SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP
KINERJA GURU PENJASORKES DI SMA SEDERAJAT
SE – KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG
TAHUN 2008/2009
Skripsi
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muhammad Nur Hanansyah Septiana
6101405112
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
ii
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pada :
Hari : Senin
Tanggal : 14 September 2009
Panitia :
Ketua
Sekretaris
Drs. M. Nasution, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R, M. Pd
NIP. 19640423 199002 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002
Penguji Utama
Drs. H. Sulaiman, M.Pd
NIP. 19620612 198901 1 001
Penguji II
Penguji III
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
iii
Muh Nur Hanansyah Septiana.
2009. Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap
Kinerja Guru Penjasorkes di SMA Sederajat se Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang
Tahun 2008/2009. Skripsi. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Pembimbing I.
Drs. Bambang Priyono, M.Pd. Pembimbing II. Drs. Mugiyo Hartono , M.Pd.
Kata Kunci. Persepsi, Kinerja Guru. Penjasorkes
Permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah : bagaimana
persepsi guru SMA Sederajat Se-kecamatan Lasem Kabupaten Rembang terhadap
kinerja guru Penjasorkes/ Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk
mengetahui persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMA
Sederajat Se-kecematan Lasem Kabupaten Rembang tahun ajaran 2008/2009.
Populasi yang diteliti adalah 138 orang guru non Penjasorkes untuk dimintai
informasinya tentang persepsi mereka terhadap kinerja guru Penjasorkes di sekolahnya.
Data diperoleh dari kuesioner tentang persepsi kinerja guru meliputi kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial. Analisis data menggunakan statistik
deskriptif prosentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru Penjasorkes di SMA Sederajat
se Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang menurut persepsi guru non Penjasorkes
tergolong tinggi, terbukti dari tingginya kompetensi kepribadian mencapai 92,71%,
kompetensi pedagogik sebesar 79,24%, kompetensi professional sebesar 82,69% dan
kompetensi sosial sebesar 82,92%. Guru penjasorkes tersebut memiliki kompetensi
kepribadian dan sosial yang lebih baik daripada kompetensi pedagogik dan
profesionalnya.
iv
MOTTO
“Keridhoan Tuhan tergantung pada keridhoan orang tua dan murka Tuhan
tergantung pada kemurkaan orang tua”(HR. Turmudzi dari Abdullah bin Amir)
“Perjuangan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Hidup tanpa hambatan, tanpa
rintangan akan melumpuhkan jiwa Karena tanpa kesulitan, tidak akan pernah ada
kekuatan dan perubahan”(Anand Krishna)
“Kesabaran dan ketabahan memiliki keajaiban yang bisa menghilangkan kesulitan
dan melenyapkan rintangan hidup”(John Quincy Adam)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan buat:
1.
Bapak (Alm)yang telah berjuang untuk penulis dan masa depan
penulis.(walau tidak bisa menyaksikan penulis hingga selesai kuliah)
2.
Ibunda terhormat dan tercinta, Atas do’a dan pengorbanan yang menetes
di bumi ini sebagai jiwa, Semangat, dan ruh tuk iringi langkah penulis
menuju asa dan cita-cita penulis
3.
Kakak, adik (K’Dede, M’Iva, dan Pipik) dan nenek penulis yang selalu
menyayangi dan menyemangati penulis dalam hidup.
4.
Teman-teman Gondes Rewo-rewo
5.
Rekan-rekan PJKR ‘05
v
Alhamdulillahhirrobi’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas karunia terbesar dan ridho-Nya karya sederhana yang berjudul
“Survei persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMA
sederajat Se – kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008/2009” ini dapat
tercipta. Sungguh tiada kekuatan terbesar dan pancaran cahaya kecuali dengan
pertolongan-Mu. Inilah salah satu anugerah terindah yang penulis miliki saat ini.
Bantuan dan dorongan berbagai pihak sangat memacu semangat penulis untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini, karena itu dengan segenap cinta dan ketulusan
hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
2.
Ketua jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.
3.
Drs. Bambang Priyono, M.Pd, sebagai pembimbing I yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
4.
Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd, sebagai pembimbing II yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
5.
Drs. Noor Effendi
selaku Kepala Dinas dan Drs. Atho’illah
selaku Kepala Depag
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
vi
semangat dan dukungan do’a serta materi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dan pendidikan yang telah ditempuh.
9.
Kak Dede sekeluarga (Mbak Ita dan Zizou), Mbak Iva sekeluarga (Mas Danang dan
Sawahita),adikku (Desika)
dan Nenekku yang selalu menyayangi, mendukung dan
memberikan do’anya kepada penulis.
10.
Keluarga penulis yang selalu memberikan do’a dan semangat kepada penulis.
11.
The Dingdam Kost terima kasih atas kebersamaan kita di kos kita tercinta. Di sanalah
terukir kenangan-kenangan manis kita.
12.
Teman – Teman dari jurusan PJKR B angkatan 2005 yang telah banyak membantu
penelitian ini sehingga penulis dapat berhasil dengan baik.
13.
Semua pihak yang tidak dapat sebutkan oleh penulis satu persatu, harapan dan do’a
penulis semoga Allah SWT, berkenan keridhoan dan balasan yang sepadan dalam
proses terselesainya skripsi ini.
Semoga amal Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang melimpah dari Allah
SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca
semuanya
vii
Halaman
PENGESAHAN ...
ii
SARI ...
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
iv
KATA PENGANTAR ...
v
DAFTAR ISI ...
vii
DAFTAR TABEL ...
ix
DAFTAR GAMBAR ...
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...
xii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ...
1
I.2 Rumusan Masalah ...
9
I.3 Tujuan Penelitian ...
9
I.4 Penegasan Istilah ... ..
10
I.5 Manfaat penelitian ...
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Persepsi... 13
2.1.1 Pengertian Dasar Persepsi ...
13
2.1.2 Ciri – Ciri Umum Persepsi ...
15
2.1.3 Faktor – faktor yang berperan dalam Persepsi ... ...
17
2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi ... ...
18
viii
2.3 Kinerja Guru Penjasorkes ...
26
2.4 Kompetensi Guru ...
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode penentuan objek penelitian... ...
46
3.1.1 Populasi dan sampel ... ...
46
3.2 Variabel penelitian ... ...
47
3.3 Metode pengumpulan data ...
47
3.4 Instrumen Penelitian ... ...
48
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas... ...
49
3.7 Metode analisis data... ...
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... .
57
4.1.1 Kompetensi Kepribadian sebagai Pendidik ...
58
4.1.2 Kompetensi Pedagogik ...
61
4.1.3 Kompetensi Profesional sebagai Pendidik ...
64
4.1.4 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik ...
66
4.2 Pembahasan ...
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...
85
5.2 Saran ...
85
ix
Tabel 1. Pendapat kinerja guru penjasorkes di sekolah ... ... 6 Tabel
2.
Pendapat guru non penjasorkes mengenai penting tidaknya mata
pelajaran penjasorkes di sekolah ... 7
Tabel 3. Pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisme guru penjasorkes di
sekolah ... 7
Tabel 4. Kriteria Deskriptif Persentase... 46
Tabel 5. Distribusi
persepsi
guru
non
penjasorkes
terhadap
kinerja
guru
penjasorkes... 47
Tabel 6. Kompetensi kepribadian sebagai Pendidik... 49
Tabel 7. Indikator Aspek kepribadian sebagai pendidik... 51
Tabel 8
Kompetensi Pedagogik... 54
Tabel 9. Indikator Aspek Kompetensi Pedagogik... 56
Tabel 10 Kompetensi Profesional sebagai Pendidik... 58
Tabel 11 Indikator Aspek Profesional sebagai Pendidik... 60
Tabel 12 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik ... 62
x
Halaman
Gambar 1. Bagan Proses Terjadinya Persepsi ... 19
Gambar 2. Deskriptif persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja
guru penjasorkes ... 58
Gambar 3. Persepsi aspek kepribadian sebagai pendidik ... 59
Gambar 4. Indikator aspek kepribadian sebagai pendidik ... 61
Gambar 5. Persepsi aspek Kompetensi Pedagogik ... 62
Gambar 6. Indikator Aspek Kompetensi Pedagogik ... 63
Gambar 7. Deskriptif Persepsi Aspek Profesional sebagai Pendidik ... 65
Gambar 8. Indikator Aspek Profesional sebagai pendidik ... 66
Gambar 9. Distribusi Persepsi Aspek Sosial sebagai Pendidik ... 67
Gambar 10. Indikator Aspek Sosial sebagai Pendidik ... 68
xi
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian………...……….. 90
2. Kuisioner Penelitian ...……….. 94
3. Rekapitulasi Data Presentase Hasil Penelitian ...………..…… 97
4. Usulan Penetapan Pembimbing ...………. 104
5. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing ………..……….. 105
6. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...………..……… 106
7. Surat Ijin Penelitian Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang …....…..….. 107
8. Surat Ijin Penelitian DEPAG Kabupaten Rembang ...…..………....…… 108
9. Surat Keterangan Penelitian Dari SMA Negeri 1 Lasem ...……....….. 109
10. Surat Keterangan Penelitian Dari MAN Lasem ..……… 110
11. Surat Keterangan Penelitian Dari SMA Muhammadiyah Lasem ...……… 111
12. Surat Keterangan Penelitian Dari MA NU Lasem ..…………...………….. 112
13. Surat Keterangan Penelitian Dari SMK NU Lasem ..………...…...……… 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dalam segala
bidang sedang digalakkan tidak terkecuali pembangunan dalam bidang
pendidikan. Pembangunan dalam bidang pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan pendidikan maka sumber
daya manusia yang baik dan berkualitas akan dapat terwujud demi kemajuan suatu
bangsa dan negara. Hal ini berarti bahwa semakin baik mutu pendidikan maka
akan semakin tinggi tingkat kemajuan dan kualitas sumber daya manusia yang
dihasilkan.
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, yang memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri sebagai
manusia Indonesia seutuhnya. Dalam pembangunan nasional, semua warga
Negara Indonesia dituntut aktif ikut serta dalam pembangunan nasional.
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila
sebagai dasar, tujuan dan pedoman. Pembinaan dan upaya peningkatan manusia
Displin dan sportivitas serta pengembangan prestasi yang dapat membangkitkan
rasa kebangsaan nasional (Engkos Kosasih, 1993 : 5)
Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia,
karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah akan didapat sumber daya
manusia yang berorientasi pada pembangunan. Garis-garis Besar Haluan Negara
tahun 2004 mengamanatkan bahwa kita perlu meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk
mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi
perkembangan kualitas sumber daya manusia itu sendiri secara terarah, terpadu
dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai
dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya.
Pendidikan merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara
keseluruhan yaitu proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuscular,
interpretif sosial, dan emosional (bucher 1979:39)
Pendidikan adalah salah satu tolak ukur yang bisa dijadikan pedoman
dalam mengukur tinggi rendahnya sumber daya manusia. Pendidikan
dimaksudkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap
individu, potensi - potensi tersebut apabila tidak di kembangkan hanya akan
menjadi sumber daya yang terpendam tanpa akan dapat kita lihat dan rasakan
berbagai hal tersebut antara lain; konsep, prinsip, kreatifitas, tanggung jawab dan
keterampilan. Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan agama.
Salah satu tujuan pendidikan yang tertera dalam Pembukaan Undang –
Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka
mewujudkan tujuan tersebut pemerintah berusaha untuk menyempurnakan
komponen - komponen dalam dunia pendidikan. Beberapa upaya pemerintah yang
ditempuh salah satunya adalah dengan cara mengubah kurikulum sesuai
perkembangan zaman.
Salah satu kelompok dalam struktur kurikulum adalah kelompok mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani
adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua
bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya. Pendidikan jasmani adalah bagian yang
terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh; bidang dan sasaran yang
diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental, emosional, dan sosial bagi
warga negara yang sehat melalui medium kegiatan jasmaniah. “ahli lain tentunya
memasukkan parameter yang lain lagi, misalnya spiritual dan lainnya.” (Adang
Pelaksanan pendidikan jasmani di sekolah tidak dapat lepas dari sosok
seorang guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2003:125). Guru memiliki
kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam
menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Menurut Sutomo
(2007:12). Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru yang seperti
itu yang bisa dijadikan teladan bagi semuanya.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, sikap sportif, dan
kecerdasan emosi (Depdiknas, 2003:3). Pendidikan Jasmani pada dasarnya
merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media
untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh (Adang Suherman
,1999:1). Pelaksanan pendidikan jasmani sendiri tidak dapat lepas dari sosok
seorang guru.
Akhir-akhir ini berkembang asumsi masyarakat bahwa kinerja guru
penjasorkes rendah dan khususnya di kecamatan Brangsong kabupaten Kendal.
jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan
beberapa contoh yaitu: guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan,
sedangkan siswa suruh latihan sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan
perhatian yang serius. Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional
yaitu tanpa menggunakan media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga
dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di
sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang memprihatinkan di
sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan
dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani
dan olahraga (Cholik Mutohir, 1990). Kondisi ini disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan
terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran
pendidikan jasmani (Cholik Mutohir, 1990).
Kualitas guru pendidikan jasmani yang ada pada sekolah dasar dan
lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu dalam
melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil melaksanakan
tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui pendidikan
jasmani. Tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik. Mental maupun
di sekolah dasar adalah bukan guru khusus yang secara normal mempunyai
kompetensi dan pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan jasmani.
Mereka kebanyakan adalah guru kelas yang harus mampu mengajar berbagai mata
pelajaran yang salah satunya adalah pendidikan jasmani.
Kabupaten Rembang yang terletak di daerah pantai utara pulau Jawa, yang
di sebelah utara berbatasan dengan pantai utara jawa, sebelah timur berbatasan
dengan Provinsi Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora,
dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pati. Mata pencaharian
penduduknya petani, pedagang, nelayan, guru dan pegawai negeri sipil.
Kabupaten Rembang memiliki potensi di bidang pariwisata, yaitu obyek wisata
pasujudan Sunan Bonang yang terletak di kecamatan Lasem tepatnya di desa
Bonang dan makam R.A. Kartini yang terletak di sebelah selatan Kabupaten
Rembang. Pemerintah Kabupaten Rembang juga memperhatikan dunia
pendidikan dengan ikut mensukseskan program wajib belajar 9 tahun.
Kecamatan Lasem merupakan kecamatan yang terluas di kabupaten
Rembang yang sebagian mata pencaharian penduduknya adalah nelayan dan
Pegawai Negeri Sipil. Di Kecamatan Lasem terdapat lima Sekolah Menengah
Atas Negeri maupun swasta yaitu SMA Negeri 1 Lasem, SMA Muhammadiyah
Lasem, MA Negeri Lasem, MA NU Lasem dan SMK NU Lasem. Menurut
pandangan masyarakat, keempat sekolah tersebut memiliki prestasi akademik
yang baik dan menjadi sekolah favorit yang mampu menghasilkan lulusan –
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 14 sampai
dengan 16 januari 2009 di Sekolah Menengah Atas sederajat Se Kecamatan
Rembang yaitu SMA Negeri 1 Lasem, SMA Muhammadiyah Lasem, MA Negeri
Lasem, MA NU Lasem dan SMK NU Lasem dengan jumlah responden 30 guru
non Penjasorkes dan menggunakan metode penyebaran angket atau kuisioner,
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1
Pendapat guru non Penjasorkes tentang kinerja guru Penjasorkes di sekolah :
No Kategori Frekuensi prosentase
1. Baik 27 90%
2. Sedang 3 10%
3. Kurang Baik 0 0%
Jumlah 30 100%
( Sumber : Penelitian Awal)
Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non Penjasorkes terhadap
kinerja guru Penjasorkes di sekolah yang menyatakan baik sebesar 90% , yang
Tabel 2
Pendapat guru non Penjasorkes mengenai penting tidaknya mata pelajaran Penjasorkes diajarkan di sekolah :
No Kategori Frekuensi prosentase
1. Penting 30 100%
2. Tidak Penting 0 0%
Jumlah 30 100%
( Sumber : Penelitian awal)
Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non Penjasorkes terhadap
penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes diajarkan di sekolah yang
menyatakan penting sebesar 100%, dan yang menyatakan tidak penting sebesar
0%
Tabel 3
Pendapat guru non Penjasorkes terhadap profesionalisme guru Penjasorkes di sekolah
No Kategori Frekuensi prosentase
1. Sudah Profesional 23 76,7%
2. Belum Profesional 7 23,3%
Jumlah 30 100%
(Sumber : Penelitian awal)
Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non Penjasorkes terhadap
profesionalisame guru Penjasorkes di sekolah yang menyatakan sudah profesional
Berdasarkan dari data ketiga tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar guru non Penjasorkes berpendapat bahwa kinerja guru Penjasorkes
di sekolah baik dan ada beberapa guru yang menyatakan sedang terhadap kinerja
guru Penjasorkes di sekolah. Untuk penting tidaknya mata pelajaran Penjasorkes
diajarkan di sekolah seluruh responden menyatakan mata pelajaran Penjasorkes
penting diajarkan di sekolah. Sedangkan untuk kategori keprofesionalitasan
sebagian besar responden menyatakan sudah profesional dan ada sebagian
responden yang menyatakan belum profesional. Dari uraian kesimpulan di atas,
maka muncullah suatu pertanyaan bagaimanakah kinerja guru Penjasorkes di
sekolah ?
Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian tentang kinerja yang dilakukan oleh guru Penjasorkes di sekolah
sehingga di angkat judul : "Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap
Kinerja Guru Penjasorkes di SMA sederajat Se – Kecamatan Lasem Kabupaten
Rembang Tahun 2008/2009”.
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMA
Sederajat Se- Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008/2009?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak
Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMA Sederajat Se- Kecamatan
Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008/2009.
1.4
Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi
ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti untuk memperjelas batas-batasan
istilah dan untuk menghindari kesalahan penafsiran judul skripsi, serta untuk
memudahkan dalam mengungkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam
pelaksanaan penelitian. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan antara lain:
1. Survei
Survei adalah teknik riset yang bertugas untuk mengadakan pemeriksaan
penyelidikan peninjauan (Poerwadarminta, 1976:603). Pendapat tersebut
diperkuat oleh pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan survei adalah suatu
pengambilan data dengan cara mengecek hal atau sesuatu di lapangan (Arikunto,
1998:152). Jadi dapat disimpulkan bahwa survei dalam penilitian ini adalah cara
yang dilakukan oleh peneliti untuk mengambil data di lapangan dengan angket.
2. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga dengan proses sensoris, namun proses itu tidak
proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari
proses persepsi (Bimo walgito, 2003:88)
3. Guru
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2003:125).
4. Kinerja
Kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja
dalam bidang pekerjannya, menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu
pekerjaan tertentu dan di evaluasi oleh orang-orang tertentu.
5. Guru Penjasorkes
Jabatan atau profesi yang dimiliki serta mempunyai kemampuan
mengidentifikasi karakteristik peserta didik, mampu membangkitkan dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik berkreasi dan aktif dalam proses
pembelajaran Penjasorkes yang dituntut untuk menumbuh kembangkan aspek
Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
1.5
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Peneliti diharapkan data ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk
2. Data dari penelitian ini dapat juga digunakan sebagai pedoman khususnya
bagi guru Penjasorkes.
3. Bagi semua yang terkait dalam dunia pendidikan khususnya Penjasorkes
diharuskan meningkatkan tentang pembelajaran penjasorkes agar ke depannya
nanti bisa mewujudkan profesionalitas Penjasorkes yang positif.
4. Data ini dapat digunakan sebagai bacaan dan pedoman bagi peneliti yang
sedang melakukan penelitian yang menggunakan metode survei.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Persepsi
2.1.1 Pengertian Dasar Persepsi
Kehidupan setiap individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak
itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai
saat ini pula individu menerima langsung stimulus dari luar dirinya, dan ia berkaitan dengan persepsi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga dengan proses sensoris, namun proses itu tidak
berhenti begitu saja, melainkan stimulus diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari
proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari
proses persepsi (Bimo walgito, 2003:88)
Menurut Maskowitz dan Orgel (dalam Bimo Walgito, 2003:88), persepsi
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu, dalam penginderaan orang akan mengkaitkan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengkaitkan dengan objek (Branca, dalam
Bimo Walgito, 2003:88).
Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena
perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak
sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Persepsi itu bersifat
individual (Davidoff, dalam Bimo Walgito, 2003:89).
Perbedaan persepsi individu satu dengan individu yang lain dapat
disebabkan oleh hal-hal seperti di bawah ini :
a. Perhatian, biasanya individu tidak menanggap seluruh rangsangan yang ada
disekitarnya sekaligus, tetapi memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua
objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan yang lain menyebabkan
perbedaan persepsi antara mereka.
b. Set, adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.
c. Kebutuhan, merupakan kebutuhan-kebutuhan sesaat yang menetapkan pada
diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian
d. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula dalam
persepsi.
e. Ciri kepribadian seseorang berpengaruh terhadap persepsi.
Kelima faktor tersebut di atas merupaka ukuran di dalam persepsi
masing-masing individu terhadap objek yang diamati.
Jadi dapat kita lihat bahwa sesungguhnya persepsi itu lahir dari individu
yang mengamati individu lain melihat dari norma yang ada perasaan individu,
pengalaman-pengalaman individu yang kemudian individu tersebut dapat
memberikan respon ataupun opini terhadap hasil pengamatannya terhadap
individu lain.
2.1.2 Ciri-ciri Umum Persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut
sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna,
menurut Irwanto terdapat ciri-ciri persepsi, yaitu:
a. Modalitas
Rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera,
yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan,
bau untuk penciuman, bunyi untuk pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan
b. Dimensi Ruang
Dimensi persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang) sehingga
individu dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit,
depan-belakang, dan sebagainya.
c. Dimensi Waktu
Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat,
tua-muda, dan lain sebagainya.
d. Berstruktur, konteks, keseluruhan, yang menyatu
Objek-objek atau gejala-gejala dalam pengamatan mempunyai struktur
yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan
keseluruhan yang menyatu. Individu dalam melihat sesuatu tidak berdiri sendiri
tetapi dalam ruang tertentu, disaat tertentu, letak/posisi tertentu, dan lain
sebagainya.
e. Dunia penuh arti
Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Individu cenderung melakukan
pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi
individu tersebut.
Seseorang dapat memberikan persepsi dengan memperhatikan lingkungan
yang ada, keadaan / situasi tertentu yang dihadapinya yang terpengaruh oleh hasil
penginderaannya termasuk pada dimensi waktu, dimensi ruang, modalitas,
berstruktur dan menyeluruh. Individu tidak hanya mengamati keadaan tertentu
malam. Individu tersebut bila berada dengan individu lain akan cenderung
melakukan pengamatan atau persepsi yang kiranya berguna bagi dirinya sendiri
atau yang terjadi pada dirinya.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Berperan dalam Persepsi
Timbulnya persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan dari luar
maupun dari dalam individu. Menurut Bimo Walgito (2003:89), terdapat beberapa
faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:
a. Objek yang di persepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dating dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus dating dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek.
2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut, objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses
stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik.
Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut sebagai proses fisiologi. Kemudian terjadilah proses di otak
sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar,
dan diraba.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tahap terakhir dari proses
persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat, didengar, dan diraba,
yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi. Reseptor sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
individu dalam berbagai macam bentuk (Bimo Walgito, 2003:90).
Dalam proses persepsi, perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan
dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu
tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan yang disekitarnya. Namun demikian, tidak semua stimulus mendapat respon individu untuk dipersepsi.
Secara sistematis proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut :
St St St
Respon
Fi Fi Fi
Gambar 1
Proses terjadinya Persepsi
Sumber : Bimo Walgito (1992:72)
Keterangan:
St:Stimulus ( faktor luar ) Fi:Faktor internal
Sp:Struktur pribadi ( organisme )
Stimulus datang dari luar subjek / individu bersamaan dengan datangnya faktor internal lain yang akan diserap oleh organ individu itu, yang kemudian akan
diproses dan dicerna. Selanjutnya individu itu akan mengeluarkan output dari
2.1.5 Prinsip-prinsip Terjadinya Persepsi
Prinsip-prinsip dalam persepsi adalah sebagai berikut :
2.1.5.1 Persepsi itu relatif
Individu bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu
persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan
persepsi ini, dampak pertama dari suatu peubahan rangsangan dirasakan lebih
besar daripada rangsangan yang datang kemudian.
2.1.5.2 Persepsi itu selektif
Individu hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak
rangsangan yang ada disekitarnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa
rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah dipelajari, apa
yang pada suatu saat menarik perhatiannya, dan kearah mana persepsi itu
mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam
kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.
2.1.5.3 Persepsi itu mempunyai tatanan
Individu menerima rangsangan tidak dengan cara senbarangan, ia akan
menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika
rangsangan yang akan datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri
sehingga hubungan itu menjadi jelas.
2.1.5.4 Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan
Harapan dan kesiapan penerima rangsangan akan menentukan rangsangan
dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana rangsangan itu akan
diinterpretasikan.
Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekaligus situasinya sama.
Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaaan
individual, perbedaan kepribadian, perbedaan dalam sikap atau motivasi.
2.2 Kedudukan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Guru adalah pribadi kunci dalam kelas, guru yang memimpin dan
mengarahkan kegiatan belajar para siswanya. Guru yang paling banyak
berhubungan dengan para siswa dibandingkan dengan personil sekolah lainnya.
Pengaruh guru terhadap siswanya sangat besar. Faktor-faktor imitasi, sugesti,
identifikasi dan simpati, misalnya memegang peran penting dalam interaksi sosial
(Oemar Hamalik, 2007: 27).
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus.
Pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai
keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Guru
mempunyai dua fungsi istimewa yang sekaligus membedakannya dari pegawai
atau pekerja lainnya dalam masyarakat, yakni mengadakan suatu jembatan antara
sekolah dengan luar sekolah, serat mengadakan hubungan antara dunia muda
Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Profesi sebagai pengajar menjadikan tugas guru secara langsung
menyentuh manusia menyangkut kepetingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan
berkembang ke arah kedewasaan dan kamandirian melalui proses pembelajaran.
Pengajaran yang dilakukan oleh guru itu dilaksanakan dalam interaksi edukatif
antara guru dan murid yaitu antara keadaan internal dan proses kognitif siswa.
Mengajar itu adalah seni, ilmu pengetahuan dan sekaligus juga suatu pekerjaan
yang memerlukan waktu yang banyak. Dikatakan seni karena mengajar itu
membutuhkan inspirasi, intuisi, bakat, dan kreativitas. Dikatakan ilmu
pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan dan juga penguasaan terhadap
ketrampilan di dalam memberikan bahan ajar tersebut. Dengan demikian seorang
pengajar memerlukan keahlian dalam memilih dan melaksanakan cara mengajar
yang terbaik agar ilmu pengetahuan tersebut dapat diberikan dengan baik pula.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti
bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Belajar merupakan hal yang penting dan utama dalam proses belajar mengajar.
Hal ini disebabkan pemahaman guru tentang belajar akan mempengaruhi cara
guru itu mengajar. Mengajar bukan sekedar penyampaian ilmu pengetahuan,
melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup
kompleks. Kedudukan guru yang strategis ini kemudian diperlukan
perwujudannya melalui kinerja guru. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar
pada hakekatnya peranan guru sesuai dengan tanggung jawab dan tugasnya.
Tugas dan tanggung jawab guru, yaitu :
1. Guru sebagai pengajar.
2. Guru sebagai pembimbing.
Menurut Uzer Usman (2005) peran guru dalam proses belajar mengajar
meliputi :
1. Guru sebagai demonstrator
Guru dalam peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar, senantiasa harus menguasai bahan atau meteri pelajaran yang akan diajarkan serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam
hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Seorang guru hendaknya mampu terampil dalam merumuskan
TIK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dan
memberikan informasi kepada kelas. Akhirnya seorang guru akan dapat
memainkan peranannya sebagai pengajar yang baik apabila ia menguasai dan
mampu melaksanakan ketrampilan-ketrampilan tugasnya.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Kualitas dan kantitas belajar siswa
tergantung banyak faktor, antara lain guru, hubungan pribadi antar siswa, serta
kondisi umum dan suasana. Dan guru sebagai manajer hendaknya mampu
memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil yang optimal.
Sebagai manajer lingkungan belajar guru hendaknya mampu menggunakan
pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar dan teori perkembangan
menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus
memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru harusnya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sedangkan
sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah maupun surat kabar.
4. Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakh tujuan
yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang disjarkan
sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui
kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketetapan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian
diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa atau kelompoknya. Dengan
penilaian, gurur dapat mengklarifikasikan apakah seorang siswa kelompok siswa
yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik jika dibandingkan dengan
Sehingga dari berbagai ulasan peran guru diatas guru harus mempunyai
plaining atau perencanaan yaitu merencanakan semua hal yang diperlukan untuk
mengajar para siswa. Kesiapan materi dan media penunjang penyampaian
informasi pada siswa harus dilaksanakan dengan matang, kemudian guru harus
mampu menggunakan pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar sehingga
siswa dapat menyerap apa yang disampaikannya. Guru juga harus mampu
memberikan kriteria penilaian pada siswa yang diajarnya untuk proses evaluasi
yang matang agar siswa lebih termotivasi dari hasil proses belajar mengajar.
2.3Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 2.3.1 Pengertian Kinerja Guru Penjasorkes
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan tergantung pada
bagaimana para personel dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam organisasi sekolah berhasil
tidaknya tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja guru, karena tugas
utama guru adalah mengelola kegiatan belajar mengajar. Berkenaan dengan
kinerja guru sebagai pengajar, menurut Uzer Usman (2005:16), mencakup aspek
kemampuan personel, kemampuan professional, dan kemampuan sosial.
Kinerja guru atau prestasi guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
pada kecakapan, kemudian pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan
waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsure-unsur yang
seorang guru dilihat dari sejauh mana guru tersebut melaksanakan tugasnya
dengan tertib dan bertanggung jawab, kemampuan menggerakkan dan memotivasi
siswa untuk belajar dan kerjasama dengan guru lain.
Kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh
guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Dalam penelitian ini,
kinerja guru dalam proses mengajar adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang
dicapai oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar
mengajar dari mulai membuka pelajaran sampai menutup pelajaran. Kinerja guru
sebenarnya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi lebih luas lagi
mencakup hak dan wewenang guru yang dimiliki. Namun demikian proses belajar
mengajar dipandang sebagai sebuah posisi dimana muara segala kinerja guru
tertampung didalamnya.
Bedasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, kinerja adalah suatu hasil
atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjannya,
menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan di
evaluasi oleh orang-orang tertentu.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut Soepartono {2000:1}
merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media utama
untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktifitas yang digunakan oleh anak sekolah
adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah
Menurut Rusli Luthan dan Soepartono {2000:200}, pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui
aktifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuscular, intelektual dan emosional.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang
merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya
mengutamakan aktifitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada
pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental sosial dan emosional yang
selaras, serasi dan seimbang {Suplemen GBPP: tahun 1994}.
Pendidikan olahraga dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar
sekolah {masyarakat, klinik atau lingkungan}. Dengan kata lain pendidikan
kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup
kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptasi yang
kondusif bagi kesehatan {Departemen Pendidikan Nasional, Suplemen GBPP,
2000:16}.
Guru Non Penjasorkes merupakan Jabatan atau profesi yang dimiliki serta
mempunyai kemampuan mengidentifikasi karakteristik peserta didik, mampu
membangkitkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berkreasi dan aktif dalam proses pembelajaran yang dituntut untuk menumbuh
2.3.1.1Penilaian Kinerja
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena
merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat
produktivitas organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung
jawwab dan wewenang guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya
penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah
suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan
pekeerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengadakan
penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Berbicara
tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang dijadikan ukuran
untuk mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja bermanfaat untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standar yang
dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja sendiri untuk dapat
mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan
meningkatkan kinerjanya.
Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses
belajar mengajar. Diknas sampai saat ini belum melakukan perubahan yang
mendasar tentang kinerja guru, dan secara garis besar masih mengacu pada
1) Menyusun rencana pembelajaran
2) Melaksanakan pembelajaran
3) Menilai prestasi belajar
4) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar
5) Memahami landasan kependidikan
6) Memahami tingkat perkembangan siswa
7) Memahami pendekatan pembelajaran sesuai materi pembelajaran
8) Manerapkan kerja sama dalam pekerjaan
9) Memanfaatkan kemampuan IPTEK dalam pendidikan
10) Menguasai keilmuan
11) Menguasai ketrampilan sesuai materi pembelajaran
12) Mengembangkan profesi
(Depdikbud, 2004:7)
Ke duabelas kompetensi inilah yang dapat dilihat melalui alat penilaian
kemampuan guru (APKG). Aspek-aspek APKG secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kemampuan yaitu:
1) Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran, yang meliputi
perencanan pengorganisasian bahan pengajaran, perencanaan pengelolaan
kegiatan belajar mengajar, perencanaan pengelolaan kelas, pengelolaan
media dan sumber, perencanaan hasil belajar siswa.
2) Kemampuan guru dalam mengajar di kelas, yang meliputi : menggunakan
metode, media, dan bahan latihan, berkomunikasi dengan siswa,
keterlibatan siswa dalam pengajaran, mendemonstrasikan penguasaan mata
pelajaran, mengorganisasikan waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan, dan
evaluasi hasil belajar.
3) Kemampuan guru dalam mengadakan hubungan antar pribadi, yang meliputi
: membantu mengembangkan sikap positif pada diri siswa, bersikap terbuka
dan luwes terhadap siswa dan orang lain, menampilkan kegairahan dan
kesungguhan dalam proses belajar mengajar serta dalam pelajaran yang di
ajarkan, dan mengelola interaksi pribadi dalam kelas.
Sedangkan menurut Uzer Usman (2005:17) kemampuan professional guru
meliputi, kemampuan guru dalam :
1) Menguasai landasan pendidikan
2) Menguasai bahan pelajaran
3) Menyusun program pelajaran
4) Melaksanakan program pelajaran
5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar
Rumusan lain mengenai kompetensi professional guru yang
dikembangkan oleh Tim Dosen Pembina Ilmu Keguruan IKIP Jakarta meliputi :
1) Merumuskan tujuan instruksional
2) Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar
3) Mengorganisasikan materi pelajaran
4) Membuat, memiliki dan menggunakan media pendidikan yang tepat
5) Menguasai, memilih, dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat
6) Mengetahui dan menggunakan kemampuan siswa
7) Membagi, mengatur interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak
membosankan.
8) Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ke tingkat yang
lebih efektif dan efisien.
Menurut sudjana (2002:17), kinerja guru dapat dilihat dari kompetensinya
melaksanakan tugas-tugas guru, yaitu :
1) Merencanakan proses belajar mengajar
2) Melaksanakan dan mengolah proses belajar mengajar
3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan
4) Menguasai bahan pelajaran.
Sedangkan menurut Soekartawi (1995:32), menyebutkan seoarang
pengajar harus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pengajaran.
Berdasarkan dari uraian di atas indikator dalam penelitian kinerja guru
dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
1) Membuka pelajaran, meliputi :
a. Memeriksa lapangan yang akan digunakan.
b. Memeriksa alat-alat yang akan digunakan
c. Menertibkan suasana kelas
d. Memeriksa kehadiran siswa
2) Kemampuan berkomunikasi dengan siswa, meliputi :
a. Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pelajaran dengan
baik
b. Mengklarifikasi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pelajaran
apabila siswa belum jelas
c. Menggunakan dan memeperhatikan respond serta pertanyaaan siswa dalam
pembelajaran
d. Menggunakan ekspresi lisan atau tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa
e. Ucapan jelas, keras dan mudah dimengerti
3) Kesesuaian metode Pembelajaran, meliputi :
a. Mengimplementasikan kegiatan belajar dalam urutan yang logis
b. Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan metode
yang tepat
c. Menggunakan lebih dari dua metode yang sesuai dengan tujuan, materi dan
kebutuhan siswa
d. Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran secara individual, di dalam
kelompok kecil atau besar
e. Guru memberi bimbingan secara individual kepada siswa yang memerlukan
bantuan sesuai dengan masalah dan kebutuhannya.
4) Metode keterlibatan siswa, meliputi :
a. Mempersiapkan, menarik dan mendorong siswa untuk bergerak
c. Menggunakan jenis kegiatan (permainan) yang sesuai dengan jumlah dan
kemempuan siswa
d. Merespon siswa yang berpartisipasi (bertanya atau menjawab)
e. Mengidentifikasi dan merespon siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran
5) Penguasaan materi pembelajaran, meliputi :
a. Penguasaan materi
b. Kejelasan materi
c. Keteraturan materi
d. Mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
e. Mendorong siswa memahami dan memecahkan masalah kehidupan melalui
konsep yang telah dipelajari
6) Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, meliputi :
a. Menggunakan alat bantu pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Menggunakan alat bantu pembelajaran sesuai dengan situasi dan lingkungan
c. Penggunaan sumber belajar yang tepat
d. Memanfaatkan alat bantu dan sumber belajar yang tersedia
7) Kemampuan menilai hasil belajar siswa, meliputi :
a. Melakukan penilaian awal/apersepsi yang relevan dengan bahan yang akan
diajarkan
b. Mengetahui penguasaan materi dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa
c. Selama pengajaran memberikan tugas-tugas sesuai dengan tujuan
pembelajaran
d. Melaksanakan penilaian akhir pada saat pembelajaran
8) Keefektifan pembelajaran, meliputi :
a. Tujuan pembelajaran tercapai
b. Pembelajaran lancar
c. Suasana kelas terkendali
d. Terbentuknya dampak pengiring (misalnya ada kesempatan bagi siswa untuk
dapat bertanggung jawab, bekerjasama dan tenggang rasa).
9) Keterampilan memberikan balikan, meliputi :
Menunjukkan pengaruh penilaian terhadap kesadaran siswa untuk
memahami kesalahan dan kesulitan belajarnya
10)Menutup pelajaran, meliputi :
a. Guru membuat rangkuman materi pembelajaran
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya setelah materi disampaikan
c. Memberi penugasan agar siswa memberi kesimpulan materi yang telah
disampaikan, dan agar siswa lebih luwes dalam gerak.
d. Memberikan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi
11)Penampilan guru dalam pembelajaran, meliputi :
a. Berbusana rapi
b. Suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh siswa
c. Tegas dalam mengambil keputusan
Kinerja guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan, karena keberadaan
guru sangat berpengaruh pada semua sumber daya pendidikan yang ada. Berbagai
sumber daya pendidikan seperti sarana dan prasarana, biaya, teknologi, informasi,
siswa dan orang tua siswa, dapat berfungsi dengan baik apabila guru memiliki
kemampuan yang baik pula dalam menggunakan semua sumber yang ada.
Menurut Uzer, Usman (2005 : 15), guru professional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemmpuan
maksimal.
2.4 Kompetensi Guru
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari disekolah, antara guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan dan guru bidang studi yang lain membutuhkan
kompetensi (kemampuan) dasar yang hampir sama. Seorang guru yang
melaksanakan tugasnya disekolah harus memiliki kemampuan dasar yang dikenai
dengan istilah sepuluh kompetensi dasar, dan oleh Sunaryo (1989:xiii) ”sepuluh
kompetensi tersebut adalah 1) menguasai bahan pelajaran sekolah, 2) menguasai
proses belajar mengajar, 3) menguasai pengelolaan kelas, 4) menguasai
penggunaan media dan sumber, 5) menguasai dasar-dasar kependidikan, 6) dapat
mengelola interaksi kelas, 7) dapat mengevaluasi hasil belajar siswa, 8)
memahami fungsi bimbingan dan penyuluhan, 9) memahami dan menguasai
administrasi sekolah, 10) memahami prinsip-prinsip dan dapat menafsirkan hasil
Sedang menurut Rochman Bakti (1992:3) dalam dunia pendidikan dikenal
sepuluh kompetensi guru yang telah dikembangkan oleh proyek pengembangan
lembaga kependidikan adalah sebagai berikut:
1) Menguasai landasan-landasan kependidikan
Dengan menguasai landasan-landasan pendidikan diharapkan guru memiliki
wawasan teoritis dengan tugasnya, sehingga dapat menyelenggarakan
pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan siswa dalam membina dan
mengembangkan pribadi keterampilannya.
2) Menguasai bahan pelajaran
Menguasai bahan pelajaran, berarti kemungkinan guru dapat menyajikan
bahan pelajaran sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat menerima dan
mengelolanya secara menetap sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan.
3) Kemampuan mengelola kelas
Kemampuan mengelola kelas memungkinkan guru menumbuhkan dan
mengembangkan suasana kelas yang dapat mendorong siswa mengikuti proses
belajar mengajar dengan penuh minat.
4) Kemampuan mengelola program belajar mengajar
Kemampuan mengelola program belajar mengajar, memungkinkan guru
merencanakan dan menyelenggarakan pengajaran dengan baik, sehingga dapat
5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, memungkinkan guru
mengatur kegiatan siswa dalam belajar, sehingga siswa mencapai hasil belajar
yang optimal.
6) Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, memungkinkan guru
memilih berbagai media dan sumber belajar yang tepat, sehingga siswa
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari media dan sumber belajar
tersebut demi pencapaian hasil belajar yang diharapkan.
7) Menilai hasil belajar (prestasi) siswa
Menilai hasil belajar (prestasi) siswa, memungkinkan guru menilai tepat
kemampuan belajar siswa sebagai bahan umpan balik bagi penunjang proses
perkembangan lebih lanjut.
8) Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian untuk keperluan
mengajar
Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian, memungkinkan guru
secara terus menerus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bidang
keahliannya, sehingga pendidikan yang diterima oleh siswa merupakan
sesuatu yang hidup dan selalu diperbaharui.
9) Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan
Mengenal fungsi bimbingan penyuluhan, memungkinkan guru mengetahui
hal-hal yang mungkin menimbulkan masalah-masalah bagi siswa, dapat
dikenali atau dicegah secara dini.
10)Mengenal dan menyelenggarakan administrasi
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan, memungkinkan
berbagai catatan, informasi dan data tentang siswa (khususnya perkembangan,
kegiatan dan kemajuan siswa) terkumpul, terorganisasikan dengan baik,
sehingga semua informasi itu dipakai keputusan dalam langkah-langkah
pembinaan dan pengembangan siswa selanjutnya.
Menurut Cece Wijaya dan A. Tabrani Risyan (1994:24-25) kemampuan
guru dapat dibagi kedalam tiga bidang, yaitu:
1) Kemampuan dalam bidang kognitif artinya kemampuan intelektual, seperti
penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar,
pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang
bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan
tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan
serta kemampuan umum.
2) Kemampuan dalam bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya
sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki rasa senang terhadap
mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman
seprofesinya, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil
3) Kemampuan perilaku (performance) artinya kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan dan berperilaku, yaitu keterampilan mengajar, membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu pelajaran, bergaul atau berkomunikasi
dengan siswa, keterampilan menyusun persiapan, perencanaan mengajar,
keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain. Perbedaan
dengan kemampuan kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuan,
pada kemampuan perilaku (performance) diutamakan adalah praktek
keterampilan melaksanakannya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei
Tahun 2007, mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
mencakup empat Kompetensi utama yakni Kompetensi Pedagogik, Kepribadian,
Sosial, dan Profesional:
1) Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2) Kompetensi Kepribadian
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
Nasional Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3) Kompetensi Sosial
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif,serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang