• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Prinsip Kemandirian Good Corporate Governance (GCG) Terkait Dengan Pengangkatan Struktur Dewan Komisaris Independen (Riset Pada PT.Angkasa Pura Ii Medan)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ASPEK HUKUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE MENURUT UU NO 40 TAHUN 2007

A. Sejarah Good Corporate Governance di Indonesia

Sejarah perkembangan konsep corporate governance hingga permulaan abad ke-21, telah melalui dua tahapan generasi. Generasi pertama dibidani oleh Berle dan Means (1932) dengan penekanan pada konsekuensi dari terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol atas suatuperseroan modern (the modern corporation). Menurut mereka, sejalan dengan berkembangnya perseroan menjadi semakin besar, maka pengelolaan perseroan yang semula dipegang oleh pemilik (owner-manager) harus diserahkan pada kaum profesional. Dalam kaitan ini isu yang dianggap dominan adalah; perlunya suatu mekanisme untuk menjamin bahwa manajemen (agent), yang merupakan orang gajian pemilik modal (principal), akan mengelola perseroan sesuai dengan kepentingan pemilik. Pesan penting dari penjelasan ini adalah terdapatnya potensi konflik kepentingan (conflict of interests) antara pihak agent dan principal.19

Perkembangan signifikan dalam konsep corporate governance pada generasi pertama ditandai dengan kemunculanJensen dan Meckling (1976) hampir setengah abad kemudian.Keduaekonom ini terkenal dengan teori ke-agenan (agency theory) yangmenandai tonggak perkembangan riset yang luar biasa di bidanggovernance.Melalui teori ini, berbagai ilmu sosial lainnya seperti;sosiologi, manajemen strategi, manajemen keuangan, akuntansi,etika bisnis dan

19

(2)

organisasi mulai menggunakan pendekatan teorikeagenan untuk memahami fenomena corporate governance.Akibatnya perkembangan corporate governance

menjadimultidimensi, Turnbull menyebutkan sebagai sebuah multidisiplin ilmu.Dibandingkan dengan periode sebelumnya, dimanapemanfaatan teori dimaksud masih didominasi oleh para ahli hukum(legal) dan ekonom (economist). Pada era generasi pertama pulamuncul berbagai derivasi teori keagenan hasil dari sintesis melaluiproses dialektika dan berbagai bidang keilmuan diatas.20

Perkembangan yang secara efektif dianggap sebagai awal munculnya generasi kedua corporate governance ditandai dengan hasil karya La-Porta dan koleganya pada tahun 1998.Secara signifikan LLSV21

20

Ibid

21

La-Porta, Lopez-de-Silanes, Shleifer dan Vishny (disingkat LLSV) lebih dikenal sebagai para ahli yang memperkenalkan dan mempopulerkan pendekatan legal-keuangan (legal and finance approach) di dalam memahami fenomena corporate governance.

(3)

umum, mengakibatkan konflik ini menjadi semakin tajam sehingga berpotensi merusak sistem perekonomian negara secara keseluruhan.22

Istilah corporate governance secara eksplisit baru muncul pertama kali pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker. Di dalam bukunya, Tricker memandang corporate governance memilki kegiatan utama sebagai berikut :23

1. Direction, yang berfokus pada formulasi arah dan strategi untuk masa depan perseroan secara jangka panjang;

2. Executive action, yang diaplikasikan dalam pengambilan keputusan; 3. Pengawasan, yang meliputi monitoring performance dari manajemen; 4. Akuntabilitas, yang berfokus pada pertanggungjawaban pihak-pihak yang

membuat keputusan.

Konsepsi governance mulai menguat di Indonesia pasca krisis ekonomi di paruh akhir tahun 1997 ditandai dengan ditandatanganinya Letter of Intents (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan lembaga donor International Monetery Fund

(IMF) yang mensyaratkan perbaikan governance (public maupun korporasi) sebagai syarat diberikan bantuan. Kemudian dipertegas dengan ditetapkannya Tap MPR No VII tahun 2001 tentang visi Indonesia masa depan dalam bab IV ayat (9) butir a, yaitu terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas dan bebas KKN. LOI dan Tap MPR ini kemudian direspon oleh pemerintah untuk mewujudkan goodcorporate governance

dengandikeluarkan perangkat-perangkat Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah.24

22

Akhmad, op.cit.,hlm. 9. 23

(4)

B. Pengertian dan Dasar Hukum Good Corporate Governance

Corporate Governance menjadi suatu topik ataupun isu dalam dunia bisnis yang sedang hangat dibicarakan diseluruh dunia pada penghujung abad 20 dan awal abad 21 ini.Tidak kurang dari badan organisasi dunia seperti World Bankikut merintis konsep-konsep corporate governance.Namun demikian esensi dari

corporate governance itu sendiri belum banyak diketahui oleh kebanyakan orang maupun para pelaku bisnis di Indonesia.Bahkan di negara kita, istilah governance

itu sendiri belum memiliki padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia.Istilah yang saat ini dianggap mewakili adalah “Tata Kelola”25

Di Indonesia, istilah GCG juga ditempatkan di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud dalam dua keyakinan.

Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/M-MBU/2002 merumuskan pengertian

corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang yang masih harus dibedakan dengan istilah “manajemen”. Istilah corporate sendiri telah lebih dahulu diadaptasi dalam bahasa Indonesia sebagai korporasi.

26

24

Akhmad, Op. cit., hlm. 4. 25

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman Corporate Governance,2000

26

Mas Achmad Daniri, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia,edisi kedua,

(Jakarta : Ray Indonesia, 2006), hlm.3.

(5)

pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas.

Pada akhir tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur kepemilikan dalam bentuk disperedownership27

Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan Perseroan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh Perseroan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.”

akan memberikan dampak bagi buruknya kinerja manajemen. Untuk pertama kalinya, usaha untuk melembagakan corporate governancedilakukan oleh Bank of England dan

LondonStock Exchange pada tahun 1992 dengan membentuk CadburyCommittee

(Komite Cadbury), yang bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan (benchmark) di banyak negara.Komite Cadbury mendefinisikan

corporate governance sebagaiberikut :

28

27

Dispered ownership adalah struktur kepemilikan perusahaan yang sahamnya tersebar kepada outside investor (para pemegang saham publik).

28

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, op.cit., hlm. 24.

Akan tetapi gagasan dan pemikiran mengenai GCG sebagai upaya untuk memulihkankrisis ekonomi mulai diperbincangkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yangdiadopsi oleh banyak negara dengan mengemukakan 5 (lima) prinsip Corporate Governance, yaitu :

1.Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Rights of Shareholders);

(6)

3.Peranan stakeholdersyang terkait dengan Perseroan dalam

corporategovernance (The Role of Stakeholders in CG);

4.Keterbukaan dan transparansi (Disclosure dan Transparency);

5. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris (The Responsibilities of The Board)dan kemudian mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai:29

Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan Perseroan.”

“Corporate Governance is a set of relationship between a company’s management, its board, its shareholders and other stakeholders. It provides structures. Effective corporategovernance establishes a system of check and balances over the control of a firm thereby reducing the chance of mismanagement and misuse of corporate assets, while creating an incentive structure of managers to maximize the firm’s value.”

Berdasarkan rumusan tersebut diatas, OECD mengartikan Corporate Governance adalah suatu perangkat dari hubungan antara suatumanajemen perseroan, Dewan Pengurusnya, para PemegangSahamnya dan penunjang lainnya membentuk struktur.Keberhasilan Corporate Governance membentuk suatu sistem check and balances dibawah kontrol dari suatu perseroan dengandemikian mengurangi kesempatan dari kesalahan manajemen dankesalahan penggunaan dari aset-aset perseroan, sementara membuatsebuah struktur pendorong pimpinan-pimpinan untukmemaksimalkan nilai perseroan.

Definisi menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI):

30

29

Viraguna Bagoes Oka, “Good Corporate Governance pada Perbankan” dalam

Prosiding: Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance, cet.IV, (Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum, 2006), hlm.73.

30

(7)

Berdasarkan definisi tersebut, maka GCGdapat dikatakan merupakan konsep yang menyangkutstruktur perseroan pembagian tugas, pembagian kewenangan danpembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsurmembentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuholeh masing-masing unsur diluar perseroan yang pada hakekatnyamerupakan

stakeholder dari Perseroan. Mengingat demikianpentingnya Good Corporate Governance bagi perusahan-perusahaandi Indonesia, maka berdasarkan SK Menko Ekuin No. Kep-10M.EKUIN/08/1999 dibentuklah Komite Nasional

Corporate Governance.Tujuan Komite ini adalah menyusun Code for Good Corporate Governance (CGCG) sebagai panduan bagi komunitasbisnis di Indonesia.Komite ini pada dasarnya akanmerekomendasikan perbaikan berbagai perangkat hukum gunamenunjang implementasi CGCG tersebut. Prinsip yang terkandungdalam CGCG pada dasarnya lebih bersifat regulation driven.Karena regulasi ini bukan dimaksudkan untuk mengisi kekosonganhukum yangmungkintimbul, sehingga aspek etika dalam GCGmenjadi sangat penting.31

Menurut Komite Nasional Corporate Governance, GCG merupakan pola hubungan, sistem serta proses yang digunakan oleh organ Perseroan (direksi dan dewan komisaris) guna memberi nilai tambah kepada para pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku, dengan tetap memperhatikan kepentingan para pemegang kepentingan lainnya. Pola hubungan, sistem serta

adalah Asosiasi Emiten Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Indonesian FinancialExecutives Association, Masyarakat Transparansi Indonesia, Asosiasi Perseroan Efek Indonesia,Institute of Internal Auditors dan Indonesian Netherlands Association.

31

(8)

proses itu sendiri berjalan berdasarkan 5 (lima) prinsip, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan keadilan.”32

Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance

(IICG)Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perseroan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

yang lain.”

Pemahaman terhadap prinsip–prinsip dasar yang terkandung dalam tata kelola perusahaan yang baik (GCG) merupakan esensi yang mendasar.Melalui pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip dasar tersebut diharapkan GCG dapat tercapai, baik oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan maupun oleh para pelaku usaha sebagai pihak yang melaksanakan kebijakan tersebut.

33

a. Prinsip kemandirian GCG dalam UUPT secara implisit termuat dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 1 ayat (2), Pasal 3 ayat (1), Pasal 5 ayat (1) dan (2), Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1). Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi; “ Perseroan Terbatas , yangselanjutnya disebut perseroan,adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan Penerapan GCG dapat ditemukan pada UU PT yaitu :

32

Komite Nasional Corporate Governance dibentuk berdasarkan putusan Menteri Koordinator Perekonomian, Keuangan dan Industri No. Kep-10/M.EKUIN/08/1999. Selanjutnya nama Komite Nasional Corporate Governance berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG) untuk mencerminkan luasnya bidang tata kelola Perseroan yang diatur termasuk BUMN.KNKG merupakan tim yang beranggotakan perwakilan dari beberapa lembaga yang memiliki keterkaitan denganGCG, yaitu Bank Indonesia, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan KADIN Indonesia, yang bertugas untuk mendorong dan meningkatkan pemahaman dan penerapan goodgovernance di Indonesia, memberikan saran kepada pemerintah, lembaga-lembaga dan badan- badanlainnya mengenai pengembangan kebijakan dan pelaksanaan

good governance baik dibidang korporasi maupun publik.

33

(9)

berdasarkanperjanjian,melakukankegiatanusahadenganmodaldasaryangsel uruhnyaterbagidalamsahamdanmemenuhi persyaratanyangditetapkan dalamundang–undanginisertaperaturanpelaksanaannya”.Berdasarkan ketentuan diatas untuk menunjukkan adanya prinsip kemandirian yang konsisten dalampelaksananaanGCGyaitu dengan disebutkannyabahwa perseroan adalah badan hukum. Tentunya setelah mendapatkanpengesahan dari Menteri Hukum dan HAMsesuai dengan Pasal 7 ayat (1).Kemandirian PT juga bisa dilihat dalam Pasal 5 ayat (1)yang menentukanbahwa perseroan memiliki nama dan tempat kedudukan sendiri. Selain ituwujud prinsip kemandirian PT juga dilihat dimanaperseroan memiliki modalsendiri yang disebutkan dalam Pasal 31 ayat (1), serta memiliki organperseroan seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (2).

b. Prinsip transparansi GCG dalam UUPT secara implisit termuat dalam Pasal 29 ayat (6), Pasal 31 ayat (1), Pasal 44 ayat (2), Pasal 50 ayat (2), Pasal 101 ayat (1), Pasal 116 huruf (b) dan Pasal 147 ayat (1). Seperti, daftar perseroan terbuka untuk umum, pengumuman akta pendirian dalam Berita Negara, Tambahan Berita Negara atau surat kabar, kepemilikan saham secara umum, kepemilikan saham komisaris, kepemilikan saham direksi, maupun pengumuman ketika perseroan bubar melalui surat kabar maupun berita Negara Republik Indonesia.

(10)

tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang - undang ini dan/atau anggarandasar.Bagi Direksi terkandung dalam Pasal 92 ayat (1) dan (2), Pasal 97 ayat (2).Pasal 92 ayat(1) Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 menentukan bahwa Direksi

menjalankanpengurusanperseroanuntukkepentinganperseroandansesuaiden ganmaksuddantujuanperseroan.Lebih lanjut dalam Pasal 97 ayat (2)menentukankepengurusanwajibdilaksanakansetiapanggota Direksi dengan itikadbaikdanpenuhtanggungjawab.Bagi Komisaris terkandung dalamPasal 108 ayat (1) dan (2), Pasal 114 ayat (2).Pasal 108 ayat (1)

menyatakanbahwa “Dewan Komisaris melakukan

pengawasanataskebijakanpengurusan,jalannyapengurusanpadaumumnya,b aikmengenaiperseroanmaupunusahaperseroan,danmemberinasihatkepadaD ireksi ”. SelanjutnyaPasal 108 ayat (2) menentukan bahwaPengawasandanpemberiannasihatsebagaimanadimaksudpadaayat(1) dilakukanuntukkepentinganperseroandansesuaidenganmaksuddantujuanpe rseroan.

(11)

saham yangdimilikinya dalam perseroan ditunjukkan dalam Pasal 3 ayat (1). PenerapanprinsipresponsibilitasGCG bagi Direksi yang berisi tanggungjawab.Direksi dalam menjalankan tugasnya melaksanakan kepengurusan atas Perseroanterkandung dalam Pasal 97 ayat (1), (2), (3) dan (4) UUPT. Pasal 97 ayat (1)menentukan bahwa Direksi bertanggungjawabataspengurusanperseroan.Ditegaskan lebih lanjut dalam Pasal 97 ayat (2) bahwa pengurusanterhadap Perseroan itu

wajibdilaksanakansetiapanggota Direksi

denganitikadbaikdanpenuhtanggungjawab.Penerapan

prinsipresponsibilitasGCGbagi Komisaris yang berisi tanggungjawab Dewan Komisaris dalam menjalankantugasnyamelaksanakan pengawasannya atas kinerja Direksi terkandungdalam Pasal 114 ayat (1), (2), (3) dan (4) UUPT. Pasal 114 ayat (1) UUPTmenentukan bahwaDewan

Dewan Komisaris bertanggungjawabataspengawasanPerseroan.Selanjutnya dalam Pasal 114

ayat (2) menentukan bahwasetiapanggotaDewan Komisaris wajibdenganitikadbaik,kehati-hatian,danbertanggungjawabdalam

menjalankan tugaspengawasan dan pemberiannasihat kepada Direksi untukkepentinganperseroandansesuaidenganmaksuddantujuanperseroan. e. Penerapan prinsip keadilan GCG dalam UUPT tergambar dalam Pasal 52,

(12)

adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepetingan baik itu pelanggan, shareholders ataupun masyarakat luas. Para pemegang saham harus diperlakukan secara adil berdasarkan prinsip kesetaraan. Dengan demikian, para pemegang saham harus mempunyai hak penuh yang tidak dilanggar untuk memberikan satu suara setiap saham34

Selain dalam UU PT, pengaturan mengenai GCG juga dapat ditemukan pada Keputusan Menteri Nomor.Kep- 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN.Corporate governanceadalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholderlainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. 35 Peraturan Menteri tersebut kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per – 01/ MBU/ 2011 yang menyebutkan bahwa Tata Kelola Perusahaan yang Baik GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. 36

34

Adrian, op.cit.., hlm.121 35

Keputusan Menteri Nomor.Kep- 117/M-MBU/2002 Pasal 1 36

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per – 01/ MBU/ 2011 Pasal 1

C. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Pada dasarnya prinsip-prinsip Corporate Governance menurut OECDmencakup lima bidang yang terdiri dari :

(13)

Kerangka normatif corporate governance harus melindungi hak-hak pemegang saham. Hak-hak dasar pemegang saham meliputi hak untuk:

a. menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan; b. mengalihkan dan memindahkan saham yang dimilkinya;

c. memperoleh informasi yang relevan tentang Perseroan secara berkala dan teratur;

d. ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS memilih anggota dewan komisaris dan direksi;

e. memperoleh keuntungan Perseroan.

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham (the equitable treatment of shareholders).Kerangka corporate governance harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memilki kesempatan untuk mendapatkan penggantian atas pelanggaran dari hak-hak mereka.

a. Seluruh pemegang saham baik pemegang saham mayoritas maupun minoritas harus diperlakukan sejajar.

b. Melarang praktik-praktik insider trading dan self-dealing.

c. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris harus mengungkapkan (disclose) suatu fakta material dalam transaksi dan permasalahan yang mempengaruhi Perseroan

(14)

Kerangka corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti yang ditentukan dalam undang-undang dan mendorong kerjasama yang aktif antara perseroan dengan para stakeholderstersebut dalam rangka menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan kesinambungan usaha.

4.Keterbukaan dan transparansi (disclosure dan transparency)

Kerangka corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan material yang berkaitan dengan perseroan, pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keuangan, kinerja perseroan, kepemilikan dan pengelolaan perseroan.

5. Akuntabilitas Direksi dan Dewan Komisaris (the responsibilities of the board)

Kerangka corporate governance harus menjamin adanya pedoman strategis perseroan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris terhadap perseroan dan pemegang saham.

Kemudian prinsip-prinsip Corporate Governance yang disusun oleh OECD (Organization for Economic Cooperation andDevelopment) tersebut diatas, menjadi salah satu acuan universal yang menjadi pijakan dalam pengembangan di banyak Negara, sehingga dikenal empat prinsip dasar Good Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability and responsibility.

(15)

2. Transparency (keterbukaan informasi); 3. Accountability (akuntabilitas);

4. Responsibility (pertanggungjawaban).37

a) Transparansi (transparency)

Dari keempat prinsip dasar tersebut, di Indonesia berkembang menjadi lima prinsip dengan menambahkan prinsip Independency (Kemandirian) sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance 2006 yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG) yang mengemukakan lima prinsip dasar Good Corporate Governance

sebagai berikut :

Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perseroan.38

Ayat (1) : Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu

Pemenuhan informasi material perseroan secara tepat waktu, benar dan teratur yang dapat mempengaruhi pertimbangan para pemegang saham dalam pengambilan keputusan, merupakan kewajiban dari Direksi dan atas pengawasan Dewan Komisaris untuk mengungkapkannya (disclosure), kewajiban tersebut terkait dengan prinsip accountability

(akuntabilitas) dari Direksi dan Dewan Komisaris.

Kewajiban Direksi mengenai pengungkapan informasi perseroan di dalam UUPT harus dilakukan dalam bentuk laporantahunan, sebagaimana diatur dalam Pasal 66 UUPT yang menyatakan bahwa :

37

Mas, op.cit.,hlm 9 38

(16)

paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.

Ayat (2): Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:

1.1 Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

1.2 Laporan mengenai kegiatan Perseroan;

1.3 Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;

1.4 Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan;

1.5Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;

1.6 Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;

1.7 Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.39

Berkaitan dengan kewajiban Direksi tersebut diatas dalam memberikan laporan tahunan, UUPT kembali menitikberatkan pada pemberian informasi mengenai laporan keuangan dengan sanksinya apabila informasi yang diberikan tidak benar atau menyesatkan40

39

Republik Indonesia, Undang- undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas .Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

40

(17)

perlindungan kepada para pemegang saham mengenai keadaan finansial suatu perseroan, dimana memberikan jaminan dan kepastian bahwa harta kekayaan dari para pemegang saham dipergunakan oleh perseroan sesuai peruntukannya.Begitu juga perlindungan terhadap para pemegang saham dan calon pemegang saham yang cenderung melihat kondisi perseroan dari laporan keuangan untuk menanamkan uangnya tanpa melihat kondisi perseroan secara mendalam.

Kewajiban akan memberikan informasi perseroan secara tepat waktu, benar dan teratur juga diatur dalam hal penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi wajib memberikan informasi perseroan yang berhubungan dengan mata acara rapat, sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UUPT yang menyatakan bahwa dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan.

Hal tersebut dimaksudkan memberikan perlindungan terhadap pemegang saham agar dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang saham.

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perseroan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perseroan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

(18)

keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam pelaksanaannya, prinsip transparansi memiliki pedoman sebagai berikut : 1. Perseroan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perseroan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan sahamoleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perseroan dan perseroan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perseroan. 3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perseroan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perseroan sesuai dengan peraturan perundangundangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4. Kebijakan perseroan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

b) Akuntabilitas (accountability)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perseroan sehingga pengelolaan perseroan terlaksana secara efektif.41

41

Mas, op. cit..hlm. 11.

(19)

tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan perseroan, sehingga doktrin tersebut dapat diimplementasikan secara konkret.42

Asas pertama dari fiduciary duties, yaitu duty of good faith terkandung kewajiban bagi Direksi untuk hanya mengutamakankepentingan perseroan semata-mata, serta tidak untuk memanfaatkankedudukannya (corporate opportunity) sebagai Direksi untukmemperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung dariperseroan secara tidak adil. Hal ini dicontohkan dalam kewajibannyauntuk sebisa mungkin menghindari terjadinya keadaan dimanakepentingan dan kewajiban pribadi Direksi berada dalam benturankepentingan dengan kepentingan perseroan dan atau kewajibanDireksi terhadap Perseroan (conflict of interest), serta untukmemanfaatkan harta kekayaan Perseroan untuk kepentingan dirinyasendiri (self dealing).

Doktrin dari fiduciary duties dimaksud adalah berkaitan dengan tugas kepercayaan yang diberikan oleh perseroan dalam melakukan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan itu sendiri, dimana Direksi dalam melaksanakan fiduciary duties-nya dituntut untuk bertindak dengan asas:

1.1 duty of good faith

1.2 duty of disclousure.

43

Perseroan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perseroan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perseroan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

42

Hindarmojo Hinuri, ed., The Essence of Good Corporate Governance; Konsep dan Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia (Jakarta: Yayasan pendidikanPasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002), hlm. 65.

43

(20)

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Prinsip akuntabilitas memiliki pedoman sebagai berikut :

a. Perseroan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ Perseroan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai- nilai perseroan (corporate values), dan strategi perseroan.

b. Perseroan harus meyakini bahwa semua organ perseroan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

c. Perseroan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perseroan.

d. Perseroan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perseroan yang konsisten dengan sasaran usaha perseroan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perseroan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepekati.

c) Responsibilitas (responsibility)

(21)

konsumen dan sebagainya, sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di tiap-tiap negara.44

44

Ibid.,hlm.82

Pertanggungjawaban Perseroan dalam mematuhi peraturan perundang-undangan merupakan kerangka dari tata kelola perseroan yang baik yaitu sebagai

wujud dari hukum itu ditegakkan atau dipatuhi. Dengan dipatuhinya semua NN peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh perseroan akan memberikan

citra positif bagi suatu perseroan, baik di mata pemerintah maupun di mata masyarakat luas. Sedangkan bagi pemegang saham akan berdampak pada nilai dari saham itu sendiri dan memberikan kepastian mengenai kelanjutan usaha perseroan (corporate sustainability), begitu juga dengan calon investor mempunyai alasan yang kuat untuk menanamkan modalnya.

Pertanggungjawaban perseroan pada masyarakat dan lingkungan, merupakan usaha untuk menjaga kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai goodcorporate citizen, pertanggungjawaban tersebut telah diatur dalam Pasal 74 UUPT yang menyatakan bahwa :

1.1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(22)

1.3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Perseroan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usahadalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman dalam pelaksanaannya adalah :

a. Organ Perseroan harus berpegang pada prinsip kehatihatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan Perseroan (by-laws)

b. Perseroan harus melaksanakan tanggung jawab social dengan antara lain peduliterhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar Perseroan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

d) Independensi (Independency)

Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perseroan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsipkorporasi yang sehat.45

Independensi atau kemandirian fungsi masing-masing organ perseroan di dalam perseroan, merupakan suatu hal yang sangat krusial untuk mencegah

45

(23)

terjadinya benturan kepentingan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perseroan begitu juga pemegang saham.Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di dalam prinsip accountability (akuntabilitas), dimana self dealing sebagai bagian dari benturan kepentingan dapat dicegah dengan memberikan kewajiban bagi Direksi dan Dewan Komisaris maupun keluarganya melaporkan kepemilikan sahamnya.46

Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perseroan.

Selain itu juga dalam menjaga kemandirian masing fungsi organ perseroan, yaitu diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa :

47

46

Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007, LN No. 106 tahun 2007, TLN No. 4756 ps. 101 ayat (1) dan ps.116.

47

Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007, LN No. 106 tahun 2007, TLN No. 4756 ps. 36 ayat (1).

Ketentuan diatas dikenal dengan kepemilikan silang (cross holding) yang terjadi apabila perseroan memiliki saham yang yang dikeluarkan oleh perseroan lain yang memiliki saham perseroan tersebut. Ada beberapa alasan dimana kepemilikan silang dilarang, dimana salah satunya berkaitan dengan prinsip

independency (kemandirian) yaitu dilihat dari sisi manajemen, bahwa kepemilikan silang cenderung menyebabkan terjadinya percampuran antara pemilikan dan pengurusan perseroan sehingga dalam hal ini manajemen tidak lagi independen satu terhadap yang lainnya.

(24)

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang undangan di bidang pasar modal.48

1) Masing-masing organ Perseroan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perseroan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perseroan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman dalam pelaksanaannya adalah :

2) Masing-masing organ Perseroan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

e) . Kewajaran dan kesetaraan (fairness)

48

(25)

Kewajaran dan kesetaraan (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.Prinsip

fairness merupakan keharusan bagi sebuah Perseroan untuk memberikan kedudukan yang sama terhadap para pemegang saham (baik pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestik), sehingga kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat dicegah sedini mungkin.49

Fairness diharapkan membuat seluruh aset perseroan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati) sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan.Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuanyang adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan.50

Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukansyarat agar bisa diberlakukan secara efektif.Syarat itu berupaperaturan perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapatditegakkan secara efektif. Hal ini dinilai penting karena akan menjadipenjamin adanya perlindungan atas hak-hak pemegang sahammanapun, tanpa pengecualian. Peraturan perundang-undangan iniharus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindaripenyalahgunaan lembaga peradilan (litigation abuse). Diantaralitigation abuse ini adalah penyalahgunaan ketidakefisienan lembagaperadilandalam mengambil keputusan sehingga pihak yang beritikadbaik mengulur-ngulur waktu kewajiban yang harus

49

Mas, op. cit..hlm. 71. 50

(26)

dibayarkannyaatau bahkan dapat terbebas dari kewajiban yang harus dibayarkan.51

b. kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun

Dalam melaksanakan kegiatannya, perseroan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.Pedoman pokok pelaksanaannya adalah :

1.1 Perseroan harus memberikan kesempatan pada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perseroan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

1.2Perseroan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan perseroan.

1.3Perseroan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara professional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan kondisi fisik.

Pada BUMN, prinsip-prinsip GCG yang diterapkan pada perusahaan meliputi :

a. transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan

51

(27)

yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

c. akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;

d. pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

e. kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 52

Penerapan GCG dapat didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan.Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutamakan kelangsungan hidup Perseroan, kepentingan stakeholders dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan yang sesaat. Di sisi lain adalah dorongan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Penerapan Good Corporate Governance Pada BUMN

53

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menyusun, mengelaborasi, dan bahkan menyempurnakan aturan seputar corporate governance yang dituangkan dalam berbagai regulasi. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan pembaharuan landasan hukum di bidang

52

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pasal 3

53

Komite Nasional Kebijakan Governance, “Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia,”,

(28)

ekonomi sejalan dengan dengan arah Kebijakan Pembangunan Nasional sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan kerangka yang sangat penting bagi pengaturan prinsip-prinsip GCG di Indonesia.Untuk menyesuaikan prinsip-prinsip tentang pengelolaan perseroan yang baik (good corporate governance), maka aspek hukum yang menegaskan peraturan tentang perseroan terbatas memiliki ruang lingkup yang menegaskan tentang prinsip-prinsip hukum dan implementasi yang tegas sehubungan kedudukan dan tanggung jawab daripada Dewan Komisaris, Direksi dan para pemegang saham melalui RUPS.

SetidaknyaPedoman Penerapan Umum Good Corporate Governance yang disusun KNKG dapat menjadi acuan bagi perseroan untuk melaksanakan GCG dalam rangka :

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.

(29)

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Sehubungan dengan perlunya penerapanGCG pada sektor publik di dalam perseroan maka pelaksanaannya dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat dari pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan Perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan.

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.

(30)

mendapat jaminan bahwa merekajuga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.54

Badan Usaha Milik Negara atau yang selanjutnya disebut BUMN55 juga diwajibkan menerapkan GCG dalam perusahaannya. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.56 Prinsip- prinsip tersebut ialah prinsip- prinsip yang terdapat pada GCG. Selanjutnya melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara maka BUMN pun wajib menerapkan prinsip GCG.BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN.57

54

Mas.Op.Cit., hlm. 16. 55

Menurut UU BUMN, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

56

Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 5

57

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara pada BUMN Pasal 2

Penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN, bertujuan untuk:

(31)

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum;

3. Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;

5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.58

58

Referensi

Dokumen terkait

untuk berlibur di objek wisata Rawa Pening dengan biaya tiket yang terjangkau ini.. Selain komponen-komponen produk wisata yang sudah dibahas di atas berikut akan. dibahas

Kemajuan teknologi lantas tidak membuat dunia pendidikan menerapkan ICT dalam menunjang semua proses pembelajaran. Masih saja ditemukan cara-cara konvensional yang digunakan

Dalam komposisi ini akan di kolaborasikan instrumen yang berbeda asal, yaitu Arumba yang berasal dari Indonesia, kuartet gesek, dan instrumen tiup yang merupakan alat

Berdasarkan hasil percobaan diatas maka dapat dianalisa percobaan seri connection of two line without capacitance and with capacitance bahwa tegangan dan arus

1) Pacaran sebagai masa rekreasi, karena remaja memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Dianggap menyenangkan, karena remaja memperoleh pengalaman baru untuk

Dari analisis masalah kedua yaitu atribut utama apa yang berpengaruh paling kuat dalam mepengaruhi permintaan konsumen terhadap pembelian jasa Pegadaian Syariah Mlati,

Hasil dari penelitian ini bersifat arahan desain, dalam upaya menghidupkan potensi Kampung Tua Tanjung Riau sebagai kawasan wisata bahari/maritim melalui

Decoding adalah proses pemisahan (ekstrak) watermark dengan citra encode sehingga watermark dapat dilihat. Citra cover adalah citra yang digunakan untuk media yang akan