• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU FISIKA DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU FISIKA DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU FISIKA DENGAN MOTIVASI DAN

PRESTASI BELAJAR FISIKA

Studi pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

CICILIA MAYA SARI DEWI NIM : 051424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

H KO

Studi p

Dosen Pe

HUBUNGA OMPETENS

ada Siswa K

embimbing

N ANTARA SI GURU FI

PRESTASI Kelas X Seko Tahun A

ii SKRIPSI A PERSEPS

ISIKA DEN I BELAJAR olah Meneng

Ajaran 2008

Y

SI SISWA T NGAN MOT R FISIKA gah Atas Neg 8/2009

Yogyakarta,

TENTANG TIVASI DA

geri 3 Yogya

14 Septemb AN

akarta

(3)

H KO

Studi p

HUBUNGA OMPETENS

ada Siswa K

N ANTARA SI GURU FI

PRESTASI Kelas X Seko Tahun A

iii SKRIPSI A PERSEPS

ISIKA DEN I BELAJAR olah Meneng

Ajaran 2008

SI SISWA T NGAN MOT R FISIKA gah Atas Neg 8/2009

TENTANG TIVASI DA

geri 3 Yogya AN

(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

”Keberanian adalah kunci keberhasilan”

”Keberhasilan adalah buah dari kerja keras,ketekunan, kesabaran, kerendahan hati, keyakinan bahwa keberhasilan

akan di capai dan doa”

(5)

S m k Saya menya memuat kary kutipan dan PE atakan denga ya atau bagi

daftar pusta

RNYATAA

an sesunggu ian karya or aka, sebagaim v AN KEASLI uhnya bahwa rang lain, ke mana layakn

IAN KARY

a skripsi ya ecuali yang t nya karya ilm

Yogy

Cic

YA

ang saya tuli telah disebut miah.

akarta, 9 Ok Penulis cilia Maya S

(6)

vi ABSTRAK

Dewi, Cicilia Maya Sari. 2009 Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika (Studi pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009). Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika, (2) apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dan prestasi belajar fisika. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Yogyakarta pada bulan April 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta dengan jumlah sampel 84 siswa. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika, dengan koefisien korelasi

483 , 0 =

obs

(7)

vii ABSTRACT

Dewi, Cicilia Maya Sari. 2009. The Relationships between Student’s Perception on Physics Teacher’s Competency with Motivation and Achievement in Learning Physics (Study at The First Grade Student of Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Yogyakarta Academic Year 2008/2009). Physics Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

The purpose of this research was to determine whether there was (1) relationship between student’s perception on physics teacher’s competency with motivation in learning physics and (2) relationship between student’s perception on physics teacher’s competency with achievement in learning physics. This research was done in SMA Negeri 3 Yogyakarta, in April 2009. There were 84 students of the first grade student of SMA Negeri 3 Yogyakarta involved to obtain data. The research used questionnaires and document as the instruments. The data was analyzed using Pearson correlation analysis with significant level 0,05.

The result of this research shows that (1) there was a significant positive correlation between student’s at the first grade of SMA Negeri 3 Yogyakarta perception on physics teacher’s competency with motivation in learning physics, with correlation coefficient robs =0,483; and (2) there was no significant correlation between student’s at the first grade of SMA Negeri 3 Yogyakarta perception on physics teacher’s competency with achievement in learning physics, because the correlation coefficient robs =0,073 was lower than critical value

=

crit

(8)

Y N N D U B k m d m m s D D P Y PUBLIK Yang bertan Nama NIM Demi penge Universitas HUBUNG GURU FIS Studi p Beserta pera kepada Per mengalihkan data, mendi media lain maupun mem sebagai penu Demikian pe Dibuat di Yo Pada tangga Yang menya

Cicilia May

LEMB KASI KARY

nda tangan di : Cicilia M : 0514240 embangan il

Sanata Dhar GAN ANTA SIKA DENG pada Siswa K

angkat yang rpustakaan n dalam ben

stribusikan untuk kepe mberikan ro ulis. ernyataan in ogyakarta al: 9 Oktober

atakan

a Sari Dewi

BAR PERNY YA ILMIAH

i bawah ini, Maya Sari D 016

mu pengeta rma karya ilm ARA PERSE GAN MOTI Kelas X Seko

tahun diperlukan ( Universitas ntuk media secara terba entingan ak oyalti kepad

i saya buat d

r 2009

viii YATAAN P H UNTUK K

saya mahasi Dewi

ahuan, saya miah saya ya EPSI SISW

VASI DAN olah Meneng ajaran 2008 (bila ada). D Sanata D lain, menge atas dan mem kademis tanp

a saya selam

dengan seben PERSETUJ KEPENTIN iswa Univer memberikan ang berjudul A TENTAN N PRESTAS

gah Atas Neg 8/2009 Dengan demi Dharma hak elolanya dal mpublikasik pa perlu m ma tetap me

narnya.

JUAN NGAN AKA

rsitas Sanata

n kepada Pe l:

NG KOMPE SI BELAJAR

geri 3 Yogya

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Bapa di surga atas segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU FISIKA DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA (Studi pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009)”.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan nasihat dari beberapa pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing yang mengarahkan dan membimbing penulis.

2. Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji.

3. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd., selaku selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma dosen penguji

4. Drs. H. Bashori Muhammad, M.M., selaku Kepala SMA Negeri 3 Yogyakarta yang memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

5. Drs. Subagyo Danang Wahyono, selaku guru bidang studi fisika yang banyak membantu dalam penelitian.

(10)

x

7. Ibu Anastasia Tri Suwarni yang telah memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang dan doa selama ini.

8. Kakakku, mbak Nining yang terus memberikan dorongan dan saran. Mbak Retno, Ema dan Novi terima kasih atas dukungannya selama ini.

9. Simbah Pudjo yang senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang. 10.Khusnul Khotimah dan Ika Fitriana yang membantu dan menemaniku selama

wara-wiri ke sekolah.

11.Guntur Maulana atas pinjaman printernya.

12.Bapak Sarjono dan Ibu Slamet yang memberikan ijin selama mengerjakan skripsi di kos adik.

13.Teman-teman P.Fis’05: Adira, Nuning, Pepy, Cici, Era, Wido, Ferry, Dhiny, Asih, Melly, Eny, Nita Kris, Nita Cicil, Iren, Rita, Tuti, Norie, Vega, Arun, Dinar, Helen, Yosinta dan mbak Cik terima kasih atas dukungannya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 9 Oktober 2009

(11)

xi DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(12)

xii

2. Kompetensi Guru ... 6

3. Kompetensi Guru Fisika a. Content Knowledge ... 8

b. Pedagogical Knowledge ... 9

c. Pedagogical Content Knowledge ( PCK) ... 11

4. Guru Fisika yang Bermutu dan Profesional ... 17

5. Metode Pembelajaran Fisika ... 19

B. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika 1. Pengertian Persepsi ... 24

2. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika ... 24

C. Motivasi Belajar Fisika 1. Pengertian Motivasi Belajar ... 26

2. Motivasi Belajar Fisika ... 26

D. Prestasi Belajar Fisika ... 29

E. Kerangka Berpikir 1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 31

2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika ... 32

F. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

(13)

xiii

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika ... 35

2. Kuesioner Motivasi Belajar Fisika Siswa ... 36

3. Dokumentasi Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 38

F. Validitas ... 38

G. Metode Analisis Data 1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 39

2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika ……….. 42

2. Motivasi Belajar Fisika ………. 44

3. Prestasi Belajar Fisika ... 46

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 48

(14)

xiv C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 50 2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru

Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika ... 52 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 54 C. Keterbatasan Penelitian ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru

Fisika ... 35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Fisika ... 36

Tabel 3.3 Pemberian Skor Kuesioner ... 38

Tabel 4.1 Skor Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika ... 42

Tabel 4.2 Sebaran Frekuensi Skor Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika ... 44

Tabel 4.3 Skor Motivasi Belajar Fisika Siswa ... 44

Tabel 4.4 Sebaran Skor Motivasi Belajar Fisika Siswa ... 46

Tabel 4.5 Skor Rata-Rata Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 46

Tabel 4.6 Sebaran Skor Rata-Rata Prestasi Belajar Fisika Siswa ... 48

Tabel 4.7 Ringkasan Perhitungan Data Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 49

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1.Histrogram Sebaran Skor Persepsi Siswa tentang Kompetensi

Guru Fisika ... 44 Gambar 2. Histrogram Sebaran Skor Motivasi Belajar Fisika Siswa ... 46 Gambar 3.Histrogram Sebaran Skor Rata-Rata Prestasi Belajar Fisika

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar fisika siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri, guru dan lingkungan belajar siswa. Dari ketiga faktor tersebut, guru memegang peranan yang penting dalam pembelajaran fisika di kelas (sekolah). Seperti yang diungkapkan oleh User Usman (1990: 7) yaitu bahwa proses belajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.

Guru yang berkompeten kiranya dapat mengelola pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Seperti yang dinyatakan oleh Uzer Usman berikut ini.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal (Uzer Usman, 1990: 7).

(18)

ilmu-ilmu lain, seperti: biophysics, medical physics, engineering, dan electronics, (2) melakukan lomba kreatifitas guru (LKG): guru yang kreatifitasnya tinggi sangat diperlukan untuk memotivasi para siswa dalam meminati fisika dan guru yang berhasil menjadi juara dalam LKG (kreatifitas guru untuk memanfaatkan fisika dalam pendidikan) maka akan muncul rasa percaya diri pada anak didiknya, (3) mengikuti pelatihan guru fisika: banyak para pendidik terutama yang tinggal di daerah terpencil yang hanya pernah belajar teori saat mengikuti pendidikan, dan langsung bekerja sebagai tenaga pendidik; sebagai contoh: bagaimana seorang guru menjelaskan prinsip kerja sebuah sel surya kepada anak didiknya, sedangkan guru tersebut belum pernah memegang sel surya, (4) membangkitkan semangat kompetisi nasional/internasional pada siswa, misalnya Asean Physics Olympiad (APhO), dan International Physics Olympiad (IPhO).

(19)

Dari pendapat Parangtopo, Masno Ginting dan mahasiswa calon guru pada open-ended questionnaires di atas, karakteristik guru fisika yang baik atau profesional menunjukkan bahwa guru fisika masih memiliki peran dan pengaruh yang kuat pada proses dan hasil belajar fisika siswa di kelas (sekolah). Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dan kurang disukai oleh siswa. Sehingga kemampuan guru fisika yang dapat menarik atau memotivasi siswa untuk belajar fisika melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah sangatlah dibutuhkan.

Dalam Kompendium Didaktik Fisika (Herbert Druxes dkk. 1986: 100) dinyatakan bahwa pengaruh yang kuat terhadap sikap siswa terletak pada diri pengajar sendiri. Lebih lanjut diungkapkan bahwa penyelidikan secara empiris menunjukkan bahwa bahkan “fisika kapur”, bila diberikan oleh pengajar yang benar-benar dijiwai fisika dengan gaya pedagogis dan disajikan dengan segala kegairahan (antusiasme), dapat diterima dengan baik oleh para siswa. Siswa segera melihat dengan tepat apakah seorang guru mampu mengajar.

(20)

handal sebagai guru fisika. Guru yang berkompeten kiranya akan dapat menciptakan pembelajaran yang menarik siswa belajar. Tentunya hal ini dapat memotivasi siswa belajar fisika. Prestasi belajar fisika siswa kiranya akan berada tingkat yang optimal pula bila pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk menganalisis adakah hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi dan prestasi belajar fisika dengan judul penelitian: “Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika” Studi pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika?

2. Adakah hubungan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(21)

2. apakah ada hubungan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru atau sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru fisika dalam kaitannya dengan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa melalui persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika.

2. Bagi universitas

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Guru Fisika

1. Pengertian Kompetensi

Dalam UU RI tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 (Martinis Yamin, 2007: 194) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Piet A. Sahertian dan Ida Alaida dalam Cicilia Sari Wahyuni (2004: 10) mengemukakan bahwa kompetensi sebagai kemampuan melakukan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif, afektif dan performen.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk melakukan sesuatu sesuai standar kinerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas yang diperoleh melalui jalur pendidikan dan latihan.

2. Kompetensi Guru

(23)

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Secara teoritis keempat kompetensi tersebut dapat dipisahkan. Tetapi dalam prakteknya, keempat kompetensi itu tidak mungkin terpisahkan. Seorang guru yang ideal harus menguasai keempat kompetensi tersebut agar dapat melaksanakan tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih dengan baik. Namun, dari keempat kompetensi tersebut yang mempengaruhi kinerja guru dalam kelas secara langsung adalah kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial.

(24)

a. Menguasai bidang studi atau bahan ajar b. Memahami karakteristik peserta didik c. Menguasai metode dan strategi pembelajaran d. Menguasai penilaian hasil belajar siswa e. Mampu berkomunikasi dengan baik

Untuk selanjutnya, agar lebih efisien istilah kompetensi profesional, kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial akan ditulis sebagai kompetensi saja. Kompetensi yang akan menjadi sorotan adalah kompetensi guru fisika. 2. Kompetensi Guru Fisika

Menurut Eugenia Etkina dan Carl J. Wenning, ada tiga komponen pengetahuan dasar yang idealnya harus dikuasai oleh guru dan atau calon guru fisika, yaitu content knowledge, pedagogical knowledge dan pedagogical content knowledge.

a. Content Knowledge

Menurut Eugenia Etkina (2005: 3), content knowledge consists of “knowledge of physics concepts, relationship among them and methods of acquiring knowledge”. Maksudnya adalah bahwa pengetahuan tentang isi (content knowledge) terdiri atas pengetahuan tentang konsep-konsep fisika, hubungan antar konsep dan metode pemerolehan pengetahuan (konsep) fisika.

(25)

knowledge merupakan pengetahuan dari disiplin ilmu itu sendiri dan termasuk metode-metode prosedural dan kemungkinan sifat-sifatnya.

John L. Lewis (1972: 73) juga mengungkapkan bahwa dalam mengajar fisika harus mempertimbangkan tiga hal, salah satu di antaranya adalah apa yang akan diajarkan dan mengapa. Dengan demikian guru harus memahami apa materi fisika dan mengapa diajarkan.

Carl J. Wenning (2007: 13) lebih jauh menerangkan bahwa guru fisika harus mempunyai pemahaman yang dalam tentang isi ilmu fisika yang utama. Ini meliputi mekanika, listrik dan kemagnetan, panas, termodinamika, gelombang dan cahaya, optik dan fisika modern. Guru harus mempunyai pemahaman yang akurat tentang proses ilmu pengetahuan dan hal yang mendasari asumsi tersebut. Idealnya seorang guru memperoleh pengetahuan melalui metode inquiry dengan demikian pemerolehannya dekat dengan prosedur ilmiah.

b. Pedagogical Knowledge

(26)

Guru harus memahami apa yang membuat pengajaran efektif. Guru perlu mempunyai pemahaman berikut (Carl J. Wenning, 2005: 14).

1) Perencanaan dan persiapan

Guru harus memiliki kemampuan mempersiapkan rencana pelajaran untuk berbagai variasi tipe pelajaran. Guru harus mengetahui bagaimana cara mengintegrasikan berbagai metode pembelajaran dengan memaksimalkan siswa yang belajar.

2) Pengajaran yang berkualitas

Guru harus mengerti perbedaan antara mengajar transfer dan konstruktifistik. Guru harus memahami keunggulan dan kekuatan dari bentuk pengajaran konstruktifistik dan keterbatasan bentuk pengajaran transfer.

3) Mempraktekkan inquiry

Guru harus mampu menggunakan inquiry untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan dari pembuktian, yang akan menjadikan siswa terbiasa dengan perubahan konsep yang salah dan hubungan antara konsep dan situasi nyata.

4) Pembelajaran kolaboratif

Guru harus menunjukkan kemampuan untuk menggunakan sejumlah strategi pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

5) Pembelajaran berbasis masalah

(27)

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sebagai cara mengintegrasikan elemen-elemen fisika.

6) Metode pembelajaran yang beragam

Guru harus menunjukkan kemampuan menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk membantu siswa belajar dan mengerti akan konsep fisika.

7) Konsep awal dan perubahan konsep

Guru harus menunjukkan pemahaman bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan hubungannya dengan konsep awal yang diperolehnya melalui pengamatannya terhadap dunia.

8) Siklus belajar

Guru harus menunjukkan pemahaman antara siklus belajar, aktifitas kelas dan efeknya pada masing-masing individu serta kurikulum. Hubungan timbal balik yang kompleks dari kegiatan belajar mengajar di sekolah harus dimengerti.

9) Sumber-sumber pengajaran

Guru harus menunjukkan kemampuan menyeleksi, menggunakan dan mengadaptasikan sumber-sumber pengajaran yang dibutuhkan siswa. c. Pedagogical Content Knowledge ( PCK)

(28)

menguraikan mengapa dan bagaimana mengajar disiplin ilmu yang spesifik, dalam hal ini adalah mengajar fisika.

Sedangkan menurut Eugenia Etkina (2005: 3), PCK terdiri atas pengetahuan tentang kurikulum fisika, pengetahuan tentang kesulitan-kesulitan siswa, pengetahuan tentang efektifitas strategi pengajaran untuk konsep-konsep tertentu, dan pengetahuan tentang metode penilaian.

Di dalam PCK ini, Carl J. Wenning menunjukkan ada 18 pengetahuan dan pemahaman yang harus dikuasai dan ditunjukkan oleh guru fisika.

1) Pengetahuan tentang kurikulum

Guru harus memiliki pemahaman tentang pengajaran fisika yang dicerminkan sebagai tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai. Termasuk pemasukan materi yang sesuai dengan kurikulum.

2) Pemahaman akan arti “scientifically literate”

Guru harus memiliki definisi yang tepat, dari arti seseorang menjadi “melek” terhadap ilmu pengetahuan. Dengan itu, guru akan memiliki pondasi yang baik yaitu pengetahuan dan pemahaman dari konsep ilmu pengetahuan dan proses yang dibutuhkan bagi seseorang membuat keputusan, sumbangannya dalam bidang sosial dan kebudayaan dan produktivitas ekonomi.

3) Pemahaman tentang siswa

(29)

belajar siswa yang berbeda, sumber ketertarikan, motivasi dan inspirasi serta budaya dan emosi yang berbeda.

4) Kemampuan pengelolaan kelas

Guru harus menunjukkan kemampuan pengelolaan siswa yang baik dengan mempertahankan displin kelas dengan tegas, adil, bersahabat, dan bijaksana. Kemampuan mengelola kelas akan menghadirkan pelajaran secara efektif jadi siswa akan merasa waktu di kelas sebagai nilai yang positif.

5) Kemampuan berkomunikasi

Guru harus menjadi komunikator yang baik dan efektif, baik dalam memimpin pelajaran, menerima dan merespon informasi. Guru akan menunjukkan komunikasi yang baik melalui penggunan ucapan yang tepat. Guru akan menunjukkan efektivitas dalam komunikasi dengan menghadirkan informasi secara sistematis dan logis, dengan menanyai siswa menggunakan maksud yang tepat dan dengan mendengarkan dan merespon dengan baik pertanyaan, jawaban dan komentar siswa.

6) Pengetahuan tentang hubungan antara belajar-mengajar

(30)

7) Sikap ilmiah dan filosofi

Guru harus menunjukkan sikap ilmiah (misalnya: kepercayaan, tingkah laku, sopan santun, nilai) dan dapat mengajak siswa dalam aktifitas yang membantu menumbuhkan sikap ilmiah. Guru harus menunjukkan kebiasaan berpikir secara teliti sejalan dengan langkah ilmiah dari inquiry, tata krama, dan nilai yang berhubungan dengan pembelajaran sains. Guru harus memahami asumsi dan keterbatasan pengetahuan ilmiah.

8) Konteks sosial dan teknologi

Guru harus menunjukkan pemahaman dari dan apresiasi untuk penggunaan fisika pada situasi nyata yang lebih luas. Guru harus dapat menyediakan dasar yang rasional untuk pemasukan fisika dalam kurikulum sekolah yang menghubungkan berbagai wilayah kehidupan secara umum dan teknologi yang termasuk di dalamnya. 9) Lingkungan belajar

Guru harus tahu bagaimana menyediakan lingkungan yang menstimulus belajar yang mengembangkan komunitas dari pelajar yang berbagi waktu, ruang, dan materi untuk belajar sains.

10) Pembelajaran yang aktif dan berkaitan

(31)

11) Penilaian terhadap siswa

Guru harus memiliki pemahaman dari tujuan dan prosedur dari penilaian. Guru harus tahu bagaimana menggunakan penilaian yang adil, valid, dan reliabel serta konsisten dengan keputusan yang diambil.

12) Penilaian dan refleksi pribadi

Guru harus menunjukkan kebiasaan penilaian pribadi dan refleksi secara objektif pada praktek mengajar pribadi dengan pengamatan terhadap pengembangan praktek yang profesional dan menarik siswa untuk belajar. Melalui supervisi klinis dengan formative feedback. 13) Teknologi dari pengajaran

Guru harus memiliki pengetahuan dan pengalaman pertama dengan teknologi pengajaran dan ilmu pengetahuan yang akan digunakan di kelas. Termasuk peralatan demonstrasi dan laboratorium, komputer dan aplikasinya, dan software dengan akses internet yang akan digunakan siswa.

14) Tanggung jawab profesional

Guru seharusnya mematuhi kode etik profesional guru. 15) Nature of science

(32)

16) Pengajaran yang responsif

Guru harus tahu apa artinya menjadi guru yang berbudaya responsif agar memastikan partisipasi dari semua siswa yang bebas dari gender, ketidakmampuan dan perbedaan kebudayaan. Guru harus mengajar dalam sebuah cara untuk menghadapi perbedaan gender, ketidakmampuan fisik dan mental, dan perbedaan ras/etnis.

17) Knowledge of authentic best practices

Guru harus memiliki pemahaman yang dalam tentang praktek sesungguhnya yang terbaik dan bagaimana mereka berhubungan dengan bagaimana siswa belajar. Guru akan memahami pentingya hubungan yang secara efektif dengan konsep awal siswa, akan mengerti bagaimana menggunakan inquiry secara efektif, dan akan mengetahui dengan baik penggunaan praktek pengajaran kooperatif/kolaboratif.

18) Knowledge of generic best practices

(33)

4. Guru Fisika yang Bermutu dan Profesional

Menurut Trowbridge dan Byee dalam Paul Suparno (2007: 2-4), untuk menjadi seorang guru fisika yang sungguh bermutu dan profesional, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru fisika

a. Penguasaan bahan fisika

Guru fisika harus menguasai bahan yang mau diajarkan sehingga tidak menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Arons (1981) dan Iona (1987) dalam Suparno (2005: 42) mengungkapkan bahwa beberapa guru fisika tidak memahami konsep fisika dengan baik, sehingga salah pengertian ini ditularkan kepada siswa.

b. Mengerti tujuan pengajaran fisika

Guru fisika yang baik harus mengerti tujuan dari pengajaraan fisika. Dengan mengerti tujuannya, guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujuan dengan lebih efektif dan efisien, antara lain:

1. Kompetensi fisika yang diharapkan dikuasai siswa

2. Tuntutan sekolah atau pemerintah dalam pengajaran fisika 3. Tujuan umum pengajaran fisika, seperti:

a). Mengerti dan menggunakan metode ilmiah b). Menguasai pengetahuan fisika

c). Menggunakan sikap ilmiah

(34)

c. Guru dapat mengorganisir pengajaran fisika

Guru fisika yang baik dapat mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Ia juga mengerti cara mengajarkan bahan itu, dapat memilih alat dan sarana yang digunakan dalam pembelajaran, dapat memilih evaluasi dan latihan. Termasuk merencanakan berapa waktu yang digunakan dan tugas apa yang harus dilakukan siswa.

d. Mengerti situasi siswa

Guru perlu berusaha untuk mengerti keadaan siswa, karena pembelajaran fisika akan sungguh mengena pada siswa dan menyenangkan siswa, bila situasi siswa diperhatikan. Beberapa situasi yang perlu diketahui seperti: konsepsi awal siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, tingkah laku, perkembangan kognitif, mode, dan situasi psikologis belajarnya, apakah mereka senang, bosan, atau malas. Dengan mengetahui keadaan siswa, guru dapat menciptakan pembelajaran secara lebih kontekstual, sesuai dengan keadaan dan situasi siswa.

e. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa

(35)

f. Guru menguasai berbagai metode

Oleh karena situasi siswa bermacam-macam dan ada yang dirasakan dapat membantu siswa belajar juga bervariasi, maka menguasai metode yang bermacam-macam menjadi sangat penting bagi guru fisika sehingga dapat membantu siswa lebih baik dan tepat. Menguasai berbagai metode mengajar dan memilih cara yang diminati siswa, akan membantu siswa menyukai fisika yang diajarkan.

5. Metode Pembelajaran Fisika

Metode pembelajaran fisika ada berbagai macam. Secara singkat akan dipaparkan beberapa metode pembelajaran fisika sebagai berikut (Paul Suparno, 2007: 65-160).

a. Inquiry

(36)

keaktifan siswa. Pendekatan induktif yaitu dari pengalaman lapangan untuk mencari generalisasi dan konsep umum.

b. Discovery

Model discovery adalah model pembelajaran dimana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti secara mendalam. Model discovery mempunyai kemiripan dengan inquiry yaitu sama-sama menekankan keaktifan siswa dan pencarian sendiri siswa dengan model pendekatan ilmiah. Perbedaannya adalah inquiry lebih pada penyelidikan suatu masalah yang secara ketat mengikuti metode ilmiah sedangkan discovery tidak harus penyelidikan mengenai masalah, tetapi dapat berupa penemuan yang biasa. Inquiry jelas membutuhkan discovery di dalamnya. Inquiry menuntut proses yang lebih kompleks dan lengkap sesuai dengan metode ilmiah. Sedangkan discovery tidak harus lengkap prosesnya.

c. Eksperimen

(37)

menemukannya. Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri.

d. Problem solving

Problem solving adalah model pembelajaran dengan memecahkan persoalan. Guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkannya. Dengan memecahkan persoalan itu, siswa dilatih untuk mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka.

e. Kuis

Model kuis adalah model pembelajaran dimana guru fisika memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa cepat-cepatan menjawab. Model kuis dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis dan lisan. f. Simulasi komputer

(38)

g. Internet-e-learning

Electronic learning (e-learning) merupakan model pembelajaran dengan simulasi komputer, mencari bahan di internet dan pengajarannya melalui komputer. Tentu model ini hanya dapat dilakukan bila di sekolah ada jaringan internet atau siswa di rumahnya mempunyai jaringan internet. Pembelajaran fisika lewat internet dan juga e-learning banyak sekali menggunakan simulasi. Tetapi ada bahan yang tidak disampaikan dengan model simulasi, yaitu lebih kepada teorinya.

h. Model proyek

Model proyek adalah pembelajaran fisika dimana siswa dalam kelompok diminta membuat atau melakukan suatu proyek bersama dan merepresentasikan hasil dari proyek itu. Model proyek ini adalah gabungan dari berbagai model pembelajaran seperti inquiry, discovery, dan belajar bersama.

i. Diskusi kelompok

Model diskusi merupakan model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok yang bersifat edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama siswa lain.

j. Cooperative learning

(39)

k. Demonstrasi

Model demonstrasi adalah model pembelajaran dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika agar siswa lebih memahami materi yang diajarkan.

l. Peta konsep

Peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsep-konsep. Peta konsep menginterpretasikan hubungan yang berarti antar konsep dan menekankan pada gagasan-gagasan pokok. Penyusunannya hierarkis, yaitu konsep yang lebih umum berada di atas sedangkan yang lebih khusus berada di bawah. Relasi antar konsep diletakkan di antara konsep-konsep dengan anak panah. m. Ceramah siswa aktif

(40)

B. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika 1. Pengertian persepsi

Persepsi merupakan pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang didapat atau diterima (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991: 1146). Peter Salim dan Yeny Salim juga mengartikan persepsi sebagai tanggapan. Tanggapan akan hal atau peristiwa yang dialami atau diperoleh.

Dari pendapat di atas, tampak bahwa persepsi merupakan pandangan atau tanggapan akan hal atau peristiwa yang diterima. Menurut Paul Suparno, persepsi seseorang atau banyak orang dapat saja sama atau berbeda-beda walaupun hal atau peristiwa yang dialami sama. Hal ini karena sebagai individu, seseorang bebas memberikan pandangan atau tanggapan atas peristiwa yang dialami.

2. Persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika

Persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika merupakan pandangan atau tanggapan siswa terhadap kompetensi yang dimiliki oleh guru fisika yang bersangkutan. Siswa dapat memberikan pandangan tentang kompetensi guru fisika melalui kegiatan belajar mengajar yang dialami selama ini di sekolah.

(41)

Penguasaan materi merupakan kemampuan yang sangat mendasar dalam kegiatan pembelajaran. Indikasi penguasaan materi oleh guru fisika dapat diketahui melalui struktur materi (hubungan antar konsep fisika) yang jelas dan sesuai dengan kurikulum, tidak terjadi miskonsepsi, dan tidak tergantung pada buku/catatan (Puji Purnomo, dkk., 2008: 12-19).

Pemahaman akan situasi siswa dapat diketahui melalui pemahaman konsep awal fisika siswa, pemahaman akan perkembangan pemikiran siswa, pemahaman akan situasi psikologis belajar fisika siswa: apakah senang, bosan atau malas.

Indikasi dikuasainya strategi pembelajaran fisika dapat diketahui dari kemampuan guru menentukan metode pembelajaran fisika yang tepat, kemampuan menggunakan sumber-sumber pengajaran dan menguasai teknologi pendukung pengajaran fisika.

Penguasaan interaksi kegiatan belajar fisika dapat diketahui melalui kemampuan komunikasi guru dengan siswa atau kelompok siswa. Siswa tidak merasa takut atau malu untuk bertanya, menjawab atau mengungkapkan gagasan selama kegiatan belajar mengajar yang dikelola guru yang bersangkutan. Dan guru merespon pertanyaan, jawaban ataupun gagasan siswa.

Kompetensi penilaian atau evaluasi kegiatan belajar mengajar fisika dapat diketahui melalui ketepatan penilaian atau evaluasi yang digunakan, baik soal maupun hasil penilaiannya.

(42)

C. Motivasi Belajar Fisika

1. Pengertian motivasi belajar

Secara umum, motivasi adalah kekuatan yang mendorong atau menarik seseorang untuk berperilaku atau berbuat sesuatu. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar yang dilakukan siswa, maka motivasi belajar adalah alasan, pertimbangan dan dorongan yang menjadikan seseorang berkegiatan belajar (Samana, 1994: 70).

Menurut Anne Ahira (2008: 1), ada dua faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar.

a. Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

b. Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain misalnya guru, atau lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

(43)

Robert J. Songgok (2001: 5) juga mengungkapkan bahwa aspek-aspek yang terlibat dalam pengajaran yang meliputi sikap guru, kaidah pengajaran, bahan pelajaran, media pengajaran dan penilaian hasil pengajaran sangat mempengaruhi minat dan kegairahan siswa dalam belajar.

2. Motivasi belajar fisika

Motivasi belajar fisika adalah kekuatan yang mendorong atau menarik siswa untuk belajar fisika atau melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar fisika. Siswa dikatakan memiliki motivasi belajar fisika bila ada keinginan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar fisika dan bila sudah melakukan kegiatan tersebut ia dapat mempertahankan kegiatan tersebut dalam waktu relatif lama dan melakukannya dengan kesungguhan dan konsentrasi (Kartika Budi, 1987: 39).

(44)

Penentuan pilihan kegiatan dapat menjadi indikasi motivasi belajar siswa. Karena dalam keadaan bebas siswa tentu akan memilih kegiatan yang mereka senangi dan minati. Bila siswa dihadapkan pada beberapa pilihan kegiatan dan mereka memilih kegiatan belajar mengajar fisika, maka itu merupakan petunjuk bahwa motivasi belajar fisika mereka tinggi.

Indikator-indikator yang menunjukkan ketekunan dan ketahanan yaitu kesungguhan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika, mudah tidaknya mereka memusatkan perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, mudah tidaknya perhatian terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, kemauan menggunakan seluruh daya dan kemampuannya, mudah tidaknya putus asa bila menghadapi kesulitan, mudah tidaknya merasa bosan pada apa yang sedang dilakukan, dapat tidaknya melakukan kegiatan dalam waktu yang cukup lama, dan kegigihannya dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi.

(45)

bagaimana sikap dan perasaan siswa bila waktu untuk pelajaran fisika ditambah atau dikurangi; dan bagaimana sikap dan perasaan siswa bila mereka diberi kebebasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan fisika.

Indikasi motivasi mencapai kesuksesan antara lain harapan akan hasil yang akan dicapai, keyakinan akan keberhasilannya, keyakinan akan kemampuannya, besarnya keinginan untuk memperoleh hasil baik, kepuasan akan hasil yang pernah dialami, rangkaian sukses yang pernah dialami, keinginan untuk selalu lebih baik dari teman-temannya dan besar usaha untuk memperoleh sukses.

D. Prestasi Belajar Fisika

Prestasi belajar didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam dan atau setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam periode dan materi tertentu (Kartika Budi, 1987: 12). Sedangkan Davidoff dan Linda dalam Grace Ersat Januarto (2008: 25) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah tolak ukur penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru di sekolah. Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa prestasi belajar fisika menunjukkan tingkat penguasaan (kuantitas dan kualitas) siswa tentang materi fisika tertentu setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika dalam periode tertentu.

(46)

penilaian hasil belajar merupakan penilaian untuk mengetahui penguasaan materi atau pencapaian kompetensi dasar melalui pencapaian indikator, setelah siswa mengikuti program pembelajaran dalam waktu tertentu dengan materi tertentu. Ulangan harian, tes sumatif, ulangan akhir semester (UAS), ulangan umum bersama (UUB), ujian akhir nasional (UAN) merupakan contoh penilaian hasil belajar.

Berdasarkan taksonomi Bloom, penilaian hasil belajar mencakup tiga domain kompetensi, yaitu (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah psikomotorik. Ranah kognitif (pengetahuan) mengacu pada seberapa banyak pengetahuan yang berhasil diperoleh, dikuasai dan dipahami, dan seberapa jauh siswa mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang relevan, dalam wujud mengerjakan soal atau menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang berkaitan. Ranah afektif (sikap) mengacu pada sikap yang dimiliki para ilmuwan yang melandasi kinerjanya. Ranah psikomotorik mengacu pada keterampilan yang berkaitan dengan kerja fisik. Merangkai alat, mengoperasikan alat, membaca hasil pengukuran merupakan contoh keterampilan fisik (Kartika Budi, 2007: 20-30).

(47)

psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, faktor kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Guru dalam kaitannya dengan prestasi belajar merupakan faktor eksternal.

Penilaian hasil belajar fisika yang digunakan untuk menunjukkan prestasi belajar fisika siswa dalam dan atau setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika dalam penelitian ini karena keterbatasan subyek penelitian maka akan dibatasi pada ranah kognitif. Prestasi belajar fisika pada ranah kognitif akan ditunjukkan dengan nilai ulangan harian fisika semester pertama dan kedua tahun ajaran 2008/2009 dari guru yang menjadi subyek penelitian ini. Dari kedua komponen penilaian tersebut akan dicari skor rata-rata. Skor rata-rata inilah yang akan menunjukkan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini.

E. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika

(48)

sehingga siswa memiliki semangat dan motivasi belajar. Penyelidikan secara empiris juga menunjukkan bahwa bahkan “fisika kapur”, bila diberikan oleh pengajar yang benar-benar dijiwai fisika dengan daya rasa pedagogis dan disajikan dengan segala kegairahan, dapat diterima dengan baik oleh para pelajar (Herbert Druxes dkk., 1986: 100).

2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika

Persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika kiranya juga akan memberikan pengaruh pada prestasi belajar fisika siswa. Karena bila siswa memberikan pandangan yang positif tentang kompetensi guru fisika, berarti guru fisika tersebut memang berkompeten dalam mengajar fisika. Dengan demikian, kiranya siswa akan semakin tekun belajar fisika. Sehingga prestasi belajar fisikanya juga akan semakin optimal, begitu pula sebaliknya.

F. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan dugaan-dugaan di atas, maka ada dua hipotesis dalam penelitian ini.

1.Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika. 2.Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri

(49)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh berupa skor atau angka dan dianalisis dengan statistik korelasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian : SMA Negeri 3 Yogyakarta

2. Waktu penelitian : 28 April 2009

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1, X-2, dan X-3 SMA Negeri 3 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009. Jumlah sampel adalah 113 siswa. Dengan rincian kelas X-1: 37 siswa, X-2: 38 siswa, X-3: 38 siswa.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen atau variabel bebas

(50)

aspek penguasaan materi fisika, pemahaman akan situasi siswa, strategi pembelajaran fisika, penguasaan interaksi kegiatan belajar mengajar fisika dan penilaian atau evaluasi kegiatan belajar mengajar fisika yang akan ditunjukkan dengan skor pengisisan kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika.

2. Variabel dependen atau variabel terikat a. Motivasi belajar fisika

Merupakan kekuatan yang mendorong atau menarik siswa untuk belajar fisika atau melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar fisika. Hal ini dapat ditunjukkan dengan indikator yaitu, penentuan pilihan atau minat, ketekunan dan kesungguhan, keinginan untuk mencapai sukses dan sikap atau perasaannya pada pelajaran fisika yang akan ditunjukkan dengan skor pengisisan kuesioner motivasi belajar fisika siswa.

b. Prestasi belajar fisika

Menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika, yang akan ditunjukkan dengan skor rata-rata dari nilai-nilai yang menunjukkan prestasi belajar fisika. Dalam penelitian ini nilai yang akan digunakan adalah nilai ulangan harian fisika semester pertama dan kedua siswa kelas X pada tahun ajaran 2008/2009.

3 Variabel kontrol

(51)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika, kuesioner motivasi belajar fisika siswa dan dokumentasi prestasi belajar fisika siswa.

1. Kuesioner Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika

Berdasarkan Tinjauan Pustaka pada BAB II, indikator persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika terdiri atas aspek penguasaan materi fisika, pemahaman akan situasi siswa, strategi pembelajaran fisika, penguasaan interaksi kegiatan belajar mengajar fisika dan penilaian atau evaluasi kegiatan belajar mengajar fisika. Adapun indikator kelima bagian tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika

Persepsi siswa tentang kompetensi guru

fisika

Indikator Nomot item

pernyataan Jumlah Penguasaan materi

fisika

Struktur materi yang jelas dan

sesuai dengan kurikulum 1, 5, 7

3 Tidak terjadi miskonsepsi 10, 13 2 Tidak tergantung pada

buku/catatan 16, 19 2

Pemahaman akan situasi siswa

Pemahaman akan konsep awal

fisika siswa 2, 4 2

Pemahaman akan

perkembangan pemikiran siswa 6, 22 2 Pemahaman akan situasi

psikologis belajar fisika siswa 26, 29 2 Strategi pembelajaran

fisika

Metode pembelajaran fisika yang tepat

3, 8, 9, 11, 24,

25 6

Kemampuan menggunakan

sumber-sumber pengajaran 27 1

Menguasai teknologi

(52)

Penguasaan interaksi kegiatan belajar mengajar fisika

Kemampuan komunikasi guru dengan siswa atau kelompok siswa

14, 15, 18 3 Penilaian atau evaluasi

kegiatan belajar mengajar fisika

Ketepatan penilaian atau evaluasi yang digunakan, baik soal maupun hasil penilaiannya.

20, 21, 23, 28,

30 5

Total 30

Kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 60.

2. Kuesioner Motivasi Belajar Fisika

Motivasi belajar fisika berdasarkan Tinjauan Pustaka pada BAB II, dapat ditunjukkan dengan penentuan pilihan atau minat terhadap fisika, ketekunan dan ketahanan belajar fisika, sikap dan perasaan pada fisika, dan keinginan mencapai kesuksesan pada pelajaran fisika. Indikator dari keempat hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Fisika

Aspek motivasi

belajar fisika Indikator

Nomor item

pernyataan Jumlah Penentuan pilihan atau

minat terhadap fisika

Pemilihan kegiatan yang berhubungan dengan fisika bila dihadapkan dengan beberapa pilihan kegiatan

1, 3, 5, 14 4

Ketekunan dan ketahanan belajar fisika

Kesungguhan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar fisika

2, 28 2 Mudah tidaknya memusatkan

perhatian pada kegiatan fisika yang sedang dilakukan

6 1 Mudah tidaknya perhatian

terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain

7 1 Kemauan menggunakan

seluruh daya dan kemampuannya

(53)

Mudah tidaknya putus asa bila menghadapi kesulitan

pelajaran fisika

13 1 Mudah tidaknya merasa bosan

pada apa yang sedang dilakukan

15 1 Dapat tidaknya melakukan

kegiatan fisika dalam waktu yang cukup lama

17 1 Kegigihannya dalam

mengatasi kesulitan yang

dihadapi 19 1

Bagaimana perasaan siswa

terhadap materi atau topik pelajaran fisika, kegiatan belajar-mengajar fisika

4, 8, 10, 30 4

Bagaimana perasaan siswa terhadap guru, sikap, dan cara mengajarnya, apakah

menarik, menyenangkan atau membosankan

11, 26 2

Bagaimana sikap dan perasaan siswa bila kegiatan yang berkaiatan dengan kegiatan belajar mengajar fisika ditambah, dikurangi atau dihapus

12 1

Bagaimana sikap dan perasaan siswa bila waktu untuk pelajaran fisika ditambah atau dikurangi

16, 27 2

Bagaimana sikap dan perasaan siswa bila mereka diberi kebebasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan fisika

23 1

Harapan akan hasil yang akan

dicapai 18 1

Keyakinan akan

keberhasilannya 20 1

Keyakinan akan

(54)

Besarnya keinginan untuk

memperoleh hasil baik 22 1

Kepuasan akan hasil yang

pernah dialami 24 1

Besarnya usaha untuk

memperoleh sukses 29,31,32 3

Keinginan untuk selalu lebih

baik dari teman-temannya 25 1

Total 32

Kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 64.

3. Dokumentasi Prestasi Belajar Fisika Siswa

Dokumen yang akan digunakan untuk mengetahui prestasi belajar fisika adalah daftar nilai kognitif siswa, dari guru yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini. Adapun daftar nilai kognitif siswa yang akan digunakan adalah nilai ulangan harian fisika semester pertama dan kedua pada tahun ajaran 2008/2009. Daftar nilai selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 83-88.

F. Validitas

(55)

pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Item pernyataan pada kuesioner disesuaikan dengan indikator setiap bagian yang akan diukur. Pada penelitian ini, kuesioner tidak diujicobakan, namun sudah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing.

Prestasi belajar fisika siswa diperoleh dengan mendokumentasikan nilai ulangan harian fisika semester pertama dan kedua tahun ajaran 2008/2009. Dokumen yang dimaksud adalah daftar nilai kognitif siswa yang dimiliki oleh guru yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian. Dalam rentang waktu selama satu tahun ajaran ini, diharapkan dapat menunjukkan prestasi belajar fisika siswa yang sesungguhnya.

G. Metode Analisis Data

1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika

Kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dan motivasi belajar fisika yang telah diisi dibagi dalam pernyataan positif dan negatif. Kemudian diberi skor. Adapun pemberian skor pada pernyataan positif dan negatif tampak pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pemberian Skor Kuesioner

Skor Pernyataan positif Pernyataan negatif

Sangat setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak setuju (TS) 2 3

Sangat tidak setuju (STS) 1 4

(56)

3.3, kedua variabel penelitian dicari hubungannya dengan perumusan Koefisien Korelasi Pearson berikut (Suparno, 2006: 47-48).

(

)(

)

(

)

(

)

− − − − = 2 2 y y x x y y x x r i i i i xy Keterangan : i

x : persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika

x : rata-rata persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika

i

y : motivasi belajar fisika

y : rata-rata motivasi belajar fisika

Bila koefisien korelasi sampel sudah diketahui, untuk membuktikan apakah korelasi sungguh signifikan caranya adalah sebagai berikut.

a. H0XY =0 (hipotesa nol) b. HiXY ≠0 (hipotesa alternatif) c. Significant level

α

=0.05

d. Df = derajat kebebasan = N – 2 (N adalah jumlah sampel penelitin)

e. rcrit (koefisien kritikal) dicari dari tabel korelasi. Dan daerah rejeksi. f. Kesimpulan: jika robs (koefisien korelasi perhitungan) jatuh dalam

(57)

2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika

Dokumen prestasi belajar fisika siswa yang diperoleh dikumpulkan dan dicari skor rata-rata. Skor rata-rata inilah yang akan dikorelasikan dengan skor persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika.

Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dan prestasi belajar fisika dianalisis dengan Koefisien Korelasi Pearson seperti tampak pada halaman 40. Untuk mengestimasi apakah populasinya juga demikian, dilakukan dengan cara yang sama seperti tampak pada halaman 40. Jika robs (koefisien korelasi perhitungan) jatuh dalam daerah rejeksi, maka hipotesa nol ditolak. Bila tidak, maka diterima. Bila

crit obs r

(58)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, sampel penelitian yang mengisi kuesioner sebanyak 86 orang. Hal ini dikarenakan pada waktu penelitian beberapa siswa mengikuti pembekalan olimpiade dan ada yang tidak hadir. Tetapi kuesioner yang dapat dianalisis sebanyak 84 karena dari dua kuesioner yang tidak dianalisis: (1) yang diisi hanya pada persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika sedangkan motivasi belajar fisika tidak diisi dan (2) diisi ganda. Dokumen prestasi belajar fisika yang berhasil dikumpulkan mencakup dua nilai ulangan harian yaitu satu nilai ulangan harian pada semester pertama dan satu nilai ulangan harian pada semester kedua tahun ajaran 2008/2009 dari guru yang menjadi subyek penelitian. 1. Persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika

Hasil skoring kuesioner persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika adalah seperti tampak pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Skor Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika Sampel Skor Sampel Skor

1 79 43 93

2 104 44 100

(59)

9 83 51 88 10 86 52 96 11 85 53 87 12 99 54 86 13 88 55 85 14 86 56 88 15 86 57 73 16 85 58 93 17 81 59 85 18 79 60 84 19 82 61 92 20 91 62 88 21 92 63 84 22 98 64 88 23 87 65 93 24 86 66 101 25 87 67 75 26 94 68 87 27 93 69 94 28 86 70 89 29 84 71 86 30 95 72 88 31 87 73 101 32 81 74 86 33 87 75 105 34 94 76 89 35 95 77 75 36 92 78 81 37 97 79 77 38 91 80 96 39 86 81 86 40 95 82 84 41 81 83 86 42 93 84 83

(60)

No. Interval Frekuensi

1 73 - 78 5

2 79 - 84 15

3 85 - 90 34

4 91 - 96 20

5 97 - 102 7

6 103 - 108 2

7 109 - 114 1

Jumlah 84 Tabel 4.2

Sebaran Frekuensi SkorPersepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika

Gambar 1.

Histogram Sebaran Skor Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika

2. Motivasi belajar fisika siswa

Skor kuesioner motivasi belajar fisika siswa adalah seperti tampak pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.3 Skor Motivasi Belajar fisika Siswa Sampel Skor Sampel Skor

1 75 43 104

2 83 44 91

3 78 45 83

4 73 46 87

5 83 47 87

6 74 48 94

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0

Skor Frekuensi

(61)

7 67 49 97

8 87 50 102

9 79 51 86

10 72 52 89

11 85 53 84

12 95 54 85

13 89 55 86

14 80 56 74

15 79 57 77

16 79 58 101

17 75 59 86

18 72 60 84

19 73 61 102

20 83 62 93

21 89 63 93

22 109 64 86

23 82 65 94

24 85 66 93

25 63 67 67

26 90 68 102

27 74 69 83

28 78 70 83

29 78 71 68

30 86 72 79

31 78 73 67

32 86 74 81

33 79 75 91

34 92 76 85

35 91 77 71

36 81 78 84

37 79 79 71

38 89 80 101

39 97 81 93

40 84 82 85

41 87 83 95

42 93 84 92

(62)

Tabel 4.4

Sebaran Frekuensi Skor Motivasi Belajar Fisika Siswa

Gambar 2.

Histogram Sebaran Skor Motivasi Belajar Fisika Siswa 3. Prestasi belajar fisika

Prestasi belajar fisika siswa yang ditunjukkan dengan skor rata-rata tampak pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Skor Rata-Rata Prestasi Belajar Fisika Siswa Sampel Skor Sampel Skor

1 73 43 79

2 73 44 77

3 72 45 70

4 75 46 75

5 77 47 77

6 78 48 82

7 76 49 76

No. Interval Frekuensi

1 63 - 68 5

2 69 - 74 9

3 75 - 80 14

4 81 - 86 24

5 87 - 92 14

6 93 - 98 11

7 99 - 104 6

8 105 - 110 1

Jumlah 84

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0

Skor Frekuensi

(63)

8 76 50 77

9 73 51 77

10 81 52 81

11 85 53 72

12 76 54 77

13 89 55 77

14 70 56 76

15 74 57 72

16 82 58 81

17 76 59 81

18 76 60 71

19 68 61 72

20 72 62 91

21 87 63 84

22 75 64 79

23 76 65 74

24 71 66 74

25 78 67 76

26 73 68 85

27 82 69 77

28 70 70 81

29 65 71 73

30 58 72 80

31 79 73 83

32 77 74 81

33 88 75 82

34 71 76 79

35 82 77 74

36 66 78 66

37 72 79 83

38 78 80 84

39 73 81 80

40 74 82 86

41 68 83 88

42 69 84 83

(64)

Tabel 4.6

Sebaran Frekuensi Skor Rata-Rata Prestasi Belajar Fisika Siswa

Gambar 3.

Histogram Sebaran Skor Rata-Rata Prestasi Belajar Fisika Siswa

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika

Untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika (x) dengan motivasi belajar fisika (y) dicari dengan perumusan Koefisien Korelasi Pearson.

No. Interval Frekuensi

1 55 - 60 1

2 61 - 66 3

3 67 - 72 14

4 73 - 78 36

5 79 - 84 24

6 85 - 90 5

7 91 - 96 1

Jumlah 84

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 Frekuensi

Skor

(65)

Tabel 4.7 Ringkasan Perhitungan Data Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika

(

)(

)

xix yiy

(

xix

)

2

(

yiy

)

2

2690,441 4139,796 7485,998 998 , 7485 796 , 4139 441 , 2690 × = xy r 58 , 30990504 441 , 2690

= 0,483

912 , 5566 441 , 2690 = =

Dari perhitungan diperoleh koefisien korelasi robs = 0,483. Untuk sampel sebanyak 84 dan taraf signifikansi

α

=0,05 harga kritisnya rcrit =0,217. Tampak bahwa koefisien korelasi perhitungan lebih besar dari harga kritisnya. Maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Kesimpulannya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika.

2. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika

(66)

Tabel 4.8 Ringkasan Perhitungan Data Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika

(

)(

)

xix ziz

(

xix

)

2

(

ziz

)

2

252,985 4139,796 2889,792 792 , 2889 796 , 4139 985 , 252 × = xz r 36 , 11963149 985 , 252

= 0,073

779 , 3458 985 , 252 = =

Dari perhitungan diperoleh koefisien korelasi robs = 0,073. Nilai ini lebih rendah dari harga kritisnya rcrit =0,217 untuk sampel sebanyak 84 dan taraf signifikansi

α

=0,05. Maka hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika

Penelitian dengan pengajuan hipotesis ada hubungan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika, memperoleh koefisien korelasi (robs)

sebesar 0,483 nilai ini lebih besar dari koefisien kritis (rcrit) sebesar 0,217.

(67)

Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika menunjukkan benar bahwa untuk menguatkan atau membangun motivasi belajar fisika dapat diusahakan dari luar diri siswa. Mengingat bahwa fisika adalah pelajaran yang sukar dan kurang diminati oleh siswa maka peran guru dalam menguatkan dan membangun motivasi belajar fisika sangat dibutuhkan.

Dengan demikian penting bahwa guru fisika perlu memiliki kompetensi guru fisika bila diinginkan siswa memiliki motivasi belajar fisika yang tinggi. Guru dapat mengembangkan kompetensinya dalam aspek penguasaan materi fisika, pemahaman akan situasi siswa, strategi pembelajaran fisika, penguasaan interaksi kegiatan belajar mengajar fisika dan penilaian atau evaluasi kegiatan belajar mengajar fisika.

Figur seorang guru yang ”pandai” atau menguasai bidangnya di mata siswa akan memiliki nilai ”plus”. Siswa akan menaruh kepercayaan dan tertarik dengan pembelajaran yang disampaikan walaupun sukar, seperti fisika. Apalagi didukung dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Soal-soal yang diberikan tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Maka siswa akan bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Begitu pula sebaliknya jika guru tidak berkompeten, maka siswa tidak akan memiliki motivasi belajar.

(68)

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada motivasi belajar siswa. Kartika Budi (1987) dalam salah satu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi siswa terhadap strategi guru fisika dalam memotivasi dengan motivasi belajar fisika. Dengan demikian untuk menguatkan dan membangkitkan motivasi belajar fisika siswa perlu usaha luar yaitu usaha dari guru fisika.

2. Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika

Hasil analisis menunjukkan bahwa penelitian dengan pengajuan hipotesis ada hubungan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika, memperoleh koefisien korelasi (robs) sebesar 0,073. Nilai ini lebih rendah

dari koefisien kritis (rcrit) sebesar 0,217. Jadi tidak ada hubungan yang

signifikan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika, kiranya dipengaruhi oleh nilai variabel prestasi belajar fisika yang lebih tinggi/lebih rendah dari meannya terkadang diikuti oleh nilai variabel persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika yang terkadang lebih tinggi, terkadang lebih rendah dari meannya. Dengan demikian maka nilai robs

(69)

Hal ini kiranya dapat dijelaskan bahwa bisa saja siswa memperoleh prestasi belajar fisika yang baik karena menurut siswa guru dapat mengajarkannya dengan baik dan siswa menerima pembelajaran dengan baik pula. Dengan kata lain guru membantu siswa mencapai prestasi belajar yang optimal. Tetapi bisa saja siswa merasa bahwa prestasi belajar yang dicapai tak lain adalah usahanya sendiri atau karena kepintarannya, tanpa campur tangan orang lain (misalnya guru). Hal ini tidak dapat dipungkiri karena setiap individu bebas menyatakan pendapatnya.

Dari Tinjauan Pustaka dikemukakan bahwa selain faktor eksternal, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal. Faktor eksternal yang berkaitan langsung dengan pembelajaran di kelas adalah guru. Hasil penelitian yang tidak signifikan kiranya menunjukkan bahwa faktor internal yang berasal dari diri siswa juga memberikan pengaruh pada prestasi belajar fisika. Misalnya siswa memperoleh prestasi belajar yang kurang baik, walaupun menurut siswa guru telah mengajar dengan baik. Hal ini kiranya dapat saja terjadi misalnya karena materi yang diajarkan tidak diminati atau sukar, sehingga siswa tidak belajar.

(70)

54 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan pada BAB IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa kelas X SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan motivasi belajar fisika. Dapat dikatakan demikian karena koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sebesar robs = 0,483. Harga tersebut pada α =0,05 lebih besar daripada harga kritisnya rcrit =0,217. 2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa kelas X

SMA Negeri 3 Yogyakarta tentang kompetensi guru fisika dengan prestasi belajar fisika. Karena koefiesien korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sebesar robs = 0,073. Harga tersebut pada α =0,05 lebih rendah daripada harga kritisnya rcrit =0,217.

B. Saran

(71)

C. Keterbatasan penelitian

Penulis menyadari ada beberapa berapa keterbatasan dalam penyusunan karya ilmiah ini antara lain:

1. Keterbatasan pengetahuan penulis dalam menyusun instrumen penelitian sehingga variabel yang dimaksud mungkin belum bisa terukur secara tepat karena belum semua faktor terwakili.

2. Variabel persepsi siswa tentang kompetensi guru fisika dan motivasi belajar fisika diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh siswa yang menjadi sampel penelitian sehingga kebenaran penelitian ini tergantung pada keseriusan siswa mengungkapkan keadaan yang sebenarnya dalam pengisian kuesioner.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2007. Tinjauan Singkat Terhadap Profesionalisme Guru Fisika. Dalam http://www.geocities.com/zai_abidin69/mypage.htm

Ahira, Anne. 2008. Motivasi Belajar. Dalam

http://www.anneahira.com/motivasi/index.htm

Budi, Kartika. 1987. Hubungan Antara Inteligensi, Motivasi Belajar Fisika, dan Pendapat Siswa terhadap Strategi Guru Memotivasi, dengan Prestasi Belajar Fisika pada Sekolah Menengah Pertama di Kotamadya Yogyakarta. Dalam Tesis. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana Inst

Gambar

Gambar 2. Histrogram Sebaran Skor Motivasi Belajar Fisika Siswa .............
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Fisika
Tabel 3.3 Pemberian Skor Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu dengan ditemukannya data baru dan atau data yang semula belum

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pelelangan mengundang Saudara untuk dapat menghadiri Ferifikasi dan Klarifikasi terhadap Perusahaan pada

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validitas isi instrumen penilaian Computerized Two-Tier Multiple Choice (CTTMC) untuk mengukur literasi sains siswa pada materi

Instrumen kemampuan berpikir kritis kimia siswa sudah dikembangkan dengan mengacu pada indikator pembelajaran untuk digunakan sebagai tes kemampuan berpikir kritis

Ketegangan berlanjut ketika kedua belah pihak mengirim tentara di perbatasan kedua negara. Insiden tembak menembakpun terjadi pada tanggal 17 September 1980. Selanjutnya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dimensi sikap terhadap uang, Power prestige, Distrust, dan Anxiety berhubungan erat dengan perilaku pembelian kompulsif dan

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Koefisien Daya Pembeda Soal Hasil Uji Coba 47 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan KoefisienTaraf Kesukaran Soal Hasil Uji Coba 47 Tabel 3.11

Maka tentunya telah keliru lah sebagian umat Islam yang hanya menetapkan sebagian nama dan sifat bagi Allah, tapi pada saat yang bersamaan ia menolak sebagian nama dan sifat Allah