• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengendalian Tingkat Produksi Optimal Crude Palm Oil (CPO) Dengan Metode EPQ (Economic Production Quantity) (Studi Kasus: PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengendalian Tingkat Produksi Optimal Crude Palm Oil (CPO) Dengan Metode EPQ (Economic Production Quantity) (Studi Kasus: PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1 Pengendalian Persediaan

2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors

Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi apa yang dipakai. Pola distribusi itu dapat diketahiu dengan menggunakan uji kenormalan LIliefors.

Sudjana, (2005) mengemukakan adapun langkah-langkah Uji Normalitas data tunggal menggunakan Uji Liliefors adalah sebagai berikut:

1. Urutkan data sampel dari yang terkecil ke terbesar , , , … ,

2. Hitunglah rata-rata nilai skor sampel secara keseluruhan menggunakan rata-rata tunggal.

3. Menghitung standar deviasi nilai skor sampel menggunakan standar deviasi tunggal

4. Menghitung angka standar pada setiap dengan rumus

= −

dimana Xi adalah rata-rata dan S adalah standar deviasi.

5. Menentukan nilai tabel (lihat lampiran tabel Z) berdasarkan nilai dengan mengabaikan nilai negatifnya.

(2)

7. Mengitung frekuensi kumulatif nyata dari masing-masing nilai Z untuk setiap baris, dan sebut dengan ( ) dan dibagi dengan jumlah number of

caseN sample.

8. Menentukan nilai ( ) = | ( ) − ( )| dan bandingkan dengan nilai ( )(tabel nilai kritis untuk uji Liliefors).

9. Apabila ( ) < ( ) maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2.1.2 Definisi Persediaan

Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen material, atau produk jadi yang tersedian di tangan, menunggu untuk digunakan atau dijual (Groebner, 1992).

Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokan dalam lima kaetegori yaitu sebagai berikut.

1. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan bahan mentah lain yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.

2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts)

yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatanbarang jadi atau barang setengah jadi.

(3)

kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.

4. Barang jadi (finished good) adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.

5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau peralitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.

2.1.3 Penyebab dan Fungsi Persediaan

Penyebab timbulnya persediaan adalah sebahgai berikut (Baroto,2002).

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan.

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketikan bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyediakan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman.

2. Keinginan untuk meredan ketidakpastian.

Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persedian.

(4)

Fungsi- fungsi dalam persediaan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Indepedensi.

Persediaan bahan diadakan agar departemen - departemen dan proses individual agar terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan pasokan dari pemasok. Seringkali keduanya meleset dari perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa tergantung pada hal ini (independen), maka persediaan harus mencukupi.

2. Fungsi ekonomis.

Dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan jumlah produksi tertentu

(lot) akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atau sesuai permintaan.

3. Fungsi antisipasi.

Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permmintaan atau pasokan. Maka dari itu diperlukan persediaan produk agar tidak terjadi

stock out. Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika di perkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan.

4. Fungsi fleksibilitas.

Jika dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan untuk melakukan perbaikan.

2.1.4 Sistem persediaan

(5)

untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme system ini adalah pembuat serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan harus dilakukan.

Variable keputusan dalam pengendalian persediaan dapat diklasifikasikan kedalam variable kuantitatif dan variable kualitatif.

Secara kuantitatif, variable keputusan pada pengendaliaan sistem persediaan adalah sebagai berikut:

1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat. 2. Kpan pemesanan dan pembuatan harus dilakukan.

3. Berapa jumlah persediaan pengaman. 4. Bagaimana mengendalikan persediaan.

Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan system pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengolahan persediaan adalah sebagai berikut.

1. Jenis barang apa yang dimiliki. 2. Dimana barang tersebut berada.

3. Berapa jumlah barang yang harus dipesan.

4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item.

2.1.5 Biaya Dalam System Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut antara lain sebagai berikut (Nasution,2003)

(6)

b. Biaya Pengadaan ( Procurment Cost)

Dibedakan atas 2 jenis yaitu:

b.1 Biaya pemesanan (Ordering Cost) adalah biaya yang harus dikelurkan untuk melakukan pemesanan ke pemasok, yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan. Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yamh timbul untuk mendatangkan barang dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi atau transaksi, biaya pengepakan, biaya pemeriksaan, dan biaya lainnyayang tidak tergantung jumlah pesanan.

b.2 Biaya Penyiapan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item persediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan peralatan produksi, biaya mempersiapkan/ menyetel

(set up) mesin, biaya mempersiapkan gambaran kerja, biaya

mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi, dan biaya- biaya lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang di produksi.

(7)

c.1 Biaya kesempatan.

Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal. Padahal modal dapat diinvestasi pada tabungan atau bisnis lain. Biaya modal merupakan opportunity cost yang hilang karena penyimpanan persediaan.

c.2 Biaya simpan.

Biaya simpan adalah biaya sewa gudang, biaya asuransi dan pajak, biaya adimistrasi dan pemindahan, sera biaya kerusakan dan penyusutan.

c.3 Biaya keusangan.

Batrang yang disimpan dapat mengalami penurunan karena perubahan teknologi.

d. Biaya Kekurangan Persediaan.

Bila perusahaan kehabisan barang saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock out menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan yang kecewa (pindah ke produk saingan).

js

Gambar 2.1 Biaya Biaya Dalam Persediaan Biaya Simpan

Biaya Produksi atau pembelian

Biaya Pesan atau

Set Up Cost

Biaya Stock Out

(8)

!

Gambar 2.2 Kurva Biaya Total Persediaan

2.1.6 Tujuan Pengendalian persediaan.

Divisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda. Menurut Ginting (2007:125) menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah:

a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Di samping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.

c. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.

"

2 ($%&'& (%)*&+) ,-. (/0/&1 $%&'&)

2

" 3 ($%&'& *4(&+)

(9)

2.2 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production Quantity(EPQ)

Metode persediaan pada penelitian ini, dimana pemakainya terjadi pada perusahaan yang pengadaan bahan baku atau komponennya dibuat sendiri oleh perusahaan. Dalam hal ini, tingkat produksi perusahaan untuk membuat bahan baku (komponen) diasumsikan lebih besar dari tingkat pemakaiannya (P>D). karena tingkat produksi P bersifat tetap dan konstan, maka model EPQ disebut juga model dengan jumlah produksi tetap (FPQ) (Nasution, 2003).

Tujuan dari model EPQ ini adalah menentukan berapa jumlah bahan baku (komponen) yang harus diproduksi, sehingga meminimalisasi biaya persediaan yang terdiri biaya setup produksi dan biaya penyimpanan

Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah sebagai berikut.

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode. P = tingkat produksi perusahaan dalam satu periode

.> =Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi .?=Carrying costs atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu

(10)

Jumlah produksi selama waktu t harus memenuhi jumlah permintaan D selama waktu t tersebut dinotasikan sebagai Q = Dt. Produksi dilakukan pada masa /? dengan tingkat produksi sebesar P, seiring dengan pemenuhan permintaan.

Karena jumlah produksi adalah Q= /?. P, maka /?=@A pada tahap ini persediaan mencapai maksimum yaitu sebesar -B C =@

A(3 − 2), sedangkan rata-rata

persediaan adalah (@(ADE)A ) . Pada masa / proses produksi berhenti sedangkan permintaan tetap dipenuhi, sehingga terjadinya penurunan sebesar D. Jika persediaan telah mencapai tingkat R maka harus dilakukan pengadaan produksi untuk proses produksi selanjutnya selama masa L. Karena jumlah putaran

produksi adalah E@ maka biaya rata-rata pengadaan (set up cost) adalah

E

@ .>dimana .> adalah set up cost untuk tiap kali produksi (Soraya dkk, 2011).

Jadi Total Inventory Cost adalah (P.Siagian,2007).

,-. = $%&'& (%)*&+ + $%&'& *4+G&H&&+ ,-. = "(3 − 2)23 .I+ 2" .>

H(,-.)H(") = (3 − 2)23 .I− " .2 >= 0

Atau

" =(3 − 2).223.>

I

Jadi Produksi Optimal untuk setiap produksi adalah:

" = K(3 − 2).223.>

I

Dengan interval waktu yang optimum :

Gambar

Gambar 2.3 Grafik Persediaan EPQ

Referensi

Dokumen terkait

urethra Cooper, 1979. Proper placement of the catheter tip is aided by palpation per rectum. After the cuff is inflated, each vesicular gland is identified, and the contents are

bahan dasar dari jambu biji merah dapat mempengaruhi daya terima yang meliputi. warna, aroma, tekstur, dan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas V SD 1 Bulung Kulon dapat sisimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two

kesukaan panelis terhadap rasa selai lembaran jambu biji merah dengan gula pasir. 55% dari jambu biji merah (A1) berbeda dengan selai lembaran jambu

CONTOUR digunakan jika kita ingin membuat objek beranak pinak dengan dimensi atau ukuran yang lebih kecil atau lebih besar dari aslinya namun masih dengan bentuk yang sama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas III SD 3 Karangbener dengan menerapkan model RME berbantu

Pengaruh Perbandingan Yoghurt dengan Ekstrak Buah Jambu Biji Merah dan Perbandingan Zat Penstabil Terhadap Mutu Permen Jelly.. Jurusan Ilmu dan

Data processing analysis from 15 samples produced 781 ion mass variables, where 201 of which could be identified as predicted metabolite compounds from Curcuma genus.. PCA was done