• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. movere dalam bahasa latin yang berarti bergerak atau menggerakkan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. movere dalam bahasa latin yang berarti bergerak atau menggerakkan."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau “menggerakkan”. Menurut beberapa ahli, motivasi didefinisikan sebagai berikut :

1. Uno (2007: 39) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

2. Hellriegel dan Slocum (2008 : 42) mengatakan bahwa motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

(2)

mau berkerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Dalam berwirausaha peran motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting sebab didalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong tercapainya keberhasilan. Jadi,motif adalah daya penggerak pada diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Sebab sejumlah motif akan membentuk menjadi motivasi yang bersumber dari kebutuhan individu, oleh karena itu untuk memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan . hal itu sejalan dengan teori hirarki kebutuhan (hirearchy of needs) dari Abraham Maslow yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap harga diri, kebutuhan akan aktualisasi.

4. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).

Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut, teori motivasi yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow. Menurut Maslow mengatakan bahwa didalam diri semua manusia ada lima jenjang kebutuhan yaitu:

1. Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian, dan perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain.

(3)

2. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.

3. Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, dan persahabatan.

4. Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor penghormatan dari luar seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.

5. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang atau sesuatu sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri.

Menurut Lau dan Shani (dalam Zuhdi, 2006 : 9), terdapat dua pendekatan umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.

1. Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan yang dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain adalah Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua Faktor, dan Teori Tiga Motif Sosial.

2. Teori proses menjelaskan proses melalui dimana munculnya hasrat seseorang untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan identifikasi variabel dalam motivasi dan bagaimana variabel-variabel tersebut saling berkaitan. Beberapa teori proses antara lain Teori Keadilan dan Teori Ekspektansi.

(4)

Dari definisi di atas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah yang sangat penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada dasarnya manusia mudah dimotivasi dengan memberikan apa yang diinginkannya. Masalah motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi orang tertentu.

2.1.2. Teori Motivasi

Teori Dua Faktor dari Herzberg (dalam Mangkuprawira 2007 : 67) memperkenalkan suatu teori motivasi yang disebut teori Two-Factor, faktor yang pertama, yaitu apa yang disediakan oleh manajemen yang mampu membuat karyawan senang, nyaman dan tenang, ini disebut sebagai faktor motivator (satisfiers). Herzberg lebih lanjut mengidentifikasi bahwa yang termasuk dalam satisfiers adalah; prestasi (Achievement), pengakuan (recognition), kemajuan (advancement), pertumbuhan (growth), kondisi kerja (working condition) dan bekerja sendiri (work itself), faktor kedua, disebut sebagai faktor ketidakpuasan (dissatisfiers) yang terdiri atas; gaji, kebijakan perusahaan, supervisi, status relasi antar pekerja dan kehidupan pribadi (personal life).

Kedua faktor yang disebutkan oleh Herzberg ini tidak bisa saling menggantikan dan bukan merupakan suplemen terhadap satu dengan yang lain. Bila dissatisfiers terpenuhi, belum tentu menyebabkan timbulnya kepuasan bagi karyawan. Agar kepuasan bisa muncul dan ketidakpuasan bisa dihilangkan, maka yang harus dilakukan oleh para manajer adalah dissatisfiers dan satisfiers harus dijaga dan ditingkatkan keberadaannya secara bersama-sama. Kedua faktor ini

(5)

adalah syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu organisasi agar memiliki karyawan yang mempunyai motivasi tinggi. Manajemen dan organisasi tidak akan efektif tanpa mempunyai karyawan yang bermotivasi.

Susbandono (2006 : 43) mengemukakan bahwa dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang sederhana, tapi mengena, mampu menyenangkan dan menyamankan karyawan dan ternyata bisa memacu motivasi kerja dan dapat mendongkrak kinerja perusahaan. Salah satu motivator yang diperkenalkan Herzberg, adalah pengakuan (recognition), banyak manajer dan atasan lupa bahwa sedikit sapaan yang sifatnya pengakuan atas dirinya, mempunyai efek ganda yang sering tidak diduga. Karyawan menjadi lebih merasa memiliki pekerjaan dan pada akhirnya menguntungkan perusahaan.

2.1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor ini dapat muncul dari dalam diri (intrinsik) maupun dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Wahyosumidjo (2001 : 42), faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.

Menurut Siagian (2006 : 294) motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah:

(6)

1. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri 2. Harga diri 3. Harapan pribadi 4. Kebutuhan 5. Keinginan 6. Kepuasan kerja

7. Prestasi kerja yang dihasilkan

Sedangkan fakor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang antara lain: 1. Jenis dan sifat pekerjaan

2. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung 3. Organisasi tempat orang bekerja

4. Situasi lingkungan kerja 5. Gaji

Dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi motivasi yang dimaksud lingkungan kerja ialah pemimpin dan bawahan. Dari pihak pemimipin ada berbagai unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi, seperti:

1. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya prosedur kerja, berbagai rencana dan program kerja.

2. Persyaratan kerja yang perlu dipenuhi oleh bawahan.

3. Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan di dalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya bagaimana tempat para bawahan bekerja.

(7)

4. Gaya kepemimpinan atasan dalam arti sifat-sifat dan perilaku atasan terhadap bawahan. Bawahan dalam motivasi memiliki gejala karakteristik seperti:

a. Kemampuan bekerja b. Semangat kerja

c. Rasa kebersamaan dalam kehidupan kelompok d. Prestasi dan produktivitas kerja

Menurut Uno (2008 : 112) seorang yang memiliki motivasi kerja akan tampak melalui:

1. Tanggung jawab dalam melakukan kerja, meliputi: a. Kerja keras

b. Tanggung jawab c. Pencapaian tujuan d. Menyatu dengan tugas

2. Prestasi yang dicapainya, meliputi: a. Dorongan untuk sukses

b. Umpan balik c. Unggul

3. Pengembangan diri, meliputi: a. Peningkatan keterampilan b. Dorongan untuk maju

4. Kemandirian dalam bertindak, meliputi: a. Mandiri dalam bekerja

(8)

b. Suka pada tantangan

Berdasarkan beberapa teori pokok di atas dapat dirumuskan motivasi kerja merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara implisit, motivasi kerja tampak melalui:

a. Tanggung jawab dalam melakukan kerja b. Prestasi yang dicapainya

c. Pengembangan diri, serta d. Kemandirian dalam bertindak 2.1.4. Metode – metode Motivasi

Terdapat dua metode dalam motivasi, metode tersebut adalah metode langsung dan metode tidak langsung, menurut Hasibuan (2007 : 100). Kedua metode motivasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Metode Langsung (Direct Motivation), merupakan motivasi materil atau non materil yang diberikan secara langsung kepada seseorang untuk pemenuhan kebutuhan dan kepuasannya. Motivasi ini dapat diwujudkan misalnya dengan memberikan pujian, penghargaan, bonus dan piagam. b. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation), merupakan motivasi yang

berupa fasilitas dengan maksud untuk mendukung serta menunjang gairah kerja dan kelancaran tugas. Contohnya adalah dengan pemberian ruangan kerja yang nyaman, penciptaan suasana dan kondisi kerja yang baik. Pada instansi pendidikan atau sekolah, tentunya dalam hal ini pimpinan atau

(9)

kepala sekolah memiliki tugas penting dalam meningkatkan kualitas guru yang dipimpinnya sehingga sekolah dapat menciptakan kualitas guru yang baik. Pimpinan atau kepala sekolah dapat menggunakan metode seperti diatas agar mampu meningkatkan motivasi guru dan mampu menunjang kepuasan kerja guru itu sendiri.

2.1.5. Faktor – faktor Motivasi berwirausaha

Menurut Steinhoff dan Burgess (dalam Suryana, 2003 : 50), ada tujuh motif yang mendasari seseorang untuk menjadi wirausaha, yaitu:

1. The desire for heigher income (keinginan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi).

2. The desire for a more satisfying career (keinginan untuk memilih karir yang lebih memuaskan).

3. The desire to be self directed (keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri)

4. The desire for the prestige that comes to being a busineess owner (keinginan untuk mendapatkan prestise dengan menjadi pemilik usaha sendiri).

5. The desire to run with a new idea or concep (keinginan untuk menjalankan ide atau konsep baru).

6. The desire to build long-term wealth (keinginan untuk merencanakan kesejahteraan jangka panjang).

(10)

7. The desire to make a contribution to humanity or to a spesific cause (keinginan untuk memberikan kontribusi bagi kemanusiaan atau untuk sebab-sebab spesifik).

Menurut Suryana (2003 : 50), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yaitu:

1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai stabilitas keuangan.

2. Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan dihormati.

3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami dan isteri, untuk membahagiakan orang tua.

4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.

2.2. Kepribadian

Alma (2005 : 120) menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan kualitas psikis seseorang yang diwarisinya dan membuat orang tersebut menjadi unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai variabel

(11)

yang sering digunakan untuk menggambarkan diri individu yang berbeda dengan individu lainnya.

Alisyahbana (dalam Alma, 2005 : 64) menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan, kata hati, temperamen dan watak. Seorang wirausaha yang sukses memiliki karakteristik kepribadian yang khusus yang membedakannya dari orang lain. Scarborough dan Zimmerer (dalam Suryana, 2006 : 24) mengemukakan delapan karakteristik kepribadian dari seorang wirausaha sukses yakni:

1. Desire for responsibility (memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya).

2. Preference for moderate risk (memilih resiko yang moderat dan telah diperhitungkan dan tidak mengambil resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi).

3. Confidence in their ability to sucses (percaya bahwa dirinya bisa meraih kesuksesan yang diinginkannya).

4. Desire for immediate feedback (memiliki keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik).

5. High level of energy (memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk bekerja keras mencapai tujuannya).

6. Future orientation (berorientasi pada masa depan dan jangka panjang). 7. Skill of organizing (mempunyai ketrampilan mengorganisir

(12)

8. Value of achievement over money (lebih menghargai prestasi dibandingkan uang, karena uang akan mengalir masuk dengan sendirinya jika seorang wirausaha mempunyai prestasi yang bagus).

Suryana (2006 : 116) menyatakan bahwa wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Cuningham (dalam Riyanti, 2003 : 30) yang melakukan wawancara terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional Singapura menyatakan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor penyebab keberhasilan usaha.

Pentingnya kepribadian bagi seorang wirausaha juga didukung oleh Miner (dalam Riyanti, 2003 : 13) yang menyatakan bahwa tipe kepribadian sangat menentukan bidang usaha apa yang bakal mendatangkan kesuksesan dalam kewirausahaan. Stoltz (dalam Riyanti, 2003 : 14) menyatakan ada tiga tipe kepribadian yakni The climber adalah orang yang memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi rintangan, ia tidak mudah menyerah dan terus bertahan meskipun gagal berkali-kali.

Kedua, The champer adalah orang yang mendaki pada ketinggian tertentu dan berhenti karena ia merasa sudah puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak mau berusaha lagi agar bisa lebih berhasil. Ketiga, quitter adalah orang yang mudah menyerah bila menghadapi kegagalan, ia penakut dan tidak mau mengambil resiko untuk mulai berusaha lagi. Rintangan membuatnya tidak mau mencoba lagi.

(13)

Ada beberapa karakter atau kepribadian yang diperlukan agar seorang wirausaha berhasil. Setiap individu dalam usahanya agar menjadi pengusaha yang berhasil, memiliki reaksi yang berbeda terhadap tantangan dan kesempatan yang ada, dan pengusaha yang berhasil adalah pengusaha yang mengetahui bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada demi memenuhi kebutuhan konsumen, serta merubah tantangan menjadi kesempatan dalam berusaha. dalam personality factor atau faktor kepribadian yang terbagi lagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kebutuhan akan Prestasi

Konsep kebutuhan akan prestasi pertama-tama dikemukan oleh McClelland (dalam Alma, 2006: 81). Kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standar yang tinggi. McClelland menyatakan bahwa ada tiga motif sosial yang mempengaruhi tingkah laku seseorang jika ia berhubungan dengan orang lain di dalam suatu lingkungan yakni:

1. Motif afiliasi (affiliation motive)

Keinginan untuk bergaul dengan orang lain secara harmonis, penuh keakraban, dan disenangi. Orang ini akan berbahagia jika ia bisa diterima lingkungannya dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Orang seperti ini biasanya merupakan teman yang baik dan menyenangkan.

2. Motif kekuasaan (power motive)

Orang yang memiliki motivasi berkuasa tinggi suka menguasai dan mempengaruhi orang lain, ia mau orang lain melakukan apa yang diminta

(14)

lain, baginya keharmonisan bukanlah hal yang utama, ia memberikan bantuan kepada orang lain bukan atas dasar belas kasihan akan tetapi supaya orang yang dibantunya menghormati dan kagum kepadanya sehingga ia bisa menunjukkan kelebihannya kepada orang lain dan agar orang lain mau terpengaruh oleh mereka sehingga bisa diperintah dan diaturnya.

3. Motif berprestasi (achievement motive)

Orang yang memiliki motif berprestasi fokus pada cara-cara untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. McClelland melakukan penelitian terhadap mahasiswa Harvard University dan membuktikan adanya korelasi antara tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi pada mahasiswa yang diukur semasa kuliah dengan pemilihan karier atau pekerjaan setelah mereka lulus kuliah dan terjun ke masyarakat. Dari hasil penelitian itu ditunjukkan bahwa mereka yang memiliki motif berprestasi tinggi sekitar 66% memilih karier sebagai pengusaha, sementara 34% lainnya memilih pekerjaan di bidang lain. Pada mahasiswa yang memiliki motif berprestasi rendah, hanya 10% yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha dan 90% memilih pekerjaan di bidang lain.

Oosterbeek (2008 : 54) menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki nilai atau skor yang tinggi pada uji terhadap kebutuhan akan prestasi karena mereka akan berjuang untuk memperoleh prestasi yang tinggi, mereka mendirikan perusahaannya secara profesional dan menentukan target yang tinggi dan berusaha mencapai target tersebut. Oosterbeek juga menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki kebutuhan akan kekuasaan (the need of power)

(15)

yang tinggi untuk mengendalikan orang lain yang mengindikasikan bahwa mereka tahu apa yang mereka inginkan dan cara mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuannya.

McClelland (dalam Zarkasyi, 2006 : 20) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang terlalu mudah dan terlalu sulit, mereka memilih tujuan yang moderat yang mampu mereka capai. 2. Memilih dan menyukai umpan balik sehingga mereka dapat menggunakan

umpan balik itu untuk menemukan cara-cara yang kreatif dan inovatif agar dapat mencapai prestasi yang mereka inginkan.

3. Menyukai tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan. Mereka akan bertanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan yang mereka raih tanpa suka menyalahkan pihak lainnya.

Lebih lanjut McClelland menyatakan bahwa orang yang memiliki

kebutuhan prestasi yang tinggi berbeda dengan para penjudi (gamblers) atau pengambil resiko (risk takers). Orang-orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi menetapkan tujuan yang bisa dicapai yang dapat mereka pengaruhi dengan

usahanya sendiri. Mudjiarto (2006 : 28), menyatakan bahwa orang-orang yang

berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berani mengambil resiko.

2. Kreatif dan inovatif. 3. Mempunyai visi.

(16)

4. Mempunyai tujuan yang berkelanjutan. 5. Percaya diri.

6. Mandiri.

7. Aktif, enerjik dan menghargai waktu. 8. Memiliki konsep diri yang positif. 9. Berpikir positif.

10. Bertanggung jawab secara pribadi.

11. Selalu belajar dan menggunakan umpan balik.

Penelitian Scapinello (dalam Indarti et al, 2008 : 30) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan dari pada mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah. Sengupta dan Debnath (dalam Indarti et al, 2008 : 31) dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar terhadap tingkat kesuksesan seorang wirausaha.

2. Sumber Kendali

Tingkat sumber kendali (locus of control) yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh orang itu. Jika seseorang memiliki tingkat locus of control yang tinggi maka tentunya akan lebih mudah orang itu dalam memulai suatu usaha. Namun jika seseorang memiliki tingkat locus of control yang rendah, secara tidak langsung dalam memulai bisnisnya orang itu akan cenderung melimpahkan atau meminta bantuan orang lain untuk menjalankan usahanya. Locus of control merupakan sebagai keyakinan individu menguasai nasibnya sendiri (internal) sedangkan sisanya percaya bahwa hidup

(17)

ditentukan oleh kemujuran atau peluang (eksternal). Locus of control dapat dibagi dua, yaitu:

a. Internal locus of control

Internal locus of control berhubungan dengan semua kejadian yang dikaitkan dengan perilaku sendiri atau sesuai dengan ciri kepribadian. b. Eksternal locus of control

Eksternal locus of control berarti semua penguatan baik itu positif atau negatif yang diikuti bukan karena apa yang dilakukan tetapi berdasarkan hasilnya seperti : kesempatan, nasib atau keberuntungan. Individu eksternal lebih taat dan mau mengikuti pengarahan, individu ini lebih cocok untuk pekerjaan terstruktur, rutin, yang harus mengikuti ketentuan dan pengarahan sedangkan individu eksternal mempunyai sifat mudah cemas, depresi, neurosis dan sifat lain yang sejenisnya.

3. Keyakinan diri

Karakteristik kepribadian yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha seseorang adalah keyakinan diri (self efficacy). Karena dengan self efficacy yang tinggi seseorang dapat langsung mengetahui hal - hal apa saja yang dapat dilakukan dalam menjalankan usaha, sehingga ia tidak selalu bergantung pada orang lain.

Menurut Gist dan Mitchell self efficacy adalah "Self eficacy defined as a comprehensive surrimary about the judgement of perceived capability of performing a specific talk". Jadi keyakinan diri dapat diartikan sebagai ringkasan yang secara luas tentang keputusan terhadap kemampuan merasakan dalam

(18)

menyelenggarakan tugas khusus". Sedangkan menurut Wood dan Bandura “ self efficacy refers to the belief is one’s cabability to mobilize the motivation, cognitive resources, and courses of action needed to meet given situsional demands”. Keyakinan diri menunjukkan kepada perasaan terhadap kemampuan untuk mengerahkan motivasi, tingkat kesadaran dan bagian dari tindakan yang diperlukan untuk memberikan jawaban atas situasi yang terjadi’.

2.3 Ketersediaan Informasi

Definisi Ketersediaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam jaringan adalah “pertama, kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan, kedua keadaan tersedia atau hal tersedia”.

Definisi informasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam jaringan adalah “ pertama penerangan, kedua pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu, ketiga keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu”.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008, Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.

Informasi menurut Gaol (2008 : 7) “adalah segala sesuatu keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan (manajer) dalam rangka mencapai

(19)

tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya”, sedangkan menurut (Laudon dalam Gaol, 2008 : 8)“ informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk informasi yang berarti dan berguna bagi manusia”.

Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerima dan mempunyai nilai nyata bagi pengambilan keputusan saat ini atau waktu yang akan datang. Informasi memberikan sesuatu yang berguna jika sesuai dengan kebutuhan, mempunyai ketelitian dalam pengolahan data, tidak kadaluwarsa dan dapat dipergunakan secara efektif (Marimin dkk, 2006 : 19).

Hattab (2014 : 111) menyatakan “wirausaha menemukan peluang kewirausahaan tergantung pada informasi yang telah mereka miliki”. Ketersediaan informasi membantu seseorang agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dari semua keputusan yang ada.

Menurut Yuliawan dan Ginting (2012 : 45) pengertian ketersediaan informasi kewirausahaan adalah “tersedianya informasi yang dibutuhkan dan mendukung kegiatan kewirausahaan secara memadai”.

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa ketersediaan informasi adalah tersedianya informasi usaha yang dibutuhkan dan mendukung untuk memulai suatu usaha. Singh dan Krishna ( 1994), mempelajari wirausaha di India, menunjukkan bahwa pencarian informasi adalah salah satu dari karakteristik wirausaha. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi dari berinteraksi dengan orang - orang yang menghasilkan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas ini paling sering bergantung pada kemampuan untuk mengakses informasi, baik melalui

(20)

modal manusia dan usaha individu maupun sebagai bagian dari suatu modal sosial dan networking.

Menurut Oetomo (2002 : 16-17), kualitas informasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

1. Keakuratan dan teruji kebenarannya.

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan. 2. Kesempurnaan informasi

Informasi disajikan dengan lengkap tanpa pengurangan, penambahan, dan pengubahan.

3. Tepat waktu

Infomasi harus disajikan secara tepat waktu, karena menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.

4. Relevansi

Informasi akan memiliki nilai manfaat yang tinggi, jika Informasi tersebut dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.

5. Mudah dan murah

Apabila cara dan biaya untuk memperoleh informasi sulit dan mahal, maka orang menjadi tidak berminat untuk memperolehnya, atau akan mencari alternatif substitusinya

Menurut Kristiansen, (2004 : 87) “informasi Bisnis berhubungan dengan persepsi kemampuan untuk berhasil, dan keinginan berwirausaha terkait dengan pasar, sumber bahan baku, teknologi, desain, dan peraturan pemerintah. Ketersediaan informasi baru tergantung pada karakteristik seseorang seperti

(21)

tingkat pendidikan, kualitas infrastruktur seperti media dan sistem telekomunikasi, dan modal sosial seperti jaringan”. menyatakan bahwa ketersediaan informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha (Indarti dan Rostiani, 2008 : 123).

2.4 Keberhasilan Usaha

2.4.1 Pengertian keberhasilan usaha

Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan. Wirausaha yang memiliki kemampuan mengambil keputusan yang superior akan dapat meningkatkan performansi usaha seperti peningkatan profit dan petumbuhan usaha Priyanto (2009:73).

Suryana (2011:66) bahwa untuk menjadi wirausaha yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang. Erliah (2007:49) mengatakan bahwa suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan.

Menurut Priyanto (2009:59) seseorang yang memiliki kewirausahaan tinggi dan digabung dengan kemampuan manajerial yang memadai akan menyebabkan dia sukses dalam usahanya. Menurut Primiana (2009:49) bahwa keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan organisasi.

(22)

Algifari (2003:118) mengatakan bahwa keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis. Mudzakar dalam Andari (2011:21) berpendapat bahwa, keberhasilan usaha adalah sesuatu keadaan yang menggambarkan lebih dari pada yang lainnya yang sederajat atau sekelasnya. Noor (2007:397) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis.

Menurut Anaroga (dalam Sazali 2011:63), keberhasilan usaha dapat tercapai jika memliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana usaha (business plan). Rencana usaha menjadi acuan dalam semua aktivitas yang akan dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dijalankan, dengan adanya rencana usaha maka hasil kinerja yang ada dapat diukur keberhasilannya.

Suryana (2006:7) menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha sebagai orang yang mampu menggabungkan nilai, sifat utama (pola perilaku) dan sikap dengan modal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis, sehingga dapat dikatakan bahwa pedoman, pengharapan, serta nilai baik yang berasal dari diri sendiri ataupun kelompok dapat mempengaruhi pembentukan perilaku kewirausahaan.

Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan. Istilah itu diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi perusahaan. Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahan jumlah karyawan,

(23)

peningkatan modal, dan lain-lain. Sehingga, dapat diketahui bahwa definisi keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya, dimana keberhasilan tersebut didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif dan hal tersebut terlihat dari usaha dari wirausaha dimana suatu keadaan usahanya yang lebih baik dari periode sebelumnya dan menggambarkan lebih dari pada yang lainnya yang sederajat atau sekelasnya.

Dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis, target perusahaan yang ditentukan oleh manajer pemilik usaha, permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan, kinerja keuangan, serta image perusahaan.

2.4.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha

Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha yaitu Tanjung, (2012:43) :

1. Faktor Produksi

Produk yang dihasilan dapat diproduksi sendiri atau dengan menjual kembali produk orang lain. Kualitas dan harga produk yang ditawarkan haruslah sesuai. 2. Faktor Pemasaran

Untuk meningkatkan penjualan wirausaha dapat melakukan promosi dengan anggaran tertentu yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Produk yang ditawarkan kepada target pasar harus mudah diperoleh atau paling tidak

(24)

pelanggan mengetahui bagaimana untuk mendapatkan produk tersebut, misalnya dengan memberikan beberapa alternatif untuk melakukan pemesanan. 3. Faktor Manajemen

Untuk mengantisipasi perubahan, maka wirausaha harus selalu berusaha untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola usahanya. Hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya ialah dengan melakukan TQM (Total Quality Management), benchmarking dengan meniru usaha yang berhasil, performance measurement, empowerment, memiliki nilai tambah dibandingkan dengan usaha lain yang sejenis (competitive advantage), strategi yang lebih unggul dan lain-lain.

4. Faktor Keuangan

Melakukan sentralisasi pengendalian keuangan dengan cara melakukan efisiensi anggaran, terutama dengan pemotongan biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, peramalan arus kas, pengelolaan modal kerja, dan mengurangi penjualan dengan cara piutang. 2.4.3 Dimensi Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha dan penilaian keberhasilan usaha didasarkan pada 4 dimensi menurut Diti (2014:47) adalah sebagai berikut :

1. Jumlah tenaga kerja

Adalah banyaknya orang yang bekerja pada suatu usaha. Indikatornya adalah jumlah karyawan yang dimiliki oleh wirausahawan.

(25)

Adalah jumlah penjualan yang dihasilkan untuk satu tahun. Indikatornya adalah jumlah penjualan dalam satu tahun, frekuensi produksi per bulan, peningkatan penjualan, dan perkembangan hasil usaha beberapa tahun.

3. Ketahanan usaha

Adalah lama usaha yang dijalankan oleh wirausahawan. Indikatornya adalah lama atau umur usaha yang dijalankan dan usaha pernah vakum atau berhenti produksi.

4. Pendapatan

Adalah jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh wirausahawan dari usahanya. Indikatornya adalah pendapatan usaha selama satu tahun.

Indikator keberhasilan usaha menurut Riyanti (2003:22), kriteria yang cukup signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari :

1. Peningkatan modal 2. Jumlah produksi 3. Jumlah pelanggan 4. Perluasan usaha 5. Pendapatan usaha 2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat analisis Hasil Penelitian

(26)

Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat analisis Hasil Penelitian Rio Zam Zami (2015) Pengaruh, Pengetahuan Kewirausahaan, dan ketersediaan informasi terhadap keinginan menjadi wirausaha Variabel independen: Pengetahuan kewirausahaan (X1), ketersediaan informasi (X2), Variabel dependen: keinginan menjadi wirausaha (Y). Analisis regresi linear berganda Variabel pengetahuan kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan menjadi wirausaha, dan variabel ketersediaan informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan menjadi wirausaha Muthalib (2015) Pengaruh motivasi kewirausahaan pada kinerja bisnis di sector industri kuliner Variabel independen: Motivasi kewirausahaan (X1), Variabel dependen: Kinerja perusahaan (Y) Analisis regresi linear berganda Motivasi kewirausahaan berpengaruh positif dan siginifikan terhadap kinerja bisnis kuliner di kendari, ini menunjukkan bahwa motivasi kewirausahaan membuat kinerja dari sektor industri kuliner lebih baik Al - Farisi (2014) Pengaruh Inovasi dan Kreatifitas terhadap Keberhasilan Usaha (Survey terhadap para pengusaha di Industri Rajut Binong Jati Bandung) Variabel independen: Inovasi (X1), Kreativitas (X2), Variabel dependen: Keberhasilan usaha (Y) analisis regresi berganda dan koefisien korelasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi dan kreativitas memiliki hubungan yang kuat terhadap keberhasilan usaha.

(27)

Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat analisis Hasil Penelitian Rina wahyuni daulay dan Frida Ramadini (2012)

Efikasi diri dan motivasi terhadap keberhasilan usaha Variabel independen: efikasi diri (X1), motivasi (X2), Variabel dependen: keberhasilan usaha (Y). Analisis regresi linear berganda

Efikasi diri dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha Rudy (2010) Analisis pengaruh faktor kepribadian, lingkungan dan demografis terhadap minat kewirausahaan Variabel independen: kepribadian (X1), lingkungan (X2), demografis (X3), Variabel dependen: minat kewirausahaan (Y) Analisis jalur Variabel kepribadian, lingkungan, dan demografis secara serempak berpengaruh terhadap minat kewirausahaan

Sumber: Rio Zam-zami (2015), Muthalib (2015), Al-farisi (2014), Rina (2012), Rudy (2010). 2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama sepenuhnya dari proyek penelitian yang dituju, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan elaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003:44).

Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan (Robbins dan Timothy, 2009:222). Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, tidak cepat puas atas hasil yang telah diperoleh serta mempunyai

(28)

tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi pada umumnya akan lebih cepat meraih keberhasilan, dalam hal ini motivasi yang tinggi dibutuhkan dalam meraih keberhasilan usaha. Penjelasan ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan wahyuni dan ramadini (2012) bahwa motivasi mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan usaha, Penelitian lain yang dilakukan oleh Muthalib (2015) bahwa hasil penelitian menunjukkan motivasi memiliki hubungan yang kuat terhadap keberhasilan usaha.

Keberhasilan usaha atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan kepribadianya, Suryana (2006:27). Kepribadian adalah keseluruhan karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan, kata hati, temperamen dan watak. Seorang wirausaha yang sukses memiliki karakteristik kepribadian yang khusus yang membedakannya dari orang lain.

ketersediaan informasi juga penting untuk keberhasilan usaha. Di zaman modern ini, informasi berubah-ubah dalam waktu yang singkat, oleh karena itu informasi terkini harus mudah diakses, Ketersediaan informasi yang lengkap merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang memulai usaha, dan juga untuk mendorong keberhasilan dan keberlangsungan usaha. Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang dituliskan sebelumnya, penelitian ini membahas mengenai Pengaruh motivasi, kepribadian, ketersediaan informasi terhadap keberhasilan usaha pada toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.

(29)

Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2003 : 206). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan usaha toko grosir di jalan Palangkaraya Medan .

2. Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan usaha toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.

3. Ketersediaan informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan usaha toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.

Motivasi (X1) Kepribadian (X2) Ketersediaan Informasi (X3) Keberhasilan usaha (Y)

(30)

4. Motivasi, kepribadian dan ketersediaan informasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan usaha toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.

Gambar

Gambar 2.1       Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan berat, akhirnya penulis dapat menyelesaikan sikripsi dengan judul” Upaya peningkatan hasil belajar

Tujuan penelitian pada tahap ini difokuskan pada 3 tahap pertama meliputi: mengidentifikasi berbagai jenis kenakalan pelajar, mengidentifikasi akar persoalan

Mahkamah Agung RI menerima penghargaan Pengendalian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam acara rangkaian Hari

Dengan dilakukan hydraulic fracturing diharapkan laju produksi sumur tersebut dapat ditingkatkan.Dari uraian diatas, maka selanjutnya adalah bagaimana kita dapat

Mahkamah Konstitusi kemudian memutuskan menolak mosi pemakzulan dari nasional assembly dan Roh Moo- Hyun tetap memegang jabatan Presiden sampai akhir masa

Faktor ketiga, faktor strategis, meliputi, pertama, kerjasama sebagai bentuk behavioral, yaitu tingginya sikap kooperatif dan komunikasi positif antara Amerika Serikat dan

Fitri Handayani yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis patologi klinik di FK USU, ingin menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang penelitian yang akan saya lakukan tentang

Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi meningkatnya penderita kanker serviks, metode analisis faktor dianggap sangat cocok untuk penelitian ini, disebabkan