SADARI PADA SISWI SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI
SKRIPSI
Disusun Oleh:
HANNA AUDILA N1A118122
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI 2022
ii
SADARI PADA SISWI SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
Diajukan Oleh:
Hanna Audila N1A118122
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI 2022
iii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SADARI PADA SISWI SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI
Disusun Oleh:
Hanna Audila NIM. N1A118122
Telah disetujui Dosen Pembimbing Skripsi Pada Tanggal
Pembimbing Substansi
RD Halim, S.KM., M.P.H NIP. 197506131998031007
Pembimbing Metodologi
Marta Butar Butar, S.KM.,M.Epid NIP. 19810092019032007
iv
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SADARI PADA SISWI SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI
Di susun oleh:
Hanna Audila NIM. N1A118122
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Tanggal dan dinyatakan lulus Susunan Tim
Penguji Ketua : RD Halim, S.KM., M.P.H
Sekretaris : Marta Butar Butar, S.KM.,M.Epid Anggota : 1. Dr. Ummi Kalsum, S.KM., M.KM
2. Lia Nurdini S.T., M.KM. Disetujui Disetujui
Pembimbing Substansi
RD Halim, S.KM., M.P.H NIP. 197506131998031007
Pembimbing Metodologi
Marta Butar Butar, S.KM.,M.Epid NIP. 19810092019032007
Diketahui Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Dr. dr. Humaryanto, Sp. OT., M.Kes NIP: 19730209200511001
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
Dr. Guspianto, SKM., M.KM.
NIP: 197308111992031001
v
Telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan penguji Pada tanggal, 2023
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SADARI PADA SISWI SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI
Disusun oleh:
Hanna Audila N1A118122
Ketua
Rd Halim, S.KM., M.PH NIP. 197506131998031007 Sekretaris
Marta Butar Butar, S.KM., M.Epid NIP. 19810092019032007 Penguji Utama
Dr. Ummi Kalsum, S.KM., M.KM NIP. 197503211997032002 Penguji Anggota
Adelina Fitri. S.KM., M.Epid NIP. 199308262019032018
vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hanna Audila
NIM : N1A118122
Jurusan : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi :
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Sadari Pada Siswi Sma Negeri 1 Kota Jambi
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau fikiran saya sendiri, apabila kemudian hari dapat di buktikan bahwa tugas skripsi ini adalah hasil jiplakan maka saya bersedian menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Jambi, 2022
Yang Membuat Pernyataan
Hanna Audila
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim, puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Sadari Pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi” Skripsi ini bertujuan untuk sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Dengan itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Jambi.
2. Prof. Dr. dr. Humaryanto, Sp.OT.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
3. Dr. Guspianto, S.KM., MKM. selaku Kepala Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
4. La Ode Reskiaddin, S.KM., M.P.H., CIQaR. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat .
5. Rd Halim, S.KM., M.P.H dan Marta Butar Butar, S.KM.,M.Epid Selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II atas segala bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini hingga akhirnya saya dapat menyelesaikannya.
6. Dr. Ummi Kalsum, S.KM., MKM, Lia Nurdini S.T., M.K.M. dan Adelina Fitri. S.KM., M.Epid. Selaku dosen penguji I dan II atas segala bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan untuk perbaikan penulisan skripsi ini hingga akhirnya saya dapat menyelesaikannya.
7. Mama, Papa, Kakak-Kakak, Abang-Abang, Ponakan-Ponakan selaku orang tua dan keluarga yang saya cintai serta seluruh keluarga besar yang setiap saat mendoakan, memberikan kasih sayang dan dukungan.
8. Sahabat seperjuangan penulis yaitu Tiwi, Putri, Pamela, Ghina, Tepa, Anggi, Amel, Maura, Dinda, Monika, Lestari yang ikut serta memberikan semangat dan saran yang sangat membatu dalam proses penyelesaian skripsi ini dan semua pengalaman serta pelajaran selama ini kepada penulis.
viii
9. Teman teman sekelas Epidemiologi 2018 yang saling memberikan motivasi serta dukungan satu sama lain dan teman seperjuangan IKM Angkatan 2018 yang sama sama memperjuangkan gelar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karenanya, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jambi, 2023
Hanna Audila
ix DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... xiv
ABSTRACT ... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. 1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1. 2 Perumusan Masalah ... 5
1. 3 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1Tujuan Umum ... 6
1.3.2Tujuan Khusus ... 6
1. 4Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1Telaah Pustaka... 8
2.1.1Kanker Payudara ... 8
2.1.2Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 12
2.1.3Pemerikaan Payudara Klinis (SADANIS)... 18
2.2Kerangka Teori ... 30
2.3Kerangka Konsep ... 31
2.4Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1Jenis dan Rancangan Penelitian ... 32
x
3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
3.3Subjek Penelitian ... 33
3.4Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi ... 34
3.5Cara Pengambilan Sampel ... 34
3.6Definisi Operasional Variabel ... 35
3.7Instrumen Penelitian ... 37
3.8Pengumpulan Data ... 39
3.9Pengolahan dan Analisis Data ... 40
3.10Etika Penelitian ... 43
3.11 Keterbatasan Penelitian ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44
4.2Hasil Penelitian ... 46
4.3Gambaran Umum Karakteristik Responden ... 46
4.4Hasil Analisis Bivariate ... 48
4.5Pembahasan ... 51
4.6Keterbatasan Penelitian ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1Kesimpulan ... 63
5.2Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN ... 70
xi
Tabel 2.1 Klasifikasi Kanker Payudara ... 8
Tabel 2.2 Insiden Kanker Payudara Pada Wanita Tahun 2020 ... 11
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel ... 35
Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 38
Tabel 4. 1 Tabel Jumlah Siswi Perkelas di SMA Negeri 1 Kota Jambi Tahun 2022 44 Tabel 4. 2 Tabel Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Kota Jambi ... 45
Tabel 4. 3 Distribusi Karakteristik Responden Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi Tahun 2022. ... 46
Tabel 4. 4 Distribusi Variabel Determinan Perilaku SADARI Pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi ... 47
Tabel 4. 5 Hasil Analisis Bivariate Faktor Risiko Perilaku SADARI Kurang Baik Pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi ... 49
xii
Gambar 2. 1 Anatomi Organ Payudara ... 15
Gambar 2. 2 Keluhan pada Payudara ... 15
Gambar 2. 3 Langkah 1 SADARI ... 16
Gambar 2. 4 Langkah 2 SADARI ... 16
Gambar 2. 5 Langkah 3 SADARI ... 16
Gambar 2. 6 Langkah 4 SADARI ... 17
Gambar 2. 7 Langkah 5 SADARI ... 17
Gambar 2. 8 Langkah 6 SADARI ... 18
Gambar 2. 9 Langkah 7 SADARI ... 18
Gambar 2. 10 Tampilan Payudara dan Kerutan atau Lekukan pada Payudara ... 20
Gambar 2. 11 Tampilan Payudara Lengan di Atas dan Tangan di Pinggang Membungkuk ... 20
Gambar 2. 12 Tahap Palpasi Payudara ... 21
Gambar 2. 13 Tahap Palpasi Payudara ... 21
Gambar 2. 14 Tahap Palpasi Payudara ... 22
Gambar 3. 1 Kerangka Teori ... 30
Gambar 3. 2 Kerangka Konsep ... 31
Gambar 4.1 Gambar Lokasi Penelitian ... 44
xiii
Lampiran 1 Informed Consent ... 70
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 71
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 77
Lampiran 4 Output Analisis Univariate ... 79
Lampiran 5 Output Analisis Bivariate ... 80
Lampiran 6 Master Tabel ... 84
Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data Awal di SMA Negeri 1 Kota Jambi ... 94
Lampiran 8 Persetujuan Untuk Pengumpulan Data Skripsi ... 95
Lampiran 9 Surat Izin Uji Validitas di SMA Negeri 5 Kota Jambi ... 96
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian... 97
Lampiran 11 Surat Keterangan Bebas Laboratorium... 98
Lampiran 12 Surat Keterangan Bebas Pustaka FKIK ... 99
Lampiran 13 Surat Keterangan Bebas Pustaka Prodi IKM ... 100
Lampiran 14 Rekapitulasi Nilai Sementara ... 101
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian ... 102
xiv
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Hanna Audila
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 12 Agustus 2000 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Bapak : H. Wijaya, S.H
Nama Ibu : Hj. Ernita Marja
Alamat :Jl. Yulius Usman, RT 23, Kelurahan
Pematang Sulur, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, 36129
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 47 Kota Jambi (2006-2012) 2. SMP Negeri 7 Kota Jambi (2012-2015) 3. SMA Negeri 1 Kota Jambi (2015-2018)
RIWAYAT AKTIVITAS ORGANISASI
1. Asia Youth International Model United Nation 2018 (Bangkok, Thailand)
2. Asia World Model United Nation 2019 (Bali, Indonesia) 3. International Model United Nation Internship (2021)
4. Anggota basket SMA Negeri 1 Kota Jambi & Developmental Basketball League of Indonesia (2015-2018)
5. Tim olimpiade Biologi SMP Negeri 7 Kota Jambi (2012-2015)
xv
Background: Breast Self Examination (BSE) is one of secondary prevention of breast cancer, but it has not been effectively implemented in Jambi Province.
This study aims to analyze the relationship between knowledge, attitude, information exposure, family/mother’s support and peer’s group support to BSE behavior of female student in public senior high school 1 Jambi City.
Method: The type of this study is cross sectional. The primary data was collected by distributing questionnaires to 63 female students of public senior high school 1 Jambi City for academic year on 2022 to 2023, which was conducted on 2nd to 6th December 2022. Way of collecting sample is using a propotional stratified random sampling technique. The variabels studied were knowledge, attitudes, information exposure, family/mother’s support and peer’s support to BSE behavior. The data analyzed by chi-square test.
Result: The results of the study found that the proportion of poor BSE behavior is 41,3%. The majority of respondents is having a poor knowledge which is 55,6%. The proportion of respondents who have a negative attitude is 42,9% and as many as 39,7% respondents have never been exposed to BSE information.
There are 46,0% respondents were not supported by the family/mother’s support and there are 34,9% respondents were not supported by the peer’s support. There are realtionships between attitudes (PR 2,133 95%CI 1,156-3,936), information exposure (PR 5,066 95%CI 2,370-10,834), family/mother’s support (PR 2,638 95%CI 1,351-5,152) and peer’s support (PR 2.541 95%CI 1,422-4,541) to BSE behavior of female student at public senior high school 1 Jambi City. There is no relationship between knowledge (PR 0,80 95% 0,44-1,44) regarding to BSE behavior of female student at public senior high school 1 Jambi City.
Conclusion: Negative attitude, never been exposed to BSE information, poor family/mother’s support, and poor peer’s support are affected the BSE behavior of female student at public senior high school 1 Jambi City.
Keywords: Behavior, BSE, Breast Cancer, Teenagers
xvi
Latar belakang: Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pencegahan sekunder kanker payudara, namun belum terlaksana secara efektif di Provinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga/ibu, dan dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
Metode: Jenis penelitian adalah cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan membagikan angket terhadap 63 orang Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi tahun ajaran 2022 s.d 2023, yang dilakukan sejak tanggal 2 Desember 2022 s.d tanggal 6 Desember 2022. Sampel dipilih menggunakan proportional stratified random sampling. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga/ibu, dan dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI. Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil: Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi perilaku SADARI kurang baik pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi adalah 41,3%. Mayoritas responden berpengetahuan kurang baik yakni sebesar 42,9%. Proporsi responden yang memiliki sikap negatif adalah 39,7% dan sebanyak 46,0% responden tidak pernah terpapar informasi SADARI. 34,9% responden tidak didukung oleh keluarga/ibu terkait SADARI. Responden tidak didukung oleh teman sebaya terkait SADARI. Terdapat hubungan antara sikap (PR 2,133 95%CI 1,156- 3,936), keterpaparan informasi (PR 5,066 95%CI 2,370-10,834) dukungan keluarga/ibu (PR 2,638 95%CI 1,351-5,152), dan dukungan teman sebaya (PR 2.541 95%CI 1,422-4,541) dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi (PR 0,80 95%CI 0,44-1,44)
Kesimpulan: Sikap negatif, tidak terpapar informasi, tidak didukung keluarga/ibu, dan tidak didukung teman sebaya berhubungan dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi. Disarankan bagi Siswi memiliki minat untuk mencari informasi terkait praktik SADARI yang baik dan benar serta membuka diri terhadap informasi SADARI yang dapat diperoleh dari keluarga/ibu, teman sebaya, petugas dan pelayanan kesehatan.
Kata Kunci: Perilaku, SADARI, Kanker Payudara, Remaja
1 1. 1 Latar Belakang Penelitian
Kanker payudara merupakan penyakit tidak menular (PTM).
Penyebab kejadian kanker payudara belum ditemukan penyebabnya.
Adanya kerusakan sel-sel pada jaringan payudara yang ditandai dengan berubahnya bentuk fisik dan karakteristik secara genetik pada payudara merupakan indikator awal untuk selanjutnya di diagnosis oleh pakar kesehatan. Meskipun tumor payudara tidak bersifat mengancam jiwa penderitanya, jenis benjolan tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara. Pada setiap benjolan yang ditemukan memerlukan pemeriksaan oleh ahli kesehatan. Hal itu bertujuan untuk menentukkan apakah benjolan tersebut merupakan faktor risiko tumor payudara ataupun kanker payudara dan juga menentukan tindakan pengobatan yang tepat bagi penderitanya 1.
Menurut World Health Organization, pada tahun 2020 ada 2,3 juta wanita yang akan terdiagnosa terkena penyakit kanker payudara dan 685.000 kematian secara global. Sampai dengan akhir pada tahun 2020, ada 7,8 juta wanita yang hidup dan terdiagnosa menderita penyakit kanker payudara dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Angka dan kejadian tersebut lah yang membuat kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita di dunia.
Menurut data Global Cancer Observatory (Globocan), International Agency for Research on Cancer, estimasi angka kejadian (incidence rates) yang didasarkan pada variabel umur dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) pada tahun 2020. Kejadian kanker payudara menempati posisi pertama, dengan persentase 47,8%. Terdapat tiga negara dengan kejadian kanker payudara tertinggi yakni Australia (452,4/100.000) penduduk. Selanjutnya, diikuti oleh New Zealand (422,9/100.000) penduduk. Irlandia menduduk posisi ketiga tertinggi dari kejadian payudara (372,8/100.000) penduduk.
Setidaknya, perseratus ribu penduduk di Indonesia ditemukan 137 kasus kanker di Indonesia (136,2/100.000 penduduk). Angka kejadian kanker tertinggi di Indonesia pada laki-laki ialah kanker paru-paru, sebesar 19,4/100.000 penduduk dengan rata-rata kematiannya adalah 10,9/100.000 penduduk. Sedangkan, angka kejadian kanker tertinggi di Indonesia untuk perempuan adalah kanker payudara yakni sebesar 42,1/100.000 penduduknya dengan rata- rata kematian adalah 17/100.000 penduduk2.
Di Provinsi Jambi, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, angka prevalensi kanker payudara dominan terjadi pada perempuan (2.31/10.586 penduduk) berusia 45-54 tahun (4.63/2.524 penduduk), tingkat pendidikan tamat D1/D2/D3/PT (3.58/1.253 penduduk) dan bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD (3.81/587 penduduk). Total dari prevalensi kanker payudara di Provinsi Jambi adalah 1.32/1000 penduduk.
Pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI ialah teknik skrinning awal yang dapat diterapkan dan dilakukan oleh semua orang, dan diakui efektif dalam mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara4. Tujuan dari metode SADARI adalah guna mendeteksi dini jika terdapat benjolan ataupun tanda-tanda lain yang mencurigakan pada payudara agar dapat melakukan tindakan pengobatan yang tepat secepatnya1.
Berdasarkan riset penyakit tidak menular (PTM) 2016, dari 43.948 partisipan, SADARI merupakan metode yang paling umum diketahui.
Wanita yang mengetahui deteksi dini kanker payudara menggunakan metode SADARI yakni sebanyak 18.507 (78,0%) dan mengetahui deteksi dini kanker payudara metode SADANIS yakni sebanyak 10.420 (43,9%).
SADARI juga merupakan metode yang paling umum dilakukan, yakni 19.090 wanita, sementara SADANIS hanya 1758 partisipan5.
Menurut Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) tahun 2016 mengenai perilaku masyarakat dalam mendeteksi dini kanker payudara mengguanakan metode SADARI dan SADANIS, diketahui tergolong rendah. Sebanyak 46,3% masyarakat merasa pernah melakukan SADARI dan 53,7% lainnya mengaku tidak pernah melakukan SADARI. Pada
metode SADANIS, hanya 4,4% masyarakat pernah melakukan SADANIS, dan 95,6% lainnya mengaku belum pernah melakukan SADANIS5.
Merujuk pada teori Green dalam Notoatmodjo tahun 2014, perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga faktor ini yakni adalah faktor predisposisi (umur, pekerjaan, pengetahuan dan sikap, pendidikan), faktor pemungkin (jarak tempuh ke fasilitas pelayanan kesehatan), dan faktor penguat (dukungan teman sebaya, dukungan keluarga, dan pengaruh dari tokoh-tokoh masyarakat) 6.
Penelitian Shinta Deby Afianty (2019) di SMA Negeri 5 Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa adanya hubungan pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga, persepsi keseriusan, dan persepsi kerentanan terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 5 Kota Pekanbaru52.
Hasil penelitian Selvita Barus (2019) pada Siswi SMA RK Delimurni Bandar Baru menjelaskan bahwa Siswi yang memiliki sikap negatif terhadap SADARI berpeluang 1,716 kali untuk memiliki perilaku SADARI kurang baik (P-value 0,031) dan diketahui pula adanya hubungan yang terbukti signifikan secara statistik antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA RK Delimurni Bandar Baru (2019)43. Penelitian Puspita Sari dkk (2020) di Kelurahan Bram Itam Kiri, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pelaksanaan SADARI8. Dalam penelitian Rini Mustikasari Kurnia Pratama (2021) menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan pengetahuan terhadap kewaspadaan terhadap kanker payudara dengan deteksi dini menggunakan metode SADARI3.
Pada studi pendahuluan di SMA Negeri 8 Banjarmasin dengan populasi siswi 448 orang, menunjukkan bahwa sebesar 70% dari 10 orang yang telah diwawancarai mengakui bahwa ia tidak pernah mengetahui adanya deteksi dini kanker payudara menggunakan metode SADARI, hal ini dikarenakan tidak mendapat atau tidak terpapar informasi kesehatan baik dari praktisi kesehatan maupun orang tua dan teman sebayanya9.
Menurut penelitian Ester Ratnaningsih (2020) di SMA Negeri 16 Kota Semarang, menunjukkan bahwa Siswi yang tidak mendapat dukungan teman sebaya berpeluang 4,875 kali berisiko memiliki perilaku SADARI kurang baik dan Siswi yang tidak mendapatkan dukungan keluarga untuk melakukan SADARI berisiko 2,273 kali memiliki perilaku SADARI yang kurang baik 51.
Penelitian yang dilakukan Rica Tri Seprinora (2018) di SMA Swasta Surya Ibu Kota Jambi dan Andriani (2018) di SMA Negeri 1 Pomala Kabupaten Kolaka menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Swasta Surya Ibu Kota Jambi (P-value 0,002) dan pada SMA Negeri 1 Pomala (PR 5,72).
Dimana, mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang baik 42,44. Program deteksi dini kanker payudara di Provinsi Jambi dengan metode SADARI belum mencapai target. Capaian indikator kinerja utama yakni salah satunya mengenai “Jumlah kabupaten kota melaksanakan deteksi dini kanker” dengan target 8 kabupaten/kota, tidak ada kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini kanker. Sehingga, capaian indikator kinerja ini adalah 0% sedangkan targetnya adalah 80%.
Kegagalan ini disebabkan oleh adanya pandemi COVID 19 yang mempengaruhi keikutsertaan masyarakat untuk dapat melaksanakan deteksi dini kanker ini ke pusat pelayanan kesehatan setempat 10.
Kota Jambi memiliki 12 sekolah menengah atas negeri . Terhitung pada tahun 2022, menurut data yang didapatkan pada saat survei data awal di SMA Negeri 1 Kota Jambi, diketahui jumlah siswi yang ada adalah sebanyak 580 siswi. Hal ini merupakan jumlah yang relatif banyak sebagai populasi berisiko. Diketahui, ada 3 orang mengeluh nyeri pada payudaranya dan 2 orang memiliki riwayat kanker payudara, selanjutnya, belum ada penelitian terkait deteksi dini kanker payudara di sekolah tersebut. Hasil studi pendahuluan dari wawancara 3 orang tersebut diketahui bahwa berperilaku konsumtif dan salah satunya memiliki riwayat penyakit kanker pada keluarga. Memiliki perilaku terlalu konsumtif dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit, seperti; obesitas dan
hipertensi 11 yang mana merupakan faktor risiko utama untuk terkena kanker payudara 12.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diikuti oleh 30 orang responden. Proporsi siswi yang mengetahui adanya tindakan deteksi dini kanker payudara menggunakan SADARI adalah sebesar 46,7% siswi.
Namun, hanya 21,42% yang hanya dapat menjawab pelaksanaan deteksi dini kanker payudara menggunakan SADARI dengan prosedur yang sesuai dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sementara 53,3%
respoden dari total sampel awal keseluruhan tidak mengetahui adanya deteksi dini kanker payudara dengan metode SADARI.
Hasil tersebut harus mendapatkan perhatian yang serius, karena diketahui bahwa program deteksi dini yang dideklarasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019 adalah dilakukan pada khususnya wanita pada usia sedini mungkin. Hal ini berguna untuk memberikan pengobatan yang sesuai dan memperpanjang angka harapan hidup penderita yang didiagnose mengalami gejala kanker payudara2.
Kegiatan pencegahan terhadap kanker payudara dilakukan sedini mungkin, guna mendeteksi gejala dan tanda curiga kanker payudara.
Dikarenakan, pentingnya pencegahan dan deteksi dini kanker, maka, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku SADARI Pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi”.
1. 2 Perumusan Masalah
Kanker payudara menempati urutan pertama penyakit kanker terbanyak dan penyumbang angka kematian dan kesakitan pertama akibat kanker di dunia dan maupun di Indonesia. Angka prevalensinya pun cenderung meningkat dari tahun 2013 sampai dengan 2020. Kanker payudara dapat dicegah sedini mungkin, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Program SADARI terbukti efektif dalam mencegah kanker payudara dan merupakan deteksi dini
kanker payudara yang paling banyak diketahui terutama pada wanita.
Tetapi, program SADARI di Indonesia belum memenuhi target serta perilaku dan persepsi pentingnya SADARI pada masyarakat cenderung kurang baik, terutama pada kalangan usia remaja yakni berusia 15-17 tahun. Berdasarkan konteks bahasan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku SADARI pada siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
1. 3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum melakukan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan perilaku SADARI pada siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menganalisis proporsi tingkat pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga/ibu dan dukungan teman sebaya dan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
2) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
3) Menganalisis hubungan sikap terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
4) Menganalisis hubungan keterpaparan informasi terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
5) Menganalisis hubungan dukungan keluarga/ibu terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
6) Menganalisis hubungan dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
1. 4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan mengembangkan khazanah ilmu epidemiologi penyakit tidak menular khususnya penyakit kanker payudara serta pencegahannya pada siswi sekolah menengah atas, mengetahui tanda-tanda curiga kanker payudara,
memahami tahapan bagaimana melakukan SADARI yang baik dan benar, dapat memberikan masukan kepada instansi pendidik yakni SMA Negeri 1 Kota Jambi dalam pengenalan deteksi dini kanker payudara menggunakan SADARI pada siswinya. Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan guna melengkapi penelitian terkait SADARI pada penelitian sebelumnya pada tingkat Siswi di sekolah menengah atas.
8 2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Kanker Payudara 2.1.1.1 Definisi
Kanker payudara adalah tipe tumor ganas dan berkembang pada sel-sel yang berada di payudara. Sel kanker ini dapat tumbuh, dikarenakan adanya pertumbuhan sel yang tidak biasa (abnormal) pada sel-sel payudara
13. Untuk mengetahui hal tersebut, biasanya diketahui melalui pemeriksaan X-Ray atau dengan cara merasakan benjolan yang dicurigai dan terdapat di sekitar area payudara. Pada umumnya, jenis kanker payudara ini, terjadi pada wanita. Tetapi, tidak menutup kemungkinan, juga dapat terjadi pada pria. Klasifikasi kanker payudara terlampir pada table 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Kanker Payudara
Tingkat Tumor Nodes Metastasis
I <2 cm (-) (-)
II 2-5 cm (-) same side (-)
III >5 cm (+) same side (-)
IV Any side Any nodes (+)
Sumber : Silvia A, Molina et all (2017) 14 Keterangan:
1. Tumor menunjukkan ukuran dari tumor yang didapati dan apakah tumor tersebut telah tumbuh dan menyebar pada jaringan terdekat.
2. Nodes (kelenjar getah bening), menunjukkan adanya sel kanker yang telah menyebar pada kelenjar getah bening.
3. Metastasis menunjukkan bahwa penyabaran sel kanker tersebut telah mencapai suatu organ lain di luar payudara, contohnya; paru-paru.
2.1.1.2 Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Pada beberapa temuan kasus kanker payudara, banyak penderita yang pada umumnya tidak menyadari adanya tanda dan gejala yang dirasakan merujuk kepada kanker payudara. Menurut data telusur Rumah Sakit Kanker Nasional Dharmais, 85% penderita datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan telah memasuki stadium lanjut. Hal tersebut diyakinkan oleh minimnya pengetahuan penderita terhadap gejala dan tanda yang menyebabkan adanya penundaan pengobatan pada penderita.
Berikut ini tanda dan gejala kanker payudara15:
1) Adanya perubahan secara fisik pada payudara, mulai dari ukuran, bentuk, dan permukaan yang tidak rata pada area tertentu.
2) Perubahan pada kulit:
- Adanya cekungan, kerutan dan kulit payudara yang permukaannya terasa bersisik seperti kulit buah strawberry, area kulit yang menebal dan mengerut layaknya kulit jeruk (peau d’orange).
- Adanya pembengkakan, kemerahan dan rasa hangat pada suatu area di payudara. Hal ini, menandakan adanya infeksi.
- Adanya sensasi gatal di sekitar payudara.
3) Ditemukannya benjolan pada payudara:
- Benjolan yang muncul dan tidak pernah hilang sejak ditemukan walaupun penderita telah melewati siklus menstruasi.
- Benjolan yang terasa keras dan atau lembut yang tidak sakit saat disentuhan tidak bergerak.
- Benjolan pada ketiak, secara teori benjolan yang terjadi di area ini cenderung lebih kecil dari pada area yang lain. Jika, ditemukan ada benjolan di ketiak, maka kanker payudara sudah menyebar hingga modus limfa. Pada umumnya, tidak terasa sakit dan lembut.
4) Permukaan pada puting payudara:
- Adanya perubahan fisik pada putting, yakni seperti puting yang tertarik ke dalam atau adanya lekukan pada area putting.
- Adanya cairan yang keluar dari puting, diikuti dengan keluarnya darah.
Hal ini, merupakan tanda dari tumor benignan.
- Terasa keras, adanya luka atau bisul, serta kulit puting payudara yang kasar atau bersisik.
2.1.1.3 Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara dikategorikan menjadi dua yakni adalah pencegahan sekunder dan pencegahan primer. Pencegahan primer merupakan upaya yang dapat dilakukan seseorang sebelum terkena kanker payudara, biasanya berupa edukasi dan promosi terkait kesehatan reproduksi dan pola hidup sehat serta waspada terhadap faktor genetik yang dibawa oleh keluarga yang memiliki riwayat kanker.
Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan dengan cara skrining payudara16. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksakan payudara yang bertujuan untuk menemukan ketidak normalan dan dicurigai akan mengarahkan pada risiko kanker payudara yang belum terdeteksi. Skrining payudara dapat dilakukan melalui berbagai upaya, yakni;
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di utamakan untuk deteksi dini, sedini mungkin bagi wanita. Guna menemukan adanya gejala berupa benjolan yang berukuran kurang dari 1 cm.
2. Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) di utamakan untuk deteksi dini, sedini mungkin bagi wanita. Guna menemukan adanya gejala berupa benjolan yang berukuran kurang dari 1 cm.
3. Mamografi di utamakan bagi wanita berusia (35-50) tahun.
4. Check Up di utamakan bagi wanita berusia >40 tahun.
2.1.1.4 Epidemiologi Kanker Payudara
Epidemiologi adalah suatu studi yang mempelajari distribusi, frekuensi dan determinan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan pada populasi17. Secara global, jumlah kanker payudara mendekati angka 2,26 juta kasus baru pada wanita pada tahun 202018. Jumlah ini cenderung naik dari pada pada tahu 2012 dengan hanya 1,17 juta kasus baru kanker payudara dengan jumlah kematian 521.900 jiwa. Menurut World Cancer Research Fund International, terdapat 10 negara di dunia dengan jumlah kasus kanker payudara terbanyak yang didasarkan pada standarisasi kelompok umur (age-standardised rates, ASR), yakni tertera pada tabel 2.2
sebagai berikut;
Tabel 2.2 Insiden Kanker Payudara Pada Wanita Tahun 2020
No. Negara Angka ASR/100.000
Dunia 2.261.419 47.8
1. Belgia 11.734 113.2
2. Belanda 15.725 100.9
3. Luxembourg 497 99.8
4. Prancis 58.083 99.1
5. Kaledonia Baru,
Prancis 185 99.0
6. Denmark 5.083 98.4
7. Australia 19.617 96.0
8. Selandia Baru 3.660 93.0
9. Finlandia 5.228 92.4
10. Amerika Serikat 253.465 90.3
Sumber: Data World Cancer Research Fund International https://www.wcrf.org/cancer-trends/breast-cancer-statistics/
Indonesia berada di tingkat ke 69 dunia terkait kejadian kanker payudara. Berdasarkan data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara ada sebanyak 68.858 (16,6%) jiwa dari jumlah total kanker di Indonesia yakni 396.914 kasus baru kanker. Jumlah kematian akibat kanker payudara yakni mencapai 22.000 jiwa kasus19.
Angka kejadian kanker payudara di Indonesia adalah 42.1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematiannya adalah 17 per 100.000 penduduk20. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi di Indonesia yang paling banyak terjangkit kanker payudara. Prevalensi kasus kanker payudara di DIY adalah 2,4%5.
Di Provinsi Jambi sendiri, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi kanker payudara adalah 1.32/1000 penduduk. Kota Jambi selaku ibu kota provinsi Jambi pada tahun 2017 terdapat 8 kasus kanker payudara. Kanker payudara bersifat multifaktoral21. Faktor risiko ini dibedakan menjadi dua, yakni; faktor yang dapat dikendalikan, dan faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor risiko yang dapat dikendalikan, seperti; tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada masa menyusui, perokok aktif atau perokok pasif, aktifivas fisik yang kurang, dan asupan lemak yang terlalu banyak bagi
tubuh. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan yakni; jenis kelamin, riwayat kanker dalam keluarga, umur, suku/ras, dan menstruasi dini (<12 tahun). Faktor perilaku dan faktor genetic merupakan dua faktor yang paling umum penyebab kanker payudara1.
Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, yang pada umumnya terdapat pada system ductal. Pada tahap awal akan terjadi hyperplasia sel-sel payudara dan perkembangan sel atipik. Sel yang berkembang ini, akan menjadi karsinoma insitu dan mebelah menjadi stroma. Butuh waktu 7 tahun bagi sebuah sel tunggal berukuran 1ebih kurang lebih 1 cm, untuk menjadi suatu massa yang dapat diraba.
Kebanyakan, penderita kanker payudara menyadari adanya masa ini saat telah terbentuknya massa. Gejala yang paling sering dirasakan penderita adalah keluarnya cairan yang keluar dari muara ductus satu payudara dan pada sebagian kasus penderita, adanya cairan berupa darah. Pada tahap selanjutnya, sel kanker telah berkembang dan dapat memicu pecahnya benjolan.
Tumor yang berkembang dengan sangat cepat atau secara medisnya dikenal dengan karsinoma inflamasi, memiliki gejala yang hampir sama dengan infeksi payudara akut. Secara perubahan fisik pada payudara penderita, yakni; area kulit payudara yang memerah, terasa hangat, dan terasa nyeri jika dana tau saat diraba. Tingkatan kanker payudara ini, telah menyebar ke jaringan limfa dan bermetastase ke organ paru-paru dan tulang.
2.1.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan sebutan SADARI, merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan deteksi dini yang prosedur pelaksanaannya dapat dilakukan oleh setiap-setiap individu wanita secara lebih mudah guna menemukan gejala atau pun tanda-tanda yang berkaitan dengan kanker payudara, misalnya; benjolan pada payudara8.
Walaupun SADARI tidak dalam pemeriksaannya belum tentu dapat mendiagnosis suatu sel kanker payudara. SADARI dapat digunakan untuk mengukur peningkatan pelayanan kesehatan pada wanita. Hal ini menunjukkan, adanya peningkatan kewaspadaan terkait hal yang bersifat abnormal dan faktor risiko pada payudara22.
2.1.2.1 Manfaat SADARI
Tindakan deteksi dini adalah langkah pertama dalam mengetahui gejala dan tanda yang merujuk pada suatu penyakit tertentu. Khususnya, adalah kanker payudara. Deteksi dini kanker payudara berguna untuk mengurangi tingkat kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) akibat kanker payudara dengan mengandalkan tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat bagi penderita kanker payudara. Pada umumnya, kurang lebih 85% dari kasus yang ditemukan oleh penderita kanker payudara di dapatkan dari pemeriksaan payudara sendiri. SADARI merupakan tindakan deteksi dini yang telah diakui efektif, efisien, cepat dan murah dalam mendeteksi adanya tanda dan gejala terkait kanker payudara. Hal ini dikarenakan, SADARI dapat dilakukan rutin secara sendiri-sendiri23.
2.1.2.2 Tujuan SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bertujuan guna mendeteksi adanya tanda dan gejala yang dicurigai kanker, yakni berupa benjolan abnormal yang ada pada payudara dan perubahan fisik pada payudara sedini mungkin. Deteksi dini tersebut bertujuan untuk menentukan pengobatan yang sesuai dengan tingkat kesakitan pada pasien.
2.1.2.3 Waktu Pelaksanaan SADARI
SADARI dapat dilakukan secara mandiri pada wanita sedini mungkin. SADARI dapat dilakukan pada saat seseorang telah mendapatkan menstruasi pertamanya. Waktu SADARI yang tepat adalah hari ke-7 dan hari ke-10 setelah menstruasi. Dikarenakan pada saat hari
ke-7 sampai hari ke-10 setelah menstruasi, kondisi payudara tidak membengkak dan tegang layaknya sewaktu wanita berada pada siklus menstruasinya15. SADARI dapat dilakukan selama 5-10 menit tergantung pada kesensitifan pada saat melakukan SADARI.
2.1.2.4 Epidemiologi Perilaku SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI ialah teknik skrinning awal yang dapat diterapkan dan dilakukan oleh semua orang, dan diakui efektif dalam mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara. Tujuan dari metode SADARI adalah guna mendeteksi dini jika terdapat benjolan ataupun tanda-tanda lain yang mencurigakan pada payudara agar dapat melakukan tindakan pengobatan yang tepat secepatnya24.
Berdasarkan riset penyakit tidak menular (PTM) 2016, dari 43.948 partisipan, SADARI merupakan metode yang paling umum diketahui.
Wanita yang mengetahui deteksi dini kanker payudara menggunakan metode SADARI yakni sebanyak 18.507 (78,0%) dan mengetahui deteksi dini kanker payudara metode SADANIS yakni sebanyak 10.420 (43,9%).
SADARI juga merupakan metode yang paling umum dilakukan, yakni 19.090 wanita, sementara SADANIS hanya 1758 partisipan5.
Menurut Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) tahun 2016 mengenai perilaku masyarakat dalam mendeteksi dini kanker payudara mengguanakan metode SADARI dan SADANIS, diketahui tergolong rendah. Sebanyak 46,3% masyarakat merasa pernah melakukan SADARI dan 53,7% lainnya mengaku tidak pernah melakukan SADARI. Pada metode SADANIS, hanya 4,4% masyarakat pernah melakukan SADANIS, dan 95,6% lainnya mengaku belum pernah melakukan SADANIS5.
2.1.2.5 Langkah-Langkah SADARI
Gambar 2. 1 Anatomi Organ Payudara
Sumber: https://www.alodokter.com/mengenali-anatomi-payudara-wanita
Gambar 2. 2 Keluhan pada Payudara
Sumber: https://www.alodokter.com/mengenali-anatomi-payudara-wanita Pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan sebutan SADARI, merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan deteksi dini yang prosedur pelaksanaannya dapat dilakukan oleh setiap-setiap individu wanita secara lebih mudah guna menemukan gejala atau pun tanda-tanda yang berkaitan dengan kanker payudara, misalnya; benjolan pada payudara8.
Berikut tata cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019) 2:
Gambar 2. 3 Langkah 1 SADARI Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
1) Berdiri di depan cermin, tanpa berpakaian. Meluruskan kedua lengan ke arah bawah. Perhatikanlah keadaan payudara pada area yang terarsir seperti gambar 2.3 (benjolan, perubahan pada bentuk fisik payudara; leriput, lekukkan, atau puting susu tertarik kearah dalam)
Gambar 2. 4 Langkah 2 SADARI Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
2) Berdiri di depan cermin, tanpa berpakaian. Kedua siku mengarah kesamping perut membentuk sudut 90˚ Rapatkan telapak tangan dengan kuat sehingga, keadaan payudara menonjol ke arah depan Perhatikanlah keadaan payudara (benjolan, perubahan pada bentuk fisik payudara; leriput, lekukkan, atau puting susu tertarik kearah dalam)
Gambar 2. 5 Langkah 3 SADARI
Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
3) Berdiri di depan cermin, tanpa berpakaian. Memencet dan mengurut pada masing-masing area puting secara perlahan sampai ke arah ujung puting dan amatilah apakah ada cairan yang keluar. Warnanya; kuning-kekuningan, tercampur darah/nanah.
Gambar 2. 6 Langkah 4 SADARI Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
4) Berbaring, tanpa berpakaian. Pada posisi berbaring letakkan bantal dibawah kepala dan sebuah bantal kecil di bawah punggung kanan. Gunakan 3 ujung jari tangan kiri dengan posisi rapat dan gerakkan secara memutar searah dengan jarum jam, dimulai dari tepi.
Gambar 2. 7 7 Langkah 5 SADARI Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
5) Berdiri di depan cermin, tanpa berpakaian. Mengangkat salah satu lengan membentuk sudut 60˚ antara ketiak. Lakukan gerakan memutar secara lembut mengikuti arah jarum jam di area korpus payudara dimulai dari arah pingir hingga ke bagian dalam payudara. Perhatikanlah keadaan payudara Saudari (benjolan, perubahan pada bentuk fisik payudara; leriput, lekukkan, atau puting susu tertarik kearah dalam)
Gambar 2. 8 Langkah 6 SADARI Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
6) Berbaring, tanpa berpakaian. Pada posisi berbaring letakkan bantal dibawah kepala dan sebuah bantal kecil di bawah punggung kanan. Gunakan 3 ujung jari tangan kiri dengan posisi rapat dan gerakkan secara memutar searah dengan jarum jam, dimulai dari tepi.
Gambar 2. 9 Langkah 7 SADARI Sumber: hhtps://p2ptm.kemkes.go.id
7) Berdiri di depan cermin, tanpa berpakaian.Berilah perhatian khusus pada area berawarna merah ini pada payudara.
Dikarenakan di area tersebutlah sering ditemukannya benjolan/tumor payudara.
2.1.3 Pemerikaan Payudara Klinis (SADANIS)
Deteksi dini kanker payudara tidak hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI saja, pemeriksaan payudara juga dapat dibantu oleh tenaga kesehatan medis atau yang disebut dengan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS). SADANIS diketahui lebih mudah dan murah dari pada pemeriksaan melalui Mammography25. SADANIS diinovasikan dengan berlandaskan pemberdayaan masyarakat dengan pelayanan kesehatan pada kerjasama lintas pendidikan dan tenaga
kesehatan agar dapat melakukan pemeriksaan payudara (SADANIS) 26.
2.1.3.1 Langkah-Langkah SADANIS
Tata cara melakukan deteksi dini kanker payudara dengan metode SADANIS dibantu oleh petugas kesehatan, dimana bertujuan untuk:
1) Pemeriksaan kedua payudara dan puting bertujuan guna melihat jika terdapat adanya perubahan bentuk dan ukuran, keadaan abnormal seperti; perubahan warna, perukaan dan keluarnya cairan dari puting payudara.
2) Pemeriksaan kedua payudara dan ketiak yang bertujuan untuk melihat jika terdapat adanya kista maupun massa yang menebal dan dicurigai sebagai cairan (tumor).
Persiapan seorang tenaga kesehatan saat melakukan SADANIS kepada pasien harus mengikuti beberapa alur dibawah ini: 2
1) Mengatakan bahwa Anda yang bertugas dalam pemeriksaan payudara pasien;
- Pada saat ini juga baik untuk mengetahui adanya perubahan pada payudara pasien dan mengetahui apakah pasien melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin.
- Sebelum melepas baju pasien, jelaskan bahwa Anda akan menjelaskan tata cara pemeriksaan payudara.
- Setelah melepas baju pasien, Anda memulai observasi dari mulai pinggang bagian bawah hingga ke atas, lalu pintalah pasien untuk duduk diatas meja periksa dengan posisi kedua lengannya berada di sisi tubuhnya. Jika dilakukan oleh seorang dokter bedah, maka:
- Melakukan pemeriksaan dan mendiagnosa kasus rujukan.
- Pemeriksaan biopsy pada suspek kanker payudara.
- Melakukan identifikasi umum perawatan paliatif, seperti;
penghilang nyeri.
- Pengawas dan mendukung kerja petugas klinis.
- Memberikan rujukan atau menjelaskan tumor temuan diposisi mana (jika perlu).
- Bagi kanker payudara yang telah terkonfirmasi melalui pemeriksaan USG/Mammography (jika perlu).
Berikut tata cara melakukan pemeriksaan payudara klinis yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015):
1) Inspeksi Payudara
Gambar 2. 10 Tampilan Payudara dan Kerutan atau Lekukan pada Payudara
Pada tahap ini lihat lah pada bentuk dan ukuran pada payudara.
Perhatikan jika adanya perubahan bentuk, ukuran putting, adanya kerutan dan bintik yang dicurigai. Terkadang, adanya perbedaan ukuran dan bentuk pada payudara tidak selalu merupakan gejala kanker payudara. Tetapi, adanya keadaan ketidakaturan ukuran dan bentuk dapat mengindikasikan adanya masa (tumor) pada payudara pasien.
Gambar 2. 11 Tampilan Payudara Lengan di Atas dan Tangan di Pinggang Membungkuk
Selanjutnya, mintalah pasien untuk mengangkat kedua lengan ke atas kepala kemudian menekan pinggang dengan kedua tangannya guna bertujuan untuk mengencangkan otot dadanya. Lalu, periksa ukuran, bentuk, posisi dan kesimetrian payudara, serta keadaan abnormalitas yang dicurigai.
2) Palpasi Payudara
- Meminta pasien untuk berbaring diatas meja periksa.
- Letakkanlah bantal dibawah punggung sisi payudara yang akan diperiksa. Dengan begitu membuat jaringan ikat payudara menyebar, dan membantu pada saat pemeriksaan payudara.
- Letakkanlah kain bersih pada posisi atas perut pasien.
- Letakkan lengan kiri pasien diatas kepalanya. Lalu, perhatikan jika ada perbedaan ukuran pada payudara dan jika terdapat lekukkan yang dicurigai.
Gambar 2. 12 Tahap Palpasi Payudara
Dengan menggunakan 3 jari tangan, lakukanlah palpasi payudara dengan teknik spiral. Teknik ini dimulai dari sisi luar payudara, lalu tekan jaringan ikat payudara secara kuat kearah tulang rusuk, setelah selesai pemetiksaan dengan satu putaran secara bertahap, pindahkan jari-jari Anda menuju area areola pasien. Lakukan hal yang sama. Perhatikan jika ada benjolan atau keluhan nyeri pada pasien.
Gambar 2. 13 Tahap Palpasi Payudara
Menggunakan ibu jari, dan jari telunjuk, tekan bagian putting secara perlahan. Lihatlah jika ada cairan yang tidak normal, seperti; nanah.
Tetapi, jika dilakukan pada ibu menyusui, ada keluar cairan berwarna putih maka dianggap normal. Lakukan hal tersebut pada setiap payudara.
Gambar 2. 14 Tahap Palpasi Payudara
- Lakukan pemeriksaan ulang jika terdapat kecurigaan atau keraguan.
- Pada mempalpasi bagian pangkal payudara, pintalah pasien duduk dan mengangkat lengan kirinya setinggi bahu. Jika diperlukan, letakkan tangannya pada bahu Anda. Lakukan penekanan secara perlahan dari otot pektoralis menggunakan jari-jari ke arah pangkal ketiak. Hal ini bertujuan untuk melihat jika ada pembesaran pada kelenjar getah bening. Lakukan kembali pada payudara lainnya.
- Jelaskan dan paparkan temuan tersebut. Jika hasilnya normal, maka katakan normal dan sehat dan jelaskan waktu pemeriksaan lagi secara mandiri. Dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara individu menggunakan minyak kelapa, lotion ataupun baby oil.
3) Pencatatan Hasil Temuan
Beberapa atribut dan hal-hal penting yang ada di laporan hasil temuan pada saat melakukan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) : - Bentuk apakah terdapat perbedaan ukuran bentuk pada payudara?
- Kulit bagaimana tampilan kulitnya? Apakah halus, berkerut ataupun ada cekungan?
- Cairan apakah terdapat cairan abnormal yang keluar dari puting pasien? Jelaskan wujud cairan tersebut berdasarkan warna, kekentalan, bau dan banyaknya.
- Massa atau benjolan adakah sekelompok sel yang saling menempel.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh adanya abses, kista, ataupun tumor jinak maupun ganas.
- Ukuran seberapa besar ukuran masanya (cm)? jika bentuknya bulat, ukuralah diameternya?
- Konsistensi bagaimana bentukk dan wujud dari massa dan benjolan tersebut? Apakah rasanya lunak, keras, berisi cairan ataupun berupa daging yang mengeras?
- Mobilitas saat dilakukannya palpasi, apakah ada pergerakan pada benjolan tersebut?
2.1.4 Faktor-Faktor Berhubungan Dengan Perilaku SADARI 2.1.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Pengetahuan didapatkan dari proses pengindraan seorang individu terhadap objek yang ditelitinya.
Jenis-jenis pengindraan pada manuasia, yakni indra penglihatan, pendengar, penciuman, perasa dan peraba. Faktor pengetahuan merupakan domain kognitif dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior)6.
Terdapat enam tingkatan dalam domain kognitif yang mencangkup pengetahuan, yakni6;
1. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat domain kognitif pengetahuan yang paling rendah. Sebagai contohnya, yakni mengingat kembali (recall).
Contohnya; dapat menjelaskan tanda-tanda kanker payudara dan tidakan SADARI dengan tepat.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan individu yang dapat menjelaskan dan mempresentasikan materi yang telah didapat dengan benar. Contohnya; dapat menjelaskan mengapa remaja harus rutin mempratikkan SADARI.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengimplementasikan dan mempratikkan materi yang telah didapat.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan seseorang dalam menjabarkan suatu objek atau materi ke dalam bentuk berbagai komponen, hanya saja masih dalam struktur organiasasi yang sama.
5. Sintesis (siynthesis)
Sintesis merupakan kemampuan dalam menghubungkan komponen- komponen menjadi suatu keseluruhan yang baru. Contohnya;
menyusun, mencocokkan, meringkas dan menyesuaikan suatu teori yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan seseorang dalam menilai suatu materi.
Hal tersebut didasarkan kepada kriteria-kriteria yang telah ada.
Contohnya; dapat menjelaskan sebab-akibat mengapa seseorang tidak mau melakukan SADARI.
Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2018) di SMA Negeri 1 Pomala Kabupaten Kolaka menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada Siswi di SMA tersebut.
Dimana, mayoritas Siswinya memiliki proporsi kategori pengetahuan kurang baik yakni 59,15% Siswi dan diketahui pula Siswi yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko 5,72 kali lebih besar memiliki perilaku SADARI kurang baik (PR 5,72 P-value= 0,017).
Mendukung penelitian yang sebelumnya, Rica Tri Septinora (2018) dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Swasta Surya Ibu Kota Jambi.
Mayoritas Siswi memiliki pengethuan kurang baik dengan proporsinya yakni 53,7% sementara proporsi perilaku SADARI kurang baik yakni 73,2% (P-value= 0,002). Mengutip dari penelitian Puspita Sari dkk (2020) diketahui responden yang memiliki pengetahuan baik maka akan berperilaku pelaksanaan SADARI yang baik pula. Hal ini terbukti bermakna secara statistik (P-value= 0,05) 8.
Penilaian pengetahuan seseorang juga dapat dilakukan dengan sesi wawancara atau dengan menggunakan formulir angket yang bertanya mengenai pokok-pokok hal yang akan diukur dari responden. Menurut Notoatmodjo (2003) ada 2 kriteria tingkat pengetahuan, yakni: baik jika menguasai materi 76%-100%, dan kurang baik jika menguasai materi 75%- 0%.
2.1.4.2 Sikap
Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan yang dipelajari seseorang guna mengevaluasi sesuatu dengan berbagai cara yang ia mau. Hal ini terdiri dari evaluasi seseorang terhadap suatu masalah, objek maupun suatu peristiwa28. Proses pembentukan sikap melalui 4 tahap, yakni; adopsi, deferensiasi, intergritasi, dan trauma.
Adopsi merupakan tahap awal terbentuknya sikap. Pada tahap ini terjadi fenomena kejadian yang terjadi secara berulang-ulang dengan terus- menerus. Dan pada beberapa waktu nantinya, akan diserap oleh seorang individu dan akan mempengaruhi proses pembentukan yang akan mempengaruhi sikap seorang individu terhadap fenomena tersebut.
Deferensiasi adalah tahap kedua terbentuknya sikap. Seiring bertambahnya usia seseorang maka, pada tahap ini terjadi perkembangan pengalaman, pandangan dan intelegensi seseorang yang pada semulanya dianggap sebagai hal yang homogeny (sama) menjadi suatu hal yang heterogen (berbeda-beda).
Intergritasi yakni tahap ketiga terbentuknya sikap. Pada tahap ini, terjadi bertahap. Tahapan pertama di awali dengan beberapa pengalaman atau kejadian yang saling berkaitan antar satu sama lain. Sehingga, pada akhirnya tahapan-tahapan tersebut akan membentuk sikap seseorang individu mengenai hal tersebut.
Trauma merupakan tahapan terakhir terbentuknya sikap. Trauma dimaknai sebagai sebuah pengalaman yang terjadi langsung kepada seseorang dengan secara tidak sengaja mengejutkan dan meninggalkan kesan dan pesan mendalam (baik dan atau buruk) bagi orang yang merasakannya.
Bagan 2.1 Diagram Terbentuknya Sikap dan Reaksi
Sumber : Notoatmodjo (2014) Proses Stimulus Stimulus
rangsangan
Stimulus rangsangan
Sikap (tertutup)
Menurut Khairunnissa (2018) terkait faktor yang berhubungan dengan perilaku SADARI, diketahui bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku SADARI. Dengan begitu, semakin baik sikap responden maka akan semakin baik perilaku SADARI nya29. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, Selvita Barus (2019) menunjukkan bahwa Siswi yang memiliki sikap negatif berpeluang 1,716 kali memliki perilaku SADARI kurang baik pada Siswi SMA RK Delimurni Bandar Baru (P-value= 0,031;
PR 1,716 ).
Pengukuran sikap dapat dilakukan melalui metode likert atau yang biasa disebut sebagai summated rating method. Skala likert menggunakan beberapa pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Alternative jawaban yang ada pada skala likert yakni adaalah30: 1. Strongly approve (Sangat setuju)
2. Approve (Setuju) 3. Undecided (Ragu-ragu) 4. Disapprove (Tidak setuju)
5. Strongly disapprove (Sangat tidak setuju) 2.1.4.3 Keterpaparan Informasi
Sumber informasi merupakan segala bentuk perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang dipergunakan sebagai komunikasi masa (dalam jumlah banyak). Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat 3 jenis sumber informasi kesehatan, yakni; media cetak (majalah, koran, poster), media elektronik (internet, radio, tv) dan petugas kesehatan.
Adanya sumber informasi yang bermanfaat baik kaitanya terhadap peningkatan tingkat pengetahuan dan sikap yang baik terhadap perilaku pencegahan penyakit31.
Penelitian yang dilakukan Shinta Deby Afianty (2019) menunjukkan proporsi Siswi yang mengatakan pernah terpapar informasi SADARI yakni sebesar 67,74% responden dan mayoritas responden memiliki perilaku SADARI kategori baik yakni sebesar 75,3% responden. Berdasarkan analisis uji statistik menjelaskan bahwa Siswi yang tidak pernah terpapar informasi terkait SADARI berpeluang 1,485 kali memiliki risiko perilaku
SADARI kurang baik di SMA Negeri 5 Kota Pekanbaru.
Penelitian Kalayu Birhane (2017) menunjukkan adanya beberapa studi terdahului di Berhan terkait pelaksanaan SADARI yang hasilnya tidak selalu konsisten. Disebabkan adanya keterpaparan informasi yang didapat oleh subjek penelitian berbeda-beda. Hasilnya, 32,8% subjek penelitian tidak melakukan SADARI. Hal tersebut didukung oleh studi- studi literatur lainnya31.
2.1.4.4 Dukungan Keluarga/Orang Tua
Menurut Friedman (2013) dukungan keluarga merupakan sikap menerima tindakan keluarga terhadap anggota keluarga yang membutuhkan32. Hal ini dapat berupa dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumenal, dukungan affirmasional, sehingga seseorang merasa diperhatikan. Individu yang berada pada keluarga yang suportif, umumnya akan memiliki kondisi yang lebih baik, dari pada yang tidak.
Hal ini dikarenakan, adanya efek nyaman dari dukungan keluarga yang dianggap berkontribusi dalam menjaga kesehatan mental, spiritual, dan fisik individu tersebut33.Bentuk dukungan informasi keluarga pada penelitian ini adalah peran anggota keluarga dalam memberikan informasi terkait informasi SADARI dan kanker payudara. Pada dukungan jenis ini, peran anggota keluarga dapat dilakukan melalui memberikan nasehat, ajakan, dan petunjuk yang berguna dalam mendeteksi gejala dan tanda curiga kanker payudara menggunakan metode SADARI.
Dukungan penilaian keluarga di penelitian ini merupakan peran anggota keluarga dalam memberikan feedback yang baik, menyelesaikan suatu masalah dan juga penilaian identitas anggota keluarganya. Bertujuan memberikan pembenaran pada keberadaan informasi, yakni perilaku SADARI.
Dukungan instrumenal keluarga merupakan peran anggota keluarga dalam mewadahi media baik praktis maupun konkrit secara nyata.
Dukungan instrumenal dapat berupa; uang, handphone, laptop, flyer, poster, televisi, radio, dan berbagai faktor pendorong informasi yang dapat
diberikan kepada salah satu anggota keluarga yang membutuhkannya.
Yang terakhir, yakni dukungan emosional. Dukungan emosional merupakan peran keluarga yang menjadi tempat beristirahat dan berteduh, yan memberikan efek tenang, nyaman dan aman bagi anggota keluarga yang membutuhkannya. Contohnya; rasa kasih sayang, cinta, pengertian, kepercayaan dan dapat mendengar keluhan anggota keluarganya.
Menurut Teori Green (1980) terkait perubahan perilaku terhadap tindakan kesehatan. Adanya dukungan, baik itu yang diperoleh dari keluarga ataupun orang tua merupakan faktor penguat bagi seorang remaja untuk melakukan tindakan deteksi dini. Penelitian Afianti dkk (2019) tentang determinan perilaku SADARI, menjelaskan adanya hubungan antara dukungan keluarga/orang tua dengan perilaku SADARI32. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khairunnissa dkk (2018)6.
Penelitian yang dilakukan oleh Ester Ratnaningsih (2020) di SMA Negeri 16 Kota Semarang menjelaskan bahwa Siswi yang memiliki dukungan keluarga/ibu yang buruk berpeluang 2,273 kali lebih besar untuk memiliki perilaku SADARI kurang baik dan terbukti signifikan secara statistik (P-value= 0,000; PR= 2,273).
2.1.4.5 Dukungan Teman Sebaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan teman sebaya yakni kawan, sahabat atau orang yang bersama-sama dalam bekerja dan berbuat. Teman sebaya didefinisikan sebagai sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri karakteristik dan usia yang sama. Contohnya;
teman sekolah dan teman sekerja.
Dukungan teman sebaya merupakan salah satu pembentuk perilaku seseorang. Adanya kepercayaan dan keyakinan seseorang terkait sesuatu objek, akan mendukungnya dalam membentuk suatu perilaku terhadap objek tersebut.
Bentuk dukungan informasi teman sebaya pada penelitian ini adalah perannya dalam memberikan informasi terkait informasi SADARI dan kanker payudara. Pada dukungan jenis ini, dapat dilakukan melalui
memberikan nasehat, ajakan, dan petunjuk yang berguna dalam mendeteksi gejala dan tanda curiga kanker payudara menggunakan metode SADARI.
Dukungan penilaian teman sebaya di penelitian ini merupakan peran dalam memberikan feedback yang baik, menyelesaikan suatu masalah dan juga penilaian identitas temanya. Bertujuan memberikan pembenaran pada keberadaan informasi, yakni perilaku SADARI.
Dukungan instrumenal teman sebaya merupakan perannya dalam mewadahi media baik praktis maupun konkrit secara nyata. Dukungan instrumenal dapat berupa; uang, handphone, laptop, flyer, poster, televisi, radio, dan berbagai faktor pendorong informasi yang dapat diberikan kepada salah satu teman yang membutuhkannya.
Yang terakhir, yakni dukungan emosional. Dukungan emosional merupakan peraanya yang menjadi tempat beristirahat dan berteduh, yang memberikan efek tenang, nyaman dan aman bagi teman yang membutuhkannya. Contohnya; rasa kasih sayang, cinta, pengertian, kepercayaan dan dapat mendengar keluhan.
Penelitian Watiningsih (2020) menunjukkan adanya hubungan antara dukungan teman sebaya dengan perilaku SADARI. Artinya, semakin baik dukungan teman sebaya, maka, akan meningkat pula perilaku SADARI nya pada wanita usia subur34. Hal ini sejalan dengan literature review dukungan sosial (tempat kerja, teman, keluarga/ibu) meningkatkan sikap yang baik kepada tindakan pencegahan dalam kesehatan.
Sejalan dengan penelitian yang sebelumnya, menurut Ester Ratnaningsih (2020) dukungan teman sebaya merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan perilaku SADARI kurang baik pada Siswi SMA Negeri 16 Kota Semarang dan terbukti signifikan secara statistik. Siswi yang tidak didukung teman sebaya dalam melakukan SADARI berisiko 4,875 kali lebih besar untuk memiliki perilaku SADARI kurang baik (P- value= 0,000; PR= 4,875).
2.2 Kerangka Teori
Kerangka teori suatu penelitian merupakan hubungan berbagai teori yang akan diteliti. Adapun kerangka teori penelitian ini menganut kerangka teori perilaku Lawrence Green & Kreuter (1991) dalam Notoatmodjo (2014) dan menggunakan panduan deteksi dini kanker payudara menggunakan SADARI dalam Boby Febri Krisdianto.
Lawrence Green dan Marshall Kreuter (1991) mengembangkan teori perilaku yang terdiri atas 2 tahap yakni model Precede dan model Proceed. Model precede terdiri atas faktor predisposing, reinforcing, dan enabling yang digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan model proceed terdiri atas policy, regulatory & organization yang digunakan pada menetapkan pelaksanaan, sasaran, kriteria kebijakan, serta implementasi & evaluasi.
Gambar 3. 1 Kerangka Teori
Sumber : Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014), Boby Febri Krisdianto (2019)
Faktor Predisposisi (predisposing factors)
1. Pengetahuan 2. Sikap
3. Sosial & Budaya
4. Dukungan Keluarga/Ibu 5. Dukungan Teman Sebaya
Faktor Penguat (reinforcing factors) 1. Ketersediaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
2. Tokoh Masyarakat 3. Tokoh Agama
4. Sikap Petugas Kesehatan
Faktor Pemungkin (enabling factors)
1. Keterpaparan Informasi 2. Kemampuan Ekonomi Seseorang
Perilaku SADARI
Faktor predisposisi penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, sosial
& budaya, dukungan keluarga/ibu dan dukungan teman sebaya sedangkan. Faktor penguat; ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, tokoh masyarakat & agama dan sikap petugas kesehatan serta faktor pemungkinnya; keterpaparan informasi & kemampuan ekonomi terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan gambaran terkait hubungan atau ikatan antara variabel-variabel yang akan diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 3. 2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas, variabel bebas yang akan diteliti yakni; pengetahuan, sikap, keterpaparan informasi, dukungan keluarga/ibu dan dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
2) Ada hubungan antara sikap dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
3) Ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
4) Ada hubungan antara dukungan keluarga/ibu dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi.
5) Ada hubungan antara dukungan teman sebaya dengan perilaku SADARI pada Siswi SMA Negeri 1 Kota Jambi
Variabel Independent - Pengetahuan
- Sikap
- Keterpaparan Informasi - Dukungan Keluarga/Ibu - Dukungan Teman Sebaya
Variabel Dependent Perilaku SADARI