• Tidak ada hasil yang ditemukan

monitoring dan evaluasi progra aset

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "monitoring dan evaluasi progra aset"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MONITORING, EVALUASI DAN

PELAPORAN

ASET PEMERINTAH

SAMPUL DEPAN

Mata Kuliah : Manajemen Aset Pemerintah Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Rohman, MSi, Akt

Semester III

Disusun oleh: KELOMPOK X 1. Rival Aryanto Arief NIM.

12030114410087

2. Asmiyudi NIM.

12030114410040

3.

Danny Akbar Nugroho

NIM.

12030114410085

(2)

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2015

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ………. 1

I.1 Latar Belakang Masalah………... 1

I.2 Rumusan Masalah……….. 3

II PEMBAHASAN ………. 4

A Monitoring dan Evaluasi Aset Negara….……….. 4

B Pelaporan Aset Pemerintah ……….... 14

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Di era reformasi Birokrasi ini pengelolaan aset pemerintah dituntut untuk dapat mengelola aset secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif. Pemerintah perlu memiliki sistem manajemen yang handal untuk dapat mendukung pengelolaan barang yang terdiri dari aspek : Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring / pengawasan, Evaluasi, Pelaporan.

Adapun tujuan dari reformasi birokrasi adalah untuk menciptakan pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Terdapat tiga sasaran yang dituju dalam pelaksanaan reformasi birokrasi ini yaitu:

1). Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

2). Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; 3). Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Salah satu perubahan paradigma baru seiring adanya reformasi birokrasi terlihat dalam pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) atau aset Negara. Dalam rangka menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh dari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan asset. Pengelolaan asset dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut :

1. Asas fungsional yaitu pembuatan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang pengelolaan asset yang dilaksnakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan pemerintah sesuai TUPOKSI masing-masing

2. Asas kepastian hukum yaitu pengelolaan aset harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan

(4)

4. Asas efisiensi yaitu pengelolaan aset diarahkan agar aset digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggara TUPOKSI secara optimal

5. Asas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan aset harus dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat

6. Asas kepastian nilai pengelolaan asset harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindah tanganan asset serta penyusunan laporan yang kompatibel.

Dengan adanya pedoman pengelolaan BMN, maka diharapkan BMN yang diperoleh nantinya akan benar-benar berguna dalam operasi, diperoleh dengan harga yang wajar, tidak ada penyalahgunaan, dan tidak ada BMN yang berlebih atau tidak dimanfaatkan secara optimal. Optimalisasi BMN diterapkan melalui manaajemen aset Secara umum, manajemen aset baik di perusahaan maupun negara meliputi aktivitas inti sebagai berikut : (i) perencanaan (planning), (ii) perolehan (acquisition), (iii) pemanfaatan (utilization), dan (iv) penghapusan (disposal), siklus manajemen aset dimulai dari proses perencanaan dan penganggaran yang berfokus pada output, pengadaan yang transparan, penggunaan yang tepat, pemeliharaan yang rutin, pengendalian dan penatausahaan yang baik sampai penghapusan (disposal)

sesuai dengan ketentuan. Optimalisasi BMN akan sangat berpengaruh secara langsung terhadap optimalisasi pelaksanaan pelayanan masyarakat karena barang-barang yang dibeli telah tepat guna dalam menunjang operasional instansi pemerintah. Selain itu optimalisasi BMN pada tiap instansi pemerintah diharapkan juga akan dapat mengurangi biaya dan mendukung efisiensi anggaran.

Di dalam suatu manajemen aset yang baik, menurut buku “Asset Management:

Advancing the State of the Art Into the 21st Century Through Public-Private Dialogue” yang diterbitkan oleh Federal Highway Administration and the American Association of State Highway and Transportation Officials tahun 1996, keempat aktivitas tersebut dilaksanakan dengan berpegang pada tiga pilar utama yaitu (M. Nahdi, 2010):

(5)

2). Kepemilikan, pengendalian/pengawasan, pertanggungjawaban, dan pelaporan suatu aset harus ditata dengan jelas, dikomunikasikan kepada pengguna (stakeholders), dan diimplementasikan dengan baik. Jika pilar ini kokoh, maka tidak akan ada lagi kasus lepasnya aset negara kepada pihak-pihak yang sebenarnya tidak berhak maupun kasus kerugian yang dialami negara akibat pelaporan nilai yang tidak wajar dalam neraca pemerintah.

3). Aktivitas manajemen aset harus berada di bawah kerangka kebijakan manajemen aset yang terintegrasi.

Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara teori bagaimana penerapan monitoring, evaluasi dan pelaporan Barang Milik Negara, dengan berpegang pada tiga pilar utama dalam pengelolaan Barang Milik Negara.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa dan Bagaimana Monitoring dan Evaluasi Aset Pemerintah? 2. Apa dan Bagaimana Pelaporan Aset Pemerintah ?

BAB II PEMBAHASAN

A. MONITORING dan EVALUASI ASET NEGARA

1. Konsep dasar dan Tujuan Monitoring dan Evaluasi Aset

(6)

utama program tersebut. Untuk dapat mengetahui capaian program dan menyusun tingkat keberhasilan pelaksanaan program perlu disusun suatu instrumen monitoring dan evaluasi sebagai alat ukur. Instrumen Monitoring dan Evaluasi ini harus disusun sebagai langkah awal dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta, data dan informasi tentang pelaksanaan kegiatan serta untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan indikator-indikator yang telah direncanakan. Temuan dari hasil monitoring akan menjadi dasar untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan.

Monitoring adalah suatu proses untuk mengetahui apakah program pengelolaan aset pemerintah yang dibuat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan perencanaan dan indikator keluaran, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program pengelolaan aset mampu mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap kegiatan yang sedang berlangsung merupakan langkah pengendalian yang baik dalam penentuan keberhasilan pelaksanaan pengelolaan aset secara lebih terperinci.

Monitoring pelaksanaan pengadaan barang dan pemeliharaan aset daerah merupakan fungsi kontrol terhadap proses dan produk (hasil) kegiatan pekerjaan pengadaan dan pemeliharaan. Monitoring juga mencerminkan kinerja dari satuan kerja/instansi yang bersangkutan dalam pelaksanaan yang baik (good and clean government).

Monitoring bertujuan untuk :

1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan tentang kegiatan yang dilaksanakan;

2. Mendapatkan gambaran tentang capaian program;

3. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan selama kegiatan;

4. Menyajikan fakta dan nilai yang perlu diperhatikan.

Teknik-teknik Monitoring/pengawasan meliputi :

 Pemeriksaan (audit)

(7)

pemeriksaaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan pertanggung jawaban Keuangan Negara.

 Inspeksi

Merupakan salah satu teknik monitoring dengan melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan di tempat (on the spot) yang dalam hal tertentu apabila diperlukan dapat memberikan petunjuk atau melakukan tindakan korektif, agar kegiatan atau pekerjaan dapat berjalan dan menghasilkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan

 Supervisi

Merupakan bentuk monitoring yang paling efektif karena bersifat langsung dan sangat dekat dengan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan. Untuk itu supervisi harus dilakukan secara terus menerus dan bertanggung jawab. Supervisi dapat dilakukan sebagai tindakan/upaya untuk memantau lebih lanjut atas pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah. Kegiatan supervisi ini dapat dilakukan dengan langsung melakukan supervisi ke unit/instansi yang melaksanakan pengelolaan barang milik daerah, atau dapat juga mendasarkan pada laporan-laporan yang disusun dalam rangka pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah. Tentunya supervisi/pemantauan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengelolaan barang milik daerah sudah dilakukan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Namun perlu diketahui

(8)

SDM di unit dimaksud kurang atau belum memiliki kemampuan untuk melakukan supervisi atas pekerjaan tersebut.

 Verifikasi

adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan, perhitungan keuangan,dsb. Namun demikian verifikasi itu sebagai teknik monitoring/pengawasan yang lebih bersifat pengujian (to examine) atas kebenaran material atau keabsahan suatu dokumen, laporan, perhitungan dan transaksi keuangan atau sejenisnya.

Dalam upaya tercapainya sasaran monitoring maka berbagai sasaran yang harus dicapai melalui kegiatan monitoring, yaitu :

a. Tugas dan fungsi yang dilaksanakan dalam organisasi bersangkutan benar-benar sesuai dengan pola yang telah digariskan

b. Struktur dan hirarki organisasi telah sesuai dengan pola dan ketentuan yang ditetapkan

c. Setiap pejabat/ pegawai dalam unit-unit organisasi sungguh-sungguh telah ditempatkan sesuai dengan kemampuannya

d. Sumber dana dan daya yang telah dimanfaatkan secara ekonomis, efisiensi dan efektif

e. Prosedur dan tata kerja telah dibakukan dan dalam pelaksanaanya tidak mengalami penyimpangan

f. Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab didasarkan pada pertimbangan yang objektif dan rasional

g. Program dan atau kegiatan ditetapkan dengan pendekatan anggaran yang berbasis kinerja

h. Tidak terjadi penyalahgunaan (KKN)

Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan monitoring karena informasi yang dihasilkan dari kegiatan monitoring dijadikan dasar untuk menilai pelaksanaan kegiatan.

(9)

untuk mengukur capaian dan mengontrol arah pelaksanaan kegiatan. Secara lebih terperinci.

Tujuan Evaluasi adalah :

1. Menilai keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan

2. Menentukan kendala dan hambatan dalam pelaksanaan program

3. Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;

4. Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;

5. Media untuk menentukan arah program dan pendekatan yang tepat untuk mencapai sasaran dengan baik.

Teknik-Teknik Evaluasi meliputi :

1) Tingkat Siklus

a. Desain VS Implementasi

Evaluasi pada tingkatan perancangan hanya membutuhkan ahlinya dan akan dianalisa sedangkan evaluasi pada tingkat implementasi membawa user sebagai subyek dari eksperrimen.

b. Laboratory VS field studies

Secara ideal proses perancangan mencakup 2 jenis evaluasi dimana pada laboratorium merupakan awal tingkatan sedangkan field studies ditempatkan pada tingkatan implementasi

2) Tingkat obyektivitas dan subyektivitas a. Subyektif VS. Obyektif

Pada teknik yang subyektif seperti pada cognitive walkthrough maupun think aloud mempercayakan pada evaluator atau orang yang melakukan evaluasi. Hal ini dapat menyebabkan penilaian evaluator menjadi bias sehingga diperlukan lebih dari satu orang evaluator. Sedangkan teknik obyektif seharusnya menghasilkan hasil yang berulang yang tidak tergantung pada evaluator. Eksperimen yang terkontrol merupakan contoh pengukuran obyektif. Secara ideal pengukuran secara subyektif dan obyektif seharusnya digunakan keduanya Jenis ukuran yang tersedia

b. Qualitative VS Quantitative measures

(10)

menghasilkan sesuatu yang penting secara lengkap yang tidak dapat dilakukan secara numerik.

3) Informasi yang tersedia

Informasi yang tersedia Tingkatan untuk evaluator pada setiap tingkat proses perancangan dimulai pada informasi yang rendah sampai dengan tingkatan yang tinggi.

4) Kesiapan dari suatu respon

Kesiapan mengambil tindakan yang tersedia. Seperti metode think aloud yang merekam perilaku user pada waktu interaksi. Sedangkan post task walkthrough mempercayakan pada pengumpulan kembali kegiatan user. 5) Tingkat gangguan yang tidak secara langsung

Merupakan teknik yang menghasilkan pengukuran segera yang dihasilkan user selama interaksi dan mempunyai resiko mempengaruhi perilaku user. 6) Sumber yang tersedia

Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam memilih teknik evaluasi yakni : peralatan, waktu, biaya, subyek serta evaluator yang ahli.

Pendekatan Desain Evalusi dibedakan menjadi 3 yaitu :

1) Usability testing

 Memastikan konsistensi struktur navigasi, penggunaan istilah, dan bagaimana sistem merespon pengguna

 Mengukur kinerja pengguna untuk menyelesaikan tugas tertentu  Metode:

 Mengamati pengguna menggunakan sistem dan merekam kesalahan, waktu

 Interview/kuesioner untuk mendapatkan pendapat pengguna  Dilakukan di laboratorium

 Contoh aplikasi : wordprocessor, spreadsheet, database. 2) Field study

 Memahami apa yang dilakukan pengguna dan bagaimana produk terlibat/berperan dalam kegiatan mereka

 Identifikasi kesempatan adanya teknologi baru  Membangun kebutuhan desain

 Memfasilitasi pengenalan teknologi baru atau meluncurkan teknologi dalam konteks yang berbeda

 Evaluasi teknologi

(11)

 Evaluasi tanpa melibatkan end-user  Metode:

 Inspeksi → heuristic evaluation, menggunakan standar untuk identifikasi masalah usability

 Walkthrough

 melibatkan ahli untuk menjalankan skenario pada prototype aplikasi, dan menggunakan simulasi penyelesaian masalah.

2. Prinsip – prinsip Monitoring dan Evaluasi Aset

Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi suatu program pengelolaan aset pemerintah harus memenuhi prinsip- prinsip sebagai berikut:

1) Berorientasi pada hasil (Result Based Monitoring).

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur hasll yang ingin dicapai. Hasil monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau peningkatan program kerjasama secara substansi dan administrasi.

2) Mengacu pada kriteria keberhasilan.

Monitoring dan evaluasi seharusnya dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan kriteria keberhasilan dilakukan bersama antara para tim pelaksana monitoring dan evaluasi, para pelaksana program kerjasama, Kementerian Lembaga terkait dan Organisasi Internasional.

3) Mengacu pada asas manfaat.

Monitoring dan evaluasi sudah seharusnya dilaksanakan dengan manfaat yang jelas. Manfaat tersebut adalah berupa saran, masukan atau rekomendasi untuk perbaikan program kerjasama di masa mendatang. 4) Dilakukan secara obyektif.

Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif untuk melaporkan hasil temuannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan.

3. Kriteria Minitoring dan Evaluasi Aset

(12)

a. Relevansi: yaitu sejauh mana program pengelolaan aset sejalan dengan prioritas dan kebijakan.

b. Efektivitas: yaitu suatu ukuran sejauh mana suatu program aset mencapai tujuan.

c. Efisiensi: yaitu mengukur keluaran, kualitatif dan kuantitatif, dalam hubungan dengan masukan.

d. Dampak: yaitu perubahan positif dan negatif yang dihasilkan dari suatu program pengelolaan aset, secara langsung maupun tidak, disengaja maupun tidak.

e. Keberlanjutan: yaitu mengukur apakah manfaat suatu program pengelolaan aset dapat terus dinikmati setelah anggaran tidak diberikan lagi.

4. Tahapan dalam Pelaksanaaan Monitoring dan Evaluasi Aset

Pendekatan dalam pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi pengelolaan aset pemerintah dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

 Membentuk tim Monitoring dan Evaluasi yang terdiri dari para stakeholder;

 Melakukan Bimbingan Teknis terhadap para tim monitoring dan evaluasi;  Mendatangi/mengunjungi lokasi kegiatan untuk mengamati perubahan yang

terjadi dan mengumpulkan data-data dengan menggunakan instrumen monitoring dan evaluasi yang telah disiapkan;

 Mengolah data-data hasil monitoring dan evaluasi untuk disusun dalam bentuk laporan;

 Mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi dengan instansi terkait dalam rangka penyempurnaan laporan yang mencakup kesimpulan, saran dan rekomendasi; dan

 Menyusun laporan akhir.

5. Metode Monitoring dan Evaluasi Aset

Metode yang dipakai dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi antara lain:  Kunjungan lapangan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap

hasil kerja, sinkronisasi antara perencanaan program dengan implementasinya; darnpak dan manfaat bagi penerima, hambatan dan kendala;

(13)

 Penyebaran kuesioner kepada para stakeholder dan penerima manfaat;  Review dokumen;

 Workshop I focus group discussion (FGD);dan

 Penerapan Monitoring dan Evaluasi melalui media elektronik (e- monev) atau web based monitoring system.

6. Evaluasi Sistim Pengadaan Publik dalam Pengelolaan Aset

Sistem pengadaan publik secara luas diyakini merupakan sumber utama bagi kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbanngan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia. Besarnya pengadaan mengesankan skala potensial masalah tersebut.

Namun suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan bahwa dana publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan. Apabila suatu sistem pengadaan berfungsi dengan baik, dipastikan pembelian barang akan bersaing dan efektif. melihat ke depan, suatu sistem pengadaan publik kelas dunia dan bukannya sistem dengan reputasi global untuk mendorong korupsi akan menjadi semakin penting bagi Indonesia dengan munculnya zona perdagangan bebas Asia dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan WTO pada waktunya, yang mewajibkan pada negara-negara anggotanya member akses kepada pengadaan bagi perusahaan-perusahaan dari mitra-mitra dagang.

Evaluasi sistem pengadaan yang efektif mencakup :

 Kerangka hukum yang jelas, komprehensif dan transparan yang mewajibkan antara lain :

 Pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran  Pengungkapan sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan

kontrak

 Pemberian kontrak yang didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang dinilai paling rendah

 Pemaparan publik bagi penawaran-penawaran itu

 Akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan penawar  Pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan

 Pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh proses tersebut

 Kejelasan tentang tanggung jawab-tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional terdiri atas :

(14)

pengadaan

 Memastikan aturan-aturan ditaati

 Mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar

 Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan untuk pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal badan ini jangan bertanggung jawab pula untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung jawab-tanggung jawabnya

 Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan dan fungsi tidak ada artinya. Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan memulai tindakan terhadap mereka yang melanggar aturan-aturan. Dan pemerintah perlu menetapkan mekanisme-mekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari para penawar.

 Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.

B. PELAPORAN ASET PEMERINTAH

Penyusunan Laporan Barang Milik Negara (BMN) mengacu pada Peraturan Mcnteri Keuangan Nomor 17/PMK.05/2007 sebagaimana tclah diubah dcngan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat serta Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor 52/kn/2014 hal Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi Penyusutan BMN, dan penyusunan Laporan Barang Pengguna Semesteran pada akhir tahun.

(15)

pengelolaan BMN dan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.

Laporan BMN dihasilkan melalui Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN), yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkornputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan. dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.

Laporan BMN ini terdiri atas: 1. Neraca

2. Laporan Barang Persedian

3. Laporan Aset Tetap (Intrakomptabel, ekstrakomptabel, dan gabungan) 4. Laporan Penyusutan

5. Catatan atas Laporan Barang Milik Negara

6. Berita Acara Rekonsiliasi Internal SAK-SIMAK

Tahapan pelaporan BMN baik di pengguna barang maupun di pengelola barang adalah sebagai berikut :

1). Kuasa Pengguna Barang menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) semesteran dan tahunan untuk disampaikan kepada Pengguna Barang.

2). Pengguna Barang menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) semesteran dan tahunan untuk disampaikan kepada Pengelola Barang. 3). Pengelola Barang menyusun Laporan Barang Milik Negara (LBMN)

berupa tanah dan/atau bangunan idle, menghimpun LBP semesteran dan tahunan, dan menyusun LBMN sebagai bahan untuk menyusun neraca pemerintah pusat.

Pengawasan, Pengendalian atas pelaksanaan Rekonsiliasi pelaporan BMN

 Pengelola/Pengguna Barang melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan rekonsiliasi secara berjenjang terhadap unit akuntansi yang berada di wilayah kerjanya yang antara lain meliputi:

 Kepatuhan pelaksanaan;  Ketepatan waktu;

(16)

 Tindak lanjut atas penyelesaian temuan permasalahan dalam rekonsiliasi.

 Pengelola Barang menyampaikan informasi pelaksanaan rekonsiliasi

bersamaan dengan permintaan penyampaian laporan kepada pengguna/kuasa pengguna barang selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum batas akhir pelaksanaan rekonsiliasi.

 Pengelola Barang melakukan pemantauan secara berkala atas pelaksanaan rekonsiliasi, dengan kewenangan:

 dilaksanakan 5 (lima) hari setelah batas akhir pelaksanaan pemutakhiran dan rekonsiliasi data BMN, dengan mempertimbangkan tingkat risiko

pelaksanaan pemutakhiran dan rekonsiliasi data BMN pada masing-masing unit organisasi dan wilayah kerja, berupa:

 menerbitkan surat peringatan kepada yang tidak menyampaikan laporan dan/atau tidak melaksanakan rekonsiliasi

 dilaksanakan 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya surat peringatan, dengan mempertimbangkan tingkat risiko pengelolaan BMN dan penyerapan APBN, berupa:

 menunda penyelesaian atas usulan pemanfaatan atau pemindahtanganan BMN

(17)

BAB III PENUTUP

Penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi kegiatan pembukuan, Inventarisasi, dan pelaporan. Manajemen Aser Pemerintah diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang tertib, efektif, dan optimal.

(18)

Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan monitoring karena informasi yang dihasilkan dari kegiatan monitoring dijadikan dasar untuk menilai pelaksanaan kegiatan. Evaluasi diarahkan untuk mengukur capaian dan mengontrol arah pelaksanaan kegiatan secara lebih terperinci.

(19)

DAFTAR PUSTAKA Buku dan Modul kerja

Haryanto, dkk. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Tuanakotta,Thedorus M.2007. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi, Jakarta : LPFEUI

Acep Hadinata.2011. Bahan Ajar Manajemen Aset.Jakarta: sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Pusat Adminitrasi Kerjasama Luar Negeri, 2012. Instrumen Monitoring Evaluasi, .Kementerian Dalam Negeri, Jakarta

Suwanda, Dadang. 2013. Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemda. Jakarta : Penerbit PPM.

MODUL Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian Barang Milik Daerah, Tanda Setiya dan Rahmat Guntoro Widyaiswara Muda Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

AAMCOG, 2012, Pedoman Sistim Terpadu Pengelolaan Aset Yang Strategis, Brisbane, Australi

Artikel

Maharani T, Afrida Apri. 2012.Analisis Kegiatan Pengendalian pada Proses Penatausahaan Barang Milik Negara Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri. Jakarta : Skripsi

Regulasi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan perancangan sistem, implementasi, analisa dan evaluasi, dari program aplikasi Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kinerja Mesin pada PKIS Sekar

Kenyataan yang terjadi pada sistem monitoring dan evaluasi proyek agroindustri jambu mete antara lain (1) belum dilibatkannya masyarakat sasaran dalam kegiatan monitoring dan

Untuk yang mengambil lebih dari 1 minggu sejak uang ditransfer, mengapa Saudara baru mengambil uang tersebut lebih dari 1 mingguB. Baru tahu kalau uang

Kegiatan dari monitoring evaluasi kinerja dosen dalam tridharma dilaksanakan oleh Unit Penjaminan Mutu Program Studi secara berkala setiap akhir tahun akademik sebagai hasil

Menyusun rencana kegiatan monitoring dan evaluasi pembelajaran terkait pengelolaan di jurusan/Program Studi (Prodi), sesuai dengan format terlampir terdiri dari: kompetensi

Kegiatan evaluasi ini merupakan kegiatan tahap akhir suatu program/kegiatan untuk menilai atau mengevaluasi apakah sebuah program dinilai berhasil atau gagal,

Monitoring dan evaluasi bagian dari sistem tatakelola yang dikembangkan di Politeknik Yakpermas Banyumas guna menjaga dan memastikan penyelenggaraan pendidikan

Data yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi kehadiran mahasiswa dalam proses pembelajaran diambil dari data Sistem Informasi Kampus (Sisfokampus) sebagai media bagi dosen