BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Misalnya kebutuhan akan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit, intek dan output,
eliminasi, personal hygiene, bodi mekanik dan posisi.
Dalam pendapatnya Henderson membagi KDM menjadi 14 typologidi,
diantaranya kebutuhan bernafas secara normal, kebutuhan makan dan minum,
kebutuhan eliminasi, kebutuhan bergerak, dan mempertahan posisi, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan memilih pakaian yang tepat, kebutuhan untuk
mempertahan kan temperature tubuh, krbutuhan untuk menjadikan tubuh bersih
dan baik, kebutuhan menghindari kerusakan lingkungan dan injuri, kebutuhan
berkomunikasi dengan orang lain termasuk mengekspresikan keinginan, emosi,
kebutuhan keyakinan atau kepercayaan, kebutuhan bekerja, kebutuhan bermain
dan berpartisipasi dalam rekreasi dan kebutuhan belajar menentukan kegunaan
untuk perkembangan dan fasilitas kesehatan.
Adapun kebutuhan adalah sesuatu yang harus tercukupi bagi makhluk hidup
untuk melangsungkan hidupnya sebagai tujuan untuk bertahan hidup. Kebutuhan
manusia wajib di penuhi. Namun tak selamanya yang kita inginkan itu adalah
kebutuhan namun hanya berupa nafsu dan keegoisan diri kita dan hanya sebagai
memiliki kebutuhan hidupnya sendiri dan berbeda-beda. Perbedaan kebutuhan
manusia itu di pengaruhi oleh banyak faktor misalnya adalah faktor ekonomi.
Orang dengan ekonomi menengah kebawah pasti memiliki kebutuhan yang
berbeda dengan orang ekonomi menengah ke atas, salah satunya perbedaan
makanan. Orang kaya tidak bisa hanya makan dengan tempe atau sayur bayam
saja namun harus ada telur atau ayam. Dari segi makanan pun sudah ada
perbedaan yang sangat mencolok. Padahal hanya dengan makanan orang bisa
akan bertahan hidup. Dengan lauk, tempe dan sayur bayam juga sudah bisa
bertahan hidup. Namun orang kaya apabila hanya makan sayur dan tempe maka
kepuasan akan hidupnya tidak tercukupi sehingga tujuan dari kebutuhan adalah
sama namun dari tingkat kepuasannya sangant berbeda. Itulah manusia dengan
makhluk yang tidak puas terhadap dirinya sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah-masalah yang berhubungan dengan KDM?
2. Bagaimana cara menanggulangi masalah-masalah tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan KDM
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca atau klien dapat mengetahui
dengan baik dan benar apa saja masalah-masalah yang akan timbul dari tidak
baiknya pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dan dapat memberikan kejelasan
terhadap ahli medis dalam hal penanganan yang baik dan benar dari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Pada Manusia
Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis.
Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Dalam hal ini Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan
yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan perlindungan; kebutuhan rasa
cinta, memiliki dan dimiliki; kebutuhan harga diri; serta kebutuhan aktualisasi diri
(Potter dan Perry 1997).
a) Kebutuhan fisiologis menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan sangat
mendasar, paling kuat dan paling jelas dari antara sekian kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik. Yaitu kebutuhan untuk makan,
minum, tempat tinggal, seksual, tidur dan oksigen. Manusia akan menekan
kebutuhannya sedemikian rupa agar kebutuhan fisiologis (dasar) nya
tercukupi.
b) Kebutuhan akan rasa aman ini baiasanya terpuaskan pada orang-orang yang
sehat dan normal. Seseorang yang tidak aman akan memiliki kebutuhan akan
keteraturan dan setabilitas yang sangat berlebihan dan menghindari hal-hal
yang bersifat asing dan yang tidak di harapkannya. Berbeda dengan orang
yang merasa aman dia akan cenderung santai tanpa ada kecemasan yang
infeksi, alergi, terhindar dari pencurian dan mendapatkan perlindungan
hukum, bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebas dari teror, dan lain sebagainya.
c) Kebutuhan rasa cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara
lain memberi serta menerima kasih sayang, kehangatan, dan persahabatan;
mendapat tempat dalam keluarga serta kelompok sosial; dan lain-lain.
d) Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain, terkait
dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi , rasa
percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan
pengakuan dari orang lain.
e) Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dala hierarki
Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan
serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
Manusia
Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor
sebagai berikut:
1) Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena
beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih
2) Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
3) Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan
kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan
(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan
positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah
berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang
sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4) Tahap perkembangan
a) Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan.
b) Berbagai fungsi organ tubuh megalami proses kematangan dengan
aktivitas yang berbeda pada setiap tahap perkembangan.
c) Setiap tahap tersebut memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda, baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
2.2 Masalah-Masalah Yang Berhubungan Dengan KDM dan
Penanganannya
Dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, tentunya pasti akan ada
masalah yang berhubungan dengan hal tersebut. Adapun
masalah-masalah yang berhubungan dengan hal tersebut beserta cara penanganannya
A. Oksigen
Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia,
yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk
menjaga kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan
melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung saraf
dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang
berpengaruh pada bronkhodilatasi; sedangkan parasimpatis mengeluarkan
asetikolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor
adrenergic dan reseptor kolinergik pada saluran pernapasan.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran
pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas,
seperti Sulfas Atropin. Ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik
tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas
(bronkhokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.
3. Alergi Pada Saluran Napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu,
tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal; batuk
apabila rangsanganya disaluran napas bagian atas; bronkhokontriksi terjadi pada
asma bronkhiale; dan rhinitis jika rangsanganya terletak disaluran napas bagian
bawah.
4. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksegenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan
anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur dengan adanya
kecenderungan kurang pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh menjadi
dewasa, kematangan organ terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti
faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
6. Faktor Perilaku
Perilaku yang dimaksud antaranya adalah perilaku dalam mengonsumsi
makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan
oksigenasi, merokok dan lain-lain. Perilaku dalam mengonsumsi makanan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigenasi, seperti obesitasnya
seseorang yang memengaruhi proses perkembangan paru-paru. Sedangakan
Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1) Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupnya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan
oksigen di tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan
(sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya
kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya
perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi
oksigen.
2) Perubahan Pola Pernapasan
a) Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per
menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektasis
(pembesaran paru-paru yang tak sempurna ketika bayi lahir) atau terjadi
emboli (penyumbatan pembuluh darah oleh embolus).
b) Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10 kali per
menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan
intracranial (terletak di dalam tempurung tengkorak) yang disertai narkotik
atau sedatif.
c) Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh
yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam sehingga
terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.
d) Kussmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
e) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida
dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah
udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.
f) Dispnea merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat/berlebihan dan pengaruh psikis.
g) Ortopnea merupakan kesulitan bernapas, kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongesif paru-paru.
h) Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula
naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari
siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
i) Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru-paru
bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada
keadaan atelektasis (pembesaran paru-paru yang tak sempurna ketika bayi
lahir).
j) Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cyeyne stokes,
akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pernapasan ini ditandai dengan
periode apnea tak beraturan, bergantian dengan periode pengambilan empat
atau lima napas yang kedalamannya sama. Pola ini sering dijumpai pada
pasien dengan radang selaput otak, peningkatan tekanan intracranial, trauma
k) Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trachea
atau obstruksi laring.
3) Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada individu dengan
pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk
secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi; stasis sekresi; serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan seperti cerebo vascular accident (CVA), akibat efek pengobatan
sedative, dan lain-lain. Adapun tanda-tanda klinisnya adalah dibawah ini:
a) Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b) Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas.
c) Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d) Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4) Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami
penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan
system vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau
immobilisasi akibat penyakit system saraf; depresi susunan saraf pusat; atau
penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini
menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan
pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala
kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan
difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang
tidak baik. Adapun tanda klinisnya adalah sebagai berikut:
a) Dispnea (sesak napas) pada usaha napas.
b) Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c) Agitasi.
d) Lelah, letargi (keadaan penurunan kesadaran seperti tertidur lelap).
e) Meningkatnya tahanan vascular paru-paru.
f) Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2.
g) Sianosis.
Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1) Latihan Napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli
atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi
batuk, dan dapat mengurangi stress.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi (duduk atau tidur telentang).
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas dahulu melalui
5. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan
disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut
seperti orang meniup.
6. Catat respons yang terjadi.
7. Cuci tangan.
2) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea,
dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke
depan.
4. Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan
menggunakan pernapasan diafragma.
5. Setelah itu, tahan napas selama ± 2 detik.
6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.
7. Tarik napas dengan ringan.
8. Istirahat.
9. Catat respons yang terjadi.
3) Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen
pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker.
Pemberian oksigen tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier.
2. Nasal kateter, kanula, atau masker.
3. Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly).
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Cek flowmeter dan humidifier.
4. Hidupkan tabung oksigen.
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
6. Berikan oksigenmelalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah
itu beri lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan.
4) Fisioterapi Dada
Fisioterai dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping
dan vibrating pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Pot sputum berisi desinfektan.
2. Kertas tisu.
3. Dua balok tempat tidur (untuk posturaldrainage).
4. Satu bantal (untuk posturaldrainage).
Prosedur Kerja:
Postural drainage
1. Cuci tangan.
3. Miringkan pasien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan).
4. Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru kiri).
5. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu
bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah).
6. Lakukan postural drainage ± 10-15 menit.
7. Observasi tanda vital selama prosedur.
8. Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan
suction.
9. Lakukan hingga lender bersih.
10. Catat respons yang terjadi.
11. Cuci tangan.
Clapping
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur kerja yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung
sputum pada pot sputum.
6. Lakukan higga lender bersih.
7. Catat respons yang terjadi.
8. Cuci tangan.
Vibrating
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.
4. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam
dan meminta pasien untuk mengeluarkan napas perlahan-lahan. Untuk itu,
letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga dan
getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan secara berkali-kali
hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum.
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampung
sputum pada pot sputum.
6. Lakukan hingga lender bersih.
8. Cuci tangan.
5) Pengisapan Lendir
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak
mampu mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut
dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Alat pengisap lender dengan botol yang berisi larutan desinfektan.
2. Kateter pengisapan lender.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi laruran akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring ke arah perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap.
6. Hidupkan mesin pengisap.
7. Lakukan pengisapan lender dengan memasukkan kateter pengisap ke dalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
9. Tarik lender dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik.
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%.
11. Lakukan hingga lender bersih.
12. Catat respons yang terjadi.
13. Cuci tangan.
Cara pengisapan lendir
Cara
B. Nutrisi
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer
Konstantinides). Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan
yang dikonsumsinya (Cristian dan Gregar 1985). Dengan kata lain nutrisi adalah
apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh menggunakannya. Masyarakat
memperoleh makanan atau nutrien esensial untuk pertumbuhan dan pertahanan
dari seluruh jaringan tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses tubuh.
Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan
dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
Jenis-Jenis Nutrien
1. Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging, babi,
domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati adalah: kelompok
kacang polong (misalnya buncis, kapri, dan kedelai), kacang-kacangan, dan
biji-bijian.
Fungsi protein :
a) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme
yang normal dan proses pengausan yang normal.
b) Protein menghasilkan jaringan baru.
c) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan
fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
2. Karbohidrat memberikan energi kepada bayi. Sereal dan roti merupakan
sumber karbohidrat yang baik. Sebaiknya orangtua memilih sereal yang
diperkaya zat besi, terutama untuk bayi yang disusui, untuk mencegah
timbulnya anemia karena kekurangan zat besi.
3. Nukleotida meningkatkan respons imun dan memperkecil kemungkinan
terjadinya diare pada bayi. Sekalipun tubuh dapat memproduksi nukleotida,
bayi-bayi tetap membutuhkan penambahan nukleotida untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhannya yang cepat. Makanan pada awal masa sapih
bukan sumber nukleotida yang baik. Beberapa susu-lanjutan telah diperkaya
dengan nukleotida.
4. Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak
terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Fungsi lemak :
a) Sebagai sumber energi, merupakan sumber energi yang dipadatkan
dengan memberikan 9 kal/gr.
b) Ikut serta membangun jaringan tubuh.
c) Perlindungan.
d) Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.
e) Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung
dan mencegah timbul rasa lapar kembali segera setelah makan.
f) Vitamin larut dalam lemak.
5. AA dan DHA : Asam arakhidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA)
adalah dua asam lemak penting, khususnya dalam masa pertumbuhan otak
periode ini, AA dan DHA berperan besar dalam perkembangan mental dan
daya lihat bayi. Karena sebagian besar makanan sapihan mengandung sedikit
AA dan DHA, susu-lanjutan yang diperkaya dengan AA dan DHA akan
menjadi sumber penting dua asam lemak ini.
6. Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1) Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat di sebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan gizi.
2) Prasangka
Prasangka buruk yang terjadi terhadap jenis makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tetapi tidak digunakan sebagai
bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap
mengonsusi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah terdapat
larangan makan pisang dan pepaya bagi gadis remaja padahal makanan tersebut
anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh
zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena makanan
bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Tanda Klinis Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
Tanda Klinis :
a) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
b) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
c) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 cm pada pria dan 25 mm pada wanita.adanya
jumlah asupan yang berlebihan.
d) Aktifitas menurun atau menoton.
Kemungkinan Penyebab :
a) Perubahan pola makan.
Tanda Klinis Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat tidak
kecukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda Klinis :
a) Berat badan 10-20% dibawah normal.
b) Tinggi badan di bawah ideal.
c) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
d) Adanya penurunan transferin.
Kemungkinan Penyebab :
a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker.
b) Disfagia karena adanya kelainan persarafan.
c) Penurunan absorbs nutrisi akibat penyakit intoleransi laktosa.
d) Nafsu makan menurun.
Gangguan/Masalah Yang Berhubungan Dengan Nutrisi
1) Obesitas
Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas
normal berat badan seseorang. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan asupan
kalori dari kebutuhan normal dan diiringi dengan penurunan penggunaan kalori
(kurang aktivitas fisik). Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme
2) Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi
pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah
meskipun asupan makanannya cukup dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan
otot dan penurunan energy, kulit pucat, konjungtiva, dan lain-lain.
3) Diabetes Militus
Diabetes miltus merupakan gagauan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
4) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabakan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab adanya obestisitas, serta
asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
5) Penyakit Jantung Korioner
Penykit jantung korener merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan
oleh adanya peningkatan kolestrol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini
sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat,
obestisitas dan lain – lain.
6) Kanker
Kanker adalah gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
7) Anoreksia Nervosa
Aneroksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, elergi, dan kelebihan energi.
Tindakan Untuk Mengatasi Masalah Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
1) Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan pada pasien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri. Tindakan yang dilakukan
adalah dengan membantu memberikan makanan/nutrisi melalui oral (mulut).
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera
makan pasien.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Piring.
2. Sendok.
3. Garpu.
4. Gelas.
5. Serbet.
6. Mangok cuci tangan.
7. Pengalas.
8. Jenis diet.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien.
4. Pasang pengalas.
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
6. Bantu untuk melakukan makan dengan menyuapkan makanan sedikit demi
sedikit dan berikan minum sesudah makan.
7. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan duduk sebentar.
8. Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan.
9. Cuci tangan
2) Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga merupakan tindakan pada pasien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. Tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Pipa penduga dalam tempatnya.
2. Corong.
3. Spuit 20 cc.
4. Pengalas.
5. Bengkok.
6. Plester, gunting.
7. Makanan dalam bentuk cair.
8. Air matang.
9. Obat.
11. Klem.
12.Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13.Vaselin.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi semifowler pada pasien.
4. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.
5. Letakkan bengkok (nierbekken) di dekat pasien.
6. Tentukan letak pipa penduga dengan mengukur panjang pipa dari epigastrum
sampai hidung, kemudian dibengkokkan ke telinga, dan diberi tanda
batasnya.
7. Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut,
lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan
untuk menelannya.
8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan
cara:
a. Masukkan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air
(klem dibuka). Perhatikan bila ada gelembung, pipa masuk ke paru-paru
dan jika tidak ada gelembung, pipa tersebut masuk ke lambung. Setelah
itu, diklem atau dilipat kembali.
b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan
tersebut sudah masuk. Setelah itu, keluarkan udara yang ada di dalam
sebanyak jumlah yang dimasukkan.
9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan
memasang corong atau spuit pada pangkal pipa.
10. Pada awalnya,tuangkan dan masukkan air matang ± 15 cc melalui pinggirnya.
11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia. Setelah itu, bila ada obat,
maka asupan. Kemudian beri minum, lalu pipa penduga diklem.
12. Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.
13. Cuci tangan.
C. Cairan dan Elektrolit
a) Cairan
Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis. Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan
hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian
Cara pengukuran pipa lambung
padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda
berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total
berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total
berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan.
Gangguan/Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan:
1) Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vascular. Sebagai kompensasi akibat penurunan
cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan
ini terjadi pada pasien diare dan muntah.
Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan
tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan
klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara
berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu yang lama dan terus-menerus.
Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya
gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare, muntah yang
terus-menerus, terpasang drainage, dan lain-lain.
2) Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada
dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan
pitting edema.
Peningkatan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke
membrane kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan dapat
mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru-paru adalah sputum, dispnea,
batuk, dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan
perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.
b) Elektrolit
Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk
ion elektrolit.
Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektrolit:
1) Hiponatremia
Hiponatremia merupakan sesuatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang
dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan diare. Hal tersebut menimbulkan rasa haus
yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membrane mukosa
kering. Hiponatermia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang
2) Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan
kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih
dari 145 m Eq/L. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan
asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.
3) Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare berkepanjangan. Kondisi hipokalemia ditandai dengan lemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah,
perutnya kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan
(aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium plasmanya menurun hingga
kurang dari 3,5 mEq/L.
4) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah
tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis
metabolik, pemberian kalium yang berlebihan melalui intravena. Hiperkalemia di
tandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, arimia, kelemahan,
jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas (peka
5) Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia di tandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang,
bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L, serta kesemutan
pada jari dan sekitar mulut. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi
intestinal.
6) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia dengan adanya nyeri pada
tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam
plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia di tandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, takikardi, hipertensi, disoreantasi dan konvulsi, serta kadar magnesium
dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Hal ini ditandai dengan adanya koma, gannguan pernapasan, dan kadar
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui
keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3. Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah
cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan
cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah
pemenuhan kebutuhan cairan.
4. Stres dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat
meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis oto
yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang
cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh
seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan
kebutuhan cairan.
Tindakan untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1) Pemberian Cairan Melalui Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
5. Pengalas.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alcohol 70%.
8. Plester.
9. Gunting.
10. Kasa steril.
11. Betadine™.
12. Sarung tangan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol
infuse (cairan).
4. Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan cirri darah keluar melalui jarum
infuse/abocath.
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse.
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan Betadine™ dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
15. Catat respons yang terjadi.
16. Cuci tangan.
Cara desinfeksi sebelum memasang infus Posisi pemasangan infuse
2) Tranfusi Darah
Tranfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan seperangkat alat tranfusi pada pasien yang membutuhkan darah.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Standar infuse.
2. Perangkat transfuse.
3. NaCl 0,9%.
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
6. Pengalas.
7. Tourniquet/pembendung.
8. Kapas alcohol 70%.
9. Plester.
10. Gunting.
11. Kasa steril.
12. Betadine™.
13. Sarung tangan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan
4. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfuse dengan menekan bagian
ruang tetesan hingga tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga
selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui
infuse/abocath.
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang transfuse.
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan Betadine™ dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
15. Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah
disiapkan.
16. Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas
pasien, jenis golongan darah, dan tanggal kadaluwarsa.
17. Lakukan observai tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse.
18. Catat respons terjadi.
D. Intake dan Output
1. Intake Cairan
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan oleh otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh gastrointestinal.
Cara untuk mengatasi masalah intake cairan pada seseorang adalah dengan
memenuhi kebutuhan intake cairan tersebut. Dalam hal ini selama aktivitas dan
temperature seorang yang dewasa, dia harus meminum kira-kira 1500 ml per hari,
sedangkan kebutuhan cairan tubuhnya kira-kira 2500 ml per hari. Sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari dapat diperoleh dari makanan, dan oksidasi
selama proses metabolisme. Dibawah ini merupakan table kebutuhan intake cairan
seseorang berdasarkan umur dan berat badannya:
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius
merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b) IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme
diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
d) Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Tindakan Mengatasi Masalah Output Cairan
Dalam mengatasi masalah output cairan, manusia dituntut untuk
memperhatikan jumlah rata-rata cairan per harinya.
a) Jumlah Rata-Rata Cairan Per Hari
1) Air minum : 1500-2500 ml
2) Air dari makanan :750 ml
3) Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
b) Jumlah Rata-Rata Pengeluaran Cairan Per Hari
1) Urin : 1400 -1500 ml
2) Paru : 350 -400 ml
3) Kulit : 350 400 ml
4) Keringat : 100 ml
5) Feses : 100 -200 ml
6) I W L
a) Dewasa : 15 cc/kg BB/hari.
b) Anak : (30-usia{tahun}) cc/kgBB/hari.
Eliminasi merupakan proses pembuangan. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
terdiri dari kebutuhan-kebutuhan eliminasi urine (berkemih) dan eliminasi alvi
(defekasi).
Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
a. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1) Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung
pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2
buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang
dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.
3) Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius.
4) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan
berkelok–kelok melalui tengah–tengah prostat kemudian menembus lapisan
fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki–laki terdiri dari :
a) Uretra prostaria.
b) Uretra membranosa.
c) Uretra kavemosa.
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada
wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan
pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara
uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan
uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
b. Tahap-Tahap Pembentukan Urine :
1. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar
dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dan lain-lain diteruskan ke seluruh ginjal.
2. Proses Reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus
ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila
diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya
terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
pupila renalis.
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan
urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang
merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah
penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Eliminasi Urine
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine :
1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine
yang dibentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan
urine.
2. Respons Keinginan Awal Untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan didalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran
vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya sel dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas unuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk
fingsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
Hilangnya tonus otot vesika urinearia dapat menyebabkan kemampuan
mengontrol berkemih menurun.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun, kemampuan
dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes
mellitus.
8. Sosiokultural
Budaya yang dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil ditempat
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih ditoilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot berperan penting dalam membatu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.
11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian otot anestesi sehingga menyababkan penurunan jumlah produksi urine.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan fases perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat
meningkatakan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
13. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat
tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema local pada uretra sehingga
pengeluaran urine terganggu.
Gangguan/Masalah Pada Eliminasi Urine :
1) Retensi Urine
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketikmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan
distensi, vesika urinaria dapat menampng urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
2) Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine merupakan ketikmampuan otot sphincter eksternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum,
penyebab dari inkontinensia urine adalah: proses penuaan (aging process),
pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, serta penggunaan obat
narkotik dan sedative.
3) Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya, enuresis
terjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya, enuresis terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis).
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang
mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan
motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih.
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine
1) Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Dalam masalah ini pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda,
maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan
tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut, antara lain pengambilan urine biasa,
pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
Persiapan Alat dan Bahan:
1. Botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.
Prosedur Kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri):
1. Cuci Tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil secara sendiri, maka bantu
untuk buang air kecil (lihat prosedur menolong buang air kecil). Keluarkan
urine, kemudian tampung ke dalam botol.
4. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri, maka anjurkan pasien
untuk buang air kecil dan biarkan urine yang pertama keluar dahulu.
Kemudian anjurkan menampung urine ke dalam botol.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
2) Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar kecil dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal). Hal
tersebut dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine
(warna dan jumlah).
Persiapan Alat dan bahan
1. Urineal.
2. Pengalas.
3. Tisu.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang alat urineal di bawah glutea.
4. Lepas pakaian bawah pasien.
5. Pasang urineal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.
6. Ajurkan pasien untuk berkemih.
7. Setelah selesai, rapikan alat.
8. Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.
3) Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter ke dalam kandungan
kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai
menjadi dua tipe indikasi, yaitu tipe intermittent (straight kateter) dan tipe
indwelling (foley kateter).
Persiapan alat dan bahan :
1. Sarung tangan steril.
2. Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis).
3. Duk steril.
4. Minyak pelumas/jelly.
5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat).
6. Spuit yang berisi cairan.
7. Perlak dan alasanya.
8. Pinset anatomi.
9. Bengkok.
10. Urineal bag.
Prosedur Kerja (pada perempuan)
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur ruangan.
4. Pasang perlak/alas.
5. Gunakan sarung tangan steril.
6. Pasang duk steril.
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (±3 kali hingga
bersih).
8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk dengan tangan kiri. Bersihkan
bagian dalam.
9. Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujunya, lalu asupan
pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik nafas, asupan (2,5-5 cm) atau hingga urine
keluar.
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap tarik
kembali sambil pasien disuruh nafas dalam.
11. Sambung kateter dengan urineal bag dan fiksasi kea rah samping.
12. Rapikan alat.
Eliminasi Alvi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi (Buang Air Besar)
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara
penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki
kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses
pengontrolan tersebut mengalammi penurunan.
2. Diet
Diet, pola, atau jenis makanan yang di konsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memilikki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat
mempengaruhinya.
3. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membantu defekasi menjadi
keras. Oleh karena, proses absorbsi air yang kurang menyebabkan kesulitan
proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi defekasi karena melalui aktivitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. Hal
ini kemudian membantu proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi, seperti
penggunaan Laksantif dan Antasida yang terlalu serinng. Kedua jenis tersebut
dapat melunakan feses dan dapat meningkatkan peristaltic usus. Penggunaan lama
menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsive
terhadap stimulasi yang di berikan oleh Laksantif.
6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan buang air
besar di tempat yang bersih atau toilet, ketika seseorang tersebut buang air besar
di tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, maka ia akan mengalami
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan untuk defekasi
seperti nyeri pada kasus hemorroid dan episiotomy.
9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penularan stimulasi sensoris dalam
melakukan defekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang
belakang atau kerusakan saraf lainnya.
Gangguan/Masalah Pada Eliminasi Alvi:
1) Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi
mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau
keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
2) Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering
mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang
3) Inkontinensia Usus
Inkontinensia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan dari proses defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran
feses tak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan
hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui
sphincter akibat kerusakan sphincter.
4) Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan
gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.
5) Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena didaerah anus
sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena
konstipasi, perenggangan saat defekasi, dan lain-lain.
6) Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan massa feses keras dilipatkan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
Penyebab fecal impaction yaitu, asupan kurang, aktivitas kurang , diet rendah
serat, dan kelemahan tonus otot.
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
1) Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang
dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan
Persiapan alat dan bahan :
1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Ajurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan. Setelah selesai, anjurkan untuk membersihkan daerah sekitar
anus.
4. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
6. Cuci tangan.
2) Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot
Membantu pasien buang air besar dengan pispot di tempat tidur merupakan
tindakan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar
kecil. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Alas/perlak.
2. Pispot.
3. Air bersih.
4. Tisu.
6. Sarung tangan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Pasang pengalas di bawah glutea.
6. Tempatkan pispot diantara pengalas tempat di bawah glutea dengan posisi
bagian lubang pispot tepat di bawah rectum.
7. Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah
nyaman atau belum. Kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang telah disediakan.
9. Setelah selesai, siram dengan air hingga bersih. Kemudian keringkan dengan
tisu.
10. Catat tanggal, jam defekasi, dan karakteristiknya.
3) Memberikan Huknah Rendah
Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat
kedalam kolon desenden dengan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut
bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah
terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang
buang air besar bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.
Persiapan alat dan bahan
1. Pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula rekti.
3. Cairan hangat ± 700-1000 ml dengan suhu 40,5-43˚C pada orang dewasa.
4. Bengkok.
5. Jelly.
6. Pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. Tisu.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur ruangan dengan meletakkan sampiran apabila di banngsal umum atau
menutup pintu apabila di ruang sendiri.
4. Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien.