• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,

yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Misalnya kebutuhan akan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit, intek dan output,

eliminasi, personal hygiene, bodi mekanik dan posisi.

Dalam pendapatnya Henderson membagi KDM menjadi 14 typologidi,

diantaranya kebutuhan bernafas secara normal, kebutuhan makan dan minum,

kebutuhan eliminasi, kebutuhan bergerak, dan mempertahan posisi, kebutuhan

istirahat dan tidur, kebutuhan memilih pakaian yang tepat, kebutuhan untuk

mempertahan kan temperature tubuh, krbutuhan untuk menjadikan tubuh bersih

dan baik, kebutuhan menghindari kerusakan lingkungan dan injuri, kebutuhan

berkomunikasi dengan orang lain termasuk mengekspresikan keinginan, emosi,

kebutuhan keyakinan atau kepercayaan, kebutuhan bekerja, kebutuhan bermain

dan berpartisipasi dalam rekreasi dan kebutuhan belajar menentukan kegunaan

untuk perkembangan dan fasilitas kesehatan.

Adapun kebutuhan adalah sesuatu yang harus tercukupi bagi makhluk hidup

untuk melangsungkan hidupnya sebagai tujuan untuk bertahan hidup. Kebutuhan

manusia wajib di penuhi. Namun tak selamanya yang kita inginkan itu adalah

kebutuhan namun hanya berupa nafsu dan keegoisan diri kita dan hanya sebagai

(2)

memiliki kebutuhan hidupnya sendiri dan berbeda-beda. Perbedaan kebutuhan

manusia itu di pengaruhi oleh banyak faktor misalnya adalah faktor ekonomi.

Orang dengan ekonomi menengah kebawah pasti memiliki kebutuhan yang

berbeda dengan orang ekonomi menengah ke atas, salah satunya perbedaan

makanan. Orang kaya tidak bisa hanya makan dengan tempe atau sayur bayam

saja namun harus ada telur atau ayam. Dari segi makanan pun sudah ada

perbedaan yang sangat mencolok. Padahal hanya dengan makanan orang bisa

akan bertahan hidup. Dengan lauk, tempe dan sayur bayam juga sudah bisa

bertahan hidup. Namun orang kaya apabila hanya makan sayur dan tempe maka

kepuasan akan hidupnya tidak tercukupi sehingga tujuan dari kebutuhan adalah

sama namun dari tingkat kepuasannya sangant berbeda. Itulah manusia dengan

makhluk yang tidak puas terhadap dirinya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja masalah-masalah yang berhubungan dengan KDM?

2. Bagaimana cara menanggulangi masalah-masalah tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan KDM

(3)

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca atau klien dapat mengetahui

dengan baik dan benar apa saja masalah-masalah yang akan timbul dari tidak

baiknya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dan dapat memberikan kejelasan

terhadap ahli medis dalam hal penanganan yang baik dan benar dari

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Pada Manusia

Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis.

Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Dalam hal ini Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan

yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu

kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan perlindungan; kebutuhan rasa

cinta, memiliki dan dimiliki; kebutuhan harga diri; serta kebutuhan aktualisasi diri

(Potter dan Perry 1997).

a) Kebutuhan fisiologis menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan sangat

mendasar, paling kuat dan paling jelas dari antara sekian kebutuhan untuk

mempertahankan hidupnya secara fisik. Yaitu kebutuhan untuk makan,

minum, tempat tinggal, seksual, tidur dan oksigen. Manusia akan menekan

kebutuhannya sedemikian rupa agar kebutuhan fisiologis (dasar) nya

tercukupi.

b) Kebutuhan akan rasa aman ini baiasanya terpuaskan pada orang-orang yang

sehat dan normal. Seseorang yang tidak aman akan memiliki kebutuhan akan

keteraturan dan setabilitas yang sangat berlebihan dan menghindari hal-hal

yang bersifat asing dan yang tidak di harapkannya. Berbeda dengan orang

yang merasa aman dia akan cenderung santai tanpa ada kecemasan yang

(5)

infeksi, alergi, terhindar dari pencurian dan mendapatkan perlindungan

hukum, bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,

bebas dari teror, dan lain sebagainya.

c) Kebutuhan rasa cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara

lain memberi serta menerima kasih sayang, kehangatan, dan persahabatan;

mendapat tempat dalam keluarga serta kelompok sosial; dan lain-lain.

d) Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain, terkait

dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi , rasa

percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan

pengakuan dari orang lain.

e) Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dala hierarki

Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan

serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada

Manusia

Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor

sebagai berikut:

1) Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan

pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena

beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih

(6)

2) Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan

pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan

kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.

3) Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan

(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan

positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah

berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang

sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

4) Tahap perkembangan

a) Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan.

b) Berbagai fungsi organ tubuh megalami proses kematangan dengan

aktivitas yang berbeda pada setiap tahap perkembangan.

c) Setiap tahap tersebut memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda, baik

kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

2.2 Masalah-Masalah Yang Berhubungan Dengan KDM dan

Penanganannya

Dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, tentunya pasti akan ada

masalah yang berhubungan dengan hal tersebut. Adapun

masalah-masalah yang berhubungan dengan hal tersebut beserta cara penanganannya

(7)

A. Oksigen

Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia,

yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk

menjaga kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan

melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

1. Saraf Otonom

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat

mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat

ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung saraf

dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang

berpengaruh pada bronkhodilatasi; sedangkan parasimpatis mengeluarkan

asetikolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor

adrenergic dan reseptor kolinergik pada saluran pernapasan.

2. Hormonal dan Obat

Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran

pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas,

seperti Sulfas Atropin. Ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik

tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas

(bronkhokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi Pada Saluran Napas

Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu,

(8)

tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal; batuk

apabila rangsanganya disaluran napas bagian atas; bronkhokontriksi terjadi pada

asma bronkhiale; dan rhinitis jika rangsanganya terletak disaluran napas bagian

bawah.

4. Faktor Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan

oksegenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan

anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur dengan adanya

kecenderungan kurang pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi

dewasa, kematangan organ terjadi seiring dengan bertambahnya usia.

5. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti

faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi

kemampuan adaptasi.

6. Faktor Perilaku

Perilaku yang dimaksud antaranya adalah perilaku dalam mengonsumsi

makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan

oksigenasi, merokok dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi makanan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti obesitasnya

seseorang yang memengaruhi proses perkembangan paru-paru. Sedangakan

(9)

Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi

1) Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupnya pemenuhan kebutuhan

oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan

oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan

(sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya

kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya

perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi

oksigen.

2) Perubahan Pola Pernapasan

a) Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per

menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektasis

(pembesaran paru-paru yang tak sempurna ketika bayi lahir) atau terjadi

emboli (penyumbatan pembuluh darah oleh embolus).

b) Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10 kali per

menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan

intracranial (terletak di dalam tempurung tengkorak) yang disertai narkotik

atau sedatif.

c) Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh

yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam sehingga

terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.

d) Kussmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat

(10)

e) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida

dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah

udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.

f) Dispnea merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat

disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja

berat/berlebihan dan pengaruh psikis.

g) Ortopnea merupakan kesulitan bernapas, kecuali dalam posisi duduk atau

berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami

kongesif paru-paru.

h) Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula

naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari

siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.

i) Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru-paru

bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada

keadaan atelektasis (pembesaran paru-paru yang tak sempurna ketika bayi

lahir).

j) Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cyeyne stokes,

akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pernapasan ini ditandai dengan

periode apnea tak beraturan, bergantian dengan periode pengambilan empat

atau lima napas yang kedalamannya sama. Pola ini sering dijumpai pada

pasien dengan radang selaput otak, peningkatan tekanan intracranial, trauma

(11)

k) Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada

saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trachea

atau obstruksi laring.

3) Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada individu dengan

pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk

secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan

akibat penyakit infeksi; stasis sekresi; serta batuk tidak efektif karena penyakit

persarafan seperti cerebo vascular accident (CVA), akibat efek pengobatan

sedative, dan lain-lain. Adapun tanda-tanda klinisnya adalah dibawah ini:

a) Batuk tidak efektif atau tidak ada.

b) Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas.

c) Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.

d) Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4) Pertukaran Gas

Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami

penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan

system vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau

immobilisasi akibat penyakit system saraf; depresi susunan saraf pusat; atau

penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini

menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan

pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala

(12)

kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan

difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang

tidak baik. Adapun tanda klinisnya adalah sebagai berikut:

a) Dispnea (sesak napas) pada usaha napas.

b) Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.

c) Agitasi.

d) Lelah, letargi (keadaan penurunan kesadaran seperti tertidur lelap).

e) Meningkatnya tahanan vascular paru-paru.

f) Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2.

g) Sianosis.

Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi

1) Latihan Napas

Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli

atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi

batuk, dan dapat mengurangi stress.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi (duduk atau tidur telentang).

4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas dahulu melalui

(13)

5. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan

disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut

seperti orang meniup.

6. Catat respons yang terjadi.

7. Cuci tangan.

2) Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki

kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea,

dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke

depan.

4. Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan

menggunakan pernapasan diafragma.

5. Setelah itu, tahan napas selama ± 2 detik.

6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.

7. Tarik napas dengan ringan.

8. Istirahat.

9. Catat respons yang terjadi.

(14)

3) Pemberian Oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam

paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen

pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker.

Pemberian oksigen tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan

mencegah terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan:

1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier.

2. Nasal kateter, kanula, atau masker.

3. Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly).

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Cek flowmeter dan humidifier.

4. Hidupkan tabung oksigen.

(15)

5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi

pasien.

6. Berikan oksigenmelalui kanula atau masker.

7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah

itu beri lubrikan dan masukkan.

8. Catat pemberian dan lakukan observasi.

9. Cuci tangan.

4) Fisioterapi Dada

Fisioterai dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping

dan vibrating pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk

meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Persiapan Alat dan Bahan:

1. Pot sputum berisi desinfektan.

2. Kertas tisu.

3. Dua balok tempat tidur (untuk posturaldrainage).

4. Satu bantal (untuk posturaldrainage).

Prosedur Kerja:

Postural drainage

1. Cuci tangan.

(16)

3. Miringkan pasien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan).

4. Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri).

5. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu

bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah).

6. Lakukan postural drainage ± 10-15 menit.

7. Observasi tanda vital selama prosedur.

8. Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan

suction.

9. Lakukan hingga lender bersih.

10. Catat respons yang terjadi.

11. Cuci tangan.

Clapping

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur kerja yang akan dilaksanakan.

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.

4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung

(17)

5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung

sputum pada pot sputum.

6. Lakukan higga lender bersih.

7. Catat respons yang terjadi.

8. Cuci tangan.

Vibrating

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.

4. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam

dan meminta pasien untuk mengeluarkan napas perlahan-lahan. Untuk itu,

letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan

getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali

hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum.

5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung

sputum pada pot sputum.

6. Lakukan hingga lender bersih.

(18)

8. Cuci tangan.

5) Pengisapan Lendir

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak

mampu mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut

dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Persiapan Alat dan Bahan:

1. Alat pengisap lender dengan botol yang berisi larutan desinfektan.

2. Kateter pengisapan lender.

3. Pinset steril.

4. Sarung tangan steril.

5. Dua kom berisi laruran akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan.

6. Kasa steril.

7. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring ke arah perawat.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap.

6. Hidupkan mesin pengisap.

7. Lakukan pengisapan lender dengan memasukkan kateter pengisap ke dalam

kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.

(19)

9. Tarik lender dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik.

10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%.

11. Lakukan hingga lender bersih.

12. Catat respons yang terjadi.

13. Cuci tangan.

Cara pengisapan lendir

Cara

(20)

B. Nutrisi

Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer

Konstantinides). Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan

yang dikonsumsinya (Cristian dan Gregar 1985). Dengan kata lain nutrisi adalah

apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh menggunakannya. Masyarakat

memperoleh makanan atau nutrien esensial untuk pertumbuhan dan pertahanan

dari seluruh jaringan tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses tubuh.

Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan

dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.

Jenis-Jenis Nutrien

1. Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh.

Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging, babi,

domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati adalah: kelompok

kacang polong (misalnya buncis, kapri, dan kedelai), kacang-kacangan, dan

biji-bijian.

Fungsi protein :

a) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme

yang normal dan proses pengausan yang normal.

b) Protein menghasilkan jaringan baru.

c) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan

fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.

(21)

2. Karbohidrat memberikan energi kepada bayi. Sereal dan roti merupakan

sumber karbohidrat yang baik. Sebaiknya orangtua memilih sereal yang

diperkaya zat besi, terutama untuk bayi yang disusui, untuk mencegah

timbulnya anemia karena kekurangan zat besi.

3. Nukleotida meningkatkan respons imun dan memperkecil kemungkinan

terjadinya diare pada bayi. Sekalipun tubuh dapat memproduksi nukleotida,

bayi-bayi tetap membutuhkan penambahan nukleotida untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhannya yang cepat. Makanan pada awal masa sapih

bukan sumber nukleotida yang baik. Beberapa susu-lanjutan telah diperkaya

dengan nukleotida.

4. Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak

terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Fungsi lemak :

a) Sebagai sumber energi, merupakan sumber energi yang dipadatkan

dengan memberikan 9 kal/gr.

b) Ikut serta membangun jaringan tubuh.

c) Perlindungan.

d) Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.

e) Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung

dan mencegah timbul rasa lapar kembali segera setelah makan.

f) Vitamin larut dalam lemak.

5. AA dan DHA : Asam arakhidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA)

adalah dua asam lemak penting, khususnya dalam masa pertumbuhan otak

(22)

periode ini, AA dan DHA berperan besar dalam perkembangan mental dan

daya lihat bayi. Karena sebagian besar makanan sapihan mengandung sedikit

AA dan DHA, susu-lanjutan yang diperkaya dengan AA dan DHA akan

menjadi sumber penting dua asam lemak ini.

6. Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan

berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.

Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

1) Pengetahuan

Rendahnya pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat di sebabkan oleh

kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami

kebutuhan gizi.

2) Prasangka

Prasangka buruk yang terjadi terhadap jenis makanan bergizi tinggi dapat

mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah tempe yang

merupakan sumber protein yang paling murah, tetapi tidak digunakan sebagai

bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap

mengonsusi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.

3) Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu

juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah terdapat

larangan makan pisang dan pepaya bagi gadis remaja padahal makanan tersebut

(23)

anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan padahal ikan

merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.

4) Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh

zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.

5) Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena makanan

bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

Tanda Klinis Kelebihan Nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang

mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme

secara berlebih.

Tanda Klinis :

a) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.

b) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).

c) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 cm pada pria dan 25 mm pada wanita.adanya

jumlah asupan yang berlebihan.

d) Aktifitas menurun atau menoton.

Kemungkinan Penyebab :

a) Perubahan pola makan.

(24)

Tanda Klinis Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam

keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat tidak

kecukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Tanda Klinis :

a) Berat badan 10-20% dibawah normal.

b) Tinggi badan di bawah ideal.

c) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.

d) Adanya penurunan transferin.

Kemungkinan Penyebab :

a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat

penyakit infeksi atau kanker.

b) Disfagia karena adanya kelainan persarafan.

c) Penurunan absorbs nutrisi akibat penyakit intoleransi laktosa.

d) Nafsu makan menurun.

Gangguan/Masalah Yang Berhubungan Dengan Nutrisi

1) Obesitas

Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas

normal berat badan seseorang. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan asupan

kalori dari kebutuhan normal dan diiringi dengan penurunan penggunaan kalori

(kurang aktivitas fisik). Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme

(25)

2) Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi

pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah

meskipun asupan makanannya cukup dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan

otot dan penurunan energy, kulit pucat, konjungtiva, dan lain-lain.

3) Diabetes Militus

Diabetes miltus merupakan gagauan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan

adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau

penggunaan karbohidrat secara berlebihan.

4) Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabakan oleh berbagai

masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab adanya obestisitas, serta

asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.

5) Penyakit Jantung Korioner

Penykit jantung korener merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan

oleh adanya peningkatan kolestrol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini

sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,

obestisitas dan lain – lain.

6) Kanker

Kanker adalah gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh

(26)

7) Anoreksia Nervosa

Aneroksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan

berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri

abdomen, kedinginan, elergi, dan kelebihan energi.

Tindakan Untuk Mengatasi Masalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1) Pemberian Nutrisi Melalui Oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan pada pasien yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri. Tindakan yang dilakukan

adalah dengan membantu memberikan makanan/nutrisi melalui oral (mulut).

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera

makan pasien.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Piring.

2. Sendok.

3. Garpu.

4. Gelas.

5. Serbet.

6. Mangok cuci tangan.

7. Pengalas.

8. Jenis diet.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

(27)

3. Atur posisi pasien.

4. Pasang pengalas.

5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan.

6. Bantu untuk melakukan makan dengan menyuapkan makanan sedikit demi

sedikit dan berikan minum sesudah makan.

7. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan duduk sebentar.

8. Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan.

9. Cuci tangan

2) Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga merupakan tindakan pada pasien

yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. Tujuannya untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Pipa penduga dalam tempatnya.

2. Corong.

3. Spuit 20 cc.

4. Pengalas.

5. Bengkok.

6. Plester, gunting.

7. Makanan dalam bentuk cair.

8. Air matang.

9. Obat.

(28)

11. Klem.

12.Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)

13.Vaselin.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi semifowler pada pasien.

4. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.

5. Letakkan bengkok (nierbekken) di dekat pasien.

6. Tentukan letak pipa penduga dengan mengukur panjang pipa dari epigastrum

sampai hidung, kemudian dibengkokkan ke telinga, dan diberi tanda

batasnya.

7. Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut,

lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan

untuk menelannya.

8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan

cara:

a. Masukkan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air

(klem dibuka). Perhatikan bila ada gelembung, pipa masuk ke paru-paru

dan jika tidak ada gelembung, pipa tersebut masuk ke lambung. Setelah

itu, diklem atau dilipat kembali.

b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan

(29)

tersebut sudah masuk. Setelah itu, keluarkan udara yang ada di dalam

sebanyak jumlah yang dimasukkan.

9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan

memasang corong atau spuit pada pangkal pipa.

10. Pada awalnya,tuangkan dan masukkan air matang ± 15 cc melalui pinggirnya.

11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia. Setelah itu, bila ada obat,

maka asupan. Kemudian beri minum, lalu pipa penduga diklem.

12. Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.

13. Cuci tangan.

C. Cairan dan Elektrolit

a) Cairan

Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan

hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian

Cara pengukuran pipa lambung

(30)

padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda

berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total

berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total

berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan.

Gangguan/Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan:

1) Hipovolume atau Dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan

kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh

dengan mengosongkan cairan vascular. Sebagai kompensasi akibat penurunan

cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan

ini terjadi pada pasien diare dan muntah.

Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan

tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan

klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara

berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu yang lama dan terus-menerus.

Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya

gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare, muntah yang

terus-menerus, terpasang drainage, dan lain-lain.

2) Hipervolume atau Overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu

hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada

(31)

dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan

pitting edema.

Peningkatan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke

membrane kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan dapat

mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru-paru adalah sputum, dispnea,

batuk, dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang

mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan

perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.

b) Elektrolit

Kebutuhan Elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung

oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya

disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk

ion elektrolit.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit:

1) Hiponatremia

Hiponatremia merupakan sesuatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam

plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang

dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan diare. Hal tersebut menimbulkan rasa haus

yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membrane mukosa

kering. Hiponatermia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang

(32)

2) Hipernatremia

Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma

tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit

buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan

kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih

dari 145 m Eq/L. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan

asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.

3) Hipokalemia

Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.

Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang

mengalami diare berkepanjangan. Kondisi hipokalemia ditandai dengan lemahnya

denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah,

perutnya kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan

(aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium plasmanya menurun hingga

kurang dari 3,5 mEq/L.

4) Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah

tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis

metabolik, pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena. Hiperkalemia di

tandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, arimia, kelemahan,

jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas (peka

(33)

5) Hipokalsemia

Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.

Hipokalsemia di tandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang,

bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L, serta kesemutan

pada jari dan sekitar mulut. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh pengaruh

pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi

intestinal.

6) Hiperkalsemia

Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam

darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok

dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia dengan adanya nyeri pada

tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam

plasma lebih dari 4,3 mEq/L.

7) Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.

Hipomagnesia di tandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan

tangan, takikardi, hipertensi, disoreantasi dan konvulsi, serta kadar magnesium

dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

8) Hipermagnesia

Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah.

Hal ini ditandai dengan adanya koma, gannguan pernapasan, dan kadar

(34)

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ,

sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui

keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

3. Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah

cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan

cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah

pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Stres dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,

melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat

meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis oto

yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.

5. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang

cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh

seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan

kebutuhan cairan.

Tindakan untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan

Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1) Pemberian Cairan Melalui Infus

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan

(35)

Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta

sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Standar infus.

2. Perangkat infus.

3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.

4. Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.

5. Pengalas.

6. Tourniquet/pembendung.

7. Kapas alcohol 70%.

8. Plester.

9. Gunting.

10. Kasa steril.

11. Betadine™.

12. Sarung tangan.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Hubungkan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol

infuse (cairan).

4. Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan

hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang

(36)

5. Letakkan pengalas.

6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.

7. Gunakan sarung tangan.

8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.

9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.

10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan cirri darah keluar melalui jarum

infuse/abocath.

11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse.

12. Buka tetesan.

13. Lakukan desinfeksi dengan Betadine™ dan tutup dengan kasa steril.

14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.

15. Catat respons yang terjadi.

16. Cuci tangan.

Cara desinfeksi sebelum memasang infus Posisi pemasangan infuse

(37)

2) Tranfusi Darah

Tranfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan

menggunakan seperangkat alat tranfusi pada pasien yang membutuhkan darah.

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Standar infuse.

2. Perangkat transfuse.

3. NaCl 0,9%.

4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.

5. Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.

6. Pengalas.

7. Tourniquet/pembendung.

8. Kapas alcohol 70%.

9. Plester.

10. Gunting.

11. Kasa steril.

12. Betadine™.

13. Sarung tangan.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan

(38)

4. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfuse dengan menekan bagian

ruang tetesan hingga tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga

selang terisi dan udaranya keluar.

5. Letakkan pengalas.

6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.

7. Gunakan sarung tangan.

8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.

9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.

10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui

infuse/abocath.

11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang transfuse.

12. Buka tetesan.

13. Lakukan desinfeksi dengan Betadine™ dan tutup dengan kasa steril.

14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.

15. Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah

disiapkan.

16. Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas

pasien, jenis golongan darah, dan tanggal kadaluwarsa.

17. Lakukan observai tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse.

18. Catat respons terjadi.

(39)

D. Intake dan Output

1. Intake Cairan

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus

dikendalikan oleh otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi

intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,

perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di

mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi

secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses

absorbsi oleh gastrointestinal.

Cara untuk mengatasi masalah intake cairan pada seseorang adalah dengan

memenuhi kebutuhan intake cairan tersebut. Dalam hal ini selama aktivitas dan

temperature seorang yang dewasa, dia harus meminum kira-kira 1500 ml per hari,

sedangkan kebutuhan cairan tubuhnya kira-kira 2500 ml per hari. Sehingga

kekurangan sekitar 1000 ml per hari dapat diperoleh dari makanan, dan oksidasi

selama proses metabolisme. Dibawah ini merupakan table kebutuhan intake cairan

seseorang berdasarkan umur dan berat badannya:

(40)

No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)

Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:

a) Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius

merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output

urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang

dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam

setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine

akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b) IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme

diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini

adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh

meningkat maka IWL dapat meningkat.

c) Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon

ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui

(41)

d) Feses

Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur

melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Tindakan Mengatasi Masalah Output Cairan

Dalam mengatasi masalah output cairan, manusia dituntut untuk

memperhatikan jumlah rata-rata cairan per harinya.

a) Jumlah Rata-Rata Cairan Per Hari

1) Air minum : 1500-2500 ml

2) Air dari makanan :750 ml

3) Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml

b) Jumlah Rata-Rata Pengeluaran Cairan Per Hari

1) Urin : 1400 -1500 ml

2) Paru : 350 -400 ml

3) Kulit : 350 400 ml

4) Keringat : 100 ml

5) Feses : 100 -200 ml

6) I W L

a) Dewasa : 15 cc/kg BB/hari.

b) Anak : (30-usia{tahun}) cc/kgBB/hari.

(42)

Eliminasi merupakan proses pembuangan. Pemenuhan kebutuhan eliminasi

terdiri dari kebutuhan-kebutuhan eliminasi urine (berkemih) dan eliminasi alvi

(defekasi).

Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya

proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan

berupa urin (air kemih).

a. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1) Ginjal

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di

belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung

pada dinding abdomen.

Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2

buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang

dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih

panjang dari pada ginjal wanita.

(43)

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ±

0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak

dalam rongga pelvis.

3) Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,

terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung

kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan

ligamentum vesika umbikalis medius.

4) Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan

berkelok–kelok melalui tengah–tengah prostat kemudian menembus lapisan

fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki–laki terdiri dari :

a) Uretra prostaria.

b) Uretra membranosa.

c) Uretra kavemosa.

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),

(44)

berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada

wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan

pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara

uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan

uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

b. Tahap-Tahap Pembentukan Urine :

1. Proses Filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar

dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang

tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring

ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,

sulfat, bikarbonat dan lain-lain diteruskan ke seluruh ginjal.

2. Proses Reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,

fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal

dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus

ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila

diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya

terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada

pupila renalis.

(45)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus

pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan

urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.

Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke

ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang

merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah

penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Eliminasi Urine

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine :

1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi

output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine

yang dibentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan

urine.

2. Respons Keinginan Awal Untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan

urine banyak tertahan didalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran

vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

3. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi.

(46)

4. Stres Psikologis

Meningkatnya sel dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini

karena meningkatnya sensitivitas unuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang

diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk

fingsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

Hilangnya tonus otot vesika urinearia dapat menyebabkan kemampuan

mengontrol berkemih menurun.

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola

berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki

mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun, kemampuan

dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes

mellitus.

8. Sosiokultural

Budaya yang dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya

kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil ditempat

(47)

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih ditoilet, biasanya mengalami

kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan

sakit.

10. Tonus Otot

Tonus otot berperan penting dalam membatu proses berkemih adalah otot

kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam

kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan

Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari

pemberian otot anestesi sehingga menyababkan penurunan jumlah produksi urine.

12. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya

peningkatan atau penurunan fases perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat

meningkatakan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan

antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

13. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,

khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan

saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat

(48)

tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema local pada uretra sehingga

pengeluaran urine terganggu.

Gangguan/Masalah Pada Eliminasi Urine :

1) Retensi Urine

Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat

ketikmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini

menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang

mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan

distensi, vesika urinaria dapat menampng urine sebanyak 3000-4000 ml urine.

2) Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine merupakan ketikmampuan otot sphincter eksternal

sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum,

penyebab dari inkontinensia urine adalah: proses penuaan (aging process),

pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, serta penggunaan obat

narkotik dan sedative.

3) Enuresis

Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang

diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya, enuresis

terjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya, enuresis terjadi pada malam hari

(nocturnal enuresis).

(49)

Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang

mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan

motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih.

Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine

1) Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan

Dalam masalah ini pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda,

maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan

tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut, antara lain pengambilan urine biasa,

pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.

Persiapan Alat dan Bahan:

1. Botol penampung beserta penutup.

2. Etiket khusus.

Prosedur Kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri):

1. Cuci Tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil secara sendiri, maka bantu

untuk buang air kecil (lihat prosedur menolong buang air kecil). Keluarkan

urine, kemudian tampung ke dalam botol.

4. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri, maka anjurkan pasien

untuk buang air kecil dan biarkan urine yang pertama keluar dahulu.

Kemudian anjurkan menampung urine ke dalam botol.

5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.

(50)

2) Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal

Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di

kamar kecil dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal). Hal

tersebut dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine

(warna dan jumlah).

Persiapan Alat dan bahan

1. Urineal.

2. Pengalas.

3. Tisu.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Pasang alat urineal di bawah glutea.

4. Lepas pakaian bawah pasien.

5. Pasang urineal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.

6. Ajurkan pasien untuk berkemih.

7. Setelah selesai, rapikan alat.

8. Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.

3) Melakukan Kateterisasi

Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandungan

kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai

(51)

menjadi dua tipe indikasi, yaitu tipe intermittent (straight kateter) dan tipe

indwelling (foley kateter).

Persiapan alat dan bahan :

1. Sarung tangan steril.

2. Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis).

3. Duk steril.

4. Minyak pelumas/jelly.

5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat).

6. Spuit yang berisi cairan.

7. Perlak dan alasanya.

8. Pinset anatomi.

9. Bengkok.

10. Urineal bag.

(52)

Prosedur Kerja (pada perempuan)

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur ruangan.

4. Pasang perlak/alas.

5. Gunakan sarung tangan steril.

6. Pasang duk steril.

7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (±3 kali hingga

bersih).

8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan kiri. Bersihkan

bagian dalam.

9. Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujunya, lalu asupan

pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik nafas, asupan (2,5-5 cm) atau hingga urine

keluar.

10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan

menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap tarik

kembali sambil pasien disuruh nafas dalam.

11. Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi kea rah samping.

12. Rapikan alat.

(53)

Eliminasi Alvi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi (Buang Air Besar)

1. Usia

Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses

defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara

penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki

kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses

pengontrolan tersebut mengalammi penurunan.

2. Diet

Diet, pola, atau jenis makanan yang di konsumsi dapat mempengaruhi proses

defekasi. Makanan yang memilikki kandungan serat tinggi dapat membantu

proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat

mempengaruhinya.

(54)

3. Asupan Cairan

Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membantu defekasi menjadi

keras. Oleh karena, proses absorbsi air yang kurang menyebabkan kesulitan

proses defekasi.

4. Aktivitas

Aktivitas dapat mempengaruhi defekasi karena melalui aktivitas tonus otot

abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Hal

ini kemudian membantu proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat

bertambah baik.

5. Pengobatan

Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi, seperti

penggunaan Laksantif dan Antasida yang terlalu serinng. Kedua jenis tersebut

dapat melunakan feses dan dapat meningkatkan peristaltic usus. Penggunaan lama

menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsive

terhadap stimulasi yang di berikan oleh Laksantif.

6. Gaya Hidup

Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini

dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan buang air

besar di tempat yang bersih atau toilet, ketika seseorang tersebut buang air besar

di tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, maka ia akan mengalami

(55)

7. Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya

penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti

gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

8. Nyeri

Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan untuk defekasi

seperti nyeri pada kasus hemorroid dan episiotomy.

9. Kerusakan Sensoris dan Motoris

Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses

defekasi karena dapat menimbulkan proses penularan stimulasi sensoris dalam

melakukan defekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang

belakang atau kerusakan saraf lainnya.

Gangguan/Masalah Pada Eliminasi Alvi:

1) Konstipasi

Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi

mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau

keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.

2) Diare

Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering

mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang

(56)

3) Inkontinensia Usus

Inkontinensia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan

kebiasaan dari proses defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran

feses tak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan

hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui

sphincter akibat kerusakan sphincter.

4) Kembung

Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan

gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.

5) Hemorroid

Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena didaerah anus

sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena

konstipasi, perenggangan saat defekasi, dan lain-lain.

6) Fecal Impaction

Fecal impaction merupakan massa feses keras dilipatkan rektum yang

diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.

Penyebab fecal impaction yaitu, asupan kurang, aktivitas kurang , diet rendah

serat, dan kelemahan tonus otot.

Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)

1) Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan

Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang

dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan

(57)

Persiapan alat dan bahan :

1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.

2. Etiket khusus.

3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Ajurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah

dikeluarkan. Setelah selesai, anjurkan untuk membersihkan daerah sekitar

anus.

4. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.

5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.

6. Cuci tangan.

2) Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot

Membantu pasien buang air besar dengan pispot di tempat tidur merupakan

tindakan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar

kecil. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Alas/perlak.

2. Pispot.

3. Air bersih.

4. Tisu.

(58)

6. Sarung tangan.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Pasang pengalas di bawah glutea.

6. Tempatkan pispot diantara pengalas tempat di bawah glutea dengan posisi

bagian lubang pispot tepat di bawah rectum.

7. Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah

nyaman atau belum. Kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan.

8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang telah disediakan.

9. Setelah selesai, siram dengan air hingga bersih. Kemudian keringkan dengan

tisu.

10. Catat tanggal, jam defekasi, dan karakteristiknya.

(59)

3) Memberikan Huknah Rendah

Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat

kedalam kolon desenden dengan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut

bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah

terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang

buang air besar bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.

Persiapan alat dan bahan

1. Pengalas.

2. Irigator lengkap dengan kanula rekti.

3. Cairan hangat ± 700-1000 ml dengan suhu 40,5-43˚C pada orang dewasa.

4. Bengkok.

5. Jelly.

6. Pispot.

7. Sampiran.

8. Sarung tangan.

9. Tisu.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran apabila di banngsal umum atau

menutup pintu apabila di ruang sendiri.

4. Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien.

Referensi

Dokumen terkait

karakteristik, dan penyebab kurang tidur. Anjurkan klien untuk mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur. Anjurkan klien untuk tidur dengan

Melakukan personal hygiene pada pasien, membersihkan telinga, hidung, serta mengusapkan madu pada bibir pasien dengan tujuan untuk melembabkan bibir klien agar tidak

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan minum karena

Kuku kaki dan tangan klien bersih. Uraikan aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total. Seluruh aktivitas

*untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi kematiam dan kehilangan *dapat memahami apa saja sebab-sebab kematian dan hak-hak asasi pasien menjelang ajal?. *dapat

Intervensi dilanjutkan Memberikan cairan intravena sesuai dengan program terapi Memberikan cairan pada makanan atau beri minum saat makan. Membantu pasien dalam

klien mengenai kontrol infeksi: Dorong untuk beristirahat, Berikan terapi antibiotik yang sesuai, Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang di resepkan,

Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan.. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai