• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas 4 SDN J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas 4 SDN J"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7

Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan yang menekankan pada fakta dan konsep yang digunakan dalam pembelajaran IPA/ Sains yang didasarkan pada langkah kegiatan dalam menguji sesuatu hal seperti ilmuwan pada waktu membangun atau membuktikan teori. Khusus untuk ketrampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi ketrampilan mengobservasi, mengklarifikasi, mengukur, mengireferensi, memprediksi, mengenal hubungan-hubungan angka (Ulfa, 2015:1)

Wahyana dalam Trianto (2014:136) memandang IPA sebagai suatu kumpulan, Wahyana menyatakan bahwa Ilmu pengetahuan alam adalah merupakan suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum sebatas pada gejala alam.

Usman Samatowa (2006:12) Piaget menyatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Dengan menggunakan pembelajaran yang secara langsung, akan lebih memperkuat daya ingat para peserta mengenai materi atau teori-teori dan lebih praktis karena dapat menggunakan alat atau media belajar yang terdapat di lingkungan

Powler dalam Samalowa (2010:3) yang menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum, berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Pendapat lain mengemukakan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis.

(2)

Dalam Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 137-138), menjelaskan bahwa muatan IPA SD/MI yang terdiri dari tingkat kompetensi, kompetenssi dan ruang lingkup materi disajikan melalui tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Muatan IPA SD/MI

Sumber: Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 137-138)

- Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA.

- Tubuh dan panca indra. - Tumbuhan dan hewan. Dasar

(Kelas I-VI)

- Mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.

- Sifat dan wujud benda benda sekitar. - Alam semesta dan kenampakannya. - Melakukan pengamatan objek IPA dengan

menggunakan panca indra .

- Menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.

- Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin melalui IPA

- Bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan

- Mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.

- Daur hidup makhluk hidup. - Perkembangbiakan tanaman. - Melakukan pengamatan objek IPA dengan

menggunakan panca indra dan alat sederhana.

- Wujud benda. - Gaya dan gerak. - Mencatat dan menyajikan data hasil

pengamatan alam sekitar secara sederhana.

- Bentuk dan sumber energi dan energi alternatif.

- Melaporkan hasil pengamatan alam sekitar secara lisan dan tulisan secara sederhana.

- Rupa bumi dan perubahannya. - Lingkungan, alam semesta, dan sumber

daya alam. - Mendeskripsikan konsep IPA berdasarkan hasil

pengamatan.

- Iklim dan cuaca.

- Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab melalui IPA.

- Rangka dan organ tubuh manusia dan hewan.

- Makanan, rantai makanan, dan keseimbangan

- Mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.

- Perkembangbiakan makhluk hidup.

- Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra dan alat sederhana.

- Penyesuaian diri makhluk hidup pada lingkungan.

- Menyajikan data hasil pengamatan alam sekitar dalam bentuk tabel atau grafik.

- Kesehatan dan sistem pernafasan manusia.

- Membuat kesimpulan dan melaporkan hasil pengamatan alam sekitar secara lisan dan tulisan secara sederhana.

- Perubahan dan sifat benda. - Hantaran panas, listrik dan magnet. - Tata surya.

(3)

Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 lampiran 5 IPA (2016: 1-2) tentang KI dan KD Pendidikan Dasar dan Menengah untuk mata pelajaran IPA kelas 4 disajikan melalui tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2

Kompetensi Inti Pengetahuan dan Kompetensi Inti Keterampilan Mata Pelajaran IPA Kelas 4

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan faktual dan

konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dlam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

KOMPETENSI DASAR 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN) 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan

fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan.

4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan.

3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestarian.

4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitarnya dan slogan upaya pelestarianya. 3.3 Mengidentifikasi macam- macam gaya,

antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan.

4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

4.4 Menyajikan hasil percobaan tentang hubungan antara gaya dan gerak.

3.5 Mengidentifikasi berbagai sumber energi, perubahan bentuk energi, dan sumber energi alternatif ( angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir) dalam kehidupan sehari- hari.

4.5 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan penelusuran informasi tentang berbagai perubahan bentuk energi.

3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan keterkaitanya dengan indra pendengaran.

4.6 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang sifat- sifat bunyi.

3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan keterkaitanya dengan indra penglihatan.

4.7 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang sifat- sifat cahaya.

3.8 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkunganya.

4.8 Melakukan kegiatan upaya pelestarian sumber daya alam bersama orang- orang di lingkunganya.

Sumber: Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 lampiran 5 IPA tentang KI dan KD Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 1-2)

(4)

Pelaksanaan pembelajaran secara formal diatur melalui Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 pasal 1 tentang Standar Proses. Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 pasal 1 (2016: 2) menjelaskan bahwa standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanan pembelajaran pada stuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi kelulusan.

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapkan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran dikembangkan melalui standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Karakteristik pembelajaran mengacu pada sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menghasilkan karya pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Karakteristik pembelajaran mengacu pada Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(5)

3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi (Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, Lampiran, 2016: 7- 8)

2. 1. 2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kreatif dan inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktif yang bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan bermediasi dengan teman sebaya (peer mediated instrucion).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas dan setelah itu diadopsi oleh Slavin.

Menurut Miftahul Huda (2014: 204) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan ketrampilan membaca, menulis, mendengarkan atau berbicara. Dalam jigsaw guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa mengaktifkan skema ini agar materi pembelajaran lebih bermakna. Guru juga memberi banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Sudrajat (2008:1) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai tersebut pada teman satu kelompoknya.

(6)

bertanggung jawab secara mandiri. Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab, sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada teman-teman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.

Berdasarkan tiga pendapat ahli tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka definisi model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya mengajarkan materi yang telah dikuasai kepada teman satu kelompoknya.

Langkah- Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:44) adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik dikelompokan menjadi 4 anggota tim. 2. Setiap anggota tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

3. Anggota dari tim yang berbeda akan mempelajari bagian atau sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

4. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainya mendengarkan.

5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6. Guru memberi evaluasi.

7. Penutup.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikemukakan Trianto (2010: 73) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang).

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub bab.

(7)

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. 6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam

kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Komalasari (2015: 65 – 66) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokan dalam 4 anggota tim

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dar tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mangajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup.

Berdasarkan tiga pendapat tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok asal yang beranggotakan 4 orang 2. Menetapkan satu siswa dalam kelompok menjadi pemimpin 3. Tiap orang menerima materi yang berbeda dan ditugaskan 4. Membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang sama 5. Dalam kelompok ahli, diskusi materi yang sama

6. Tiap anggota kembali ke kelompok asal.

7. Menjelaskan materi hasil diskusi dari masing-masing ahli . 8. Tiap ahli mempresentasikan hasil diskusi

9. Mengerjakan tes

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.

(8)

1. Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendak sendiri.

2. Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga memungkingkan harmonis.

3. Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.

4. Mampu memadukan berbagai pendapat belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok, individual.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe tipe jigsaw menurut Rusman, (2008) dalam Shoimin (2014:90) yaitu sebagai berikut:

1. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan – keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.

2. Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.

3. Membutuhkan waktu lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu banyak waktu untuk mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

2. 1. 3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan capaian belajar yang dimiliki siswa. Untuk mengetahui hasil belajar seorang dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran (Rumini dan Wardani Naniek Sulistya: 2016:25). Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2014:48) mengartikan pengukuran sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Arti pengukuran ini mendasarkan pada definisi penukuran yang dikemukakan oleh Allen dan Yan (1979) yang menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Wardani Naniek Sulistya dkk.,2014 :49). Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran disebut instrumen. Pengukuran berbeda dengan asesmen dan penilaian.

Asesmen adalah proses pengambilan dan pengelohan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Asesmen dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran, baik dalam suasana formal maupun informal, melalui tes tertulis, melalui kumpulan kerja didik (portofolio), melalui produk, melalui unjuk kerja, dan melalui penugasan (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2014: 51)

(9)

pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteriayang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dialkukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilian Acuan Morma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2014 :52)

Fungsi penilaian menurut Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:6), sebagai berikut:

1.Penilaian formatif, yaitu pengambilan penilaian yang dilakukan pada setiap akhir pokok-pokok pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahan peserta didik.

2.Penilaian sumatif, yaitu pengambilan penilaian yang dilakukan pada saat akhir program pembelajaran atau dalam satu semester seperti ulangan umum, ujian, dan ujian nasional. 3.Penilaian diagnostik, yaitu proses penilaian yang dilakukan untuk melihat dan mencari

kelemahan dan penyebab peserta didik kurang berhasil dalam pembelajaran tersebut.

4.Penilaian penempatan, yaitu proses penilaian yang digunakan untuk mengelompokan dan menempatkan peserta didik sesuai degan bakat, minat, dan kemampuan.

Permendikbud No.23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan (2016:6). Penilaian hasil belajar oleh peserta didik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan penugasan. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik. Pengamatan adalah pengamatan (observasi) sesuai dengan karakteristik kompetensi yang tingkat perkembangan peserta didik.

(10)

Teknik pengukuran proses dan hasil belajar, secara skematis disajikan melalui tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3

Teknik, Bentuk, Kepentingan dan Jenis Pengukuran Pembelajaran

TEKNIK BENTUK KEPENTINGAN JENIS

Tes Tertulis Obyektif Lebih sesuai untuk indikator kognitif

Benar-Salah, Pilihan Ganda, Isian, Menjodohkan.

Subyektif Pengerjaan soal, latihan (exersive), Membaca Pemahaman, Esai Bestruktur, Esai Bebas.

Lisan Obyektif Lebih sesuai untuk indikator kognitif.

Kuis (Quis)

Subyektif Pemahaman: Tanya jawab singkat,

Pelafalan, Membaca Nyaring, Mendengarkan, Instruksi Lesan, Percakapan.

Perbuatan Kinerja Lebih sesuai untuk indikator psikomotor

Permainan, Bermain Peran, Drama, Demontrasi, Olah Raga, Senam, Bermain Musik, Bernyanyi, Pantonim. Dinamika Kelompok, Berdo’a, Memelihara Tanaman, Memelihara Hewan, Membaca Puisi, Berpidato, Diskusi, Wawancara, Debat, Bercerita, Menari, dan sebagainya.

Produk Lebih sesuai untuk indicator psikomotor

Patung, Kerajinan Tangan, Model, Pesawat sederhana, Alat, Ternak, Tanaman, Simpul tali-temali, Janur, Hiasan Buah-buahan, dan sebagainya. Non

Tes

Penilain Hasil Lebih sesuai untuk indicator afektif

Pengamatan, Daftar Chek/Periksa, Skala Sikap, Catan Diri, Buku Harian, Penilaian Diri, Angket, Ungkapan, Perasaan, Catatan Anekdot, Sosiogram. Portofolio (Penilaian

Puisi, Karangan Gambar/tulisan, Peta/Denah, Desai Makalah, Laporan observasi, Laporan penyelidikan, Laporan penelitian, Laporan eksperimen, Sinopsis, Naskah Pidato, Naskah Drama, Doa, Rumus, Kartu Ucapan, Surat, Komposisi Musik, Teks Lagu, Resep Makanan.

Sumber : Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012: 14-15).

(11)

Taksonomi tujuan belajar menurut Benyamin S. Bloom, David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan RW de Maclay ds terdiri dari domain afektif, domain kognitif, domain psikomotor.

Tujuan belajar domain afektif dirumuskan oleh David Krathwohl disajikan melalui tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4

Rumusan Tujuan belajar Domain Afektif dari David Krathwohl KATEGORI DARI

TAXSONOMI

TUJUAN BELAJAR ISTILAH HASIL BELAJAR YANG BEHAVIORISTIS 1. Menerima kemampuan murid

melihat fenomena atau kebutuhan manusia & problem sosial; mengikuti

sungguh-2. Menjawab partisipasi aktif dari murid. Tidak sekedar melihat fenomena, tetapi mereaksinya termasuk disini interes mencari dan menyenangi sesuatu. pelajaran, suka menolong yang lain.

meletakkan nilai terhadap obyek fenomena atau tingkah laku. Penilaian dari hal sederhana sampai yang kompeks. Penilaian berdasarkan internalisasi, juga sikap dan appresiasi

Kepercayaan dalam satu proses yang demokratis.Apresisai terhadap literatur. Apresiasi peranan science dalm hidup kita. Memperhatikan kesejhteraan orang lain. Menunjukan sikap mampu memecahkan soal. Partisipasi dalam pekerjaan sosial

Menyelesaikan, menggambarkan, 4. Organisasi : menyatukan

nilai-nilai yang berbeda, memecahkan

pertentangan,pengbangunan, sistem nilai yang konsisten. Tekanan pada perbandingan hubungan & sintesa nilai-nilai. Meliputi juga konsep nilai filsafat hidup.

Mengenal batasan antara kemerdekaan diri dan tanggung jawab. Mengenal peranan perencanaan yang sistematis dan problem solving. Mempertanggung-jawabkan tingkah laku. Menyadari kekuatan dan kelemahan.

5. Karakterisasi dari nilai atau kelompok nilai; individu mengontrol tingkah lakunya hingga tercermin corak hidup tertentu. Tingkahlakunya menjadi konsisten dan prediktabel. Disini meliputi pola umum dari penyesuaian pribadi, soaial dan emosi.

Menunjukkan kesadaran akan keselamatannya. Menunjukkan kepercayaan diri. Mempraktekkan kerjasama. Menunjukkan disiplin diri. Membiasakan hidup yang sehat.

(12)

Tujuan belajar domain kognitif dirumuskan oleh Benyamin S. Bloom disajikan melalui tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5

Rumusan Tujuan belajar Domain Kognitif oleh Benyamin S. Bloom

KATEGORI DARI TAXSONOMI TUJUAN BELAJAR ISTILAH HASIL BELAJAR YANG BEHAVIORISTIS 1. Menghafal (remember): menarik

kembali informasi yang mapan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling renadah tingkatanya.

mengurutkan, menjelas kan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemu kan kembali dan sebagainya.

2. Memahami ( Understand ): menkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimilki/ mengintegrasikan pengetahua yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pikiran peserta didik.

menafsirkan , memberikan contoh , mengklasifikasikan, meringkas, tugas. Kategori ini mencakup proses kognitif: menjalakan dan menimplementasikan.

melaksanakan, menggu nakan, menjalankan, me lakukan, mempraktik kan, memilih, menyu sun, memulai, menyele saikan, mendeteksi dan sebagainya. unsurnya dan menentuka saling keterkaitan antar unsur tersebut. Ada 3 proses kognitif: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.

menguraikan, memban dingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengu bah struktur, menyusun out line, mengintegrasi kan, membedakan, me nyamakan, memban dingkan, dsb. standar yang ada. Ada 2 macam proese kognitif : memeriksa dan mengkritik

menyusun hipotesis, mengkritik, mempredik si, menilai, menguji, membenarkan, menyalah kan, menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada 3 macam proses kognitif: Membuat, merencanakan dan

(13)

Tujuan belajar domain psikomotor dirumuskan oleh Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay, ds disajikan melalui tabel 2.6 berikut ini:

Tabel 2.6

Rumusan Tujuan belajar Domain psikomotor Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay, ds KATEGORI DARI

TAXSONOMI

TUJUAN BELAJAR ISTILAH HASIL BELAJAR YANG BEHAVIORISTIS 1. Persepsi: menunjukan kepada

proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar,menyentuh, merasakan, membau,

sertagerak dari urat saraf kita.

Stimulasi sensoris mende ngar isyarat, melihat bentuk, ingat. Menyentuh bentuk se suatu, merasakan pahit, ma nis, membau dan memegang sesuatu.

Diskriminasi dari tan da-tanda: mengikuti perubah an, mencatat pengalaman, menjawab dengan gerak, memisahkan konsep.

Melihat, mendengar, menyentuh, mengecap, membau, memegang.

2. Kesiapan : menunjuk langkah lanjut setelah adanya persepsi; kemampuan dalam

membedakan, memilih, mengggunakan neoromuscolar yang tepat dalam membuat respon.

Kesiapan mental: memilih dan membuat sintesa. Kesi apan fisik: dalam menyesuai kan kemampuan neuromu scular. Kesiapan emosional dalam meresponse menurut sikap yang tepat.

Memilih, memisahkan,

3. Response Terpimpin: dengan persepsi dan kesiapan diatas, mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan.

Imitasi: mempertunjukkan sesuatu Trial and error me mecahkan problem; mengi kuti: petunjuk sampai de ngan yang belum dikenal. Mengadakan sejumlah skill dalam aktifitas yang kopleks meliputi 1,2 dan 3 diatas.

Memilih: bahan, alat, perleng kapan. Merencanakan: aktifi tas dan waktu. Melatih, skill menyusun & merangkaikan, melakukan tugas dengan baik, bertanggung jawab dan cepat memperkirakan hasil.

Memilih, menentukan, memasang, menggunakan, memperbaiki, melakukan, mengubah, menyusun, membentuk.

5. Respons yang komplek menggunakan sikap dan pengalaman 1,2,3 dan 4 diatas, penggunaan perencanaan tes, pengembangan model.

Adapsi: terhadap sumber, perencanaan dan prosedur yang tepat. Penggunaan skill dan memilih profesi, melaporkan, menjelaskan.

Menyesuaikan, merencanakan, menggunakan, melakukan, melaporkan, menjelaskan.

Sumber : Wardani Naniek Sulitya dan Slameto (2012: 29-31)

(14)

Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Prinsip penilaian hasil belajar dalam pasal 5 (2016:5-6) adalah:

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi

subjektivitas penilai.

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender.

4. Terpadu, bebrati penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapatdiketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dalam mengikuti langkah-langkah baku.

8. Beracun kriteria, beberati penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertagungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilain adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, bab 1:2)

Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (2016:bab VII pasal 14) tentang Instrumen Penilaian menyatakan bahwa:

1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

(15)

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan (Permendikbud RI No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, 2016 :5).

Pedoman Penilaian PAN dan PAP

Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dari pengukuran yang berupa tes, yaitu memeriksa hasil tes dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes kognitif. Terdapat dua pedoman penilaian hasil belajar yang berlaku, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Dalam pendekatan PAN kelulusan seseorang ditentukan oleh kedudukan seseorang dalam kelompok itu. Untuk KBK, PAN diperlukan untuk menentukan ranking peserta didik dalam kelas. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pembelajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan siswa didalam peringkat kelompoknya.

(16)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan ini sesungguhnya telah banyak dilakukan penelitian sebelumnya namun terdapat beberapa perbedaan terutama pada metode pembelajaran yang digunakan dan ditinjau dari variabel-variabel yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Arifah pada tahun 2014 dengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajarn IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas 5 SDN Kutisari 2 Surabaya”. Kelebihan dari penelitian ini adalah menggunakan salah satu teknik pengumpulan data berupa catatan lapangan digunakan untuk merekam hasil tindakan model pembelajaran jigsaw di luar lembar observasi. Kelemahan dari penelitian ini adalah dalam pengukuran hasil belajar yang mengukur ulangan saja. Solusi dalam penelitian yang akan dilakukan, akan mengukur hasil belajar yang meliputi aspek sikap, kognitif dan ketrampilan yang berupa tes dan lembar observasi.

Penelitian yang dilakukan Fajar Ayu Ningsih (2013) dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di kelas 4 SD Negeri Bhakti Karya Depok Sleman tahun ajaran 2013/2014”. Kelebihan dari penelitian ini adalah adalah menggunakan salah satu teknik pengumpulan data berupa catatan lapangan digunakan untuk merekam hasil tindakan model pembelajaran jigsaw. Kelemahan dari penelitian ini adalah dalam pengukuran hasil belajar yang mengukur ulangan saja. Solusi dalam penelitian yang akan dilakukan, akan mengukur hasil belajar yang meliputi aspek sikap, kognitif dan ketrampilan.

Penelitian yang dilakukan Ranggi Adang S, Sutijan, Hadiyah (2012) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Gejala Alam di Indonesia dan Negara Tetangga Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas IV SDN 3 Adipala Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012”. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hubungan antar siswa lebih baik serta kemampuan akademis siswa meningkat. Kelemahan dari penelitian ini adalah dalam pengukuran hasil belajar yang mengukur ulangan saja. Solusi dalam penelitian yang akan dilakukan, akan mengukur hasil belajar yang meliputi aspek sikap, kognitif dan ketrampilan.

(17)

Secara rinci penelitian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah dilakukan, disajikan melalui tabel 2.7 berikut ini:

Tabel 2.7

Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Nama Tahun

Penelitian

Jenis Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 2 Kelebihan Kelemahan

Dari beberapa hasil penelitian di atas, nampak terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa, setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang telah berlangsung adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya dari waktu ke waktu monoton saja, yakni pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Desain pembelajaran yang berbasis pada model pembelajaran belum pernah dilakukan, sehingga hasil pembelajaran belum mencapai optimal. Hasil belajar hanya mendasarkan pada hasil tes yang merupakan aspek kognitif

(18)

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran IPA yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai KD 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan dan 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan. KD 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestarian dan 4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup yang ada dilingkungan sekitarnya dan slogan upaya pelestariannya, melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok asal yang beranggotakan 4 orang.

2. Tiap orang menerima bentuk dan fungsi daun, bunga, buah dan biji.

3. Membentuk kelompok ahli berdasarkan bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji 4. Diskusi untuk menganalisis bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji

5. Kembali ke kelompok asal

6. Masing-masing anggota ahli menjelaskan bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji di kelompok asal

7. Dalam diskusi kelas, setiap kelompok asal menyajikan laporan hasil diskusi semua materi daun/bunga/buah dan biji)

(19)

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

KD 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan

KD 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan.

Pembelajaran IPA materi struktur dan fungsi daun,

bunga, buah dan biji Konvensional

Hasil belajar > KKM Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw HB tidak

mencapai optimal

Membentuk kelompok asal @ 4 siswa

Setiap anggota kel Asal menerima bentuk dan fungsi daun, bunga, buah dan biji

Kel Asal : Mengidentifikasi bentuk dan fungsi daun, bunga, buah dan biji

Domain Kognitif

Domain psikomotor Kel Ahli: Menganalisis bentuk dan fungsi daun,

bunga, buah dan biji

Dari kel Ahli kembali ke kelompok asal

Kel Asal : menjelaskan hasil analisis bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji dari hasil diskusi

kelompok ahli masing-masing

(20)

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah,

1. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas 4 semester 1 SDN Jembangan 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati 2016/2017.

2. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas 4 semester 1 SDN Jembangan 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun pelajaran 2016/2017.

3. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestarian diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas 4 semester 1 SDN Jembangan 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun pelajaran 2016/2017 .

Gambar

Tabel 2.1 Muatan IPA SD/MI
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan dan Kompetensi  Inti Keterampilan
Tabel 2.3 Teknik, Bentuk, Kepentingan dan
Tabel 2.4 Rumusan Tujuan belajar Domain Afektif dari David Krathwohl
+5

Referensi

Dokumen terkait

Program aplikasi untuk pengolahan data maupun untuk kegiatan yang menyangkut transaksi penjualan barang merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan, karena informasi yang

Pengaruh Tipe Kepribadian Konvensional Dan Enterprising Terhadap Minat Kerja Karyawan Bank Rakyat Indonesia (Bri) Cabang Majalaya.. Universitas Pendidikan Indonesia

Untuk itu, mata diklat ini menjadi sangat penting bagi para peneliti. Mata diklat ini menjelaskan tentang sumber data, jenis data, peran data dan sumber data bagi suatu

artinya citra dibentuk oleh perusahaan tidak berpengaruh secara langsung terhadap perusahaan akan tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama. Citra perusahaan menjadi

Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi,direabsorbsi,sebagian dan

Dengan demikian, hihpotesis pertama yang menyatakan bahwa Citra merek berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian SIM card Telkomsel di

Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro memecahkan dilema ini dengan mengajukan bukan saja hipotesis “volume sama - jumlah sama”, melainkan juga bahwa molekul gas

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan.. sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak