• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat/warganya. Namun, seringkali kemajuan yang dimaksud terutama mengacu pada kemajuan di bidang ekonomi, maka pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai perubahan atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2006 : 22). Jadi, pada hakikatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan. Untuk itu, proses pembangunan ekonomi tidak terjadi sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.

Seringkali keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perubahan dari Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat

(2)

nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah dari tahun ke tahun. Suatu ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan yang berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Secara teoritis dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan suatu masyarakat, semakin baik tingkat kesejahteraannya. Namun disisi lain jika tingginya pendapatan masyarakat tidak disertai dengan pemerataan distribusi pendapatan maka hal tersebut belum mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya secara keseluruhan.

Seperti halnya dengan provinsi Sumatera Utara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Meskipun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara cenderung membaik dan meningkat, namun tidak cukup untuk menilai keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi memang merupakan kondisi yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan (Sirojuzilam, 2008 : 23).

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara dan Indonesia Tahun 2003-2008

Tahun Sumatera Utara (%) Indonesia (%)

2003 4,81 4,10 2004 5,74 5,03 2005 5,48 5,69 2006 6,20 5,50 2007 6,90 6,28 2008 6,39 6,06

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Tolak ukur keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi tetapi juga dari struktur ekonomi, pengurangan kemiskinan dan pengangguran, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antar

(3)

penduduk, antar daerah dan antar sektor. Presiden bank dunia, James D. Wolfensohn mengatakan bahwa “Tujuan utama kita dalam pembangunan adalah untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi di antara negara-negara di dunia dan di dalam negara itu sendiri” (Todaro, 2006 : 3).

Ketimpangan wilayah merupakan salah satu permasalahan yang pasti timbul dalam pembangunan. Ketimpangan yang lazim dibicarakan adalah ketimpangan ekonomi. Ketimpangan ekonomi sering digunakan sebagai indikator perbedaan pendapatan per kapita rata-rata, antar kelompok tingkat pendapatan, antar kelompok lapangan kerja, dan antar wilayah.

Ketimpangan pembangunan antar wilayah terjadi sebagai konsekuensi atas pembangunan yang terkonsentrasi dan terdapatnya perbedaan-perbedaan antar daerah, seperti perbedaan kandungan sumber daya alam, konsentrasi kegiatan ekonomi, kondisi demografi (kuantitas dan kualitas), fasilitas dan infrastruktur, strategi pembangunan daerah serta alokasi dana pembangunan antar daerah.

Kabupaten Nias dan Nias Selatan merupakan dua kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kedua kabupaten ini merupakan kabupaten yang tertinggal bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang ada di Sumatera Utara. Data tahun 2008 mengungkapkan bahwa kedua kabupaten ini masih cukup tertinggal di segala bidang baik dari segi pendapatan per kapita, laju pertumbuhan ekonomi maupun indeks pembangunan manusia.

BPS Sumatera Utara mencatat bahwa pada tahun 2008 Kabupaten Nias memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 4.182.887, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,70%, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 67,55%. Kabupaten Nias Selatan memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 4.217.115,

(4)

pertumbuhan ekonomi sebesar 5,50%, IPM sebesar 65,59%. Sedangkan Sumatera Utara memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 8.140.606, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,30%, IPM sebesar 73,29%.

Kabupaten Nias memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2008 dimana lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Namun bila diperhatikan tren dari tahun-tahun sebelumnya maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias lebih rendah dari pada Sumatera Utara.

Tingginya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias pada tahun 2008 berasal dari peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang cukup tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2008 PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Nias adalah Rp 1.855.076,73 juta, sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 1.738.560,13 juta. Sektor yang paling banyak memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Nias adalah sektor pertanian sebesar Rp 729.955,55 juta, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 453.367,56 juta, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp 209.913,34 juta (Nias dalam angka 2009).

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan, Tahun 2003-2008

Tahun Kabupaten Nias (%) Kabupaten Nias Selatan (%)

2003 7,07 - 2004 5,13 7,16 2005 -3,33 -2,12 2006 4,65 3,99 2007 6,64 4,83 2008 6,70 5,50 Sumber : www.sumut.bps.go.id

(5)

Sumatera Utara, meskipun pertumbuhan ekonominya tersebut merupakan tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. PDRB Kabupaten Nias Selatan atas dasar harga konstan 2000 tahun 2008 adalah sebesar Rp 1.150.631,51 juta. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor pertanian sebesar Rp 494161.07 juta, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 278.568,24 juta, dan sektor bangunan sebesar Rp 127.363,13 juta (Nias Selatan dalam angka 2009).

Salah satu jalan untuk mengurangi ketimpangan wilayah adalah menyelenggarakan pembangunan, meskipun pembangunan tidak serta merta dapat mengurangi ketimpangan wilayah. Untuk itu diperlukan pembangunan daerah yang merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan mencapai sasaran pembangunan nasional serta meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi masyarakat yang adil dan merata. Oleh karena itu pembangunan ditujukan untuk mengatasi masalah kesenjangan antar daerah (regional disparity).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah ada baiknya diawali berdasarkan prioritas dan pemilihan-pemilihan yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak positif bagi Kabupaten Nias dan Nias Selatan dengan

(6)

mengetahui dan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua kabupaten tersebut.

Meskipun Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan banyak memiliki kesamaan seperti sektor ekonominya didominasi oleh sektor pertanian, etnis/suku yang sama, dan letak geografis yang sama (berada dalam pulau yang sama), tetapi masih terdapat ketimpangan pembangunan yang diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain : perbedaan potensi ekonomi daerah, konsentrasi kegiatan ekonomi, kondisi demografi (kuantitas dan kualitas), mobilitas barang dan jasa, strategi pembangunan daerah serta alokasi dana pembangunan antar daerah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan melihat sejauh mana ketimpangan yang terjadi antar Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan serta menganalisis potensi ekonomi yang dimiliki oleh kedua daerah tersebut, sehingga dalam penelitian ini penulis mengangkat judul tentang “Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Nias

dengan Kabupaten Nias Selatan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana ketimpangan pembangunan yang terjadi antara Kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan?

2. Bagaimana pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan?

(7)

3. Apakah hipotesis Kuznets berlaku di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan?

4. Apakah sektor-sektor ekonomi unggulan (potensi ekonomi) yang dapat menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis dan mengetahui ketimpangan pembangunan yang terjadi antara Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

2. Mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias dan Nias Selatan.

3. Mengetahui apakah hipotesis Kuznets berlaku di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

4. Menganalisis dan mengetahui sektor-sektor ekonomi unggulan (potensi ekonomi) yang ada di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

Selain itu, penelitian ini juga memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai tambahan, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada terutama menyangkut topik yang sama.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

(8)

4. Sebagai bahan informasi, masukan, dan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan ekonomi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

Gambar

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara dan Indonesia Tahun 2003-2008  Tahun  Sumatera Utara (%)  Indonesia (%)
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan,  Tahun 2003-2008

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan

Hasil yang didapat dari studi ini adalah tegangan aksial rata-rata yang terjadi akibat beban gelombang padakaki jack-up bracing K adalah 12.5% lebih rendalt jika

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai bahasa Madura lisan dan tulis, reseptif Menilai penggunaan bahasa Madura pada Tingkat keilmuan yang mendukung mata

Konsentrasi ini cenderung sama dengan konsentrasi klorofil-a pada daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 22-46 mil laut pantai Kabupaten Manokwari,

Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu

Di masa pendemi covid-19 metode Belajar akan mempengaruhi hasil belajar, untuk memperoleh proses pembelajaran yang efektif dimasa pendemi, serta menarik perhatian

Seperti halnya pada bahasa Indonesia, pengungkapan makna aspektualitas bahasa Bugis juga mementingkan subkelas verba pungtual (peristiwa), aktivitas (proses), statis,

Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.. Rumah sakit menggunakan