• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DAN RPP K13

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dosen :

Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP.

OLEH :

ANDYA AGISA

[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN 2018

(2)

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester matakuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang berjudul “Makalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dan RPP Kurikulum 2013”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini, khususnya kepada bapak Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya memperoleh banyak manfaat setelah menulis makalah ini.

Akhirul kalam, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Karena itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan laporan di masa mendatang. Harapan saya semoga laporan ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Demikian laporan ini saya tulis, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, Januari 2018

(3)

DAFTAR ISI

COVER...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penulisan...9

BAB 2 PEMBELAJARAN IPS A. Hakikat Pembelajaran IPS...10

B. Perbedaan Makna Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)...12

C. Hubungan Pembelajaran Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies)/ Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)...15

D. Gambaran dan Contoh Pembelajaran IPS Menurut Kurikulum 2013...19

BAB 3 KARAKTERISTIK ILMU-ILMU SOSIAL A. Karakteristik Ilmu Politih, Ilmu Hukum, Ilmu Geografi, Ilmu Sejarah, Ilmu Sosantro, dan Ilmu Ekonomi Menurut IPS...25

B. Perbedaan, Persamaan, dan Analisis Ilmu-Ilmu Sosial...33

BAB 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Pengertian dan Tujuan RPP...52

B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan RPP...52

C. Kurikulum 2013...53

D. RPP IPS Kurikulum 2013...53

LAMPIRAN...54

BAB 5 PENUTUP A. Kesimpulan...61

B. Saran...62

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukannya social studies (IPS) ke dalam kurikulum sekolah karena berbagai ekses akibat industrialisasi di berbagai negara di belahan dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai kemajuan dan ketercukupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa semakin maju dan modern, tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan ekses negatif yang mungkin timbul di masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial di lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan pengetahuan secara disipliner, tetapi juga dapat dilakukan melalui pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah.

Program pendidikan antar disiplin (interdiscipline) di tingkat sekolah merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih efektif dalam rangka membentuk perilaku sosial siswa ke arah yang diharapkan. Bahkan program pendidikan ini di samping sebagai bentuk internalisasi dan transformasi pengetahuan juga dapat digunakan sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan dan problematika yang makin komplek di masa datang.

Oleh karenanya latar belakang perlu dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di beberapa negara lain juga memiliki sejarah dan alasan yang berbeda-beda. Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras di antaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.

Memandang perlunya pendidikan IPS bagi setiap warga negara Apresiasi terhadap social studies (pendidikan IPS) terus bertambah dari berbagai negara, terutama di Amerika, Inggris, dan berbagai negara di Eropa, dan baru berkembang ke berbagai negara di Australia dan Asia termasuk Indonesia.

(5)

Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu :

1. Pengetahuan Sosial 2. Studi Sosial

3. Ilmu Pengetahuan Sosial

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada tahun 1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies) dalam kurikulum 1975 tersebut, dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.

Sejak pemerintahan Orde Baru keadaan tenang, pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:

1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar. 2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.

3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan. 4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.

5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.

Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor pendidikan oleh pemerintah menjadi prioritas. Program pembangunan pendidikan bidang sosial semakin ditingkatkan untuk mengatasi dan menanamkan kewarganegaraan serta cinta tanah air Indonesia. Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kurikulum pendidikan 1975 menggunakan pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut : a. Berorientasi pada tujuan.

b. Menganut pendekatan integratif.

(6)

d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan latihan.

Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap kurikulum 1975 yang menampilkan empat profil, yaitu :

1) Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Kewargaan Negara sebagai bentuk pendidikan IPS khusus. 2) Pendidikan IPS terpadu untuk SD.

3) Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep peyung untuk sejarah, geografi dan ekonomi koperasi.

4) Pendidikan IPS terisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, ekonomi dan geografi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG, dan IPS (ekonomi dan sejarah) untuk SMEA /SMK.

Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang secara konseptual merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 khususnya dalam aktualisasi materi, seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) sebagai materi pokok PMP. DalamKurikulum 1984, PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti semua siswa di SD, SMP dan SMU. Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :

1) Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.

2) Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.

3) Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di kelas I-II; Ekonomi dan Geografi di kelas I-II; Sejarah Budaya di kelas III program IPS.

Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi agenda pembahasan ialah mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan Ujung Pandang, M. Numan Soemantri, pakar dan ketua HISPISI menegaskan adanya dua versi PIPS sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu :

a) Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang duorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

b) Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP. PIPS adalah seleksi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

(7)

Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang memiliki komitmen terhadap social studies atau pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu sosial ke dalam kurikulum sekolah lebih jelas lagi. Namun karena tidak mungkin semua disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulum ilmu sosial itu disajikan secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (social studies). Jadi untuk program pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai di ajarkan. Program pendidikan dasar di SD dan SMP penyajiannya secara terpadu penuh, sementara itu untuk pembelajaran IPS di tingkat SMA/MA dan SMEA penyajiannya bisa dilakukan secara terpisah antar cabang ilmu-ilmu sosial, tetapi tetap memperhatikan keterhubungannya antara ilmu sosial yang satu dengan ilmu sosial lainnya, terutama dalam rumpun jurusan IPS di SMA dan juga di SMEA. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi pendidikan ilmu-ilmu sosial disajikan secara terpisah atau fakultatif, seperti FE, FH, FISIP dsb. Namun untuk pendidikan IPS di FKIP/IKIP/STKIP yang mempersiapkan calon guru atau mendidik calon guru di tingkat sekolah, maka pendidikan IPS di berikan secara interdisipliner dan juga secara disipliner. Secara interdisipliner karena ilmu yang diperoleh nantinya untuk program pembelajaran untuk usia anak sekolah, dan secara disipliner karena sebagai guru juga harus menguasai ilmu yang diajarkan.

Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan konseptual Pendidikan IPS, dapat diidentifikasi sekolah objek telaah dari sistem pendidikan IPS, yaitu :

1) Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP dan SMU.

2) Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP/FKIP. 3) Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SLTP dan SMU.

4) Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin lain yang relevan. 5) Teori, prinsip, strategi, media serta evaluasi pembelajaran IPS.

6) Masalah-masalah sosial, ilmu pengetahuan dan teknilogi yang berdampak sosial. 7) Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.

Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan pembenahan atas pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan perkembangan dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan pembangunan dan gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri. Upaya pembaharuan kurikulum pendidikan nampak saat diadakannya serangkaian Rapat Kerja Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1986 sampai 1989.

Pembenahan kurikulum ini juga didorong oleh amanat GBHN 1988 yang intinya; 1) perlunya diteruskan upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, 2) perlunya persiapan perluasan wajib belajar pendidikan dasar dari enam tahun menjadi sembilan tahun, dan 3) perlunya segera dilahirkan undang-undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(8)

untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Di samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan digabung dengan Pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan dan pengetahuan sosial (PKnPS), namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS. Jadi wajarlah kalau mata pelajaran PKn hanya ada di Indonesia, sementara di negara lain disebut Civic education. IPS (social studies) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di Indonesia terus melakukan beberapa tinjauan dan kritik terutama untuk perbaikan IPS sebagai program pendidikan ilmu sosial di tingkat sekolah melalui seminar dan lokakarya serta pertemuan ilmiah bidang IPS lainnya, terutama oleh kelompok pakar HISPISI (Himpunan sarjana pendidikan ilmu sosial Indonesia) dalam kongresnya di beberapa tempat di Indonesia.

Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan kreatif. Pembahasan materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web).

Sebagai guru/calon guru hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan pembahasan hal-hal pokok dan latihan sebagai berikut :

1. konsep pendidikan IPS 2. hakikat pendidikan IPS 3. karakteristik pendidikan IPS

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu hakikat pembelajaran IPS?

2. Apa perbedaan makna pembelajaran IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social science)?

3. Bagaimana hubungan diantara dua kelimuan tersebut IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social science)?

4. Apa gambaran dan contoh dari pembelajaran IPS menurut Kurikulum 2013?

(9)

Ekonomi menurut Ilmu Pengetahuan Sosial?

6. Bagaimana RPP IPS K13 berdasarkan ilmu-ilmu tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah

- Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran

- Tujuan Khusus :

 Agar mahasiswa mengetahui hakikat pembelajaran IPS.

 Agar mahasiswa mengetahui perbedaan makna pembelajaran IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social science).

 Agar mahasiswa mengetahui hubungan diantara dua kelimuan tersebut IPS (social studies) dengan Ilmu Ilmu Sosial/IIS (social science).

 Agar mahasiswa mengetahui gambaran dan contoh dari pembelajaran IPS menurut Kurikulum 2013.

 Agar mahasiswa mengetahui karakteristik dan perbedaan dari suatu Ilmu Politik, Hukum, Geografi, Sejarah, Sosantro, dan Ekonomi menurut Ilmu Pengetahuan Sosial.

 Agar mahasiswa mengetahui RPP IPS K13 berdasarkan ilmu-ilmu tersebut.

D. MANFAAT PENULISAN

(10)

BAB 2

PEMBELAJARAN IPS

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).

IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.

(11)

negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi.

Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya, memamfaatkan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhanhidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya akibat tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut.

Sebutan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara kita IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional. Karakteristik ini terlihat dari perkembangan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah yang cakupan materinya semakin meluas. Dinamika cakupan semacam itu dapat dipahami mengingat semakin kompleks dan rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan, bahkan sistem kepercayaan. Dengan cara demikian pula diharapkan pendidikan IPS terhindar dari sifat ketinggalan zaman, di samping keberadaannya yang diharapkan tetap koheren dengan perkembangan sosial yang terjadi.

Pusat Kurikulum mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dariaspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5).

(12)

pengalaman masalalu yang bisa dimaknai untuk masa kini, dan antisipasi masa akan datang. Peristiwa fakta, konsep dan generalisasiyang berkaitan dengan isu sosial merupakan beberapa hal yang menjadi kajian IPS. Urutan kajian itu menunjukan urutan dari bentuk yang paling kongkrit, yaitu dari peristiwa menuju ketingkatan yang abstrak, yaitu konsep peranan peristiwa dan fakta dalam membangun konsep dan generalisasi. Senada dengan hal itu menurut Sapriya pengetahuan IPS hendaknya mencakup fakta, konsep, dan generalisasi. Fakta yang digunakan a terjadi dalam kehidupan siswa, sesuai usia siswa, dan tahapan berfikir siswa. Untuk konsep dasar IPS terutama diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang terkait dengan isu-isu sosial dan tema-tema yang diambil secara multidisiplin. Contoh konsep, multikultural, lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi. Sedangkan generalisasi yang merupakan ungkapan pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait digunakan proses pengorganisir dan memaknai fakta dan cara hidup bermasyarakat.

B. PERBEDAAN MAKNA PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES),

STUDI SOSIAL (SOCIAL STUDIES), DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

Sampai saat ini, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan subdisiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”.

Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini, maka IPS sebagai bidang studi masih “baru“. Disebut demikian karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru, walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia.

Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadang-kadang dapat mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk memperjelas penggunaan istilah tersebut secara tepat, berikut ini akan dijelaskan dari masing-masing istilah.

1) Ilmu Sosial (Social Science)

(13)

sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada Manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

Selanjutnya Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

Tingkah laku manusia dalam masyarakat itu banyak sekali aspeknya seperti aspek ekonomi, aspek sikap, aspek mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan sebagainya. Studi khusus tentang aspek-aspek tingkah laku manusia inilah yang menghasilkan Ilmu Sosial seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.

Jadi setiap bidang keilmuan itu mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat, ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari aspek kejiwaan, demikian pula bidang keilmuan yang lain. Sedangkan yang menjadi obyek materialnya sama yaitu manusia sebagai anggota masyarakat.

2) Studi Sosial (Social Studies)

Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk Ilmu Sosial.

Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. Selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan atau jenjang berikutnya kepada disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.

Kerangka kerja Studi Sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat tidak menekankan pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis, tidak terlalu bersifat akademis-teoritis, melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Hal tersebut mengandung arti bahwa Studi Sosial dalam meninjau suatu gejala sosial atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi (sudut, segi, aspek) kehidupan. Sedangkan Ilmu Sosial pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.

(14)

pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial serta mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Jadi materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.

3) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Bagi sekelompok kecil ahli pendidikan di Indonesia, istilah IPS telah digunakan dalam kurikulum 1975. Bagi kelompok ini, nama tersebut telah diungkapkan dalam berbagai pertemuan ilmiah. Nama-nama yang dipergunakan dalam kesempatan itu bermacam-macam antara lain ada yang memakai istilah Studi Sosial yang dekat dengan istilah aslinya, ada pula yang menyebutnya dengan Ilmu-ilmu Sosial dan ada yang menamakannya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun sejak tahun 1976 nama IPS menjadi nama baku.

Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Nama komite itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun demikian nama “Social Studies” menjadi semakin terkenal pada tahun l960-an, ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut.

Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama dengan social studies yang ada di Amerika Serikat. Harus diingat bahwa kondisi masyarakat Indonesia berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini sangat baik, karena setiap ide yang datang dari luar, dapat kita terima bila sesuai dengan kondisi masyarakat kita.

Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

(15)

bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan pendekatan “broadfielt”. Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi sintesis antara beberapa disiplin ilmu.

Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.

Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah perbedaan Social Science dengan Social Studies. Perbedaan penting antara Social Science dengan Social Studies terletak pada tujuan masing-masing. Ilmu social bertujuan memajukan dan megembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Sementara itu, tujuan ilmu pengetahuan social bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu social. Orientasi utama study ini adalah keberhasilannya mendidik dsn membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan social, berupa terciptanya tujuan instruksional. Dari uraian tersebut ilmu pengetahuan social menggunakan bagian-bagian ilmu-ilmu social guna kepentingan pengajaran. Untuk itu, berbagi konsep dan generalisasi ilmu social harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami murid-murid yang umumnya belum matang untuk membelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metedologis dan keilmuan dapat dikatakan belum setara dengan ilmu social.

C. HUBUNGAN ANTARA ILMU SOSIAL (SOCIAL SCIENCES) DENGAN STUDI

SOSIAL (SOCIAL STUDIES)/ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

(16)

Menurut Edgar B Wesley (Mukminan dkk. 2002: 17), hubungan antara social studies dengan social sciences terletak pada sasarannya yakni sama menjadikan manusia sebagai sasaran atau obyek kajiannya, manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya membahas masalah yang timbul akibat hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain, keduanya mempelajari masyarakat manusia. Adapun perbedaan antara ilmu-ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial terletak pada tujuan masing-masing. Ilmu sosial bertujuan memajukan dan mengembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Sementara itu, tujuan ilmu pengetahuan sosial bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Orientasi utama studi ini adalah keberhasilannya mendidik dan membuat siswa mampu mengerjakan ilmu pengetahuan sosial, berupa tercapainya tujuan intruksional. Dari uraian tersebut, ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian ilmu sosial guna kepentingan pengajaran. Untuk itu, berbagai konsep dan generalisasi ilmu sosial harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami peserta didik-peserta didik yang umumnya belum matang untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini menempatkan keberadaan IPS secara metodologis dan keilmuan dapat dikatakan belum setara dengan ilmu-ilmu sosial.

Adapun hubungan Studi Sosial dengan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya ialah, 1) IPS mengambil bahan-bahan dari ilmu sosial. 2) Tidak ada keharusan bahwa semua ilmu sosial perlu diturunkan dalam setiap pokok bahasan IPS, tapi disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan perkembangan peserta didik. 3) Jenjang pendidikan juga ikut menentukan jumlah dan bagian isi ilmu sosial yang akan diramu menjadi program IPS. 4) Kesamaannya IPS dapat disusun dengan mengaitkan atau menggabungkan berbagai unsur ilmu sosial sehingga menjadi menarik. Kemudian dapat dicontohkan sebagai berikut.

- Keterkaitan IPS dengan Sosiologi Ilmu sosial dinamakan demikian karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. ilmu sosial belum mempunyai kaedah-kaedah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena ilmu tersebut belum lama berkembang, sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah. Karena sifat masyarakat yang selalu berubah-ubah karena hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih mendalam. IPS di sini banyak mengambil sumber atau dalil-dalil dari Sosiologi.

- Keterkaitan IPS dengan Politik Ilmu politik merupakan salah satu dari kelompok besar ilmu sosial dan erat sekali hubungannya dengan disiplin ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, antropologi, ilmu hukum, ekonomi, dan geografi. Semua ilmu sosial mempunyai objek yang sama, yaitu manusia sebagai individu maupun anggota kelompok (group). Dengan hal tersebut sangat membuktikan bahwa politik juga mempunyai hubungan erat dengan IPS yang sasaran yang diselidiki manusia dalam kehidupan masyarakat.·

(17)

Persamaan IPS dengan ilmu sosial: Persamaannya yakni mengenai objek yang dikaji, yakni manusia didalam lingkungan sosialnya. Kaitan antara IPS dan Ilmu-ilmu Sosial. Di atas telah disinggung mengenai definisi IPS dan ilmu sosial dari situ dapat kita simpulkan bahwa IPS sebenarnya adalah ilmu-ilmu sosial yang disiapkan untuk keperluan pendidikan disekolah dasar dan menengah, dengan kata lain ilmu-ilmu sosial adalah induk atau dasar dari Ilmu Pendidikan Sosial (IPS). Hubungan IPS dan ilmu-ilmu sosial dapat dipahami dengan lebih jelas berdasarkan konsep dasar dan generalisasi IPS yang dikembangkan oleh Mulyono T.J. yang telah dimodifikasi dan diperluas dalam Mukminan dkk. (2002: 62-77) sebagai berikut: 1) Antropologi

Antropas sendiri itu berarti manusia. Secara singkat antopologi berarti suatu studi tentang manusia dengan pekerjaannya (Anthropology is the study of man and his works). Pekerjaan manusia disini termasuk segala hasil pemikiannya atau hasil akal budinya, secara singkat diangkum dalam istilah kebudayaan. Adapun hubungannya dengan IPS ialah IPS mengambil materi antropologi yang terkait dengan kajian hasil budidaya manusia dalam menjaga eksistensinya dan usaha meningkatkan kehidupan, baik aspek lahiriah maupun batiniah.

2) Ekonomi

Ekonomi adalah tindakan manusia yang ditunjukan untuk mencari kemakmurannya. Tindakan manusia yang ditunjukan untuk mencapai kemakmuannya disebut tindakan ekonomi. Alasan yang mendorong manusia melakukan tindakan ekonomi disebut motif ekonomi yaitu berusaha mencapai hasil yang sebenar-benarnya. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi ilmu ekonomi terkait dengan usaha manusia untuk mencapai kemakmuran, dan gejala-gejala serta hubungan yang timbul dari usaha tersebut.

3) Geogafi

Manusia baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok, tidak hanya melakukan intereaksi dengan sesamanya, melainkan juga melakukan intereraksi dengan alam lingkungannya. Hartshorne R. (1960) mengatakan bahwa geografi diartikan sebagai studi yang mencoba mengemukakan deskipsi ilmiah tentang bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Geografi diartikan pula sebagai ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan deskripsi dan penjelasan tentang pola-pola lokasi gejala yang statis atau yang bergerak di permukaan bumi. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi dari geografi yang terkait dengan ruang bumi, garis lintang, bujur, arah, jarak, lokasi ruang, kondisi alam, tata lingkungan, sumber daya alam, serta interaksi antar bangsa dan manusia dengan lingkungan.

4) Sejarah

(18)

fokus kajian sejarah adalah manusia (individu atau kelompok masyarakat) yang hidup disuatu tempat (spasiai) tetentu pada suatu waktu (temporal) tertentu. Faktor waktu inilah yang paling membedakan sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.

5) Ilmu Politik

Definisi ilmu politik menurut Roger F. Soltau mengatakan bahwa ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan tersebut ; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain. Kan W. Deutseh menyebutkan bahwa politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. David Easton mengemukakan bahwa ilmu politik adalah kajian mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum. Selanjutnya Harold Laswell mengatakan bahwa politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan dimana. Adapun hubungannya dengan IPS adalah IPS mengambil materi ilmu politik yang membahas usaha manusia mengorganisasikan kekuasaan dalam mengatur manusia dalam mengatur dan menyelenggarakan kepentingan rakyat dan bangsa.

6) Psikologi Sosial

Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk sosial. Objek studi psikologi sosial adalah tingkah-laku manusia di masyarakat sebagai ungkapan proses mental, kejiwaan yang meliputi kemauan, minat, eaksi emosional, kecerdasan dan seterusnya, termasuk pembentukan kepibadiannya. Kalau sosiologi lebih memperhatikan peranan seseorang dalam kehidupannya di masyarakat sebagai hasil adanya interaksi sosial, sedangkan perhatian psikologi sosial lebih terarah pada tingkahlakunya yang merupakan ungkapan perpaduan proses kejiwaan dengan rangsangan dari lingkunganya sebagai makhluk sosial. Hubungan IPS dan psikologi sosial IPS mengambil materi dari psikologi sosial yang mempelajari perilaku individu, kelompok, dan masyarakat yang dipengaruhi oleh situasi sosial, pengetahuan, pemikiran, tanggapan, dan spekulasi.

7) Sosiologi

(19)

D. GAMBARAN DAN CONTOH PEMBELAJARAN IPS MENURUT KURIKULUM

2013

1) Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan pedoman yang cukup mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan. Disadari atau tidak bahwa berhasil tidaknya suatu pendidikan, sukses tidaknya dalam mencapai suatu tujuan pendidikan sedikit banyak bergantung pada kurikulumnya. Kurikulum adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai isi dan bahan pelalajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011:18) Kurikulum sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar menjadi instrument penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum dikembangkan secara dinamis untuk menjawab tantangan dan mengikuti perkembangan yang ada. Wamendik memaparkan pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan alasan adanya tantangan masa depan, kompetensi masa depan, presepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan padagogik dan fenomena negatif yang mengemuka (Kemendikbud 2013).

Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini dan masa depan. Apabila kurikulumnya didesain dengan baik, sistematis, komprehensif, dan integral dengan semua kebutuhan pengembangan dan pembelajaran peserta didik untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kehidupannya di masa datang, maka tujuan yang diharapkan tentu akan terwujud. Pada realitasnya penyelenggaraan pendidikan cenderung kognitif, mengutamakan kecerdasan intelektual, dan kurangnya pendidikan karakter dan kepribadian.

Kurikulum 2013 di susun dengan maksud antara lain untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif dalam penyelesaian masalah sosial di masyarakat. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir dari pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Pola pembelajaran yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yang semula satu arah, menjadi pembelajaran interaktif.

Dalam kurikulum 2013terdapat empat perubahan penting dibanding kurikulum sebelumnya. Perubahan tersebut meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar penilaian.

- Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

(20)

1) Dimensi sikap

Pembentukan sikap yang demikian tentu saja tidak mungkin hanya dilakukan oleh seorang guru di sekolah, kerena peserta didik justru mempunyai waktu lebih banyak di luar sekolah.

2) Dimensi pengetahuan

Untuk dimensi pengetahuan lulusan diharapkanmemiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

3) Dimensi Ketrampilan

Permasalah akan muncul ketika input yang diperoleh sekolah adalah peserta didik yang kemampuannya dibawah rata-rata serta lingkungan sosial masyarakat sekitarnya yang sama sekali tidak mendukung. Mereka akan lebuh senang bermain dari pada harus berfikirtentang maslah yang seharusnya mereka pecahkan. Tugas-tugas yang diberikan guru kepada mereka bisa jadi tidak akan tersentuh, apalagi diselesaikan.

- Standar Proses

Kurikulum 2013 menuntut guru agar memiliki kreativitas dalam melakukan proses pembelajaran, kerena perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh kurikulum 2013 terutama menyangkut penyempurnaan pola pikir (mindset), yang semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswadan melibatkan mereka dengan menghubungkan kurikulum dengan kehidupan nyata para siswa. Pola pikir yang semula masih pasif menjadi aktif-menyelidiki, yang semula menggunakan alat tunggal (papan tulis), menjadi menggunakan alat multimedia.

- Standar Isi

Untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), standar isi mata pelajaran dirasa lebih cocok apabila menggunakan tema yang terpadu dari berbagai disiplin ilmu dalam rumpun IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi), tidak seperti sebelumnya yang terpisah-terpisah sesuai disiplin ilmu yang ada.

- Standar Penilaian

Standar Penilaian dalam kurikulum 2013 lebih baik dibanding standar penilaian sebelumnya, nilai dari rintangan skore 1 hingga 100 menjadi rintangan skore nilai 1 hingga 4.

Kemudian karakteristik Kurikulum 2013 ialah sebagai berikut.

a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek

(21)

c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.

2) Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pembelajaran terintegrasi terhadap ilmu-ilmu sosial dan hiumanitas dalam pendidik kompetensi warga negara. Sejalan dengan program sekolah (pendidikan), IPS berkoordinasi serta secara sistematik ditarik dari berbagai disiplin ilmu sosial, seperti antropologi, sosiologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, psikologi, ilmu politik, filsafat, agama, dan sosiologi, dan juga memperhatikan humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam (Kasmadi, 2007:1).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi social.

3) Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013

UU No. 20 Tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional, di jelaskan bahwa IPS merupakn bahan kajian yg wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menegah yang antara lain mencangkup ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

(22)

menunjukan bahwa secara umum implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran IPS di SMP-SMP di wilayah Kota Semarang masih mengalami beberapa kendala dan menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan. Kendala lain yang dihadapi guru IPS dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 adalah terbatasnya waktu dan kurangnya sosiaisasi dan pelatihan kurikulum 2013.

Perubahan dalam struktur pembelajaran IPS pada kurikulum 2013 juga menjadi tantangan tersendiri bagi guru mata pelajaran IPS. Proses pada pembelajaran IPS pada kurikulum 2013 menuntut adanya keterpaduan antara disiplin ilmu yaitu geografi, sosiologi, ekonomi dan sejarah. Hilangnya mata pelajaran TIK pada struktur pelajaran di SMP yang diintegrasikan disemua mata pelajaran meyebabkan guru harus mampu menguasai menguasai teknologi untuk di impementasikan dalam pembelajaran. Guru harus mampu meyesuaikan segala perubahan yang ada.

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum 2013 untuk SD/MI dan SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial. Manfaat IPS bagi peserta didik dapat dilihat dalam empat hal yaitu:

a. Tujuan IPS

Tujuan pendidikan IPS adalah “untuk menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratif, kreatif, kritis, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi serta produktif.”

Pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat adalah pengetahuan penting yang memberikan wawasan kepada peserta didik mengenai siapa dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan perkembangan kehidupan kebangsaan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang.

Sikap religius, jujur, demokratis adalah sikap yang diperlukan oleh seorang warganegara di masa kini maupun masa depan. Kebiasaan senang membaca, kemampuan belajar, rasa ingin tahu merupakan kualitas yang diperlukan untuk belajar seumur hidup.

Kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik memberikan kesempatan kepada siswa mata pelajaran IPS untuk selalu sadar dan berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Kualitas lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya.

(23)

b. Konten Pendidikan IPS

Konten Pendidikan merupakan aspek penting untuk memberikan kemampuan yang diinginkan dalam tujuan pendidikan IPS. Konten pendidikan IPS dalam Kurikulum 2013 meliputi :

(1) Pengetahuan : tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkunganya.

(2) Keterampilan : berfikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), meecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa.

(3) Nilai : nilai- nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.

(4) Sikap : rasa ingin tahu, mandiri,menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif, dan bertanggungjawab. Konten tersebut dikemas dlam bentuk Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar IPS SMP dikemas secara integratif dengan menggunakan aspek geografis sebagai elemen pengikat.

c. Pembelajaran IPS

Ketercapaian tujuan mata pelajaran IPS didukung oleh proses pembelajaran yang dirancang dalam Kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal dalam pembelajaran IPS yaitu pendekatan pengembangan materi ajar yang selau dikaitkan dengan lingkungan masyarakat di satuan pendidikan dan model pembelajaran yang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik.

Dalam pendidikan saintifik dikenal ada lima langkah peristiwa pembelajaran, keliam langkah tersebut adalah:

- Mengamati (observasing) - Menanya (questioning/asking)

- Mengumpulkan informasi (eksperimenting/exploring)

- Mengasosiasikan/mengolah informasi (analyzing/associating) - Mengkomunikasikan (communicating)

(24)

d. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar untuk IPS adalah penilaian hasil belajar otentik dan mengurangi tes dengan jawaban yang bersifat discreate (hanya memiliki satu jawaban benar). Hakiki IPS adalah penggunaan data, pengorganisasian data, pemaknaan data, dan mengkomunikasikan hasil menjadi primadona untuk penilaian hasil belajar otentik. Dengan penilaian hasil belajar otentik ini maka kemampuan berpikir, nilai dan sikap serta penerapannya dalam kehidupan nyata menyebabkan kualitas peserta didik yang belajar IPS berbeda secara signifikan dari apa yang telah menjadi praktek pembelajaran IPS yang banyak dilakukan di masa kini dan masa lalu

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Generasi Emas”, Sardiman, AM., M.Pd menyampaikan tentang mengapa perlu pembaharuan dan apa urgensi pengembangan kurikulum 2013, yaitu bahwa kurikulum Indonesia belum pernah berubah. Artinya ending-nya tetap rapot. Hal ini berarti bahwa perilaku guru dari mulai adanya kurikulum tahun 1947 hingga kurikulum 2006 sama. Itulah yang menjadi salah satu alasan adanya pengembangan kurikulum. Sardiman menambahkan, adanya persepsi masyarakat bahwa kurikulum pendidikan saat ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, selain itu beban siswa untuk mata pelajaran terlalu berat namun kurang bermuatan karakter. Sardiman menyampaikan tentang tema pengembangan kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam kurikulum 2013 posisi guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik seperti yang telah kita kenal bersama, namun di kurikulum ini posisi guru juga sebagai fasilitator, leader, motivator, dan sebagai ‘pelayan dan diver-nya’ peserta didik.

Pada kesempatan yang sama, Hamid Hasan menyatakan bahwa konten pendidikan IPS dalam kurikulum 2013, meliputi:

(a) Pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya.

(b) Ketrampilan berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa.

(c) Nilai-nilai kejujuran, kerja keras. Sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.

(25)

BAB 3

KARAKTERISTIK ILMU-ILMU SOSIAL

A. KARAKTERISTIK ILMU POLITIK, ILMU HUKUM, ILMU GEOGRAFI, ILMU

SEJARAH, ILMU SOSIOLOGI ANTROPOLOGI, DAN ILMU EKONOMI

MENURUT ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

1) Karakteristik Ilmu Politik

Hakikat politik adalah Power atau kekuasaan. dan dengan begitu politik adalah serangkaian peristiwa yang hubungannya satu sama lain didasarkan atas kekuasaan. Politik adalah “Perjuangan untuk memperoleh kekuasaan” atau “teknik menjalankan kekuasaan-kekuasaan” atau “masalah-masalah pelaksanaan dan pengawasan kekuasaan”, atau “pembentukan dan penggunaan kekuasaan”.Tetapi tidak semua kekuasaan adalah kekuasaan politik. Hakikat ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari mengenai proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan analisis sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.Ilmu politik sering dikaitkan dengan berbagai kegiatan kenegaraan dan hubungan-hubungan Negara dengan warga negaranya serta dengan Negara lain. Oleh karna itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang sifat dan arti politik menurut para ahli ilmu politik, sejarah lahir dan berkembangnya ilmu politik, serta tujuan dan fungsi dari ilmu politik itu sendiri.

Menurut Brendan O’Leary (2000), Ilmu politik merupakan disiplin akademis, yang dikhususkan pada penggambaran, penjelasan, analisis, dan penelitian yang sistematis mengenai politik dan kekuasaan. Sebetulnya ilmu politik tergantung dari dimensi mana ia melihatnya. Bagi kaum institusionalis atau institusional approach seperti Roger F.Soltau (1961:4), yang mengatakan bahwa ilmu politik adalah kajian tentang Negara, tujuan-tujuan Negara, dan Lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Hubungan antar Negara dengan warga negaranya serta dengan Negara-negara lain. Kelompok ahli ilmu politik yang menggunakan pendekatan.

(26)

2) Karakteristik Ilmu Hukum

Ilmu Hukum memiliki karakter yang khas (sui generis) yang sifatnya normatif, praktis dan preskriptif, menjadikan metode kajian ilmu hukum akan berkaitan dengan apa yang seyogianya atau apa yang seharusnya, sehingga metode dan prosedur penelitian dalam ilmu-ilmu alamiah dan ilmu sosial tidak dapat diterapkan untuk ilmu hukum. Hal ini menjadikan Ilmuan hukum harus menegaskan: dengan cara apa ia membangun teorinya, menyajikan langkah-langkahnya agar pihak lain dapat mengontrol teorinya dan mempertanggungjawabkan mengapa memilih cara yang demikian.

Ilmu hukum menempati kedudukan istimewa dalam klasifikasi ilmu karena mempunyai sifat yang normatif dan mempunyai pengaruh langsung terhadap kehidupan manusia dan masyarakat yang terbawa oleh sifat dan problematikanya. Keadaan yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan manusia dan masyarakat mengakibatkan sebagian ahli hukum Indonesia berupaya mengempiriskan ilmu hukum melalui kajian-kajian sosiologik, bahkan upaya tersebut sampai kepada menerapkan metode-metode penelitian sosial ke dalam kajian hukum (normatif).

Menerapkan (memaksakan) metode penelitian sosial terhadap penelitian hukum, menimbulkan kejanggalan-kejanggalan (dalam arti telah terjadi kekeliruan), misalnya: menggunakan kata bagaimana, seberapa jauh, seberapa efektif (dan lain-lain yang menggambarkan pada kajian ilmu sosial/gejala sosial) dalam perumusan masalah; menggunakan kata: sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, populasi dan sampling. Penggunaan kata-kata tersebut menunjukkan kepada studi-studi sosial tentang hukum, hukum sebagai gejala sosial, dan induk ilmunya yaitu ilmu sosial bukan ilmu hukum. Seharusnya, pengkajian ilmu hukum tersebut beranjak dari hakikat keilmuan ilmu hukum.

Mempelajari hukum bertitik anjak dari memahami kondisi instrinsik aturan-aturan hukum. Kondisi intrinsik aturan-aturan hukum tersebut dipelajari tentang gagasan-gagasan hukum yang bersifat mendasar, universal umum, dan teoritis serta landasan pemikiran yang mendasarinya. Landasan pemikiran tersebut terkait dengan berbagai konsep mengenai kebenaran, pemahaman dan makna, serta nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Dengan demikian, tugas ilmu hukum (jurisprudence) yaitu menemukan prinsip-prinsip umum yang menjelaskan bangunan dunia hukum.

Ilmu hukum tidak dapat di klassifikasikan ke dalam ilmu sosial yang bidang kajiannya kebenaran empiris, sebab ilmu sosial tidak memberi ruang bagi menciptakan konsep hukum, ia (ilmu sosial) hanya berkaitan dengan implementasi konsep hukum dan selalu hanya memberikan perhatiaannya kepada kepatuhan individu terhadap atauran hukum. Demikian juga dengan ilmu hukum tidak dapat diklassifikasikan ke dalam ilmu humaniora, sebab ilmu humaniora tidak memberikan tempat untuk mempelajari hukum sebagai aturan tingkah laku sosial, hukum hanya dipelajari dalam kaitannya dengan etika dan moralitas.

(27)

generis yakni tidak ada bentuk ilmu lain yang dapat dibandingkan dengan ilmu hukum. Ilmu hukum hanya satu untuk jenisnya sendiri.

Ilmu hukum hukum tidak mencari fakta historis dan hubungan-hubungan sosial sebagaimana yang terdapat dalam penelitian sosial. Ilmu hukum berurusan dengan preskripsi-preskripsi hukum, putusan-putusan yang bersifat hukum, dan materi-materi yang diolah dari kebiasaan-kebiasaan. Oleh Paul Scholten, ilmu hukum bagi legislator terkait dengan hukum in abstracto, dan bagi hakim memberikan pedoman dalam menangani perkara dan menetapkan fakta-fakta yang kabur. Dengan demikian, ilmu hukum mempunyai karakter preskriptif dan sekaligus sebagai ilmu terapan.

3) Karakteristik Ilmu Sejarah

Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon. Menurut bahasa Arab, sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sangat sederhana ke tingkat yang lebih maju atau kompleks. Itulah sebabnya sejarah diumpamakan sebagai pohon yang terus berkembang dari akar sampai ranting yang terkecil.

Dalam bahasa Inggris, kata "sejarah" adalah History yang berarti masa lampau umat manusia, dari bahasa Yunani Historia yang artinya orang pandai. Dalam bahasa Belanda, kata "sejarah" adalah Geschiedenis yang berarti terjadi. Adapun dalam bahasa Jerman, kata "sejarah" adalah geschicte yang berarti sesuatu yang telah terjadi. Kedua kata itu dapat memberikan arti yang sesungguhnya tentang sejarah, yaitu sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Dengan demikian, sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bahkan kehidupan manusia sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebihh maju atau modern.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajarisegala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan manusia.

Adapun karakteristik dari ilmu sejarah ialah Unik, artinya peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, dan tidak mungkin terulang peristiwa yang sama untuk kedua kalinya. Penting, artinya peristiwa sejarah yang ditulis adalah peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan manusia Abadi, artinya peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan akan selalu dikenang sepanjang masa.

- PERIODISASI

Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa. Periodisasi yang dibuat para ahli tentang suatu peristiwa yang sama dapat berbeda-beda bentuknya dikarenakan alasan pribadi atau subyektif.

(28)

Kronologi adalah penentuan urutan waktu terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kronologi berdasarkan hari kejadian atau tahun terjadinya peristiwa sejarah. Manfaat kronologi adalah:

a. dapat membantu menghindarkan terjadinya kerancuan dalam pembabakan waktu sejarah. b. dapat merekonstruksi peristiwa sejarah dimasa lalu berdasarkan urutan waktu dengan tepat. c. dapat menghubungkan dan membandingkan kejadian sejarah di tempat lain dalam waktu yang

sama.

- KRONIK

Kronik adalah catatan tentang waktu terjadinya suatu peristiwa sejarah. - HISTORIOGRAFY (Penulisan Sejarah)

Historiogray adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.

4) Karakteristik Ilmu Geografi

Ilmu geografi selama ini lebih dikenal sebagai ilmu pengetahuan untuk mengidentifikasi suatu obyek yang ada di permukaan bumi. Obyek bisa berupa: kota,gunung,laut,danau dlsb. Tentu hal itu tidak salah, hanya tidak mencerminkan seluruh cakupan imu geografi. Apalagi kalau berbicara mengenai obyek terebut ada cabang ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya: kota dengan perencanaannya termasuk dalam planologi, mengenai gunung ilmu vulkanogi,oseanografi tentang laut, limnologi tentang danau dan lain sebagainaya.

Lalu dimana letak ilmu geografi? Ilmu geografi pada dasarnya mempelajari obyek material yang berkaitan dengan unsur pembentuk bumi yaitu: atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer.

Disamping 4 unsur tersebut interaksi manusia dan 4 unsur pembentuk bumi yang disebut antrophosfer juga menjadi obyek material ilmu geografi. Kelima unsur tersebut dinamakangeosfer. Kekhasan yang menjadi jatidiri ilmu geografi terletak pada pendekatan dalam mempelajari, menganalisis dan mensitesis interaksi 5 unsur tersebut secara utuh menyeluruh dalam ruang di umi ini. Oleh karena itu ciri utama pendekatan ilmu geografi adalah: kewilayahan(region complexs), kelingkungan(environmental) dalam relasinya yang bersifat keruangan (spatial).

(29)

perkembangan IPTEK pendekatan ilmu geografi tersebut saat ini banyak dibantu dengan penginderaan jauh (INDERAJA), sistem informasi geografi (SIG), kartografi digital dan lain sebagainaya.

Posisi satuan wilayah geografi seperti: kota,negara,benua tidak terlepas dalam berinteraksi dengan satuan wilayah geografi di sekitarnya. Interaksi antar unsur pembentuk baik di dalam satuan wilayah geografi maupun antar wilayah geografi selalu terjadi, atau bersifat dinamis. Oleh karena itu tidaklah betul kalau ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa faktor geografis bersifat statis. Kedinamisan itulah yang menyebabkan suatu wlayah geografis berdasarkan tinjauan geopolitik,geoekonomi dan geostrategi mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hasil interaksi membentuk unit-unit wilayah geografi yang khas atau dengan kata lain mempunyaikarakteristik geografi tertentu. Karakteristik geografi inilah yang sebetulnya perlu dimanfaatkan sebagai keunggulan kompetitif masing-masing satuan wilayah geografi. Jika kita mengadakan pemetaan karakteristk geografi masing-masing wilayah Indonesia pada hakekatnya juga mengidentifikasi keunggulan kompetitif masing-masing wilayah. Kesesuaian pemilihan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dengan karakteristik geografinya akan memaximalkan hasil pembangunan karena sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kecocokan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut serta sekaligus meminimalisir kerusakan lingkungan hidup.

Pembangunan di berbagai wilayah Indonesia selama ini belum mempertimbangkan karakteristik geografi secara komprehensif. Akibatnya banyak program dan kegiatan pembangunan wilayah gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan disisi lainnya faktanya tidak sesuai aspirasi masyarakat setempat. Sudah saatnya pendekatan geografi dengan mengidentifikasi karakteristik geografi masing-masing wilayah menjadi prasyarat dalam merencanakan serta menentukan program pembangunan wilayah, agar keterpurukan bangsa Indonesia selama ini tidak berlarut-larut.

5) Karakteristik Ilmu Sosiologi

Sosiologi tidak memiliki konsep maupun teori yang tetap dan pasti karena objek kajiannya adalah masyarakat yang bersifat dinamis dan majemuk. Pada dasarnya ilmuilmu sosial memang tidak memiliki konsep dan teori yang tetap dan pasti. Hal ini berbeda dengan ilmu-ilmu alam yang memiliki rumus, dalil, konsep, dan teori yang relatif lebih pasti. Misalnya, dalam mengkaji masalah perilaku menyimpang atau kenakalan remaja akan terdapat beberapa pendapat sesuai dengan sudut pandang yang dipergunakan oleh sosiolog yang bersangkutan.

(30)

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, yakni memusatkan perhatiannya terhadap gejala-gejala sosial yang bersifat universal.

Sebagai konsekuensi dari poin (3) di atas, maka sosiologi merupakan ilmu murni (pure science) yang bersifat teoritis. Sebagai ilmu murni (pure science), sosiologi membatasi diri dari percoalan-persoalan yang bersifat penilaian. Artinya, teori-teori sosiologi tidak dipergunakan untuk menilai atau menjelaskan segi-segi moral dari suatu fenomena sosial. Sosiologi sebatas mendeskripsikan fenokena sosial berdasarkan hukum sebab akibat (kausalitas). Sosiologi berasifat teoritis, bahwa fenomena kehidupan masyarakat sebagai objek sosiologi dikaji secara ilmiah, konseptual, dan teoritis.

6) Karakteristik Ilmu Antropologi

Sejak lama manusia, terutama para ahli ilmu sosial dan para filsuf, mempertanyakan ”sebenarnya siapa manusia itu, dari mana manusia itu berasal, dan mengapa berperilaku seperti yang mereka lakukan”. Pertanyaan tersebut terus berkumandang sampai metode ilmiah ditemukan dan menjadi salah satu cara dalam menemukan sesuatu. Antropologi yang menjadi salah satu ilmu yang terkait dengan itu berusaha juga untuk menjawab pertanyaan di atas.

Sebelumnya, masyarakat memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas dari mite (myth) dan cerita rakyat (folklore) yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mite atau legenda merupakan unsur sastra yang masih dipercayai kebenarannya oleh para pendukung sastra tersebut. Mereka percaya saja pada apa yang diceritakan secara turun-temurun oleh orang tua atau nenek kakek mereka. Setiap suku bangsa memiliki kepercayaan sendiri atas siapa sebenarnya manusia itu, dari mana mereka berasal, dan mengapa mereka berperilaku seperti yang mereka lakukan.

Orang yang tinggal di pegunungan biasanya beranggapan bahwa nenek moyang mereka berasal dari puncak gunung (bagian atas) yang memang sulit dijangkau oleh manusia biasa. Sedangkan bagi orang-orang yang tinggal di sekitar laut seperti para nelayan biasanya beranggapan bahwa nenek moyang mereka berasal dari laut yang paling dalam.

Antropologi sebagai sebuah ilmu, sudah sekitar 200 tahun yang lalu berupaya mencari jawaban atas pertanyaan di atas. Antropologi kemudian dikenal sebagai ilmu yang mempelajari makhluk manusia (humankind) di mana pun dan kapan pun. Para antropolog mempelajari homo sapiens, sebagai spesies paling awal, sebagai nenek moyang, dan sesuatu (makhluk) yang memiliki hubungan terdekat dengan makhluk manusia, untuk mengetahui kemungkinan siapa nenek moyang manusia itu, dan bagaimana mereka hidup (Haviland, 1991).

Gambar

gambar yang disajikan oleh guru maupun mengamati

Referensi

Dokumen terkait

Ketika diterapkan sistem baru yaitu menggunakan media pengolahan data yaitu microsoft excel, seperti point pertama Adakah tangan yg menganggur pada

Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) merupakan model pembelajaran aktif yang menggunakan belajar dalam tim, aktivitas guided inquiry untuk mengembangkan

Pada kantong empedu (GB) terdapat cairan intrahepatik pericholecystic yang tidak beraturan (panah).   Pada gambar diatas, seorang pria berumur 67 tahun dengan penyakit

pe ranan yg pasif dlm proses pertumbuhan output, artinya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dgn kebutuh an akan tenaga kerja dari suatu masyarakat..  Stok modal ,

Riha : 2 bulanan deui mun teu salah mah , yeuh tinn hayang apalmah poe ayeuna urang teh masih galau keneh mikiran kumaha carana menang duit gede salama dua bulan jang nonton

Alamat Email : supriaseli pada domain yahoo.com; masprie_pjkr pada domain

Ini berarti bahwa dua individu dapat dipengaruhi oleh pesan yang sama, tapi satu (yang mengklaim itu persuasi) akan bertanggung jawab atas tindakannya,

Perancangan dalam membuat antena mikrostrip dual band menggunakan slot berbentuk u dimaksudkan agar antena yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi yang