang telah memberikan kasih sayang dan
doa yang tak kunjung henti untukku.
4.
Bapak dan Ibu Suratidjan yang telah memberikan dorongan dan
petunjuk untukku.
5.
Christina Septiningsih yang telah menjadi sahabat dan kekasih
yang baik, yang selalu mendampingiku dalam setiap langkah
hidupku,
“Thank’s to all, you are my best of the best in my life
forever and whenever”,
tanpamu aku rapuh.
6.
Agustina Fransiska dan Yustina yang telah menguatkanku dengan
senyum manis dari kalian berdua.
v
MOTTO
“Saya memang bukan orang yang baik, tetapi saya akan
memberikan yang terbaik”
“Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir”
“Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki
keberanian untuk mengejarnya”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Juni 2010
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yohanes Haris Susanto
Nomor Mahasiswa : 081134157
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 8 Juni 2010
Yang menyatakan
viii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS GOWONGAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Yohanes Haris Susanto Universitas Sanata Dharma
2010
ABSTRAK
Prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan dalam mata pelajaran IPS, khususnya materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa terlihat pada nilai rata-rata ulangan harian yang belum memenuhi KKM yaitu 58,18 pada tahun pelajaran 2007/2008 dan 49,2 pada tahun pelajaran 2008/2009, sementara KKM yang ditentukan adalah 70.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model cooperative learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, dalam materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada siklus I dilakukan model cooperative learning teknik
Jigsaw dengan membagi kelompok dengan jumlah anggota 8 siswa yang dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Pada siklus II dilakukan model cooperative learning teknik Jigsaw dengan membagi kelompok dengan jumlah anggota 4 siswa yang dilaksanakan dalam 2 pertemuan.
Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan naiknya nilai rata-rata kelas dan prosentase ketuntasan. Nilai rata-rata pada kondisi awal 53,69 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 69,37 dengan prosentase ketuntasan sebesar 62,5%. Pada siklus II perolehan nilai rata-rata sebesar 81,25 dengan prosentase ketuntasan sebesar 81,25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010 dalam mata pelajaran IPS.
ix
IMPROVEMENT OF LEARNING ACHIEVEMENT BY COOPERATIVE LEARNING MODEL USING JIGSAW TECHNIQUE ON SOCIAL
STUDY OF THE FOURTH GRADE STUDENTS OF KANISIUS GOWONGAN PRIMARY SCHOOL OF 2009/2010
Yohanes Haris Susanto Sanata Dharma University
2010 ABSTRACT
Learning achievement on social study of the fourth grade students of Kanisius Gowongan primary school, especially on the subject of introduction the economic activity associated with natural resources and other potentials in their region is still low. It is seen in the average value of daily tests that does not meet the KKM (Minimum criteria of completeness) ie 58 in 2007/2008 and 49 in 2008/2009, while the determined KKM (Minimum criteria of completeness) is 70. This study is aimed to determine whether the model of cooperative learning using Jigsaw technique improve learning achievement in social study, on the subject of introduction the economic activity associated with natural resources and other potentials in their region of the fourth grade students of Kanisius Gowongan primary school in the academic year of 2009/2010.
This study is a classroom action research conducted in two cycles. In the first cycle conducted with the model of cooperative learning using Jigsaw technique by dividing the groups into 8 members of student performed in two meetings. In the second cycle conducted with the model of cooperative learning using Jigsaw technique by dividing the groups into 4 members of student performed in two meetings.
Improvement of student’s learning achievement is indicated by the increase of class average score and the percentage of completeness. The average score of 53.69 in the initial conditions in the first cycle increased to 69.37 with the percentage of completeness 62.5%. In the second cycle the average score of 81.25 with percentage of completeness 81.25%. The results indicated that the learning model of cooperative learning using Jigsaw technique can improve learning achievement of the fourth grade students of Kanisius Gowongan primary school in the academic year of 2009/2010 on social study.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW
DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS
GOWONGAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jenjang pendidikan starata satu.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara materil maupun
spiritual berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan ijin penelitian, dan sebagai dosen
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk
dalam penulisan skripsi ini.
3. Rusmawan, S.Pd. dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
4. Y. Maryono Susanto, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDK Gowongan yang telah
memberikan ijin penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
5. Guru-guru SDK Gowongan yang telah membantu dalam melengkapi data
penelitian.
6. Siswa-siswi SDK Gowongan yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.
7. Christina Septiningsih, Agustina Fransiska dan Yustina ”you are the best of
the best, my spirit and my inspiration in my life”.
8. Orangtuaku dan kakak-kakakku tersayang Menik, Adi, Heru, Anik, Eko atas
xi
9. Sahabat-sahabatku terkasih Bapak Gunadi, Bapak Yohanes Wakijo, Ricky
Safreli, Subandi, Didik, Yoseph Asiriri Dotheres, Kita selalu saling
mendukung, mengisi dan menguatkan di saat ada yang kesusahan.
”Terimakasih atas semuanya sahabatku”.
10.Sahabat-sahabat di SD Katolik ST. Fransiskus Lawang, Malang dan
sahabat-sahabat S1 PGSD. ”Terimakasih atas dukungan yang telah diberikan
untukku”.
11.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan
caranya tersendiri telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya semoga karya kecil ini dapat menjadi jawaban atas semua
dukungan dan akan melengkapi rasa syukur bila karya ini mampu memperluas
wacana model pembelajaran bagi yang membacanya.
Yogyakarta, 8 Juni 2010
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR………...…………... x
DAFTAR ISI………... xii
DAFTAR TABEL……….... xvi
DAFTAR LAMPIRAN………... xvii
BAB I PENDAHULUAN ……….... 1
A. Latar Belakang………... B. Pembatasan Masalah………. C. Perumusan Masalah………...
1
3
xiii
D. Batasan Pengertian………. E. Pemecahan Masalah………... F. Tujuan Penelitian………... G. Manfaat Penelitian………. BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. A. Prestasi Belajar………. 1. Pengertian Prestasi ……….. 2. Pengertian Belajar ………... 3. Pengertian Prestasi Belajar ……….... B. Hakikat Pembelajaran IPS di SD…….………... 1. Pengertian IPS... .... 2. Tujuan IPS………... 3. Ruang Lingkup Bahan Pengajaran IPS …………... C. Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw…………... 1. Model Cooperative Learning……… 2. Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw ……….. 3. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw ….……….… D. Kerangka Berfikir……….… E. Hipotesis Tindakan………...…
xiv
BAB III METODE PENELITIAN………....… A. Setting Penelitian………...
1. Tempat Penelitian……….… 2. Subyek Penelitian……….… 3. Obyek Penelitian………...… 4. Waktu Penelitian………..… B. Desain Penelitian……….…...… C. Rencana Tindakan………..…....… 1. Persiapan………... 2. Rencana Tindakan Setiap Siklus……….… D. Instrumen Pengumpulan data...………... E. Analisis Data………...… 1. Penyekoran………... 2. Penilaian……….…... 3. Menghitung Nilai Rata-rata………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………. A. Hasil Penelitian………...
1. Siklus I………... a. Pelaksanaan Penelitian Siklus I…………... b. Hasil Penelitian Siklus I………... c. Refleksi Penelitian Siklus I………...
xv
2. Siklus II………. a. Pelaksanaan Penelitian Siklus II…... b. Hasil Penelitian Siklus II………. c. Refleksi Penelitian Siklus II………...
B. Pembahasan ……………..
BAB V PENUTUP...………... A. Kesimpulan ………...
B. Saran ………...
DAFTAR PUSTAKA ………... LAMPIRAN ………...
45
45
47
48
49
55
55
55
57
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Waktu Penelitian ……… 24 2. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa dan Kondisi Akhir
yang Diharapkan……… 39
3. Hasil Evaluasi Siklus I ……….. 43 4. Hasil Evaluasi Siklus II………. 48 5. Data Awal Hasil Belajar Siswa Tahun Pelajaran
2007/2008……….. 50
6. Data Awal Hasil Belajar Siswa Tahun Pelajaran
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ……… 60
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 62
a. RPP Siklus I ………. 62
b. RPP Siklus II ……… 67
3. Lembar Kerja Siswa……….. 73
a. LKS Siklus I……… 73
b. LKS Siklus II……….. 75
4. Kisi-Kisi Uji Validitas Siklus I……….. 77
5. Data Uji Validitas Siklus I……...………. 78
6. Hasil Uji Validitas Siklus I………...………. 79
7. Uji Reliabilitas siklus I……… 88
8. Kesimpulan Reliabilitas Siklus I……… 89
9. Kisi-Kisi Uji Validitas Siklus II………. 90
10.Data Uji Validitas Siklus II………... 91
11.Hasil Uji Validitas Siklus II………... 92
12.Uji Reliabilitas siklus II………. 101
13.Kesimpulan Reliabilitas Siklus II………. 102
14.Tabel Nilai r Product Moment……….….. 103
15.Soal Tes Evaluasi Siklus I ……….…... 104
16. Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus I……….. 106
xviii
18.Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus II………. 109
19.Daftar Nilai Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan
Tahun Pelajaran 2007/2008……….... 110
20.Daftar Nilai Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan
Tahun Pelajaran 2007/2008……… 111
21.Foto Kegiatan Penelitian………. 112
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan situasi belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya untuk memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik
untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Jika kita perhatikan perkembangan pendidikan di negara kita, belum
sampai kepada taraf yang kita inginkan sesuai dengan isi dari Undang-Undang
Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003. Kenyataan ini dapat kita lihat pada kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Guru menganggap bahwa para peserta didik
seperti kertas kosong yang siap untuk diisi dengan tinta. Dengan kata lain, otak
seorang anak masih kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan.
Dengan demikian proses pembelajaran yang mengharapkan peserta didik dapat
aktif yang sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003
tidak dapat terwujudkan, karena dari gambaran tersebut kita dapat melihat bahwa
yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Di mana siswa
hanya duduk, mencatat, mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit
Kenyataan itu terjadi pada siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan, yang
berdasarkan pengamatan peneliti selama 2 tahun pelajaran yaitu tahun pelajaran
2007/2008 dan 2008/2009. Kegiatan pembelajaran di SD Kanisius Gowongan
masih didominasi oleh guru, dan hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa kelas
IV SD Kanisius Gowongan dalam mata pelajaran IPS, khususnya dalam materi
mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi
lain di daerahnya masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa terlihat pada
nilai rata-rata ulangan harian dalam mata pelajaran IPS, khususnya dalam materi
mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi
lain di daerahnya yang belum memenuhi KKM yaitu 58,18 pada tahun pelajaran
2007/2008 dan 49,2 pada tahun pelajaran 2008/2009, sementara KKM yang
ditentukan adalah 70.00
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk meningkatan
prestasi belajar siswa. Upaya meningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas
dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain dibutuhkan guru yang
kreatif, yang dapat membuat belajar menjadi lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik. Selain itu suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun
sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai model cooperative learning
seperti teknik jigsaw, teknik tutor sebaya, teknik presentasi, teknik STAD, dan
sebagainya. Dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, sehingga pada
Peneliti tertarik mengambil model cooperative learning teknik Jigsaw
karena model cooperative learning teknik Jigsaw memberikan peluang kepada
siswa membangun konsepnya sendiri dan dapat mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran. Sehingga diharapkan ada peningkatan prestasi belajar siswa
mengenai suatu konsep setelah proses pembelajaran.
B. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi IPS di Sekolah Dasar maka
penelitian ini dibatasi pada peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran IPS,
khususnya kompetensi dasar mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan
sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya dan untuk mengatasi masalah
tersebut peneliti akan menggunakan model cooperative learning teknik Jigsaw.
C. Perumusan Masalah
Dilandasi latar belakang masalah dan pembatasan masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik
Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS, dalam materi
mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi
lain di daerahnya pada siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan semester genap
D. Batasan Pengertian
Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda, maka penulis membatasi
pengertian sebagai berikut :
1. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
mengikuti proses pembelajaran.
2. Model Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang
terdiri dari dua orang atau lebih.
3. Model cooperative learning teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran,
yang tediri dari kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah
kelompok awal siswa, terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan
kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain
(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
E. Pemecahan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan tersirat
dalam rumusan masalah tentang rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS, khususnya mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan
sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya akan diatasi dengan
F. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model cooperative
learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS, dalam materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan
sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa kelas IV SD Kanisius
Gowongan semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010.
G. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk:
1. Peneliti sendiri
a. Membuka wawasan baru tentang model pembelajaran yang digunakan
selain model ceramah seperti yang biasa digunakan.
b. Merupakan pengalaman baru yang dapat dikembangkan untuk
pembelajaran materi lain atau bidang studi lain yang memungkinkan.
c. Memiliki alternatif model pembelajaran lain selain model yang biasa
digunakan, sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
bervariasi dan tidak monoton.
2. Guru
Merupakan model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan.
3. Sekolah
Menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menambah bahan
bacaan di perpustakaan sekolah yang diharapkan dapat memberi inspirasi
4. Prodi PGSD
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu tambahan
bacaan PTK dengan menggunakan model cooperative learning teknik
Jigsaw dalam pembelajaran IPS.
5. Bagi Siswa
Memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar,
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Prestasi
Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Zainal Arifin,
1990:2-3). Woodwort dan Marquis mendefinisikan prestasi sebagai berikut:
“Achievement actual ability and can be measured directly by the use of test”
(1957:58). Prestasi adalah kecakapan nyata dan dapat diukur maka bersifat
sementara dan dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes. Karena
dapat diukur maka bersifat sementara dan dapat dipengaruhi beberapa faktor yang
ada.
Winkel (1984:64) menyatakan prestasi adalah bukti usaha yang dapat
dicapai. Hasil dari usaha pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan
menggunakan tes atau evaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah
usaha yang dapat diukur secara langsung menggunakan tes.
2. Belajar
Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan makna dan hakekat belajar
seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi
kegiatan transfer informasi dari guru ke siswa. Untuk keperluan kegiatan belajar
mengajar guru perlu melakukan pembalikan makna belajar dan hakikat belajar.
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna
atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna
tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu
disaring dengan persepsi , pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa.
Belajar dalam arti luas, yang juga disebut sebagai perkembangan, adalah
belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum
yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar ini disebut juga
belajar operatif, di mana seorang aktif mengkonstruksi struktur dari yang
dipelajarinya (Ginsburg dan Opper, 1995 dalam Anita Lie, 2002:5).
Menurut Anderson dan Piaget (dalam Anita Lie, 2002:5) belajar adalah
suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap
siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif.
Teori skemata menjelaskan bahwa siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka
dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan
pengetahuan yang baru. Jadi, penyusunan pengetahuan yang terus-menerus
menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif.
Perubahan-perubahan yang terjadi ketika belajar tidak hanya terlihat pada
perubahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian atau adaptasi diri. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa
berarti menyangkut ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Menurut Gagne (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:10) belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas setelah
belajar orang memliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas itu adalah stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif
yang dilakukan oleh seseorang yang sedang belajar. Belajar terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Dalam belajar terjadi interaksi antara kondisi internal dan proses kognitif
siswa yang berinteraksi dengan stimulus yang berasal dari lingkungan. Proses
kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang merupakan kapabilitas
siswa, hasil belajar itu berupa informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif.
Menurut Rogers (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:16) praktek
pendidikan tahun 1960-an menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa
yang belajar. Kenyataan tersebut terjadi pula saat sekarang ini, banyak guru di
sekolah-sekolah tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi
dalam proses belajar.
Rogers (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 2006:16) mengemukakan pentingnya
seorang guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan
pembelajaran tersebut sebagai berikut:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama melakukan dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
e. Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
f. Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
g. Belajar mengalami menurut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Bertolak dari definisi-definisi di atas, secara umum belajar dapat dikatakan
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
atau bertahan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuan
pembelajaran tersebut.
3. Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang
dalam belajar maka diperlukan suatu evaluasi, tujuan dari diadaknnya evaluasi itu
adalah untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Selanjutnya
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S.
Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna
apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa, yang diperolehnya dalam proses
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.
Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi
belajar siswa.
B. Hakikat Pembelajaran IPS di SD
1. Pengertian IPS
IPS merupakan bidang kajian yang mempelajari politik, ekonomi, budaya
dan aspek-aspek lingkungan dari suatu masyarakat pada masa lalu, sekarang dan
yang akan datang (Maxim dalam Rismiati, 2008:16).
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan
permasalahan yang akan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS
berusaha membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi seseorang
sehingga akan menjadikan orang tersebut semakin mengerti dan memahami
lingkungan sosial masyarakatnya, sehingga pengajaran IPS tidak hanya
ditekankan pada teori saja tetapi memerlukan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari seperti hidup bermasyarakat dan berhubungan sosial lainnya.
2. Tujuan IPS
Banyak para ahli mengungkapkan mengenai tujuan pembelajarn IPS,
mereka sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan
dari program pendidikan tersebut
Menurut Gross (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14). “to prepare
student to be well-functioning citizens in a democratic society” . Dari pernyataan
ini kita dapat melihat bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.
Menurut Gross (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14). Tujuan lain
dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapinya
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk menggembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal
Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007:15) Pola pembelajaran
pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan. Penekanan
pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa
dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada
upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang dipelajarinya sebagai bekal
dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Bertolak dari definisi-definisi di atas secara umum, dapat dikatakan bahwa
pembelajarn IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial
dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah kekuatan fisik dan sosial,
yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung
jawab serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
3. Ruang Linkup Bahan Pengajaran IPS
Ruang Lingkup Bahan Pengajaran Imu Pengetahuan Sosial di SD meliputi
keluarga, masyarakat setempat, uang, pajak, tabungan, ekonomi setempat, wilayah
propinsi, wilayah kepulauan, wilayah pemeritah daerah Negara Republik
C. Model Cooperatif Learning Teknik Jigsaw
1. Model Cooperatif Learning
Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses
belajar-mengajar bersumber pada teori. Menurut Locke (dalam Anita Lie, 2002:2) pikiran
seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan
– coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat botol kosong yang
siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang mahaguru.
Berdasarkan asumsi ini dan asumsi yang sejenisnya, banyak guru melaksanakan
kegiatan - kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut.
a. Memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru
memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan
mengingatnya.
b. Mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan
dihafal oleh siswa.
c. Mengotak-ngotakkan siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas,
siapa yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa yang tidak, siapa yang
bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan siapa yang tidak. Kemampuan
dinilai dengan ranking dan siswa pun direduksi menjadi angka – angka.
menang. Orang tua pun saling bersaing menyombongkan anaknya masing
– masing dan menonjolkan prestasi anaknya bagaikan memamerkan
binatang aduan.
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa
lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian, dan pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar membuktikan bahwa para guru sudah harus mengubah
paradigma pengajaran, yaitu yang berpusat pada guru. Sehingga diharapkan siswa
lebih aktif untuk membangun pengetahuan yang sedang dipelajarinya, dan guru
hanya menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar siswa.
Para guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :
a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk
makna dari bahan – bahan pelajaran.
b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif.
c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan
siswa.
d. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi
antara guru dan siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar yang menuntut siswa aktif dalam membangun
pengetahuan dan yang menuntut interaksi antar siswa dan interaksi antara guru
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2002:31) tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Karena dalam kerja
kelompok guru biasanya membentuk kelompok lalu memberikan tugas kelompok
tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif.
Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, atau bahkan
ada yang main-main atau ngobrol.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan. Lima unsur model pembelajaran gotong royong
dalam cooperative learning, yaitu sebagai berikut.
a. Adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.
b. Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok
harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas
kelompok.
c. Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk
bertatap muka dan berdiskusi.
d. Harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali
dengan teknik berkomunikasi.
e. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan
oleh guru.
Jika kita lihat cooperative learning sangat sesuai untuk mengubah
paradigma lama mengenai proses belajar-mengajar yang bersumber pada teori.
Umpamanya, dalam kecakapan berpikir rasional (thinking skill), siswa dituntut
memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah
informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah. Selain
itu siswa pun dituntut untuk memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan
berkomunikasi dan bekerjasama. Di sinilah pentingnya peranan cooperative learning.
2. Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw.
Teknik jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan diadaptasi oleh
Slavin. Teknik jigsaw dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini mengabungkan kegiatan membaca,
menulis, mendengarkan, dan berbicara. Teknik pembelajaran ini bisa pula
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk
semua kelas/tingkatan.
Menurut Mel Silberman (2001:60) teknik jigsaw merupakan sebuah
teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “
pertukaran dari kelompok ke kelompok ”(group- to-group exchange) dengan
suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah
alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau
“dipotong” dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain –
lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi
yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan
Dalam teknik jigsaw, guru memperhatikan latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan pengalaman agar bahan pelajaran
menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan
dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal – hal yang
dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model
Cooperative Learning Teknik Jigsaw diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan cooperative learning.
b. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru
terhadap proses pembelajaran relatif sehingga hanya segelintir orang yang
menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
c. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik cooperative
learning.
e. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang
dapat mendukung proses pembelajaran.
Menurut Anita Lie (2002:69), agar pelaksanaan cooperative learning
teknik jigsaw dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan langkah – langkah
sebagai berikut :
a. Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan.
b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
c. Siswa dibagi dalam kelompok.
d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. e. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing –
masing.
f. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing – masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
g. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok
para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan begian yang
sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian
tersebut. Kemudian, masing – masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan
membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan – rekan dalam
kelompoknya.
3. Keunggulan dan kelemahan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Keunggulan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw diantaranya
adalah:
1) Jigsaw secara tidak langsung membuat siswa berkomunikasi. Pada
komunikasi tersebut tidak lepas dari proses tanya jawab. Dengan tanya
jawab siswa menggali sesuatu dari ingatannya dan menyumbangkan
pengetahuannya serta pengalamannya kepada orang lain. Pengetahuan
baru yang diperoleh siswa sedikit demi sedikit membawa siswa
mencapai pengetahuan maksimal.
2) Teknik Jigsaw akan memotivasi belajar siswa dan mengaktifkan siswa
dalam mengikuti pelajaran.
3) Teknik Jigsaw akan membantu siswa lebih cepat mencerna isi dari
materi pelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
4) Teknik Jigsaw membentuk sikap siswa menjadi bijaksana, menghargai
dan menerima pendapat orang lain, tidak mudah menyalahkan orang
lain tanpa bukti atau data-data yang lengkap.
b. Kelemahan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Kelemahan-kelemaham Teknik Jigsaw adalah sebagai berikut.
1) Apabila guru tidak merencanakan dengan baik, dimana setiap anggota
kelompk aktif berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok,
kerjasama tidak akan berjalan baik.
2) Apabila bekerjasama dalam kelompok tidak sesuai dengan
karakteristik pembelajaran dengan Teknik Jigsaw, maka Teknik
anggota saja yang benar-benar memecahkan materi pelajaran untuk
kelompoknya.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan
perencanaan sebagai berikut :
a. Permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan dalam kelompok
merupakan tanggung jawab bersama dalam kelompok dan disamping itu
juga guru sebaiknya memberikan tugas pada siswa secara individu.
b. Guru merencanakan tugas dengan baik yaitu dengan membuat lembar
kegiatan siswa yang disusun untuk memperlancar dan mempermudah siswa
memahami materi.
D. Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang mempunyai
kemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah
kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang
baik dan bertanggung jawab.
Salah satu manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS adalah
Pengalaman langsung apabila guru IPS menggunakan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dalam menggunakan lingkungan
alam sekitar sebagai sumber belajar.
Untuk dapat melakukan kegiatan tersebut, guru dapat menggunakan model
cooperatif learning teknik jigsaw, karena dalam teknik jigsaw, guru dapat
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi untuk mengenal lingkungan alam
sekitar.
Dengan menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw,
diharapkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, khususnya mengenal
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya dapat meningkat
E. Hipotesis Tindakan
Model cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, khususnya mengenal aktivitas ekonomi
yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya siswa
23
BAB III
METODE PENELITAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
SD Kanisius Gowongan, Penumping JT III/50 Yogyakarta merupakan tempat
di mana penelitian akan dilaksanakan.
2. Subyek Penelitian
Siswa kelas IV SD Kanisius Gowongan Yogyakarta semester genap tahun
ajaran 2009/2010. Yang terdiri dari 16 siswa, 9 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan.
3. Obyek Penelitian
Peningkatan prestasi belajar IPS, Kompetensi Dasar 2. 1 yaitu mengenal
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di
4. Waktu Penelitian
Tabel 1 : Waktu Penelitian
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
•Penyusunan kerangka •Presentasi kerangka •Menyusun proposal •Bimbingan dengan
dosen
2. Pelaksanaan
•Menyiapkan kelas dan alat
•Melaksanakan tindakan I •Melaksanakan
tindakan II
3. Penyusunan Laporan
• Menyusun konsep laporan
• Perbaikan laporan • Penyusunan dalam
B. Desain Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pengolahan Data Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
C. Rencana tindakan
1. Persiapan
a. Permintaan ijin kepada kepala Sekolah SD Kanisius Gowongan untuk
melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.
b. Melakukan observasi pada siswa kelas IV untuk memperoleh gambaran
sepintas mengenai tingkah laku siswa.
c. Identifikasi masalah.
d. Analisis masalah.
e. Perumusan masalah.
f. Perumusan hipotesis.
g. Penyusunan Rencana penelitian dalam siklus-siklus.
h. Penyususnan silabus, RPP, LKS, dan instrumen penelitian.
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Siklus I
a. Rencana Tindakan
1) Membuka kegiatan dengan melakukan apersepsi mengenai
pembelajaran IPS dalam mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya .
2) Siswa dibagi dalam kelompok besar setiap kelompok terdiri dari 8
orang siswa.
3). Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda.
4). Tiap siswa dalam kelompok membaca bagian tugas yang
5). Guru memerintahkan siswa yang mendapat tugas yang sama
berkumpul membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
kelompok ahli 1 berdiskusi mengenai bentuk – bentuk kegiatan
ekonomi di lingkungannya sedangkan kelompok ahli 2 berdiskusi
mengenai persebaran sumber daya alam. Selanjutnya pada pertemuan
ke-2 kelompok ahli berdiskusi mengenai jenis – jenis sumber daya
alam dan kaitannya dengan kegiatan ekonomi
6). Setiap siswa kelompok-kelompok baru mencatat hasil diskusinya untuk
dilaporkan kepada kelompok semula (kelompok lama).
7). Selesai diskusi sebagai tim ahli, masing-masing kembali ke kelompok
asal (semula) untuk menyampaikan hasil diskusi ke anggota
kelompok asal dan secara bergilir atau bergantian dari tim ahli yang
berbeda tugasnya.
8). Setelah seluruh siswa selesai melaporkan, guru menunjuk salah satu
kelompok untuk menyampaikan hasilnya, dan siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapinya.
9). Guru mengklarifikasi permasalahan serta disimpulkan.
10). Mengadakan evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
c. Pengumpulan data
Data dilakukan dengan melakukan tes tertulis. Bentuk tes berupa tes
obyektif yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi diri tentang pembelajaran yang
telah dilakukan selama menggunakan model cooperative learning teknik
jigsaw, temuan pada siklus I selanjutnya direvisi untuk perbaikan siklus II.
Siklus II
a. Rencana Tindakan
1) Membuka kegiatan dengan melakukan apersepsi mengenai
pembelajaran IPS dalam mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya .
2) Siswa dibagi dalam kelompok kecil setiap kelompok terdiri dari 4
orang siswa.
3) Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda.
4) Tiap siswa dalam kelompok membaca bagian tugas yang diperolehnya.
5). Guru memerintahkan siswa yang mendapat tugas yang sama
berkumpul membentuk kelompok baru (kelompok ahli) untuk
kelompok ahli 1 dan kelompok ahli 3 berdiskusi mengenai manfaat
sumber daya alam yang ada di lingkungan setempat., sedangkan
kelompok ahli 2 dan kelompok ahli 4 berdiskusi mengenai perlunya
menjaga kelestarian sumber daya alam sekitar.
6). Setiap siswa kelompok-kelompok baru mencatat hasil diskusinya untuk
dilaporkan kepada kelompok semula (kelompok lama).
7). Selesai diskusi sebagai tim ahli, masing-masing kembali ke kelompok
asal (semula) untuk menyampaikan hasil diskusi ke anggota kelompok
asal dan secara bergilir atau bergantian dari tim ahli yang berbeda
tugasnya.
8). Setelah seluruh siswa selesai melaporkan, guru menunjuk salah satu
kelompok untuk menyampaikan hasilnya, dan siswa lain diberi
kesempatan untuk menanggapinya.
9). Guru mengklarifikasi permasalahan serta disimpulkan.
10). Mengadakan evaluasi pembelajaran.
11). Menilai hasil tes dan menganalisanya.
b. Pelaksanaan tindakan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan.
c. Pengumpulan data
Data dilakukan dengan melakukan tes tertulis. Bentuk tes berupa tes
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi diri tentang pembelajaran yang
telah dilakukan selama menggunakan model cooperative learning teknik
jigsaw.
D. Instrumen Pengumpulan data
1. Peubah
Prestasi belajar siswa.
2. Indikator
Nilai rata-rata hasil tes siswa.
3. Jenis data
Jenis data yang akan diolah pada penelitian ini adalah data kuantitatif, berupa
hasil tes.
4. Cara pengumpulan data
Dalam penelitian ini cara pengumpulan data akan dilakukan dengan tes
tertulis.
5. Instrumen
a. Tes Objektif
Instrumen yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah soal
tes, berupa tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda.
Menurut Eko Putro Widyoko ( 2009:49) tes objektif dalam adalah
bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons yang
telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau
penskoran jawaban atau respons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan
secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif ini maka
tidak perlu harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat
dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor
hasil tes dapat dilakukan secara objektif. tes obyektif memiliki keunggulan
sebagai berikut:
1) Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci jawaban, bahkan dapat menggunakan alat – alat kemajuan
teknologi misalnya scanner.
3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
4) Dalam pemeriksaan atau penskoran, tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa.
b. Tipe Pilihan Ganda ( Multiple Choice Test )
Tes pilihan ganda adalah tes di mana setiap butir soalnya memiliki
jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif
jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 ( lima). Tentu saja jumlah alternatif
tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternatif lebih dari lima maka
akan sangat membingungkan peserta tes, dan juga akan sangat
menyulitkan penyusun butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa Inggris dikenal
ganda). Tipe tes ini adalah yang paling populaer dan paling banyak
digunakan dalam kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang
dapat dicakup.
Setiap tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu : (1) pernyataan
atau disebut juga stem, dan (2) alternatif pilihan jawaban atau disebut juga
option. Stem mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga dalam
bentuk pertanyaan. Bila dalam bentuk pertanyaan, merupakan pertanyaan
yang lengkap atau yang tidak lengkap.
Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) memiliki kelebihan,
kelebihan itu diantaranya:
1) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala
level tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan
mendemonstrasikan, ketrampilan menyatakan sesuatu yang ekspresif.
Misalnya, tujuan yang ingin diukur adalah memperlihatkan keindahan
tulisan, kemampuan membuat gambar, atau kemampuan
mendemonstrasikan keseimbangan tubuh. Hal – hal tersebut tidak
dapat diukur dengan butir soal objektif mana pun, termasuk tipe
pilihan ganda.
2) Karena karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu
mengerjakan sangat minim, maka setiap perangkat tes yang
menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat
penarikan sample pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas.
Jadi setiap perangkat tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan mata
pelajaran.
3) Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif . Dengan demikian
maka tidak ada unsure subjektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor
hasil ujian. Bahkan, karena sifatnya maka penskoran dapat dilakukan
oleh mesin. Karena itu, maka dapat dilakukan dengan waktu yang
sangat singkat.
4) Tipe butir soal dapat disusun sdemikian rupa sehingga menuntut
kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan
kebenaran sekaligus. Misalnya, dapat disusun butir soal dengan option
(pilihan) yang seluruhnya benar, tetapi dalam tingkatan kebenaran
yang berbeda. Peserta tes diminta untuk menyatakan butir jawaban
yang paling benar diantara semua jawaban yang benar tersebut. Hal ini
merupakan kelebihan yang sukar diperoleh butir soal tipe lain.
5) Jumlah pilihan jawaban yang disediakan lebih dari dua. Karena itu,
akan dapat mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak. Biasanya
keinginan menjadi lebih besar bila probabilitas untuk benar makin
besar. Jadi bila pilihan lebih dari dua, maka probabilitas untuk benar
tebakannya akan kurang dari 50%. Tentu hal ini tidak berlaku bagi
peserta tes yang ingin menebak.
6) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir
terlebih dahulu. Bila dalam uji coba butir soal tersebut ternyata ada
kelemahan (setelah dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan.
7) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah
tingkat homogenitas alternatif jawaban. Makin homogen alternatef
jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan sebaliknya
makin kurang homogenitas alternatif jawaban, maka akan semakin
rendah tingkat kesukaran butir soal.
8) Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan
informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila
butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi. Setiap pilihan peserta
terhadap alternatif jawaban merupakan suatu informasi tersendiri
tentang penguasaan kognitif peserta tes dalam bidang yang diujikan.
6. Teknik Pengujian Instrumen
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang digunakan berupa tes
pilihan ganda. Untuk soal tes yang digunakan adalah soal tes yang sudah diuji
validitas dan reliabitasnya, sehingga dapat diketahui bahwa tiap item – item soal
tersebut sahih dan andal. Soal yang sudah dibuat peneliti diujikan dahulu pada
kelas yang tingkat kemampuan siswanya setara dengan kelas yang akan
digunakan untuk penelitian, adapun untuk pengujian soal, peneliti menguji soal
pada siswa kelas IV SD Kanisius Kota Baru Yogyakarta tahun pelajaran
Berdasarkan indikator yang sudah ditentukan oleh peneliti, peneliti
membuat 30 soal yang akan diujikan pada siswa. Dari 30 soal tersebut nantinya
hanya digunakan 20 soal saja yang sudah memenuhi kriteria validitas.
a. Pengujian Validitas
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Validitas item soal evaluasi diukur dengan
menganalisis hubungan (uji korelasi) antara nomor soal dengan total skor
yang didapat oleh masing-masing siswa.
Instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain
validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan
instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat
pula dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen
valid, maka instrumen itu juga valid.
Selain mencari validitas instrumen perlu juga dicari validitas butir
instrumen. Jika validitas instrumen, rendah maka perlu diketahui butir –
butir instrumen mana yang menyebabkan instrumen keseluruhan tersebut
jelek. Untuk keperluan inilah perlunya mencari validitas butir instrumen.
Menurut Eko Putro Widoyoko (2009:140) suatu butir instrumen
dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar terhadap skor
total. Dengan kata lain dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika
dapat diartikan dengan korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas butir
digunakan dengan rumus korelasi product moment.
( )( )
( )
(
∑
∑
−∑
∑
)
(
∑
∑
−( )
∑
)
−=
2 2
2 2
. x x N y y
N
y x xy
N rxy
Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan
membandingkan harga dengan harga
r
xy kritik. Adapun harga kritik untukvaliditas butir instrumen pada penelitian ini adalah 0,349. Artinya apabila
r
xylebih besar atau sama dengan 0,349 (r
xy≥ 0,349), nomor butir tersebutdapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila
r
xy lebih kecil dari 0,349 (r
xy ≤0,349), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid. Perhitungan korelasi
selain dilakukan dengan cara manual dapat juga dengan menggunakan
komputer program SPSS for windows.
Dari 30 soal yang diujikan, masing – masing siklus diambil 20 soal
yang memenuhi kriteria validitas, sedangkan yang 10 soal lainnya kurang
memenuhi kriteria validitas. Soal yang digunakan dalam penelitian ini
adalah soal yang sudah memenuhi kriteria validitas.
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu
menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperhatikan dalam
taraf ketetapan dan ketelitian (Masijo, 1995:209).
Metode penentuan yang digunakan untuk mengukur taraf
dua (split-half method). Metode belah dua merupakan metode yang efisien,
karena dalam penentuan taraf reliabilitas suatu tes hanya mempergunakan
satu tes untuk satu kali pengukuran. Dengan metode belah dua ini satu tes
dipakai dalam satu pengukuran pada sekelompok siswa. Hasil dari satu tes
dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian pertama berupa skor yang berasal
dari item – item bernomor gasal, sedangkan bagian kedua berupa skor
yang berasal dari item – iten bernomor genap.
Hasil dari dua belah tersebut yakni skor – skor yang berasal dari
item – item bernomor gasal dan genap dikorelasikan dengan menggunakan
teknik korelasi product-moment dari Pearson.
( )( )
( )
(
∑
∑
−∑
∑
)
(
∑
∑
−( )
∑
)
−=
2 2
2 2
. x x N y y
N
y x xy N rxy
Keterangan : x = nomor butir gasal
y = nomor butir genap
N = jumlah responden
Indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara
dua belah instrument, dan untuk memperoleh indeks reliabilitas instrument
rgg xrgg rtt
+ =
1 2
Keterangan: rtt = koefisien reliabilitas
rgg = koefisien gasal genap
Setelah diperoleh indeks angka reliabilitas, Langkah selanjutnya
adalah mengkonsultasikan angka tersebut dengan table r product-moment
dengan jumlah N yang sama pada taraf signifikan 1 % atau 5 %. Apabila r
hitung lebih besar atau sama dengan r table (
r
h≥ rt) diartikan ada korelasiyang signifikan, instrument dianggap reliable. Sebaliknya apabila r hitung
lebih kecil dari r table (
r
h≤ rt) diartikan tidak ada korelasi yang signifikan,kesimpilan instrument dianggap tidak reliable.
Dalam penelitian ini, baik siklus I maupun siklus II, harga kritik r
product-moment diperoleh harga r untuk jumlah responden (N) =32
dengan taraf signifikan 1% diperoleh harga r tabel = 0,449.
E. Analisis Data
Kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang diharapkan
Tabel 2: kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang diharapkan
No. Indikator Kondisi awal Kondisi akhir
siklus I
Kondisi akhir siklus II
1 Nilai rata-rata siswa
58,18
(Tahun pelajaran 2007/2008) 65 75
49,20
(Tahun pelajaran 2008/2010)
Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dalam nilai rata-rata yang diperoleh
melalui langkah-langkah berikut ini:
1. Penyekoran
Penyekoran kemampuan siswa didapat dengan cara menghitung jumlah
soal yang benar pada hasil tes.
2. Penilaian
Skor yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai dengan maksud agar hasil
belajar lebih bermakna bagi siswa, dengan rumus:
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai = x 100 Jumlah skor maksimal
3. Menghitung nilai rata-rata.
Nilai rata-rata tes hasil belajar siswa kelas IV diperoleh dengan
membagikan jumlah nilai seluruh siswa dengan jumlah siswa.
Σ x
M =
N
Keterangan: M = Nilai rata-rata
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Pelaksanaan penelitian siklus I
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus, di mana setiap siklus
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan indikator yang berbeda tetapi
masih terkait satu dengan yang lain dan masih dalam satu standar kompetensi,
yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan satu kompetensi dasar yaitu
mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi
lain di daerahnya.
Pola kegiatan pembelajaran dalam model cooperative learning teknik
jigsaw siklus I adalah setiap kelompok terdiri dari 8 anggota. Anggota dari
masing-masing kelompok bersifat heterogen. Dimana guru memilih kelompok
berdasarkan tingkat kecerdasan setiap siswa. Kegiatan mengerjakan tugas dengan
menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dilakukan dalam
kelompok-kelompok ahli, di mana dari satu kelas terdiri atas 4 kelompok ahli,
yaitu kelompok ahli 1, kelompok ahli 2, kelompok ahli 3, dan kelompok ahli 4.
kegiatan pembuatan rangkuman materi pembelajaran dilakukan dalam kelompok
Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I terdiri atas 3
indikator, 3 indikator yang digunakan adalah:
1) Menjelaskan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di lingkungannya.
2) Menggunakan peta setempat untuk menunjukkan persebaran sumber daya
alam.
3) Mengidentifikasi jenis – jenis sumber daya alam dan kaitannya dengan
kegiatan ekonomi.
Indikator pembelajaran ini dicapai dengan melaksanakan model
cooperative learning teknik jigsaw, dengan disediakan beberapa sumber belajar.
Pada penelitian ini sumber belajar yang disiapkan adalah peta, atlas, buku-buku
pelajaran IPS, LKS, dan media gambar.
Pelaksanaan siklus I diikuti oleh 16 siswa. Pada pertemuan pertama, kegiatan
pertama yang dilakukan adalah bernyanyi secara bersama-sama lagu yang
berjudul lihat kebunku, setelah itu masing-masing kelompok menyiapkan sumber
belajar yang diperlukan
Kegiatan siswa selanjutnya siswa masuk ke dalam kelompok, kemudian
setiap kelompok mendapatkan LKS, dan setelah setiap anggota memahami LKS
yang diperolehnya, selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli, untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mengerjakn LKS,
selanjutnya siswa melaporkan hasil kerjanya kepada anggota kelompok awal, dan
selanjutnya perwakilan dari setiap kelompok melaporkan hasil kerja di depan
Pada pertemuan kedua. Kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah
bernyanyi secara bersama-sama lagu yang berjudul lihat kebunku, setelah itu
peneliti mencoba melakukan kegiatan tanya jawab mengenai pembelajaran pada
pertemuan pertama. setelah itu masing-masing kelompok menyiapkan sumber
belajar yang diperlukan
Kegiatan siswa selanjutnya siswa masuk ke dalam kelompok, kemudian
setiap kelompok mendapatkan LKS, dan setelah setiap anggota memahami LKS
yang diperolehnya, selanjutnya siswa membentuk kelompok ahli, untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mengerjakn LKS,
selanjutnya siswa melaporkan hasil kerjanya kepada anggota kelompok awal, dan
selanjutnya perwakilan dari setiap kelompok melaporkan hasil kerja di depan
kelas.
Kegiatan pembelajaran yang terakhir dalam pertemuan kedua yaitu siswa
mengerjakan soal tes tertulis secara individu untuk mengetahui prestasi belajar
siswa. Jumlah soal sebanyak 20 butir yang terdiri dari soal pilihan ganda. Waktu
mengerjakan soal adalah 20 menit.
b. Hasil penelitian siklus I
Berdasarkan tes tertulis yang merupakan tes prestasi hasil belajar yang
telah dilakukan hari Kamis tanggal 11 Maret 2010 diperoleh data nilai prestasi