• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Sugiyoto NIM. X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Sugiyoto NIM. X"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PENGAJARAN

REMEDIAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SLB NEGERI BANJARNEGARA

SEMESTER II TAHUN 2008/2009 Oleh: Sugiyoto NIM. X5107632 Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(2)

2

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hermawan, M.Si. Priyono, S.Pd. M.Si. NIP. 19590818 198603 1 002 NIP. 19710902 200501 1 001

(3)

3

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 12 Agustus 2009

Tim Penguji Skripsi

Ketua : Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes. ………..

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. ……….

Anggota I : Drs. Hermawan, M.Si. ………..

Anggota II : Priyono, S.Pd. M.Si. ………...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

(4)

4

ABSTRAK

Sugiyoto, PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG

PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PENGAJARAN

REMEDIAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SLB NEGERI BANJARNEGARA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan melaui pengajaran remedial bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2008/2009.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 2 di SLB Negeri Banjarnegara, tahun pelajaran 2008/2009. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan tes. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar. Wawancara dilakukan kepada orang tua siswa untuk memperoleh data tentang kegiatan belajar siswa di rumah. Sedangkan tes dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan setiap akhir pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebanyak 5 orang siswa, 80% dari mereka telah mencapai nilai rerata ulangan harian di atas nilai rerata indikator kinerja 7,0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pengajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun pelajaran 2008/2009.

(5)

5

MOTTO

Sesungguhnya kesabaran, ketekunan, dan keuletan adalah kunci keberhasilan dalam mendidik dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus.

(6)

6

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan Kepada: Istri dan anak-anakku tersayang.

(7)

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul” Peningkatan Prestasi Belajar Matematika tentang Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Pengajaran remedial Bagi Anak Tunagrahita Ringan di Kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara Semester 2 Tahun 2008/2009”. Skripsi ini ditulis guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu atas segala bentuk bantuannya, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1 Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2 Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin penelitian.

3. Drs. Abdul Salim Ch., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hermawan, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I. 5. Priyono, S.Pd. M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.

6. Seluruh Dosen Pengajar Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

7. Pardi selaku Kepala SLB Negeri Banjarnegara

8. Semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu yang turut membantu dalam penulisan skipsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang maha Esa.

(8)

8

Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan di masa mendatang.

Walaupun disadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis tetap berharap semoga karya skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi dunia Pendidikan Khusus.

Surakarta, Agustus 2009.

(9)

9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGAJUAN ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

HALAMAN ABSTRAK ……….. v

HALAMAN MOTTO ……….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv BAB I PENDAHULUAN ………. 1 A. Latar Belakang ……… 1 B. Perumusan Masalah ……… 4 C. Tujuan Penelitian ……… 4 D. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 5

A. Kajian Teori ……… 5

1. Pengertian Tentang Anak Tunagrahita Ringan ……… 5

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ……….. … 6

3. Penyebab Anak Tunagrahita Ringan ……… 8

4. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ……….. 8

5. Fator-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ……….. 9

6. Pengertian Pembelajaran Matematika di SDLB- C ………. 12

7. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan ……….. 13

(10)

10

Halaman

9. Materi Pembelajaran Matematiuka Anak Tunagrahita Ringan .. 14

10. Pengertian Pengajaran Remedial ……… 15

11. Ciri-ciri Pengajaran Remedial ……… 16

12. Jenis-jenis Pengajaran Remedial ……… 16

13. Langkah-langkah Pengajaran Remedial ……… 17

14. Tujuan Pengajaran Remedial Bagi Anak Tunagrahita Ringan .. 18

15. Materi Pengajaran Remedial ………. 19

16. Prosedur Pengajaran Remedial ……….. 19

17. Faktor-faktor Pendukung Pengajaran Remedial ……… 20

18. Faktor-faktor Penghambat Pengajaran Remedial ……….. 21

B. Kerangka Berpikir ………... 21

C. Hipotesa Tindakan ……….. 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 23

A. SettingPenelitian ……… …………. 23

B. Subyek Penelitian ……… 24

C, Data dan Sumber Data ……… 24

D. Teknik Pengumpulan Data ………. 25

E. Validitas Data ………. 27

F. Teknik Analisis Data ……… 28

G. Indikator Kinerja ………. 29

H. Prosedur Penelitian ………. 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 31

A. Pelaksanaan Penelitian ……… 31 1. Deskripsi Awal ………. 31 2. Siklus 1 ………. 31 a. Perencanaan ………. 31 b. Tindakan ……….. 32 c. Observasi/Pengamatan ………. 35 d. Refleksi ……… 36 3. Siklus 2 ………. 37

(11)

11 Halaman a. Perencanaan ………. 37 b. Tindakan ………. 37 c. Observasi/Pengamtan ………. 41 d. Refleksi ……….. 42 B. Hasil Penelitian ………. 43

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….. 47

A. Simpulan ……… 47

B. Saran ……….. 48

DAFTAR PUSTAKA ……….. 49

LAMPIRAN ………. 51

(12)

12

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Keadaan Awal ……… 31 Tabel 2. Nilai Ulangan Harian Siklus 1 ……….. 36 Tabel 3. Nilai Ulangan Harian Siklus 2 ………. 42

(13)

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pelaksanaan Tindakan Dalam Dua Siklus ……… 30

(14)

14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Pertemuan Ke- 1 pada Siklus 1) ……… 51 Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa 1 ………. 53 Lampiran 3. Kunci Jawaban LKS 1 ………. 55 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Pertemuan Ke- 2 pada Siklus 1) ………. 56 Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa 2 ………. 58 Lampiran 6. Kunci Jawaban LKS 2 ………. 60 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Pertemuan Ke- 3 pada Siklus 1) ……… 61 Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa 3 ………. 63 Lampiran 9. Kunci Jawaban LKS 3 ………. 65 Lampiran 10. Pedoman Observasi Terhadap Aktifitas Siswa di Kelas ………. 66 Lampiran 11. Hasil Observasi Pertemuan Pertama Dalam Siklus 1…………. 67 Lampiran 12. Hasil Observasi Pertemuan Kedua Dalam Siklus 1……… 68 Lampiran 13. Hasil Observasi Pertemuan Ketiga Dalam Siklus 1……… 69 Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Pertemuan Ke- 4 pada Siklus 2) ……….. 70 Lampiran 15. Lembar Kerja Siswa 4 ………. 73 Lampiran 16. Kunci Jawaban LKS 4 ………. 74 Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Pertemuan Ke- 5 pada Siklus 2) ……… 75 Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa 5 ………. 78 Lampiran 19. Kunci Jawaban LKS 5 ………... 79 Lampiran 20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Pertemuan Ke- 6 pada Siklus 2) ……….. 80 Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa 6 ……….. 83 Lampiran 22. Kunci Jawaban LKS 6 ……….. 84

(15)

15

Halaman

Lampiran 23. Hasil Observasi Pertemuan Keempat Dalam Siklus 2 ………... 85

Lampiran 24. Hasil Observasi Pertemuan Kelima Dalam Siklus 2 ……… 86

Lampiran 25. Hasil Observasi Pertemuan Keenam Dalam Siklus 2……… 87

Lampiran 26. Rangkuman Hasil Wawancara ………... 88

Lampiran 27. Skor Ulangan Harian Pertemuan Pertama Dalam Siklus 1……… 93

Lampiran 28. Skor Ulangan Harian Pertemuan Kedua Dalam Siklus 1 ………. 94

Lampiran 29. Skor Ulangan Harian Pertemuan Ketiga Dalam Siklus 1………. 95

Lampiran 30. Skor Ulangan Harian Pertemuan Keempat Dalam Siklus 2 ……. 96

Lampiran 31. Skor Ulangan Harian Pertemuan Kelima Dalam Siklus 2 ……... 97

Lampiran 32. Skor Ulangan Harian Pertemuan Keenam Dalam Siklus 2 ……... 98

(16)

16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunagrahita ringan adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang merupakan salah satu golongan anak berkelainan mental, memiliki IQ antara 50/55 – 70/75, kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan daya ingatnya lemah, sukar berpikir abstrak, serta tidak mampu berpikir logis. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Tamsik Udin dan E. Tejaningsih (1988: 46-47), yang mengemukakan bahwa:

kemampuan berpikir anak tunagrahita ringan lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan anak lambat belajar, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah walaupun masalah itu sederhana, perhatian dan ingatannya lemah, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu hal dengan serius dan tahan lama, sebentar saja perhatiannya akan berpindah ke soal lain, apalagi dalam hal memperhatikan pelajaran, mereka cepat merasa bosan.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa. Melalui proses belajar akan dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri anak. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, tentunya menjadi harapan dari semua pihak bahwa setiap anak dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kenyataan yang sering terjadi, tidak semua murid dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993: 100-101) mengemukakan ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa, namun demikian pada dasarnya setiap murid dapat dibantu baik secara individual maupun kelompok untuk memperbaiki hasil belajar yang dicapainya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bantuan yang diberikan dapat mengunakan berbagai pendekatan, metode, materi, dan alat yang disesuaikan dengan jenis dan sifat hambatan belajar yang dialami anak.

(17)

17

Salah satu bantuan yang dapat dilaksanakan adalah pengajaran remedial, yaitu suatu bentuk pengajaran khusus yang sifatnya memperbaiki proses belajar. Pengajaran remedial digunakan untuk membantu siswa yang mengalami hambatan atau kesulitan belajar.

Perlunya perhatian khusus pada anak tunagrahita ringan hal ini selaras dengan fungsi utama pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin. Meskipun anak tunagrahita ringan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, sulit berpikir abstrak, serta perhatian dan daya ingat yang lemah, namun mereka masih memiliki kemampuan untuk dapat berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja melalui bantuan atau jika mereka diberikan penanganan khusus.

Setiap individu perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang pada dasarnya bukanlah merupakan penguasaan terhadap matematika sebagai ilmu, melainkan punguasaan akan kecakapan matematika. Kecakapan matematika yang dimaksud diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekitarnya serta untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa yaitu agar dapat mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, serta kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja. Anak tunagrahita ringan memerlukan penanganan khusus dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan selain hakekat matematika yang abstrak, mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Kesulitan dalam belajar matemtika dapat berdampak negatif bagi anak. Kesulitan yang muncul adalah ketidakmampuan anak dalam mempelajari materi pelajaran dan aplikasinya dalam kehidupannya. Dalam hal kecepatan belajar (learning rate) anak tunagrahita ringan jauh tertinggal dibandingkan anak normal. Untuk mencapai kemampuan yang dicapai anak normal, anak tunagrahita ringan lebih banyak memerlukan pengulangan-pengulangan materi tersebut.

Suatu pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik apabila guru senantiasa melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang bersangkut paut dengan mata pelajaraan yang diajarkan terutama mengenai tujuan, materi, metode, maupun media yang digunakan.

(18)

18

Kenyataan di lapangan pendidikan bahwa siswa belum menguasai suatu materi matematika yang diajarkan, tetapi guru telah berpindah pada materi atau topik berikutnya. Keadaan seperti ini terus berkelanjutan sehingga siswa yang belum menguasai materi akan semakin tertinggal jauh dalam pelajaran matematika, meskipun mereka tetap naik kelas. Dalam hal ini memungkinkan anak tunagrahita ringan belum menguasai materi matematika yang diajarkan, guru memandang semua anak mempunyai kemampuan yang sama, sehingga tidak mengindahkan perbedaan individu yang berakibat anak tidak mampu memahami materi yang diajarkan. Selain itu pembelajaran remedial masih jarang digunakan dengan alasan antara lain adalah kurangnya waktu untuk mengadakan remedi, mengingat target kurikulum yang harus diajarkan dan kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang cara melaksanakan diagnosis dan remedi dalam bidang matematika secara efisien dan efektif. Selain itu media pembelajaran yang kurang menarik juga menjadi kendala dalam proses belajar mengajar sehingga membuat anak menjadi mudah bosan.Anak tunagrahita ringan memiliki keterbatasan dalam segala hal tidak terkecuali juga dalam kemampuan matematikanya, sehingga diperlukan pelayanan khusus dalam pendidikan agar mereka dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya.

Pengajaran remedial merupakan suatu pengajaran yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan bagi anak yang tidak berhasil dalam proses belajar mengajar dan merupakan salah satu bentuk upaya penanganan dan pelayanan yang harus diberikan kepada anak tunagrahita ringan mengingat kemampuannya yang jauh dari kemampuan yang dimiliki anak normal sebayanya.

Pelaksanakan proses belajar mengajar anak tunagrahita ringan di SLB Negeri Banjarnegara selama ini masih belum banyak menggunakan pengajaran remedial, termasuk diri peneliti sendiri. Untuk itu peneliti ingin menggunakan pengajaran remedial ini untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya tentang penjumlahan dan pengurangan bagi seorang siswa tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009.

(19)

19

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah melalui pengajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar matematika bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan diungkap, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan melalui pengajaran remedial bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terutama tentang pengajaran remedial bidang studi matematika.

2. Secara Praktis

a. Mencari solusi yang tepat untuk meningkatan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi siswa kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009.

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009.

(20)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Dalam perkembangannya, istilah moron menurut Mary Baimer/Smith, Richard F. Ittenbar & R. Patton; 2002 (dalam Endang Rochyadi, 2005: 12) lebih dikenal dengan istilah developmental disability. Istilah-istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama, tetapi dalam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Dalam penulisan ini digunakan istilah tunagrahita ringan karena dipandang lebih tepat penerapannya dalam bidang pendidikan.

Adapun pengertian anak tunagrahita ringan menurut beberapa ahli antara lain: Menurut J.B. Suparlan (1983: 29), anak tunagrahita ringan disebut anak debil yaitu anak yang keadaannya lebih ringan dibandingkan dengan anak embisil yang tingkat kecerdasannya IQ 25-50, sedangkan anak tunagrahita ringan memiliki kecerdasan IQ 50/55-70/75.

Michael L. Hardman (1990:44) memberikan pengertian anak tunagrahita ringan : Educable mentally retarded child is one who because of subnormal development, is unable to profit sufficiently fron the program of the regular elementary school but who is considered to have potentialities for development in school academic areas. Sociaul adjustment will permit same degree of independence in the community occupational sufficiently with permit partial or total self support.

Pengertian tersebut menyatakan bahwa anak tunagrahita ringan adalah seseorang yang karena perkembangan di bawah normal, tidak sanggup untuk menerima pelajaran dengan cukup di sekolah dasar umum, tetapi masih memiliki potensi untuk berkembang dalam bidang akademik di sekolah. Penyesuaian sosialnya mendukung untuk hidup mandiri di masyarakat, kemampuan bekerjanya terbatas untuk menolong dirinya sendiri baik sebagian atau keseluruhan.

(21)

21

anak yang perkembangan mentalnya yang tergolong subnormal akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program reguler di sekolah dasar. Meskipun demikian anak tunagrahita ringan dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai mata pelajaran akademik di sekolah dasar, mampu dididik untuk melakukan penyesuaian sosial dalam jangka panjang, dapat berdiri sendiri dalam masyarakat dan mampu bekerja untuk menopang sebagian atau seluruh kehidupannya pada usia dewasa. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan masih dapat diajar dalam bidang kemampuan dasar berupa membaca, menulis, dan matematika secara sederhana.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, mempunyai rentang IQ antara 50-70, tetapi mereka masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademis yang sederhana serperti membaca, menulis, dan matematika, serta ketrampilan hidup sehari-hari.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Secara fisik anak tunagrahita ringan tidak berbeda jauh dengan anak normal, tetapi secara psikis mereka sangat berbeda dan mempunyai cirri khas. Adapun karakteristik anak tunagrahita ringan menurut Sutratinah Tirtonegoro (1988: 10-11) sebagai berikut:

a. Tingkat kecerdasan sekitar 50/55 - 70/75. dengan MA antara 7 - 10 tahun

Jadi walaupun anak sudah mencapai usia 12 tahun, kemampuan mentalnya setara dengan anak normal 7 - 10 tahun.

b. Sukar berpikir abstrak dan terikat dengan lingkungan

c. Kurang dapat berpikir secara logis, kurang memiliki kemampuan menganalisa, kurang dapat menghubungkan kejadian yang satu dengan yang lain, kurang dapat membedakan hal-hal yang penting.

d. Daya fantasinya sangat lemah.

e. Kurang dapat mengendalikan perasaan.

f. Dapat mengingat-ingat beberapa isitilah tetapi kurang memahami arti isitilah tersebut.

g. Suggestible (mudah dipengaruhi).

h. Kepribadian yang kurang harmonis dan sukar menilai baik-buruk. i. Daya konsentrasinya kurang baik.

Secara garis besar pendapat Samuel A. Kirk (1992: 191) tentang karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut:

(22)

22

a. Karakteristik Fisik

1) Berat badan, tinggi badan, dan koordinasi motoriknya hampir sama dengan anak normal.

2) Umumnya disertai dengan beberapa kelainan seperti kelainan mata, telinga, dan suara.

b. Karakteristik Intelektual

1) Kurang dalam kemampuan verbal dan nonverbal dalam tes intelegensi, IQ berkisar 50/55 - 70/75.

2) Perkembangan kematangan mengalami hambatan khusus di bidang akademik, ingatan, kemampuan berbahasa, persepsi, imajinasi, kreatifitas, dan kemampuan lain yang berkaitan dengan intelektual. c. Karakteristik Akademik

1) Anak belum siap untuk membaca, menulis, berbahasa, berhitung saat masuk sekolah. Keterlambatan ini berhubungan dengan usia mental bukan usia kronologisnya.

2) Untuk menyelesaikan sekolah formal dapat ditempuh setiap tingkat dua tahun bergantung dari kematangan mental dan kemampuannya.

d. Karakteristik Kepribadian dan Sosial

1) Perhatian mudah beralih, sulit untuk memusatkan perhatian.

2) Rasa toleransi kurang, karena kegagalan yang berulang-ulang dalam hidupnya.

3) Dapat mematuhi nilai-nilai sosial dan dapat bekerja sama dengan lingkungan/masyarakat.

4) Anak tunagrahita ringan lebih sering berhubungan atau bermain dengan anak yang sama usia mentalnya daripada anak yang sama usia kronologisnya.

5) Sebagian dari anak tunarahita ringan mempunyai problem tingkah laku apabila dibandingkan dengan anak yang mempunyai intelegensi normal. Problem tingkah laku ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara kemampuan anak untuk berbuat dan dengan tuntutan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan karakteristik anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut:

a. Kondisi fisik anak tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya.

b. Kondisi psikis anak tunagrahita ringan terkait dengan pembelajaran meliputi kemampuan berpikir rendah, perhatian dan ingatannya lemah sehingga mengalami hambatan dalam pelajaran di sekolah.

(23)

23

3. Penyebab Tunagrahita Ringan

Penyebab terjadinya tunagrahita ringan sama dengan penyebab tunagrahita pada jenis yang lainnya. Sunardi (1994: 30-31) mengemukakan bahwa penyebab tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

a. Genetik.

Faktor genetik dapat disebabkan oleh kerusakan biokimia dan abnormalitas kromosom.

b. Sebab-sebab pada masa prenatal.

Penyebab tunagrahita pada masa prenatal dapat disebabkan oleh infeksi Rubella (cacar) dan faktor Rhesus (Rh).

c. Sebab-sebab pada masa perinatal.

Berbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadinya tunagrahita yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran, sesak napas, dan prematuritas.

d. Sebab-sebab pada masa postnatal.

Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita pada masa bayi dan awal pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan tunagrahita seperti encephalitis dan meningitis.

e. Faktor-faktor Sosio-kultural.

Peran nyata dari lingkungan dalam perkembangan kemampuan intelektual masih belum dapat dipahami dengan jelas, tetapi para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual.

4. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Hadari Nawawi (1991: 100), mengemukakan prestasi belajar adalah “suatu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Sutratinah Tirtonegoro (1988: 24), mengartikan bahwa prestasi belajar adalah “penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf atau hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu”.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan mengenai prestasi belajar matematika yaitu suatu tingkat keberhasilan siswa yang meliputi perubahan dalam aspek pengalaman, sikap dan ketrampilan

(24)

24

dalam menguasai program pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil suatu tes.

Prestasi belajar matematika secara operasional dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai dalam penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut baik yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu anak untuk mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya.

Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993: 100-101), mengemukakan yang tergolong faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar sebagai berikut:

a. Faktor Internal yaitu yang ada dalam diri anak itu sendiri, antara lain:

1) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi/kecakapan, dan bakat khusus.

2) Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indera, syaraf, dan cacat. 3) Gangguan yang bersifat emosional (emosional instability).

4) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar.

b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri anak , antara lain: 1) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif. 2) Kurikulum kurang fleksibel atau kaku.

3) Beban studi yang terlalu berat, terlalu anyak tugas yang harus diselesaikannya.

4) Metode mengajar yang monoton atau membosankan.

5) Situasi di rumah yang kurang memotivasi anak untuk belajar. 6) Beberapa sifat murid dalam belajar.

Setiap individu mempunyai keunikan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, demikian juga dalam proses belajar mengajar, ada siswa yang cepat dan ada yang lambat dalam belajar, ada yang kreatif dan ada yang tidak kreatif, semua itu karena keunikan individu masing-masing.

Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap murid dalam rengka mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Oleh karena itu pengenalan terhadap sifat-sifat individu

(25)

25

sangat penting. Rochman Natawijaya (1980: 17-19) mengemukakan beberapa sifat dalam proses belajar mengajar antara lain:

a. Cepat dalam Belajar

Anak yang tergolong cepat dalam belajar pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu leih cepat dari perkiraan waktu yang ada. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima peljaran. Golongan anak seperti ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar, karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha yang harus dilakukan pada anak golongan ini adalah dengan menggunakan media pengajaran.

b. Lambat dalam belajar

Anak yang mengalami lambat belajar memerlukan waktu yang banyak dalam menyelesaikan materi dari waktu yang diperkirakan. Sebagai akibatnya anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar, dan ini pula salah satu sebab yang menjadikan mereka tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak lambat belajar memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain dengan pengajaran remedial.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Maman Rachman (1998: 150-155) yaitu:

a. Faktor Intern, yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. 1) Faktor Jasmaniah

Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya dan tubuhnya.

2) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Yaitu:

a) Intelegensi

Intelegensi besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, anak yang intelegensinya tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendati demikian belum tentu anak yang tingkat intelegensinya tinggi akan berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

b) Perhatian

Untuk menjamin hasil beljar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap materi yang dipelajarinya. Agar

(26)

26

tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian.

c) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

d) Bakat

Siswa yang memiliki bakat maka pelajaran akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya dengan siswa yang kurang berbakat, guru harus sabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulangkali menjelaskan ahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan tersebut akhirnya siswa diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.

e) Motif

Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.

f) Kematangan

Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antar lain ditunjukkan anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk meleksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan terus menerus. g) Kesiapan

Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang memiliki kesiapan akan terjadi proses pembelajran yang optimal.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

b. Faktor Ekstern, meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. 1) Faktor keluarga

Siswa yang sedang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antar anggota keluarga, keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan orang tua.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar siswa meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa

(27)

27

dengan siswa, disiplin sekolah, media pengajaran, waktu sekolah, sarana prasarana sekolah, metode belajar siswa dan tugas sekolah. 3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang beredar/ada dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat.

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara positif maupun negatif. Anak tunagrahita ringan pada umumnya mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar diri siswa. IQ anak tunagrahita ringan yang di bawah rata-rata, sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang dapat berpikir abstrak dan perhatian siswa mudah beralih serta mudah bosan terhadap pembelajaran. Faktor dari luar diri siswa juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tunagrahita ringan, seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

6. Pengertian Pembelajaran Matematika di SDLB-C

Kurikulum berbasis kompetensi Depdiknas (2004: 2) dijelaskan bahwa matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Sedang dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.

(28)

28

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Depdiknas (2004: 2) pada pembelajaran matematika SDLB-C dijelaskan pemahaman konsep sebaiknya diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajarannya dimulai dari beberapa contoh atau fakta yang teramati. Misalnya buatlah daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), kemudian perkiraan hasil baru yang diharapkan. Kemudian hasil ini kita buktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar deduktif dan induktif digunakan dan sama-sama berperan penting dalam matematika. Prinsip mempelajari matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap siswa SDLB-C yang kritis, jujur dan komunikatif.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran matematika di SDLB-C bersifat indukti-deduktif, yaitu pembelajaran yang dimulai dari pengalaman kemudian untuk digunakan dalam pembelajaran konsep matematika.

7. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika AnakTunagrahita Ringan Fungsi mata pelajaran matematika SDLB-C adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja. Pada buku Standar Kompetensi dan Konpetensi Dasar Depdiknas (2006: 101-102), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(29)

29

Mengingat kemampuan kognitif anak tunagrahita ringan sangat terbatas, maka pengajaran remedial dipandang perlu sebagai upaya peningkatan prestasi belajar matematika agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai yakni anak mampu dan terampil dalam penguasaan kecakapan matematika khususnya penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan, yang nantinya dapat dijadikan bekal belajar matematika tahapan berikutnya.

8. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C

Pada buku Standar Konpetensi dan Kompetensi Dasar Depdiknas (2006: 102), ruang lingkup mata pelajaran matematika meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Bilangan

b. Geometri dan Pengukuran c. Pengolahan Data

Ruang lingkup pada penelitian ini hanya dibatasi pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dengan 20.

9. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan Kurikulum yang digunakan di SLB Negeri Banjarnegara, pada tahun pelajaran 2008/2009 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Adapun materi pembelajaran dalam pelajaran matematika pada penelitian ini adalah pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan yang ada pada semester 2, dengan demikian pokok bahasan berdasarkan kurikulum tersebut. Untuk selanjutnya materi tersebut digunakan pada pembelajaran matematika dengan pengajaran remedial. Adapun materi pelajaran matematika dalam Standar Kompetensi adalah melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20. dan Kompetensi Dasar meliputi: a. Melakukan penjumlahan banyak benda sampai 20.

b. Melakukan pengurangan sampai 10.

c. Mencongak penjumlahan dan pengurangan sampai 10.

Dalam mengajarkan matematika anak tunagrahita ringan harus memperhatikan kondisi berikut ini, yaitu; usia mental (umur kecerdasan),

(30)

30

kemampuan berpikir, belajar melalui aktivitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh pengideraan (sensori), dan tingkat kemandirian anak.

Proses pengajaran konsep bilangan bagi anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut: hal pokok yang harus dikuasai anak tunagrahita ringan adalah pengertian bilangan dan mengenal serta dapat menulis angka. Dalam mengerjakan konsep bilangan selalu diajarkan kepada anak didik dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan, sehingga mereka dapat memecahkan soal disertai pemikiran. Untuk menganalisa soal tersebut bagi anak tunagrahita ringan dapat dilakukan dengan cara mengkonkritkan soal-soal tersebut sehingga anak memperoleh pengalaman konkrit tentang konsep bilangan. Pengalaman tersebut dapat diperkuat melalui kegiatan yang diulang-ulang dengan variatif dan dinamis melalui pengajaran remedial. Dengan cara ini dapat dihindari hambatan psikologis yang berlangsung terhadap pelajaran matematika.

10. Pengertian Pengajaran Remedial

Dilihat dari asal katanya, remedial berarti bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau membuat menjadi baik. Menurut Izhar Hasis (2001: 64), pengajaran remedial adalah sutu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik.

Abin Syamsudin yang dikutip oleh Ischak S.W. dan Warji R. (1987: 2) mengatakan tentang hal yang berhubungan dengan perbaikan adalah:

segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif serta selengkap mungkin.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat perbaikan, yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak khususnya tentang pengajaran matematika tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sehingga penguasaan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang

(31)

31

optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing anak melalui perbaikan proses belajar mengajar.

11. Ciri-ciri Pengajaran Remedial

Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993: 104), mengemukakan ada beberapa ciri-ciri pengajaran remedial, yaitu:

a. Dilakukan setelah diketahui kegiatan belajar mengajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang.

b. Tujuan intruksionalnya disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dihadapi siswa .Izhar Hasis (2001: 66-67). Memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri pengajaran remedial sebagai berikut:

a. Pengajaran remedial adalah merupakan kegiatan pengajaran yang dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakangnya.

b. Tujuan intruksionalnya disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi.

c. Metode pengajaran remedial bersifat diferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya.

d. Pelaksanaan pengajaran remedial dapat bekerja sama dengan beberapa pihak, seperti pembimbing, ahli khusus, dsb.

e. Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi. f. Pengajaqran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih

diferensial artinya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing anak yang mengalami kesulitan belajar.

g. Dalam hal evaluasi, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi.

12. Jenis-jenis Pengajaran Remedial

Menurut Endang Supartini (2001: 47), jenis pengajaran remedial dapat dibedakan berdasarkan waktu pemberiannya, yaitu:

a. Pengajaran remedial yang diberikan sebelum terjadinya proses pembelajaran. Siswa yang akan mengikuti mata pelajaran tertentu diberikan pre test. Jika hasil prestasinya rendah, karena siswa belum menguasai persyaratan atau untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Contohnya anak belum dapat diajar menulis apabila kemampuan motorik halusnya belum baik. Jadi pengajaran remedial diberikan untuk melatih motorik halus, dan ini terjadi sebelum anak diberi pelajaran menulis. Pengajaran remedil jenis ini sifatnya mempersiapkan anak untuk memudahkan menerima pengetahuan berikutnya.

(32)

32

b. Pengajaran remedial yang diberikan pada waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Sebagai contoh guru matematika menjelaskan konsep bagi, guru mendemonstrasikan bagaimana operasional pembagian 8 : 2 lalu guru menyuruh siswa melakukan operasional pembagian 12 : 3. siswa yang belum mampu atau salah dalam melakukan kegiatan tersebut, guru menjelaskan kembali dan mendemonstrasikan operasional pembagian. Inilah yang dimaksud dengan pengajaran remedial yang dilakukan dalam proses pembelajaran regular.

c. Pengajaran remedial yang dilakukan setelah proses pembelajaran. Biasanya pada akhir pokok bahasan guru memberikan test formatif, apabila hasil belajar yang dicapai siswa tidak mencapai kriteria kemampuan minimum, maka guru memberikan pengajaran remedial setelah proses pembelajaran regular berlangsung. Tujuannya yaitu memperbaiki prestasi belajar siswa yang belum mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Pengajaran remedial yang dilakukan setelah pembelajaran regular. Tujuannya supaya siswa mendapat pengetahuan yang lebih mendalam atau lebih luas. Inilah yang disebut pengayaan. Dengan diberi pengayaan, diharapkan siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan, selain supaya memiliki pengetahuan yang luas dan tidak cepat lupa.

Dalam penelitian ini, jenis pengajaran remedial yang digunakan adalah pengajaran remedial yang dilakukan setelah pembelajaran regular (bagian d).

13. Langkah-langkah Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan yang utama dalam keseluruhan kerangka pada layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar tidak mengalami kesalahan dalam memberikan pengajaran remedial. Anak tunagrahita ringan dapat dibantu belajarnya sehingga anak dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dialami melalui pengajaran remedial.

Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, pelaksanaannya perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Rochman Natawijaya (1980: 32), mengemukakan yang menjadi tujuan pengajaran remedial ialah “agar setiap siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan proses belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuannya”.

(33)

33

Pengajaran remedial matematika menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 272) harus didasarkan atas prinsip-prinsip belajar matematika yaitu:

a. Berbagai Prinsip Pengajaran Matematika.

1) Perlunya menyiapkan anak untuk belajar matematika. 2) Mulai dari yang konkret ke yang abstrak..

3) Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang. 4) Generalisasi ke dalam situasi baru.

5) Bertolak dari kekuatan dan kelemahan

6) Perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan ketrampilan matematika.

7) Penyediaan program matematika yang seimbang. 8) Penggunaan kalkulator.

b. Berbagai Aktivitas untuk Pengajaran Remedial.: 1) Pengajaran konsep Matematika.

Konsep bilangan dikenal anak-anak dari kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian mengenal suatu obyek tunggal. Untuk memperkenalkan konsep bilangan anak dapat diajak untuk menemukan benda-benda yang sama dengan yang ditunjukkan oleh guru dari sekelompok benda yang memiliki sifat bermacam-macam.

2) Pengajaran Ketrampilan Matematika.

Ketrampilan tentang penjumlahan merupakan dasar untuk semua ketrampilan komputasional. Penjumlaha nadalah suatu cara pendek untuk menghitung, dan siswa harus mengetahui bahwa mereka dapat mengambil jalan menghitung. Jika gagal dengan penjumlahan. Penjumlahan dapat diajarkan dari sebagian ditambah sebagian sama dengan keseluruhan.

14. Tujuan Pengajaran Remedial Bagi Anak Tunagrahita Ringan Tujuan pengajaran remedial menurut Moh, Surya dan Moh. Amin (1980: 8), tidak jauh berbeda dengan pengajaran secara umum yaitu untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagaimana yang telah diungkap di atas, pengajaran remedial adalah bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan, perbaikan, atau pembetulan dalam: a. Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajarnya dari segi

kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya.

b. Mengubah dan memperbaiki cara-cara belajar kearah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi anak.

(34)

34

d. Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya. e. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong

tercapainya hasil belajar yang lebih baik. f. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009.

15 Materi Pengajaran Remedial

Sumber bahan yang digunakan dalam mengajarkan materi matematika anak tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah diambil dari buku Matematika untuk SD/MI kelas I, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Jakarta 2008.

Pembagian sumber bahan materi matematika kelas 2 semester 2 kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB tunagrahita ringan tahun 2006 bidang pengajaran matematika pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan penjumlahan benda sampai dengan 20 b. Melakukan pengurangan sampai 10

c. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan remedial

Langkah ini merupakan penilaian terhadap langkah-langkah yang ditempuh baik dalam menetapkan kasus, jenis kesulitan, latar belakang maupun tindakan bantuan yang telah dilaksanakan. Langkah ini sangat berguna untuk mengetahui keberhasilan usaha dalam membantu mereka yang menghadapi kesulitan. Kegiatan ini dilaksanakan selama kegiatan berlangsung.

Sumber bahan tersebut digunakan sebagai pokok bahasan untuk materi pengajaran remedial.

16. Prosedur Pengajaran Remedial

Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pelaksanaannya perlu mellalui prosedur yang memadai serta menggunakan metode yang tepat.

(35)

35

Rochman Natawijaya (1980: 32) mengemukakan beberapa langkah umum yang biasanya ditempuh dalam pengajaran remedial sebagai berikut:

a. Mengenali obyek yang akan diadakan remedi dengan cara: observasi, analisa data, wawancara, dan cara yang paling mudah adalah dengan berangkat dari nilai-nilai hasil belajar yang dicapai.

b. Menentukan sifat dan jenisnya, dalam hal ini kita perlu mencari di mana letak kesulitan, sampai sejauh mana kesulitan yang dihadapi anak.

c. Mencari latar belakangnya, baik dari dalam maupun dari luar diri anak. d. Menentukan kemungkinan-kemunkinan usaha bantuan atau tindakan yang

dapat dilakukan.

e. Pelaksanaan pemberian bantuan.

Berdasarkan dari keputusan di atas, maka dimulai pelaksanaan pemberian bantuan. Selama kegiatan bantuan berlangsung secara terus menerus diadakan penilaian untuk mengetahui ketepatan bantuan yang diberikan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitaan yang dihadapi, Rochman Natawijaya (1980) mengemukakan ada beberapa kegiatan bantuan pengajaran remedial yang mungkin diberikan seperti:

1) Memberikan tugas-tugas tambahan dalam pelajaran tertentu.

2) Mengubah metode mengajar dengan metode lain yang dipandang lebih sesuai dengan kemampuan murid.

3) Memindahkan ke kelompok atau kelas atau sekolah lain yang diperkirakan dapat membantu.

4) Meminta teman sebayanya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar. 5) Memberikan latihan-latihan ketrampilan tertentu yang mendasari

kemampuan belajar tertentu, misalnya membaca, menulis, dan mengeja. 6) Mengirimkan kepada ahli-ahli khusus, misalnya ahli pendidikan matematika,

Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa untuk memperoleh bantuan.

7) Mengembangkan bakat-bakat khusus tertentu melalui berbagai kegiatan.

17. Faktor-faktor Pendukung Pengajaran Remedial

Menurut Izhar Hasis (2001: 5), kualitas pengajaran turut menentukan penguasaan bagi para siswa, oleh karena itu usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pelajaran lebih konkrit dan praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa. Metode mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa akan sangat membantu dalam rangka meningkatkan hasil penguasaan bahan oleh siswa.

(36)

36

18. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial

Siswa tunagrahita ringan pada umumnya mengalami hambatan pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh IQ yang berada di bawah rata-rata sehingga mengakibatkan kurangnya berkonsentrasi terhadap pembelajaran dan kurang bisa berpikir abstrak serta perhatian siswa sering beralih-alih dan mudah bosan dalam pembelajaran. Guru dapat mempelajari hambatan dan kesalahan yang dibuat siswa dalam pembelajaran matematika setelah itu menyediakan bantuan untuk memperbaikinya.

Menurut Ashlock yang dikutip oleh Tompokan Runtuhaku (1996: 193) mengemukakan bahwa hambatan umum yang dialami siswa tunagrahita dalam pembelajaran matematika adalah:

kekeliruan dasar: kesalahan ini antara lain siswa tidak memiliki konsep serta konsentrasi bilangan, siswa belum memiliki ketrampilan dasar berhitung, belum memiliki konsep bilangan membilang, misalnya membilang maju mundur stu-satu serta dua-dua, membuat korenpondensi satu-satu dan membandingkan obyek-obyek himpunan.

B. Kerangka Berpikir

Anak tunagrahita mempunyai karakteristik kesukaran berpikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah umum maupun khusus. Anak tunagrahita ringan ini walaupun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka masih memiliki kemampuan untuk dapat berkembang dalam bidang pelajaran akdemik secara optimal.

Anak tunagrahita ringan umumnya mengalami hambatan pada pembelajaran matematika, hal ini disebabkan oleh IQ siswa yang berada di bawah normal sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang berpikir abstrak, dan perhatian siswa sering beralih-alih serta mudah bosan dalam pembelajaran. Guru dapat mempelajarai hambatan dan kesalahan yang dibuat oleh muridnya dalam pembelajaran matematika, setelah itu menyediakan bantuan untuk memperbaikinya.

Peningkatan prestasi belajar matematika anak tunagrahita ringan, mutlak diperlukan perbaikan-perbaikan dalam penyampaian pelajaran yang konkret, mudah

(37)

37

diterima anak, menarik perhatian anak, serta dalam situasi yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam interaksi belajar mengajar, media yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kondisi anak tunagrahita ringan.

Prestasi belajar itu sendiri ditentukan oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Salah satu cara yang dipandang perlu untuk meningkatkan prestasi belajar matematika anak tunarahita ringan adalah dengan pengajaran remedial, sebab pengajaran remedial mempunyai kelebihan yaitu lebih dapat menekankan pada permasalahan yang sebenarnya dialami oleh anak, sehingga lebih tepat sasaran yang ingin dicapai dan isi materi pelajaran lebih jelas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengajaran remedial dipandang lebih efektif untuk dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar guna peningkatan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara..

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui pengajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bagi anak tunagrahita ringan di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara semester 2 tahun 2008/2009.

(38)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SLB Negeri Banjarnegara. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah tempat peneliti bertugas sehingga lebih efisien dan efektif. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada enam bulan terakhir semester kedua tahun 2008/2009.

Agar dapat diperoleh data yang komprehensif mengenai kesulitan belajar matematika yang dialami anak tunagrahita ringan dalam pengajaran remedial dengan materi penjumlahan dan pengurangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka perlu ditetapkan setting penelitian. Setting yang ideal adalah yang memungkinkan peneliti dapat memasukinya, kemudian menjalin hubungan secara akrab dengan para informan untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian (Zuchdi, 1990: 6). Adapun setting yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Setting di Dalam dan di Luar Kelas

Setting di dalam kelas adalah untuk mengamati anak dalam mengikuti kegiatan belajar matematika dengan pengajaran remedial. Pengamatan ini dilakukan untuk menggali kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam mengikuti pelajaran matematika mengenai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan, melihat kemampuan anak, dan dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika yang berkaitan seperti faktor guru yang mengajar, alat peraga, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, kondisi lingkungan kelas. Pemilihan setting dida lam kelas didasari atas pemilihan yang difokuskan pada satu macam kegiatan yaitu kegiatan pengajaran remedial. Sedangkan setting di luar kelas ini digunakan untuk mencari data tentang kemampuan matematika anak yang tidak dapat diketahui di dalam kelas, misalnya tentang data pribadi anak, lingkungan pergaulan dan pemanfaatan fasilitas yang ada di sekolah sebagai penunjang pengajaran remedial.

(39)

39

Peneliti secara langsung dapat memperoleh data siswa dari guru yang mengajar sebelumnya.

2. Setting di Rumah Subyek

Setting ini dilakukan untuk mencari data tentang dokumen-dokumen yang meliputi riwayat kelahiran, kapan munculnya kelainan, atau perkembangan, data-data tentang hubungan dengan anggota keluarga lainnya, cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, lingkungan rumah.

B. Subyek Penelitian

Di dalam sebuah penelitian, subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral, karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Subyek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (1983: 102) adalah orang, atau benda atau hal yang melekat pada variabel penelitian.

Subyek dalam penelitian ini adalah 5 orang siswa di kelas 2 SLB Negeri Banjarnegara yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dan mempunyai prestasi belajar matematika yang rendah.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian tindakan yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan siswa dalam penjumlahan dan pengurangan, motivasi siswa dalam mengerjakan persoalan penjumlahan dan pengurangan.

Sumber data menurut Suharsimi Arikunto (1997: 102) adalah subyek, darimana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah arang-orang yang ada hubungannya dengan subyek penelitian karena merekalah yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi subyek penelitian. Orang-orang inilah yang disebut key informan, sedangkan informan sendiri artinya adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

(40)

40

situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 1994: 90). Dalam penelitian ini yang menjadi key informan adalah orang tua subyek.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kasus, beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik (Robert K. Yin, 1995: 101).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan merupakan suatu bentuk observasi khusus di mana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti (Robert K. Yin, 1995: 113-114). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan dan kesulitan yang dihadapi siswa pada bidang studi metematika dengan pengajaran remedial, perilaku siswa, aktifitas guru selama mengajar, sarana dan prasarana, proses pembelajaran matematika.

Pedoman observasi terhadap aktivitas subyek di sekolah:

a. Apakah subyek memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru?

b. Apakah subyek memberikan respon tentang penjelasan yang diberikan oleh guru? c. Apakah subyek mengetahui perintah yang diberikan oleh guru?

d. Apakah subyek menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru? e. Apakah subyek mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru? f. Apakah subyek termotivasi dengan kegiatan belajar mengajar?

g. Apakah subyek memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru? h. Apakah subyek aktik dalam belajar?

i. Apakah subyek aktif bertanya tentang materi pelajaran yang disampaikan oleh guru?

(41)

41

2. Wawancara (Interview)

Wawancara atau interview adalah suatu cara ubtuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung dengan orang yang menjadi sumber data (Sutrisno Hadi, 1982: 192). Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara terstruktur artinya pertanyaan telah disiapkan sebelumnya, tetapi dasar pertanyaan tersebut tidak mengikat jalannya wawancara. Catatan mengenai pedoman wawancara ini bertujuan agar arah wawancara tetap dapat dikendalikan dan tidak menyimpang dari pedoman yang telah ditetapkan atau dari pokok permasalahan. Jadi dalam pertanyaan disesuaikan dengan situasi ketika wawancara berlangsung, agar tidak terkesan kaku (Sumitro, 1988: 74). Wawancara yang dilakukan dalam bentuk wawancara informal yaitu pembicaraan harian dengan responden dan wawancara baku yang dilakukan di forum-forum resmi seperti belajar bersama dengan anak, dengan bapak atau ibu guru dan staf pembantu lainnya.

Pedoman wawancara kepada orang tua mengenai karakteristik dan sikap belajar subyek di rumah:

E. Apakah pelajaran di sekolah sering diulang kembali di rumah?

b. Apakah saat mengerjakan tugas sekolah di rumah selalu dibimbing? Siapa yang membimbing?

c. Bagaimana cara bapak/ibu membimbing anak khususnya pelajaran matematika? d. Adakah buku acuan yang digunakan untuk belajar matematika di rumah?

e. Kapan dan berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar matematika di rumah?

f. Di mana tempat yang biasanya untuk belajar?

g. Bagaimana respon anak bapak/ibu ketika diminta untuk belajar?

h. Apakah instruksi yang bapak/ibu berikan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh anak?

i. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh anak dalam belajar matematika khususnya mengenai penjumlahan dan pengurangan?

j. Bagaimana usaha bapak/ibu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar matematika tersebut?

(42)

42

3. Tes

Tes digunakan untuk mengukur apa yang telah diajarkan oleh guru kepada siswanya dengan melihat proses pembelajaran, tingkat keberhasilan, atau prestasi. Istilah tes merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Istilah lainnya yang sering dipergunakan adalah pengukuran, dan evaluasi. Tetapi harus disadari bahwa tes bukanlah evaluasi, bahkan bukan pula pengukuran. Tes lebih sempit ruang lingkupnya dibandingkan pengukuran, dan pengukuran lebih sempit dibandingkan dengan evaluasi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud tes adalah alat yang berupa soal-soal penjumlahan dan pengurangan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur hasil belajar siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.

E. Validitas Data

Menurut Moleong(1994: 178), trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan trianggulasi data yaitu:

1. Cek-ricek

Cek-ricek, yaitu pengulangan kembali terhadap informasi yang diperoleh melalui berbagai metode, sumber data maupun setting.

2. Cross-checking

Cross-checking, yaitu berupa membandingkan dengan bukti-bukti lain. Hasil wawancara digunakan untuk membandingkan dengan hasil observasi dan hasil tes, serta sebaliknya.

3. Mengadakan Membercheck

Mengadakan membercheck, yaitu pada setiap akhir wawancara, peneliti mengulangi secara garis besar apa yang dikatakan oleh responden dengan maksud

(43)

43

agar responden mengoreksi bila ada kesalahan, dan menambahkannya bila ada kekurangan.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data menurut Nasution (1986: 29) ada salah satu cara yang dianjurkan yaitu reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan baik hasil observasi, wawancara dan tes sangat banyak sehingga perlu direduksi, yaitu dirangkai dan dipilih yang pokok dan sesuai dengan fokus penelitian, kemudian disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hasil observasi, wawancara dan tes. Data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian.

2. Display Data

Data yang bertumpuk-tumpuk, laporan yang tebal sulit dipahami, sulit melihat hubungan antar bagian yang begitu banyak sehingga sukar untuk melihat gambaran secara keseluruhannya untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian perlu disajikan hasil dari reduksi data dalam laporan yang sistematis, mudah dibaca dan dipahami baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya.

3. Mengambil Kesimpulan

Dari data-data yang direduksi akan ditarik suatu kesimpulan yang sangat tentatif, bersifat sementara lalu diverifikasikan selama penelitian berlangsung, sehingga akan didapatkan kesimpulan yang menjamin kredibilitas dan obyektifitas hasil penelitian. Ketiga teknik analisis data tersebut saling berhubungan secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

Gambar

Gambar 2: Pelaksanaan Tindakan dalam dua Siklus
Tabel : 2  Nilai Ulangan Harian pada Siklus 1   No  Nama   Siswa         Tes  pertemuan  1                      Tes  pertemuan  2         Tes   pertemuan 3    Rerata  1
Tabel : 3   Nilai Ulangan Harian pada Siklus 2  No  Nama   Siswa  Tes  pertemuan  4  Tes  pertemuan 5         Tes   pertemuan 6  Rerata  1

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat mengetahui keinginan pelanggan dan kekurangan perusahaan mengenai layanan yang ditawarkan dengan cara

Internship ialah peringkat transisi profesional yang bertujuan untuk mengaitkan pengalaman amalan profesional pelajar dengan tugas guru permulaan.

Simulasi untuk matematika dan fisika di antaranya (a) menghitung luas bangun datar, (b) menghitung keliling bangun datar, (c) menghitung jarak, kecepatan, dan waktu pada

Program dan Kegiatan Kantor Arsip Daerah Kabupaten Batang mengacu pada Visi dan Misi Bupati Batang terutama Misi 1 dalam RPJMD yaitu “Mengembangkan penataan dan pembinaan

Hubungan Beban Kerja Fisik Terhadap Stres Kerja Perawat di Ruangan Rawat Inap RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran Beban kerja fisik yang berat jika terus terjadi

[r]

Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 21 disebutkan bahwa Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan

Kemampuan Tawar Penjaja Seks Komersial Dalam Penggunaan Kondom Untuk Mencegah HIV/AIDS di Jalan Lintas Sumatera Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2008.. Kebijakan Nasional