• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

10

A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas Kerja

International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh Hasibuan (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung. Menurut Sukamto (1995) produktivitas adalah nilai output dalam hubungan dengan suatu kesatuan input tertentu. Peningkatan produktivitas yang berarti jumlah sumberdaya yang digunakan dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi semakin meningkat dan membaik. Sedangkan Moekijat (1999) menjelaskan produktivitas adalah perbandingan jumlah keluaran (output) tertentu dengan jumlah masukan (input) tertentu untuk jangka waktu tertentu.

Konsep produktivitas pada dasarnya dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Pengkajian masalah produktivitas dari dimensi individu tidak lain melihat produktivitas terutama dalam hubungannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu. Dalam konteks ini esensi pengertian produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini (Kusnendi, 2003).

Menurut formulasi National Productivity Board (Sedarmayanti, 2009) produktivitas kerja adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai

(2)

semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Dijelaskan oleh Sutrisno (2012) bahwa sikap mental adalah melakuka perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seorang guru dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.Produktivitas kerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar (PBM) yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin profesional guru dalam proses pembelajaran (Whitmore dalam Uno, 2007).

Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyimpulkan produktivitas kerja guru adalah sikap mental yang terefleksi dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar pada guru.

2. Aspek-aspek Produktivitas Kerja

Dijelaskan Simamora (2004) untuk mengidentifikasi produktivitas kerja dapat dilihat dari aspek-aspek:

a. Kuantitas kerja, merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahaan.

b. Kualitas kerja, merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

c. Ketepatan waktu, tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

(3)

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output.

Aspek produktivitas kerja menurut Sedarmayanti (2001) yang dikembangkan dari pemikiran yang disampaikan oleh Gilmore (1974) & Fromm (1975) tentang individu yang produktif, yaitu:

a. Tindakan konstruktif b. Percaya pada diri sendiri c. Bertanggung jawab

d. Memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan e. Mempunyai pandangan ke depan

f. Mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah-ubah

g. Mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungannya (kreatif, imaginative dan inovatif)

h. Memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya.

Aspek produktivitas kerja guru dapat ditinjau berdasarkan tugas pokok guru yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) yaitu:

a. Merencanakan pembelajaran, adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus dilakukan sebagai

(4)

upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada

b. Melaksanakan pembelajaran, adalah serangkaian kegiatan yang harus diperhatikan oleh guru yaitu memperhatikan karakteristik siswa, menyesuaikan gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru. Ketiga hal tersebut harus dikombinasikan secara tepat agar materi tersampaikan dengan benar.

c. Menilai hasil pembelajaran, adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, selain itu juga sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. d. Membimbing dan melatih peserta didik, yaitu menyampaikan materi pembelajaran disertai dengan contoh/praktik dalam upaya membantu peserta didik mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usaha mencapai tujuan tertentu.

e. Melakukan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampu satu jenis mata pelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidikannya, selain itu guru juga terlibat dalam kegiatan manajerial sekolah, misalnya dalam penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkatnya, ujian nasional, ujian sekolah dan kegiatan lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diputuskan aspek yang sesuai dengan produktivitas kerja guru ada 5, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik

(5)

dan melakukan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek produktivitas kerja yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 52 ayat (1) yang selanjutnya akan penulis gunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Pemilihan aspek ini dikarenakan mudah dibuat dalam alat ukur dan sesuai dengan permasalahan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Moekijdat (1999) produktivitas kerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Kualitas dan kemampuan fisik karyawan

Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos mental dan kemampuan fisik karyawan.

b. Sarana pendukung

Sarana pendukung atau peningkatan produktivitas kerja karyawan dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu:

1) Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi sarana, dan peralatan produksi, tingkat keselamatan dan kesehatan serta suasana di lingkungan kerja.

2) Menyangkut kesejahteraan karyawan yang tercermin di sistem pengupahan dan jaminan kelangsungan kerja.

(6)

c. Supra sarana

Aktivitas perusahaan tidak terjadi di isolasi. Apa yang terjadi di dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luarnya, seperti sumber faktor produksi yang digunakan, prospek pemasaran dan perpajakan perijinan.

Hasibuan (2001) berpendapat bahwa pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja.

a. Pendidikan. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan dirinya untuk bekerja lebih produktif karena memiliki wawasan yang lebih luas dan juga kematangan dalam berfikir.

b. Pelatihan, bertujuan membentuk dan meningkatkan keterampilan dalam bekerja, dengan demikian diharapkan setelah menikuti pelatihan pegawai mampu mengemban tugas dan pekerjaan sebaik mungkin sehingga pada akhirnya dapat mendorong kemajuan setiap usaha.

c. Motivasi kerja, orang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan bekerja dengan rajin, sehingga dengan demikian akan dapat mencapai satu prestasi kerja yang tinggi.

Menurut Anoraga (2005) ada 10 faktor yang sangat diinginkan oleh para karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yaitu: (1) pekerjaan yang menarik, (2) upah yang baik, (3) keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, (4) etos kerja dan (5) lingkungan atau sarana kerja yang baik, (6) promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan, (7) merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi, (8) pengertian dan simpati atas

(7)

persoalan-persoalan pribadi, (9) kesetiaan pimpinan pada diri sipekerja, (10) Disiplin kerja yang keras.

Ravianto (1986) dalam bukunya produktivitas dan pengukurannya, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan antara lain: pendidikan, lingkungan dan iklim kerja, keterampilan, hubungan industrial, sikap dan etika kerja, teknologi, motivasi kerja, gizi dan kesehatan, sarana produksi, tingkat penghasilan, manajemen, jaminan sosial dan kesempatan berprestasi.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara lain pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yang mengacu pada teori Hasibuan (2001). Selanjutnya motivasi kerja ditempatkan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, karena motivasi kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja (Hasibuan, 2001)

B. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan agar mau bekerja keras dengan memberikan

(8)

semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi (Hasibuan, 2014). Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi kerja yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.

Sedangkan menurut Siagian (Purnomo, 2004) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Dari pengertian-pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa motivasi kerja adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas yang dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran dari suatu organisasi.

2. Aspek-aspek Motivasi Kerja

Menurut Hadiwiryo (2003) indikator motivasi kerja ada dua: pertama, tenaga kerja harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Tanpa kemampuan dan upaya yang tinggi, tidak mungkin menghasilkan kinerja yang baik. Kedua adalah persepsi tenaga kerja yang bersangkutan tentang bagaimana upayanya dapat diubah sebaik-baiknya menjadi

(9)

kinerja, diasumsikan bahwa persepsi tersebut dipelajari dari pengalaman sebelumnya pada situasi yang sama.

Zainun (1984) berpendapat bahwa motivasi kerja dapat ditingkatkan berdasarkan dua aspek yang bersifat statis, yaitu:

a. Aspek yang pertama dari motivasi tampak sebagai kebutuhan dasar manusia yang akan diperoleh dari tercapainya tujuan organisasi.

b. Aspek motivasi yang kedua adalah berupa alat perangsang atau insentif yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dasar yang diharapkan tersebut

Menurut Uno (2014) indikator motivasi kerja guru akan tampak melalui: a. Tanggung jawab dalam melakukan kerja. Meningkatkan peranan dan

kemampuan profesionalnya dengan cara melakukan tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar dan melatih dan ikut serta dalam pembinaaan kurikulum sekolah.

b. Prestasi yang dicapainya. Pencapaian prestasi kerja dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi.

c. Pengembangan diri. Pengembangan kemampuan baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju dapat menjadi motivator yang kuat bagi pengajar untuk bekerja lebih giat.

d. Kemandirian dalam bertindak. Adanya rasa percaya diri pada pengajar dalam bertindak secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain dengan kreatif dan penuh inisiatif serta mampu mempengaruhi lingkungan, terutama lingkungan sekolah.

(10)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi kerja adalah tanggung jawab, prestasi, pengembangan diri dan kemandirian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aspek motivasi kerja yang merujuk pada pendapat Uno (2014). Dari aspek ini juga akan dijadikan pedoman sebagai acuan dalam pembuatan skala motivasi kerja.

C. Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Produktivitas Kerja pada Guru Sekolah Luar Biasa

Motivasi kerja diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau pendorong semangat kerja. Sarbini (2004) menyatakan bahwa motivasi kerja guru adalah kemauan guru untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Tinggi rendahnya motivasi kerja guru sangat mempengaruhi performansinya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Wiles, 1995).

Motivasi kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja guru (Hasibuan, 2001). Motivasi merupakan cerminan seberapa antusiasnya seorang guru dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang dapat mendorong gairah dan semangat kerja (Uno, 2014). Guru yang mempunyai motivasi kerja tinggi ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan (Uno, 2014). Dengan demikian tanggung jawab akan berpengaruh terhadap tugas guru diantaranya merencanakan pembelajaran, apakah perencanaan tersebut sesuai dengan kurikulum atau tidak; melaksanakan pembelajaran, apakah pada saat pemelajaran berlangsung sesuai

(11)

dengan perencanaan yang telah dibuat atau tidak; dan menilai hasil belajar, memenuhi prosedur penilaian standar operasional atau tidak.

Guru dengan motivasi kerja tinggi juga ditandai dengan prestasi yang dicapainya (Uno, 2014). Dengan adanya prestasi tersebut akan mempengaruhi bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik. Guru yang berprestasi akan melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi. Dengan pengetahuan yang dimiliki, maka guru akan lebih terampil dalam menyampaikan materi pembelajaran yang disertai praktik, dan akan lebih memahami bagaimana cara membimbing dan melatih peserta didik dengan baik, sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Guru yang mempunyai jiwa pengembangan kemampuan diri yang baik akan suka dengan tantangan baru, pengalaman baru dan tidak akan melewatkan kesempatan yang diberikan oleh pimpinan untuk melakukan tugas lain di luar tugas pokoknya sebagai pengajar (Uno, 2014). Dalam hal ini berkaitan dengan aspek produktivitas kerja yaitu melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dengan kata lain, pengembangan diri yang merupakan ciri dari motivasi kerja berpengaruh terhadap salah satu aspek produktivitas kerja guru yaitu melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok guru.

Selanjutnya kemandirian dalam motivasi kerja akan mempengaruhi bagaimana seorang guru dalam melakukan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Rasa percaya diri pada seorang guru dalam bertindak

(12)

secara mandiri dapat mendorong guru secara kreatif dan dengan inisiatifnya sendiri akan melakukan tugas lain diluar tugas pokoknya untuk kemanfaatan bersama (Uno, 2014). Misalnya seorang guru dengan suka rela mengajukan diri menjadi panitia penerimaan siswa baru untuk membantu tenaga karyawan/tata usaha sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zuliawati (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja pada guru PAI Sekolah Dasar Sekecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2015/2016. Hasil analisis menunjukkan apabila variabel motivasi kerja meningkat, maka produktivitas kerja guru meningkat.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja pada guru sekolah luar biasa. Guru yang memiliki motivasi kerja yang tinggi ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab, memiliki prestasi, pengembangan diri, dan kemandirian. Hal tersebut akan berdampak pada kemampuan produktivitas kerja seorang guru.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pada guru Sekolah Luar Biasa. Semakin tinggi motivasi kerja guru maka semakin tinggi pula produktivitas guru. Sebaliknya, semakin rendah motivasi kerja guru, maka semakin rendah pula produktivitas kerja pada guru.

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun

Salah satu hal yang mungkin terjadi adalah menurunnya motivasi dan kepuasan kerja karyawan tersebut, karyawan menjadi malas melakukan tugas-tugas yang diberikan

Gaya Kepemimpinan adalah suatu sikap yang dilakukan pemimpin yang hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, motivasi kera, dan produktivitas

Penelitian yang dilakukan oleh (Aprilia, 2017) menyatakan bahwa bahwa beban kerja, stres kerja dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

Suryana, Haerani, & Taba (n.d.) pada suatu kesempatan melaporkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dalam

Penelitian Daryatmi dalam penelitian yang berjudul “pengaruh motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas kerja serta kinerja karyawan perusahaan daerah bank

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan karena di dalam membangun motivasi kerja karyawan dengan cara pemenuhan kebutuhannya, sangat

Dengan kata lain dapat juga dinyatakan, bahwa seorang tenaga kerja menunjukkan tingkat produktivitas yang tinggi jikalau mampu menghasilkan produk yang standar yang ditentukan