• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN STATUS HUBUNGAN DAGANG VIETN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN STATUS HUBUNGAN DAGANG VIETN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN STATUS HUBUNGAN DAGANG VIETNAM – AS PASCA PENANDATANGANAN BTA (2001 – 2006)

Peneliatian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan status hubungan dagang Vietnam – AS pasca penandatanganan BTA (2001 – 2006). Berangkat dari dinamika sejarah hubungan kedua negara tersebut sejak terjadinya perang Vietnam, unifikasi Vietnam, embargo ekonomi yang dilakukan oleh AS, reformasi ekonomi (Doi Moi) Vietnam, sampai terjadi normalisasi hubungan Vietnam – AS. Kemudian yang menjadi fokus adalah peningkatan status hubungan dagang BTA (Bilateral Trade Agreement) menjadi PNTR (Permanent Normal Trade Relation).

Dewi Nur Anjani

ABSTRACT

The Vietnam – US bilateral relation dynamicisation started by the conflict named as Vietnam War or the second Indochina War. There was internal conflict between North Vietnam and South Vietnam at the beggining. In this case, South Vietnam afiliated with US, and North Vietnam afiliated with USSR and some communist countries.For both powerful country, Indochina war become ideological and political conflict forimparting influence in the world. That war eventually won by North Vietnam. New government formed by Vietnamse Communist Party (VPC)unify both North and South Vietnam.Overall, this condition also defeated US, thereby the stopped of US subsidization for South Vietnam.

After the establishment of new government, Vietnam suffered crisis caused by war and unstable condition of the government its self. Situation crushed by economic embargo by US. To terminate the violence of crisis, Vietnam decided to made an economic reformation known an Doi Moi. By the Doi Moi, Vietnam’s economy become an outward looking economy that open related with other countries or organizations, include the bilateral relation with US. The normalization of Vietnam – US bilateral relation signed by Bilateral Trade Agreement (BTA), later on continued by increased the Vietnam’s status with Permanent Normal Trade Relation (PNTR).

Kata Kunci: Hubungan Bilateral, Doi Moi, BTA, PNTR Sejarah peperangan antara Vietnam dan

Amerika Serikat dikenal dengan perang Indochina Kedua, yang terjadi antara tahun 1957 – 1975 di Vietnam. Terdapat dua kubu yang melakukan perang yakni Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Pada tahun 1957 tersebut Vietnam masih menjadi daerah jajahan Perancis, tetapi secara diam – diam Amerika Serikat mengirimkan pasukannya untuk membantu Vietnam. Lalu pada tahun 1965 terjadi perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menjadi awal mula pihak Vietnam Utara meminta bantuan pada USSR (Uni Soviet) karena di lain pihak Vietnam Selatan mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat. Dengan demikian, dalam waktu yang bersamaan dengan konflik internal Vietnam tersebut, terjadi pula perang di antara kedua negara yang memiliki kekuasaan kala itu, yakni Amerika Serikat dan USSR. Perang yang condong pada pertaruhan ideologi, politik, dan

pengaruhnya bagi negara – negara lain di lingkungan internasional.

(2)

Hal tersebut mempengaruhi aktor – aktor pembuat kebijakan Vietnam untuk melaksanakan perubahan dalam sistem perpolitikan.Perubahan kemudian terjadi pada pelaksanaan kongres Partai Komunis Vietnam (VCP) yang merupakan partai tunggal yang ada di Vietnam tahun 1986. Perubahan tersebut ditandai dengan dibuatnya kebijakan Doi Moi (Reformasi Ekonomi). Munculnya kebijakan tersebut erat kaitannya dengan kepentingan politik negara Vietnam sendiri serta kondisi terisolasi yang dialami oleh Vietnam dengan ideologi sosialis komunis yang dianutnya. Doi Moi merupakan rumusan kebijakan yang disusun untuk menanggulangi masalah krisis ekonomi dan sosial di dalam negeri. Kebijakan tersebut membawa Vietnam ke arah ekonomi yang lebih terbuka dan perubahan ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar.

Bermula dari berbagai peristiwa sejarah yang mengawalinya, yakni perpecahan internal antara kubu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, keterlibatan AS dalam perang, keberhasilan Vietnam Utara menaklukkan Vietnam Selatan yang digawangi AS dan secara bersamaan memukul mundur AS dari negaranya, penyatuan dua wilayah utara dan selatan yang ditandai terbentuknya pemerintahan baru yang dipimpin oleh partai komunis Vietnam (VCP). Namun demikian, kemerdekaan yang diperoleh tersebut tidak dapat dinikmati dalam jangka waktu panjang. Tersadar oleh kenyataan bahwa perang telah menyisakan kehancuran dimana – mana. Krisis ekonomi, kerusakan lingkungan, korupsi pemerintah, serta warga negara yang melarikan diri ke negara lain.

Keterpurukan Vietnam berlanjut saat terjadinya embargo ekonomi yang dilakukan oleh AS. Tak ingin memperparah kondisi, pemerintahan Vietnam akhirnya memutuskan untuk mencetuskan reformasi ekonomi yang dikenal dengan Doi Moi yang telah dijelaskan sebelumnya. Kebijakan domestik tersebut berkembang pada keinginan Vietnam untuk membuka diri dan mulai mengarahkan alur ekonomi ke arah ekonomi pasar. Sehingga terbukalah jalan untuk mengadakan berbagai kerjasama, salah satunya dengan AS. Tentunya ini merupakan kabar gembira bagi kedua belah pihak mengingat dalam seteru perang Indochina keduanya merupakan oposisi satu sama lain.

Terbentuknya hubungan dagang antara Vietnam – AS terealisasi dengan dilakukannya Bilateral Trade Agreement (BTA). Dengan demikian, hal tersebut menjadi tindak reparasi hubungan kedua negara setelah sejarah panjang perpecahan serta embargo yang menjadi efek kekalahan dukungan AS terhadap Vietnam Selatan dalam perang Indochina.

BTA diinisiasi memiliki tujuan untuk pemulihan ekonomi bagi Vietnam sendiri pada tahun 1995, setelah sebelumnya melakukan normalisasi politik dengan AS. Tindakan pemulihan ekonomi domestik dan normalisasi hubungan dengan AS tersebut dilakukan oleh Vietnam setahun setelah embargo AS berakhir.

Kondisi Hubungan Dagang Vietnam – AS sebelum BTA

Vietnam memiliki sejarah panjang dengan AS. Normalisasi hubungan kedua negara tersebut berlangsung setelah dua tahun pihak AS meninggalkan Vietnam. Namun, normalisasi tersebut tidak ditindaklanjuti sampai dilakukannya kunjungan oleh Bill Clinton pada tahun 2001. Periode waktu bahasan tentang Kondisi Hubungan Dagang Vietnam – AS ini adalah antara masa embargo perdagangan yang dilakukan oleh pihak AS pada April 1975 sampai masa sebelum diadakannya Bilateral Trade Agreement (BTA) yang diresmikan pada 10 Desember 2001.

Perang menyisakan dampak tersendiri bagi Vietnam. Berbagai dampak yang muncul yakni, banyaknya wilayah yang hancur selama berlangsungnya perang, warga sipil menderita akibat perlakuan buruk yang dialami seperti penyiksaan dan pembunuhan. Terhitung kurang lebih dua juta orang meninggal saat perang terjadi dan ratusan orang mengalami cidera, yang itu terdiri dari warga sipil dan tentara. Tentunya butuh pengobatan dan penyembuhan khusus bagi para korban tersebut. Selain itu, dampak perang yang dialami Vietnam juga terjadi pada aspek ekonomi, negara semakin miskin dan tidak dapat memasok kebutuhan warganya. Kemudian Vietnam juga mengalami kehancuran di aspek lingkungan, dimana berbagai peralatan bekas perang tertumpuk dan berserakan.

(3)

penyatuan, yang merupakan pemerintahan komunis melakukan berbagai tindak kekerasan seperti memenjarakan para aktivis regime lama Vietnam Selatan, mengambil alih lahan – lahan pertanian untuk dikelola secara terpusat oleh pemerintah, ekonomi hancur ditandai dengan pengangguran dan kelaparan, sehingga akhirnya banyak dari warga yang meninggalkan negaranya untuk beremigrasi ke negara – negara lain secara ilegal.

Bergabungnya Vietnam dalam WTO

Setelah melalui upaya pengajuan proposal yang memakan waktu lebih kurang 12 tahun, Majelis Umum WTO menyetujui proposal pengajuan diri Vietnam pada November 2006 yang kemudian diresmikan pada 11 Januari 2007. Keanggotaan tersebut menandakan bahwa Vietnam telah terintegrasi sebagai anggota masyarakat dunia, yang mana Vietnam harus siap menerima penerapan setiap instrumen kebijakan yang ditetapkan oleh WTO.

Keterlibatan Vietnam dalam WTO bukan karena kemampuan Vietnam sendiri, tetapi terjadi karena beberapa negara besar memandang Vietnam memiliki potensi investasi asing yang tinggi, berangkat dari kondisi domestik Vietnam yang didukung oleh faktor – faktor seperti besarnya sumberdaya manusia serta pengaturan kebijakan yang konsisten oleh pemerintah pusat yang merupakan pemerintahan komunis (VCP). Lebih jauh lagi, konteks keanggotaan Vietnam dalam WTO mengalami transformasi yang luar biasa. Hal ini disampaikan oleh Eric G. John (Deputy Assistant Secretary, East Asian and Pacific Affairs, Statement before the Senate Finance Committee on Vietnam),Ia menyampaikan bahwa Vietnam mengalami kemajuan domestik yang sangat pesat dan merupakan partner dagang yang potensial, sehingga memungkinkan bagi pihak AS untuk meningkatkan hubungan bilateral.

Dalam kaitannya dengan peningkatan status hubungan dagang antara Vietnam dan AS, secara umum keanggotaan Vietnam dalam WTO tidak dipengaruhi oleh status PNTR yang diberikan oleh AS kepada Vietnam. Begitu juga sebaliknya, keanggotaan Vietnam tidak otomatis memberikan pengaruh terhadap diberikannya status PNTR oleh AS kepada Vietnam.

Keanggotaan dalam WTO berdasar atas dasar hubungan timbal balik (reciprocal basis) dan prosedur kongres (congressional procedures).Namun, dengan adanya akses Vietnam pada WTO, AS dapat memperluas status PNTR yang diberikannya kepada Vietnam. Dengan demikian, keanggotan Vietnam dalam WTO akhirnya mempengaruhi status PNTR yang diberikan oleh AS kepada Vietnam.

Dalam executive summary Bilateral Relation Vietnam dan AS, dikatakan bahwa kedua negara menyepakati bahwa BTA merupakan batu lompatan bagi Vietnam untuk bergabung ke dalam WTO. Sesuai yang direncanakan, BTA dibangun berdasarkan prinsip – prinsip WTO dimana Vietnam menjadikannya sebagai sarana untuk membuat perubahan mendasar berkaitan dengan hukum dan peraturan agar dapat bergabung dengan WTO. Bersamaan dengan hal tersebut, Vietnam bertahap melakukan pembukaan pasar bagi AS dalam rangka BTA khususnya berkaitan dengan pelayanan sehingga ekonomi Vietnam layak berkompetisi dan mendapatkan akses untuk bergabung dengan WTO.

Selain menjadi pasar terbesar, AS juga merupakan investor terbesar bagi Vietnam. Dapat dikatakan bahwa Vietnam merupakan salah satu negara yang pasarnya mengalami pertumbuhan pesat bagi eksport AS. Hal tersebut menandakan suksesnya implementasi BTA yang memiliki pengaruh yang penting bagi aspek ekonomi dan politik Vietnam sehingga Vietnam mampu meningkatkan kualitas dagangnya di bidang eksport dan mendorong percepatan aksesnya dalam WTO. Kesuksesan implementasi tersebut terhitung dari tahun 2002 – 2006, yang meningkatkan intensitas negosiasi rencana keanggotaannya dalam WTO. Vietnam dipandang sebagai negara yang memiliki kredibilitas tinggi dalam menjalankan komitmen internasional yang dicanangkan oleh WTO.

Bilateral Trade Agreement (BTA)

(4)

Dalam report for congress the Vietnam – US bilateral trade agreement pada 9 September 2002, menjelaskan secara garis besar hubungan kedua negara tersebut dalam BTA, salah satunya mengidentifikasi motif Vietnam dan AS melakukan perjanjian tersebut. Perdagangan yang terjadi antara Vietnam dan AS terus mengalami pertumbuhan setelah dilakukannya BTA.

Sejak Vietnam memutuskan untuk merubah sistem ekonominya, dari sistem ekonomi terpusat ke arah ekonomi yang lebih terbuka, kesempatan untuk melakukan hubungan kerjasama dengan pihak lain pun semakin luas. Selama kurang lebih 20 tahun sejak kebijakan Doi Moi diumumkan, Vietnam merupakan salah satu negara di dunia ini yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat, dengan rata – rata 7% - 8% kenaikan GDP (gross domestic product) per tahun. Produksi pertanian meningkat dimana Vietnam menjadi negara kedua terbesar yang mengekspor beras, dan merupakan produsen kopi kedua terbesar di dunia. Perubahan haluan ekonomi tersebut juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Laporan tahun 2002 angka kemiskinan menurun hingga kurang dari 30%. Lalu pada 2001, Vietnam menandatangani Bilateral Trade Agreement (BTA) dengan AS.

Sejak tahun 2002, pemerintah Vietnam dan AS mulai membangun kerjasama di bidang politik dan keamanan, disamping kerjasama di bidang ekonomiyang telah dinormalisasi oleh kedua negara sejak tahun 1989. Dalam Agreement Between The United States of America and The Socialist Republic of Vietnam on Trade Relation, kedua negara tersebut telah menyepakati bahwa aspek ekonomi dan hubungan dagang serta hak perlindungan kepemilikan intelektual merupakan hal yang penting dan menjadi kebutuhan dalam memperkuat hubungan bilateral keduanya.

BTA diinisiasi oleh Vietnam untuk menormalisasi ekonominya pada tahun 1995, setelah sebelumnya melakukan normalisasi politik dengan AS. Kedua tindakan tersebut dilakukan oleh Vietnam setahun setelah embargo AS berakhir. Kemudian, normalisasi ekonomi bilateral Vietnam dan AS selesai pada Desember 2006 ketika Presiden Bush memperpanjang Permanent Normal Trade Relation (PNTR) bagi Vietnam berdasarkan pengesahan pemungutan

suara berkaitan denganhal tersebut oleh kongres AS.

Gambaran pengaruh BTA bagi Vietnam bukanlah untuk menurunkan tarif pembatasan barang, melainkan berfungsi sebagai katalisator untuk perubahan sistemik yang secara subtansi menjadi persyaratan dan tenggat waktu bagi Vietnam dalam mengimplementasikan berbagai kebutuhan dasarnya yang melingkupi tiga hal yakni, untuk meningkatkan sistem pengaturan hukum dan prosedur regulasi yang lebih sesuai dengan praktek hukum internasional berkaitan dengan ekonomi dan pasar; untuk melanjutkan pengembangan sektor pelayanan yang stabil; dan untuk memacu pertumbuhan eksport dan investasi lewat dibukanya pasar AS.

Beberapa pokok hubungan dagang dan BTA Vietnam – AS antara lain, eksport Vietnam ke AS meningkat tajam setelah dilakukannya BTA dimana AS menjadi pasar terbesar bagi eksport Vietnam hanya dalam kurun waktu dua tahun setelah diimplementasikannya BTA; Vietnam mendominasi eksport barang – barang manufaktur bagi AS; produk eksport primer selain minyak mengalami penurunan; eksport AS ke Vietnam lebih dari dua kali lipat.

Berikut uraian dari pokok – pokok hubungan dagang Vietnam – AS yang telah disebutkan di atas. Pertama, sebelum adanya BTA, AS merupakan pasar terkecil eksport Vietnam. Namun setelah adanya BTA, AS berubah menjadi pasar terbesar eksport Vietnam hanya dalam kurun waktu dua tahun. Kedua, Vietnam mendominasi eksport barang – barang manufaktur bagi AS. Sebelum adanya BTA pada tahun 2001, 78% dari eksport Vietnam ke AS didominasi oleh komoditi seperti produk hasil laut dan hasil industri minyak. Sedangkan pada tahun 2003, dua tahun setelah diimplementasikannya BTA, eksport produksi manufaktur mencapai 72% dari total eksport ke AS.

(5)

sangat besar, melebihi dua kali lipat selama lima tahun terakhir. Komoditas eksport AS ke Vietnam terdiri dari transportasi, mesin, dan berbagai produk manufaktur lainnya, termasuk juga produk makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Selain menjadi pasar terbesar, AS juga merupakan investor terbesar bagi Vietnam. Dapat dikatakan bahwa Vietnam merupakan salah satu negara yang pasarnya mengalami pertumbuhan pesat bagi eksport AS. Hal tersebut menandakan suksesnya implementasi BTA yang memiliki pengaruh yang penting bagi aspek ekonomi dan politik Vietnam sehingga Vietnam mampu meningkatkan kualitas dagangnya di bidang eksport dan mendorong percepatan aksesnya dalam WTO. Kesuksesan implementasi tersebut terhitung dari tahun 2002 – 2006, yang meningkatkan intensitas negosiasi rencana keanggotaannya dalam WTO. Vietnam dipandang sebagai negara yang memiliki kredibilitas tinggi dalam menjalankan komitmen internasional yang dicanangkan oleh WTO.

Dalam hal investasi, seperti yang disampaikan dalam Vietnam’s WTO Working Paper, proyek investasi luar negeri terhitung sebesar 18% dari total investasi per kapita, 31% dari pendapatan eksport Vietnam, dan 37% dari hasil industri, menyumbang hampir 14% gross domestic product (GDP) Vietnam. Dari proyek investasi tersebut, Vietnam dapat secara langsung menyediakan 620.000 lapangan pekerjaan, dan sejumlah ratusan ribu lapangan kerja secara tidak langsung bergantung pada proyek ini.

Sejalan dengan proses normalisasi yang telah dilakukan, AS telah menghapus sebagian besar pembatasan terhadap bantuan AS terhadap Vietnam. Dan bantuan AS kepada Vietnam telah bertambah, yang ditandai dengan diberikannya bantuan sebesar $1 juta pada tahun 1991, dan meningkat lebih dari $75 pada tahun 2006.

Pada 2001, rangkaian proses BTA diawali dengan penandatanganan BTA yang dilakukan oleh presiden George W. Bush pada 16 Oktober, dilanjutkan dengan ratifikasi BTA oleh Vietnam National Assembly pada 28 November. Kemudian BTA tersebut ditandatangani secara hukum oleh presiden Vietnam, Tran Duc Luong pada 7 Desember. Pada 2002, pihak Vietnam melakukan beberapa kunjungan ke AS, diantaranya pada 10 Mei Presiden Nguyen Thi Binh mengunjungi Washington, dan pada 18 Mei wakil kementrian

perdagangan Luong Van Tu menjadi delegasi untuk membicarakan masalah perdagangan ke AS. Hal yang sama dilakukan juga oleh menteri perdagangan Truong Dinh Tuyen pada 16 September 2003.

Kunjungan tersebut menandakan keseriusan kedua Negara dalam menjalin kerjasama, baik di bidang ekonomi maupun politik serta menghantarkan Vietnam pada integrasi ekonomi global. Utamanya, penandatanganan BTA merupakan langkah penting bagi akses Vietnam untuk tergabung dengan WTO dan menyatu dalam integrasi ekonomi secara menyeluruh. Dari berbagai kunjungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, terlihat bahwa kerjasama terus ditingkatkan dalam kurun waktu 2001 – 2006.

Kunci dalam perdagangan luar negeri dan BTA Vietnam – AS dapat dilihat dari terjadinya peningkatan ekspor Vietnam ke AS setelah adanya BTA. Pengaruh langsung dari BTA adalah inisiasi bebas tarif dari pihak AS atas ekspor Vietnam, hal itulah yang menyebabkan peningkatan ekspor Vietnam ke AS. Volume ekspor terus bertambah antara 16 – 29 % di tahun 2004, 2005, dan 2006, setelah terjadi kemajuan yang sama di tahun – tahun sebelumnya, yakni tahun 2001 – 2003. Pertumbuhan ekspor tersebut dipicu oleh peningkatan kelompok ekspor manufaktur. Secara keseluruhan, dari 2001 sampai 2006, ekspor Vietnam ke AS meningkat lebih dari 18 kali lipat. Di sisi lain, AS telah mengembangkan mekanisme monitoring khusus tekstil bagi impor pakaian dari Vietnam yang mungkin merupakan pertumbuhan ekspor terbatas.

Kerjasama perdagangan antara kedua negara tersebut melibatkan aktivitas ekspor – impor timbal balik antar kedua belah pihak, baik ekspor Vietnam ke AS, atau pun ekspor AS ke Vietnam. Ekspor utama Vietnam ke AS terdiri dari pakaian (sandang), produk petroleum, alas kaki, perabot yang terbuat dari kayu (furnitur), udang beku, kopi, mesin elektrik. Sedangkan ekspor utama AS ke Vietnam adalah kursi penumpang, peralatan dan perlengkapan kantor, plastik, mesin elektrik, kayu, kendaraan bermotor, kapas (bahan mentah), serta susu olahan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa tahun 2000 – 2006 terjadi kerjasama yang signifikan diantara kedua negara.

(6)

in goods), perlindungan terhadap hak intelektual kepemilikan properti (protection of intellectual property rights), serta fasilitasi bisnis dan transparansi (business facilitation and transparency). Secara mendasar, BTA dapat disimpulkan sebagai komitmen oleh kedua belah pihak untuk menciptakan kebutuhan terhadap barang, bisnis, dan kebutuhan nasional untuk dapat bersaing dengan pasar – pasar lain.

Proses BTA kembali dibahas implementasinya pada 7 – 12 Juni 2004, lalu pada 10 Desember di tahun yang sama BTA diperbaharui oleh Presiden Bush. Bersamaan dengan wacana bergabungnya Vietnam dengan WTO, yang kembali dibicarakan pada 14 – 16 Mei 2005 oleh pihak Vietnam dan AS, sampai akhirnya Vietnam tergabung dalam WTO pada Desember 2006. Proses strategi ekonomi Vietnam pasca Doi Moidilakukan secara bertahap, yakni dengan reformasi ekonomi dalam negeri, membuka hubungan bilateral dengan AS, sampai bergabung dengan WTO. Namun dapat dikatakan, Vietnam mengalami perubahan yang signifikan setelah pulih dari perang.

Di satu sisi, BTA merupakan lompatan bagi Vietnam menuju WTO. Namun di sisi lain, bergabungnya Vietnam dalam WTO juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan status hubungan dagang yang diberikan oleh AS terhadap Vietnam, yang penulis paparkan pada bab sebelumnya. Vietnam dan AS telah mendesain BTA sebagai langkah awal untuk bergabung dengan WTO. Hal ini membuka akses bagi Vietnam untuk masuk dalam lingkar perdagangan dan investasi global. Kesuksesan implementasi BTA selama lebih dari lima tahun membawa peningkatan bagi negosiasi dalam rangka menyongsong bergabungnya Vietnam dengan WTO pada tahun 2002 – 2006, memperjuangkan Vietnam sebagai negara yang memiliki kredibilitas serta mampu menjalankan komitmen internasional ketika bergabung dengan WTO. Selain itu, perjanjian perdagangan bilateral yang dilakukan oleh Vietnam semakin membawa Vietnam pada kondisi masyarakat demokrasi melalui kelola pemerintahan yang menjadikan pasar sebagai pusat perbaikan dan kemajuan ekonomi, mensolidkan sistem hukum, mengintegrasikan usaha Vietnam dalam ekonomi global.

Pengaruh BTA pada perdagangan yang terjadi antara Vietnam – AS secara prinsip berkaitan dengan kewajiban AS untuk menjamin Vietnam atas status NTR/MFN. Konsekuensi dari hal tersebut adalah menurunkan rata – rata tarif impor AS dari Vietnam dari angka 40% menjadi 4%, terutama membuka pasar AS yang luas bagi ekspor dari Vietnam. Salah satu indikasi perdagangan bilateral yang terjadi di antara kedua negara tersebut adalah ekspor Vietnam ke AS mendapat sambutan drastis dari pasar AS. Dengan kata lain, sejak BTA memberikan pengaruh yang signifikan, AS yang sebelumnya merupakan tujuan ekspor terkecil bagi Vietnam telah berubah menjadi satu – satunya pasar ekspor terbesar (single largest export market).

Vietnam sendiri tidak perlu melakukan potongan atau pembebasan tarif impor dari AS. Maka yang terjadi di Vietnam adalah kondisi sebaliknyalah yang terjadi, dimana pasar Vietnam bagi impor dari AS tidak meluas secara cepat seperti yang terjadi di AS bagi pasar Vietnam. Namun demikian, walaupun Vietnam tidak melakukan pemotongan tarif dalam proses BTA, Vietnam diminta untuk melakukan perbaikan hukum dan peraturan dagangnya. Selanjutnya, Vietnam setuju untuk meningkatkan akses pasar bagi AS di bidang pelayanan yang mencakup, perbankan, insuransi, telekomunikasi, dan distribusi, yang didahului dengan membuka sektor – sektor tersebut secara bertahap dalam periode lebih dari sepluh tahun, dan saat ini belum sepenuhnya terselesaikan. Perbaikan ini diharapkan mampu memberikan pengaruh langsung investasi AS ke Vietnam daripada ekspor AS ke Vietnam.

BTA sangat berkaitan erat dengan lingkungan bisnis, terutama ekspor dan FDI (Foreign Direct Investment). Kedua hal tersebut sangat berpengaruh bagi hasil dan kemajuan ekonomi yang dialami Vietnam. Setiap tahun ekonomi Vietnam mengalami peningkatan sekitar 7% sampai 8% di tahun 2005 dan 2006. Hanya dalam tempo lima tahun dari 2001 – 2006, ekonomi Vietnam mengalami perluasan hampir mencapai 50%.1 Kondisi ini meningkatkan

1

(7)

permintaan ekspor dan FDI AS. Sejak adanya BTA, Vietnam menjadi pasar yang mengalami pertumbuhan yang cepat bagi ekspor dan FDI AS.

Permanent Normal Trade Relation (PNTR)

Pertalian ekonomi merupakan aspek yang menunjukkan kematangan dalam hubungan bilateral. Setelah BTA, AS memperpanjang status Vietnam sebagai Most Favored Nation (MFN) yang juga dikenal dengan normal trade relation (NTR) status.Normalisasi AS – Vietnam dalam hal ikatan perdagangan adalah memulihkan status permanen MFN yang juga dikenal sebagai NTR (Normal Trade Relation) atau PNTR (Permanent Normal Trade Relation). Sebelumnya Vietnam dan AS sepakat untuk melakukan Bilateral Trade Agreement pada 2001. Setelah dilakukannya BTA tersebut, AS menjadi pasar terbesar eksport Vietnam. Lalu pada Desember 2006 kedua belah melakukan Permanent Normal Trade Relation (PNTR).

International Development-Funded Support for Trade Acceleration (STAR) Project, July 2007.

Kronologi hubungan bilateral Vietnam – AS terangkum dalam Chronology of Key Events in U.S. - Vietnam Relations dalam US – Vietnam Trade Education Forum (As of May 22, 2008).Berikut proses normalisasi tersebut:

Table 1. Vietnam’s Path to Commercial Normalization with the United States2

2

Ibid. Hal 5.

Step Action

Step 1. Removing the U.S. trade

embargo.

In February 1994, President Clinton ordered the embargo on Vietnam

lifted.

Step 2. Granting an annual waiver

of Jackson-Vanik restrictions on OPIC and Ex-Im Bank operations in the country.11

President Clinton issued waivers for Vietnam in 1998, 1999, and 2000, as did President Bush in 2001. Each

time, disapproval resolutions were defeated in the House.

Step 3. Signing a bilateral trade

agreement, subject to Congressional approval, that

includes an extension of temporary MFN treatment.

An agreement was signed in July 2000. In 2001, following approval by

Congress and Vietnam’s National Assembly, the agreement entered into

force. Step 4. Restoring

permanent MFN status by passing a law “graduating” Vietnam from

its status as a non-market economy country.

(8)

Sedangkan pertumbuhan perdagangan barang antara Vietnam dan AS tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada tabel berikut:

Puncak dari normalisasi hubungan dagang (Permanent Normal Trade Relation) antara Vietnam dan AS yang menjadi batasan periode bahasan terjadi pada bulan Desember 2006, setelah sebelumnya pada Desember 2001 kedua belah pihak mengadakan Bilateral Trade Agreement (BTA).

Beberapa aktivitas negara Vietnam yang berpengaruh pada hubungan dagangnya dengan AS antara lain: pemerintah Vietnam membuka diri atas investasi asing besar – besaran; menjadikan ekonomi pasar sebagai dasar dalam proses reformasi ekonomi, dimana kebijakan terhadap kepemilikan swasta akan ditingkatkan khususnya dalam bidang industri, perdagangan, dan pertanian; meningkatnya ekspor. Konsistensi di antara Vietnam dan AS dalam menjalin kerjasama dijelaskan dalam “Assessment of the Five-Year Impact of the U.S.-Vietnam Bilateral Trade Agreement on Vietnam’s Trade, Investment, and Economic Structure”

Sejak berakhirnya perang Vietnam pada tahun 1975, terdapat dua kemajuan dalam hubungan bilateral Vietnam dan AS, puncaknya adalah dengan ditunjuknya duta pertama AS untuk Vietnam pada tahun 1996 dan pemberian status Permanent Normal Trade Relation (PNTR) bagi Vietnam pada tahun 2007.

Sejak pertengahan 1990an, hubungan bilateral antara Vietnam dan AS mendekati kondisi normal. AS telah menjamin Vietnam mendapatkan status PNTR dan dan Vietnam juga menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Dua hal tersebut yang menjadi agenda utama pemerintahan Vietnam pasca terjadinya perang. Setelah mendapatkan status PNTR dan menjadi anggota WTO, Vietnam telah membuat sejumlah perubahan yang signifikan terkait dengan kebijakan hubungan dagangnya dengan AS. Selain itu, kedua negara tersebut juga melakukan kerjasama dalam bidang yang lain, seperti kerjasama dalam bidang strategi dan isu militer. Namun yang menjadi fokusan dalam tulisan ini adalah permasalahan ekonomi, yakni peningkatan status hubungan dagang Vietnam dan AS pasca penandatanganan BTA.

Peningkatan status hubungan dagang yang dimaksud adalah perubahan dari status Bilateral Trade Agreement (BTA) menjadi Permanent Normal Trade Relation (PNTR).

AS telah menjadi pasar ekspor terbesar bagi Vietnam hanya dalam dua tahun setelah implementasi BTA. Pada 2001 sebelum BTA, 78% dari ekspor Vietnam ke AS didominasi oleh barang – barang seperti udang, produk petroleum. Pada 2003, hanya setelah dua tahun setelah implementasi BTA, ekspor manufaktur adalah 72% dari total ekspor ke AS. Belakangan berada di level 74% sampai 75%. Pada tahun 2002 dan 2003, ekspor manufaktur didominasi oleh ekspor pakaian dalam jumlah besar. Namun, ekspor manufaktur nonpakaian terus mengalami perkembangan yang signifikan setiap tahunnya seteleh implementasi BTA. Ekspor tersebut mengalami pertumbuhan yang cepat antara tahun 2004 sampai 2006, terhitung hampir setengah dari ekspor manufaktur pada tahun 2006. Sedangkan produk pakaian, alas kaki, dan produk furniture terhitung sekitar 80% dari total ekspor manufaktur. Ekspor mesin, plastic, kendaraan bermotor, dan produk lainnya tumbuh sangat cepat dalam tujuh tahun terakhir sampai tahun 2006.

Status keanggotaan Vietnam dalam WTO telah melalui proses negosiasi bilateral dengan AS. Agar Vietnam segera mendapatkan mendapatkan status MFN dari AS, persetujuan kongres terhadap PNTR tentu dibutuhkan. Pertanda suksesnya negosiasi Vietnam dengan AS membuka jalan bagi PNTR Vietnam diusulkan dalam kongres AS untuk diratifikasi.

Status PNTR hampir dinikmati oleh semua partner dagang AS. Di bawah hukum dagang AS, Vietnam juga memperoleh status PNTR. Kondisi yang patut digarisbawahi adalah perpanjangan buku tahunan Vietnam dalam pemenuhan syarat pembebasan emigrasi, sesuai dengan detail yang tercantum dalam Jackson – Vanik Amandement dari undang – undang perdagangan pada tahun 1974 yang memperkenalkan non – market ekonomi, termasuk di dalamnya adalah Vietnam.

(9)

kerjasama. Utamanya Vietnam yang mereparasi ekonominya melalui strategi ekonomi Doi Moi.

Kesimpulan

Kondisi terisolasi ekonomi dan diplomasi Vietnam setelah terjadinya perang Indochina dimana partai komunis Vietnam (VPC) berkuasa merupakan latar belakang lahirnya kebijakan reformasi ekonomi (Doi Moi). Dimana Vietnam mengalami embargo ekonomi yang dilakukan oleh pihak AS. Selain itu, pembangunan kembali pasca perang berlangsung lamban dan munculnya berbagai permasalahan terutama permasalahan ekonomi. Dengan kata lain Vietnam mengalami kondisi internal yang tidak stabil pasca terjadinya perang serta pengaruh faktor eksternal dimana tuntutan sistem internasional yang semakin liberal

Karena itu, Vietnam semakin bergantung pada bantuan pihak Uni Soviet. Strategi ekonomi Doi moi merupakan rumusan kebijakan yang disusun untuk menanggulangi masalah krisis ekonomi dan sosial dalam negeri Vietnam. Dengan kebijakan democratic centralism dan outward looking, ekonomi Vietnam berubah dari sistem terpusat menjadi ekonomi terbuka, namun tetap berada di bawah kontrol partai komunis Vietnam.

Dengan perubahan tersebut, Vietnam mulai membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain, baik kerjasama bilateral, regional, maupun internasional. Salah satunya adalah kerjasama bilateral yang dilakukan dengan AS. Normalisasi hubungan antara Vietnam dengan AS salah satunya dilatarbelakangi oleh kebijakan doi moi. Dimana perubahan tersebut berpengaruh pada keterbukaan serta kebijakan luar negeri Vietnam dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Dengan status terbuka tersebut. Alurnya adalah kebijakan domestik (doi moi) berpengaruh pada kebijakan luar negeri Vietnam, lalu kebijakan luar negeri Vietnam mempengaruhi kerjasama luar negeri Vietnam – AS.

Proses kerjasama Vietnam – AS, normalisasi hubungan kedua negara dilakukan pada tahun 1992, kemudian ratifikasi perdagangan dan investasi bilateral (Bilateral Trade Agreement) pada 10 Desember 2001, Vietnam bergabung dengan WTO pada Desember 2006, serta kedua negara melakukan Permanent Normal Trade Relation (PNTR) pada bulan Desember 2006. Selain itu, normalisasi politik dengan

menjalin hubungan diplomatik pada 12 Juli 1995, kemudian tukar duta antara kedua negara pada Mei 1997, dan AS menandatangani persetujuan bergabungnya Vietnam dengan WTO pada Desember 2006. Dapat dilihat bahwa perjanjian perdagangan bilateral yang dilakukan oleh Vietnam semakin membawa Vietnam pada kondisi masyarakat demokrasi melalui kelola pemerintahan yang menjadikan pasar sebagai pusat perbaikan dan kemajuan ekonomi, mensolidkan sistem hukum, mengintegrasikan usaha Vietnam dalam ekonomi global.

Proses strategi ekonomi Vietnam pasca Doi Moi dilakukan secara bertahap, yakni dengan reformasi ekonomi dalam negeri, membuka hubungan bilateral dengan AS, sampai bergabung dengan WTO. Namun dapat dikatakan, Vietnam mengalami perubahan yang signifikan setelah pulih dari perang.

Terbentuknya hubungan dagang antara Vietnam – AS terealisasi dengan dilakukannya Bilateral Trade Agreement (BTA). BTA merupakan batu lompatan untuk bergabung dengan WTO dan memperkuat hubungan bilateral. Dengan demikian, hal tersebut menjadi tindak reparasi hubungan kedua negara setelah sejarah panjang perpecahan serta embargo yang menjadi efek kekalahan dukungan AS terhadap Vietnam Selatan dalam perang Indochina.

(10)

signifikan bagi eksport AS dalam waktu yang relatif singkat.

Daftar Pustaka

Anwar, Sajid, (University of the Sunshine Coast, Australia and University of South Australia, Australia) & Lan Phi Nguyen (National Economics University, Vietnam). Foreign direct investment and economic growth in Vietnam. Asia Pacific Business Review Vol. 16, Nos. 1–2, January–April 2010, 183–202.

Amerika Serikat pada Masa Perang Dingin.

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196110141986011-NANA_SUPRIATNA/Bangsa_Amerika/BAB_XI.Bangsa_Amerika.pdf

Asrudin. Suryana, Mirza Jaka: Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer. 2009. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 28.

Assessment of the Five-Year Impact of the U.S.-Vietnam Bilateral Trade Agreement on Vietnam’s Trade, Investment, and Economic Structure by Vietnam’s Ministry of Planning and Investment’s Central nstitute of Economic Management and Foreign Investment Agency and the U.S. Agency for International Development-Funded Support for Trade Acceleration (STAR) Project, July 2007.

Bintoro Tjokroamidjojo, Prof., GOOD GOVERNANCE (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan), http://directory.umm.ac.id/articles/2Good%20Governance%20Paradigma%20Baru%20Manajem en%20Pembangunan.pdf, diakses pada 21 September 2012.

Bui Thi Bich Lien. 2011. Legal Interpretation and the Vietnamese Version of the Rule of Law. National Taiwan University Law Review.

Carpenter, Jeffrey P., (Department of Economics, Middlebury College, Middlebury, VT, USA), Amrita G. Daniere (Geography and Planning, University of Toronto, Toronto, Ont., Canada), &Lois M. Takahashi (Department of Urban Planning, University of California, Los Angeles, CA, USA). Cooperation, trust, and social capital in Southeast Asian urban slums. Journal of Economic Behavior & Organization Vol. 55 (2004). Received 19 May 2003; received in revised form 28 October 2003; accepted 13 November 2003 Available online 31 July 2004.

Coplin, William D. Dan Marsedes Marbur. 1992. Pengantar Politik Internasional: SuatuTelaah Teoritis. Edisi Kedua. Bandung: CV. Sinar Baru Algesindo.

Chronology of Key Events in U.S. - Vietnam Relations. As of May 22, 2008. US – Vietnam Trade

Council Education Forum.

http://www.usvtc.org/us-vietnam/Chronology/Chronology%20of%20US-VN%20Relations%2022May08.pdf. Diakses

pada 12 Desember 2012.

Embassy of The United States. http://vietnam.usembassy.gov/. diakses pada 2 September 2012.

INTERNATIONAL DEVELOPMENT RESEARCH CENTRE. Research and Policy on Parallel Courses. The challenges of measuring the influence of research on Viet Nam’s economic policies.

Lien, Bui Thi Bich, Article Legal Interpretation and the VietnameseVersion of the Rule of Law. Hal 323.

Loi, Chu Chi, Impact of Economic Integration on Employment and Poverty Reduction in Vietnam.

Manyin, Mark. E, (Specialist in Asian Affairs Foreign Affairs, Defense, and Trade Division). Congressional Research Service. CSR Report for Congress. U.S.-Vietnam Relations:Background and Issues for Congress. Updated October 31, 2008.

Nghiep, Le Thanh, (Josai International University) & Le Huu Quy (Ministry of Planing ang Investment). Measuring the Impact of Doi Moi on Vietnam’s Gross Domestic Product. Asian Ecnomic Journal 2000. Vol. 14 No. 3.

(11)

Policy Discussion Paper Serries: Center for Industry, SME & Bussiness Competition Studies Trisakti University (Direct Investment Policy in Vietnam and Thailand: What Lesson for Indonesia?). Tulus Tambunan & Anna S.N. Dasril. No.6/08/09.

Que, Tran Thi,dan To Xuan Phuc. The doi moi policy and its impact on the poor.

Sriyuliani, Wulani, Jurnal Sentris No.1 Tahun 5 – 2008. Studi Ekonomi Demokrasi: VIETNAM dan Liberalisasi Pasar. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51083344.pdf, diakses pada 29 Agustus 2012.

Suryadi, Ace, Mengejar Peringkat HDI negara – negara di lingkungan ASEAN: Bechmarking Indonesia dan Vietnam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 1, 2008. Universitas Krisna Dwipayana. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/231085776.pdf. Diakses pada 12 Desember 2012.

Thayer, Carlyle A., OneParty Rule and the Challenge of Civil Society in Vietnam. Presentation to Remaking the Vietnamese State: Implications for Viet Nam and the Region Viet Nam Workshop, City University of Hong Kong Hong Kong, August 21-22, 2008.

Tisdell,Clem,Professor EmeritusSchool of EconomicsThe University of QueenslandBrisbane, Economic Reform and Openness in China:China’s Development Policies in the Last 30 Years.4072. ECONOMIC ANALYSIS & POLICY, VOL. 39 NO. 2, SEPTEMBER 2009.

Turner, Sarah, and Phuong An Nguyen. [Paper first received, April 2004; in final form, March 2005]. Young Entrepreneurs, Social Capital and Doi Moi in Hanoi, Vietnam. Urban Studies, Vol. 42, No. 10, 1693–1710, September 2005.

U.S.-Vietnam Bilateral Trade Agreement on Vietnam’s Trade, Investment, and Economic Structure. By Vietnam’s Ministry of Planning and Investment’s Central Institute of Economic Management and Foreign Investment Agency and the U.S. Agency for International Development-Funded Support for Trade Acceleration (STAR) Project July 2007.

US-Vietnam Bilateral Trade Agreement. http://www.usvtc.org/trade/bta/. Diakses pada 12 Desember 2012.

US-Vietnam Relations: Background and Issues for Congress393.8.

U.S., Vietnam Sign Bilateral Trade Agreement Moves Vietnam A Step Closer to Full Integration into

the World

Gambar

Table 1. Vietnam’s Path to Commercial Normalization with the United States2

Referensi

Dokumen terkait

Case 1 menunjukkan Motor induksi tiga fasa tanpa kontrol memiliki kinerja yang buruk dikarenakan kecepatan motor induksi tidak dapat diatur sesuai dengan

Identifikasi masalah adalah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah yang di mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah.

In analyzing the speech functions of code switching, the researcher used a theory from Appel and Muysken (1987). They are referential, directive, expressive,

And the other quotation comes from Brislin (1976:1) who says that “Translation is the general term referring to the transfer of the thoughts and ideas from one language (SL) to

[r]

Pemisahan komponen kimia komponen kimia yang teraktif pada uji toksisitas dari ekstrak etanol buah merah dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI BANTEN Jl. Syech Nawawi Al-Bantani, KP3B Blok

Berdasarkan Standar Dokumen Pengadaan Nomer 027.3/193-ULP pada Bab III IKP Pasal 37.1 Poin a dan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan