LAPORAN
LAPORAN
PRAKTIKUM FITOFARMAKA
PRAKTIKUM FITOFARMAKA
PENETAPAN KADAR SENYAWA EPMS (Etil
PENETAPAN KADAR SENYAWA EPMS (Etil p p-metoksi sinamat) DALAM SEDIAAN-metoksi sinamat) DALAM SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK KENCUR (
KAPSUL EKSTRAK KENCUR ( Kaempferia galanga Kaempferia galanga L.)L.)
Nama
Nama : Wika Tanika: Wika Tanika NIM / Kelas
NIM / Kelas : 201510410311120 / Farmasi C: 201510410311120 / Farmasi C Kelompok
Kelompok : : 44
PROGRAM STUDI FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
2018
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Kencur (
Kencur ( Kaempferia Kaempferia galangagalanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di L.) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di berbagai
berbagai daerah daerah di di Indonesia Indonesia sebagai sebagai tanaman tanaman yang yang dipelihara. dipelihara. Tanaman Tanaman ini ini banyakbanyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu d
digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu d alam masakan sehingga paraalam masakan sehingga para petani
petani banyak banyak yang yang membudidayakan membudidayakan tanaman tanaman kencur kencur sebagai sebagai hasil hasil pertanian pertanian yangyang diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang ada di diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus,2009). Hampir seluruh bagian dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus,2009). Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri yang
tanaman kencur mengandung minyak atsiri yang terdiri asam transinamat, n-pentadekana, etilterdiri asam transinamat, n-pentadekana, etil p-metoksisinamat,
p-metoksisinamat, asam asam p-metoksisinamat, p-metoksisinamat, p-metoksi p-metoksi stirena, stirena, p-asam p-asam kumaratkumarat (Hargono,1995).
(Hargono,1995).
Dalam pengembangan obat tradisional/ obat dari bahan alam untuk dijadikan ekstrak Dalam pengembangan obat tradisional/ obat dari bahan alam untuk dijadikan ekstrak yang terstandar atau fitofarmaka harus memenuhi
yang terstandar atau fitofarmaka harus memenuhi persyaratan yang ketat. Fitofarmaka, sesuaipersyaratan yang ketat. Fitofarmaka, sesuai dengan definisinya yaitu sediaan obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanannya dengan definisinya yaitu sediaan obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanannya dan mempunyai khasiat secara ilmiah dengan dilakukan uji klinik, serta bahan baku dan dan mempunyai khasiat secara ilmiah dengan dilakukan uji klinik, serta bahan baku dan produk jadinya telah
produk jadinya telah memenuhi standar. Suatu sediaan memenuhi standar. Suatu sediaan dari bahan alam sdari bahan alam seringkali mengalamieringkali mengalami variasi atar batchnya. Variasi pada bahan terjadi karena beberapa faktor antara lain genetik variasi atar batchnya. Variasi pada bahan terjadi karena beberapa faktor antara lain genetik (bibit), lingkungan (tempat tumbuh, iklim), rekayasa agronomi (fertilizer, perlakuan selama (bibit), lingkungan (tempat tumbuh, iklim), rekayasa agronomi (fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh), dan panen (waktu dan pasca panen) (Depkes RI, 2000).
masa tumbuh), dan panen (waktu dan pasca panen) (Depkes RI, 2000).
Senyawa marker (penanda) adalah suatu senyawa yang terdapat dalam bahan alam dan Senyawa marker (penanda) adalah suatu senyawa yang terdapat dalam bahan alam dan diseleksi untuk keperluan khusus (contoh untuk tujuan identifikasi atau standardisasi) melalui diseleksi untuk keperluan khusus (contoh untuk tujuan identifikasi atau standardisasi) melalui penelitian.
penelitian. Syarat Syarat senyawa senyawa dapat dapat ditetapkan ditetapkan sebagai sebagai penanda penanda apabila apabila bersifat bersifat khas,khas, mempunyai struktur kimia yang jelas, dapat diukur kadarnya dengan metode analisis yang mempunyai struktur kimia yang jelas, dapat diukur kadarnya dengan metode analisis yang biasa digunakan, bersifat stabil, tersedia dan dapat diisolasi (Patterson, 2006).
biasa digunakan, bersifat stabil, tersedia dan dapat diisolasi (Patterson, 2006).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yangyang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkan
bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)g kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan k
keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter (Depkes
kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter (Depkes RI, 2014).RI, 2014).
1.2. Tujuan 1.2. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar senyawa marker EPMS dalam sediaan Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar senyawa marker EPMS dalam sediaan kapsul yang berisi ekstrak kencur (
kapsul yang berisi ekstrak kencur ( Kaempferia galanga Kaempferia galanga L.)L.)
1.3. Manfaat 1.3. Manfaat
1.3.1.
1.3.1. Mahasiswa dapat memahami cara melakukan penetapan Mahasiswa dapat memahami cara melakukan penetapan kadar senyawa marker EPMSkadar senyawa marker EPMS dalam sediaan kapsul yang berisi ekstrak kencur (
dalam sediaan kapsul yang berisi ekstrak kencur ( Kaempferia galanga Kaempferia galanga L.)L.) 1.3.2.
1.3.2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana penetapan kadar senyawa marker EPMSMahasiswa dapat memahami bagaimana penetapan kadar senyawa marker EPMS dalam sediaan kapsul yang berisi ekstrak kencur (
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kencur (
Kaempferia galanga
L.)Gambar : Kencur ( Kaempferia galanga L.)
2.2.1. Klasifikasi Kencur ( Kaempferia galanga L.) Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Kaempferia L.
Spesies : Kaempferia galanga L.
(Cronquist,1981) 2.2.2. Morfologi Kencur
Tanaman kencur berukuran kecil dengan bunga berwarna putih. Tumbuh merapat dengan tanah dan tidak memiliki batang. Rimpang kencur bercabang-cabang dan berdesak-desakan serta berwarna coklat. Daunnya berbentuk jorong, sedangkan pangkal daun berbentuk jantung serta berujung lancip. B agian atas daun tidak berbulu, sedangkan bagian bawah daun berbulu. Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek, terbentuk dari pelepah-pelepah d aun yang saling
dengan permukaan tanah. Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai dan tumbuh secara berlawanan satu sama lain. Bentuk daun elip melebar sampai bundar, ukuran panjang daun 7-12 cm dan lebarnya 3-6 cm, serta berdaging agak lebar. Bunga kencur keluar dalam bentuk buliran setengah duduk dari ujung tanaman di sela-sela daun. Warna bunganya putih, ungu hingga lembayung dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga. Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2
–
3 cm, tidak bercabang, dapat tumbuh lebih dari satiu tangkai, panjang tangkai 5–
7 cm berbentuk bulat dan beruas ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1–
1,5 cm, tangkai sari berbentuk corong pendek. Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dengan bakal buah yang letaknya tenggelam, tetapi sulit sekali menghasilkan biji. Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri (Muhlisah, 1999).2.2.3. Kandungan Kimia Kencur
Menurut Hargono (1995), kandungan senyawa Kaempferia galanga L., yaitu: a. Daun : alkaloid, borneol, eucaliptol
b. Rimpang : tanin, saponin, kalsium oksalat, borneol, kamfen, sineol,etil alkohol, minyak atsiri (2,4%-3,9%) terdiri dari asam transinamat, n- pentadekana, etil p-metoksisinamat, asam p-etil p-metoksisinamat, p-metoksi stirena, p-asam kumarat.
Kandungan senyawa metabolit sekunder dari rimpang kaempferia galanga L., yaitu menunjukan adanya senyawa etil trans-sinamat dan etil p-metoksisinamat aktif sebagai nematisida, etil p-metoksisinamat, etil sinamat dan 3-carene, 2- propionic acid aktif sebagai penolak nyamuk dan larvisida, etil sinamat sebagai vasorelaksan, etil p-metoksisinamat sebagai antineoplastik, antimikroba, antiinflamasi, dan luteolin dan apigenin ssebagai ant ioksidan (Umar et al.,2011).
2.2. Sediaan Ekstrak
Simplisia banyak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut, seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Untuk memisahkan senyawa aktif tersebut maka perlu dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan kegiatan atau proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut (Agoes, 2007). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari
simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (BPOM RI, 2010).
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang
tepat. Sedangkan ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan bahan alam (Hargono, 1986). Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengancara maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode soxhlet. (Agoes, 2007).
A. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode ekstraksi (Agoes, 2007): a. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan
b. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi c. Jenis senyawa yang akan diekstraksi d. Sifat senyawa yang akan diekstraksi B. Macam
–
macam metode ekstraksi :a. Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi. a) Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
b) Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator
(Hargono,1986). b. Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara
a) Refluks : metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan
sampai selesai.
b) Sokletasi : adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu (Hargono,1986).
c. Metode Destilasi Uap Air
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal (Hargono,1986).
2.4. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang paling sederhana dan banyak digunakan. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yang direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut non polar) selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku referensi kefarmasian. Maserasi ini disertai dengan pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Metode ini memiliki keuntungan yaitu cara pengerjaannya yang lebih mudah, alat-alat yang digunakan sederhana, dan cocok untuk bahan yang tidak tahan pemanasan (Hargono, 1986).
Menurut Hargono dkk. (1986), ada beberapa variasi metode maserasi, antara lain digesti, maserasi melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat.
a. Digesti merupakan maserasi menggunakan pemanasan lemah (40-50°C).
b. Maserasi pengadukan kontinyu merupakan maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker,sehingga dapat mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam.