• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF-ESTEEM WANITA DEWASA MUDA YANG PERNAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL PRA-NIKAH : Studi Kasus terhadap M dan P Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SELF-ESTEEM WANITA DEWASA MUDA YANG PERNAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL PRA-NIKAH : Studi Kasus terhadap M dan P Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SELF-ESTEEM WANITA DEWASA MUDA YANG PERNAH MELAKUKAN

HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

(Studi Kasus Terhadap M dan P Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

pada Jurusan Psikologi

disusun oleh: Yuce Widhiya

0601937

(2)

Self-esteem Wanita Dewasa Muda yang Pernah

Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah

(Studi Kasus Terhadap M dan P Mahasiswi Universitas Pendidikan

Indonesia)

Oleh Yuce Widhiya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yuce Widhiya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Yuce Widhiya (0601937). Self-esteem Wanita Dewasa Muda yang Pernah

Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah (Studi Kasus terhadap M dan P Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). Skripsi Jurusan Psikologi

FIP UPI, Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran

self-esteem, alasan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem wanita dewasa

muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah. Subjek penelitian adalah dua orang mahasiswi UPI yang dipilih dengan metode purposive, pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah serial monogamist berusia 20-40 tahun. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dengan bantuan pedoman wawancara semi terstruktur dan divalidasi dengan member check terhadap dokumen subjek. Hasil penelitian menunjukan kedua subjek baik yang masih aktif berhubungan seksual pra-nikah maupun yang sudah berhenti melakukan hubungan seksual pra-nikah mengalami self-esteem rendah disebabkan mereka memiliki kekhawatiran pengalamannya diketahui oleh lingkungan sosialnya, kedua subjek menganut nilai normatif mengenai keperawanan cukup tinggi meskipun masing-masing subjek memiliki perbedaaan dalam menempatkan pengalaman ini baik pandangan masa depan maupun cara mereka merespon devaluasi yang terjadi terhadap dirinya sendiri. Sumber self-esteem yang dominan yaitu mereka memiliki kebutuhan afeksi yang cukup tinggi dari orang-orang terdekat (siginificant others) terutama dari pacar yang membuat mereka merasa berharga sebagai individu atau tidak. Orang tua sebaiknya tetap memperhatikan anaknya meskipun mereka telah memasuki usia dewasa muda yang merupakan salah satu masa krisis dalam perkembangan. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti dengan tema yang sama dilakukan terhadap pasangan pelaku yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah sehingga dapat gambaran yang lebih luas terutama dari sisi gender.

(7)

ABSTRACT

Yuce Widhiya (0601937). Self-esteem Young Adult Female Sexual Conduct Pre-marital (A Case Study of the M and P student of Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). Thesis Department of Psychology FIP UPI, Bandung (2013).

This study aims to determine how is the self-esteem, reasons, and the factors that affect the self-esteem of young adult women who had sexual intercourse before marriage. The subjects were two female students UPI selected using purposive, having had sexual intercourse before marriage 20-40 year-old serial monogamist. Data were collected by in-depth interview technique with the help of semi-structured interview guide and validated with member check on the subject documents. The results showed that both active subjects in the pre-marital sexual intercourse or who have stopped having pre-marital sexual experience low self-esteem because they have the experience concerns known to the social environment, both subjects embrace the normative value high enough though their virginity the subjects had a difference in putting this experience better view of the future and how they respond to the devaluation that occurred to herself. Sources of self-esteem that they have a need that is dominant high enough affection from the people closest (siginificant others) mainly from boyfriend who make them feel valued as an individual or not. Parents should continue to pay attention to their children even though they have entered young adulthood, which is one of the crisis in development. Further research is expected examined with the same theme carried out against the perpetrators couple had sexual intercourse before marriage so as to the broader picture, especially in terms of gender.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

F. Metode Penelitian... 10

1. Desain Penelitian ... 10

2. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 10

3. Teknik Analisis Data ... 10

4. Pengujian Keabsahan Data ... 11

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Self-Esteem ... 13

1. Definisi Self-Esteem ... 13

2. Variable-variable Self-Esteem ... 15

2.1Kesuksesan ... 15

2.2Nilai ... 16

2.3Aspirasi ... 16

2.4Pertahanan ... 17

3. Proses Psikologi Dasar Self-Esteem ... 18

3.1Self-Evaluation ... 18

(9)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Esteem ... 19

5. Sumber-sumber Self-Esteem ... 21

6. Hambatan dalam perkembangan Self-Esteem ... 22

7. Self-Esteem dan Karakteristik Individu ... 23

a. Individu dengan Self-Esteem tinggi ... 25

b. Individu dengan Self-Esteem sedang ... 25

c. Individu dengan Self-Esteem rendah ... 25

B. Dewasa Muda (young adulthood) ... 26

1. Definisi Dewasa Muda ... 26

2. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda ... 27

a. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup ... 28

b. Membina Kehidupan Rumah Tangga ... 28

c. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga ... 29

d. Menjadi Warga Negara yang Bertanggunga Jawab ... 30

C. Perilaku Sekual Pranikah ... 30

1. Perilaku Seksual ... 30

2. Jenis-jenis Perilaku Seksual ... 31

3. Perilaku Seks Pra-Nikah ... 31

4. Pola Hubungan Seks Pra-Nikah ... 32

5. Perilaku Seksual Dewasa Muda ... 33

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pra-Nikah pada Dewasa Muda ... 34

7. Konsekuensi masalah yang diakibatkan Hubungan Seksual Pra-Nikah pada Dewasa Muda ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Definisi Operasional... 40

C. Subjek Penelitian ... 40

(10)

E. Pengumpulan Data ... 41

F. Teknis Analisis Data ... 42

G. Pengujian Keabsahan Data ... 43

Rencana Pedoman Wawancara Self-Esteem Wanita Dewasa Muda yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

I. Hasil Penelitian ... 48

A.Profil Subjek ... 48

B.Hasil Observasi dan Display Data ... 50

1. Hasil Observasi ... 50

2. Display Data ... 54

II. Analisa dan Pembahasan Data ... 87

A. Subjek M ... 87

B. Subjek P ... 130

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 174

A. Kesimpulan ... 174

B. Rekomendasi ... 177 DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era global sekarang ini dunia semakin tak berjarak ruang dan waktu.

Teknologi yang semakin canggih membuat manusia tidak terbatas untuk

menampung informasi dari berbagai belahan dunia dalam waktu yang singkat.

Hanya dengan duduk di depan layar komputer atau handphone, kita dapat

mengakses berbagai jenis informasi untuk menambah pengetahuan kita yang

ilmiah atau tidak ilmiah, sebagai hiburan dan menambah jaringan pertemanan.

Permasalahan yang diakibatkan derasnya informasi yang masuk ke

Indonesia ditunjukan oleh salah satu rubrik di website BKKBN yang berjudul “TV dan Internet Beri Andil Meledaknya Angka Seks Pra-nikah” (12 Juli 2007) menyatakan bahwa pengaruh tayangan televisi yang menonjolkan pornografi dan

pornoaksi, maraknya penjualan VCD atau DVD khusus dewasa serta kebebasan

membuka situs pornografi di internet diduga semakin meningkatkan angka seks

pra-nikah yang dilakukan para pemuda di Jawa Barat.

UU Pornografi telah dicanangkan oleh pemerintah, namun realisasi dari

peraturan tersebut sepertinya belum dapat menanggulangi pornografi di media

komunikasi Indonesia. Lembaga Swadaya Masyarakat Aliansi Selamatkan Anak

(ASA) Indonesia mencatat, selain menjadi negara tanpa aturan jelas tentang

pornografi, Indonesia juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia

yang paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak (BKKBN, 17 Mei

2006). Inke Maris dari ASA Indonesia mengutip hasil penelitian di Amerika

bahwa setidaknya ada 28 ribu situs porno di internet pada tahun 2000 sementara

tiap minggunya hadir 2 ribuan situs porno baru (BKKBN, 17 Mei 2006).

Keluargaplus.com (16 Februari 2010) melansir bahwa berdasarkan hasil riset

yahoo di Indonesia yang bekerjasama dengan Taylor Nelson (2009) pengguna

(12)

2

menunjukan pemuda Indonesia sekarang ini mudah terprovokasi oleh media

informasi mengenai seks dan seksualitas (Utomo, 2003).

Penelitian Kathleen A. Bogle (2007) yang berjudul “The Shift from

Dating to Hooking up in College: What Scholars Have Missed“ di La Salle University, Philadelphia Amerika Serikat menghasilkan temuan bahwa pada mahasiswa di Amerika saat ini terjadi peralihan dari pola interkasi heteroseksual tradisional dengan berkomitmen pacaran menjadi kencan singkat tanpa adanya komitmen berpacaran (hooking up) yang disertai prilaku seksual hingga berhubungan seksual meskipun mereka baru mengenal satu sama lain dalam waktu kurang dari 24 jam. Penelitian ini menunjukan bahwa memang terjadi pergeseran nilai moral mahasiswa negara barat yang dikenal menganut paham seks bebas. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pola interaksi heteroseksual di Indonesia yang sudah terbuka pada informasi global.

Selain dipengaruhi faktor eksternal seperti pemaparan di atas perilaku

individu juga dipengaruhi faktor-faktor internal baik fisik maupun psikologis.

Santrock (1999) menyebutkan bahwa dewasa muda termasuk masa transisi, baik

transisi secara fisik, transisi secara intelektual, maupun transisi peran sosial

(Dariyo, 2008). Menurut Dariyo (2004) secara fisik dewasa muda telah mencapai

kematangan optimum pada organ seksualnya yang menandakan mereka sudah

siap untuk bereproduksi. Kadang-kadang pada kaum remaja atau dewasa muda

yang sedang berpacaran ada yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah

(Dariyo, 2008).

Perilaku hubungan seks pra-nikah ini dilatar belakangi oleh adanya

penundaan pernikahan yang pertama, dalam rangka memenuhi kriteria-kriteria

individu dalam gaya hidup masa kini seperti pendidikan yang tinggi dan atau

titian karier untuk memantapkan kehidupan ekonomi (Utomo, 2003). Pernyataan

tersebut dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan Nugroho Widyatmono,

mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang yang tergabung dalam Tim Peneliti

Perilaku Seksual Mahasiswa UNDIP, menyebutkan, kebanyakan mahasiswa yang

melakukan hubungan seksual beralasan karena tidak dapat menahan hasrat mereka

(13)

Di Indonesia, perilaku seks pra-nikah digambarkan oleh beberapa

penelitian diantaranya: Data Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 menunjukkan bahwa 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks sebelum menikah. Hasil Survei DKT Indonesia tahun 2005 juga menunjukkan bahwa remaja di beberapa wilayah Indonesia telah melakukan seks sebelum menikah, diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47%, dan di Medan 52%. (BKKBN, 20 Juni 2011). Meskipun penelitian dilakukan di tempat dan kepada subyek yang berbeda data-data tersebut menunjukkan bahwa perilaku seks

pra-nikah pada remaja memang telah terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data konseling MCR-PKBI Jawa Barat tahun 2001-2006, dari

18084 kasus konsultasi yang diakses melalui berbagai layanan, 980 remaja

melakukan hubungan seksual pra-nikah. Range usia terbanyak dari remaja yang

sering melakukan konsultasi adalah 15-24 tahun dan didominasi oleh perempuan

(MCR-PKBI, 31 Januari 2009). Dari data di atas perempuan yang pernah

melakukan hubungan seksual rentan secara psikologis sehingga mereka akhirnya

melakukan konsultasi pada ahli.

Mendukung data MCR-PKBI Jawa Barat di atas, polling lainya di kota

Bandung dari tahun 2000 sampai 2002 yang dilakukan Lembaga Swadaya

Masyarakat Sahabat Anak Dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) menunjukan

44,8% mahasiswi dari 1.000 orang mahasiswa dan juga remaja kota Bandung

sudah pernah melakukan hubungan intim (seks) pra-nikah (Konseling.Net, 9 Juli

2009). Dan diketahui bahwa tempat yang paling sering mereka gunakan untuk

melakukan hubungan intim antara lain di rumah tempat kos (51,5%), kemudian

menyusul di rumah-rumah pribadi (30%), ada juga di rumah wanitanya (27,3%),

kemudian di hotel atau wisma (11,2%), di taman luas (2,5%), di tempat rekreasi

dan bersantai (2,4%), seks di ruangan kelas di kampus Bandung (1,3%), ada di

dalam mobil goyang (0,4%) dan lain-lain tak diketahui (0,7%) (Konseling.Net, 9

Juli 2009).

(14)

4

bahwa dari 103 responden mayoritas perilaku seksual yang sering dilakukan adalah berpegangan tangan dan menyentuh pasangan (koefisien 0,410). Perilaku seksual pranikah kategori rendah 81,50%, Kategori sedang 15,50%, kategori tinggi 2,9%. penelitian ini menunjukan di kalangan Mahasiswa perilaku seksual pra-nikah sudah mencapai kategori hubungan seksual kategori tinggi.

Perilaku seksual pra-nikah ini memiliki dampak fisik maupun psikologis. Dampak fisik terutama pada wanita menempatkan mereka pada resiko kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan atau menderita HIV/AIDS dan Penyakit

Menular Seksual (Setia, 1994). Dampak psikologis terutama dampak psiko-sosial

sangat berkaitan erat dengan budaya yang berlaku di Indonesia.

Survey yang dilakukan IYARH (2007) mengenai sikap pemuda pria dan

wanita terhadap sebayanya yang sejenis dan berlawanan jenis, yang melakukan

hubungan seksual pra-nikah menghasilkan penolakan sekitar 97,05% jika

dilakukan wanita dan sekitar 95,25% jika dilakukan pria. Survey tentang sikap ini

diperkuat oleh Boyke D. Nugraha mengatakan kultur masyarakat Indonesia kata “seks” hampir selalu berkonotasi negatif. Begitu mendengar kata seks yang terbayang adalah aktivitas yang terkait dengan hubungan kelamin dan bagi

sebagian orang seks masih dianggap tabu (BKKBN, 2001).

Berhubungan dengan stigma masyarakat tentang seks, keperawanan juga

mendapatkan perhatian yang besar didalamnya. Indonesia memiliki penghargaan

yang tinggi terhadap keperawanan baik oleh wanita maupun pria (IYARHS,

2008). Gambaran bahwa Indonesia memiliki citra keperawanan wanita timur yang

berarti keperawanan adalah sesuatu yang agung dan sakral ditunjukkan juga oleh

survey IYARH (2007) yaitu hampir semua (98-99 persen) remaja wanita dan

remaja pria mengatakan bahwa sangat penting bagi seorang wanita untuk menjaga

keperawanannya (IYARH, 2008).

Hal ini juga berhubungan dengan pemikiran bahwa kaum pria menghargai

istri yang masih perawan kelak cukup tinggi di Indonesia yaitu 73% dari 8.481

responden remaja wanita dan 89% dari 10.830 responden remaja pria. Dari hasil

survey diatas dapat disimpulkan bahwa keperawanan juga bisa dijadikan tolak

(15)

masyarakat bahwa perempuan yang tak perawan adalah perempuan yang tidak

berharga lagi mengakibatkan banyak perempuan yang sudah tidak perawan

khawatir akan masa depan takut tak ada yang bersedia menikahi atau akan

diremehkan suami kelak (Damanik,2006).

Wanita yang sudah melakukan hubungan seksual pra-nikah dapat

menimbulkan perasaan takut untuk memutuskan hubungan dengan pasangannya

sehingga kecenderungan bergantung pada pasangannya. Hal ini berhubungan

dengan timbulnya perasaan takut, berdosa, menyesal terutama pada saat

melakukan pertama kali. Pada wanita perasaan-perasaan ini bahkan dapat terbawa

hingga individu menikah yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri

individu tersebut misalnya merasa terpaksa menikah, merasa tidak utuh karena

keperawanannya sudah hilang, dan lain-lain (Kristiani, 2003).

Menurut Imran (1999) faktor-faktor kepribadian seperti self -esteem, kontrol diri, tanggung jawab, tolerance for stress, coping stress, kemampuan membuat keputusan, nilai-nilai yg dimilikinya, memiliki pengaruh dalam cara penyaluran dorongan seksual pada individu. Individu yang memiliki self-esteem positif, mampu mengelola dorongan dan kebutuhannnya secara adekuat, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku sebelum mengambil keputusan, mampu mengikatkan diri pada teman sebaya secara sehat proporsional, cenderung dapat mencari penyaluran dorongan sekualnya secara sehat dan bertanggungjawab. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Soetjiningsih (2008) bahwa remaja SMA di Yogyakarta yang memiliki self-esteem rendah cenderung mudah dipengaruhi hal negatif oleh teman-temannya untuk melakukan hubungan seksual pra-nikah. Oleh karena itu

self-esteem memliliki pengaruh secara tidak langsung akibat tekanan dari sebaya.

Berdasarkan wawancara secara informal terhadap beberapa wanita dewasa

muda yang telah melakukan hubungan seksual pra-nikah mereka merasa minder

dan menyesal telah melakukannnya meskipun mereka merasa mendapatkan hal

yang selama ini kurang mereka dapatkan dari orang tua mereka yaitu perhatian

dan pengertian yang lebih mendalam terhadap kebutuhan penghargaan,

(16)

6

Untuk mengobati rasa penyesalan dan berdosa itu, ada yang memilih

untuk menghentikan aktifitas hubungan seksualnya selain untuk mencegah

dampak yang lebih parah yaitu kehamilan yang tidak diinginkan yang biasanya

berlanjut pada tindakan aborsi, ada pula yang akhirnya pasrah dan menjadi sangat

bergantung pada pasangannya agar hubungan berpacarannya bertahan lama

dengan harapan untuk dinikahi oleh pasangannya itu.

Meskipun banyak hubungan seksual pra-nikah yang dilakukan suka sama

suka namun wanita dan pria dapat merasakan dan memaknai pengalaman tersebut

secara berbeda. Seperti pada wanita yang termasuk kelompok konservatif

menunjukan dirinya yang telah melakukan hubungan seksual pra-nikah sebagai

diri yang memiliki self-esteem rendah yang membuat mereka mudah berputus asa

terhadap segala hal yang berhubungan dengan kasih sayang dan penerimaan dari

pria (Bob & Margaret, 1978).

Ivey dan Bardwick (1968) melaporkan juga bahwa motivasi wanita untuk

melakukan kegiatan seksual adalah sebagai upaya untuk menyenangkan

pasangannya dan untuk meningkatkan perasaan aman dalam hubungannya tepat

saat mereka merasa submissive, dependent, dan self-esteem rendah (Blood, 1978).

Paul dan Hayes pada Journal of Sex Research 37: 76–88 (2002)

menemukan pada penelitiannya mengenai perilaku seksual pada mahasiwa bahwa pengalaman kencan tanpa komitmen (hook up) yang buruk pada wanita sering memunculkan perasaan tertekan ketika memasuki tingkat tertinggi dari perilaku seksual. Selanjutnya, perasaan tertekan ini lebih menekan pada wanita ketika mereka terlalu dimabukan pada cumbuan yang tidak diharapkan. Penelitian ini menunjukan wanita memiliki beban tersendiri untuk berperilaku seksual pra-nikah terutama hubungannya dengan perasaaan bersalah dan ketertekanan psikologis. Penelitian ini dikuatkan oleh Penelitian Eshbaugh pada Journal of Social

Psychology, 148(1), 77-89 (2008) menunjukan bahwa wanita rentan merasa

menyesal setelah berhubungan seksual.

Eshbaugh (2008) meneliti kencan tanpa komitmen berpacaran (hooking

up) sebagai prediktor dari penyesalan seksual pada 152 mahasiswa wanita yang

(17)

yang menjadi faktor penyebab penyesalan: (a) berhubungan seksual hanya sekali atau sesekali dengan seseorang dan (b) berhubungan seksual dengan seseorang yang baru dikenal kurang dari 24 jam. Kencan singkat tanpa adanya intercourse tidak siginifikan berhubungan dengan penyesalan, hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa wanita kemunngkinan meremehkan resiko kesehatan yang berhubungan dengan oral seks. Meskipun kencan singkat menjadi hal yang biasa bagi kehidupan mahasiswa, hasil penelitian menguatkan bahwa hooking up beresiko bagi wanita. Penelitian di Amerika Serikat di atas menunjukan meskipun negara barat menganut seks bebas namun pada wanita, hubungan seksual pra-nikah tetap menjadi sumber kecemasan pribadi yang diakibatkan perasaan tertekan dan penyesalan.

Pengalaman perasaan tertekan dan penyesalan biasanya akan terbawa oleh

individu pada fase perkembangan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Said (2006) di kelurahan Cibabat kota Cimahi Jawa Barat

menunjukan bahwa self-esteem remaja putri yang menikah karena seks pra-nikah

berkorelasi positif cukup tinggi (rs = 0.675) antara penyesuaian diri dengan

lingkungan sosialnya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa individu

dengan self-esteem tinggi akan mudah beradaptasi dengan lingkungan sosialnya

dari pada yang berself-esteem rendah meskipun mereka pernah melakukan

hubungan seksual pra-nikah.

Berdasarkan uraian di atas, fenomena hubungan seksual pra-nikah sangat

menarik untuk ditelaah kembali terutama berkaitan dengan self-esteem para

pelakunya. Untuk itu, penelitian ini akan meneliti bagaimana self-esteem wanita

dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

B. Fokus Penelitian

Hubungan seksual pra-nikah merupakan perilaku yang masih sensitif

untuk diperbincangkan secara terbuka bagi masyarakat secara umum. Subjek

sexual intercourse sangat sensitif diantara dewasa muda yang belum menikah.

Berbeda dengan wanita dewasa muda yang pernah menikah, mereka lebih terbuka

(18)

8

penelitian ini bermaksud meneliti self-esteem wanita dewasa muda yang pernah

melakukan hubungan seksual pra-nikah karena self-esteem adalah suatu pengalaman untuk menjadi kompeten dalam mengatasi tantangan yang mendasar dalam hidup dan menjadi berarti dalam kebahagiaan (Branden, 1992). Self-esteem diekspresikan pada sikap menerima atau menolak dirinya dan mengindikasikan sejauh mana orang tersebut mempercayai, kemampuannya, keberartiannya, kesuksesannya, dan keberhargaan dirinya (Coopersmith, 1967). Penelitian ini akan dilakukan pada dua orang wanita dewasa muda di Bandung.

Subjek penelitian ini difokuskan pada dua orang wanita yang temasuk usia dewasa muda dan pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah. Papalia, Olds, dan Feldman dalam Dariyo (2008) menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara usia 20-40 tahun. Menurut Erickson (Papalia, 1998), salah satu tugas perkembangan individu pada masa ini adalah membangun hubungan yang intim dengan orang lain. Hubungan pacaran termasuk dalam salah satu jenis hubungan yang romantis tersebut yang biasanya merupakan gerbang menuju perilaku hubungan seksual pra-nikah.

C. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah?

2. Mengapa wanita dewasa muda tersebut pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah?

(19)

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik

mengenai self-esteem wanita dewasa muda yang melakukan hubungan seksual

pra-nikah. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami self-esteem wanita dewasa muda yang

pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

2. Untuk mengetahui dan memahami alasan-alasan mengapa wanita dewasa muda tersebut pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

3. Untuk mengetahui dan memahami faktor apa saja yang mempengaruhi

self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan

seksual pra-nikah.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat

teoritis maupun bersifat praktis. Adapun manfaat yang dimaksud peneliti adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan ilmiah dalam usaha memperoleh pemahaman,

mengembangkan teori, dan menguji secara metodologik mengenai

self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual

pra-nikah.

b. Mengembangkan penelitian dalam bidang Psikologi Perkembangan,

khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan pengaruh perilaku seks

pra-nikah kepada self-esteem pada dewasa muda.

2. Manfaat praktis

a. Bagi praktisi, profesional dan relawan dibidang perilaku dewasa muda

diharapkan penelitian ini dapat memberi tambahan referensi untuk

dijadikan acuan dalam pengadaan program pencegahan maupun

(20)

10

b. Bagi Peneliti lainnya, mampu menjadikan hasil penelitian ini sebagai

acuan dalam mengembangkan penelitian-penelitian baru.

c. Bagi Subjek penelitian diharapkan penelitian ini dapat membantu untuk

lebih memahami dirinya agar dapat mengembangkan diri secara optimal.

d. Bagi lingkungan sosial di mana terdapat wanita dewasa muda agar dapat

memahami wanita dewasa muda dan problematikanya terutama

mengenai self-esteem dan hubungan seksual pra-nikah, hal ini dapat

dijadikan upaya prefentif maupun intervensi.

F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan rancangan studi kasus dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau subjek yang diteliti (Alsa, 2007). Menurut Smith (Alsa, 2007) desain studi kasus mendeskripsikan dan menganalisa secara lebih intensif terhadap satu unit tunggal atau sistem terbatas (bounded system) seperti seorang individu, suatu program, suatu peristiwa, suatu intervensi, atau suatu komunitas. Penelitian ini memfokuskan kajian pada self-esteem dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

2. Instrumen dan teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2007). Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan bantuan pedoman wawancara semi terstruktur dan alat bantu dokumentasi berupa catatan juga alat perekam suara (voice recorder).

3. Teknik analisis data

(21)

data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:

(Sumber: Sugiyono, 2007)

Data reduction adalah data yang dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,

difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Data display adalah penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Conclusion drawing/verification adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2007).

4. Pengujian keabsahan data

Untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini dapat dilakukan beberapa cara, antara lain:

a. Melakukan member check, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada subjek yang diteliti. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh subjek yang diteliti (Sugiyono, 2007).

Data Collection Data display

Data Reduction

(22)

12

b. Pertanyaan dalam wawancara divalidasi terlebih dahulu dengan menggunakan expert judgment (Azwar, 2004).

c. Memperpanjang waktu penelitian jika data yang diperoleh dianggap kurang menggali fokus penelitian. Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data (Sugiyono, 2007).

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di Bandung. Pemilihan subjek berdasarkan

purpossive sampling. Inisial subjek adalah P dan M. Subjek pada penelitian ini

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objeknya, tidak untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk membuat generalisasi, melainkan ekstrapolasi (Suryabrata dalam Alsa, 2004). Jenis penelitian kualitatif yang menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dan pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik atau utuh. Penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada alasan bahwa penelitian kualitatif bersifat mendasar dan naturalis sehingga dapat memperoleh deskripsi hasil penelitian yang sesuai dengan data lapangan.

Desain penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian dengan rancangan studi kasus dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau subjek yang diteliti (Alsa, 2007). Menurut Smith desain studi kasus mendeskripsikan dan menganalisa secara lebih intensif terhadap satu unit tunggal atau sistem terbatas (bounded

system) seperti seorang individu, suatu program, suatu peristiwa, suatu intervensi,

atau suatu komunitas (Alsa, 2007).

(24)

40

Penelitian ini memfokuskan kajian pada self-esteem wanita muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah. Studi kasus dipilih karena peneliti ingin memperoleh gambaran secara mendalam mengenai self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

B. Definisi Operasional

Self-esteem merupakan suatu penilaian diri seseorang terhadap dirinya,

seseorang dapat menyimpulkan dirinya sebagai seseorang yang bernilai positif atau negatif sebagai hasil internalisasi dari nilai sosial dan keinginan pribadi individu.

Self-esteem ini diungkap melalui wawancara dengan subjek penelitian

dirumuskan berdasarkan pedoman wawancara semi terstruktur yang dirumuskan berdasarkan variabel khusus dari self-esteem yang diusulkan Coopersmith (1967: 242) bahwa self-esteem dikelompokan berdasarkan konsep keberhasilan, nilai-nilai, aspirasi dan pertahanan.

Hubungan seksual pra-nikah adalah aktifitas seksual yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita sebelum menikah. Hubungan seksual pra-nikah dalam penelitian ini dikhususkan pada hubungan seksual yang masih aktif dilakukan semasa subjek berkuliah.

C. Subjek Penelitian

(25)

ibu, subjek mengakui pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah dengan pacarnya kurang lebih dua tahun yang lalu dan berhenti dengan alasan bertaubat sekitar sejak satu tahun yang lalu.

D. Metode Pemilihan Subjek

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2007).

Pertimbangan peneliti menggunakan purposive sampling untuk pemilihan subjek pada penelitian ini, dengan mengkhususkan pada subjek yang mengalami fenomena yang diteliti yaitu bahwa subjek merupakan orang yang dianggap dapat memberikan informasi secara valid mengenai self-esteem yang dimiliki wanita dewasa awal yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan kriteria untuk pemilihan subjek sebagai berikut:

1. Wanita lajang berusia 20-40 tahun (rentang usia dewasa muda menurut Papalia, Olds, & Feldman)

2. Pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah dan kemungkinan masih aktif hingga saat ini.

3. Berstatus mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia.

Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah dua orang wanita dewasa awal yang diketahui oleh peneliti berdasarkan pengakuan subjek sendiri bahwa subjek pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

E. Pengumpulan Data

(26)

42

peneliti akan mengembangkan pedoman wawancara semi terstruktur. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Yin (2006: 12) menegaskan kekuatan yang unik dari studi kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti, dokumen, peralatan wawancara, dan observasi. Di bantu pedoman wawancara semi terstruktur dan alat bantu dokumentasi berupa alat perekam suara (voice recorder) juga catatan.

Wawancara dalam penelitian ini sifatnya terbuka dan tidak terbatas serta dalam bentuk dialog teratur pada subjek penelitian. Dengan demikian diharapkan diperoleh informasi yang lengkap, akurat, objektif, dan relevan dengan masalah penelitian.

F. Teknis Analisis Data

Berdasarkan Miles dan Huberman (1984), analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion

drawing/verification). Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar

berikut:

(Sumber: Sugiyono, 2007)

Data reduction adalah data yang dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,

difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

Data Collection Data display

Data Reduction

(27)

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Data display adalah penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Tahap ini melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian, yang kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan karakteristik dewasa muda yang pernah melakukan hubunhgan seksual pra-nikah. Tujuan dibuatnya display data adalah untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data serta menghindari terjadinya penumpukan data. Penyajian data yang terstruktur atau terorganisir dengan baik juga diperlukan guna memudahkan dalam penarikan kesimpulan mengenai

self-esteem wanita muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

Conclusion drawing/verification adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Miles & Huberman, 1984). Mengambil kesimpulan dan verifikasi adalah kegiatan akhir yang dilakukan dalam menganalisis data yang mengacu pada permasalahan yang diteliti. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat kembali data untuk menemukan makna dari data yang sudah dianalisis dan untuk menemukan implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Verifikasi dilakukan dengan membaca ulang data berkali-kali untuk melakukan cross-check atau menguji kebenaran kesimpulan yang telah dibuat. Dengan kata lain, kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari kembali data-data yang telah terkumpul selama penelitian dilakukan.

G. Pengujian Keabsahan Data

(28)

44

1. Ketekunan pengamatan dalam penelitian sangatlah penting untuk meningkatkan perolehan keabsahan data. Selama melakukan observasi, apapun yang berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik, setting ruangan, dan berbagai perilaku yang ditunjukkan subjek selama melakukan aktivitas dicatat dan didokumentasikan oleh peneliti (Sugiyono, 2007).

2. Melakukan member check. Member check dilakukan dengan meminta pendapat responden untuk menilai kebenaran data, tafsiran serta kesimpulan terhadap data yang telah terkumpul dan setelah dituangkan dalam bentuk laporan selanjutnya dikonfirmasikan kepada responden yang bersangkutan untuk diminta koreksi, dan klarifikasi atas informasi yang telah ia berikan untuk memastikan apakah telah sesuai dengan apa yang diucapkan atau dijelaskan. Apabila terjadi kekeliruan atau keberatan atas informasi yang ia berikan atau tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkannya, maka responden dapat memberikan perbaikan atau melengkapi informasi yang dirasakannya kurang lengkap (Sugiyono, 2007).

3. Pertanyaan dalam wawancara divalidasi terlebih dahulu dengan menggunakan expert judgment oleh Hani Yulindrsari S.Psi, M.Gendst dan M.Ariez Musthafa M.Si.

4. Comprehensive data treatment, yaitu penyesuaian keabsahan data dengan

cara menginterpretasikan berulang hingga diperoleh kesimpulan yang kokoh (Silverman, 2005).

5. Constant comparative method, yaitu melakukan perbandingan secara

konstan antara data-data lainnya dalam penelitian (Silverman, 2005). 6. Melakukan auditing untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data.

(29)

Rencana Pedoman Wawancara

Self-Esteem Wanita Dewasa Muda yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual

Pra-nikah 1. Riwayat Keluarga

a. Tolong ceritakan bagaimana keluarga Anda? b. Bagaimana hubungan Anda dengan ayah Anda? c. Bagaimana hubungan Anda dengan ibu Anda?

d. Bagaimana cara orang tua Anda membuat Anda bahagia? e. Bagaimana hubungan Anda dengan saudara-saudara Anda?

f. Bagaimana cara keluarga Anda mencintai/menghargai/peduli pada Anda? g. Bagaimana Anda diajarkan tentang nilai-nilai kehidupan?

2. Riwayat Pendidikan

a. Tolong gambarkan tentang prestasi Anda sewaktu TK/ SD/ SMP/ SMA/ Kuliah/ Bekerja ?

b. Bagaimana penilaian teman-teman sekolah/ kuliah ketika sebelum dan sesudah Anda pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah?

3. Riwayat Pacaran

a. Tolong ceritakan gambaran masa pacaran Anda dari yang pertama kali hingga yang sekarang?

b. Tolong ceritakan bagaimana anda bisa memutuskan untuk melakukan hubungan seksual pra-nikah?

c. Bagaimana hubungan Anda dengan pacar Anda sekarang?

4. Rencana Pertanyaan Mengenai Variabel Khusus dari Self-Ssteem yang diusulkan Coopersmith (1967: 242)

SIKAP

Pertanyaan

Dimensi Subdimensi Indikator

a. Success (keberhasilan)

Power (kekuasaan)

A.Pengakuan dan penghormatan

(30)

46

dari orang lain Anda memperlakukan

Anda dulu dan sekarang

(31)

Competence

b. Value (nilai) a. Memiliki standar

(32)

174

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan mengenai

self-esteem dua wanita dewasa muda yan pernah melakukan hubungan seksual

pra-nikah di Universitas Pendidikan Indonesia, diperoleh bahwa:

1. Gambaran self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

Penelitian ini menunjukan bahwa self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah pada dasarnya rendah, hal ini disebabkan kedua subjek menginternalisasi penilaian sosial yaitu wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah kurang dihargai dalam masyarakat, meskipun pada kedua subjek terdapat perbedaan dalam merespon devaluasi yang dilakukan diri mereka. Hal ini juga bergantung pada global esteem yang masing-masing subjek miliki. Untuk M yang memiliki global esteem tinggi devaluasi terhadap dirinya hanya akan menurunkan self-esteem sesaat atau hanya dalam kondisi tertentu dan akhirnya M memutuskan untuk berhenti dari aktifitas berhubungan seksual pra-nikah untuk mempertahankan self-esteem dirinya dan menghindari dampak yang sangat ingin dihindari adalah hamil sebelum pernikahan yang akan mengurangi self-esteem dirinya.

Sedangkan pada P yang memiliki global esteem rendah devaluasi terhadap dirinya sangat berarti dan menjadi trauma pada diri P yang akan berdampak pada pemilihan masa depan P seperti tidak dapat menolak permintaan pacar yang sering ingin berhubungan seksual dan P merasa kurang layak untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik dari pada sekarang karena dirinya sudah pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

(33)

Alasan kedua subjek pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah memiliki pola yang sama yaitu mereka terbawa suasana dan tidak dapat menahan dorongan hasrat seksual mereka ketika sedang bersama pacar pada tempat-tempat yang memungkinkan mereka berhubungan seksual. Perbedaan subjek M dan P adalah subjek M yang merasa dirinya pesimis dapat mempertahankan keperawanannya hingga pernikahan karena sudah terlanjur berperilaku seksual hingga tingkat yang tinggi akhirnya meminta pada pacar untuk melakukan hubungan seksual pra-nikah, sedangkan P pada awalnya merasa terpaksa melakukan hubungan seksual karena dirinya takut ditinggalkan pacar yang merupakan sumber utama afeksi pada saat itu.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah.

Faktor yang mempengaruhi self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah adalah self-image dalam interaksi heteroseksual yang dimiliki subjek sebelum pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah, religiusitas dan norma yang dianut oleh subjek, dan dukungan dari orang –orang terdekat terutama pacar subjek.

Nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat Indonesia mengenai perilaku seksual pra-nikah yang negatif dan masih berartinya keperawanan wanita yang belum pernah menikah menurunkan harga diri kedua subjek sehingga M dan P tidak berani menunjukan diri apa adanya di hadapan lingkungan sosialnya masing-masing sehingga hal tersebut menjadi beban yang apabila kemampuan pertahanan dirinya lemah seperti P mengantarkan kedalam kecemasan dan gejala depresi hingga percobaan bunuh diri terkait penilaian dirinya mengenai wanita yang belum menikah dan sudah tidak perawan bukanlagi wanita yang berharga. Meskipun pertahanan diri M termasuk cukup baik namun dirinya tetap tidak dapat menghilangkan kecemasan-kecemasan dari rasa takut diketahui perilaku seksual pra-nikahnya dan status dirinya yang sudah tidak perawan.

Self-image positif M yang baik secara fisik maupun psikologis

(34)

176

memberikan pengalaman kesuksesan bagi M dalam interaksi heteroseksual dengan lawan jenis yang membuat M merasa pantas untuk dihargai lawan jenisnya dan cenderung lebih sedikit merasa khawatir akan mendapat penolakan dari lawan jenis meskipun dirinya sudah pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah. Sedangkan self-image P tidak konsisten secara fisik P lebih merasa puas pada saat dirinya pernah berhubungan seksual pra-nikah karena proporsi tubuhnya menjadi lebih langsing akibat stress yang dialaminya sedangkan secara psikologis P merasa kurang puas karena dirinya menjadi sangat ketergantungan pada sosok pacar.

Religiusitas P yang masih tetap beribadah pada Tuhan dan tetap memohon pertolongan Tuhan menguatkan P dalam menjalani hari-hari yang penuh kecemasan karena self-esteem yang rendah akibat P memiliki nilai moral yang tinggi yang telah dilanggarnya. Sedangkan M pernah merasa rendah diri dalam melaksanakan kewajiban agama yang dianutnya karena meyakini ibadahnya akan mendapat penolakan dari Tuhan akibat dirinya pernah melakukan hubungan seksual pranikah, namum kepercayaan dirinya bangkit untuk beribadah secara total pada Tuhan setelah dirinya memutuskan untuk berhenti dari aktifitas berhubungan seksual pra-nikah dan memutuskan untuk berhijab.

Dukungan dari orang-orang terdekat sangat mempengaruhi self-esteem wanita dewasa muda yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah terutama bagaimana cara pasangan mereka memperlakukan dan menghargai subjek terlihat pada M dengan pasangan yang menghargai dan mencintai M membuat self-evauation dirinya menjadi sangat positif sehingga self-esteem M menjadi tinggi sedangkan pada P pacar yang tidak dewasa dan kurang menghargai P membuat P semakin menilai dirinya menjadi rendah sehingga self-esteem P menjadi rendah.

Dukungan keluarga dan sahabat pun berkontribusi dalam pemulihan

self-esteem dari subjek terutama penerimaan ketika keluarga atau sahabat mengetahui

(35)

keluarga menguatkan perasaan bahwa dirinya berarti bagi orang lain ini menjadi salah satu sumber self-esteem M begitu pula dukungan sahabat yang menerima M apa adanya meskipun sudah mengaku dirinya pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah membuat dirinya tetap merasa berharga. Sedangkan P mendapat penerimaan dari keluarga yang mengetahui kondisi P yang pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah sehingga P yang sebelumnya kurang merasa berarti bagi keluarga menajdi tersadar bahwa dirinya berarti bagi keluarga dan tetap diterima dalam kondisi seperti sekarang.

B. REKOMENDASI

Dari penelitian yang dilakukan, beberapa hal yang perlu direkomendasikan adalah:

1. Bagi wanita dewasa muda tersebut pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah, untuk mengembalikan self-esteem yang sempat rendah direkomendasikan untuk segera menghentikan dan menunda kembali aktifitas berhubungan seksual hingga hubungan dengan pacar telah resmi menjadi suami istri untuk menghindari dampak yang lebih buruk terutama kehamilan yang tidak diinginkan dengan cara lebih asertif dan komunikatif pada pacar. Apabila pacar tidak mendukung upaya untuk mengembalikan self-esteem yang sempat rendah sebaiknya tinggalkan hubungan yang tidak sehat itu dan yakinlah Tuhan akan memberikan jodoh yang lebih baik.

2. Bagi orang tua, hendaknya lebih memperhatikan putrinya meskipun sudah memasuki usia dewasa muda karena dukungan dan perhatian yang cukup dari keluarga akan menjauhkan mereka dari perilaku berhubungan seksual pra-nikah dan jika memungkinkan menawarkan atau menyarankan perpra-nikahan meskipun masih menempuh pendidikan tinggi.

(36)

178

melanggar norma ini lebih banyak dilakukan oleh orang yang kurang beraktifitas yang lebih bermanfaat dan bagi mereka yang terlanjur pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah agar dapat menyadari kesalahannya dan dapat menghentikan perilaku tersebut hingga memiliki komitmen pernikahan kelak sebagai upaya rehabilitasi evaluasi diri untuk meningkatkan harga diri mereka dengan cara bertaubat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, direkomendasikan untuk melakukan penelitian pada pasangan pelaku hubungan seksual pra-nikah agar mendapatkan pemahaman yang lebih kaya mengenai dinamika psikologis pelaku hubungan seksual pra-nikah, dan menggunakan teknik pengambilan data yang lebih komprehensif dengan menambahkan teknik observasi keseharian subjek.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya

dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aseon (2009). Pendidikan Seks Bagi Remaja.[online]. Tersedia: (http://aseon7.blogspot.com/2009/06/pendidikan-sesk-bagi-remaja.html) [16 Januari 2010]

Asrori, Adib (2009). Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya, 13/04/2009). Tersedia: (http://netsains.com/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/ ) [24 Mei 2010]

Atwater, E. 1983. Psychology of Adjustment. London: International Inc. Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik (BPS)-Statistics Indonesia and Macro International. 2008.

Indonesia Young AdultReproductive Health Survey 2007. Calverton,

Maryland, USA: BPS and Macro International. Tersedia: (www.measuredhs.com/pubs/pdf/FR219/FR219.pdf-) [27 September 2010]

Blood, Bob& Margaret (1978). Marriage. New York. The Free Press.

Branden, Nathaniel. (1992). The Power of Self Esteem. [online]. Tersedia: (www.nathanielbranden.com/ our urgent need 4 self esteem) [27 September 2010]

BKKBN (2006). Tiap Tahun 15 Juta Remaja Melahirkan. [online]. Tersedia: (http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=519) [24 Mei 2010]

BKKBN (2006). Rubrik: Anak Indonesia Rentan Pornografi. [online]. Tersedia: (http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=520) [24 Mei 2010]

BKKBN (2007). Rubrik: TV dan Internet Beri Andil Meledaknya Angka Seks

Pra-nikah. [online]. Tersedia:

(http://www.bkkbn.go.id/Webs/DetailRubrik.php?MyID=521) [24 Mei 2010]

BKKBN. (2009). Mahasiswa Belum Banyak Tahu Dampak Seks Pra-nikah.

[online]. Tersedia:

(38)

BKKBN. (2011). MEMBANGUN REMAJA JAWA BARAT YANG BEBAS DARI MASALAH SEKSUALITAS, NAPZA DAN HIV/AIDS [online]. Tersedia: ( http://jabar.bkkbn.go.id/rubrik/589/) [1 Agustus 2011]

Bungin, Burhan. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman

Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Burns, R.B., (1998). Konsep Diri. Jakarta. Arcan.

Bogle, Kathleen A (2007). The Shift from Dating to Hooking up in College: What

Scholars Have Missed. Sociology Compass ½ :775-788. The Author

Journal Compilation 2007. Blackwell Publishing Ltd. [online]. Tersedia: (http://people.stfx.ca/x2009/x2009hgp/Sociology%20Article%203.pdf) [9 Juni 2013]

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Coopersmith, Stanley (1967). The Antecedent of Self-Esteem. USA. W.H. Freeman Company.

Crooks, Robert, and Karla Baur. (1983). Our Sexuality. Cetakan kedua. California: The Benjamin Company.

Damanik, Fritz H.S. (2006). Menguak Makna Keperawanan Bagi Siswi SMA

(Sekolah Menengah Atas), HARMONI SOSIAL VOL1, [online)].

Tersedia:

(http://usupress.usu.ac.id/files/Harmoni%20Sosial%20Vol_%201%20No_ %201%20September%202006.pdf) [11 Desember 2009]

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dariyo, Agoes. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Duvall, E.M, & Bret, C.M. (1985). Marriage And Family Development. New York: Harper.

(39)

Gesell, Arnold. The First Five Years of Life, New York : Harper & Brother Publishers, (1940).p. 28.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hidayati, Faolia Arina (2009). Hubungan Antara Self Esteem dengan Perilaku

Asertif Siswa Kelas X di SMAN 3 Malang. Skripsi, Jurusan Bimbingan

Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

Imran, I. (1999). Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, bekerja sama dengan UNFPA.

Indomedia.com. (2004) MUI: Hentikan Pemutaran BCG. [online]. Tersedia: (http://www.indomedia.com/sripo/2004/08/15/1508uta4.html) [27 September 2010]

Indonesia, Universitas Pendidikan. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Info, Seksehat. (2009). 50% Remaja Indonesia Melakukan Seks Pra Nikah. [online]. Tersedia: (http://www.seksehat.info/lifestyle/penyimpangan-seksual/50-remaja-indonesia-melakukan-seks-pra-nikah.html) [24 Mei 2010]

Konseling.Net (2009). 51,5% Mahasiswi Bandung Melakukan Hubungan Seks di

Rumah Kost. Konseling.Net [online]. Tersedia:

(www.konseling.net/berita-hot/bandung-seks-kos.htm) [16 Desember 2009]

Kristiani, Inda (2003). Hubungan Antara Penilaian Terhadap Perilaku Seksual

Pra-nikah dengan Perilaku Seks Pra-nikah pada Mahasiswa. Skripsi.

Fakultas Psikologi. Universitas Negeri Padjadjaran.

Luthfie (2008). Remaja dan Seks Bebas. [online]. Tersedia: www.bkkbn.co.id. [7 Desember 2009]

MCR-PKBI (2009). SITUASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI

JAWA BARAT. [online]. Tersedia:

(http://mcrpkbi.wordpress.com/2009/01/31/situasi-kesehatan-reproduksi-remaja-di-jawa-barat-2/) [16 Desember 2010]

Maryufani, Fathiyyah (2010). Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Akhir

(Survey Terhadap Mahasiswa Psikologi UPI Bandung). Skripsi. Fakultas

Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

(40)

NN (2007). Seks Bebas Remaja Indonesia Merajalela, [online]. Tersedia: (http://workshopsalamaa.wordpress.com/2007/04/11/seks-bebas-remaja-indonesia-merajalela/). [7 Desember 2009]

NN (2008). Definisi Pacaran, [online]. Tersedia: (http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/1pacar.pdf). [7 Desember 2009]

Olson, D.H., & DeFrain, J. (2003). Marriage and Family: Intimacy, Diversity,

and Strengths (4th ed). USA: McGraw Hill.

Papalia, D.E., Stern, H.L., Fieldman, R.D., & Camp, C.J. (2002). Adult

Development and Aging. USA: McGraw Hill.

Paul, Elizabeth L., Brian McManus and Allison Hayes (2002). ‘Hookups:

Characteristics and Correlates of College Students’ Spontaneous and

Anonymous Sexual Experiences.’ Journal of Sex Research 37: 76–88.

[online]. Tersedia: ( ) [9 Juni 2013]

Pikunas, J. (1976). Human Development. An Emergant Science. Third. Ed., Tokyo : Mc Graw Hill Kogakusha, Ltd.

Psikologi UPI, Jurusan (2007). Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung.

Rauf, Abdul (2008). Dampak Pergaulan Bebas Bagi Remaja. [online]. Tersedia: (http://karyaabdulrauf.blogspot.com/2008/09/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja.html) [24 Mei 2010]

Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Said, Marissa (2006). Hubungan Self-Esteem dan Penyesuaian Diri pada Remaja

Putri Usia 17-19 Tahun yang Menikah karena Seks Pra-nikah di kelurahan Cibabat kota Cimahi. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas

Islam Bandung.

Santrock, John W. (2003). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup

jilid II. (terjemahan oleh Chusairi, Achmad, Damanik, Juda M.S.W). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (1994). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Perss.

(41)

Senandika (2007), Technically Virgin, [online]. Tersedia: (http://nursalam.multiply.com/journal/item/106/senandika_Technically_Vi rgin) [21 Desember 2009]

Savitri, Lucky (2009). Berita Terpopuler: Banyak Remaja Lakukan Seks

Pra-nikah. [online]. Tersedia:

(http://kesehatan.liputan6.com/berita/200908/241128/Banyak.Remaja. Lakukan.Seks.Pra-nikah) [7 Desember 2009]

Soetjiningsih, Christiana Hari (2008). Disertasi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pra-nikah Pada Remaja. [online].

Tersedia: (http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/824_RD0906004.pdf) [21 Desember 2009]

Sugiyono (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet

Winnusa, Juni R. (2006). Hubungan antara Tingkat Personal Commitment dan

Secure Attachment dengan Tingkat Kecenderungan melakukan Seks Pra-nikah Pada Mahasiswa yang Berpacaran di Masa Dewasa Awal. Skripsi.

Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Gambar

gambar berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Pada usia lanjut, mengalami penurunan pada sistem

1) Didapatkannya gambaran pengetahuan ibu hamil tentang HIV-AIDS dan PMT-CT yaitu baik sebanyak 33 responden ( 66%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P =

dalam berbagai macam aplikasi pemanfaatan, yaitu sebagai biosida untuk pertanian maupun industri, sebagai bahan aktif pada cat antifouling, stabilisasi panas dan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2015 telah menjadi bagian dari paket intervensi komperehensif atau yang lebih populer dikenal sebagai penanggulangan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui algoritma yang lebih efisien dalam mengkompresi data diantara algoritma Ternary Comma Code dengan algoritma Levenstein Code.. 1.5

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Zohreh Hajiha dan Neda Sobhani (2012) meneliti tentang ukuran auditor, spesialisasi industri dan audit tenure

Komposisi posisi kerja dari setiap bagian tubuh pada stasiun kerja penjemuran dapat diketahui bahwa untuk bagian tubuh tulang belakang, gerakan yang sering

Kegiatan pembukaan adalah salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan atau menciptakan suasana siap belajar baik secara fisik, mental, emosional,