• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Bank Indonesia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Bank Indonesia Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Masalah kepemimpinan merupakan hal yang sangat luas dan menyangkut

bidang yang sangat luas dan memainkan peran yang sangat penting dalam bidang

pemasaran, pendidikan, industri, organisasi sosial bahkan kehidupan sehari - hari.

Dalam setiap masyarakat timbul dua kelompok yang berbeda peranan sosialnya,

yaitu yang memimpin sebagai golongan kecil yang terpilih dan kelompok yang

dipimpin adalah orang kebanyakan. Tanpa adanya seorang pemimpin maka tujuan

organisasi yang dibuat tidak akan ada artinya karena tidak ada orang yang

bertindak sebagai penyatu terhadap berbagai kepentingan yang ada. Jika melihat

perkembangan berbagai teori mengenai kepemimpinan yang ada, maka timbul

suatu kesadaran bahwa perkembangan teori kepemimpinan telah berkembang

sedemikian pesat sejalan dengan perkembangan kehidupan yang ada.

Dalam sebuah kepemimpinan maka adanya bentuk nyata seseorang dalam

sebuah peran, yang kemudian ia berlaku menjadi seorang pemimpin. Dan dalam

sebuah bentuk nyata peranannyalah dapat dilihat bahwa ia dianggap sebagai

seorang pemimpin yang berperan sebagai seseorang menduduki posisi teratas.

Namun, kini kepemimpinan tidak lagi dipandang sebagai penunjuk jalan dan

hanya sebagai seseorang dengan posisi dan peran teratas namun sebagai partner

yang bersama - sama dengan anggota lain berusaha mencapai tujuan bersama.

Menurut S.P Siagian dalam bukunya yang berjudul organisasi kepemimpinan dan

perilaku organisasi mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

(2)

mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berfikir dan

bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif untuk

memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Keberhasilan

suatu organisasi dalam mencapai tujuan bergantung kepada kepemimpinannya,

yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya

manusia, sarana, dana, waktu dan kedisiplinan secara efektif, efisien dalam suatu

sistem manejemen yang dapat meningkatkan kinerja dan kualitas hasil kerja para

pegawainya. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang

dominan dalam permasalahan tersebut. Sumber daya manusia yaitu para pegawai

mempunyai posisi yang sangat penting dalam melaksanakan fungsi sebagai

perumus, perencana, pelaksana, pengendali, maupun yang mengevaluasi aktivitas

perusahaan.

Disiplin mempengaruhi kinerja pegawai, jika kinerjanya baik maka akan

baik pula hasil kerja tersebut hal itu dipengaruhi oleh disiplin kerja pegawai.

Pelaksanaan disiplin kerja pegawai tidak lepas dari peran seorang pemimpin.

Dalam kondisi ini maka tindakan yang seharusnya dilakukan seorang pemimpin

adalah menjadi tauladan sebagi seorang pimpinan, yang menjadi panutan

karyawan dan menjadi pengawas dalam lingkungan kerja sesuai fungsinya sebagai

seorang pemimpin, sehingga terciptanya iklim dan suasana kerja yang baik di

kantor tersebut dan menjadikan disiplin sebagai sebuah kewajiban yang patut

dijalankan oleh pegawai, baik seorang pimpinan maupun karyawan biasa

dibawahnya, dengan peningkatan disiplin kerja, dapat mengurangi resiko

kesalahan pegawai dalam bekerja dan menghasilkan kulitas kerja yang baik

(3)

yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas

yang diberikan kepadanya, ketepatan waktu maupun sikap yang baik . Hal ini

menumbuhkan gairah dan semangat kerja pegawai. Pada Kantor Bank Indonesia

Medan, penegakan disiplin sudah dijalankan dengan baik, hal itu juga ditunjang

dengan adanya peran dalam bentuk komunikasi yang baik dilakukan seorang

pemimpin dalam menegakkan disiplin para pegawai dibawahnya. Dalam hal ini

penulis dapat menilai pimpinan memiliki gaya demokratis dalam menjalankan

perannya sebagai pemimpin, dan tingkat disiplin pegawai dapat digolongkan baik,

salah satu ukuran yang dilihat penulis dari segi ketepatan waktu pegawai dengan

penentuan waktu jam masuk kerja yaitu pukul 07.40 wib dan jam keluar kerja

pukul 16.40 wib yang sudah di patuhi oleh para pegawai meski masih ada

sebagian kecil terjadinya kendala namun hal tersebut tidak begitu fatal dan hal

tersebut juga disebabkan oleh faktor keadaan lingkungan pegawai yang sulit

dihindari sehingga terjadi pelanggaran. Namun hal tersebut masih mampu diatasi

dan dalam kadar yang kecil dan dapat dimaklumi, namun secara keseluruhan

tingkat disiplin pegawai di Bank Indonesia Medan dapat dikatakan baik dan

secara tidak langsung juga berdampak pada kinerja para pegawai di Bank

Indonesia Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada uraian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Peranan Kepemimpinan dalam Peningkatan Disiplin Kerja

(4)

2. Apakah Kendala Yang Dihadapi Pimpinan Dalam Peranannya

Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Bank Indonesia

Medan ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian mempunyai satu atau beberapa tujuan yang hendak

dicapai dan harus sejajar dengan judul dan permasalahan penelitian. Dari

penelitian yang berjudul “ Peranan Kepemimpinan dalam Peningkatan Disiplin

Kerja Pegawai Pada Kantor Bank Indonesia Medan terdapat tujuan yang hendak

dicapai antara lain :

1. Untuk Menggambarkan peran seorang pemimpin dalam Peningkatan

Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Bank Indonesia Medan ?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi seorang pemimpin dalam perannya

meningkatkan disiplin pegawai pada Kantor Bank Indonesia Medan ?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dalam hal :

a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir bagi

penulis melalui karya ilmiah, sesuai dengan ilmu pengetahuan yang

diperoleh selama kuliah di FISIP.

b. Sebagai karya tulis untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana FISIP

USU sekaligus menjadi referensi bagi perpustakaan Departemen Ilmu

Adminisrasi Negara FISIP USU dan kalangan yang tertarik untuk

melakukan kajian penelitian di masa yang akan datang dalam bidang

(5)

c. Sebagai bahan tambahan referensi untuk penulis karya ilmiah yang

berhubungan dengan kepemimpinan dan peningkatan disiplin dimasa

yang akan datang.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Peranan

Peran berarti laku,bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran

ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap,2007). Sedangkan makna peran yang

dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat,dapat dijelaskan

melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan

historis, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan

erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau

romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh

seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian

peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang

dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat

memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut (Syaiful Bahri

Djamarah,1997).Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia

menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

status yang disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya

mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu,

(6)

1.5.2 Kepemimpinan

a. Defenisi Kepemimpinan

Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan

menggunakan kekuasaan. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang berarti

seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan

dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk

bersama - sama melakukan aktifitas tertentu demi pencapaian suatu sasaran dan

tujuan (Kartono,2005). Pada bukunya yang berjudul Kepemimpinan : Dasar -

Dasar dan Pengembanganya, Bernadine R. Wirjana dan Susilo Supardo (2005),

mendefinisikan kepemimpinan adalah suatu proses yang kompleks dimana

seseorang mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu misi, tugas, atau

sasaran, dan mengarahkan organisasi dengan cara yang membuatnya lebih

kohersif dan lebih masuk akal.

Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat,

kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian

rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati sehingga orang lain bersedia dengan

penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin

tersebut. Pengertian pemimpin yang diutarakan Fairchild (dalam kartini kartono,

2005) yang menyatakan pemimpin dalam pengertian luas seseorang yang

memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,

menunjukkan, mengorganisasi, atau mengontrol usaha atau upaya orang lain

(7)

Pengertian kepemimpinan menurut Siagian (2002) adalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahannya

sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin

meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Dari pengertian -

pengertian luas diatas dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan yang melekat pada diri seseorang pemimpin yang bergantung pada

bermacam faktor intern dan ekstern serta esensi kepemimpinan itu adalah

kepengikutan serta yang mempunyai peran sebagai pemberi contoh dan dorongan

atau motivator mengarahkan kegiatan - kegiatan bersama orang yang mampu

memperhatikan kepentingan bawahan penentu hubungan kerjasama.

1.5.3 Peranan Kepemimpinan

Definisi Peranan adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang

dalam posisi tertentu. Aspek dinamika dari status (kedudukan) apabila seseorang

atau beberapa orang atau sekelompok orang atau organisasi yang melaksanakan

hak dan kewajiban sesuai dengan jabatannya (Soerjono Soekanto).

Definisi Peranan Kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan

dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

Peranan Pemimpin di organisasi , peran pemimpin saat ini yaitu :

1. Arsitek penyusunan visi organisasi

2. Pembentuk budaya organisasi dari nilai - nilai yang ada,

3. Pemimpin dalam mengembangkan manajemen strategis,

4. Pengamat untuk memahami lingkungan serta kinerja

(8)

Siagian (2002) mengemukakan bahwa peran pemimpin atau kepemimpinan

dalam organisasi atau perusahaan ada tiga bentuk yaitu:

1. Peran yang bersifat interpersona.

Peran yang bersifat interpersonal dalam organisasi adalah bahwa seorang

pemimpin dalam perusaaan atau organisasi merupakan simbol akan

keberadaan organisasi, seorag pemimpin bertanggung jawab untuk

memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang

pemimpin mempunyai peran sebagai penghubung.

2. Peran yang bersifat informasional.

Peran yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang

pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima

dan penganalisa informasi.

3. Peran pengambilan keputusan.

Peran pemimpin dalam pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa

pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil

berupa strategi bisnis yang mampu untuk mengembangkan inovasi,

mengambil peluang atau kesempatan dan bernegosiasi dan menjalankan

usaha dengan konsisten.

a. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi sering diartikan dengan kegunaan sesuatu hal sedangkan, fungsi

kepemimpinan sangat berhubungan dengan situasi sosial dalam kelompok atau

organisasi dimana seorang pemimpin kelompok itu berbeda. Fungsi

kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena berlangsung dalam interaksi antar

(9)

Menurut Hadari Nawawi fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi

interaksi sosial yang harus diperhatikan adalah :

1. Dimensi Kemampuan Pemimpin Mengarahkan (Direction) :

Dimensi ini merupakan aktivitas yang berisi tindakan - tindakan pemimpin

dalam interaksi dengan anggota organisasinya, yang mengakibatkan

semuanya berbuat sesuatu di bidangnya masing - masing yang tertuju pada

tujuan organisasi. Dimensi ini tidak boleh dilihat dari segi aktivitas

pemimpin, tetapi nampak dalam aktivitas anggota organisasinya.

2. Dimensi Tingkat Dukungan (Support)

Dari Anggota Organisasinya. Dimensi ini terbentuk keikutsertaan

(keterlibatan) anggota organisasi dalam kegiatan - kegiatan melaksanakan

tugas - tugas pokoknya.

Hadari Nawawi menjelaskan lebih lanjut bahwa dari kedua dimensi

tersebut, secara operasional dapat dibedakan enam fungsi pokok kepemimpinan,

kemudian selanjutnya keenam fungsi tersebut dikelompokkan kedalam dua

dimensi, pengelompokannya adalah dimensi kemampuan pemimpin didalam

mengarahkan terdiri dari fungsi instruktif, funsi konsultatif, fungsi pengendalian

dan fungsi keteladanan. Sedangkan pada dimensi tingkat dukungan (support) dari

anggota organisasinya terdiri dari fungsi partisipasi dan fungsi delegasi. Untuk

lebih jelasnya keenam fungsi tersebut adalah

a. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah, namun harus komunikatif karena

sekurang - kurangnya harus dimengerti oleh anggota organisasi yang

(10)

b. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, karena berlangsung dalam bentuk

interaksi antara pemimpin dan anggota organisasinya. Fungsi ini dapat

diwujudkan pemimpin dalam menghimpun bahan sebagai masukan (

input) apabila akan menetapkan berbagai keputusan penting dan bersifat

strategis.

c. Fungsi Partisipasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Dalam menjalankan fungsi ini

pemimpin harus berusaha mengaktifkan setiap anggota organisasinya,

sehingga selalu terdorong untuk selalu berkomunikasi, baik secara

horizontal, maupun vertikal. Setiap anggota didorong agar aktif dalam

melaksanakan tugas pokoknya, sesuai dengan posisi/jabatan dan

wewenangnya masing - masing. Kondisi partisipasi anggota akan

meningkatkan efisiensi penyelesaian masalah, penetapan keputusan dan

penyelesaian tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi delegasi adalah fungsi pemimpin dalam melimpahkan sebagian

wewenangnya kepada staf pimpinan yang membantunya. Fungsi

pendelegasian pada dasarnya berarti persetujuan atau pemberian izin pada

anggota organisasi dalam posisi tertentu untuk menetapkan keputusan.

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, namun akan lebih

efektif jika dilaksanakan melalui komunikasi dua arah. Fungsi ini

(11)

memberikan penjelasan dan contoh dalam kerja, latihan dilingkungan

organisasi lain. Pengawasan yang bersifat pengendalian dilakukan pada

saat kegiatan berlangsung, dengan maksud preventif yakni mencegah

terjadinya penyimpangan atau kekeliruan dalam melaksanakan keputusan

atau perintah pimpinan.

f. Fungsi Keteladanan

Para pemimpin merupakan tokoh utama di lingkungan masing-masing.

Seorang pucuk pimpinan diantara para pemimpin yang membantunya dan

orang-orang yang dipimpin lainnya, merupakan tokoh sentral yang

menjadi pusat perhatian. Seorang pemimpin harus mampu memberikan

teladan yang baik bagi para bawahannya, dan menghiasi dirinya dengan

sifat - sifat terpuji. Karena sikap dan perilaku pemimpin selalu dapat

dirasakan dan diamati orang-orang yang dipimpinnya, dalam interaksi

antar sesamanya setiap hari.

b. Tipe Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang menurut

Gilles (2005) dibedakan menjadi 4 yaitu :

1. Otoriter, merupakan kepemimpinan berorientasi pada tugas dan

pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam

memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai

dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada

kepentingan tugas.

2. Demokratis, merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan

(12)

pribadinya untuk mendorong ide dari staff, memotivasi kelompok

untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan

dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka,

3. Partisipatif, merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu

pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian

mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf diminta saran

dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya,

dan keputusan akhir ada pada kelompok

4. Bebas tindak, merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan

sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi.

Staf/bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri.

1.5.4 Disiplin Kerja a. Defenisi Disiplin

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan perusahaan dan norma - norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah

sikap seseorang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas

dan tanggung jawabnya, sedangkan kesediaan adalah suatu sikap tingkah laku dan

perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis

maupun tidak (Malayu,2000) .Disiplin merupakan keadaan yang menyebabkan

atau memberikan dorongan kepada karyawan untuk berbuat dan melakukan segala

kegiatan sesuai dengan norma - norma atau aturan yang telah ditetapkan.

Menurut Singodimedjo (2002:86) “ Disiplin adalah sikap kesediaan dan

kerelaan seseorang untuk memahami dan mentaati norma - norma peraturan yang

(13)

sebagian besar karyawan mematuhi peraturan - peraturan yang ada. Dari

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin pada perusahaan adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan yang

dibuat manajemen yang mengikat setiap anggota perusahaan agar terdapat standar

organisasi yang dapat dijalankan semua karyawan baik dengan kesadaran sendiri

maupun dengan paksaan dan adanya hukuman.

Seorang karyawan yang dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi jika

yang bersangkutan konsekuen, konsisten, taat, bertanggung jawab atas tugas yang

diamanahkan kepadanya. Menurut Siswanto (2006) “ Disiplin kerja merupakan

suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan -

peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dantidak mengelak, menerima sanksi - sanksi apabila ia

melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya ”.

b. Faktor Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2005) faktor - faktor yang mempengaruhi disiplin kerja

seorang karyawan adalah:

1. Seorang karyawan harus mengerti tujuan berdasarkan kemampuannya

dalam bekerja. Tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan

harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar para

karyawan bekerja sungguh - sungguh dan disiplin dalam mengerjakan

suatu pekerjaan. Akan tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau

jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan

karyawan rendah Disinilah letak pentingnya asas the right man in the the

(14)

2. Teladan pimpinan, Pimpinan harus memberi contoh yang baik, jujur, adil

serta sesuai dengan kata dan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang

baik, kedisiplinan bawahannya pun akan ikut baik pula.

3. Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan

karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan

semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik

pula.

4. Keadilan. Keadilan turut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan

karena ego dan sifat manusia selalu merasa dirinya penting dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan dijadikan dasar

kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan merangsang

terciptanya kedisiplinan karyawan.

5. Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif

untuk mencegah/mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan,

memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan

peranan atasan dan bawahan, menggali sistem - sistem kerja yang paling

efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam

mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

6. Sanksi hukuman, Berat atau ringannya sanksi hukum yang diterapkan

dalam suatu organisasi, berarti memelihara kedisiplinan karyawan.

Karyawan akan semakin takut melanggar peraturan - peraturan

(15)

7. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan. Pimpinan harus berani dan tegas dalam bertindak

untuk menghukum setiap karyawan yang tidak disiplin sesuai dengan

sanksi hukuman yang telah ditetapkan.

8. Hubungan kemanusiaan. Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana

hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun

horizontal diantara semua karyawan. Terciptanya human relationship yang

serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal

ini akan memotivasi kedisiplinan kerja karyawan yang baik pada

perusahaan.

c. Pendekatan Disiplin Kerja

Disiplin kerja dibutuhkan untuk menjaga agar prestasi kerja pegawai

meningkat. Terdapat tiga jenis disiplin dalam organisasi, yaitu: Disiplin preventif,

Disiplin korektif dan Disiplin Progresif (Siagian,2008).

1. Disiplin Preventif.

Disiplin yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para pegawai

untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang

telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola, sikap,

tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi

diusahakan pencegahan jangan sampai para pegawai berperilaku negatif.

Keberhasilan penerapan disiplin preventif terletak pada pribadi para anggota

organisai. Agar disiplin pribadi tersebut semakin kokoh, paling sedikit tiga hal

(16)

a) Para anggota organisasi perlu didorong agara mempunyai rasa memiliki

organisasi, karena segala logika seorang tidak akan merusak sesuatu yang

menjadi miliknya.

b) Para pegawai perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang

wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksud

seyogianya disertai informasi yang lengkap mengenai latar belakang berbagi

ketentuan yang bersifat normatif.

c) Para pegawai didorong menentukan sendiri cara pendisiplinan diri dalam

rangka ketentuan - ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota

organisasi.

2. Disiplin korektif

Disiplin yang bersifat korektif adalah jika pegawai yang nyata - nyata telah

melakukan pelanggaran atas ketentuan - ketentuan yang berlaku atau gagal

memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi

disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot

pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi biasanya mengikuti prosedur

yang sifatnya hirarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan

langsung pegawai yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih

tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat

pimpinan yang berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua

maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara objektif dan sifat

sanksi sesuai dengan bobot pelangaran yang dilakukan. Disamping faktor

objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dan pelanggaran, pengenaan sanksi

(17)

perilaku dimasa mendatang dan bukan terutama menghukum seseorang karena

tindakannya dimasa lalu. Pengenaan sanksipun harus mempunyai nilai

pelajaran dalam arti mencegah orang melakukan pelanggaran yang serupa.

Pihak manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku

secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.

3. Disiplin Progresif

Disiplin progresif yaitu pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan

hukuman yang lebih berat. Tindakan indispliner biasa dilakukan melalui

proses:

a. Teguran lisan, kalau masih terulang

b. Teguran tertulis (yang menjadi catatan negatif bagi pegawai), kalau masih

terulang,

c. Skorsing satu minggu, kalau masih terulang

d. Skorsing satu bulan, kalau masih terulang

e. Memecat pegawai tersebut.

Tindakan - tindakan yang dilakukan di atas hanya sebagai kerangka umum

yang didasarkan pada pendekatan rasional/ilmiah. Bentuk disiplin yang baik

menurut Siagian (2008) akan tercermin pada suasana :

a. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan

b. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam

melakukan pekerjaan

c. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas

(18)

d. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan

pegawai

e. Meningkatkan efisiensi dan prestasi kerja pegawai.

1.6 Defenisi Konsep

Berdasarkan teori, pendapat, atau gagasan seperti yang dikemukakan

sebelumnya, penulis merumuskan konsep–konsep yang digunakan dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Peranan Kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan

dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

2. Disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan

taat terhadap peraturan - peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun

yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak,

menerima sanksi - sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya

3. Kaitan antara Kepemimpinan dengan disiplin kerja adalah fungsi dan peran

seorang pemimpin untuk membuat sebuah aturan dalam meningkatkan

disiplin, serta menjadi tauladan dan pengawas bagi pegawai dibawahnya

agar terciptanya disiplin kerja yang baik.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

(19)

Bab ini berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian,

informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang sejarah dan gambaran umum

lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini menguraikan tentang penyajian data yang diperoleh

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat tentang pembahasan atau interprestasi dari

data yang disajikan sebelumnya

BAB VI : PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari penulis

Referensi

Dokumen terkait

Bouganin terkonjugasi antibodi anti EpCAM menunjukkan aktivitas sitotoksik spesifik terhadap sel VB6-845 dan aktivitas rRNA N-glikosidase pada mencit SCID model xenograft

Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal, Intensitas Pendidikan Ekonomi Keluarga, dan Pembelajaran Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa (Studi di Fakultas

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberikan suatu karya penulisan baru yang dapat mendukung dalam pengolahan data pada sistem informasi inventori barang

Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di RS, bayi dapat dipulangkan dan nesehati ibu bagaimana

Dengan cara itu, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru dan kisah pilot kamikaze perempuan di masa Perang Dunia II lalu

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Jika barisan jumlahan parsial tersebut konvergen ke suatu limit , kita katakan bahwa deret tersebut konvergen dan jumlahannya adalah..

Salah satu Produk De Nature adalah Ambejoss yang terbuat dari ekstrak daun ungu, mahkota dewa, kunyit putih Sedangkan Salep salwa dibuat dengan campuran propolis murni,