• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSIA SEBAGAI MAKHLU INDIVIDU DAN MAHL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANUSIA SEBAGAI MAKHLU INDIVIDU DAN MAHL"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Kelompok

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai dalam Mata Kuliah TAFSIR

Disusun oleh:

SYARIFAH ZAKIAH. A

13.1100.055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

JURUSAN TARBIYAH DAN ADAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PAREPARE

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Shalawat dan salam tidak lupa kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT kemuka bumi ini sebagai suri tauladan kepada seluruh ummat manusia yang membebaskan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang gemerlapan.

Ucapan terima kasih kami kepada Bapak Musyarif. S.Ag, M.Ag yang telah membimbing kami pada mata kuliah TAFSIR dan memberikan kami tugas sebagai motivasi kami untuk terus belajar. Tak lupa juga kepada semua pihak yang telah membantu kami baik dalam penyusunan makalah, pemberian ide-ide dan pemasukan yang tidak akan kami lupakan.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Parepare, 24 November 2015

Syarifah Zakiah

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii 1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang 1 1.1.2 Rumusan Masalah 1 1.2 PEMBAHASAN

1.2.1 Konsep Manusia dalam Al-Qur’an 2 1.2.2 Tafsiran Ayat mengenai Manusia 7 1.2.3 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk sosial 11

1.3 PENUTUP

1.3.1 Simpulan 19 1.3.2 Implikasi 19 DAFTAR PUSTAKA

(4)

1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhlu pribadi, sedangkan di sisi lain dipandang sebagai mahluk sosial. Paham individualisme memandang bahwa manusia semata-mata sebagai makhluk pribadi dengan mengesamping kan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sebaliknya pandangan sosialisme menyatakan manusia adalah makhluk sosial. Pandangan kita bangsa Indonesia menyataan bahwa manusia adalah makhluk pribadi sekaligus mahluk sosial. Sebagai mahluk sosia, manusia akan berinterasi dengan manusia lain dalam wujud interaksi sosial. Sebagai mahluk pribadi dan sosial manusia akan menghadapi dilema dalam karangka pemenuhan kebutuhan antara kepentingan diri dan kepentingan masyarakat

1.1.2 Rumusan masalah

1.1.2.1 Bagaimana Konsep manusia dalam Al-Qur’an? 1.1.2.2 Bagaimana tafsiran ayat mengenai manusia?

(5)

1.2 PEMBAHASAN

1.2.1 Konsep Manusia dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an istilah manusia ditemukan tiga kosakata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memiliki substansi yang berbeda, yaitu kata

basyar, insan dan al-nas.

Manusia dalam perspektif Islam terdiri atas aspek jasmaniah (basyar) dan rohaniah (insan). Kata insan yang mengandung arti manusia memiliki tiga makna yaitu absara atau melihat (Q.S 20:10), ‘alima atau mengetahui (Q.S 4:6) dan

isti’zan atau meminta izin (Q.S 24:27) . Dengan kata lain, manusia sebagai insan merupakan makhluk yang berdimensi ruhaniah yang memiliki aktivitas. Sedangkan kata basyar mengandung makna lahiriah yang memiliki kebiasaan makan, hubungan seks dan berjasmani. Implikasinya, manusia memiliki kebutuhan jasmaniah (nutrisi), rohaniah (emosi, spiritual) dan lingkungan (kesehatan lingkungan).1

Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama, lahir kata kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.

Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau lemung kering (al-Hijr: 33 ; al-Ruum: 20). Karena itu Nabi Muhammad S.A.W diperintah untuk menyampaikan bahwa :

(6)

م

م ك

ك هكللإإ َاملننأل ينللإإ َىحلُويك ممككلكثممإ ررشلبل َانلأل َاملننإإ لمقك

ل

م ملعميللمفل هإببرل ءلَاقللإ ُوجكرميل نلَاكل نمملفل درحإَاول هرللإإ

َاد

د حلأل هإببرل ةإدلَابلعإبإ ك

م رإشميك َلول َاحدلإَاص

ل َلملع

ل

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". (Q.S Al-kahfi (18): 110).

Dari sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap sehinga mencapai tahap kedewasaan.

م

م تكنمأ

ل َاذلإإ منثك ببَارلتك نممإ ممككقلللخل نمأل هإتإَايلآ نممإول

ن

ل وركش

إ تلنمتل ررش

ل بل

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S Al-Rum (30): 20).

Bertebaran di sini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks atau bertebaran mencari rezeki. Kedua hal ini tidak dilakukan oleh manusia kecuali oleh orang yang memiliki kedewasaan dan tanggungjawab. Karena itu pula Maryam a.s mengungkapkan keheranannya dapat memperoleh anak padahal dia belum pernah disentuh oleh basyar (manusia dewasa yang mampu berhubu ngan seks) (Q.S Ali Imran (3): 47).

(7)

Kata Insan disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, di antaranya QS al-Alaq: 5 yaitu :

م

م للعميل م

م لل َامل ن

ل َاس

ل نملَا م

ل لنع

ل

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al-Alaq [96]: 5 Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusai sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-Ahzab: 72).2

Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Pendapat ini, jika di tinjau dari sudut pandangan Al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa) atau nasa-yanusa

(berguncang).

Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.3

Kata al-Nas disebut sebanyak 240 kali, seperti QS Al-Zumar: 27 yaitu

ن

م مإ ن

إ آرمقكلمَا َاذ

ل هل يفإ س

إ

َاننللإ َانلبمرلض

ل د

م قلللول

ن

ل ورككنذلتليل ممهكلنعللل ل

ب ثلمل ل

ب ك

ك

Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan.(Q.S Al-Zumar: 27).

Konsep al-Nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.

2 UNM, Pendidikan Agama Islam (Makassar, 2014) h. 4

(8)

Dengan demikian Al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis dan sosial. Manusia sebagai basyar diartikan sebagai makhluk yang membutuhkan materi, manusia sebagai insan diartikan sebagai makhluk yang memiliki aspek kejiwaan, dan al-nas diartikan sebagai makhluk sosial, maka dapat dipahami bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada penciptanya, yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yang menyangkut hubungan vertikal (manusia dengan Tuhan) maupun horizontal (manusia dengan manusia dan alam semesta).4

proses kejadian manusia sebagaimana dikemukakan dalam surah al-alaq dan al-mu’minun ayat 12-14 telah terbukti sejalan dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting dari itu bukanlah terletak pada ditemukannya kesesuaian antara ajaran al-qur’an dengan ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah agar timbul kesadaran pada manusia, bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan selanjutnya ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggungjawab, beribadah dan beramal saleh.

Selanjutnya kalimat khalqan akbar (makhluk yang berbentuk lain) yang terdapat pada ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa di samping manusia memiliki unsur fisik sebagaimana dimiliki makhluk lainnya, namun ia juga memiliki potensi lain. Menurut H.M Quraish Shihab, bahwa potensi lain itu adalah adanya unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhanpada saat bayi berusia empat bulan dalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniah dengan unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini pula selanjutya manusia dianugerahi potensi jarmaniah pancaindera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan, dan potensi rohaniah berupa

(9)

dorongan, naluri dan kescenderungan seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan dan teman hidup lawan jenis. 5

Kenapa manusia pertama datang sebagai nabi dan otoritas yang ditunjuk oleh Allah SWT, padahal tampaknya lebih alamiah menurut proses evolusi kalau manusia pertama datang sebagai manusia biasa, lalu setelah sampai pada tingkat perkembangan yang cukup tinggi barulah salah satunya di angkat menjadi nabi. Ini merupakan satu poin yang layak dipertimbangkan. Menurut Al-Qur’an “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi,” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudia mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu memang benar!” (QS al-Baqarah: 30-31)

Ringkas kata, manusia membuat para malaikat terkejut. Mengapa demikian? Mengenai manusia, digunakan kata-kata “Dan meniupkan ke dalamnya roh-ku.” (QS. Al-Hijr: 29) ini menunjukkan bahwa di dalam struktur manusia ini ada satu unsur yang lebih tinggi di samping unsur material, dan unsur yang lebih tinggi inilah yang digambarkan oleh kata-kata di atas. Dengan kata laian, dalam

(10)

struktur manusia ini ada sesuatu yang sangat istimewa yang diletakkan oleh Allah mulia dan terbaik diantara makhluk-makhluk lain. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, diantara ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut yaitu QS. Al-Isra’: 70,

رإحححمبللمَاول رببللمَا يفإ ممهكَانللمملحلول ملدلآ ينإبل َانلممرنكل دمقلللول

ربححيثإكل َىححللعل ممهكَانللمححض

ن فلول ت

إ َاححبليبط

ن لَا ن

ل مإ م

م هكَانلقمزلرلول

َليض

إ فمتل َانلقمللخل ن

م منمإ

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS Al-Isra: 70).

1.2.2.1.1 Tafsir

Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pernyataannya-Nya dengan kata (دق) qad, ayat ini menyatakan bahwa dan Kami, yakni Allah bersumpah bahwa sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan kami angkut mereka dari daratan dan di lautan dengan aneka alat transportasi yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan untuk mereka.

Dan Kami beri juga mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang

(11)

telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Kami lebihkan mereka dari hewan, dengan alat dan daya cipta sehingga menjadi makhluk yang bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat atas ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang ketaatan malaikat tanpa tantangan.

Kata (انمررك) terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf kaf, ra’, dan

mim, yang mengandung makna kemuliaan, serta keistimewaan sesuai objeknya.

Terdapat perbedaan antara (انلضرف) dan (انمررك). Yang pertama terambil dari kata (لضف) yakni kelebihan, dan ini mengacu pada penambahan dari apa yang sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh orang-orang lain. Yang kedua yaitu

انمررك maka seperti dikemukakan di atas ia adalah anugerah yang bersifat internal dalam konteks ayat ini, manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang tidak dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia.

مهانلضف ىلع

انقلخ نممريثك (Faddalnaa hum ‘Ala katsiriin mimman kholaqna).

Pertama, penggalan ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah melebihkan manusia atas semua ciptaan atau kebanyakan Nya, tetapi banyak di antara ciptaan-Nya. Atas dasar itu sungguh ayat ini tidak dapat dijadikan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia.

Kedua, ayat di atas mengisyaratkan bahwa kelebihan itu dibanding dengan ciptaan Allah dari siapa yang telah diciptakan-Nya. Kata dari siapa merupakan terjemahan dari lafad mimman yang terdiri dari kata min dan man. Kata man

(12)

1.2.2.2 Struktur Potensi Manusia: Jasadiyah dan Rohaniyah

“(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah.(71) Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (72)".(QS. Shaad: 71-72)

1.2.2.2.1 Tafsir

(71) (ingatlah) ketika Tuhan berkata pada para malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah, para malaikat berbantah-bantahan, ketika Tuhan mengatakan kepada mereka tentang rencana penciptaan manusia, “ Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”

(72) Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya apabila telah sempurna ciptaan itu, maka Allah menyuruh para malaikat bersujud pada Adam, bukan untuk menyembah atau beribadah, hanya untuk memuliakannya.7

1.2.2.3 Misi Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi

Allah telah menetapkan manusia sebagai khalifah di muka bumi, ayat-ayat ini menerangkan misi manusia sebagai khalifah di muka bumi.

ض

إ

رملَا يفإ لرعإَاجل ينبإإ ةإكلئإَلمللملإ ك

ل ببرل للَاقل ذمإإول

ك

ك فإس

م يلول َاهليفإ دكس

إ فميك ن

م مل َاهليفإ ل

ك علجمتلأل َاُولكَاقل ةدفليلإخل

(13)

ينبإإ للَاقل ك

ل لل س

ك

دبقلنكول ك

ل دإممحلبإ حكببس

ل نك ن

ك ح

م نلول ءلَاملدبلَا

ن

ل ُومكللعمتل َل َامل مكللع

م أل

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah: 30)

1.2.2.3.1 Tafsir

Ketika Allah memberitahukan kepada umatNya (bahwa Dia akan menjadikan adam sebagai khalifah) di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan mensucikan Allah swt.

Allah tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang dilakukan Allah berdasarkan pengetahuan dan hikmahnya yang maha tinggi walaupun tidak di ketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam sebagai khalifah. Kedudukan Adam sebagai khalifah di bumi yaitu untuk melaksanakan perintah-perintahNya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya.

Para ulama syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin, yaitu adil serta berpengetahuan yang memungkinkanya bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak cacat jasmaniah, serta berpengelaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.8

1.2.3 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

(14)

1.2.3.1 Makhluk sebagai Makhluk Individu.

Individu berasal dari bahasa latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia, demikian pendapat Dr. A. Lysen.

Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, rohania ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan raganya untuk selanjunya melakukann aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.

Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian, manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu yang berupaya merealisasikan potensi dirinya.

(15)

Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Istilah pertumbuhan lebih tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan perkembangan lebih tertuju pada segi mental psikologis individu.

Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor. Mengenai hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu :

1.2.3.1.1 pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya.

1.2.3.1.2 pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan pertumbuhan seseorang.

1.2.3.1.3 pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal.9

Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan jiwa dan raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jiwa, rohani, atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis. Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.

Pandangan yang mengembangankan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme. Paham individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka

(16)

tidak terikat apa pun dengan masyarakat ataupun negara. Manusia bisa berkembang dan sejahera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.

Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri pribadi yang bersangkutan. Di samping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan diri tersebut juga menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.

Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Dengan uraian di atas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu akan berusaha:

1.2.3.1.1.1 Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya. 1.2.3.1.1.2 Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.

1.2.3.1.1.3 Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani. 1.2.3.1.1.4 Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.

1.2.3.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

(17)

lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.

Beberapa ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk hidup bermasyarakat merupakan bagian dari penciptaannnya. Allah Berfirman :

م

م ك

ك َانللمعلجلول َىثلنمأكول ربكلذل نممإ ممككَانلقمللخل َاننإإ س

ك

َاننلَا َاهليبأل َايل

هإلنلَا دلنمعإ ممك

ك ملرلكمأل ننإإ َاُوفكرلَاعلتللإ للئإَابلقلول َابدُوعكشك

رريبإخل مريلإعل هللنلَا ننإإ ممككَاقلتمأل

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)

Dengan demikian, ayat ini memecahkan problem sosial, karena syarat penting kehidupan bermasyarakat adalah mampu mengenal satu sama lain. Kalau saja tak ada bangsa dan suku yang merupakan ciri pemersatu dan pembeda, maka mustahil mengidentifikasi orang, dan akibatnya adalah mustahil ada kehidupan sosial yang dasarnya adalah saling berhubugan antar manusia.10

Benarkah manusia sebagai makhluk sosial? Sejak manusia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang laian terutama dalam hal kebutuhan makan dan minum.pada usia bayi, ia sudah menjalin hubugan terutama dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman dan kata-kata. Pada usia 4 tahuan, ia mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada

(18)

usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norma-norma pergaulan dengan lingkungan yang semakin luas. Manusia hidup dalam lingkungan sosialnya.

Berdasarkan proses di atas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara naluriah menusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antaranggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya. Allah berfirman :

َابدس

ل نل هكللعلج

ل فل َاردش

ل بل ءإَامللمَا ن

ل مإ ق

ل للخل ِيذإلنَا ُولهكول

َارديدإقل ك

ل ببرل نلَاكلول َاردهمص

إ ول

Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.. (QS. Al-Furqan: 54)

Jadi, menurut kodratnya, manusia di mana pun pada zaman apa pun, selalu hidup bersama, hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya mungkin terjadi dalam dongen belaka (seperti Tarzan, Robinson Crusoe), namun dalam kenyataannya, hal itu tidak mungkin terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia terdapar hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam satu kelompok, hasrat untuk bermasyarakat.

(19)

dunia di dalam masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan dengan mudah tanpa bantuan orang lain. Allah berfirman :

م

م هكنليمبل َانلممس

ل قل ن

ك ح

م نل ك

ل ببرل ةلملحمرل نلُومكس

إ قميل م

م هكأ

ل

م

م هكض

ل عمبل َانلعمفلرلول َايلنمدبلَا ةإَايلحللمَا يفإ ممهكتلش

ل يعإمل

َاييرإخمس

ك َاض

د عمبل م

م هكض

ك عمبل ذ

ل خ

إ تنيللإ ت

ب َاجلرلدل ض

ب

عمبل ق

ل ُومفل

ن

ل ُوعكملجميل َامنمإ رريمخل ك

ل ببرل ةكملحمرلول

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpukan. (QS. Az-Zukhruf: 32).

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia tidak diciptakan sama bakat dan kemampuannya. Seandainya diciptakan sama, tentu setiap orang memiliki apa yang dimiliki orang lain, dan tidak memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain.

Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya :

1.2.3.2.1 Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum 1.2.3.2.2 Hasrat untuk membela diri.

1.2.3.2.3 Hasrat untuk mengadakan keturunan.11

Adapun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan

(20)

keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan menimbulkan kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersama-sama.

Dalam kenyataannya kita melihat orang memburu hewan. Menangkap ikan, bercocok tanam, dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama. Dari keinginan untuk memperolah keinginan hidupnya secara mudah itu maka timbullah dalam diri manusia suatu dorongan untuk hidup bersama dalam masyarakat. Sejak manusia dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok, yaitu : 1.2.3.2.3.1 keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.

1.2.3.2.3.2 keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk sosial karena dalam lingkungan itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan orang laia. Kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan, pergaulan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas. Secara politik, kehidupan kelompok manusia di mulai dari keluarga, marga, suku, bangsa, negara, bahkan masyarakat secara internasional.

(21)

Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lian. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.

Kebutuhan akan orang lain da interaksi sosial membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi.

Manusia dalam kelompok sosialnya, misalnya hidup bernegara, terikat pada norma-norma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. ketertarikan kepada norma termasuk pula ketertarikan untuk menghargai adanya orang lain. Jadi, jika dalam dimensi individu, muncul hak-hak dasar manusia maka dalam dimensi sosial ini, muncul kewajiban dasar manusia. Kewajiban dasar manusia adalah menghargai hak dasar orang lain serta menaati norma-norma yang berlaku dimasyarakatnya.

Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut.

1.2.3.2.3.2.1 Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok. 1.2.3.2.3.2.2 Membentuk kelompok-kelompok sosial

1.2.3.2.3.2.3 Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.12

1.3 PENUTUP

1.3.1 Simpulan

(22)

1.3.1.1 Konsep Manusia dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an istilah manusia ditemukan tiga kosakata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memiliki substansi yang berbeda, yaitu kata

basyar, insan dan al-nas.

Kata basyar disebutkan 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia.

Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.

Konsep al-Nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.

1.3.1.2 Tafsir Ayat mengenai manusia.

1.3.1.2.1 Posisi Manusia Sebagai Puncak Ciptaan Tuhan Diantara Makhluk-makhluk Lain

1.3.1.2.2 Struktur Potensi Manusia: Jasadiyah dan Rohaniyah 1.3.1.2.3 Misi Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi

1.3.1.3 Manusia sebagai Makhluk individu dan makhluk sosial

(23)

Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.

Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.

1.3.2 Implikasi

Dalam penulisan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan, penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan sehingga dalam penulisan selanjutnya akan lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam proses pendidikan.

(24)

Sudama,Momon,2012. Sosiologi untuk kesehatan, Jakarta; Salemba Medika. Shihab, M. Quraish, 1996. Wawasan Al-Qur’an, Bandung; Mizan.

Nata, H. Abuddin,2009. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers. Muthahhari, Murtadha,2002. Manusia dan Alam Semesta, Jakarta: Lentera.

Referensi

Dokumen terkait

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Muhammadiyah 036 Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa

Analisis varians varians dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung jika dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung jika kelompok sampel yang diuji lebih

bahawa ia berasal dari Ashab As-Suffah iaitu sifat-sifat Para Sufi itu menyamai sifat-sifat orang-orang yang tinggal di serambi masjid iaitu Suffah yang hidup di zaman

Pencucian (washing) dan penyaringan (screening) dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat di dalam pulp dan dapat

12 Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada Juru Pelindung Pengembangan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Gapura Masjid Wali

Hampir dipastikan ia tidak memiliki kreativitas yang cukup tinggi, namun tingkah laku yang diperlihatkan oleh Konata pada saat memilih pekerjaan yang cocok bagi seorang “otaku”

 b. Peserta didik melakukan refleksi atas manfaat proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan materi arti

(c) Koordinasi dengan pelaksana tingkat pusat untuk merencanakan jenis pola penempatan, jumlah personel yang dapat mengikuti pemukiman antar Kodam, waktu