• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMA Sederajat se Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008 2009 -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMA Sederajat se Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008 2009 -"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP

KINERJA GURU PENJASORKES DI SMA SEDERAJAT

SE – KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

TAHUN 2008/2009

Skripsi

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Nur Hanansyah Septiana

6101405112

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada :

Hari : Senin

Tanggal : 14 September 2009

Panitia :

Ketua

Sekretaris

Drs. M. Nasution, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R, M. Pd

NIP. 19640423 199002 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002

Penguji Utama

Drs. H. Sulaiman, M.Pd

NIP. 19620612 198901 1 001

Penguji II

Penguji III

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

(3)

iii

Muh Nur Hanansyah Septiana.

2009. Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap

Kinerja Guru Penjasorkes di SMA Sederajat se Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang

Tahun 2008/2009. Skripsi. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Pembimbing I.

Drs. Bambang Priyono, M.Pd. Pembimbing II. Drs. Mugiyo Hartono , M.Pd.

Kata Kunci. Persepsi, Kinerja Guru. Penjasorkes

Permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah : bagaimana

persepsi guru SMA Sederajat Se-kecamatan Lasem Kabupaten Rembang terhadap

kinerja guru Penjasorkes/ Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk

mengetahui persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMA

Sederajat Se-kecematan Lasem Kabupaten Rembang tahun ajaran 2008/2009.

Populasi yang diteliti adalah 138 orang guru non Penjasorkes untuk dimintai

informasinya tentang persepsi mereka terhadap kinerja guru Penjasorkes di sekolahnya.

Data diperoleh dari kuesioner tentang persepsi kinerja guru meliputi kompetensi

kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial. Analisis data menggunakan statistik

deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru Penjasorkes di SMA Sederajat

se Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang menurut persepsi guru non Penjasorkes

tergolong tinggi, terbukti dari tingginya kompetensi kepribadian mencapai 92,71%,

kompetensi pedagogik sebesar 79,24%, kompetensi professional sebesar 82,69% dan

kompetensi sosial sebesar 82,92%. Guru penjasorkes tersebut memiliki kompetensi

kepribadian dan sosial yang lebih baik daripada kompetensi pedagogik dan

profesionalnya.

(4)

iv

MOTTO

“Keridhoan Tuhan tergantung pada keridhoan orang tua dan murka Tuhan

tergantung pada kemurkaan orang tua”(HR. Turmudzi dari Abdullah bin Amir)

“Perjuangan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Hidup tanpa hambatan, tanpa

rintangan akan melumpuhkan jiwa Karena tanpa kesulitan, tidak akan pernah ada

kekuatan dan perubahan”(Anand Krishna)

“Kesabaran dan ketabahan memiliki keajaiban yang bisa menghilangkan kesulitan

dan melenyapkan rintangan hidup”(John Quincy Adam)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan buat:

1.

Bapak (Alm)yang telah berjuang untuk penulis dan masa depan

penulis.(walau tidak bisa menyaksikan penulis hingga selesai kuliah)

2.

Ibunda terhormat dan tercinta, Atas do’a dan pengorbanan yang menetes

di bumi ini sebagai jiwa, Semangat, dan ruh tuk iringi langkah penulis

menuju asa dan cita-cita penulis

3.

Kakak, adik (K’Dede, M’Iva, dan Pipik) dan nenek penulis yang selalu

menyayangi dan menyemangati penulis dalam hidup.

4.

Teman-teman Gondes Rewo-rewo

5.

Rekan-rekan PJKR ‘05

(5)

v

Alhamdulillahhirrobi’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas karunia terbesar dan ridho-Nya karya sederhana yang berjudul

“Survei persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMA

sederajat Se – kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008/2009” ini dapat

tercipta. Sungguh tiada kekuatan terbesar dan pancaran cahaya kecuali dengan

pertolongan-Mu. Inilah salah satu anugerah terindah yang penulis miliki saat ini.

Bantuan dan dorongan berbagai pihak sangat memacu semangat penulis untuk

menyelesaikan penyusunan skripsi ini, karena itu dengan segenap cinta dan ketulusan

hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1.

Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

2.

Ketua jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

3.

Drs. Bambang Priyono, M.Pd, sebagai pembimbing I yang telah banyak membantu

dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

4.

Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd, sebagai pembimbing II yang telah banyak membantu

dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

5.

Drs. Noor Effendi

selaku Kepala Dinas dan Drs. Atho’illah

selaku Kepala Depag

yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

(6)

vi

semangat dan dukungan do’a serta materi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dan pendidikan yang telah ditempuh.

9.

Kak Dede sekeluarga (Mbak Ita dan Zizou), Mbak Iva sekeluarga (Mas Danang dan

Sawahita),adikku (Desika)

dan Nenekku yang selalu menyayangi, mendukung dan

memberikan do’anya kepada penulis.

10.

Keluarga penulis yang selalu memberikan do’a dan semangat kepada penulis.

11.

The Dingdam Kost terima kasih atas kebersamaan kita di kos kita tercinta. Di sanalah

terukir kenangan-kenangan manis kita.

12.

Teman – Teman dari jurusan PJKR B angkatan 2005 yang telah banyak membantu

penelitian ini sehingga penulis dapat berhasil dengan baik.

13.

Semua pihak yang tidak dapat sebutkan oleh penulis satu persatu, harapan dan do’a

penulis semoga Allah SWT, berkenan keridhoan dan balasan yang sepadan dalam

proses terselesainya skripsi ini.

Semoga amal Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang melimpah dari Allah

SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca

semuanya

(7)

vii

Halaman

PENGESAHAN ...

ii

SARI ...

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

iv

KATA PENGANTAR ...

v

DAFTAR ISI ...

vii

DAFTAR TABEL ...

ix

DAFTAR GAMBAR ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...

xii

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ...

1

I.2 Rumusan Masalah ...

9

I.3 Tujuan Penelitian ...

9

I.4 Penegasan Istilah ... ..

10

I.5 Manfaat penelitian ...

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Persepsi... 13

2.1.1 Pengertian Dasar Persepsi ...

13

2.1.2 Ciri – Ciri Umum Persepsi ...

15

2.1.3 Faktor – faktor yang berperan dalam Persepsi ... ...

17

2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi ... ...

18

(8)

viii

2.3 Kinerja Guru Penjasorkes ...

26

2.4 Kompetensi Guru ...

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode penentuan objek penelitian... ...

46

3.1.1 Populasi dan sampel ... ...

46

3.2 Variabel penelitian ... ...

47

3.3 Metode pengumpulan data ...

47

3.4 Instrumen Penelitian ... ...

48

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas... ...

49

3.7 Metode analisis data... ...

54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... .

57

4.1.1 Kompetensi Kepribadian sebagai Pendidik ...

58

4.1.2 Kompetensi Pedagogik ...

61

4.1.3 Kompetensi Profesional sebagai Pendidik ...

64

4.1.4 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik ...

66

4.2 Pembahasan ...

70

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...

85

5.2 Saran ...

85

(9)

ix

Tabel 1. Pendapat kinerja guru penjasorkes di sekolah ... ... 6 Tabel

2.

Pendapat guru non penjasorkes mengenai penting tidaknya mata

pelajaran penjasorkes di sekolah ... 7

Tabel 3. Pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisme guru penjasorkes di

sekolah ... 7

Tabel 4. Kriteria Deskriptif Persentase... 46

Tabel 5. Distribusi

persepsi

guru

non

penjasorkes

terhadap

kinerja

guru

penjasorkes... 47

Tabel 6. Kompetensi kepribadian sebagai Pendidik... 49

Tabel 7. Indikator Aspek kepribadian sebagai pendidik... 51

Tabel 8

Kompetensi Pedagogik... 54

Tabel 9. Indikator Aspek Kompetensi Pedagogik... 56

Tabel 10 Kompetensi Profesional sebagai Pendidik... 58

Tabel 11 Indikator Aspek Profesional sebagai Pendidik... 60

Tabel 12 Kompetensi Sosial sebagai Pendidik ... 62

(10)

x

Halaman

Gambar 1. Bagan Proses Terjadinya Persepsi ... 19

Gambar 2. Deskriptif persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja

guru penjasorkes ... 58

Gambar 3. Persepsi aspek kepribadian sebagai pendidik ... 59

Gambar 4. Indikator aspek kepribadian sebagai pendidik ... 61

Gambar 5. Persepsi aspek Kompetensi Pedagogik ... 62

Gambar 6. Indikator Aspek Kompetensi Pedagogik ... 63

Gambar 7. Deskriptif Persepsi Aspek Profesional sebagai Pendidik ... 65

Gambar 8. Indikator Aspek Profesional sebagai pendidik ... 66

Gambar 9. Distribusi Persepsi Aspek Sosial sebagai Pendidik ... 67

Gambar 10. Indikator Aspek Sosial sebagai Pendidik ... 68

(11)

xi

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian………...……….. 90

2. Kuisioner Penelitian ...……….. 94

3. Rekapitulasi Data Presentase Hasil Penelitian ...………..…… 97

4. Usulan Penetapan Pembimbing ...………. 104

5. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing ………..……….. 105

6. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...………..……… 106

7. Surat Ijin Penelitian Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang …....…..….. 107

8. Surat Ijin Penelitian DEPAG Kabupaten Rembang ...…..………....…… 108

9. Surat Keterangan Penelitian Dari SMA Negeri 1 Lasem ...……....….. 109

10. Surat Keterangan Penelitian Dari MAN Lasem ..……… 110

11. Surat Keterangan Penelitian Dari SMA Muhammadiyah Lasem ...……… 111

12. Surat Keterangan Penelitian Dari MA NU Lasem ..…………...………….. 112

13. Surat Keterangan Penelitian Dari SMK NU Lasem ..………...…...……… 113

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dalam segala

bidang sedang digalakkan tidak terkecuali pembangunan dalam bidang

pendidikan. Pembangunan dalam bidang pendidikan bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan pendidikan maka sumber

daya manusia yang baik dan berkualitas akan dapat terwujud demi kemajuan suatu

bangsa dan negara. Hal ini berarti bahwa semakin baik mutu pendidikan maka

akan semakin tinggi tingkat kemajuan dan kualitas sumber daya manusia yang

dihasilkan.

Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia Indonesia dalam

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945, yang memungkinkan warganya untuk mengembangkan diri sebagai

manusia Indonesia seutuhnya. Dalam pembangunan nasional, semua warga

Negara Indonesia dituntut aktif ikut serta dalam pembangunan nasional.

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila

sebagai dasar, tujuan dan pedoman. Pembinaan dan upaya peningkatan manusia

(13)

Displin dan sportivitas serta pengembangan prestasi yang dapat membangkitkan

rasa kebangsaan nasional (Engkos Kosasih, 1993 : 5)

Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia,

karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah akan didapat sumber daya

manusia yang berorientasi pada pembangunan. Garis-garis Besar Haluan Negara

tahun 2004 mengamanatkan bahwa kita perlu meningkatkan kualitas lembaga

pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk

mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi

perkembangan kualitas sumber daya manusia itu sendiri secara terarah, terpadu

dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh

komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai

dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya.

Pendidikan merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara

keseluruhan yaitu proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuscular,

interpretif sosial, dan emosional (bucher 1979:39)

Pendidikan adalah salah satu tolak ukur yang bisa dijadikan pedoman

dalam mengukur tinggi rendahnya sumber daya manusia. Pendidikan

dimaksudkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap

individu, potensi - potensi tersebut apabila tidak di kembangkan hanya akan

menjadi sumber daya yang terpendam tanpa akan dapat kita lihat dan rasakan

(14)

berbagai hal tersebut antara lain; konsep, prinsip, kreatifitas, tanggung jawab dan

keterampilan. Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan agama.

Salah satu tujuan pendidikan yang tertera dalam Pembukaan Undang –

Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka

mewujudkan tujuan tersebut pemerintah berusaha untuk menyempurnakan

komponen - komponen dalam dunia pendidikan. Beberapa upaya pemerintah yang

ditempuh salah satunya adalah dengan cara mengubah kurikulum sesuai

perkembangan zaman.

Salah satu kelompok dalam struktur kurikulum adalah kelompok mata

pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif,

afektif dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua

bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya. Pendidikan jasmani adalah bagian yang

terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh; bidang dan sasaran yang

diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental, emosional, dan sosial bagi

warga negara yang sehat melalui medium kegiatan jasmaniah. “ahli lain tentunya

memasukkan parameter yang lain lagi, misalnya spiritual dan lainnya.” (Adang

(15)

Pelaksanan pendidikan jasmani di sekolah tidak dapat lepas dari sosok

seorang guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2003:125). Guru memiliki

kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam

menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Menurut Sutomo

(2007:12). Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar

berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih

berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru yang seperti

itu yang bisa dijadikan teladan bagi semuanya.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, sikap sportif, dan

kecerdasan emosi (Depdiknas, 2003:3). Pendidikan Jasmani pada dasarnya

merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media

untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh (Adang Suherman

,1999:1). Pelaksanan pendidikan jasmani sendiri tidak dapat lepas dari sosok

seorang guru.

Akhir-akhir ini berkembang asumsi masyarakat bahwa kinerja guru

penjasorkes rendah dan khususnya di kecamatan Brangsong kabupaten Kendal.

(16)

jasmani secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan

beberapa contoh yaitu: guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan,

sedangkan siswa suruh latihan sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan

perhatian yang serius. Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional

yaitu tanpa menggunakan media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.

Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga

dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di

sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang memprihatinkan di

sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan

dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani

dan olahraga (Cholik Mutohir, 1990). Kondisi ini disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan

terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran

pendidikan jasmani (Cholik Mutohir, 1990).

Kualitas guru pendidikan jasmani yang ada pada sekolah dasar dan

lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu dalam

melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil melaksanakan

tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui pendidikan

jasmani. Tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan

kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik. Mental maupun

(17)

di sekolah dasar adalah bukan guru khusus yang secara normal mempunyai

kompetensi dan pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan jasmani.

Mereka kebanyakan adalah guru kelas yang harus mampu mengajar berbagai mata

pelajaran yang salah satunya adalah pendidikan jasmani.

Kabupaten Rembang yang terletak di daerah pantai utara pulau Jawa, yang

di sebelah utara berbatasan dengan pantai utara jawa, sebelah timur berbatasan

dengan Provinsi Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora,

dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pati. Mata pencaharian

penduduknya petani, pedagang, nelayan, guru dan pegawai negeri sipil.

Kabupaten Rembang memiliki potensi di bidang pariwisata, yaitu obyek wisata

pasujudan Sunan Bonang yang terletak di kecamatan Lasem tepatnya di desa

Bonang dan makam R.A. Kartini yang terletak di sebelah selatan Kabupaten

Rembang. Pemerintah Kabupaten Rembang juga memperhatikan dunia

pendidikan dengan ikut mensukseskan program wajib belajar 9 tahun.

Kecamatan Lasem merupakan kecamatan yang terluas di kabupaten

Rembang yang sebagian mata pencaharian penduduknya adalah nelayan dan

Pegawai Negeri Sipil. Di Kecamatan Lasem terdapat lima Sekolah Menengah

Atas Negeri maupun swasta yaitu SMA Negeri 1 Lasem, SMA Muhammadiyah

Lasem, MA Negeri Lasem, MA NU Lasem dan SMK NU Lasem. Menurut

pandangan masyarakat, keempat sekolah tersebut memiliki prestasi akademik

yang baik dan menjadi sekolah favorit yang mampu menghasilkan lulusan –

(18)

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 14 sampai

dengan 16 januari 2009 di Sekolah Menengah Atas sederajat Se Kecamatan

Rembang yaitu SMA Negeri 1 Lasem, SMA Muhammadiyah Lasem, MA Negeri

Lasem, MA NU Lasem dan SMK NU Lasem dengan jumlah responden 30 guru

non Penjasorkes dan menggunakan metode penyebaran angket atau kuisioner,

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1

Pendapat guru non Penjasorkes tentang kinerja guru Penjasorkes di sekolah :

No Kategori Frekuensi prosentase

1. Baik 27 90%

2. Sedang 3 10%

3. Kurang Baik 0 0%

Jumlah 30 100%

( Sumber : Penelitian Awal)

Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non Penjasorkes terhadap

kinerja guru Penjasorkes di sekolah yang menyatakan baik sebesar 90% , yang

(19)

Tabel 2

Pendapat guru non Penjasorkes mengenai penting tidaknya mata pelajaran Penjasorkes diajarkan di sekolah :

No Kategori Frekuensi prosentase

1. Penting 30 100%

2. Tidak Penting 0 0%

Jumlah 30 100%

( Sumber : Penelitian awal)

Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non Penjasorkes terhadap

penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes diajarkan di sekolah yang

menyatakan penting sebesar 100%, dan yang menyatakan tidak penting sebesar

0%

Tabel 3

Pendapat guru non Penjasorkes terhadap profesionalisme guru Penjasorkes di sekolah

No Kategori Frekuensi prosentase

1. Sudah Profesional 23 76,7%

2. Belum Profesional 7 23,3%

Jumlah 30 100%

(Sumber : Penelitian awal)

Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non Penjasorkes terhadap

profesionalisame guru Penjasorkes di sekolah yang menyatakan sudah profesional

(20)

Berdasarkan dari data ketiga tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar guru non Penjasorkes berpendapat bahwa kinerja guru Penjasorkes

di sekolah baik dan ada beberapa guru yang menyatakan sedang terhadap kinerja

guru Penjasorkes di sekolah. Untuk penting tidaknya mata pelajaran Penjasorkes

diajarkan di sekolah seluruh responden menyatakan mata pelajaran Penjasorkes

penting diajarkan di sekolah. Sedangkan untuk kategori keprofesionalitasan

sebagian besar responden menyatakan sudah profesional dan ada sebagian

responden yang menyatakan belum profesional. Dari uraian kesimpulan di atas,

maka muncullah suatu pertanyaan bagaimanakah kinerja guru Penjasorkes di

sekolah ?

Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

suatu penelitian tentang kinerja yang dilakukan oleh guru Penjasorkes di sekolah

sehingga di angkat judul : "Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap

Kinerja Guru Penjasorkes di SMA sederajat Se – Kecamatan Lasem Kabupaten

Rembang Tahun 2008/2009”.

1.2

Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMA

Sederajat Se- Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008/2009?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak

(21)

Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMA Sederajat Se- Kecamatan

Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2008/2009.

1.4

Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi

ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti untuk memperjelas batas-batasan

istilah dan untuk menghindari kesalahan penafsiran judul skripsi, serta untuk

memudahkan dalam mengungkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam

pelaksanaan penelitian. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan antara lain:

1. Survei

Survei adalah teknik riset yang bertugas untuk mengadakan pemeriksaan

penyelidikan peninjauan (Poerwadarminta, 1976:603). Pendapat tersebut

diperkuat oleh pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan survei adalah suatu

pengambilan data dengan cara mengecek hal atau sesuatu di lapangan (Arikunto,

1998:152). Jadi dapat disimpulkan bahwa survei dalam penilitian ini adalah cara

yang dilakukan oleh peneliti untuk mengambil data di lapangan dengan angket.

2. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga dengan proses sensoris, namun proses itu tidak

(22)

proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari

proses persepsi (Bimo walgito, 2003:88)

3. Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman, 2003:125).

4. Kinerja

Kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja

dalam bidang pekerjannya, menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu

pekerjaan tertentu dan di evaluasi oleh orang-orang tertentu.

5. Guru Penjasorkes

Jabatan atau profesi yang dimiliki serta mempunyai kemampuan

mengidentifikasi karakteristik peserta didik, mampu membangkitkan dan

memberikan kesempatan kepada peserta didik berkreasi dan aktif dalam proses

pembelajaran Penjasorkes yang dituntut untuk menumbuh kembangkan aspek

Kognitif, Afektif dan Psikomotor.

1.5

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Peneliti diharapkan data ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk

(23)

2. Data dari penelitian ini dapat juga digunakan sebagai pedoman khususnya

bagi guru Penjasorkes.

3. Bagi semua yang terkait dalam dunia pendidikan khususnya Penjasorkes

diharuskan meningkatkan tentang pembelajaran penjasorkes agar ke depannya

nanti bisa mewujudkan profesionalitas Penjasorkes yang positif.

4. Data ini dapat digunakan sebagai bacaan dan pedoman bagi peneliti yang

sedang melakukan penelitian yang menggunakan metode survei.

(24)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Pengertian Dasar Persepsi

Kehidupan setiap individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak

itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai

saat ini pula individu menerima langsung stimulus dari luar dirinya, dan ia berkaitan dengan persepsi.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga dengan proses sensoris, namun proses itu tidak

berhenti begitu saja, melainkan stimulus diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari

proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari

proses persepsi (Bimo walgito, 2003:88)

Menurut Maskowitz dan Orgel (dalam Bimo Walgito, 2003:88), persepsi

(25)

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu, dalam penginderaan orang akan mengkaitkan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengkaitkan dengan objek (Branca, dalam

Bimo Walgito, 2003:88).

Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena

perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak

sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Persepsi itu bersifat

individual (Davidoff, dalam Bimo Walgito, 2003:89).

Perbedaan persepsi individu satu dengan individu yang lain dapat

disebabkan oleh hal-hal seperti di bawah ini :

a. Perhatian, biasanya individu tidak menanggap seluruh rangsangan yang ada

disekitarnya sekaligus, tetapi memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua

objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan yang lain menyebabkan

perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set, adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul.

c. Kebutuhan, merupakan kebutuhan-kebutuhan sesaat yang menetapkan pada

diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian

(26)

d. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula dalam

persepsi.

e. Ciri kepribadian seseorang berpengaruh terhadap persepsi.

Kelima faktor tersebut di atas merupaka ukuran di dalam persepsi

masing-masing individu terhadap objek yang diamati.

Jadi dapat kita lihat bahwa sesungguhnya persepsi itu lahir dari individu

yang mengamati individu lain melihat dari norma yang ada perasaan individu,

pengalaman-pengalaman individu yang kemudian individu tersebut dapat

memberikan respon ataupun opini terhadap hasil pengamatannya terhadap

individu lain.

2.1.2 Ciri-ciri Umum Persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut

sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna,

menurut Irwanto terdapat ciri-ciri persepsi, yaitu:

a. Modalitas

Rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera,

yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan,

bau untuk penciuman, bunyi untuk pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan

(27)

b. Dimensi Ruang

Dimensi persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang) sehingga

individu dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit,

depan-belakang, dan sebagainya.

c. Dimensi Waktu

Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat,

tua-muda, dan lain sebagainya.

d. Berstruktur, konteks, keseluruhan, yang menyatu

Objek-objek atau gejala-gejala dalam pengamatan mempunyai struktur

yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan

keseluruhan yang menyatu. Individu dalam melihat sesuatu tidak berdiri sendiri

tetapi dalam ruang tertentu, disaat tertentu, letak/posisi tertentu, dan lain

sebagainya.

e. Dunia penuh arti

Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Individu cenderung melakukan

pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi

individu tersebut.

Seseorang dapat memberikan persepsi dengan memperhatikan lingkungan

yang ada, keadaan / situasi tertentu yang dihadapinya yang terpengaruh oleh hasil

penginderaannya termasuk pada dimensi waktu, dimensi ruang, modalitas,

berstruktur dan menyeluruh. Individu tidak hanya mengamati keadaan tertentu

(28)

malam. Individu tersebut bila berada dengan individu lain akan cenderung

melakukan pengamatan atau persepsi yang kiranya berguna bagi dirinya sendiri

atau yang terjadi pada dirinya.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Berperan dalam Persepsi

Timbulnya persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan dari luar

maupun dari dalam individu. Menurut Bimo Walgito (2003:89), terdapat beberapa

faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:

a. Objek yang di persepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dating dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf

penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus dating dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam

(29)

dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan

objek.

2.1.4 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut, objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses

stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik.

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut sebagai proses fisiologi. Kemudian terjadilah proses di otak

sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar,

dan diraba.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa tahap terakhir dari proses

persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat, didengar, dan diraba,

yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi. Reseptor sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh

individu dalam berbagai macam bentuk (Bimo Walgito, 2003:90).

Dalam proses persepsi, perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan

dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu

tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan yang disekitarnya. Namun demikian, tidak semua stimulus mendapat respon individu untuk dipersepsi.

(30)

Secara sistematis proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut :

St St St

Respon

Fi Fi Fi

Gambar 1

Proses terjadinya Persepsi

Sumber : Bimo Walgito (1992:72)

Keterangan:

St:Stimulus ( faktor luar ) Fi:Faktor internal

Sp:Struktur pribadi ( organisme )

Stimulus datang dari luar subjek / individu bersamaan dengan datangnya faktor internal lain yang akan diserap oleh organ individu itu, yang kemudian akan

diproses dan dicerna. Selanjutnya individu itu akan mengeluarkan output dari

(31)

2.1.5 Prinsip-prinsip Terjadinya Persepsi

Prinsip-prinsip dalam persepsi adalah sebagai berikut :

2.1.5.1 Persepsi itu relatif

Individu bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu

persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan

persepsi ini, dampak pertama dari suatu peubahan rangsangan dirasakan lebih

besar daripada rangsangan yang datang kemudian.

2.1.5.2 Persepsi itu selektif

Individu hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak

rangsangan yang ada disekitarnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa

rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah dipelajari, apa

yang pada suatu saat menarik perhatiannya, dan kearah mana persepsi itu

mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam

kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.

2.1.5.3 Persepsi itu mempunyai tatanan

Individu menerima rangsangan tidak dengan cara senbarangan, ia akan

menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika

rangsangan yang akan datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri

sehingga hubungan itu menjadi jelas.

2.1.5.4 Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan

Harapan dan kesiapan penerima rangsangan akan menentukan rangsangan

(32)

dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana rangsangan itu akan

diinterpretasikan.

Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi

orang atau kelompok lain sekaligus situasinya sama.

Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaaan

individual, perbedaan kepribadian, perbedaan dalam sikap atau motivasi.

2.2 Kedudukan Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Guru adalah pribadi kunci dalam kelas, guru yang memimpin dan

mengarahkan kegiatan belajar para siswanya. Guru yang paling banyak

berhubungan dengan para siswa dibandingkan dengan personil sekolah lainnya.

Pengaruh guru terhadap siswanya sangat besar. Faktor-faktor imitasi, sugesti,

identifikasi dan simpati, misalnya memegang peran penting dalam interaksi sosial

(Oemar Hamalik, 2007: 27).

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus.

Pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai

keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Guru

mempunyai dua fungsi istimewa yang sekaligus membedakannya dari pegawai

atau pekerja lainnya dalam masyarakat, yakni mengadakan suatu jembatan antara

sekolah dengan luar sekolah, serat mengadakan hubungan antara dunia muda

(33)

Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang

Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga

kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,

pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada

satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai

tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Profesi sebagai pengajar menjadikan tugas guru secara langsung

menyentuh manusia menyangkut kepetingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan

berkembang ke arah kedewasaan dan kamandirian melalui proses pembelajaran.

Pengajaran yang dilakukan oleh guru itu dilaksanakan dalam interaksi edukatif

antara guru dan murid yaitu antara keadaan internal dan proses kognitif siswa.

Mengajar itu adalah seni, ilmu pengetahuan dan sekaligus juga suatu pekerjaan

yang memerlukan waktu yang banyak. Dikatakan seni karena mengajar itu

membutuhkan inspirasi, intuisi, bakat, dan kreativitas. Dikatakan ilmu

(34)

pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan dan juga penguasaan terhadap

ketrampilan di dalam memberikan bahan ajar tersebut. Dengan demikian seorang

pengajar memerlukan keahlian dalam memilih dan melaksanakan cara mengajar

yang terbaik agar ilmu pengetahuan tersebut dapat diberikan dengan baik pula.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti

bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada

bagaimana proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Belajar merupakan hal yang penting dan utama dalam proses belajar mengajar.

Hal ini disebabkan pemahaman guru tentang belajar akan mempengaruhi cara

guru itu mengajar. Mengajar bukan sekedar penyampaian ilmu pengetahuan,

melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup

kompleks. Kedudukan guru yang strategis ini kemudian diperlukan

perwujudannya melalui kinerja guru. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar

pada hakekatnya peranan guru sesuai dengan tanggung jawab dan tugasnya.

Tugas dan tanggung jawab guru, yaitu :

1. Guru sebagai pengajar.

2. Guru sebagai pembimbing.

(35)

Menurut Uzer Usman (2005) peran guru dalam proses belajar mengajar

meliputi :

1. Guru sebagai demonstrator

Guru dalam peranannya sebagai demonstrator, lecture, atau pengajar, senantiasa harus menguasai bahan atau meteri pelajaran yang akan diajarkan serta

senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam

hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa. Seorang guru hendaknya mampu terampil dalam merumuskan

TIK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dan

memberikan informasi kepada kelas. Akhirnya seorang guru akan dapat

memainkan peranannya sebagai pengajar yang baik apabila ia menguasai dan

mampu melaksanakan ketrampilan-ketrampilan tugasnya.

2. Guru sebagai pengelola kelas

Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek

lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Kualitas dan kantitas belajar siswa

tergantung banyak faktor, antara lain guru, hubungan pribadi antar siswa, serta

kondisi umum dan suasana. Dan guru sebagai manajer hendaknya mampu

memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil yang optimal.

Sebagai manajer lingkungan belajar guru hendaknya mampu menggunakan

pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar dan teori perkembangan

(36)

menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus

memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, guru harusnya memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sedangkan

sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang

berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,

baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah maupun surat kabar.

4. Guru sebagai evaluator

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi seorang

evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakh tujuan

yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang disjarkan

sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui

kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui

keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

ketetapan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian

diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa atau kelompoknya. Dengan

penilaian, gurur dapat mengklarifikasikan apakah seorang siswa kelompok siswa

yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik jika dibandingkan dengan

(37)

Sehingga dari berbagai ulasan peran guru diatas guru harus mempunyai

plaining atau perencanaan yaitu merencanakan semua hal yang diperlukan untuk

mengajar para siswa. Kesiapan materi dan media penunjang penyampaian

informasi pada siswa harus dilaksanakan dengan matang, kemudian guru harus

mampu menggunakan pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar sehingga

siswa dapat menyerap apa yang disampaikannya. Guru juga harus mampu

memberikan kriteria penilaian pada siswa yang diajarnya untuk proses evaluasi

yang matang agar siswa lebih termotivasi dari hasil proses belajar mengajar.

2.3Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 2.3.1 Pengertian Kinerja Guru Penjasorkes

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan tergantung pada

bagaimana para personel dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam organisasi sekolah berhasil

tidaknya tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja guru, karena tugas

utama guru adalah mengelola kegiatan belajar mengajar. Berkenaan dengan

kinerja guru sebagai pengajar, menurut Uzer Usman (2005:16), mencakup aspek

kemampuan personel, kemampuan professional, dan kemampuan sosial.

Kinerja guru atau prestasi guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

pada kecakapan, kemudian pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan

waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsure-unsur yang

(38)

seorang guru dilihat dari sejauh mana guru tersebut melaksanakan tugasnya

dengan tertib dan bertanggung jawab, kemampuan menggerakkan dan memotivasi

siswa untuk belajar dan kerjasama dengan guru lain.

Kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh

guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Dalam penelitian ini,

kinerja guru dalam proses mengajar adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang

dicapai oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar

mengajar dari mulai membuka pelajaran sampai menutup pelajaran. Kinerja guru

sebenarnya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi lebih luas lagi

mencakup hak dan wewenang guru yang dimiliki. Namun demikian proses belajar

mengajar dipandang sebagai sebuah posisi dimana muara segala kinerja guru

tertampung didalamnya.

Bedasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, kinerja adalah suatu hasil

atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjannya,

menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan di

evaluasi oleh orang-orang tertentu.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut Soepartono {2000:1}

merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media utama

untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktifitas yang digunakan oleh anak sekolah

adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah

(39)

Menurut Rusli Luthan dan Soepartono {2000:200}, pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui

aktifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,

neuromuscular, intelektual dan emosional.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang

merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya

mengutamakan aktifitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada

pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental sosial dan emosional yang

selaras, serasi dan seimbang {Suplemen GBPP: tahun 1994}.

Pendidikan olahraga dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar

sekolah {masyarakat, klinik atau lingkungan}. Dengan kata lain pendidikan

kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup

kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptasi yang

kondusif bagi kesehatan {Departemen Pendidikan Nasional, Suplemen GBPP,

2000:16}.

Guru Non Penjasorkes merupakan Jabatan atau profesi yang dimiliki serta

mempunyai kemampuan mengidentifikasi karakteristik peserta didik, mampu

membangkitkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berkreasi dan aktif dalam proses pembelajaran yang dituntut untuk menumbuh

(40)

2.3.1.1Penilaian Kinerja

Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena

merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat

produktivitas organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung

jawwab dan wewenang guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya

penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah

suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan

pekeerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengadakan

penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Berbicara

tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang dijadikan ukuran

untuk mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja bermanfaat untuk

mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standar yang

dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja sendiri untuk dapat

mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan

meningkatkan kinerjanya.

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan

guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan

patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai

tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses

belajar mengajar. Diknas sampai saat ini belum melakukan perubahan yang

mendasar tentang kinerja guru, dan secara garis besar masih mengacu pada

(41)

1) Menyusun rencana pembelajaran

2) Melaksanakan pembelajaran

3) Menilai prestasi belajar

4) Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar

5) Memahami landasan kependidikan

6) Memahami tingkat perkembangan siswa

7) Memahami pendekatan pembelajaran sesuai materi pembelajaran

8) Manerapkan kerja sama dalam pekerjaan

9) Memanfaatkan kemampuan IPTEK dalam pendidikan

10) Menguasai keilmuan

11) Menguasai ketrampilan sesuai materi pembelajaran

12) Mengembangkan profesi

(Depdikbud, 2004:7)

Ke duabelas kompetensi inilah yang dapat dilihat melalui alat penilaian

kemampuan guru (APKG). Aspek-aspek APKG secara umum dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kemampuan yaitu:

1) Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran, yang meliputi

perencanan pengorganisasian bahan pengajaran, perencanaan pengelolaan

kegiatan belajar mengajar, perencanaan pengelolaan kelas, pengelolaan

media dan sumber, perencanaan hasil belajar siswa.

2) Kemampuan guru dalam mengajar di kelas, yang meliputi : menggunakan

metode, media, dan bahan latihan, berkomunikasi dengan siswa,

(42)

keterlibatan siswa dalam pengajaran, mendemonstrasikan penguasaan mata

pelajaran, mengorganisasikan waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan, dan

evaluasi hasil belajar.

3) Kemampuan guru dalam mengadakan hubungan antar pribadi, yang meliputi

: membantu mengembangkan sikap positif pada diri siswa, bersikap terbuka

dan luwes terhadap siswa dan orang lain, menampilkan kegairahan dan

kesungguhan dalam proses belajar mengajar serta dalam pelajaran yang di

ajarkan, dan mengelola interaksi pribadi dalam kelas.

Sedangkan menurut Uzer Usman (2005:17) kemampuan professional guru

meliputi, kemampuan guru dalam :

1) Menguasai landasan pendidikan

2) Menguasai bahan pelajaran

3) Menyusun program pelajaran

4) Melaksanakan program pelajaran

5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar

Rumusan lain mengenai kompetensi professional guru yang

dikembangkan oleh Tim Dosen Pembina Ilmu Keguruan IKIP Jakarta meliputi :

1) Merumuskan tujuan instruksional

2) Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar

3) Mengorganisasikan materi pelajaran

4) Membuat, memiliki dan menggunakan media pendidikan yang tepat

5) Menguasai, memilih, dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat

(43)

6) Mengetahui dan menggunakan kemampuan siswa

7) Membagi, mengatur interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak

membosankan.

8) Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ke tingkat yang

lebih efektif dan efisien.

Menurut sudjana (2002:17), kinerja guru dapat dilihat dari kompetensinya

melaksanakan tugas-tugas guru, yaitu :

1) Merencanakan proses belajar mengajar

2) Melaksanakan dan mengolah proses belajar mengajar

3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan

4) Menguasai bahan pelajaran.

Sedangkan menurut Soekartawi (1995:32), menyebutkan seoarang

pengajar harus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

pengajaran.

Berdasarkan dari uraian di atas indikator dalam penelitian kinerja guru

dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

1) Membuka pelajaran, meliputi :

a. Memeriksa lapangan yang akan digunakan.

b. Memeriksa alat-alat yang akan digunakan

c. Menertibkan suasana kelas

d. Memeriksa kehadiran siswa

(44)

2) Kemampuan berkomunikasi dengan siswa, meliputi :

a. Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pelajaran dengan

baik

b. Mengklarifikasi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pelajaran

apabila siswa belum jelas

c. Menggunakan dan memeperhatikan respond serta pertanyaaan siswa dalam

pembelajaran

d. Menggunakan ekspresi lisan atau tertulis yang dapat ditangkap oleh siswa

e. Ucapan jelas, keras dan mudah dimengerti

3) Kesesuaian metode Pembelajaran, meliputi :

a. Mengimplementasikan kegiatan belajar dalam urutan yang logis

b. Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan metode

yang tepat

c. Menggunakan lebih dari dua metode yang sesuai dengan tujuan, materi dan

kebutuhan siswa

d. Mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran secara individual, di dalam

kelompok kecil atau besar

e. Guru memberi bimbingan secara individual kepada siswa yang memerlukan

bantuan sesuai dengan masalah dan kebutuhannya.

4) Metode keterlibatan siswa, meliputi :

a. Mempersiapkan, menarik dan mendorong siswa untuk bergerak

(45)

c. Menggunakan jenis kegiatan (permainan) yang sesuai dengan jumlah dan

kemempuan siswa

d. Merespon siswa yang berpartisipasi (bertanya atau menjawab)

e. Mengidentifikasi dan merespon siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran

5) Penguasaan materi pembelajaran, meliputi :

a. Penguasaan materi

b. Kejelasan materi

c. Keteraturan materi

d. Mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari

e. Mendorong siswa memahami dan memecahkan masalah kehidupan melalui

konsep yang telah dipelajari

6) Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, meliputi :

a. Menggunakan alat bantu pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran

b. Menggunakan alat bantu pembelajaran sesuai dengan situasi dan lingkungan

c. Penggunaan sumber belajar yang tepat

d. Memanfaatkan alat bantu dan sumber belajar yang tersedia

7) Kemampuan menilai hasil belajar siswa, meliputi :

a. Melakukan penilaian awal/apersepsi yang relevan dengan bahan yang akan

diajarkan

b. Mengetahui penguasaan materi dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa

(46)

c. Selama pengajaran memberikan tugas-tugas sesuai dengan tujuan

pembelajaran

d. Melaksanakan penilaian akhir pada saat pembelajaran

8) Keefektifan pembelajaran, meliputi :

a. Tujuan pembelajaran tercapai

b. Pembelajaran lancar

c. Suasana kelas terkendali

d. Terbentuknya dampak pengiring (misalnya ada kesempatan bagi siswa untuk

dapat bertanggung jawab, bekerjasama dan tenggang rasa).

9) Keterampilan memberikan balikan, meliputi :

Menunjukkan pengaruh penilaian terhadap kesadaran siswa untuk

memahami kesalahan dan kesulitan belajarnya

10)Menutup pelajaran, meliputi :

a. Guru membuat rangkuman materi pembelajaran

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya setelah materi disampaikan

c. Memberi penugasan agar siswa memberi kesimpulan materi yang telah

disampaikan, dan agar siswa lebih luwes dalam gerak.

d. Memberikan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi

11)Penampilan guru dalam pembelajaran, meliputi :

a. Berbusana rapi

b. Suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh siswa

c. Tegas dalam mengambil keputusan

(47)

Kinerja guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan, karena keberadaan

guru sangat berpengaruh pada semua sumber daya pendidikan yang ada. Berbagai

sumber daya pendidikan seperti sarana dan prasarana, biaya, teknologi, informasi,

siswa dan orang tua siswa, dapat berfungsi dengan baik apabila guru memiliki

kemampuan yang baik pula dalam menggunakan semua sumber yang ada.

Menurut Uzer, Usman (2005 : 15), guru professional adalah orang yang

memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia

mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemmpuan

maksimal.

2.4 Kompetensi Guru

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari disekolah, antara guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dan guru bidang studi yang lain membutuhkan

kompetensi (kemampuan) dasar yang hampir sama. Seorang guru yang

melaksanakan tugasnya disekolah harus memiliki kemampuan dasar yang dikenai

dengan istilah sepuluh kompetensi dasar, dan oleh Sunaryo (1989:xiii) ”sepuluh

kompetensi tersebut adalah 1) menguasai bahan pelajaran sekolah, 2) menguasai

proses belajar mengajar, 3) menguasai pengelolaan kelas, 4) menguasai

penggunaan media dan sumber, 5) menguasai dasar-dasar kependidikan, 6) dapat

mengelola interaksi kelas, 7) dapat mengevaluasi hasil belajar siswa, 8)

memahami fungsi bimbingan dan penyuluhan, 9) memahami dan menguasai

administrasi sekolah, 10) memahami prinsip-prinsip dan dapat menafsirkan hasil

(48)

Sedang menurut Rochman Bakti (1992:3) dalam dunia pendidikan dikenal

sepuluh kompetensi guru yang telah dikembangkan oleh proyek pengembangan

lembaga kependidikan adalah sebagai berikut:

1) Menguasai landasan-landasan kependidikan

Dengan menguasai landasan-landasan pendidikan diharapkan guru memiliki

wawasan teoritis dengan tugasnya, sehingga dapat menyelenggarakan

pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan siswa dalam membina dan

mengembangkan pribadi keterampilannya.

2) Menguasai bahan pelajaran

Menguasai bahan pelajaran, berarti kemungkinan guru dapat menyajikan

bahan pelajaran sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat menerima dan

mengelolanya secara menetap sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan.

3) Kemampuan mengelola kelas

Kemampuan mengelola kelas memungkinkan guru menumbuhkan dan

mengembangkan suasana kelas yang dapat mendorong siswa mengikuti proses

belajar mengajar dengan penuh minat.

4) Kemampuan mengelola program belajar mengajar

Kemampuan mengelola program belajar mengajar, memungkinkan guru

merencanakan dan menyelenggarakan pengajaran dengan baik, sehingga dapat

(49)

5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar

Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, memungkinkan guru

mengatur kegiatan siswa dalam belajar, sehingga siswa mencapai hasil belajar

yang optimal.

6) Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, memungkinkan guru

memilih berbagai media dan sumber belajar yang tepat, sehingga siswa

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari media dan sumber belajar

tersebut demi pencapaian hasil belajar yang diharapkan.

7) Menilai hasil belajar (prestasi) siswa

Menilai hasil belajar (prestasi) siswa, memungkinkan guru menilai tepat

kemampuan belajar siswa sebagai bahan umpan balik bagi penunjang proses

perkembangan lebih lanjut.

8) Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian untuk keperluan

mengajar

Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian, memungkinkan guru

secara terus menerus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bidang

keahliannya, sehingga pendidikan yang diterima oleh siswa merupakan

sesuatu yang hidup dan selalu diperbaharui.

9) Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan

Mengenal fungsi bimbingan penyuluhan, memungkinkan guru mengetahui

(50)

hal-hal yang mungkin menimbulkan masalah-masalah bagi siswa, dapat

dikenali atau dicegah secara dini.

10)Mengenal dan menyelenggarakan administrasi

Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan, memungkinkan

berbagai catatan, informasi dan data tentang siswa (khususnya perkembangan,

kegiatan dan kemajuan siswa) terkumpul, terorganisasikan dengan baik,

sehingga semua informasi itu dipakai keputusan dalam langkah-langkah

pembinaan dan pengembangan siswa selanjutnya.

Menurut Cece Wijaya dan A. Tabrani Risyan (1994:24-25) kemampuan

guru dapat dibagi kedalam tiga bidang, yaitu:

1) Kemampuan dalam bidang kognitif artinya kemampuan intelektual, seperti

penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar,

pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang

bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan

tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan

serta kemampuan umum.

2) Kemampuan dalam bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru

terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya

sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki rasa senang terhadap

mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman

seprofesinya, memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil

(51)

3) Kemampuan perilaku (performance) artinya kemampuan guru dalam berbagai

keterampilan dan berperilaku, yaitu keterampilan mengajar, membimbing,

menilai, menggunakan alat bantu pelajaran, bergaul atau berkomunikasi

dengan siswa, keterampilan menyusun persiapan, perencanaan mengajar,

keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain. Perbedaan

dengan kemampuan kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuan,

pada kemampuan perilaku (performance) diutamakan adalah praktek

keterampilan melaksanakannya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei

Tahun 2007, mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

mencakup empat Kompetensi utama yakni Kompetensi Pedagogik, Kepribadian,

Sosial, dan Profesional:

1) Kompetensi Pedagogik

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang

diampu.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

(52)

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

Nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru, dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3) Kompetensi Sosial

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif,serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,

dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang

Gambar

Tabel 1 Pendapat guru non Penjasorkes tentang kinerja guru Penjasorkes di
Tabel 3 Pendapat guru non Penjasorkes terhadap profesionalisme guru Penjasorkes
Gambar 1 Proses terjadinya Persepsi
Tabel 4.  Jumlah guru SMA sederajat Se-kecamatan Lasem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dari penelitian yang akan dilakukan adalah bagaimana merancang dan

Kotagede merupakan kawasan perkotaan yang memiliki banyak keunikan tradisi dan budaya peninggalan kerajaan Mataram Islam. Ketersediaan ruang publik yang nyaman

Indikator yang digunakan untuk menilai kekambuhan klien skizofrenia yaitu Kejadian kekambuhan tinggi bila klien dalam satu tahun kambuh lebih dari atau sama dengan

Universitas Kristen Maranatha... Universitas

Tujuan: ingin mengetahui gambaran tingkat kebugaran mahasiswa UKM yang diukur dengan tes bangku metode Queen’s College dan tes bangku metode frekuensi tetap, serta

Penelitian ini sejalan dengan Utama (2008) yang menyatakan ada hubungan antara usia kehamilan lebih dari 28 minggu dengan kejadian preeklampsia dibandingkan usia kehamilan kurang

Untuk mengatasi kelemahan, penulis akan memberikan beberapa saran, yaitu : sebaiknya fungsi internal auditing diperluas tidak hanya pada pemeriksaan administrasi tetapi

[r]