MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MATERNITAS I
DISUSUN OLEH :
TIM KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2019
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
A. Visi
Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan yang Islami, berbasis teknologi informasi, unggul dibidang kegawatdaruratan dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial serta lingkungan.
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang Islami, unggul dibidang kegawatdaruratan dan berbasis teknologi informasi serta peka terhadap masalah kesehatan di masyarakat
2. Mengembangkan riset dibidang keperawatan dan berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan dan lingkungan
4. Mengembangkan kerjasama di bidang keperawatan dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar negeri.
C. Tujuan
1. Menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang berkarakter, berwawasan dan berkemajuan serta berpijak pada nilai-nilai keIslaman dan KeMuhammadiyahan
2. Menghasilkan penelitian keperawatan yang bermutu dengan pendanaan yang bersumber dari dalam dan luar universitas
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat untuk menjadi solusi dalam masalah kesehatan sosial dan lingkungan
4. Menghasilkan kerjasama dalam catur dharma perguruan tinggi yang produktif dan saling menguntungkan dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.
D. Sasaran
1. Terselenggaranya pendidikan ners yang memiliki nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan serta unggul dalam bidang kegawat-daruratan dan berbasis IT 2. Terselenggaranya kegiatan kemahasiswaan dan alumni
3. Terselenggaranya pengembangan sumber daya manusia program studi secara optimal untuk menunjang proses pembelajaran
4. Terlaksananya penelitian dan publikasi ilmiah dosen 5. Terlaksananya pengabdian masyarakat
6. Terselenggaranya kerja sama yang mendukung kegiatan program studi baik dalam maupun luar negeri.
DAFTAR PRAKTIKUM KEPERAWATAN MATERNITAS I
1. SPO Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) 2. SPO Palpasi Leopold
3. SPO Asuhan Persalinan Normal
4. SPO Menggunakan Forcep/Korentang Steril (Handling Sterile Forceps)
5. SPO Hecting Perineum
6. SPO Perawatan Luka Episiotomi
7. SPO Pembelajaran Perawatan Luka Seksio Cesarea (SC) 8. SPO Pemeriksaan Fisik Post Partum
9. SPO Latihan Senam Hamil 10. SPO Latihan Senam nifas 11. SPO Pijat/Reflek Oksitoksin
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN ANTE NATAL CARE
No Dokumen 233/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/6 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 05-09-1019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601 Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian pengertian ante natal care
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan fisik ibu hamil 3. Menerapkan pemeriksaan ante natal care dengan benar Pengertian
Suatu program yang terencana berupa observasi, pemeriksaan fisik, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan
Tujuan Tindakan
Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil secara komprehensip dari kepala sampai kaki
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
PENGKAJIAN
1 Kaji tanda-tanda vital ibu hamil
2
Kaji adanya gangguan fisik selama kehamilan (anemia, HT, edema, kram, varises dll)
3 Kaji fundus uteri dan DJJ
4 Kaji perubahan fisiologis ibu hamil 5 Kaji kondisi mental ibu
6 Kaji kesiapan klien dan perawat DIAGNOSA
7 Diagnosa Keperawatan :
……… ………
FASE PRE INTERAKSI 8 Siapkan alat • Hammer reflex • Handschoon bersih • Midline • Tensi meter • Dopler • Stetoskop • Timbangan • Pengukur LLA • Perlak
• Kapas Sublimat dalam tempatnya • Bengkok
FASE ORIENTASI
9 Memberikan salam dan memperkenalkan diri
10 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) 11 Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada
klien dan keluarga
12 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan (sudah miksi)
13 Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan 14 Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan dimulai
15 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik
16 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran 17 Libatkan pasangan /keluarga untuk memberikan dukungan FASE KERJA
Anamnesa
18 Menanyakan pada ibu apakah ada keluhan terhadap kehamilan saat ini. (bila merupakan kunjungan pertama, tanyakan HPHT lalu hitung usia kehamilan saat ini dan taksiran persalinan)
19 Menjelaskan pada ibu usia kehamilan ibu saat ini
20 Meminta ibu untuk naik ke atas timbangan & menimbang BB, lalu mengukur tinggi badan (jika kunjungan pertama)
21 Mencatat hasil pada tempat yang sesuai 22 Cuci tangan dan keringkan
23 Pasang handschoon bersih Pemeriksaan tanda vital
24 Meminta ibu untuk berbaring dan mengukur tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
Memeriksa wajah dan leher
25 Perhatikan wajah klien. Identifikasi adanya kelelahan, bengkak pada palpebra, pucat, bibir kering, nafas bau, ikterik pada sklera, kondisi rambut dan kepala
26 Beritahu untuk pemeriksaan conjungtiva. Minta klien untuk melihat ke atas, sementara dua telunjuk pemeriksa menarik ke arah bawah. Identifikasi adanya anemia
27 Palpasi adanya pembesaran kelenjar getah bening sekaligus kelenjar tyroid (minta ibu untuk menelan)
28 Minta ibu untuk membuka mulut. Identifikasi adanya caries gigi, gigi berlobang, bau mulut yang menyengat. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Dada dan Abdomen
29 Atur posisi ibu supinasi untuk pemeriksaan abdomen 30 Auskultasi suara nafas dan bunyi jantung ibu. Tanyakan
adanya keluhan seperti nyeri dada, sesak tanpa aktifitas atau dengan aktifitas ringan
31 Perkusi area thorakal dan pastikan suara yang ditemukan 32 Cek kondisi payudara (adanya tenderness, kondisi puting
susu)
33 Perhatikan adanya luka bekas operasi, striae gravidarum, hiperpigmentasi. Jelaskan hasil pemeriksaan
34 Kumpulkan fundus ke tengah abdomen. Minta ibu hamil untuk melipat kakinya
35 Tentukan bagian janin yang berada difundus
36 Lakukan pengukuran TFU dengan menggunakan midline yang terbalik (bagian inch diatas)
37 Dengan posisi yang sama, turunkan tangan ke bagian samping uterus, dan tentukan bagian yang berada dikiri dan kanan ibu
38 Turunkan tangan, lalu raba bagian terendah janin yang ada di atas simpisis pubis
39 Dengan satu tangan yang dominan, pastikan apakah bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum (bila masih bisa digoyang dengan mudah, berarti belum masuk PAP)
40 Rubah posisi pemeriksa dengan melihat ke arah kaki ibu hamil, dan minta ibu untuk meluruskan kakiknya. Periksa sejauh mana bagian terendah janin masuk ke dalam PAP 41 Hitung DJJ berdasarkan hasil Leopold II
Jika kunjungan pertama, pastikan kondisi genital ibu 42 Jelaskan pada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan 43 Atur posisi ibu senyaman mungkin. Perhatikan privacy klien 44 Pasang perlak dibawah gluteus
45 Bersihkan daerah vulva dengan teknik vulva hygiene yang benar
46 Observasi kondisi vulva, pastikan kondisi vulva dan hasil temuan selama pemeriksaan (leuchore, edema, varices, warts dll)
47 Rapikan ibu dan memindahkan perlak dari gluteus 48 Lepas handschoon dan cuci tangan serta dikeringkan 49 Cek kondisi ekstremitas ibu, perhatikan adanya edema,
luka dan varises
50 Rubah posisi ibu dengan posisi duduk dengan kaki tergantung
51 Lakukan pemeriksaan reflek patella dan nilai hasilnya FASE TERMINASI
52 Berdoa bersama dengan pasien
53 Baca hamdalah
54 Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyektif)
55 Beri reinforcement positif pada klien atas partisipasinya 56 Kontrak pertemuan selanjutnya
57 Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam 58 Mengumpulkan dan merapikan alat
59 Mencuci tangan dengan air mengalir EVALUASI
60 Evaluasi respon klien 61 Evaluasi kontraksi
62 Evaluasi hasil pemeriksaan 63 Evaluasi tanda-tanda vital DOKUMENTASI
64 Mencatat semua hasil pemeriksaan Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN LEOPOLD
No Dokumen 234/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/5 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold
Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian Leopold
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan Leopold
3. Menerapkan pemeriksaan Leopold dengan benar
Pengertian
Suatu teknik pemeriksaan ibu hamil dengan cara perabaan/palpasi
Tujuan
Menentukan letak dan posisi janin di uterus, menentukan usia kehamilan, memperkirakan
berat janin.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji tanda-tanda vital ibu hamil
2 Kaji adanya gangguan fisik selama kehamilan (anemia, HT, edema, kram, varises dll)
3 Kaji fundus uteri dan DJJ
4 Kaji perubahan fisiologis ibu hamil 5 Kaji kondisi mental ibu
6 Kaji kesiapan klien 7 Diagnosa Keperawatan :
……… Fase pre interaksi
8 Siapkan alat • Midline • Tensi meter • Dopler • Stetoskop • Timbangan • Pengukur LLA • Funduscop Laennec Fase Orientasi
9 Memberikan salam dan memperkenalkan diri
10 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) 11 Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada
klien dan keluarga
12 Menanyakan kesiapan klien dan menganjurkan ibu untuk berkemih
13 Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan 14 Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan dimulai
15 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik 16 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran 17 Libatkan pasangan /keluarga untuk memberikan dukungan Fase Kerja
Anamnesa
18 Menanyakan pada ibu apakah ada keluhan terhadap kehamilan saat ini. (bila merupakan kunjungan pertama, tanyakan HPHT lalu hitung usia kehamilan saat ini dan taksiran persalinan)
20 Meminta ibu untuk naik ke atas timbangan & menimbang BB, lalu mengukur tinggi badan (jika kunjungan pertama) 21 Cuci tangan dan keringkan
Pemeriksaan tanda vital
22 Meminta ibu untuk berbaring dan mengukur tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
Leopold I
23 Mengatur posisi ibu. Minta ibu untuk melipat kakinya 24 Mengusap telapak tangan agar hangat
25 Kumpulkan fundus ke tengah abdomen. Tentukan bagian janin yang berada difundus
26 Lakukan pengukuran TFU dengan menggunakan midline yang terbalik (bagian inch diatas)
Leopold II
27 Dengan posisi yang sama, turunkan tangan ke bagian samping uterus, dan tentukan bagian yang berada dikiri dan kanan ibu
Leopold III
28 Turunkan tangan, lalu raba bagian terendah janin yang ada di atas simpisis pubis
29 Dengan satu tangan yang dominan, pastikan apakah bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum (bila masih bisa digoyang dengan mudah, berarti belum masuk PAP)
Leopold IV
30 Rubah posisi pemeriksa dengan melihat ke arah kaki ibu hamil, dan minta ibu untuk meluruskan kakiknya. Periksa sejauh mana bagian terendah janin masuk ke dalam PAP 31 Hitung DJJ berdasarkan hasil Leopold II
32 Catat hasil pemeriksaan Fase Terminasi
33 Membaca Hamdalah
Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyektif)
34 Beri reinforcement positif pada klien atas partisipasinya 35 Bersama klien membaca doa
36 Kontrak pertemuan selanjutnya
37 Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam 38 Mengumpulkan dan merapikan alat
39 Mencuci tangan dengan air mengalir Evaluasi
40 Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien Dokumentasi
41 Mencatat semua hasil pemeriksaan
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
No Dokumen 235/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/12 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601 Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pertolongan persalinan normal Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian asuhan persalinan normal.
2. Menjelaskan tahapan prosedur persalinan normal (Kala I, II, III, dan IV) 3. Menerapkan pertolongan asuhan persalinan normal dengan benar Pengertian
Asuhan membantu ibu dalam mengeluarkan hasil konsepsi dalam kondisi normal Tujuan
Memberikan asuhan keperawatan selama ibu dalam proses persalinan normal
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji adanya tanda-tanda kala I-II 2 Kaji DJJ
3 Kaji tanda-tanda vital ibu 4 Kaji kondisi mental ibu
5 Kaji kesiapan klien dan perawat 6 Diagnosa Keperawatan :
……… Fase pre interaksi
• Partus Set, yang terdiri dari:
− Duk steril/underpad steril 2 buah − Metal/nelaton kateter 1 buah − Klem ½ kocher : 1 buah
− Gunting episiotomy 1 buah
− Kassa steril secukupnya − Klem : 2 buah − Gunting tali pusat : 1 buah − Pengikat tali pusat
• Spuit disposable 3 cc : 1 buah • Handschoon steril sesuai ukuran 2 ps • Oksitosin
• Suction Jelly
• Kapas sublimat dalam tempatnya • Nelaton kateter • Doppler/Laenec • Celemek • Sepatu boot • Masker • Kacamata google
• Baskom tempat plasenta • Ember penampung darah • Ember berisi cairan klorin • Ember berisi cairan DTT
• Handuk sedang : 2 buah • Pakaian bayi (lampin, topi)
• Pakaian ibu • Celana dalam
• Pembalut (maternity pad) • Tempat alat kotor
• Handuk pribadi
• Waslap : 2buah
Fase Orientasi
8 Memberikan salam dan memperkenalkan diri
9 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) 10 Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien
dan keluarga
11 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 12 Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan 13 Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan dimulai
14 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik
15 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran 16 Libatkan pasangan/keluarga untuk memberi dukungan Fase Kerja
Kala I
17 Mencuci tangan dan keringkan
18 Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua • Ibumerasa ada dorongan kuat untuk meneran • Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rectum dan vagina • Perineum tampak menonjol • Vulva dan sfingter ani membuka Kala II
19 Memastikan kelengkapan peralatan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
20 Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi.
• Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
• Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
21 Memakai celemek plastik
22 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
23 Pakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
24 Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set. (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin baik 25 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
• Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang
• Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
• Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
26 Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
• Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi
• Patahkan ampul lidokain dan tempatkan pada area yang mudah terjangkau dan aman
27 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
28 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
• Memastikan yang sesuai jika DJJ tidak normal • Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu bimbingan meneran 29 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik. Membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
• Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
• Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar 30 Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (bila sudah ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu dalam posisi setengah duduk, dan posisi lain yang diinginkan dan pastikan ia merasa nyaman)
31 Laksanakan bimbingan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
• Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
• Dukung dan beri semangat pada saatmeneran dan perbaiki cara meneran apabila rasanya tidak sesuai • Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
• Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi • Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan
semangat untuk ibu
• Berikan cukup asupan cairan peroral (minum) • Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
• Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primipara) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
32 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
33 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah tampak pada vulva yang membuka dengan diameter 5-6 cm
34 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
35 Buka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
36 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan Lahirnya Kepala
37 Setelah tampak kepala janin dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi depleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal 38 Periksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal ini terjadi, dan segera dilanjutkan proses kelahiran bayi
• Jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
• Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut 39 Tunggu kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan Lahirnya Bahu
40 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
41 Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk menyangga kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
42 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke bokong, tungkai dan kaki (selipkan jari telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
Penanganan Bayi Baru Lahir 43 Melakukan penilaian selintas :
• Apakah bayi cukup bulan ?
• Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
• Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
• Apakah bayi bergerak aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke langkah berikutnya
44 Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu
45 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (bayi tunggal)
46 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
47 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intra muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) 48 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
49 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
• Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut • Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
• Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
• Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu 51 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi
Penatalaksanaan Aktif Kala III
52 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
53 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
54 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah dengan tangan lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur di atas
• Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
55 Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 dari vulva dan lahirkan plasenta
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
55 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta sehingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT (steril) untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Massage) Uterus
56 Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
• Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
Menilai Perdarahan
57 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian maternal (ibu) dan bagian fetal (bayi) dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
58 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
59 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
60 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara • Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusui
61 Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata untuk pencegahan dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral
62 Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
• Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
• Letakkan kembali pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi (Kala IV)
63 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
• 2-3 kali dalma 15 menit pertama pasca persalinan • Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan
• Setiap 20-30 menit pada 2 jam kedua pasca persalinan
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
64 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
65 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
66 Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pasca persalinan
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
67 Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali permenit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50C)
• Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, di resusitasi dan segera rujuk kerumah sakit
• Jika nafas bayi terlalu cepat, segera rujuk
• Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut
68 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
69 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
70 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
71 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
72 Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
73 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Fase Terminasi 74 Baca hamdalah
75 Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyektif)
76 Beri reinforcement positif pada klien 77 Kontrak pertemuan selanjutnya
78 Mengakhiri pertemuan/pertemuan dengan baik: bersama klien membaca hamdalah dan berpamitan dengan mengucap salam pada klien
79 Kumpulkan dan bersihkan alat-alat 80 Mencuci tangan dengan air mengalir Evaluasi
81 Evaluasi respon klien 82 Evaluasi kontraksi uterus 83 Evaluasi adanya perdarahan 84 Evaluasi tanda-tanda vital Dokumentasi
85 Melengkapi partograf
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MENGGUNAKAN FORCEP/KORENTANG STERIL
(HANDLING STERILE FORCEPS)
No Dokumen 236/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/3 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601 Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menggunakan forcep/korentang steril dengan benar Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan penggunaan korentang/forcep steril
2. Menjelaskan tahapan prosedur penggunaan forcep/korentang steril 3. Menerapkan penggunaan forcep/korentang steril secara benar. Pengertian
Suatu tahapan dalam menggunakan forcep/korentang steril secara benar Tujuan Penggunaan Forcep/Korentang Steril
1. Menjaga area atau obyek agar bebas dari mikroorganisme 2. Menerapkan dalam prosedur invasif
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian 1
2
Konfirmasi sterilitas forcep • Tanggal
• Kebersihan/kekeringan bungkus set steril *) Mengkaji area kerja
• Kebersihan/kekeringan area tempat kerja • Ketinggian
• ……… ……….
Fase pre interaksi 4 Siapkan alat : • Forcep/Korentang Steril Fase Kerja 5 6 7 8 9
Posisikan forcep steril di atas dan didepan pinggang Posisikan ujung forcep (bagian yang steril) menghadap ke bawah terutama kalau basah*)
Perlakukan bagian forcep yang dipegang sebagai bagian yang terkontaminasi, kecuali dipegang dengan menggunakan sarung tangan steril. Jadi apabila forcep yang dipegang pakai tangan harus ditempatkan sebelah luar; apabila dipegang dengan sarung tangan maka seluruh bagian forcep dapat ditempatkan di area yang steril
Bila memindahkan alat-alat steril dari tempatnya/tromol maka ujung forcep dan alat-alat steril harus dijaga sehingga tidak menyentuh bagian pinggir tromol
Ujung forcep yang basah tidak boleh menyentuh area yang steril. Benda-benda yang steril dijatuhkan pelan-pelan pada area yang steril
Fase Terminasi 12
13
Kumpulkan dan bersihkan alat-alat Mencuci tangan
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
HECTING PERINEUM
No Dokumen 237/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/6 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601 Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan hecting perineum Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan hecting perineum
2. Menjelaskan tahapan prosedur hecting perineum 3. Menerapkan prosedur hecting secara benar. 4. Mengobservasi hasil hecting perineum yang sesuai Pengertian
Penyatuan daerah perineum yang robek (ruptur) menjadi satu kembali dengan menggunakan benang jahit
Tujuan Hecting Perineum
Menyatukan daerah perineum yang robek menjadi utuh kembali.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian 1
2 3 4
Kaji kondisi luka robekan di daerah perineum Kaji sumber perdarahan yang membahayakan
Kaji derajat robekan yang bisa ditangani oleh perawat Kaji kesiapan klien dan perawat
5 Diagnosa Keperawatan :
……… Fase pre interaksi
6 Siapkan alat :
- Nal Pouder - Jarum jahit kulit - Jarum Jahit otot
- Benang: chromic catgut no 2/0 atau 3/0 - Pinset
- Gunting benang - Kassa secukupnya • Spuit disposible 10 cc
• Handschoon steril sesuai ukuran • Lidokain 1%
• Tampon
• Duk atau underpad • Lampu sorot Fase Orientasi 7 8 9 10 11 12 13 14
Memberikan salam dan memperkenalkan diri
Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan keluarga
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai
Membaca ’Basmalah’
dan memulai tindakan dengan baik.
Fase Kerja 15 16 17 18 19 20 21 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Cuci tangan dan keringkan
Cek persiapkan alat yang diperlukan dalam hecting set Patahkan ampul lidokain, dan tempatkan pada area yang mudah terjangkau dan aman
Buka spuit 10 ml, masukkan ke dalam hecting set
Beritahu ibu bahwa posisinya akan diatur (posisikan bokong ibu pada sudut/ujung tempat tidur dengan posisi litotomi
Pasang duk/underpad dibawah bokong ibu
Atur lampu sorot ke arah vulva/perineum ibu
Buka bungkus handschoon, gunakan sebelah tangan yang dominan
Aspirasi lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam spuit 10cc Lengkapi pemakaian handschoon
Gunakan kassa untuk membersihkan daerah luka dari darah atau bekuan darahm dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum
Beritahu ibu akan disuntik dan mungkin akan timbul rasa kurang nyaman
Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukkan jarum suntuk secara subcutan sepanjang tepi luka
Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi (cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur)
Suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. (bila robekan besar dan dalam, anestesi daerah robekan – alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas: tepi perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina) Lakukan langkah no 11 s/d 14 untuk kedua tepi robekan Tunggu 1 – 2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anestesi
Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kassa ke dalam vagina (sebaiknya menggunakan tampon berekor benang)
Tempatkan jarum jahit pada nald powder, kemudian kunci pemegang jarum
Pasang benang jahit (chromic 2/0) pada mata jarum Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
Lakukan penjahitan pertama + 1 cm di atas puncak luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa + 1 cm
Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran himen (Bila menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati pada jahitan jelujur dibelakang lingkaran himen)
Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran himen hingga menembus luka robekan bagian perineum
Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai ke bagian bawah luka robekan
Jahit jaringan subkutis kanan-kiri ke arah atas hingga tepat di muka lingkaran himen
Tusukkan jarum dari depan lingkaran himen ke mukosa vagina di belakang lingkaran himen. Buat simpul mati di belakang lingkaran himen dan potong benang hingga tersisa + 1 cm
43 Bila menggunakan tampon/kassa di dalam vagina, keluarkan tampon/kassa. Masukkan jari telunjuk ke dalam rectum dan rabalah dinding atas rectum (bila teraba jahitan, ganti sarung tangan dan lakukan penjahitan ulang)
Fase Terminasi 44 45 46 47 48 Baca hamdalah Nasehati ibu agar:
Membasuh perineum dengan sabun dan air, terutama setelah buang air besar (arah basuhan dari depan ke belakang)
Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1 minggu untuk pemeriksaan jahitan dan rectum (segera rujuk jika terjadi fistula)
49 50
51
52 53
Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyektif)
Beri reinforcement positif pada klien Kontrak pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pertemuan/pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa:
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala penderitaannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.
Kumpulkan dan bersihkan alat-alat Mencuci tangan
Evaluasi 54
55 56
Evaluasi respon klien
Evaluasi adanya perdarahan Evaluasi tanda-tanda vital Dokumentasi
57 Catat tanggal/waktu hecting perineum, tanda-tanda perdarahan, tanda-tanda vital, keluhan dan kelainan yang diktemukan selama pelaksanaan serta respon pasien pada status/catatan perkembangan klien
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan
Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI
No Dokumen 238/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/4 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601 Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka episiotomi dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun uterus. 2. Membersihkan area perineum dan vulva.
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien. 4. Mempercepat proses penyembuhan
Pengertian
Memberikan tindakan perawatan luka pada perineum untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 2 3
Kaji adanya keluhan yang mengganggu pemeriksaan. Kaji kondisi area luka pada perineum
Kaji kesiapan klien dan perawat 4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
Fase pre interaksi
5 Mempersiapkan alat
• Waskom mandi/botol cebok berisi air hangat • Kom berisi kapas air hangat bersih/ NaCl 0,9%. • Selimut mandi.
• Pengalas. • Bedpan/pispot. • Bengkok.
• Pinset anatomis. • Betadin dan kain kasa.
• Handschoon bersih dan steril. • Kantong plastik.
6 Mencuci tangan Fase Orientasi 7 8 9 10 11 12
Memberikan salam dan memperkenalkan diri
Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokan dengan identitas pasien) Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan keluarga
Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan. Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
Fase Kerja 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.
Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran. Memasang selimut mandi.
Mengatur posisi klien dorsal recumben. Memasang alas dan perlak di bawah pantat.
Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan pispot, sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam kantong plastik yang berbeda.
Pasien disuruh BAK/BAB.
Perawat memakai sarung tangan, tangan non dominan. Mengguyur vulva dengan air hangat.
Pispot diambil.
Mendekatkan bengkok ke dekat pasien.
Memakai sarung tangan pada tangan dominan, kemudian mengambil kapas basah. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan dominan.
Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas kebawah dengan kapas basah (1 kapas 1 kali usap).
Lepas sarung tangan bersih ganti dengan sarung tangan steril.
Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan apakah terdapat tanda REEDA (Rednes, Ekimosis, Edema, Drainage, Aproximation).
26 Memasang celana dalam dan pembalut. Mengambil alas perlak, bengkok.
Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan selimut pasien
Fase Terminasi 27 28 29 30 31 32 33 Baca hamdalah
Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyektif)
Beri reinforcement positif pada klien Kontrak pertemuan selanjutnya.
Mengakhiri pertemuan/pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa:
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi). Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. Kumpulkan dan bersihkan alat-alat
Mencuci tangan. Evaluasi
34 35
Evaluasi respon klien.
Evaluasi adanya jahitan perineum
Dokumentasi
36 Catat tanggal/waktu perawatan luka perineum, keluhan dan kelainan yang ditemukan selama pemeriksaan serta respon pasien pada status/catatan perkembangan klien.
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMBELAJARAN PERAWATAN LUKA SEKSIO
CESAREA (SC)
No Dokumen 239/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/3 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERSTanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka SC dengan benar Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan perawatan luka SC
2. Menjelaskan tahapan prosedur perawatan luka SC 3. Menerapkan perawatan luka SC secara benar
4. Mengobservasi TFU Pasien yang melahirkan secara SC
5. Mengobservasi kontraksi uterus Pasien yang melahirkan secara SC Pengertian
Perawatan luka pada daerah abdomen pada pasien post seksio sesarea yang disertai
penggantian balutan untuk membantu proses penyembuhan luka dan pencegahan infeksi pada pasien post SC
Tujuan Perawatan Luka SC 1. Membantu penyembuhan luka 2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mengobservasi TFU dan kontraksi uterus pasien post SC.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji pesanan dokter termasuk balutan, prosedur rawat luka dan frekuensi ganti balut
2 Kaji jenis dan lokasi luka/insisi
3 Kaji tingkat nyeri klien dan kapan terakhir mendapatkan obat penghilang nyeri
4 Kaji riwayat alergi terhadap obat atau plester 5 Diagnosa keperawatan yang sesuai:
• Kerusakan integritas kulit/jaringan • Risiko infeksi
6
Mempersiapkan alat
• Set ganti balut steril (1 buah pinset sirurgis, 1 buah pinset anatomis, 1 buah gunting jaringan, 2 kom kecil, kassa)
• K/p kassa steril dan bantalan penutup • Plester/ hepafik/ plester anti air • Sarung tangan steril
• Sarung tangan tidak steril • Handuk/kain penutup
• Cairan pembersih : Normal saline • Kapas alkohol • Bengkok • Korentang steril • Kantong plastik • Meja dorong •
Perlak/alas plastik
7 Mencuci tangan Fase Orientasi8 Memberi salam dan memperkenalkan diri
9 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) 10 Melakukan kontrak
11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan 12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 13 Mendekatkan alat-alat
Fase Kerja
14 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran. 15 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik
16 Menyiapkan peralatan di atas meja dorong
17 Membuka set instrumen steril dan atur posisi alat dengan korentang
18 Menyiapkan pengalas/perlak/plastik dan piala ginjal ke dekat luka
19 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
20 Melepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung tangan/pinset dan kapas alkohol.
21 Mengkaji kondisi luka, perhatikan adanya REEDA*)
22 Lakukan palpasi secara lembut pada fundus uteri dari sisi samping luka untuk memastikan TFU dan kontraksi uterus*) 23 Melepaskan sarung tangan (Cuci tangan bila perlu)
24 Membuka alat steril dan pertahankan supaya tidak terkontaminasi, tuangkan larutan antiseptik, tambahkan alat dan bahan yang diperlukan*)
25 Menggunakan sarung tangan steril*)
26 Membersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap mempertahankan sterilitas*)
27 Memberikan terapi sesuai advis*)
28 Menutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka*)
29 Membuka sarung tangan
30 Memfiksasi kassa dengan plester 31 Mengembalikan klien ke posisi semula
Fase Terminasi
32 Membaca hamdalah
33 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman 34 Mengevaluasi respon klien
35 Memberi reinforcement positif
36 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya
37 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala keluhannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien. 38 Mengumpulkan dan membersihkan alat
39 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan
Evaluasi
40 Kebutuhan frekuensi ganti balut 41 Efek plester pada kulit
42 Tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka Dokumentasi
43 Jenis luka SC, dan kondisi Luka 44 Keadaan balutan sebelumnya
45 Cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka 46 Pendidikan kesehatan yang telah diberikan untuk pasien 47 Toleransi klien terhadap prosedur
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins Lowdermilk,
D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM
No Dokumen 240/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/5 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601 Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik post partum Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian pengertian pemeriksaan fisik post partum
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan fisik head to toe pasien post partum 3. Menerapkan pemeriksaan fisik post partum dengan benar
Pengertian
Memberikan tindakan pengkajian fisik head to toe pada pasien post partum
Tujuan Pengkajain Post Partum
• Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
• Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau
• Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian
1 Kaji adanya keluhan yang mengganggu pemeriksaan 2 Kaji kesiapan klien dan perawat
3 Diagnosa Keperawatan :
……… Fase pre interaksi
4 Siapkan alat
• Tensi meter • Stetoskop
• Larutan chlorine 0,5 % • Perlak
• Kapas Sublimat dalam tempatnya • Bengkok
• Termometer • Pengukur LiLa • Timbangan Dewasa Fase Orientasi
5 Memberikan salam dan memperkenalkan diri
6 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) 7 Menjelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada
klien dan keluarga
8 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan ( 9 Mendekatkan alat-alat, bila klien siap dilakukan tindakan 10 Memberikan kesempatan pada klien/keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan dimulai
11 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik
12 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran 13 Libatkan pasangan /keluarga untuk memberikan dukungan Fase Kerja
14 Cuci tangan dan keringkan 15 Pasang handschoon bersih Pemeriksaan keadaan umum
16 • Memeriksa keadaan umum: Mengkaji tingkat energy, self esteem, tingkat kesadaran
• Mengukur BB, TB, LILA, Tanda-tanda vital, mengkaji RR konsisten, nadi cenderung bradikardi, suhu 36,2-38oC, Respirasi 16-24x/m
Memeriksa wajah dan leher
17 Perhatikan wajah klien. Identifikasi adanya edema, kelelahan, bengkak pada palpebra, pucat, bibir kering, nafas bau, ikterik pada sklera
18 Beritahu untuk pemeriksaan conjungtiva. Minta klien untuk melihat ke atas, sementara dua telunjuk pemeriksa menarik ke arah bawah. Identifikasi adanya anemia
19 Palpasi adanya pembesaran kelenjar getah bening sekaligus kelenjar tyroid (minta ibu untuk menelan)
20 Minta ibu untuk membuka mulut. Identifikasi adanya caries gigi, gigi berlobang, bau mulut yang menyengat. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Dada dan Abdomen
21 Atur posisi ibu supinasi untuk pemeriksaan abdomen 22 Auskultasi suara nafas dan bunyi jantung ibu. Tanyakan
adanya keluhan seperti nyeri dada, sesak tanpa aktifitas atau dengan aktifitas ringan
23 Perkusi area thorakal dan pastikan suara yang ditemukan 24 Cek kondisi dada dan payudara, apakah terdapat
pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation nipple ereksi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak dengan cara:
• Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala, kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke ketiak, raba adanya massa, benjolan yang membesar, pembengkakan atau abses • Ulangi prosedur pada lengan dan palpasi payudara
kanan hingga ketiak
25 Melakukan pemeriksaan abdomen:
• Palpasi abdomen, apakah teraba lembut, tekstur doughly (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri
• Varises vena
• Kemerahan pada betis
• Edema pada tulang kering, pergelangan kaki, jika ada maka perhatikan tingkat edema, pitting jika ada 27 Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda human positif/tanda-tanda tromboflebitis), edema, tekstur kulit, nyeri bila di palpasi, kekuatan otot
28 Persiapan pemeriksaan Anogenital
29 Atur posisi ibu senyaman mungkin. Perhatikan privacy klien 30 Pasang perlak dibawah gluteus
31 Mengkaji struktur, regangan, edema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah), adakah hematom, nyeri, tegang.
• Perineum: keadaan luka episiotomy, echimosis,
edema, kemerahan, eritema, drainage, Lochea (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi, 1-3 hari rubra, 4-10 hari serosa, >10 hari alba), Anus: hemoroid dan thrombosis pada anus
32 Rapikan ibu dan memindahkan perlak dari gluteus 33 Lepas handschoon dan cuci tangan serta dikeringkan Fase Terminasi
34 Bersama klien membaca doa
35 Baca hamdalah 36
Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyektif)
38 Kontrak pertemuan selanjutnya
39 Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan salam 40 Mengumpulkan dan merapikan alat
41 Mencuci tangan dengan air mengalir Evaluasi
42 Evaluasi respon klien 43 Evaluasi hasil pemeriksaan
44 Evaluasi jika ada perubahan yang tidak diinginkan Dokumentasi
45 Mencatat semua hasil pemeriksaan
Unit Terkait
1. Departemen Keperawatan Maternitas 2. Bagian Laboratorium Keperawatan Referensi
1. Green C.J. (2012). Maternal Newborn Nursing Care Plans. Second edition. Malloy.Inc 2. Klossner, J.,(2006), Introductory Maternity Nursing, Lippincott Williams & Wilkins
Lowdermilk, D.L.,
3. Perry, S.E., Cashion, M.C. (2013). Keperawatan Maternitas (2vol set). Edisi Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
4. Perry S.E., Hockenberry M.J., Lowdermilk D.L., Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
5. Hanretty K.P., Santoso B.I., Muliawan E. (2014) Ilustrasi Obstetri. Edisi Bahasa Indonesia 7. Churchill Livingstone: Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
LATIHAN SENAM HAMIL
No Dokumen 241/FIK.3/B/2019 No Revisi 02 Halaman 1/4 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
Tanggal Terbit 05-09-2019
Ditetapkan
Kaprodi S1 Keperawatan dan Profesi Ners,
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M. Kep NIDN. 1119097601
Capaian Mahasiswa
Mahasiswa mampu melakukan peragaan senam hamil Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu: 1. Mengetahui manfaat senam hamil
2. Mengetahui gerakan- gerakan dalam senam hamil Pengertian
Senam hamil adalah senam yang merupakan suatu bentuk latihan untuk memperkuat dan juga mempertahankan kelenturan dari dinding perut, otot-otot dasar panggul yang nantinya akan mempermudah proses persalinan normal
Tujuan Senam Hamil
1. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligament dan jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan 2. Melonggarkan persendian2 yg b.d proses persalinan
3. Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi sesak napas
4. Ibu mampu melakukan kontraksi dan relaksasi yang sempurna 5. Menguasai teknik-teknik pernapasan dalam persalinan
6. Mengatur diri dalam memperoleh ketenangan.
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.
Pengkajian 1
2 3
Kaji riwayat kehamilan ibu Kaji kondisi kesehatan ibu Kaji kontra indikasi senam hamil 4 Diagnosa keperawatan yang sesuai: Fase pre interaksi
5 Mencuci tangan 6 Mempersiapkan alat
• Matras • 2 Bantal
Fase Orientasi
7 Memberi salam dan memperkenalkan diri
8 Melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan (nama, tanggal lahir dan mencocokkan dengan identitas pasien) 9 Melakukan kontrak
10 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan 12 Mengatur posisi peserta latihan dan membaca basmalah Fase Kerja 13 14 15 16 17 Pernafasan Dada
Ibu telentang dengan lutut ditekuk dan tangan terjalin di atas dada. Tiupkan nafas dari mulut sepanjang mungkin sambil kedua tangan menekan dada pada hitungan 5-6-7-8. Kemudian tarik nafas dalam dengan menggembungkan dada pada hitungan 1-2-3-4. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan
Pernafasan Diafragma
Posisi seperti di atas dan tangan di atas perut, lakukan hal yang sama dan dimulai pada hitungan yang sama. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.
Penguatan Dan Perlemasan Otot Dasar Panggul
Ibu telentang dengan lutut ditekuk dan tangan di samping badan. Kerutkan otot-otot yang ada dikedua paha hingga dengan sendirinya pantat terlepas dari alat tidur. Jangan melakukan gerakan mengangkat paha dengan sengaja agar latihan ini efektif. Kemudian lepaskan kerutan pelan-pelan sehingga pantat kembali menyentuh alas tidur (1-2). Ulangi sampai 8 X 8 hitungan
Penguatan Dan Perlemasan Otot Tungkai
Ibu telentang dengan lutut kiri ditekuk dengan tungkai kanan lurus, tangan di samping badan. Angkat lurus tungkai kanan kemudian gerakkan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang kemudian luruskan kembali dalam hitungan 1-2-3-4. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan. Lakukan hal yang sama pada tungkai kiri dengan lutut kanan ditekuk
Penguluran Dan Perlemasan Otot Pinggang, Perut Paha
Ibu telentang dengan lutut kiri ditekuk dan tungkai kanan lurus, tangan di samping badan. Gerakkan tungkai secara rata dengan alas tidur, kearah pantat (sehingga tungkai seperti pendek) dan kearah mata kaki (sehingga tungkai seperti panjang) dalam hitungan 8 X 8 hitungan
18 19 20 21 22 23 24 25
Lakukan hal yang sama pada tungkai kiri dengan menekuk lutut kanan
Ibu telentang lutut kanan ditekuk dan tungkai kiri lurus serta tangan di samping badan. Dengan menjinjitkan telapak kaki kanan, gerakan lutut ke arah kaki (sehingga paha seperti memanjang) kemudian tapakkan lagi kaki kanan dan lutut tetap lurus. Dalam hitungan 1-2
Ulangi sampai 8 x 8 hitungan.
Ibu telentang dengan kedua lutut ditekuk dan kedua lengan membuka di samping badan (seperti sayap pesawat terbang) kemudian gulingkan kedua lutut ke kanan dengan menjaga badan tetap pada posisinya, kemudian gulingkan ke kiri dalam hitungan 1-2.
Ulangi sampai 8 X 8 hitungan
Ibu duduk dengan tangan bertelekan di belakang badan, kedua tungkai lurus terbuka selebar bahu. Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang bergantian, dalam hitungan 1-2.
Ulangi sampai 8 X 8 hitungan
Posisi ibu seperti di atas hanya gerakan pergelangan kaki ke samping luar dan ke dalam. Dalam hitungan 1-2.
Ulangi sampai 8 X 8 hitungan Sendi Bahu dan Payudara
Ibu duduk bersila, kedua tangan memegang bahu sisi yang sama. Gerakan bahu memutar ke arah dalam dengan mempertemukan kedua siku kedepan dada dan dengan menekankan lengan atas kepayudara dan bahu diputar dengan putaran penuh (sampai ketiak terbuka) :satu kali putaran penuh dalam satu hitungan. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan. Kemudian lakukan hal yang sama dengan memutar bahu ke arah luar
Koreksi Sikap
Ibu berdiri dengan kedua kaki lurus namun rileks. Agar posisi ibu tidak terlalu tegak maka aturlah agar dada dan perut agak terdorong ke belakang dan pantat agak terdorong ke depan. Pertahankanlah posisi ini semampu mungkin setiap saat
Rileksasi Umum
Tidur telentang kepala disangga bantal, dan kedua tungkai disangga guling hampir kearah pantat