• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang - Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang - Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan tanggal 17

Agustus 1945 pada dasarnya menginginkan agar bangsa Indonesia merdeka dalam

setiap aspek kehidupannya dari aspek-aspek yang dapat merusak persatuan bangsa

termasuk dalam bidang ekonomi. Mengingat pentingnya bidang ekonomi

terutama ekonomi nasional Indonesia, maka para pendiri bangsa merasa perlu

untuk menempatkan pengaturan tentang perekonomian bangsa sebagai salah satu

bagian dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

(selanjutnya UUD 1945) yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam

menyelenggarakan perekonomian nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal

33 UUD 1945 yang secara tegas telah meletakkan sendi dasar dalam sistim

perekonomian nasional sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Badan usaha koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat

Indonesia. Badan usaha yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas

asas kekeluargaan ini juga telah cukup banyak membantu meningkatkan

perekonomian masyarakat dan pembangunan nasional. Sejak pertama kali

diperkenalkan pada masyarakat Indonesia, badan usaha koperasi telah mampu

membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya melalui

kegiatan-kegiatan usaha koperasi. Prinsip usaha dan karakter koperasi yang

(2)

masyarakat Indonesia yang melaksanakan seluruh kegiatan perekonomiannya

berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang ada di

Indonesia ini memang secara umum sangat cocok dengan badan usaha yang

berbentuk koperasi. Keduanya sama-sama menganut asas kekeluargaan dan

mengedepankan prinsip gotong royong.1

Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar

kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Disamping itu

koperasi juga merupakan alat bagi golongan ekonomi lemah untuk menolong

dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki

kehidupannya. Semua ini disebabkan karena golongan pengusaha yang

ekonominya kuat, makin jauh meninggalkan golongan ekonomi lemah, sehingga

jurang yang nampak dalam perbedaan sosial ekonomi semakin lebar. Oleh karena

itu, semakin lebar jurang tersebut, semakin sulit membangun kesejahteraan secara

merata, dimana hal ini dapat mengancam stabilitas nasional. Menurut Bung Hatta,

koperasi yang azasnya tersurat dalam pasal 33 UUD 1945 merupakan

satu-satunya jalan untuk mendekatkan jurang perbedaan itu. Karena koperasi

merupakan kumpulan orang bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama,

atau koperasi menjadi indikator yang baik untuk mengatasi kemiskinan

pemberdayaan masyarakat yang adadi pedesaan Indonesia.2

Koperasi pada dasarnya secara historis bukanlah badan usaha yang

lahir pertama kali dalam masyarakat Indonesia. Pada abad ke-20an gerakan

koperasi untuk pertama kalinya lahir secara spontan dilatarbelakangi oleh gerakan

1

https://yy2n.wordpress.com/tinjauan-hukum-terhadap-perlindungan-dana-nasabah-dalam-koperasi-simpan-pinjam/ (diakses tanggal 1 Juli 2015)

2

(3)

masyarakat kecil yang mencoba mencari cara untuk meningkatkan hasil usaha

yang minim. Gerakan koperasi ini untuk pertama kalinya digagas oleh Robert

Owen (1771-1858) yang diterapkannya pada usaha pemintalan kapas di New

Lanark, Skotlandia. Kemampuan ekonomi yang rendah mendorong dirinya untuk

lebih meningkatkan hasil usaha melalui gerakan koperasi tersebut. Gerakan

koperasi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh William King(1786-1865)

dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King

menerbitkan publikasi bulanan yang bernama “The Cooperator” yang

berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang cara mengelola toko

dengan menggunakan prinsip koperasi.

Koperasi sendiri di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh R. Aria

Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan

koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan

rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi

Utomo. Pada perkembangan selanjutnya, wakil Presiden Republik Indonesia yang

pertama, Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh nasional yang dengan gigih

mendukung kehadiran koperasi di Indonesia. Hal inilah yang menjadikannya

sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Secara resmi gerakan koperasi sendiri di Indonesia baru lahir pada tanggal

12 Juli 1947 pada Kongres I di Tasikmalaya yang pada akhirnya dijadikan sebagai

Hari Koperasi Indonesia. Sejak saat itu, koperasi semakin berkembang dan

diminati oleh masyarakat Indonesia. Koperasi menjadi salah satu pilar penting

(4)

Pada awal kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur oleh Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa peraturan

mengenai koperasi tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari

dihapusnya Undang-undang tersebutdan digantikan oleh Undang-Undang Nomor

12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian oleh

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan yang paling terbaru

adalah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

prinsip-prinsip koperasi yang murni dan menjaganya agar tetap ada dan menjiwaiseluruh

koperasi yang didirikan di Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun

2012,diterbitkanlah undang-undang perkoperasian terbaru yang dianggap

banyakmembawa perubahan terhadap koperasi itu sendiri. Undang-Undang

Nomor 17 Tahun2012 mengenai Perkoperasian ini membawa banyak

konsep-konsep baru yang ditujukan dalam rangka mengembangkan koperasi dan

menyesuaikannya dengankeadaan perekonomian global. Undang-Undang ini

diamanatkan untuk membawakoperasi ke arah yang lebih baik lagi.

Konsep koperasi terbaru yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17

tahun 2012 mengenai Perkoperasian ini, dianggap mengadopsi beberapa prinsip /

konsep yangada pada perseroan terbatas (PT). Keberadaan konsep-konsep

koperasi baru yang diadopsi dari konsep perseroan terbatas inilah yang seringkali

dikhawatirkan dapatmenghilangkan jati diri dari koperasi tersebut. Oleh karena

itu, penulis dalammakalah ini akan mencoba membahas mengenai

ketentuan-ketentuan dalamUndang-undang No. 17 tahun 2012 mengenai Perkoperasian yang

(5)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Melalui pembahasan ini, diharapkan

dapat diperolehsuatu kesimpulan mengenai prinsip-prinsip apa saja dalam

undang-undangperkoperasian yang diadopsi dari prinsip-prinsip perseroan

terbatas, dan apa akibatdari adanya prinsip-prinsip yang diadopsi secara tidak

langsung tersebut.

Lahirnya Undang No. 17 Tahun 2012 menggantikan

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinilai memiliki beberapa

kelemahan dan mewarisi tradisi perkoperasian kolonial. Salah satu contohnya

adalah semangat koperasi dihilangkan kemandiriannya dan disubordinasikan di

bawah kepentingan kapitalisme maupun negara. Campur tangan pemerintah dan

kepentingan pemilik modal besar sangat terbuka dalam undang-undang ini.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Koperasi dijelaskan bahwa koperasi

adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum

koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk

menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang

ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari

definisi tersebut mengandung makna koperasi sebagai badan hukum yang tidak

ada bedanya dengan badan usaha uang lain. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

masih berlandaskan pada azas perseorangan yang hampir sama dengan perusahaan

kapitalistik seperti Perseroan.

Selain itu, dalam Pasal 75 Undang-Undang ini yang mengatur soal

penyertaan modal tidak mengenal adanya pembatasan. Akibatnya, koperasi bisa

(6)

pinjaman bagi pemilik modal besar. Bahkan, Pasal 55 semakin mengancam

kemandirian koperasi yang membolehkan kepengurusan koperasi dari luar

anggota. Keberadaan Dewan Pengawas sebagaimana tercantum dalam Pasal 48

sampai Pasal 54 juga yang berfungsi layaknya lembaga superbody. Hal ini

memudahkan keputusan koperasi di luar kepentingan anggotanya.3

Sebelumnya, kritik terhadap Undang-Undang Perkoperasian juga

dilontarkan oleh Revrisond Baswir4 bahwa Undang-Undang No. 17 Tahun 2001

tidak memiliki perbedaan substansial dengan Undang-Undang Perkoperasian era

orde baru Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang No. 12

Tahun 1967. Secara substansial, Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 masih

mewarisi karakteristik/corak koperasi yang diperkenalkan di era pemerintahan

Soeharto melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 1967.5

Perbedaan mendasar antara Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 dengan

Undang-Undang No. 14 Tahun 1958 di era pemerintahan Soekarno terletak pada

ketentuan keanggotaan koperasi. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1958,

sebagaimana diatur pada Pasal 18, yang dapat menjadi anggota koperasi adalah

yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha koperasi. Ketentuan ini lebih

lanjut menurut Revrisond sejalan dengan penjelasan Mantan Wakil Presiden Moh.

Hatta bahwa “bukan corak pekerjaan yang dikerjakan menjadikan ukuran untuk

menjadi anggota, melainkan kemauan dan rasa bersekutu dan cita-cita koperasi

yang dikandung dalam dada dan kepala masing-masing”.

3

http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20130427/uu-perkoperasian-dianggap-masih-warisan-kolonial.htm (diakses tanggal 1 Juli 2015)

4 Ibid 5

(7)

Undang-Undang Perkoperasi yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2012 juga mempertahankan keberadaan koperasi golongan fungsional.

Pada Pasal 27 ayat (1), syarat keanggotaan koperasi primer adalah mempunyai

kesamaan kepentingan ekonomi. Lebih lanjut dalam penjelasn disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan kesamaan kepentingan ekonomi adalah kesamaan dalam

hal kegiatan usaha, produksi, distribusi, dan pekerjaan atau profesi.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 membuka peluang untuk

mendirikan koperasi produksi, namun di Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

peluang ini justru ditutup sama sekali. Hal ini terlihat pada Pasal 83, di mana

hanya terdapat empat koperasi yang diakui keberadaannya di Indonesia, yaitu

koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi simpan

pinjam. Sesuai dengan Pasal 84 ayat (2) yang dimaksud dengan koperasi produsen

dalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang

pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi. Artinya, yang dimaksud

dengan koperasi produsen sesungguhnya adalah koperasi konsumsi para produsen

dalam memperoleh barang dan modal.

Fenomena di atas, maka dikatakan bahwa tubuh perkoperasian sedang

kerasukan self defeating concepts, atau konsep-konsep yang menyebabkan

terjadinya krisis identitas dan krisis idealisame. Hal tersebut juga menjadi indikasi

bahwa hukum di sektor koperasi belum dapat berfungsi secara maksimal atau

dalam istilah penelitian ini, belum berdayaguna. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan

yang telah dibangun untuk mewujudkan demokrasi ekonomi juga telah kehilangan

(8)

koperasi yang sudah secara jelas tercantum dalam Undang-undang No.25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian akan menjadi bias dan tidak bermakna.

Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Kajian

Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

B. PerumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan

peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992?

2. Bagaimana pendirian perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007?

3. Bagaimana perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaturan koperasi berdasarkan Undang-Undang

(9)

b. Untuk mengetahui pendirian perseroan terbatas berdasarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007?

c. Untuk mengetahui perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas

ditinjau Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Manfaat penelitian

a. Secara teoritis

Diharapkan pembahasan terhadap masalah yang diangkat dan dibahas

mampu melahirkan pemahaman mengenai koperasi apabila berubah

menjadi perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 Dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas.

b. Secara praktis

Secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pembaca terutama sebagai para pelaku usaha agar memahami bagaimana

apabila koperasi apabila berubah menjadi perseroan terbatas berdasarkan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Dan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

D. Keaslian Penelitian

Skripsi ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli.

Adapun judul skripsi Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah

Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

(10)

Jika terdapat referensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka

dituliskan sumbernya dengan jelas. Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui

pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum,

internet, bantuan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang

berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Koperasi

Koperasi secara etimologis terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu, co dan

operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan.6 Oleh

karena itu, koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang

atau badan usaha yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota

dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi

kesejahteraan jasmaniah para anggota.

Dasar hukum keberadaan koperasi di Indonesia adalah UU Perkoperasian

dan Pasal 33 UUD 1945. Sedangkan menurut Pasal 1 UU Perkoperasian di

Indonesia adalah: “Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan”.

6

(11)

Tujuan koperasi sebagaimana dikemukan dalam Pasal 3 UU Perkoperasian

di Indonesia menyebutkan: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”. Mengingat arti

koperasi sebagaimana tersebut di atas maka koperasi mempunyai peranan yang

cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai

kemampuan ekonomi terbatas. Usaha bersama dari orang-orang yang memenuhi

kebutuhan yang dirasakan bersama, yang pada akhirnya mengangkat harga diri,

meningkatkan kedudukan serta kemampuan untuk mempertahankan diri dan

membebaskan diri dari kesulitan.

Pendirian koperasi yang kokoh memerlukan landasan sebagai dasar tempat

berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta

berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan

cita-citanya.

Landasan hukum koperasi di Indonesia sangat kuat dikarenakan koperasi

ini telah mendapatkan tempat yang pasti. Namun demikian perlu disadari bahwa

perubahan sistem hukum dapat berjalan lebih cepat dari pada perubahan alam

pikiran dan kebudayaan masyarakat, sehingga koperasi dalam kenyataannya

belum berkembang secepat yang diinginkan meskipun memiliki landasan hukum

yang kuat. Pasal 4 UU Perkoperasian, fungsi dan peranan koperasi adalah:

(12)

masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan”.

2. Perseroan Terbatas

Pada zaman Hindia Belanda Perseroan Terbatas (selanjutya disebut PT)

dikenal dengan sebutan Naamloze Vennootschap (NV). Rahmadi Usman artinya

tanpa nama, yang maksudnya dalam hal pemberian nama perusahaan tidak

memakai nama salah satu anggota persero, melainkan menggunakan nama

berdasar pada tujuan dari usahanya.7

Rachmadi Usman berpendapat bahwa arti istilah Naamloze Vennootschap

(NV) tidak sama dengan arti istilah PT, menurutnya perseroan terbatas adalah

persekutuan yang modalnya terdiri atas saham-saham, dan tanggung jawab

persero bersifat terbatas pada jumlah nominal daripada saham-saham yang

dimilikinya.8

Sejarah perkembangan pengaturan perseroan terbatas berada pada titik

stagnan sejak KUHD diberlakukan di Indonesia (Hindia Belanda pada saat itu)

pada tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi/ concordantiebeginsel. Perubahan

pertama terhadap pengaturan mengenai perseroan terbatas baru ada pada tahun

1995 dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas, dan 12 (dua belas) tahun kemudian Pemerintah melakukan

perubahan kedua dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) menggantikan

undang-undang sebelumnya. Dua kali perubahan secara kelembagaan peraturan

7

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni, 2004), hlm 47

(13)

mengenai perseroan terbatas mampu menggambarkan karakter yang bertolak

belakang ketika dihadapkan dengan aktivitas ekonomi yang cenderung cair dan

dinamis.9

Awalnya hukum mengenai PT diatur dalam KUHD, pada:10

a. Buku Pertama, Titel Ketiga, Bagian Ketiga, yang berjudul Tentang

Perseroan Terbatas.

b. Terdiri dari Pasal 36-56, jadi hanya 26 pasal saja sehingga benar-benar

sangat singkat sekali.

Memperhatikan ketentuan Pasal 1 KUHD sebagai berikut: Pengaturan

Perseroan dalam KUHD merupakan lex specialis atas bentuk-bentuk perusahaan

Persekutuan (maatschap, partnership) maupun perkumpulan yang diatur dalam

KUH Perdata maupun yang diatur dalam peraturan perundangan yang lain.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas merupakan

undang-undang yang secara fundamental.11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas merupakan undang-undang yang secara

fundamental melakukan penggantian terhadap ketentuan Pasal 36-56 KUHD.

Dikatakan fundamental karena Pasal 36-56 telah diberlakukan di Indonesia sejak

tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi.12 Adapun alasan penggantian menurut

konsiderans Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

dengan penjelasan antara lain:13

9

(14)

a. Ketentuan yang diatur dalam KUHD dianggap tidak sesuai lagi Peraturan

Perseroan Terbatas dalam KUHD, tidak sesuai lagi dengan perkembangan

ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat.

b. Mencipta kesatuan hukum dalam Perseroan yang berbentuk badan hukum

(rechtpersoon, legal person, legal entity)

Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas menegaskan, Buku Kesatu, Titel Ketiga, Bagian Ketiga yang

terdiri atas Pasal 36 s.d. Pasal 56 KUHD yang mengatur Perseroan Terbatas

berikut segala perubahannya, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1971 dinyatakan tidak berlaku.14

Pengertian PT menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas adalah Perseroan Terbatas yang selanjutnya

disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta

peraturan pelaksanaannya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas secara

tegas menyebut bahwa PT merupakan suatu badan hukum, yaitu suatu badan yang

dapat bertindak sebagai subjek hukum dan mempunyai kekayaan yang terpisah

dari kekayaan pengurusnya. Tanggal 16 Agustus 2007, diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas untuk menggantikan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Adapun dasar

(15)

alasan penggantian tersebut termuat dalam konsideran dengan penjelasan sebagai

berikut:15

a. Perekonomian nasional harus diselenggarakan berdasar asas demokrasi

ekonomi sesuai dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan kesatuan

ekonomi nasional.

b. Semua prinsip itu perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang

kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

c. Perlu adanya undang-undang tentang perseroan terbatas yang mendukung

iklim dunia yang kondusif.

d. Perseroan terbatas perlu diberikan landasan hukum untuk memacu

pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar

kekeluargaan

Definisi atau pengertian di atas dapat dikatakan bahwa PT merupakan

sebuah entitas badan hukum (recht person) yang wajib melakukan adaptasi sosio

kultural dengan lingkungan tempatnya berada dan juga dapat dimintai

pertanggungjawaban layaknya subjek hukum pada umumnya.

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum

normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode penelitian yang mengacu

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.16

15

(16)

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini melakukan analisis hanya

sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara

sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk

menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan koperasi apabila berubah menjadi

perseroan terbatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Data penelitian

Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa

data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah:17

Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber

dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang

terdiri dari:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Koperasi

3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, yang terdiri dari:

16

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm 1.

17

(17)

1) buku-buku hasil karya para sarjana;

2) hasil-hasil penelitian;

3) berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan

yang dibahas.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan

pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan

oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara:18 studi kepustakaan, yaitu

mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat

kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan

bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi

ini.

4. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data

yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara

normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian

analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian

secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir

18

(18)

induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian

ilmiah.

Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara

deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai

dengan permasalahan yang diteliti.19 Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu

kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

G. SistematikaPenulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat

dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan

yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub

bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam

skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka dan metode

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN KOPERASI BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992

Berisikan mengenai fungsi, peran dan prinsip koperasi, pendirian

koperasi dan perangkat koperasi serta pembinaan koperasi.

19

(19)

BAB III PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

Berisikan mengenai perseroan terbatas sebagai badan hukum

berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, pendirian perseroan terbatas, pengelolaan

perseroan terbatas dan tanggung jawab perseroan terbatas.

BAB IV PERUBAHAN KOPERASI APABILA MENJADI PERSEROAN

TERBATASDITINJAU UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN

1992 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Berisikan penyebab perubahan koperasi apabila menjadi perseroan,

perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas ditinjau

Undang-UndangNomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan akibat hukum

perubahan koperasi apabila menjadi perseroan terbatas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini

berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji secara visual dapat disimpulkan bahwa perbedaan kemasan wadah tembus cahaya (TC) dan wadah tidak tembus cahaya (TTC) tidak berpengaruh

In conclusion; for the block of images and dataset of direct EOP used in this study, the ISO approach achieved horizontal and vertical accuracies nearly to one image

9 Memahami bentuk dan makna kata, frase, kalimat sederhana sesuai dengan unsur kebahasaan dan terkait topik: ناﻮﻟﻷا. baik secara lisan

[r]

Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru PAI dalam praktikum materi ibadah praktis, (2)

Dari hal di atas dapat kita lihat bahwa sistem penjagaan kouban saat ini merupakan pengembangan dari sistem kouban yang dulu ada pada masa Edo , dimana sudah ada bangunan

rua oempuuyai ktaauan yaa£ bebss untuk xsanglkatkBn d irin ya dan kawu an Itu fcaruo dinya taksn... aawa dancfcn

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan sumber daya manusia di BMT Ramadana Salatiga, mengetahui kendala-kendala yang dihadapi