• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN FILM PENDEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 GEROKGAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN FILM PENDEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 GEROKGAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGGUNAAN FILM PENDEK UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX A SMP

NEGERI 1 GEROKGAK

Komang Ayu Agustina

1

, Gede Artawan

2

, Made Astika

3 123

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e_mail: {km.ayuagustina@gmail.com1, gartawan@yahoo.com2, tulanggadang@yahoo.com3} @undiksha.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan film pendek sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak; (2) hasil penggunaan film pendek sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak; (3) respons siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan film pendek. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak yang berjumlah 40 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes, dan kuesioner. Data yang diperoleh dari metode tes dan metode kuesioner dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Langkah pembelajaran menggunakan film pendek dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, guru memberikan apersepsi terkait materi. Pada tahap kegiatan inti, guru membimbing siswa dalam membuat cerpen. Pada tahap penutup, guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan film pendek dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Peningkatan skor rata-rata keterampilan menulis cerpen sebesar 3,40, yaitu dari rata-rata 77,30 menjadi 80,70. Hasil respons siswa sangat positif, ini dapat dilihat dari 40 orang siswa yang mengisi kuesioner, 32 atau 80% siswa memberikan respons sangat positif, 8 atau 20% siswa memberikan respons positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respons cukup positif, kurang positif, dan sangat kurang positif terhadap penggunaan film pendek dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen.

Kata kunci: film pendek, menulis cerpen

ABSTRACT

This study aims to describe (1) the steps of learning to write short stories by using the short film as an effort to improve the ability to write short stories A class IX students of SMP Negeri 1 Gerokgak; (2) the results of the use of the short film as an effort to improve the ability to write short stories A class IX students of SMP Negeri 1 Gerokgak; (3) A response class IX students of SMPN 1 Gerokgak in learning to write short stories using short films. The subjects were students of class IX A SMP Negeri 1 Gerokgak totaling 40 people. Data collection method used in this research is the method of observation, tests and questionnaires. The data obtained from the test methods and methods of questionnaires were analyzed with descriptive qualitative and quantitative techniques. Learning step using short films divided into three stages, namely the introduction, core activities, and cover. At the preliminary stage, the teacher gives apperception related material. At this stage of core activities, the teacher playing the short film as a medium of learning to write short stories. In the closing stages, teachers reflect and evaluation about learning. Results of this study indicate that the use of short films can improve students' ability to write short stories. An increase in the average score of 3.40 short story writing

(2)

2

skills, ie an average of 77.30 into 80.70. Results of a student's response is very positive, it can be seen from the 40 students who filled out a questionnaire, 32 or 80% of students responded very positively, 8 or 20% of students gave a positive response, and no student is responding quite positive, less positive, and very less positive towards the use of short films in enhancing the ability to write short stories.

Keyword: short film, write short stories

PENDAHULUAN

Menulis merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan, baik dalam dunia pendidikan maupun masyarakat sehari-hari. Terkadang, makna menulis sebagai suatu keterampilan disepadankan dengan pengertian mengarang, karena pada dasarnya menulis adalah mengarang atau merangkai kalimat. Kartono (2009:17) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengurutkan kalimat-kalimat, melainkan lebih dari itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikan kepada khalayak. Hal ini berarti dalam kegiatan menulis akan terjadi proses berpikir secara kritis dari seseorang untuk menghasilkan suatu tulisan.

Cerpen adalah cerita fiksi yang menceritakan sebagian kisah kehidupan tokoh, baik kisah yang mengharukan maupun menyedihkan dengan penceritaan yang singkat, (Suharma. dkk, 2007:5). Cerita yang disajikan dalam cerpen sangat singkat karena hanya menceritakan sebagaian kecil kehidupan tokohnya.

Pengajaran sastra

tampaknya kurang mendapat perhatian, khususnya dalam bidang tulis-menulis. Kegiatan pembelajaran sastra cenderung terbatas pada pengajaran teori dan membaca sastra semata. Keempat aspek yang merupakan keterampilan dasar dalam berbahasa, belum tercermin secara tepat dalam pengajaran sastra. Pengajaran cerpen sering disalahartikan. Sering pengajaran menulis cerpen bukan untuk membuat sebuah cerita pendek, melainkan untuk mengetahui definisi

cerpen itu sendiri, mengetahui unsur-unsur pembentuk cerpen, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen tersebut. Sikap kritis dan kreativitas siswa untuk menggali cerpen seakan tersingkirkan oleh pengajaran konvensional yang masih dominan diterapkan.

Kurikulum menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hapalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang menuntut kreativitas siswa. Namun, saat ini kegiatan pembelajaran khususnya menulis masih menjadi masalah dalam pengembangan kreativitas siswa. Siswa masih belum mampu mengembangkan ide dan kreativitasnya untuk ditungkan menjadi sebuah karya tulis.

Hambatan dalam

pengembangan dan peningkatan

kemampuan menulis cerpen

sebagaimana digambarkan, juga terjadi di SMP Negeri 1 Gerokgak. Dari hasil observasi awal peneliti menemukan adanya kesulitan siswa kelas IX A dalam menulis cerpen. Dalam hal ini siswa mengalami kesulitan untuk menentukan tema dan membuat alur cerita selain itu, siswa kurang tertarik menulis

cerpen. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa, dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan

menulis cerpen tersebut.

Pembelajaran menulis cerpen oleh guru hanya menggunakan metode

(3)

3 ceramah tanpa ada metode tanya

jawab dan pemodelan. Guru jarang menggunakan media lain selain papan tulis dalam setiap pembelajaran. Siswa kurang aktif bertanya apabila ada materi yang kurang dimengerti. Mengingat adanya permasalahan tersebut, hasil yang dicapai oleh siswa dalam menulis cerpen baru mencapai skor hanya 67, padahal kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang semestinya diperoleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah 75. Dari 40 orang siswa yang mendapatkan nilai tuntas hanya 19 orang (47,50%), sedangkan 21 orang (52,50%) mendapatkan skor di bawah KKM.

Selain itu, siswa merasa tidak sanggup untuk menyusun rangkaian kalimat serta menentukan tema yang akan mereka tulis. Hal ini menyebabkan kurangnya minat

siswa dalam mempelajari

keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan menulis cerpen. Adanya kemauan dan minat siswa, penggunaan metode yang tepat, serta media penunjang akan dapat memotivasi siswa dalam menulis sebuah cerpen dengan baik dan benar.

Penggunaan media sangat penting kehadirannya dalam pelajaran. Minimnya penggunaan media oleh guru selama ini perlu diatasi sedikit demi sedikit. Siswa hanya dijejali teori tentang menulis, cara menulis, dan ketentuan-ketentuan menulis. Sementara, teori tersebut jarang dipraktikkan. Pembelajaran yang konvensional ini tentu saja jarang atau bahkan tidak menggunakan media. Padahal, pemanfaatan media memiliki peran yang penting terhadap pencapaian kualitas pembelajaran. Gagne (dalam Sadiman dkk, 2009) menyatakan bahwa media dapat merangsang siswa untuk belajar.

Artinya, media dapat

membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa akan termotivasi dan mampu berkreasi untuk menghasilkan suatu karya pada saat proses belajar-mengajar berlangsung.

Media yang sesuai dengan karakteristik dan paling dekat dengan siswa, yaitu hal-hal yang bersentuhan langsung dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan media film pendek. Melalui film pendek, siswa diharapkan terpancing untuk menumbuhkan minat, menemukan tema serta mampu menyusun alur cerita yang bisa dituangkan ke dalam sebuah cerpen. Selain itu film merupakan suatu karya seni yang ditayangkan dalam bentuk audio visual. Dengan adanya film sebagai karya seni, siswa dapat merasa terkesan dan memiliki wawasan tentang realitas kehidupan sosial yang ada di sekitarnya. Sumarno (1996:28) menyatakan bahwa film mempunyai kemampuan kreatif untuk menciptakan suatu realitas

rekaan sehingga menjadi

pembanding terhadap realitas yang sebenarnya. Sehingga realitas imajiner tersebut dapat menawarkan rasa keindahan, renungan, atau sekadar hiburan. Maka dari itu dalam tampilannya film sudah memiliki tema dan alur cerita yang cukup jelas karena dalam pembuatan sebuah film, semua skenario sudah dipersiapkan dengan matang. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah film memiliki kualitas dan nilai estetika yang sangat tinggi.

Mengingat begitu

pentingnya peranan media untuk mendukung proses pembelajaran, peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan film pendek sebagai

media untuk meningkatkan

kemampuan menulis cerpen siswa. Dengan menggunakan media film, kesulitan yang dihadapi siswa ketika

(4)

4 menulis cerpen dapat dikurangi.

Siswa akan lebih mudah untuk memilih dan mengembangkan tema ke dalam tulisan. Hal ini dikarenakan dalam satu film memiliki banyak permasalahan yang bisa diangkat menjadi sebuah cerpen oleh siswa. Siswa juga akan lebih mudah untuk menyusun kerangka tulisan yang akan dibuat dalam bentuk cerpen.

Alasan lain mengapa media film dipilih karena dalam film khususnya film pendek terkandung sebagian besar bahkan keseluruhan unsur-unsur pembangun cerpen. Dengan menyaksikan, menonton, dan menikmati film pendek diharapkan siswa mendapatkan sebuah rangsangan untuk menulis sebuah cerpen dengan mengangkat topik-topik yang ada dalam film. Unsur-unsur seperti tema, alur, penokohan, latar, konflik, amanat serta dialog sudah tersaji dalam film pendek. Dengan demikian, siswa telah mampu memberikan respons yang positif dan kreatif dalam mengapresiasai sastra. Selain itu juga, film pendek memiliki durasi di bawah 50 menit. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Media film pendek yang

digunakan sebagai media

pembelajaran adalah film pendek

yang mengandung dan

menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa, selain itu juga film yang dapat merangsang imajinasi siswa. Film pendek yang berjudul “Juni Waktu Itu” merupakan film yang sangat tepat digunakan sebagai media pembelajaran. Selain memiliki keberagaman masalah yang disampaikan, film ini juga dirasa dekat dengan kehidupan siswa.

Peneliti telah menemukan beberapa penelitian sejenis mengenai kemampuan menulis cerpen ataupun media pembelajaran

yang digunakan. Penelitian yang pertama berjudul “Penggunaan Media Film sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Payangan” oleh I Wayan Dodi Eka Titra Yana. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Payangan yang berjumlah 35 orang. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan media film terhadap kemampuan menulis naskah drama pada siswakelas XI IPA yang terlihat dari peningkatan skor yang diperoleh siswa.

Selain itu, penelitian sejenis mengenai film pendek juga dilakukan oleh Rezky Mertyn Palupi tahun 2012 yang berjudul “Film Pendek sebagai Media untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Orang Lain di Kelas X-4 SMA Negeri 02 Batu”. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4 SMA Negeri 02 Batu. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pembelajaran menulis

cerpen siswa berdasarkan

pengalaman orang lain. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan menulis cerpen pada siswa siswa kelas XI IPA2 yang terlihat dari perbedaan hasil skor yang diperoleh siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah media yang digunakan, yakni media film pendek. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan, lokasi maupun subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A di SMP Negeri 1 Gerokgak.

(5)

5 Berdasarkan uraian tersebut,

penelitian dengan judul

“Penggunaan Film Pendek untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI A SMP Negeri 1 Gerokgak” menarik dan

penting dilakukan guna

meningkatkan pembelajaran menulis cerpen di SMP Negeri 1 Gerokgak. Berdasarkan hal tersebut, adapun permasalahan yang akan di bahasa pada penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan film pendek sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak. (2) Bagaimanakah hasil penggunaan film pendek sebagai

upaya untuk meningkatkan

kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak, dan (3) Bagaimanakah respons siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dalam pembelajaran

menulis cerpen dengan

menggunakan film pendek. Dari permasalahan tersebut, adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu (1) Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan film pendek sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak. (2) Mendeskripsikan hasil penggunaan film pendek sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak, dan (3) Mendeskripsikan respons siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dalam pembelajaran

menulis cerpen dengan

menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran.

Penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa pihak, yakni, guru, siswa, dan peneliti lain. Manfaat bagi guru bahasa Indonesia adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan cara guru mengajar sehingga

mampu mencapai tujuan

pembelajaran menulis cerpen dan pelaksanaannya pun berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Manfaat bagi siswa kelas IX A adalah hasil penelitian ini dapat

memberikan motivasi dan

pengalaman bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis, terutama menulis cerpen. Manfaat bagi peneliti lain adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan, pedoman, informasi, atau

bahan bandingan terhadap

penelitian sejenis yang dilakukan. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pancingan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan lebih terperinci.

Adapun landasan teori penelitian ini, yaitu, hakikat menulis, manfaat menulis, tahapan menulis, hakikat cerpen, langkah-langkah menulis cerpen, ciri-ciri cerpen, unsur-unsur cerpen, hakikat dan fungsi media pembelajaran, jenis

dan karakteristik media

pembelajaran, hakikat dan jenis-jenis film pendek, film pendek sebagai media pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dengan jumlah siswa 40 orang. Objek penelitian dalam penelitian ini, yaitu kemampuan siswa dalam menulis cerpen, dan respons siswa terhadap penggunaan film pendek untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, tes, dan angket. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pedoman observasi, tes (soal tes), dan kuesioner.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

(6)

6 deskriptif kuantitatif dan teknik

analisis data kualitatif. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kemampuan menulis cerpen dan data kuesioner. Sedangkan teknik analisis data deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil tulisan siswa dengan menggunakan media film pendek sebagai media pembelajaran dalam menulis cerpen dan langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran.

Kriteria keberhasilan belajar menulis cerpen melalui penggunaan film pendek ditunjukkan dengan adanya rasa antusias siswa dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari hasil observasi pada saat penelitian berlangsung. Kriteria keberhasilan belajar menulis cerpen dengan

menggunakan film pendek

ditunjukkan dengan adanya keberhasilan pemerolehan skor rata-rata kelas pada kategori baik atau 75% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai KKM atau di atas KKM. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Ada tiga hasil yang diperoleh dari penelitian ini. (1) langkah-langkah pembelajaran, (2) kemampuan menulis cerpen, dan (3)

respons siswa mengenai

penggunaan film pendek dalam pembelajaran menulis cerpen.

Peningkatan hasil belajar menulis cerpen dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak. Persentase siswa yang mendapat nilai di atas 75 adalah 47,50%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran menulis cerpen, persentase skor siswa yang mendapat nilai di atas 75 adalah 62,50%. Sedangkan,

persentase siswa yang mendapat nilai di atas 75 pada siklus II adalah 87,50%.

Pada siklus I, persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 75 lebih sedikit dibandingkan dengan siklus II. Peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. Rendahnya jumlah siswa yang sudah mencapai KKM disebabkan oleh beberapa hal, yaitu siswa kurang fokus pada saat pembelajaran berlangsung, siswa masih merasa malu untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang

dipahami dan malu untuk

mengungkapkan pendapat, siswa merasa takut salah mengemukakan ide, film pendek yang digunakan pada siklus I menarik perhatian siswa tetapi film pendek tersebut kurang memiliki alur cerita yang jelas sehingga siswa kurang mengerti akan film tersebut.

Pada siklus II, persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan karena permasalahan yang dihadapi pada siklus I sudah diatasi. Guru sudah memberikan gambaran tentang langkah-langkah pembelajaran yang

akan dilaksanakan, guru

memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa semangat mengikuti pelajaran, guru menjelaskan materi secara jelas dan terperinci dan memberikan contoh judul cerpen saat menjelaskan, guru membimbing siswa saat menentukan tema dan alur cerpen.

Tabel 1. Perbandingan antara persentase siswa yang memeroleh nilai 75 ke atas sebelum dilakukan tindakan, pada siklus I, dan pada siklus II

Pelaksanaan Persentase siswa yang mendapat nilai 78 ke atas Pratindakan 47,50%

Siklus I 62,50%

(7)

7 Terkait dengan peningkatan

persentase siswa yang mendapat nilai 75 ke atas dalam menulis cerpen digunakannya film pendek tersebut mampu menarik perhatian siswa. Film pendek pada siklus II mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen dibandingkan film pendek pada siklus I. Film pendek yang digunakan pada siklus I sudah mampu menarik perhatian siswa, namun jalan cerita pada film pendek tersebut kurang jelas sehingga

membuat siswa merasa

kebingungan.

Pada siklus II, film pendek pertama diganti dengan film pendek yang memiliki alur cerita dan konflik yang jelas. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Film pendek pada siklus II memiliki alur cerita dan konflik yang lebih jelas jika dibandingkan dengan film pendek pada siklus I.

Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen tidak terlepas dari langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh. Langkah-langkah pembelajaran ini merupakan pembaharuan dari langkah-langkah pembelajaran pada siklus I yang kemudian diterapkan pada siklus II. Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II, yaitu (1) menyampaikan salam pembuka kepada siswa dan mengecek kehadiran siswa, mengisi buku absen dan jurnal kelas, (2) memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang film kesukaan mereka dan mengaitkan beberapa contoh film yang dapat dijadikan tulisan cerpen, (3) menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran serta menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran, (4) memberikan penjelasan terkait menulis cerpen dan penjelasan tentang film pendek sebagai media pembelajaran, (5) menampilkan atau memutarkan media pembelajaran film pendek

yang berjudul “Ada Apa dengan Cinta” yang akan diamati siswa, (6) meminta siswa untuk menyimak dan mencermati isi cerita pada film pendek, (7) guru meminta siswa untuk mencatat unsur-unsur dari cerita film pendek yang diputarkan, (8) guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait unsur-unsur yang terdapat dalam film pendek yang diputarkan, (9) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku, (10) guru mengamati pelaksanaan diskusi tentang cerpen yang akan ditulis, (11) guru memberikan bimbingan serta memberikan arahan kepada siswa tentang cerpen yang akan ditulis, (12) guru meminta siswa untuk mengembangkan tema dan

idenya masing-masing dan

mengungkapkannya dalam bentuk cerpen, (13) guru memberikan

kesempatan bertanya dan

membimbing siswa dalam menulis cerpen serta melakukan penilaian terhadap aktivitas menulis cerpen siswa, (14) guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil tulisan (cerpen) siswa, memberikan umpan balik terhadap kegiatan menulis cerpen, (15) menyimpulkan hasil

pembelajaran yang telah

dilaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran, (16) memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam belajar menulis cerpen, (17) mengakhiri

pembelajaran dengan

menyampaikan salam penutup. Berbicara mengenai langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen ini, terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang menjadi titik penekanan agar kemampuan siswa menjadi meningkat. Adapun kegiatan-kegiatan pembelajaran itu adalah (1) memberikan contoh ketika menjelaskan materi, (2) menggunakan film pendek yang menarik bagi siswa, memiliki alur

(8)

8 cerita dan konflik yang jelas, (3)

memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif di kelas ketika

proses belajar mengajar

berlangsung. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada siklus II.

Hasil penelitian yang berkaitan dengan respons yang diberikan oleh siswa terhadap penggunaan film pendek dalam pembelajaran menulis cerpen juga menunjukkan peningkatan. Pada siklus I, dari 40 orang siswa yang mengisi kuesioner, 19 siswa atau 47,50% yang memberikan respons sangat positif, 14 siswa atau 35% memberikan respons positif, 7 siswa

atau 17,50% siswa yang

memberikan respons cukup positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respons kurang positif dan sangat kurang positif. Sedangkan pada siklus II, dari 40 siswa yang mengisi kuesioner, 32 siswa atau 80% yang memberikan respons sangat positif, 8 siswa atau 20% siswa yang memberikan respons positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respon cukup positif, kurang positif, serta sangat kurang positif. Dari hal tersebut, penggunaan film pendek untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diidentifikasi empat temuan yang bermakna. Temuan ini selanjutnya dibahas dengan menghubungkan teori-teori yang ada maupun dengan penelitian-penelitian sejenis yang lain. Temuan tersebut adalah (1) Penggunaan film pendek dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. (2) Pemberian contoh judul cerpen oleh guru memudahkan siswa membuat judul cerpen. (3) Pemberian bimbingan dan penghargaan oleh guru dapat mendorong siswa untuk menjadi lebih baik. (4) Respons siswa berpengaruh terhadap prilaku

siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen menggunakan film

pendek sebagai media

pembelajaran.

Temuan pertama,

penggunaan film pendek dalam menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai berikut. Pertama, pemilihan dan

penggunaan film pendek

memberikan peluang kepada siswa

untuk menemukan ide dan

mengorganisasikan ide dengan lebih bebas, sehingga aktivitas menulis

menjadi aktivitas yang

menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat DePorter (dalam Kurniawan, 2013:92), bahwa kondisi yang menyenangkan merupakan dasar yang baik untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Tanpa adanya kesenangan dalam belajar, siswa cenderung akan merasa tertekan dan hal itu berarti pembelajaran yang berkualitas akan sulit tercapai.

Peningkatan hasil belajar menulis cerpen dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 77,30 yang tergolong kategori cukup. Sedangkan, skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 80,70 yang tergolong kategori baik. Peningkatan skor dari siklus I ke siklus II sebesar 3,40.

Temuan ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Dodi Eka Titra Yana dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Film

Pendek Sebagai Upaya

Meningkatkan Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa di Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Payangan”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan film

(9)

9 pendek terhadap kemampuan

menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA2 yang terlihat dari peningkatan kemampuan menulis naskah drama yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I, skor rata-rata keterampilan menulis naskah drama siswa, yaitu 66,23. Pada siklus II, skor rata-rata keterampilan menulis naskah drama siswa, yaitu 76,61. Peningkatan yang terjadi dari siklus I dan siklus II sebesar 10,38.

Temuan ini juga sejalan dengan penelitian sejenis dari Rezky Mertyn Palupi tahun 2012 yang berjudul “Film Pendek sebagai

Media untuk Meningkatkan

Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Orang Lain di Kelas X-4 SMA Negeri 02 Batu”. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I, skor rata-rata keterampilan menulis cerpen siswa meningkat sebesar 5,83, yaitu dari rata-rata 68,45 menjadi 74,28. Pada siklus II, skor rata-rata keterampilan menulis cerpen siswa meningkat sebesar 3,50 menjadi 77,78.

Kedua penelitian tersebut ternyata relevan dengan penelitian ini. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh yaitu hasil dalam peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa. Pada kedua penelitian sejenis yang peneliti gunakan sebagai kajian pustaka hasilnya terjadi peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan media film pendek dan penerapan media film pendek untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain. Begitu pula halnya pada

penelitian ini, terjadi

peningkatan kemampuan menulis

cerpen

siswa

dengan

menggunakan

film

pendek

sebagai media pembelajaran.

Temuan kedua, pemberian contoh judul olehguru memudahkan siswa dalam membuat cerpen. Pemberian contoh judul yang

menarik oleh guru dapat

memudahkan siswa dalam menulis cerpen selain itu juga judul yang menarik dapat membuat pembaca merasa tertarik untuk membaca tulisan yang kita buat. Hal ini sejalan dengan pendapat Suhandang (dalam Kurniawan, 2013:93) yang menyatakan bahwa judul sebagai kepala karangan memiliki peran penting, terutama dalam hal menarik minat baca untuk membaca cerpen tersebut. Oleh karena itu, judul harus dibuat semenarik mungkin tanpa mengabaikan keserasiannya dengan isi. Berdasarkan hasil tes, judul cerpen siswa cenderung terdiri atas satu atau dua kata yang merupakan topik cerpen sehingga kurang menarik dan kurang variatif. Beberapa contoh judul yang diberikan oleh guru mampu memberikan inspirasi bagi siswa sehingga siswa mampu membuat judul yang lebih menarik.

Media film yang pada

awalnya menggunakan tema

kehidupan sosial (Juni Waktu Itu) pada siklus I dan diubah dengan menggunakan media film yang bertemakan tentang cinta (Ada Apa dengan Cinta) pada siklus II, juga ikut memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II. Ketuntasan klasikal pada siklus I, yakni 62,50% meningkat sebesar 25% menjadi 87,50% pada siklus II. Pengubahan tema pada media film ini dilakukan karena film pada siklus I kurang menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan film pada siklus I hanya menceritakan tentang kehidupan sosial.

(10)

10 Dipilihnya film dengan tema

percintaaan pada siklus II tidak lain digunakan untuk menarik perhatian dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa juga dituntun untuk belajar jujur pada diri sendiri, sabar, dan memiliki prinsip diri. Hal ini sesuai dengan butir pertama pada pemanfaatan film dalam rangka menunjang proses belajar mengajar yang diungkapkan oleh Munadi (2008:119), yaitu film harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Film untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan untuk mengajarkan aturan dan prinsip. Film untuk tujuan psikomotor

dapat digunakan untuk

memperlihatkan contoh suatu keterampilan yang harus ditiru (keterampilan gerak). Dengan demikian, pemilihan film ini diberikan untuk membangkitkan semangat dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran.

Temuan ketiga, pemberian bimbingan dan penghargaan oleh guru dapat mendorong siswa untuk menjadi lebih baik. Pemberian penghargaan atau apresiasi ini sangat memengaruhi minat dan semangat siswa untuk belajar di kelas. Pernyataan ini sesuai dengan Rumapea (dalam Irawan, 2014:136) yang mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan dan pujian dari guru mempunyai arti penting bagi siswa karena dengan diberi pujian atau penghargaan oleh guru, akan dapat meningkatkan motivasi, minat, perhatian, dan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Pemberian penghargaan atau apresiasi ini dilakukan dengan

memberikan point atau nilai tambahan kepada siswa. Guru mempunyai peranan amat penting

dalam keseluruhan proses

pembelajaran. Upaya guru terhadap pembimbingan siswa harus didasari hati yang ikhlas, rela berkorban, tanpa pamrih, serta apapun hasil yang diperoleh siswa, guru harus tetap menghargai usaha siswa baik yang belum berhasil maupun yang sudah berhasil, semua harus dijadikan proses pembelajaran agar tidak cepat puas dengan hasil yang sudah diperoleh. Bimbingan merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pendidikan yang dilakukan agar siswa dapat mencapai hasil kegiatan yang optimal. Bimbingan yang diberikan guru dalam pembelajaran menulis cerpen akan mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran akan dapat diatasi karena guru memberikan bimbingan kepada siswa.

Temuan keempat, respons siswa berpengaruh terhadap perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran. Secara klasikal, siswa memberikan respons yang sangat baik terhadap penggunaan film pendek untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Hal ini bisa dilihat dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, dari 40 orang siswa yang mengisi kuesioner, 19 orang siswa dengan persentase 47,50% memberikan respons sangat positif, 14 orang siswa dengan persentase 35% memberikan respons positif, 7 orang siswa dengan persentase 17,50% memberikan respons cukup positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respons kurang positif dan sangat kurang positif. Sedangkan pada siklus II, 32 orang

(11)

11 siswa dengan persentase 80%

memberikan respons sangat positif, 8 orang siswa dengan persentase 20% memberikan respons positif, dan tidak ada siswa yang memberikan respons yang cukup positif, kurang positif, dan sangat kurang positif. Dari hal tersebut, penggunaan film pendek untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa dikatakan berhasil. Peningkatan skor respons siswa secara klasikal disertai dengan peningkatan perilaku siswa ketika mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan film

pendek sebagai media

pembelajaran. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara respons dan perilaku. Kesesuaian itu tidak terlepas dari adanya faktor eksternal yang mendukung, seperti suasana belajar yang kondusif.

Dengan demikian, hipotesis

penelitian yang berbunyi

penggunaan film pendek untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak dapat diterima.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini.

Pertama, langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran menulis cerpen oleh

guru berdasarkan standar

kompetensi dan kompetensi dasar, telah dilaksanakan sesuai prosedur yang dirancang. Pada intinya, langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen yang tepat dengan menggunakan film pendek dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, guru memberikan apersepsi terkait dengan materi yang diajarkan. Pada tahap kegiatan inti, guru

menugaskan siswa untuk

menyaksikan film pendek yang diputarkan, membimbing siswa saat membuat kerangka cerpen, dan

membimbing siswa saat

mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen. Pada tahap penutup, guru melakukan refleksi dan evaluasi mengenai kegiatan yang sudah berlangsung serta memberikan penguatan kepada siswa karena sudah aktif ketika pembelajaran berlangsung.

Kedua, film pendek sangat

efektif diterapkan dalam

pembelajaran menulis cerpen yaitu

dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak. Hal ini dibuktikan dari hasil persentase kemampuan menulis cerpen siswa dari refleksi awal sampai ke siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik. Pada refleksi awal diperoleh persentase kemampuan menulis cerpen siswa secara keseluruhan sebesar 47,50% mengalami peningkatan sebesar 15% menjadi 62,50% setelah diterapkannya film pendek sebagai media pembelajaran pada siklus I. selanjutnya terjadi peningkatan kembali sebesar 25% ketika dilakukan perbaikan pada siklus II yakni persentase kemampuan menulis cerpen siswa secara keseluruhan mencapai 87,50%.

Ketiga, respons siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak ketika diterapkannya film pendek sebagai

media pembelajaran mampu

meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Gerokgak. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner. Pada siklus I, respons siswa tergolong kategori positif dengan skor rata-rata adalah 25,58. Pada siklus II, respons siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen meningkat sebesar 2,47, yaitu menjadi 28,05 dan tergolong

(12)

12 kategori sangat positif. Hasil

kuesioner menunjukkan bahwa siswa memiliki respons yang positif dan sangat positif terhadap pembelajaran.

Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. (1) Disarankan kepada guru bahasa Indonesia yang mengajar di SMP sebaiknya menggunakan media ini sebagai salah satu acuan ketika

melaksanakan pembelajaran

menulis cerpen dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa. Dengan media ini, siswa akan lebih mudah menangkap materi ajar yang diberikan oleh guru, selain itu juga siswa akan menjadi lebih tertarik dalam menulis cerpen dengan memanfaatkan media film pendek. (2) Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan oleh pihak sekolah sebagai rujukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai menulis cerpen dalam pelajaran

bahasa Indonesia agar

memperhatikan kendala-kendala yang dialami oleh peneliti sebagai bahan bandingan dan pertimbangan

untuk perbaikan dan

penyempurnaan pelaksanaan

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Irawan, I Putu Ari Utama. 2014. Penggunaan Film Bisu dengan Teknik Dubbing

untuk Meningkatkan

Kemampuan

Menyampaikan Dialog dalam Drama Siswa Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 2 Negara. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. FBS Undiksha.

Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius.

Kurniawan, Kadek Ferri. 2013. Penerapan Media Pupuh Ginada (Sekar Alit) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII A di SMP 1 Tejakula. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FBS Undiksha.

Munadi, Yudhi. 2008. Media

Pembelajaran: Sebuah

Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Sadiman. dkk. 2009. Media

Pendidikan (Pengertian,

Pengembangan, dan

Pemanfaatannya). Jakarta: Rajawali Pers.

Suharma. dkk. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudhistira

Sumarno, Marselli. 1996.

Dasar-dasar Apresiasi Film.

Jakarta: PT Gramedia Yana, I Wayan Dodi Eka Titra. 2013.

Penggunaan Media Film Pendek Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa di Kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Payangan.

Skripsi (tidak

diterbitkan).Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.FBS Undiksha.

Referensi

Dokumen terkait

Lanthanum (La) merupakan salah satu unsur logam tanah jarang yang mempunyai kegunaan yang penting dibidang pembuatan lensa, sebagai aktiva warn di dalam optik, padahal adanya di

Pada bulan Februari 2016, terjadi penurunan jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi, tercatat jumlah angkatan kerja mencapai 5.686 ribu orang atau turun sebesar 11 ribu

Penerapan knowledge management dengan menitikberatkan pada penguatan karakter kerja berbasis industry menggunakan web, diharapkan dapat menjadi solusi dari kebutuhan pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan yang lebih bagi pihak perbankan khususnya Bank Umum Syariah mengenai pembiayaan bagi hasil

Mahkamah adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan, “Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan

Jika seorang ulama itu ikut andil dalam dunia politik, maka tidak lain adalah untuk menjadi figur dan teladan yang baik, baik itu kepada tokoh politikus atau masyarakat

ramah lingkungan dengan tetap menjaga kualitas produknya sehingga tahu tetap dapat. menjadi alternatif bahan pangan yang bernilai gizi tinggi namun

Pada praktikum yang berjudul “Mikroskop: Penggunaan dan Perawatan”, dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2014 di laboratorium 1 pendidikan biologi