BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
2.1.1. Pengertian Hasil belajar
Menurut Purwanto (2008:46) "hasil belajar adalah perubahan prilaku seseorang akibat belajar. Perubahan prilaku disebabkan karena dia menciptakan penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah diterapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun pisikomotorik". Dalam Dimyati dan Mudijiono (2009:250) "hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran".
Menurut Lindgren (Suprijono, 2009:7) "hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemanusiaan saja."
Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2009:6)
hasil belajar berupa : 1.) Informasi variabel yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan 2.) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dalam lambang 3.) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4.) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
2.1.2 Jenis-jenis Hasil Belajar.
Menurut Bloom dalam Hermawan (2008), jenis-jenis hasil belajar
adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Hasil belajar efektif mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bloom, dkk. mengemukakan 5 tingkatan hasil belajar afektif yaitu : Menerima(receiving), menanggapi (responding), menghargai(valuing), mengatur diri (organizing), dan menjadikan pola hidup(characterization)
3. Hasil belajar psikomotorik mengacu pada kemampuan bertindak. Hasil belajar psikomotorik terdiri atas 5 tingkatan yaitu : presepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis, dan gerakan kompleks. 2.1.3 Faktor-Faktor Hasil Belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (Rusman, 2012) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
Faktor internal yaitu : 1) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. 2) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. 2) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah Faktor-faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
2.1.4 Hakekat Belajar
Menurut Gagne (dalam Suprijono): "belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas".
Menurut Witherington (dalam Sudrajat) : "belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan". Menurut Skinner dalam (Dimiyati, Mudjiono:9):"bahwa belajar adalah suatu perilaku"
Maka dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan prilaku dari hasil pengalaman sendiri yang dapat membentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan yang dicapai seseorang melalui aktivitas
2.2 Metode Pembelaran Make A Match
2.2.1 Hakekat Metode Pembelajaran Make A Match
bekerja sama dengan baik dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti menjadi pendengaran aktif, memberikan penjelasan kepada teman sebaya dengan baik, berdiskusi, dan lain sebagainya. Selanjutnya, penerapan metode pembelajaran make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan.
Metode pembelajaran make a match dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkonsentrasi dan berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawannya dengan waktu yang cepat. Metode pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan, misalnya pasangan soal dan jawaban. Guru membuat dua kartu undian, kartu pertama berisi soal dan kartu kedua berisi jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktifitas peserta didik belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.
2.2.2 Langkah-Langkah Metode Make A Match.
Langkah - langkah penerapan metode pembelajaran make a match sebagai berikut menurut Miftahul Huda(2011)
1. Guru menyiapkan beberapa kartu sejumlah siswa, kemudian separuh dari jumlah kartu dibuat sebagai pertanyaan dan separuh lagi untuk menjawab dari pertanyaan .
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang berisikan soal/jawaban Tugas guru adalah membagikan kartu-kartu tersebut. Baik kartu soal maupun kartu jawaban. Kartu tersebut akan dibuka bersama-sama.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya Siswa diberi kesempatan untuk bertanya-tanya dengan temannya kartu apa yang sedang mereka bawa.
5. setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktudiberi poin atau reward.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disampaikan bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dicocokkan lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari kartu sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
2.2.3. Tujuan Metode Pembelajaran Make A Match
Tujuan pokok metode pembelajaran make a match adalah : a). Pendalaman materi yaitu pada mulanya merancang metode ini untuk pemahaman materi. Pengembangan metode pembelajaran make a match siswa melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban. b). Menggali materi yaitu tidak perlu membekali siswa dengan materi , karena siswa sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Caranya yaitu dengan menulis pokok-pokok materi atau dengan gambar pada potongan kertas atau kartu itu kepada siswa secara acak. Mintalah siswa untuk mencocokkan atau memasang potongan kertas tersebut menjadi sebuah materi utuh. c). Untuk selingan yaitu teknik yang dipakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk mendalami materi (Saiful Amin :2011).
2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Make A Match
motivasi belajar siswa. e) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk terampil presentasi. f). Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Kelemahan metode pembelajaran make a match adalah sebagai berikut ; a). Jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu yang terbuang. b). Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu untuk berpasangan dengan lawan jenisnya. c). Jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan. d). Harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. e) Menggunakan metode make a match secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan bagi para siswa.
Walaupun terdapat kelemahan dalam metode pembelajaran make a match tetapi metode ini lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah. Karena pada metode pembelajaran make a match ini dapat membuat para siswa lebih aktif dan proses pembelajaran bisa lebih menyenangkan karena pada pembelajaran make a match terdapat unsur permainannya. Kelemahan metode pembelajaran make a match ini bisa dihindari dalam pembelajaran apabila guru merencanakannya dengan baik.
2.3 Metode Ceramah
2.3.1 Pengertian Metode Ceramah
Menurut Rosetiyah (1989: 137) Metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Menurut Nana Sudjana ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak akan baik apabila penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya. ( Nana Sudjana 2000:77).
Menurut Surahmad dalam Heru Setyawan ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
Dari semua argumen diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa metode ceramah merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru karena guru melakukan penjelasan atau penuturan dan siswa hanya sebagai pendengarnya saja.
2.3.2. Keunggulan Dan Kelemahan Metode Ceramah
Dari bermacam-macan metode pembelajaran yang ada, setiap metode pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut ini akan diuraikan mengenai kelebihan metode ceramah. Menurut Wina Sanjaya (2006: 148) beberapa kelebihan metode ceramah diantaranya:
1. ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, murah maksudnya ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap, sedangkan mudah karena ceramah hanya mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan persiapan yang rumit;
2. ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, artinya materi pelajaran yang banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya saja oleh guru; 3. ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,
artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;
4. melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, karena kelas merupakan tanggung jawab guru yang ceramah;
5. organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
1. materi yang dikuasai siswa dari hasil ceramah akan terbatas pada yang dikuasai guru;
2. ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme;
3. guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan;
4. melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
2.4 Ilmu Pengetahuan
2.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Nurhaelah (2011) Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan insting, sedangkan manusia belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, berbagai pandangan yang menyenangkan bahwa pendidikan merupaka proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan memegang peran yang menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, maupun konsep-konsep saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
2.4.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari Physical sciences dan life sciences. Yang termaksud Physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogy, meteorology dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi,fisiologi,zoology, citologi, dan seterusnya) Usman Samatowa.
Hendro Darmojo (dalam Usman Samatowa, 2009). Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh siswa. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif, tentang alam semesta dan segala isinya,
Selain itu, Nash (dalam Usman Samatowa, 2009)menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkanya antara suatu fenomena dan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.
Menurut Usman Samatowa (2009) " Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA)". Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahian. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
1992)"mengungkapkan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir, dam cara memecahkan masalah".
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan bidang studi yang mempelajari peristiwa-pristiwa yang terjadi di alam yang tersusun secara teratur, sistematis dan berlaku umum yang merupakan hasil dari observasi dan eksperimen, IPA juga menghasilkan produk yang berupa fakta, prinsip, konsep, hukum, dan teori.
IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidik, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu setiap siswa secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD bertujuan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamajan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajarang yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
2.4.3 Tujuan Pembelajaran IPA
diantarannya sebagai berikut : a). Pendekatan lingkungan. b). Pendekatan ketrampilan proses. c). Pendekatan inquiry (penyelidikan) d). pendekatan terpadu."
Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa :
a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains teknologi dan masyarakat,
b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar , memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d. Mengembangkan kesadaran tentang peranan dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.
f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 2.5 Kajian Hasi Penelitian yang Relevan
pembelajaran make a match layak digunakan dalam pembelajaran di dunia pendidikan.
Pada hasil penelitian Milya Angreranti (2012) yang berjudul pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar IPA berdasarkan gender siwa kelas V SDN 01 Kabupaten Grrobogan semester 2 tahun ajaran 2011/2012, menunjukan hasil belajar IPA dengan pembelajaran eksperimen diperoleh rata-rata (83,00). Sedangkan pada kelas kontrol hanya diperoleh rata-rata (59,00). Sehingga hasil belajar siswa kelas V dengan menggunakan metode Make A Match layak digunakan di dunia pendidikan.
2.6 Krangka Berfikir
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Metode pembelajaran make a match akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan.
Dengan menggunakan metode pembelajaran make a match, diharapkan siswa dapat berperan aktif, reaksi siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar di kelas maupun diluar kelas, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran. Setelah itu barulah dilakukan uji beda rata-rata untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh yang segnifikan pada penggunaan metode pembelajarna make a match terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD di SD N Kesongo 01 Kecamatan Tuntang , Kabupaten Semarang dengan pembelajaran kelas kontrol.
Bagan Kerangka Berfikir
Kelas Eksperimen Kelas
Kontrol
Hasil pretes tidak boleh ada perbedaan yang
signifikan Pretest
2.7 Hipotesis
Berdasarkan diskripsi teoritis dan kerangka berfikir, maka hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran make a match terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD di SD Negri II Kesongo. Kec.Tuntang
Pembelajaran menggunakan Metode
pembelajaran make a match
Pembelajaran
menggunakan
metode ceramah
Uji beda hasi postes apakah ada pengaruh yang
segnifikan dengan penggunaan metode pembelajaran make a
match