B a b 2
|
1
GAMBARAN UMUM
DAN KONDISI WILAYAH
KABUPATEN TAPANULI UTARA
2.1 Kondisi Umum
Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara terletak di wilayah dataran tinggi Sumatera Utara dan berada pada
ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kondisi Topografi
dan kontur tanah untuk kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, bahwa Kabupaten
Tapanuli Utara memiliki karakteristik wilayah bergelombang dan berbukit serta merupakan
bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Sebagai salah satu wilayah di dataran tinggi, maka
Kabupaten Tapanuli Utara sangat potensial untuk pengembangan tanaman holtikultura
dan berada pada jalur lintas antara beberapa kabupaten/kota.
2.1.1 Sejarah Kabupaten Tapanuli Utara
Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi, Toba
Samosir, Samosir, dan Humbang Hasundutan yang sekarang termasuk dalam Keresidenan
Tapanuli yang dipimpin seorang Residen bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga.
Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli yang terdiri dari 4 Afdeling
yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling
Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung
B a b 2
|
2
Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945,
pemerintah mulai membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dengan
diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residen Tapanuli, disusunlah struktur
pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara sebagai berikut:
a. Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah Batak dan sebagai Luhak
pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Onder Afdeling diganti menjadi Urung
yang dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala
Urung.
b. Onder Distrikten diganti menjadi Urung Kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang
dulu disebut Asisten Demang.
Kemudian pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua
kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai
dengan Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan,
Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.
2.1.2 Kondisi Geografi
Secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20’00” -2º41’00” Lintang Utara (LU) dan 98º05’-99º16’ Bujur Timur (BT). Dengan luas wilayah yang dimiliki
± 3.800,31 Km², dengan distribusi luas daratan sebesar 3.793,71 Km² dan luas perairan
Danau Toba sebesar 6,60 Km². Dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara,
Kecamatan Garoga merupakan kecamatan yang memiliki areal terbesar sekitar 567,58
Km² dan kecamatan yang memiliki luas areal terkecil adalah Kecamatan Muara sekitar
79,75 Km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-1 di bawah ini.
Tabel II-1
Luas Wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara Menurut Kecamatan Tahun 2010
No. Kecamatan Ibu Kota
Kecamatan Kelurahan Desa
B a b 2
|
3
3. Sipoholon Sipoholon 1 13 189,20 4,99
4. Tarutung Tarutung 7 24 107,68 2,84
5. Siatas Barita Simorangkir Julu - 12 92,92 2,45
6. Pahae Julu Onan Hasang 1 18 165,90 4,37
7. Pahae Jae Sarulla 1 12 203,20 5,36
8. Purbatua Parsaoran Janji
Angkola - 11 191,80 5,06
9. Simangumban Aek Nabara - 8 150,00 3,95
10. Pangaribuan Pangaribuan - 22 459,25 12,10
11. Garoga Garoga - 12 567,58 14,96
12. Sipahutar Sipahutar - 23 408,22 10,76
13. Siborong-borong Siborong-borong 1 20 279,91 7,38
14. Pagaran Sipultak - 14 138,05 3,64
15. Muara Muara - 15 79,75 2,10
Jumlah 11 232 3.793,71* 100
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032 Ket: * Belum Termasuk Luas Danau Toba: 6,60 Km2
Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima kabupaten
tetangga. Adapun batas-batas adalah sebagai berikut:
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten
Humbang Hasundutan,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu,
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
B a b 2
|
4
Gambar 2.1
Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
B a b 2
|
5
Gambar 2.2
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
B a b 2
|
6
2.1.3 Kondisi HidrologiPotensi Hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan
irigasi, air minum (sanitasi), transportasi maupun untuk kepentingan lainnya. Beberapa
Daerah Aliran Sungai (DAS) berada di Kabupaten Tapanuli Utara, seperti: Aek Garut,
Sungai Batang Toru, Aek Rabon, dan Sungai Batugarsi.
2.1.4 Kondisi Klimatologi
Salah satu unsur cuaca/iklim adalah curah hujan. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada
pada rata-rata ketinggian lebih dari 900 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang
memperoleh curah hujan yang banyak. Selama tahun 2011, curah hujan tahunan terjadi
paling besar di Kecamatan Pahae Jae yaitu sebesar 3.560 mm dan lama hari hujan
bulanan sebanyak 14,58 hari. Dari curah hujan bulanan tahun 2011, terlihat curah hujan
tertinggi terjadi pada Bulan November dengan total curah hujan 3.784 mm.
Gambar 2.3
Rata-rata Hari Hujan Menurut Bulan Tahun 2011
B a b 2
|
7
Tabel II-2Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan per Bulan Tahun 2011
Kecamatan
Januari Februari Maret
Curah
B a b 2
|
8
B a b 2
|
9
KecamatanJuli Agustus September
Curah
B a b 2
|
10
KecamatanOktober November Desember
Curah
B a b 2
|
11
2.1.5 Kondisi TopografiKabupaten Tapanuli Utara yang merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara terletak diwilayah dataran tinggi Sumatera Utara berada pada ketinggian
antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kondisi Topografi dan kontur
tanah untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, bahwa Kabupaten Tapanuli Utara
memiliki karakteristik wilayah bergelombang dan berbukit serta merupakan bagian dari
pegunungan Bukit Barisan. Sebagai salah satu wilayah didataran tinggi, maka Kabupaten
Tapanuli Utara sangat potensial untuk pengembangan tanaman holtikultura dan berada
pada jalur lintas antara beberapa kabupaten/kota.
Kondisi Topografi Kabupaten Tapanuli pada umumnya memiliki karakteristik antara lain; Kondisi lereng yang relatif cembung dengan kemiringan lebih curam dari 200
(40%) untuk daerah lereng bukit/perbukitan, atau lereng gunung/pegunungan,
dan lereng relatif landai dengan kemiringan sekitar 100 (20%) hingga 200 (40%).
Kondisi tanah/batuan penyusun umumnya merupakan lereng yang tersusun oleh tanah lempung yang mudah mengembang apabila jenuh air.
Curah hujan mencapai 70 mm/jam atau 100 mm/hari. Curah hujan tahunan mencapai lebih dari 2500 mm, atau kawasan rawan gempa.
Keairan lereng, sering muncul rembesan-rembesan air atau mata air pada lereng,
terutama pada bidang kontak antara batuan kedap dengan lapisan tanah yang lebih
permeable.
2.1.6 Kondisi Geologi
Secara umum kondisi geologi pada Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh jenis batuan
sedimen aluvium muda dan aluvium tua. Jenis aluvium muda terdiri dari komposisi unsur
pasir kerikil, rawa bakau, fluviatil, assalaut, dan lakustrin. Sedangkan jenis aluvium tua
B a b 2
|
12
2.1.7 Kondisi DemografiUraian mengenai profil kependudukan dan sumberdaya manusia wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara akan membahas jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, jumlah
penduduk menurut struktur umur, jenis kelamin, dan perkembangan kepadatan penduduk.
A. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data statistik di tingkat kabupaten diketahui bahwa
pertumbuhan penduduk rata-rata dari tahun 2004 – 2008 adalah sebesar
0,73% jiwa/tahun, seperti yang terlihat pada tabel II-3 dan gambar 2.4
B a b 2
|
13
Tabel II-3Tingkat Pertumbuhan Pendudukdi Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004 – 2008
No. Kecamatan
Jumlah penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%)
B a b 2
|
14
Gambar 2.4Grafik Pertumbuhan Penduduk Rata-rata di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004 - 2008
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032
B. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Jika melihat persebaran dan kepadatan penduduk tiap-tiap kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2008, maka Kecamatan
Siborong-borong dan Kecamatan Tarutung memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu
masing-masing sebesar 40.088 jiwa dan 39.289 jiwa, dan dengan
kepadatan penduduk masing-masing 143,22 jiwa/km2 dan 364,87
jiwa/km2. Sedangkan untuk persebaran jumlah penduduk terendah yakni
Kecamatan Purba Tua sebesar 6.371 jiwa dengan kepadatan 33,22
jiwa/km2.
Pada tahun 2004 masih terlihat juga untuk persebaran jumlah penduduk
terendah berada di Kecamatan Purba Tua yaitu sebesar 6.205 jiwa dan
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 32,35 jiwa/km2. Sedangkan
untuk persebaran jumlah penduduk terbesar masih terdapat di Kecamatan
Siborong-borong yaitu sebesar 38.670 jiwa dan dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 138,15 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
B a b 2
|
15
Tabel II-4
Persebaran dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004 – 2008
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008
1. Parmonangan 12.499 12.550 12.514 12.620 12.803 257,35 257,35 257,35 257,35 257,35 48,57 48,77 48,63 49,04 49,75
2. Adian Koting 12.962 13.015 13.007 13.116 13.306 502,9 502,9 502,9 502,9 502,9 25,77 25,88 25,86 26,08 26,46
3. Sipoholon 20.121 20.203 20.409 20.580 20.879 189,2 189,2 189,2 189,2 189,2 106,35 106,78 107,87 108,77 110,35
4. Tarutung 37.816 37.971 38.404 38.727 39.289 107,68 107,68 107,68 107,68 107,68 351,19 352,63 356,65 359,65 364,87
5. Siatas Barita 11.883 11.932 11.950 12.050 12.225 92,92 92,92 92,92 92,92 92,92 127,88 128,41 128,61 129,68 131,56
6. Pahae Julu 12.127 12.177 12.132 12.234 12.411 165,90 165,90 165,90 165,90 165,90 73,10 73,40 73,13 73,74 74,81
7. Pahae Jae 10.416 10.458 10.544 10.633 10.787 203,20 203,20 203,20 203,20 203,20 51,26 51,47 51,89 52,33 53,09
8. Purbatua 6.205 6.231 6.228 6.280 6.371 191,80 191,80 191,80 191,80 191,80 32,35 32,49 32,47 32,74 33,22
9. Simangumban 7.108 7.137 7.147 7.207 7.312 150 150 150 150 150 47,39 47,58 47,65 48,05 48,75
10. Pangaribuan 23.972 24.070 24.092 24.294 24.647 459,25 459,25 459,25 459,25 459,25 52,20 52,41 52,46 52,90 53,67
11. Garoga 15.801 15.866 15.848 15.981 16.213 567,58 567,58 567,58 567,58 567,58 27,84 27,95 27,92 28,16 28,57
12. Sipahutar 21.900 21.990 22.121 22.307 22.631 408,22 408,22 408,22 408,22 408,22 53,65 53,87 54,19 54,64 55,44
13. Siborong-borong 38.670 38.829 39.186 39.515 40.088 279,91 279,91 279,91 279,91 279,91 138,15 138,72 139,99 141,17 143,22
14. Pagaran 15.994 16.060 16.084 16.219 16.454 138,05 138,05 138,05 138,05 138,05 115,86 116,33 116,51 117,49 119,19
15. Muara 12.997 13.050 12.976 13.085 13.275 79,75 79,75 79,75 79,75 79,75 162,97 163,64 162,71 164,08 166,46
Jumlah 260.471 261.539 262.642 264.848 268.691 3.793,71 3.793,71 3.793,71 3.793,71 3.793,71 68,66 68,94 69,23 69,81 70,83
B a b 2
|
16
Gambar 2.5
Peta Persebaran dan Kepadatan Penduduk Tahun 2008 Kabupaten Tapanuli Utara
B a b 2
|
17
C. Komposisi Penduduk Menurut Jenis KelaminRasio komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Tapanuli
Utara pada tahun 2008 menunjukkan angka dibawah 100 (seratus), ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada
penduduk laki-laki. Nilai rasio komposisi penduduk menurut jenis kelamin di
Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebesar 98,65. berarti bahwa secara
rata-rata terdapat sekitar 98 penduduk laki-laki dalam 100 penduduk
perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-5 berikut ini.
Tabel II-5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010
Kecamatan Laki laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis
Pangaribuan 13.238 13.509 24.529 100,65
Garoga 7.768 7.718 15.486 100,65
Sipahutar 12.299 12.230 24.529 100,56
Siborong-borong 22.198 21.929 44.127 101,23
Pagaran 8.180 8.345 16.625 98,02
Muara 6.364 6.727 13.091 94,60
Tapanuli Utara 137.912 140.985 278.897 97,82
B a b 2
|
18
D. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok UmurKomposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Tapanuli Utara
secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok yakni: kelompok umur 0-14
tahun yang berjumlah 103,936 jiwa atau 39%; kelompok umur 15-64
tahun dengan jumlah 148,698 jiwa atau 55% dari jumlah keseluruhan;
kelompok umur 65 tahun ke atas dengan jumlah 16,057 jiwa atau 6% dari
jumlah penduduk total. Terlihat bahwa untuk komposisi penduduk menurut
kelompok umur yang terbesar adalah kelompok umur usia produktif.
Secara lebih rinci diuraikan pada tabel II-6 dan gambar 2.6 berikut ini.
Tabel II-6
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008
No. Kelompok
Umur Laki-laki Perempuan
Laki-laki+
Jumlah 133.433 135.258 268.691
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032
B a b 2
|
19
Gambar 2.6Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032
E. Proyeksi Penduduk
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk rata-rata per Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Utara, maka dapat dihitung proyeksi penduduk hingga
akhir tahun perencanaan dengan menggunakan Metode Bunga Berganda
( Pt= Po (1+r)t ).
Hasil dari proyeksi penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara (315,646 jiwa)
dapat diketahui bahwa untuk jumlah penduduk tertinggi hingga akhir
tahun perencanaan masih terdapat di Kecamatan Siborong-borong
(47,095 jiwa) dan kemudian di Kecamatan Tarutung (46,157 jiwa).
Sedangkan untuk jumlah penduduk terkecil hingga akhir tahun
perencanaan masih terdapat di Kecamatan Purba Tua (7,485 jiwa). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-7 berikut ini.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
0 - 14
15 - 64
B a b 2
|
20
Tabel II-7Proyeksi Penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara 2010 – 2030
No. Kecamatan 2010 2015 2020 2025 2030
Jumlah 278.897 289.176 302.911 317.706 333.646 Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032
2.1.8 Penggunaan Lahan
Dengan mengacu pada peta RBI skala 1:50.000 Bakosurtanal tahun 1981 dan hasil
interpretasi Citra Satelit Aster tahun 2009 dan SPOT tahun 2007, maka dapat diidentifikasi
atau diketahui bahwa jenis penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Tapanuli Utara
didominasi oleh jenis penggunaan lahan hutan lahan kering seluas 1.784,523 Km2 atau
47,03% dari luas lahan keseluruhan disusul dengan peruntukan pertanian lahan kering
sebesar 1.150,586 Km2 atau setara dengan 30,32%, sedangkan luas lahan terkecil yakni
pemukiman dimana jumlahnya mencapai 2,543 atau 0,06% dari total luas lahan di
Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-8 serta gambar
B a b 2
|
21
Tabel II-8Jenis Guna Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara
No. Jenis Guna Lahan Luas (Km2) %
1. Hutan Lahan Kering 1.784,523 47,03
2. Perkebunan 386,020 10,17
3. Pertanian Lahan Kering 1.150,586 30,32
4. Pemukiman 2,543 0,06
5. Rawa 9,049 0,23
6. Sawah 125,959 3,32
7. Tanah Terbuka 61,819 1,62
8. Hutan Tanaman 230,002 6,06
9. Semak Belukar 43,205 1,13
Jumlah 3.793,71* 100
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 - 2032
Interpretasi Citra Satelit Aster 2009, dan SPOT 2007 Hasil Perhitungan, 2009
B a b 2
|
22
Gambar 2.7
Peta Citra Satelit Kabupaten Tapanuli Utara
B a b 2
|
23
Gambar 2.8
Peta Penutupan Lahan Kabupaten Tapanuli Utara
B a b 2
|
24
2.1.9 Kondisi EkonomiA. Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tapanuli Utara Atas Dasar
(ADHK) Harga Konstan pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.456.881,25 milyar. Dari
PDRB tersebut diketahui bahwa sektor pendukung utama perekonomian
Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian, yakni sebesar Rp.
790.550,34 milyar.
Sedangkan besaran kontribusi yang terkecil adalah sektor pertambangan yakni
hanya sebesar Rp. 1.120,22 milyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Sumber: RTRW Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032
Distribusi PDRB Kabupaten Tapanuli Utara tahu 2005 – 2008 setiap sektor
selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun, terkadang mengalami
penurunan namun ditahun berikutnya terjadi peningkatan yang tidak terlalu
signifikan terhadap struktur ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.
B a b 2
|
25
Sektor pertanian mengalami penurunan pada tahun terakhir, dimana sektor
pertanian pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 54,26%.
Sedangkan pada tahun 2005 sebesar 56,72%. sedangkan di sektor
pertambangan tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Meskipun sektor pertanian merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar
terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara, akan tetapi kontribusi yang
diberikan dari tahun ke tahun semakin adanya penurunan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terjadi trend penurunan dalam sektor pertanian ini.
Kondisi diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain disebabkan terjadinya alih
fungsi lahan pertanian dan kurangnya minat masyarakat untuk berusaha di
sektor pertanian serta juga terjadinya alih profesi, dan lain-lain. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel II-9 berikut ini.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi.
Pertumbuhan tersebut merupakan perubahan jumlah produksi yang dibentuk
dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung hal ini
merupakan gambaran tingkat perubahan ekonomi yang terjadi disuatu daerah.
Bagi suatu daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan yang dicapai dan juga berguna untuk menentukan arah
kebijaksanaan pembangunan dimasa yang akan datang.
Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga menunjukkan tingkat
pencapaian kinerja ekonomi makro, dimana perkembangan sembilan sektor
ekonomi dapat diamati selama siklus ekonomi sedang berlangsung sehingga
sinyalemen positif atau negatif yang mempengaruhi kinerja ekonomi makro
secara umum dapat diantisipasi sedini mungkin.
Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dari tahun 2005 – 2007
cenderung relatif menurun tiap tahunnya. Dari tahun 2005 laju pertumbuhan
B a b 2
|
26
signifikan yaitu sebesar 5.44%. Namun pada tahun 2007 terjadi sedikit
peningkatan yakni sebesar 6.03%. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan
tertinggi rata-rata adalah sektor industri yakni sebesar 155.67%, disusul oleh
sektor bangunan yaitu sebesar 129.437%. Sedangkan untuk laju pertumbuhan
rata-rata terendah yaitu sektor pertambangan sebesar 37.01%. Untuk lebih
B a b 2
|
27
Tabel II-9Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005 – 2008 (Jutaan Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 56,72 55,83 54,96 54,26
2. Pertambangan 0,08 0,08 0,08 0,08
3. Industri 2,29 2,20 2,24 2,22
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,73 0,73 0,76 0,76
5. Bangunan 6,05 6,23 6,39 6,55
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,29 13,24 13,23 13,21
7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,85 3,87 3,85 3,79
8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan dan Tanah, Jasa
Perusahaan 3,83 3,73 3,62 3,48
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 13,17 14,09 14,88 15,65
PDRB Tapanuli Utara 100,00 100,00 100,00 100,00
B a b 2
|
28
Tabel II-10Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005 – 2008 (Jutaan Rupiah)
No. Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan (%)
Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 165,82 3,80 4,38 4,40 44.6
2. Pertambangan 99,81 5,81 5,41 4,39 28.8
3. Industri 457,67 1,32 8,01 4,75 155.667
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 313,75 5,24 9,92 5,65 109.63
5. Bangunan 371,11 8,47 8,74 8,44 129.437
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 190,86 5,10 5,91 5,56 67.287
7. Pengangkutan dan Komunikasi 168,75 5,99 5,50 4,24 60.080
8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan dan Tanah, Jasa
Perusahaan 283,81 2,74 2,89 1,65 96.47
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 164,39 12,81 11,98 11,25 63.060
PDRB Tapanuli Utara 183.89 5.44 6.03 5.74 65.12
B a b 2
|
29
Tabel II-11Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005 – 2008 (Jutaan Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008
1. Primer 699.869,46 726.492,68 758.289,84 791.670,56
a. Pertanian 698.907,33 725.474,63 757.216,73 790.550,34
b. Pertambangan 962,13 1.018,05 1.073,11 1.120,22
2. Sekunder 111.865,80 119.038,28 129.346,05 138.833,43
a. Industri 28.221,23 28.593,81 30.885,04 32.351,41
b. Listrik, Gas dan Air Bersih 9.043,64 9.517,68 10.461,73 11.053,19
c. Bangunan 74.600,93 80.926,79 87.999,28 95.428,83
3. Tersier 420.557,77 453.847,96 490.108,87 526.377,26
a. Perdagangan, Hotel dan Restoran 163.747,86 172.100,80 182.265,22 192.402,73
b. Pengangkutan dan Komunikasi 47.387,35 50.228,32 52.992,49 55.241,51
c. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan
Bangunan dan Tanah, Jasa Perusahaan 47.155,78 48.450,09 49.848,00 50.671,62
d. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 162.266,78 183.068,75 205.003,16 228.061,40
PDRB Tapanuli Utara 1.232.292,14 1.299.378,92 1.377.744,76 1.456.881,25
B a b 2
|
30
B. Sektor BasisSektor basis (dominan) digunakan untuk mengetahui sektor yang memberikan
sumbangan/kontribusi relatif yang cukup besar terhadap PDRB di Kabupaten
Tapanuli Utara. Untuk mengetahui jenis sektor basis di Kabupaten Tapanuli
Utara, maka digunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ digunakan
untuk menentukan subsektor unggulan perekonomian daerah, yang mengacu
pada formulasi Bendavid-Val (1999:74) berikut ini.
atau
Keterangan:
Xr = Nilai Produksi subsektor i pada daerah Kabupaten Tapanuli Utara
RVr = Total PDRB Kabupaten Tapanuli Utara
Xn = Nilai Produksi subsektor i pada daerah Provinsi Sumatera Utara
RVn = Total PDRB Provinsi Sumatera Utara
Besarnya nilai LQ dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
LQ > 1 = Wilayah perencanaan mempunyai spesialisasi dalam sektor tertentu
dibandingkan wilayah yang lebih luas.
LQ = 1 = Tingkat spesialisasi wilayah perencanaan dalam sektor tertentu sama
dengan wilayah yang lebih luas.
LQ < 1 = Dalam sektor tertentu, tingkat spesialisasi wilayah berada di bawah
wilayah yang lebih luas
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka diperoleh nilai LQ dari masing-masing
sektor yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk lebih jelasnya dapat
B a b 2
|
31
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 0.60 0.56 0.51
9. Jasa - jasa 1.49 1.56 1.60
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 - 2032
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan mengacu pada ketetapan persamaan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis di
Kabupaten Tapanuli Utara adalah pertanian, yang merupakan satu-satunya
sub sektor unggulan dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Tapanuli
Utara dengan nilai LQ 2,24 pada tahun 2007. kemudian disusul oleh sektor
jasa-jasa yang mempunyai nilai LQ sebesar 1,60 pada tahun 2007. Selanjutnya
diikuti oleh sektor listrik dan air bersih dengan nilai LQ sebesar 1,01 pada
tahun 2007.
Sektor yang mempunyai nilai LQ > 1, berarti sektor-sektor tersebut memiliki
spesialisasi dibandingkan daerah lain. Oleh karena itu, sektor-sektor tersebut
menjadi sektor basis di Kabupaten Tapanuli Utara. Dengan mengembangkan
sektor ini akan mempengaruhi perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara.
B a b 2
|
32
dikembangkan dan ini terkait dengan hubungan Kabupaten Tapanuli Utara
dengan wilayah sekitarnya.
C. Sektor Unggulan
Sektor ekonomi yang memiliki potensi sampai tahun perencanaan adalah
sektor unggulan atau sektor basis wilayah yang memiliki keunggulan
komparatif dan berpotensi ekspor. Sektor/komoditas potensial adalah sektor
atau kegiatan ekonomi yang mempunyai potensi, kinerja dan prospek yang
lebih baik dibandingkan sektor lainnya sehingga diharapkan mampu
menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan lainnya, sehingga dapat
tercipta kemandirian pembangunan wilayah.
Untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara, dapat
dilakukan analisis dengan menggunakan alat analisis Klassen Typology
(Tipologi Klassen). Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah
berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan
pendapatan per kapita daerah (dalam hal ini digunakan pendekatan laju
pertumbuhan ekonomi dan besaran kontribusi masing-masing sektor terhadap
PDRB). Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi yang berada, yaitu:
Kuadran I : Sektor Prima atau sektor yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income).
Kuadran II : Sektor Berkembang atau sektor maju tapi tertekan (high income but low growth).
B a b 2
|
33
Gambar 2.10Metode Analisis Tipologi Klassen
Keterangan:
ri : Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Kabupaten)
rn: Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Provinsi)
Yi: Kontribusi Sektor i (Kabupaten)
Yn: Kontribusi Sektor i (Provinsi)
Sebagai input terhadap analisis Tipologi Klassen, berikut ini diuraikan tentang
data mengenai laju pertumbuhan PDRB dan kontribusi sektor terhadap PDRB,
masing-masing diuraikan atas dasar harga konstan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel II-13 dan Tabel II-14 berikut ini.
Berdasarkan data dan analisis pada kedua tabel diatas, maka tiap
sektor/lapangan usaha hanya terbagi 2 klasifikasi sesuai dengan analisis
Tipologi Klassen. Hasil dari analisis Tipologi Klassen tersebut dapat dilihat pada
B a b 2
|
34
Tabel II.13Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2005-2007
Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan
2005 2006 2007 2005 2006 2007
B a b 2
|
35
Tabel II-14Kontribusi Sektor Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2005-2007
B a b 2
|
36
Gambar 2.11Klasifikasi Masing-masing Sektor Di Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 - 2032
Dari analisis tersebut diketahui bahwa sektor prima utama yang dikategorikan
sebagai sektor unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian
dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Sektor ini memiliki
laju pertumbuhan yang lebih cukup tinggi dibandingkan dengan laju
pertumbuhan sektor lainnya. Hal ini menjadikan sektor tersebut sebagai sektor
unggulan karena dengan mengembangkan sektor ini, maka akan mendukung
pergerakan kegiatan perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara.
Laju
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
B a b 2
|
37
Sementara untuk 7 (tujuh) sektor lainnya diklasifikasikan sebagai sektor
potensial, yang artinya bahwa begitu banyaknya sektor yang potensial untuk
dikembangkan di Kabupaten Tapanuli Utara. Walaupun diketahui bahwa
diantara beberapa sektor yang potensial seperti pertambangan yang belum
dikembangkan dengan optimal.
2.1.10 Kondisi Sosial Budaya
Nilai budaya merupakan ide-ide abstrak yang mempengaruhi cara berpikir, berperasaan
dan bertindak seseorang. Nilai-nilai ini merupakan mesin penggerak masyarakat untuk
mencapai tujuan akhir yang digariskan dalam nilai-nilai budaya yang berlaku. Sebagian
besar penghuni yang mendiami Kabupaten Tapanuli Utara adalah suku Batak khususnya
Suku Batak Silindung. Dikalangan orang Batak ada singkatan 3 H yang populer yang
mengekspresikan nilai-nilai budaya mereka yakni, Hamoraon, Hagabeon dan Hasangapon.
Hamoraon berarti bahwa seseorang harus berjuang keras meraih kekayaan sepanjang
hidupnya. Tanah yang luas, rumah yang banyak dan hak milik lainnya merupakan bentuk
nyata kekayaan. Untuk mencapai semua ini, orang Batak harus bekerja keras, meraih
pendidikan tinggi dan kadang-kadang terlibat dalam konflik untuk mempertahankan status
atau posisinya. Hagabeon berarti seseorang harus dikarunai keturunan dan pada akhirnya
memiliki jaringan kekerabatan. Ini tampak jelas dalam pemberkatan pasangan nikah yang
baru dimana keluarga dekat akan menyampaikan pesan lewat kiasan: “Bintang na rumis, ombun na sumorop; Anak pe riris, boru pe antong torup”. Memiliki harta yang banyak
memang penting, tapi belum cukup tanpa diberkahi banyak keturunan, laki-laki maupun
perempuan.
Yang terakhir, hasangapon (kebanggaan) diraih ketika seseorang menerima pengakuan
dari orang lain. Pengakuan ini diraih ketika seseorang telah memiliki harta kekayaan yang
melimpah dan keturunan yang banyak sepanjang hidupnya. Ia akan dipanggil dengan
B a b 2
|
38
Disatu sisi, nilai-nilai ini mendorong orang Batak untuk memenuhi kewajiban budaya ini
dengan bekerja keras, meraih pendidikan setinggi-tingginya dan bermigrasi sampai
kedaerah-daerah terpencil. Tapi disisi lain, nilai-nilai budaya ini juga menciptakan konflik
yang mengakar untuk mempertahankan status atau kekuasaan mereka.
2.2 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya
2.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Tapanuli Utara direncanakan
mampu meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki serta meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara. Strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan akses
pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut antara lain
dengan menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya.
Tabel II-15
Rencana Struktur Fungsional Pelayanan Sistem Perkotaan Kabupaten Tapanuli Utara
Pendidikan umum dan kejuruan Fasilitas umum
Pusat minapolis (perikanan) Permukiman
B a b 2
|
39
2 Siborongborong PKL
Pusat Kegiatan
5 Siatas Barita PPL Pusat pemerintahan kabupaten Perdagangan dan jasa
B a b 2
|
40
Pendidikan umum dan kejuruan Fasilitas umum Pusat minapolis (perikanan) Permukiman
Pertanian Pertambangan
6 Sipoholon PPL Pusat pemerintahan kabupaten
Perdagangan dan jasa Industri
Pariwisata
Pendidikan umum dan kejuruan Fasilitas umum
Pusat minapolis (perikanan) Permukiman
Pertanian Pertambangan
7 Parmonangan PPL Pusat pemerintahan kabupaten Perdagangan dan jasa
Industri Pariwisata
Pendidikan umum dan kejuruan Fasilitas umum
Pusat minapolis (perikanan) Permukiman
Pertanian Pertambangan
8 Adiankoting PPL Pusat pemerintahan kabupaten Perdagangan dan jasa
Industri Pariwisata
B a b 2
|
41
Pusat minapolis (perikanan) Permukiman Pertanian Pertambangan
9 Muara PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Perdagangan dan jasa
10 Pagaran PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Perdagangan dan jasa
11 Garoga PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Perdagangan dan jasa Permukiman
Industri
B a b 2
|
42
Peternakan Pertambangan
12 Sipahutar PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Perdagangan dan jasa
13 Purbatua PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Pertanian dan perkebunan Perikanan
Industri Pertambangan Peternakan
14 Pahae Julu PPL Pusat pemerintahan kecamatan
Pertanian dan perkebunan Perikanan
Industri Pertambangan Peternakan
15 Simangumban PPL Pusat pemerintahan kecamatan Pertanian dan perkebunan Perikanan
Industri Pertambangan Peternakan
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 - 2032
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi
B a b 2
|
43
upaya meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, danau, dan udara.
Rencana pengembangan sistem transportasi dalam hal ini mencakup rencana
B a b 2
|
44
Gambar 2.12Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Tahun 2011
B a b 2
|
45
A. Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi DaratPengembangan sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Tapanuli Utara meliputi
sistem jaringan jalan, sistem angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.
Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan yang direncanakan di Kabupaten Tapanuli Utara didasarkan dari
rencana pengembangan jaringan jalan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 26
Tahun 2008 tentang RTRWN; RTRW Provinsi Sumatera Utara; Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No.630 tahun 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam Jaringan
Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri Dan Jalan Kolektor 1; dan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum No.631 tahun 2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.
Adapun rencana jaringan jalan di Kabupaten Tapanuli Utara dibedakan menjadi:
a. Rencana Jalan bedasarkan Kewenangan
1) Jaringan Jalan Nasional
1. Rencana pengembangan jaringan jalan bebas hambatan pada ruas jalan
Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Parapat – Tarutung – Sibolga (III/6)
dengan tahapan waktu pengembangan III (Berdasarkan RTRWN No. 26 Tahun
2008);
2. Siborongborong - Bts. Kab. Tobasa;
3. Kota Tarutung – Bts. Kab. Tapteng;
4. Jln. Sisingamangaraja (Tarutung);
5. Jln. Ke Sibolga (Tarutung); dan
6. Jalan Kota Tarutung – Sipirok;
2) Jaringan Jalan Provinsi
1. Jalan Siborong-borong - Pangaribuan;
2. Jalan Pangaribuan – Garoga;
3. Jalan Pangaribuan – Aek Humbang;
4. Jalan Pahaejulu – Hutabolon;dan
B a b 2
|
46
10. Ranggitgit - Simarigung (Bts Humbahas)
11. Huta Tinggi - Butar
17. Sipahutar - Dolok Nagodang - Parlombuan (Bts.Tobasa)
18. Simorangkir - Simanampang
19. Sibingke - Laguboti
20. Pangaloan - Pagaran
21. Pangaloan - Liang Singa
22. Onan Sabtu - Sibudil
23. Aekbotik - Dolok Saut
24. Simp.Sigompulon - Sigompulon
25. Sp.Sigala-Gala - Janji Maria (Bts Tobasa)
B a b 2
|
47
41. Parsingkaman - Parlobulobuan
42. Sitarealaman - Banuaji
48. Hutatinggi - Samarigung (Bts Humbahas)
49. Sitanggor - Meat (Bts Tobsa)
56. Simangumban - Panonggolan
B a b 2
|
48
64. Sitapongan - Parratusan (Bts Humbahas)
65. Sarulla - Tordolok Nauli - Onan Joro
74. Sp.Sibaganding - Simataniari - Hutajulu
75. Simp. Jl Neg - Panganan Lombu
76. Parsorminan - Batu Nadua
77. Sitapean - Pantis
78. Sigompulon - Simarpinggan
79. Banuaji - Siandor-Andor
86. Siborong Borong - Simarompu-Ompu - Lb.Siregar
B a b 2
|
49
96. Dalam Kota - Pangaribuan
97. Dalam Kota - Sipoholon
98. Pagaran Pisang - Sopo Saba
99. Adiankoting - Aek Matio Jae-Julu
100. Silangkitang - Cekdam/Pansinaran
101. Silangkitang - Sibadak I/II
102. Huta Baru - Lbn Hariara-Pangaloan
103. Sp Jln Negara - Panaharan
109. Onan Runggu - Silimabahal - Hutagurgur
110. Sigotom - Simanampang
111. Unte Mungkur - Batu Binumbun - Simatupang
112. Simp. Jl. Negara - Silalahi
113. Sigalingging - Sigumbang
114. Sinur Peternakan - Hariara
115. Parhorboan - Sibaragas
116. Sp. Sijuguk - Jl. Propinsi
117. Sp. Jln. Negara - Parik Matia
118. Lumban Pinasa - Gonting Hopo - Padang Siandomang
119. Lumban Pinasa - Gonting Hopo - Padang Siandomang
120. Sp Lobuhole - Lobuhole
126. Sp. Sosunggulon - Sosunggulon
B a b 2
|
50
128. Sp. Jln. Negara - Partangga
129. Simorangkir - Talpe
130. Simorangkir - Enda Portibi
131. Sitabotabo - Butar
132. Sitampurung - Siborong-Borong
133. Pargawahan - Lobu Tonga
141. Siparendean - Huta Mamungka - Adian Nalambok
142. Sp.Sialogo - Bonan Dolok
143. Aek Nauli III - Lumban Hariara
144. Lumban Julu - Sangkar Ni Huta
145. Sp. Gukguk - Gukguk
146. Sp. Lumban Biru - Lumban Biru
147. Parlombuan - Parpatikan - Nagasaribu
148. Sp. Ingul - Ingul
149. Sp. Silangkitang Perumnas - Pagar Batu
150. Tapian Nauli - Lbn. Tonga-Tonga
B a b 2
|
51
168. Parsiburungan - Sitonong
169. Hutalama - Pansurnatolu
170. Lbn. Sinaga - Sibarabara - Paromburan
171. Sigotom - Smp III Pangaribuan
172. Batuhapur - Purbatua
173. Sp.Paranginan - Hadataran - Parsosoran
174. Sp. Pamanuhan - Parmanuhan
175. Lumban Pinasa - Parsosoran - Gotting Salak
176. Sp. Transmigrasi - Transmigrasi
177. Parlombuan - Sidagal
178. Aek Tangga - Huta Gurgur - Parinsoran
179. Parinsoran - Lumban Bagasan
180. Simp. Iii Pearaja - Batu Mamak
181. Pancur Batu - Lobu Haminjon
182. Siantar Naipospos - Lobu Haminjon - Gomburan (Bts Tapteng)
183. Sp. Pagaran Lambung II - Pagaran Lambung II
184. Sp. Hutaginjang - Gantole Hutaginjang
185. Sp.Aritonang - Gantole Aritonang
186. Sp. Simatupang - Aritonang
187. Hutaginjang - Sitanggor
188. Muara - Huta Nagodang
189. Huta Gurgur - Sosor Tambissu
190. Simate-Mate - Aek Godang
B a b 2
|
52
192. Dolok Saut - Batas Tapsel
193. Sigompulon - Simardangiang
194. Sp.Silando - Silando
195. Simarsalaon - Tumus-Hajoran
196. Sipultak - Sipultak Dolok
197. Sampagul - Desa Hutaraja - Parlombuan
198. Sp.Siomaoma - Siomaoma
199. Silantom Tonga - Silantom Jae
200. Sp.Karmel - Karmel
201. Sp.Simaninggir - Simaninggir
202. Sibandang - Sampuran - Sibandang
203. Keliling Pasar - Keliling Pasar
b. Rencana Jalan Bedasarkan Fungsi
1) Jalan Arteri
1. Jalan Siborong-borong - batas Kota Tarutung;
2. Jalan Balige;
3. Jalan By Pass;
4. Jalan Sisingamangaraja;
5. batas Kota Tarutung - batas. Kab. Tapanuli Selatan;
6. Jalan Panjaitan (Tarutung);
7. Jalan Raya Yohanes (Tarutung);dan
8. Jalan Pahae (Tarutung).
2) Jalan Kolektor
Kolektor 1
1. Jalan Siborong-borong – Doloksanggul.
Kolektor 2
1. Jalan Siborong-borong - Pangaribuan;
2. Jalan Pangaribuan – Garoga;
3. Jalan Pangaribuan – Aek Humbang;
B a b 2
|
53
5. Jalan Pangaribuan – Tandosan (Kab. Tapsel)
Kolektor 3
10. Ranggitgit - Simarigung (Bts Humbahas)
11. Huta Tinggi - Butar
17. Sipahutar - Dolok Nagodang - Parlombuan (Bts.Tobasa)
18. Simorangkir - Simanampang
19. Sibingke - Laguboti
20. Pangaloan - Pagaran
21. Pangaloan - Liang Singa
22. Onan Sabtu - Sibudil
23. Aekbotik - Dolok Saut
24. Simp.Sigompulon - Sigompulon
25. Sp.Sigala-Gala - Janji Maria (Bts Tobasa)
26. Simp.Bolon - Bulu Payung - Dolok Nauli (Bts Tapsel)
27. Simp.Bolon - Pea Ombun
28. Ramba Siala - Parsosoran
29. Ramba Siala - Tapus
B a b 2
|
54
41. Parsingkaman - Parlobulobuan
42. Sitarealaman - Banuaji
48. Hutatinggi - Samarigung (Bts Humbahas)
49. Sitanggor - Meat (Bts Tobsa)
56. Simangumban - Panonggolan
B a b 2
|
55
63. Aek Siborgung - Sitakka
64. Sitapongan - Parratusan (Bts Humbahas)
65. Sarulla - Tordolok Nauli - Onan Joro
74. Sp.Sibaganding - Simataniari - Hutajulu
75. Simp. Jl Neg - Panganan Lombu
76. Parsorminan - Batu Nadua
77. Sitapean - Pantis
78. Sigompulon - Simarpinggan
79. Banuaji - Siandor-Andor
86. Siborong Borong - Simarompu-Ompu - Lb.Siregar
B a b 2
|
56
100. Silangkitang - Cekdam/Pansinaran
101. Silangkitang - Sibadak I/II
102. Huta Baru - Lbn Hariara-Pangaloan
103. Sp Jln Negara - Panaharan
109. Onan Runggu - Silimabahal - Hutagurgur
110. Sigotom - Simanampang
111. Unte Mungkur - Batu Binumbun - Simatupang
112. Simp. Jl. Negara - Silalahi
113. Sigalingging - Sigumbang
114. Sinur Peternakan - Hariara
115. Parhorboan - Sibaragas
116. Sp. Sijuguk - Jl. Propinsi
117. Sp. Jln. Negara - Parik Matia
118. Lumban Pinasa - Gonting Hopo - Padang Siandomang
119. Lumban Pinasa - Gonting Hopo - Padang Siandomang
120. Sp Lobuhole - Lobuhole
B a b 2
|
57
132. Sitampurung - Siborong-Borong
133. Pargawahan - Lobu Tonga
141. Siparendean - Huta Mamungka - Adian Nalambok
142. Sp.Sialogo - Bonan Dolok
143. Aek Nauli III - Lumban Hariara
144. Lumban Julu - Sangkar Ni Huta
145. Sp. Gukguk - Gukguk
146. Sp. Lumban Biru - Lumban Biru
147. Parlombuan - Parpatikan - Nagasaribu
148. Sp. Ingul - Ingul
149. Sp. Silangkitang Perumnas - Pagar Batu
150. Tapian Nauli - Lbn. Tonga-Tonga
B a b 2
|
58
160. Sp. Sihatandohan - Sihatandohan - Pokki
161. Simamora - Hasibuan - Sibaragas
168. Parsiburungan - Sitonong
169. Hutalama - Pansurnatolu
170. Lbn. Sinaga - Sibarabara - Paromburan
171. Sigotom - Smp III Pangaribuan
172. Batuhapur - Purbatua
173. Sp.Paranginan - Hadataran - Parsosoran
174. Sp. Pamanuhan - Parmanuhan
175. Lumban Pinasa - Parsosoran - Gotting Salak
176. Sp. Transmigrasi - Transmigrasi
177. Parlombuan - Sidagal
178. Aek Tangga - Huta Gurgur - Parinsoran
179. Parinsoran - Lumban Bagasan
180. Simp. Iii Pearaja - Batu Mamak
181. Pancur Batu - Lobu Haminjon
182. Siantar Naipospos - Lobu Haminjon - Gomburan (Bts Tapteng)
183. Sp. Pagaran Lambung II - Pagaran Lambung II
184. Sp. Hutaginjang - Gantole Hutaginjang
185. Sp.Aritonang - Gantole Aritonang
186. Sp. Simatupang - Aritonang
187. Hutaginjang - Sitanggor
188. Muara - Huta Nagodang
189. Huta Gurgur - Sosor Tambissu
190. Simate-Mate - Aek Godang
B a b 2
|
59
192. Dolok Saut - Batas Tapsel
193. Sigompulon - Simardangiang
194. Sp.Silando - Silando
195. Simarsalaon - Tumus-Hajoran
196. Sipultak - Sipultak Dolok
197. Sampagul - Desa Hutaraja - Parlombuan
198. Sp.Siomaoma - Siomaoma
199. Silantom Tonga - Silantom Jae
200. Sp.Karmel - Karmel
201. Sp.Simaninggir - Simaninggir
202. Sibandang - Sampuran - Sibandang
203. Keliling Pasar - Keliling Pasar
c. Rencana fasilitas penunjang atau sarana transportasinya yakni terminal, yang merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi darat yang berfungsi sebagai
pelayanan umum dan melancarkan arus penumpang/barang. Untuk mendukung sistem
transportasi di Kabupaten Tapanuli Utara, maka pengembangan terminal adalah
sebagai berikut:
Terminal Tipe A Siborong-borong
Peningkatan terminal Siborong-borong yang selama ini berstatus Terminal Tipe C
dengan lokasi yang bersatu dengan kegiatan pasar dipusat kota maka
direncanakan akan dipindahkan ke lokasi yang lebih luas dengan peningkatan
terminal dari tipe C menjadi tipe A, yang lokasinya masih di Kecamatan
Siborong-borong. Terminal Tipe A ini akan melayani kendaraan umum untuk Antar Kota
Antar Provinsi, kendaraan umum untuk Antar Kota Dalam Provinsi, Angkutan Kota
dan atau Angkutan Desa.
Terminal Tipe B Tarutung.
Untuk menghindari adanya penumpukan kegiatan di Pusat perkotaan maka status
Terminal tetap dipertahankan sebagai Terminal Tipe B. Peningkatan pembangunan
sarana dan prasarana terminal dengan nama Terminal Madya Tarutung di
B a b 2
|
60
kendaraan umum untuk Antar Kota Dalam Provinsi, Angkutan Kota dan atau
Angkutan Desa.
Terminal Tipe C Pangaribuan, Pahae Jae dan Parmonangan
Pembangunan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan terminal di
Kecamatan Pangaribuan, Pahae Jae dan Kecamatan Parmonangan menjadi
Terminal Tipe C yang akan melayani Angkutan dalam Kota dan Antara Desa yang
akan mendukung perkembangan wilayah di bagian barat dan selatan Kabupaten
Tapanuli Utara. Pembangunan dan pengembangan terminal tersebut berupa
pembenahan sarana dan prasarana pendukung terminal.
Terminal–terminal yang akan dibangun dan dikembangkan di Kabupaten Tapanuli Utara
nantinya akan melayani beberapa rute yang strategis baik yang menuju pusat kecamatan
maupun ke luar Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun rute–rute angkutan umum dan barang
yang dilayani meliputi, rute:
a. Siborong-borong – Balige;
b. Sipahutar – Dolok Sanggul;
c. Sipahutar – Pangaribuan – Sipirok;
d. Tarutung – Sibolga;
e. Tarutung – Padangsidempuan
f. Tarutung – Sipoholon – Siborong-borong;
g. Tarutung – Parmonangan;
h. Tarutung – Pagaran - Siborongborong;
B a b 2
|
61
s. Parmonangan – Sorkam (Tapanuli Tengah);
t. Parmonangan – Kolang – Siborong-borong;dan
u. Parmonangan – Sipoholon – Tarutung.
Sistem Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
Rencana pengembangan sistem transpotasi sungai, danau dan penyeberangan
(transportasi air) diarahkan untuk menunjang pada pengembangan pariwisata di
Kabupaten se-Kawasan Danau Toba khususnya Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli
Utara, terutama peningkatan kualitas dan kuantitas terhadap sarana dan prasarana
dermaga di Muara dan Sibandang serta sekitarnya yang memiliki akses menuju Danau
Toba. Saat ini telah ada alur pelayaran dari Kapal Motor Penumpang (KMP) Sumut II
(Ferry) yang telah beroperasi dengan jalur Muara/Sitanggor – Nainggolan/Sipinggan. Lebih
spesifik kegiatan yang akan dilakukan pada bidang danau/penyeberangan diantaranya
adalah:
o Peningkatan pembangunan Dermaga Muara/Sitanggor untuk Ferry “Roro”
o Peningkatan pembangunan Dermaga Sibandang
o Perluasan Kantor UPT Demaga Muara
o Pembangunan pelataran parkir Dermaga Muara
o Pengadaan pemasangan pengamanan sandaran kapal
o Pembangunan pagar pengamanan Dermaga Muara
o Pengadaan rambu-rambu lalu-lintas danau
o Pembangunan sarana suar
Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara
Rencana pengembangan sistem transportasi udara Kabupaten Tapanuli Utara diarahkan
melalui implementasi program pengembangan atau peningkatan status dan kelas
pelayanan Bandar Udara Silangit di Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborong-borong
seluas + 82 Ha, terutama peningkatan runway yang ada saat ini 2.250 m x 30 m menjadi
lebih panjang dan lebih lebar, sehingga pada masa mendatang pesawat berbadan lebar
B a b 2
|
62
Bandara Silangit bukan hanya pengembangan fisik atau pelayanannya saja,
pengembangan sistem promosi dan sosialisasi ke masyarakat dan swasta dirasa sangat
penting bagi perkembangannya. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan fisik yang
dilakukan dapat diimbangi dengan keinginan atau kemampuan masyarakat dan swasta
menggunakan jasa transportasi udara menuju dan keluar Tapanuli Utara. Melalui
mekanisme promosi dan sosialisasi di media-media yang tepat, diharapkan mampu
menambah maskapai penerbangan dan menambah jumlah keberangkatan dan
kedatangan di bandara. Hal ini juga dapat menjadi daya tarik bagi pola pergerakan arus
barang/jasa dan orang di Kabupaten Tapanuli Utara, sehingga dengan posisinya yang
berada ditengah-tengah provinsi dapat menjadi pengumpul barang/jasa dan orang ke
berbagai daerah, khususnya wilayah sekitar Danau Toba.
Rencana pengembangan bandar udara diantaranya meliputi:
a. Peningkatan pelayanan bandar udara dengan perbaikan lingkungan sekitar agar
memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan internasional dan pelayanan
angkutan dari dan ke bandara (internal kota). Peningkatan bandara ini penting karena
bandara merupakan salah satu potensi promosi bagi kota Siborong-borong khususnya,
dan Kabupaten Tapanuli Utara pada umumnya.
b. Melakukan penyusunan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Silangit
untuk menetapkan kawasan aman bagi jalur penerbangan dengan pembatasan
ketinggian bangunan di sekitar kawasan bandar udara sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2.2.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi
Pengembangan sistem jaringan energi di Kabupaten Tapanuli Utara direncanakan mampu
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan listrik dan panas bumi yang
terpadu dan merata diseluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka upaya yang akan ditempuh adalah meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan listrik dan panas bumi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
B a b 2
|
63
Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri
dari pengembangan pembangkit tenaga listrik dari sumber energi terbarukan dan sumber
energi tidak terbarukan serta pengembangan jaringan transmisi.
Pembangkit tenaga listrik dari sumber energi terbarukan yang akan dikembangkan adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Untuk Pembangkit Listrik dari tenaga air yang berpotensi untuk dikembangkan di
Kabupaten Tapanuli Utara yakni di Sepanjang Aek Situmandi (Kecamatan Tarutung), Aek
Sigeaon (Kecamatan Sipoholon), Aek Bila (Kecamatan Garoga), Aek Sibundong
(Kecamatan Parmonangan), Aek Batangtoru (Kecamatan Tarutung, Siatas Barita, Pahae
Julu), Aek Raisan (Kecamatan Adiankoting) Aek Situhuk (Kecamatan Adiankoting), Aek Puli
(Kecamatan Pahae Jae, Simangumban). Sumber tenaga air yang dimanfaatkan adalah
langsung dari beberapa daerah aliran sungai di Kabupaten Tapanuli Utara.
Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) yang sekarang telah beroperasi yaitu
PLTMH Aek Raisan I dan II yang berlokasi di Kecamatan Adiankoting, dengan total potensi
sebesar + 1,5 MW .
Dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, akan dilakukan pengembangan dan
peningkatan kapasitas daya yang dihasilkan. Sekarang ini PLTMH yang ada di Kabupaten
Tapanuli Utara memiliki potensi kapasitas sebesar kurang lebih 435 MW. Adapun Potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara, dapat
B a b 2
|
64
Tabel II-16Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) di Kabupaten Tapanuli Utara
6. Sibundong 1 - 3 28.000 Sibundong Manalu Dolok Parmonangan
Jumlah 435.158 KW atau 435 MW
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara 2012 - 2032
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang masih tahap pembangunan di
Kabupaten Tapanuli Utara yakni PLTP Sarulla yang wilayahnya berada di Kecamatan
Pahae Julu dan Pahae Jae. Potensi panas bumi lainnya yang akan dikembangkan yaitu
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Sipoholon Ria-ria yang berada di
Kecamatan Sipoholon, Tarutung, Sipahutar, Siatas Barita, Adiankoting dan perbatasan
antara Tarutung dan Pahae Julu. Sedangkan potensi panas bumi yang masih dalam tahap
survey berada di Kecamatan Siborongborong dan Pagaran.
Jaringan transmisi di Kabupaten Tapanuli Utara ditetapkan sebagai sistem interkoneksi
meliputi jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dari PLTU
Sumut di Pangkalan Susu – Binjai – Melintasi Medan – Galang – Simanko (Porsea) – PLTPB
Sarulla – Sipirok – Padangsidimpuan – Paya Kumbuh (Sumatera Barat).
Tingkat kebutuhan pelayanan listrik di Kabupaten Tapanuli Utara menggunakan standar
berdasarkan jenis penggunaan yang telah ditetapkan, dimana kebutuhan daya terpasang
berdasarkan standar sebagai tolak ukur kemampuan pelayanan secara umum kebutuhan
B a b 2
|
65
1. Jenis penggunaan Domestik, dengan standard 180 (VA/org).
2. Jenis penggunaan Sarana Umum/Sosial, dengan standard 9 (VA/org).
3. Jenis penggunaan Komersial/Lain-lain, dengan standard 45 (VA/org).
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana kebutuhan energi listrik menurut jenis
B a b 2
|
66
Tabel II-17Rencana Kebutuhan Energi Listrik Menurut Jenis Penggunaan Kabupaten Tapanuli Utara
Sumber: RTRW Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 – 2032
No. Jenis Penggunaan Standrad (VA/Org)
Kebutuhan Listrik
2010 2015 2020 2025 2030
Jumlah
Penduduk 272,654
Jumlah
Penduduk 282,819
Jumlah
Penduduk 293,364
Jumlah
Penduduk 304,301
Jumlah
Penduduk 315,646
VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA VA KVA
1. Domestik 180 49,077,720 49,078 50,907,420 50,907 52,805,520 52,806 54,774,180 54,774 56,816,280 56,816
2. Sarana Umum/Sosial 9 2,453,886 2,454 2,545,371 2,545 2,640,276 2,640 2,738,709 2,739 2,840,814 2,841
3. Komersial/Lain-lain 45 12,269,430 12,269 12,726,855 12,727 13,201,380 13,201 13,693,545 13,694 14,204,070 14,204
B a b 2
|
67
2.2.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya AirA. Jaringan Sumber Daya Air Lintas Provinsi, dan Kabupaten/Kota Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada wilayah sungai (WS) Sibundong
Batang Toru, WS Toba Asahan dan WS Kuala Barumun. Pengembangan sistem
jaringan sumber daya air di Kabupaten Tapanuli Utara direncanakan mampu
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan sumber daya air
yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi yang dapat ditempuh adalah meningkatkan
kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
B. Jaringan Irigasi
Kabupaten Tapanuli Utara yang diarahkan sebagai Kawasan Agropolitan
Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) yang terkonsentrasi di seluruh
kecamatan, maka diperlukan rencana penyediaan air baku bagi pertanian
sebagai berikut:
1). Revitalisasi beberapa jaringan irigasi di Kecamatan yang sangat rentan
akan dampak ancaman kekeringan serta permasalahan yang tidak
optimalnya fungsi prasarana irigasi yang telah dibangun, seperti di
Tarutung, Siatas Barita, Purbatua, Pahae Jae, Pahae Julu, dan
Simangumban.
2). Melakukan kegiatan konservasi sumber daya lahan dan air serta
pemeliharaan jaringan irigasi untuk menjamin tersedianya air untuk
keperluan pertanian.
3). Pengembangan jaringan irigasi dapat dilakukan secara terpadu dengan
program penyediaan air.
C. Jaringan Air Baku dan Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam
B a b 2
|
68
harus optimum. Ketersediaan air bersih sangat tergantung pada sumber air
yang dapat diolah dan dimanfaatkan. Sistem distribusi dalam pengadaan air
bersih di Kabupaten Tapanuli Utara memanfaatkan sistem instalasi gravitasi,
karena disebabkan oleh kondisi geografis yang berada di daerah dataran
tinggi. Sumber air baku PDAM Mual Natio Kabupaten Tapanuli Utara,
bersumber dari mata air dan anak sungai yang terdapat di seluruh kecamatan
di Kabupaten Tapanuli Utara. Seperti terlihat pada tabel II-18 dan tabel II-19
B a b 2
|
69
Pengembangan dari prasarana penyediaan air bersih yang sangat diharapkan
adalah melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak
mencukupi kebutuhan).
Tabel II-19
Potensi Sungai /Air Permukaan di Kabupaten Tapanuli Utara
Nama Sungai Nama Sungai