• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ZAT WARNA Kunyit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ZAT WARNA Kunyit"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM KIMIA ZAT WARNA

PENGARUH KONSENTRASI NaCl PADA

PENCELUPAN NYLON OLEH ZAT

WARNA KUNYIT TERHADAP KETUAAN

WARNA

Disusun oleh: Group : 2K4 Kelompok : 6

1. Syahrizal Faisal ( 12020086 ) 2. M.Luthfianto ( 12020096 ) 3. Rezki Abdul Rojak ( 12020097 )

Dosen : Ida N., S.ST., M.Sc. Asisten : Oktianne D., M.T.

Anna S

LABORATORIUM KIMIA FISIKA TEKSTIL

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

(2)

INTISARI

Kunyit telah dikenal oleh banyak orang karena keberadaannya yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai bumbu dapur, obat dan kosmetik, kunyit juga bisa digunakan sebagai zat pewarna alam khususnya di bidang tekstil karena mengandung curcumin (karbonil) sebagai kromofor dalam pigmen alam. Dalam studi ini, kunyit dihaluskan untuk kemudian diekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan dengan air dengan rasio 1 : 20 pada suhu mendidih hingga air yang tersisa sekitar 1/3 volume sebelumnya. Kunyit dari ekstraksi pertama diekstraksi kembali dengan air segar seperti ekstraksi yang pertama hingga tak ada lagi zat warna yang keluar dari kunyit ( ±3x ekstraksi).

Hasil ekstraksi dibagi menjadi dua perlakuan, yang pertama langsung dilakukan identifikasi zat warna dan hasil yang lainnya dibuat zat warna dalam bentuk serbuk. Namun, dalam percobaan kita langsung menguji pengaruh NaCl terhadap pencelupan Nylon oleh zat warna kunyit. Zat warna tersebut digunakan untuk proses pencelupan dengan variasi tanpa NaCl, NaCl 10 g/L dan NaCl 20 g/L, untuk selanjutnya diuji terhadap ketuaan warna.

Pengujian yang dilakukan menunjukan ketuaan warna apabila semakin banyak penambahan NaCl maka semakin tua warna yang tercelup di nylon sehingga penambahan NaCl 20 g/l tampak lebih tua dibandingkan yang lainnya.

ABSTRACT

Turmeric has been known by many people because of its presence is easily found in everyday life . In addition to the herbs , drugs and cosmetics , turmeric can also be used as a natural coloring agent in the textile field , especially as it contains curcumin ( carbonyl ) as the chromophore in natural pigments . In this study , saffron mashed and then extracted . The extraction process is done with water at a ratio of 1 : 20 at a temperature of boiling water until the remaining approximately one third the previous volume . Turmeric from the first extraction was extracted again with fresh water as the extraction of the first until no more dye out of turmeric ( ± 3x extraction ) .

The results were divided into two treatment extraction , the first direct identification of dyestuffs and other results made dyes in powder form . However , in our experiments directly test the effect of NaCl on the dyeing of Nylon by turmeric dyes . The dye used for dyeing process with variations without NaCl , NaCl 10 g / L and NaCl 20 g / L , to further tested against aging color .

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini, hampir semua orang di belahan bumi telah merasakan dampak dari pemanasan global (global warming). Banyak hal yang telah dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut, salah satunya mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bersifat kimia dan segala hal yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, atau dikenal dengan istilah “back to the nature”. Dalam bidang tekstil, dilakukan dengan menggunakan kembali zat warna alam untuk mencelup atau mewarnai serat, benang maupun kain.

Zat warna alam yang sering digunakan pada umumnya merupakan hasil ekstraksi bagian tumbuhan, seperti akar atau umbi, batang, daun, biji, dan bunga. Zat warna alam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan antara lain: bebas dari bahan kimia sehingga jauh dari pencemaran, tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna dapat diperoleh disekitar lingkungan sehingga hemat biaya, dengan menggunakan zat warna alam secara tidak langsung ikut melestarikan jenis tumbuhan tersebut. Kekurangan zat warna alam antara lain: tidak mempunyai standar warna, tahan luntur rendah, proses untuk mendapatkan sulit, proses pewarnaan rumit, koleksi warna terbatas.

Kunyit (Curcuma domestika val.) merupakan salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai pewarna tekstil karena mengandung curcumin sebagai pigmen pemberi warna kuning. Dalam hal ini, kunyit dipilih karena murah secara ekonomis dan mudah didapatkan, tidak sulit untuk menemukan tumbuhan yang biasa dijadikan bumbu dapur tersebut.

(4)

pewarna alami yang lebih murah yang berasal dari tumbuhan ini dapat dipandang sebagai alternatif pewarna sintetis. Berdasarkan hal tersebut, potensi pewarna kuning dari akar kunyit perlu diteliti sebagai pewarna alami tekstil.

1.2 Hipotesa

a. Semakin banyak jumlah konsentrasi NaCl, maka semakin rata dan tua 1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Pencelupan kain Nylon oleh zat warna kunyit 1.3.2. Tujuan

(5)

Proses Ekstraksi (Vlot 1:20) (Sampai didapat 1/3 dari volume awal

Pemanasan I Pemanasan II Pemanasan III

Penyaringan Penyaringan Penyaringan

Pencampuran hasil pendidihan dan penyaringan

Larutan hasil ekstraksi dibagi dua (Dengan perbandingan 1:2)

Pembuatan ZW Bubuk Pencelupan

Dengan Iring

Pengujian / Identifikasi

Evaluasi :

Ketuaan Warna (K/S) Uji Ketahanan Cuci Uji Ketahanan Gosok

1.4 Diagram Alir

Tanpa Iring

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Kunyit

Klasifikasi :

Divisio : Spermatophyta

Sub-diviso : AngiospermaeKelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales

Famili : Zungiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica Val.

Dilihat dari struktir kimianya, dalam curcumin terdapat ikatan tunggal dan ganda secara berselang-seling sehingga curcumin dapat beresonansi secara konjugasi.

Kunyit mengandung minyak essensial mencapai 5% dan kurkumin yang merupakan suatu polipenol sebaggai pemberi warna mencapai 3%. Itu merupakan bahan aktif dari kunyit dan dikenal C.I. 75300, atau Natural Yellow 3. Nama kimianya (1E,6E)-1,7-bis(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-heptadiene-3,5-dione.

Sifat Kimia

(7)

caprilic acid, methoxinnamic acid, thelomethy carbinol, curcumin, dan zat pewarna yang mengandung alkaloid curcumin. Curcumin merupakan kristal yang berwarna kuning sampai jingga yang larut dalam benzena, etanol, air, kloroform dan eter, memiliki aktifitas biologis berspektrum luas antara lain antihepototoksik, antibakteri, dan antioksidan. Curcumin ini mempunyai berat molekul 368,390 dengan C.I 75300 (C.I natural yellow 3). Menurut hasil penelitian kadarnya ± 11,6%.

Selain itu, kunyit juga mengandung lemak 1–3 %, karbohidrat 3 %, protein 30%, pati 8 %, vitamin C 45 %–55 %, garam-garam mineral (zat besi, fosfor, kalsium), saponin, flavanoid, damar, tanin, dan poliferol. 2.1.2. Poliamida (Nylon)

Nylon ditemukan oleh Wallace H.Carothere pada tahun 1928. Poliamida dibuat dari dikarboksilat dan diamina :

n(HOOC – R1 –COOH) + n(H2N−R2−NH2)⟶ n (HOO − R1 − COHN− R2−NH2) Monomer (prepolimer) yang dihasilkan dipolimerisasi secara polikondensasi.

Atau dari asam amino atau derivat – derivatnya yang berkondensasi sendiri.

NH2N(CH2)xCOOH  H2N(CH2)xCONH(CH2)xCO...NH(CH2)xCOOH + (n-1)H2O

Garam nylon hasil reaksi asam karboksilat dan diamina dipolimerisasikan pada suhu sekitar 300oC.

Diamina Asam

dikarboksilat

Poliami

(8)

H−[HN−(CH2)6−NHOC−(CH2)4−CO]n−OHNylon 6.6 H−[HN−(CH2)6−NHOC−(CH2)8−CO]n−OHNylon 6.10 OH−[OC−(CH2)5−HN]n−HNylon 6

Pemintalan dilakukan dengan pemintalan leleh.

Pemberian nama kepada salah satu jenis poliamida adalah berdasarkan pada jumlah atom karbon pada diamina, asam dikarboksilat dan asam aminonya.

Beberapa serat nylon yang di modifikasi, antara lain: A. Nylon66

Kekuatan mulur poliamida bergantung pada jenisnya  8,8 g/dinier dan 28 % - 43 g/denier dan 45 %. Kekuatan basah sekitar 80 – 90 % dari kekuatan kering.

 Tahan gosokan dan tekukan

Nylon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nylon kira-kira 4-5 kali tahan gosokan wol.  Elastisitas

Jika mulur tinggi (22%) maka elastisitas naik. Penarikan 8 % elastisitas poliamida masih 100 %. Penarikan 16 % elastisitas poliamida 91 %.

 Berat jenis

Berat jenis poliamda adalah 1,14.  Titik leleh

(9)

jam menjadikan poliamida kekuningan, tetapi masih lebih baik dibandingkan wol dan sutera yang dibakar akan meleleh.  Sifat kimia

a) Tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. b) Tahan terhadap asam – asam encer, dengan HCl pekat

mendidih beberapa jam akan menjadi asam adipat dan heksa metilena diamonium hidroklorida.

c) Tidak terpengaruh alkali. Poliamida dengan NaOH 10 % pada suhu 85oC selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan poliamida sebanyak 5 %.

d) Pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan nylon : asam formiat, kresol dan fenol.

 Sifat biologi

Nylon tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga.  Moisture Regain

Pada kondisi standard ( RH 65% dan suhu 21oC ) adalah 4,2 %.

 Kilau

Sebelum penarikan, nylon suram, tetapi setelah penarikan, seratnya berkilau dan cerah. Untuk serat yang agak suram ditambahkan titanium dioksida.

 Pengaruh sinar

Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, sutera berkurang kekuatannya 85%, nylon biasa 23%, nylon agak suram 50% dan kapas hanya 18%.

 Sifat listrik

Nylon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik statik.

 Pengaruh panas dan lembab

(10)

Radiasi nuklir pada umumnya menyebabkan terjadinya degradasi serat.

Pencelupan :

Serat nylon dapat dicelup dengan zat warna asam dan kompleks logam. Zat warna juga bisa digunakan untuk mencelup serar nylon, tetapi tahan luntur warnanya terhadap sinar dan pencucian jelek. Zat warna direk, belerang dan bejana afinitasnya terhadap nylon kecil. Selain itu, nylon dapat dicelup dengan baik zat warna dispesi maupun disperse reaktif.

Penggunaan :

Kain parasut, tali temali, benang ban, terpal, pita penarik (belt), jala, bahan pakaian wanita dan kaos kaki.

B. Nylon 6.10

Nylon 610 dibuat dari heksametilena diamina dan asam sebasat.

 Titik leleh nylon 610oC lebih rendah dari nylon 66 yaitu 214oC.

 Moisture regain nylon 610oC juga lebih rendah dari nylon 66 yaitu 2,6% sehingga bisa dipergunakan untuk sikat gigi. C. Nylon 6

Nylon 6 dibuat dari kaprolaktam CH2−CH2−CH2−CH2−CH2

Sifat serat nylon 6 :

 Kekuatan dan Mulur

Kekuatan dan mulur nylon 6 dapat divariasikan dari 8 gram per denier dan 16 – 20 persen sampai 5 gram per denier dan 30%.

 Berat jenis

Berat jenis nylon 6 ialah 1,14.  Moisture Regain

MR = 4%.

 Penggelembungan

(11)

Apabila nylon 6 direndam dalam air dan kemudian diperas, volumenya hanya bertambah 13%, sedangkan kapas bertambah 40 – 45% dan rayon viskosa 80−110%.

 Tahan sinar

Tahan sinarnya seperti serat alam.  Sifat Biologi

Serat nylon 6 sifat biologiny sangat baik.  Tahan Panas

Nylon 6 melunak pada suhu 170-180oC dan meleleh pada suhu 215oC. Pada suhu 100oC dalam waktu yang lama tidak berubah warnanya.

 Sifat Kimia

a) Tahan terhadap kebanyakan pelarut organic, seperti : benzene, khloform, aseton, ester-ester dan eter-eter, tetapi larut dalam fenol, kresol dan asam kuat.

b) Tahan terhadap alkali, asam-asam lemah dingin tetapi tidak tahan asam-asam dalam keadaan panas.

c) Larut dalam asam formiat.

Penggunaan :

Nylon 6 sekarang lebih dikenal dengan nama “Perlon” digunakan untuk benang ban, tali pancing, tali temali, kaos kaki, upholstery, karpet, kain penyaring, dan kain wanita.

D. Nylon 7 rendah yaitu : 186-187oC.

Selain itu, terdapat juga beberapa poliamida yang mengandung senyawa aromatik. Antara lain :

(12)

yang dibuat dari hexametilen diamina dan asam tereftalat. Titik lelehnya 370oC. Berat jenisnya 1,21. MR 4,5%. Tahan panas 185oC selama 5 jam, stabilitas dimensi lebih baik daripada nylon 66.

G. Nomex.

Dibuat dari difenilamin dan tereftaloilchlorida menjadi m-feniltereftalamid yang dijadikan bahan baku serat.

1. Kekuatan kering = 5,3 g/denier, kekuatan basah nya 4,1 g/denier.

2. Mulur kering = 22%. Mulur basah = 16%. 3. Titik leleh = 371oC.

Dipintal dengan pemintalan kering dengan DMF.

Sifat kimia : tahan asam dan basa dalam suhu ruang. Rusak oleh asam dan basa pekat pada suhu tinggi tahan pelarut organik (fenol, formiat, methanol).

Penggunaan : pakaian ruang angkasa, pembalap, penyaring gas, pelapis alat setrika.

Pencelupan

Dalam pencelpan bahan tekstil dengan zat warna, bahan diwarnai dengan zat warna secara merata dengan zat warna sehingga diperoleh bahan dengan tahan luntur tertentu. Dalam proses ini perlu dilakukan persiapan bahan yang akan dicelup serta pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil sesuai dengan dengan bahan yang akan dicelup dan serta alat celup yang akan dipakai untuk penentuan metoda, skema proses dan resep yang tepat sehingga proses dan hasil celupnya sesuai dengan target.

Syarat-Syarat Proses Pencelupan

Bahan, zat warna dan zat pembantu tekstil dapat dipergunakan pada pencelupan harus memenuhi syarat-syarat berikut:

(13)

untuk pencelupan warna muda dilanjutkan dengan proses pengelantangan dan merserisasi agar warna hasil celupnya lebih cerah.

2. zat warna yang dipakai mempunyai warna dan tahan luntur warna yang sesuai target.

3. pemilihan zat pembantu, skema proses dan resep harus tepat sesuai dengan kondisi sehingga proses celupnya menjadi lebih sempurna.

Secara keseluruhan, pada pelaksanaannya proses pencelupan harus dapat memenuhi persyaratan aspek teknis, ekonomis dan lingkungan yang ditetapkan.

Mekanisme Pencelupan

Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang masuknya zat warna asam kedalam serat nylon. Menurut penyelidikan Bhatt dan Daruwalla, masuknya zat warna asam kedalam serat nylon dihubungkan dengan terjadinya pemutusan rantai polimer nylon dalam rangka melepaskan gugus amino akhirnya, dimana kemudian tempat gugus itu tadi akan menjadi tempat masuknya zat warna asam. Pemutusan rantai ini akan bergantung pada kondisi-kondisi penggantian gugus dalam rantai polimernya dan bergantung juga pada kristalinitas dan kondisi-kondisi fisika lainnya dari serat itu.

Kemudian untuk masuknya zat warna asam kedalam serat nylon, perlu dicapai suatu kejenuhan tertentu pada larutan zat warna asam. Hal ini diperlukan untuk menjaga kestabilan zat warna itu nantinya terhadap perusakkan oleh panas yang terjadi pada proses pencelupannya. Suatu mekanisme pencelupan dikemukakan, dimana sistem yang berikatan melepaskan energi.

(14)

Pada permulaan pencelupan, radikal anion dari zat warna akan diikat oleh gugus amino dari molekul akhir nylon dengan ikatan :

Jika ada asam pada pH rendah, ion zat warna akan diikat oleh gugus amida dari rantai molekul nylon seperti :

Untuk memperjelas, perlu diketahui keadaan penyerapan ion hydrogen (asam) oleh seratnya dalam keadaan keasaman yang berbeda. Bersamaan dengan hal tersebut maka jumlah gugus amina dalam serat adalah faktor yang sangat menentukan jumlah maksimum ion hydrogen dan ion zat warna yang dapat diabsorpsi pada gugus tersebut.

Adsorpsi ion hydrogen dalam tingkat keasaman yang berbeda

Pada pH yang tinggi asam diabsorpsi yang diterima oleh gugusan karboksil dan gugus amina sehigga menjadi bermuatan positif

Mula i pH 2,5 kebawah serat mengabsorpsi asam lagi, hal ini dapat diduga bahwa proton ditangkap oleh gugusan amino.

Mu atan – muatan positif pada gugus tersebut dapat mengambil anion dengan membentuk senyawa garam. Zat warna asam dalam air berdosiasi menjadi ion Na+ dan ion ZW-. Sehingga adsorpsi zat warna asam pada serat nylon sangat tergantung dari muatan – muatan positif yang terkandung dalam seratnya sesuai tingkat keasamannya.

(15)

dari ion zat warna. pH 3, adsorpsi dari ion hydrogen dalam gugus amida memulai, dihantarkan oleh suatu pertambahan paling besar dalam adsorpsi zat warna.

Pewarnaan dimulai dari adsorpsi zat warna pada permukaan serat, sehingga terbentuk lapisan molekul zat warna dipermukaan serat, selanjutnya terjadi difusi zat warna kedalam serat. Didalam serat terjadi ikatan antara zat warna dengan serat dimana ikatan nylon dengan zat warna asam adalah ikatan elektrovalent.

Hal – hal yang mempengaruhi pencelupan :

 Pengaruh pH

Makin kecil pH larutan celup, penyerapan dan zat warna asam makin besar karena muatan positif dari serat bertambah sepanjang rantai molekulnya.

 Pengaruh suhu

Kenaikan suhu pencelupan memberikan pengaruh sebagai berikut :

a. makin besar disosiasi dari zat warna b. mempercepat pencelupan

c. mempercepat migrasi

d. menambah jumlah zat warna yang terserap

Kecepatan penyerapan zat warna sangat dipengaruhi oleh sudut. Di bawah 39oC hampir tidak terjadi penyerapan. Selanjutnya apabila suhu dinaikkkan lebih dari 39oC kecepatan penyerapan bertambah. Tiap golongan zat warna asam mempunyai suhu kritis tertentu di mana apabila suhu tersebut telah dilampaui, zat warna akan terserap dengan cepat sekali. Sebagai contoh zat warna asam celupan netral pada suhu di bawah 60oC hampir tidak akan terserap, tetapi apabila suhu dinaikkan sampai 70oC akan terjadi penyerapan dengan cepat sekali, sehingga ada kemungkinan menghasilkan celupan yang tidak rata.

(16)

Waktu ikut menentukan hasil pencelupan. Untuk mengimbangi kecepatan celup yang bertambah pada suhu yang lebih tinggi, maka diperlukan waktu yang cukup untuk memperoleh keseimbangan celup.

 Pengaruh elektrolit

Penambahan elektrolit dalam pencelupan rata, akan merintangi atau menghambat penyerapan zat warna, hal ini disebabkan karena ion – ion elektrolit bersaing tempat dengan ion – ion zat warna. Jadi disini elektrolit bertindak sebagai zat perata (leveling agent). Tetapi untuk zat warna asam celupan netral, penambahan elektrolit akan berfungsi mempercepat penyerapan.

2.1.5 Kualitas Warna A. Arah Warna (hue)

Arah warna dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu warna primer, warna sekunder dan warna tersier. Warna primer mengandung tiga warna utama yaitu merah, biru, kuning. Warna sekunder adalah percampuran antara dua warna primer dan warna tersier dihasilkan dari warna primer yang dicampur dengan warna sekunder.

B. Ketuaan Warna (Shade)

Ketuaan warna juga dipengaruhi oleh perbandingan larutan. Perbandingan ketuaan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Untuk mendapatkan warna- warna tua diusahakan memakai perbandingan celup yang kecil dengan harapan zat warna yang terbuang atau hilang hanya sedikit. C. Kerataan Warna

(17)

BAB III

EKSPERIMEN

3.1 Ekstraksi Rimpang Kunyit

3.2.1. Maksud dan Tujuan

Mengubah rimpang kunyit menjadi larutan zat warna dengan cara ekstraksi untuk selanjutnya digunakan pada proses pencelupan kain nilon.

3.2.2. Alat dan Bahan

 Panci  Bunsen/pemanas

 Blender  Filtrat rimpang kunyit

 Pengaduk  Air

 Saringan 3.2.3. Langkah Kerja

 Menimbang rimpang kunyit sebanyak 500 gram untuk ekstraksi bahan, kemudian memotongnya menjadi bagian yang lebih kecil/memblendernya.

 Memasukkan 500 gram rimpang kunyit yang telah dihaluskan tersebut ke dalam panci yang telah berisi 3 L air (1:20) dan memasaknya sampai dengan mendidih.

 Membiarkan pendidihan sampai larutan yang tersisa hanya 1/3 bagian, kemudian filtrat dan endapan yang terbentuk dipisahkan dengan cara penyaringan.

 Memasukkan hasil ekstraksi yang berupa filtrat ke dalam botol kosong, sedangkan sisa endapannya dilarutkan kembali dengan cara pendidihan dalam 3 L air sampai larutan yang tersisa hanya 1/3 bagian saja, kemudian filtrat dan endapan yang terbentuk dipisahkan dengan cara penyaringan. Dilakukan sampai tiga kali ekstraksi.

(18)

 Memasukkan filtrat ke dalam botol yang berisi filtrat yang pertama, lalu menyimpannya dalam lemari es.

3.2.4. Hasil Ekstraksi

Ekstraksi1=1

3×3L=1LEkstraksi2=1

3×3L=1LEkstraksi3=1

3×3L=1L

Jumlah Ekstraksi=ekstraksi(1+2+3)=1L+1L+1L=3L

.2. Pencelupan Kain Nylon

3.3.1Maksud dan Tujuan

Mencelup kain Nylon dengan hasil ekstraksi kunyit dan penambahan zat pembantu dengan variasi NaCl, selanjutnya hasilnya akan dibandingkan ketuaan warnanya.

3.3.2Alat dan Bahan

 Gelas ukur  Piala gelas 1000 ml  Piala gelas 500 ml  Pengaduk

 Saringan  Bunsen/pemanas

 Vacum pump  Thermometer

(19)

3.3.3Resep

Resep Pencelupan

Resep R1 R2 R3

Vlot 1 : 20

Ekstrak kunyit (larutan zat warna)

ZW = Berat bahan x vlot

NaCl (g/L) 0 10 20

Waktu (menit) 60 60 60

3.3.4Data Percobaan dan Perhitungan

Resep R1 R2 R3

Vlot 1 : 20

Berat bahan (gram) 12,87 13,81 13,46

Ekstrak kunyit (larutan zat warna)

Zat warna=12,87×20=257,4Zat warnamL =13,81×20=Zat warna276,2mL=13,46×20=269,1mL

NaCl (g/L)

−¿ ¿

10gr

1000mL×276,2m L=2,762gram ¿ 20gr

1000mL×269,1mL=5,382gram

Waktu (menit) 60 60 60

3.3. Pengujian Ketuaan Warna

(20)
(21)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Diskusi

4.1.1. Ekstraksi dari Rimpang Kunyit

Pada ekstraksi rimpang kunyit, dilakukan 3 kali ekstraksi dengan waktu yang cukup lama. Hasil larutan yang didapat adalah sebanyak 3 L. Setiap ekstraksi menghasilkan 1 L larutan(sisa 1/3 pada tiap pendidihan). Dalam 3 kali ekstraksi, didapatkan hasil larutan dengan warna yang tidak sama, atau sedikit berbeda. Pada ekstraksi yang pertama, dihasilkan larutan yang berwarna kuning. Pada ekstraksi yang kedua, dihasilkan larutan yang berwarna kuning tua. Pada ekstraksi ketiga, dihasilkan larutan yang berwarna kuning agak kecoklatan. Hal ini kemungkinan dikarenakan pH tanah yang mengandung asam atau terlalu asam, air pendidihannya mengandung zat-zat lain, misalnya logam, atau mungkin karena ampas yang telah digunakan berkali-kali berkurang kandungan warna kuningnya dan mungkin juga suhu yang terlalu panas membuat ampas berwarna coklat dan mempengaruhi pada warna larutan zat warna.

Pemilihan kunyit tua atau muda pun akan mempengaruhi pada warna dan hasil ekstraksi. Hal lain yang bias menjadi penyebab terjadinya kesalahan adalah perhitungan sisa air sebanyak 1/3 kurang akurat karena hanya berdasar pada perkiraan.

4.1.2. Pencelupan Nylon

Pencelupan kain nylon terhadap zat warna kunyit dengan pengaruh berbagai konsentrasi NaCl ternyata semaki banyak NaCl yang ditambahkan memberikan warna yang lebih tua daripada tidak ditambahkan NaCl. NaCl berfungsi mempercepat penyerapan zat warna kunyit ke kain sehingga tampak lebih tua. pH yang dipakai adalah netral ( pH = 7 ).

4.2. Simpulan

(22)

Daftar Pustaka

John, Alan. 1989. “The Theory of Colouration of Textiles”. Society of dyers and colourists.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya campuran ion Cu(II) bebas dan kompleks Cu(en)2+ dalam fasa larutan berkaitan dengan proses pelepasan etilendiamin ke sistem larutan serta berhubungan

Setelah larutan tadi di netralkan dan kering sempurna, campuran tadi dicuci dengan etanol dingin ini bertujuan agar etanol bisa mengikat senyawa air pada campuran tadi atau yang

umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan titrasi pembakuan larutan EDTA yaitu

Pada percobaan ini dilakukan percobaan laju hidrolisis sukrosa untuk menentukan tetapan laju reaksi orde pertama dan mempelajari katalisis oleh ion hydrogen serta

Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7 atau suatu zat yang dapat memberi proton (ion H + ) kepada zat..

Dengan pencelupan suhu tinggi tidak akan terjadi pengurangan kekuatan serat selama suasana larutan netral atau sedikit asam, tetapi kerusakan bisa saja terjadi

Dengan mengambil 20 ml sampel dari larutan tersebut, praktikan mencoba untuk mengetahui jumlah mol ion I - yang terkandung dalam larutan menggunakan metode

Pada percobaan selanjutnya yaitu ion triiodida ditambahkan ke dalam air + amilum, dari hasil pengamatan terlihat warna larutan tersebut menjadi merah tua pekat