PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA
MENINGKATKAN
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
Jamaludin Aziz 0906506
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA
MENINGKATKAN
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)
Oleh
Jamaludin Aziz
0906506
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan
©Jamaludin Aziz, 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PERANAN KPU
DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU
Kota Cimahi) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2013
Yang membuat pernyataan
Jamaludin Aziz
Jamaludin Aziz
0906506
PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA
MENINGKATKAN
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)
DISETUJUI DAN DI SAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Prof.Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
Pembimbing II
Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001
Diketahui oleh,
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 Skripsi ini telah diuji pada :
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013
Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung
Panitia ujian terdiri dari :
1. Ketua :
Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
3. Penguji : 3.1
Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP.,
M.Si
NIP. 19690929 199402 1 001
3.2
Drs. Rahmat, M.Si
NIP.19580915 198603 1 003 3.3
Syaifullah, S.Pd., M.Si.
SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU Daerah Kota Cimahi).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebelum pemilu 2004, KPU dapat terdiri dari anggota-anggota yang merupakan anggota sebuah partai politik, namun setelah dikeluarkannya UU No. 4/2000 pada tahun 2000, maka diharuskan bahwa anggota KPU adalah non-partisan atau bukan berasal dari partai politik.
Lembaga penyelenggara pemilu haruslah bersifat indipenden, tidak tergantung pada siapapun baik pemerintah maupun pengaruh lain. Penyelenggaraan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas dan akuntabilitas ( penjelasan UU No.22 tahun 2007).
Lembaga penyelenggara pemilu merupakan lembaga yang memiliki wewenang dalam mengatur, menjadwalkan, merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan segala sesuatunya sampai pemilu berhasil. Selain wewenang tersebut, lembaga penyelenggara pemilu juga berkewajiban untuk mengawasi jalannya pemilu. Penelitian ini didasarkan pada tiga permasalahan yaitu: 1) Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU; 2) Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput di Kota Cimahi?; 3) Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat Kota Cimahi?.
Dalam penelitian ini guna mengungkapkan permasalahan tersebut penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di kawasan Kota Cimahi dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
NUMBERS abstentions PUBLIC PARTICIPATION (Descriptive Analytical Study on the Regional Commission Cimahi).
General Elections Commission ( KPU ) is a state agency that organizes elections in Indonesia , which covers the general election DPR / DPD / Parliament , election of President and Vice President , and the election of Regional Head and Deputy Head . Before the 2004 elections , the Commission may consist of members who are members of a political party , but after the issuance of Law no . 4/2000 in 2000 , it is required that the members of the Commission is a non - partisan or not from a political party .
Election management body should be independent , not dependent on either government or influence anyone else . Direct election , general , free , confidential , honest and fair can be achieved if carried out by the electoral management body that has the integrity , professionalism and accountability ( explanation Law No.22 of 2007 ) .
Election management body is an institution that has the authority to organize , schedule , plan , prepare and execute everything to electoral success . In addition to the authority , election management body is also responsible for overseeing the elections . The study was based on three issues : 1 ) How do people's responses on the performance of the Commission ; 2 ) How do the Commission in efforts to minimize the level of abstentions in Cimahi ? ; 3 ) How does the Commission efforts to improve people's political participation Cimahi ? .
In this study the authors to disclose these problems using a qualitative approach with descriptive analytical method . The study site was located at Cimahi region with data collection techniques such as observation ,interview and documentation.
DAFTAR ISI
A. Tinjauan tentang Pemilihan Umum ……… 14
1. Pemilihan Umum Kaitannya dengan Demokrasi ……… 14
2. Makna dan Hakikat pemilihan Umum ………. 16
B. Tinjauan tentang KPU ……….. 23
1. Lembaga Penyelenggara Pemilu ……….. 23
2. Standar Internasional Lembaga Penyelenggara Pemilu ……… 24
3. Penyelenggara Pemilu di Indonesia ………. 30
C. Konsep Golput ………... 37
1. Pengertian Golput di Indonesia ………. 37
2. Faktor-faktor Penyebab Golput ………. 41
3. Tafsir Golput ………. 48
D. Tinjauan tentang Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pemilu ……. 50
1. Makna dan Hakikat Partisipasi Politik ………... 50
2. Tingkatan dan Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ……….. 52
E. Peranan KPU dalam Meningkatkan Partisipasi Politik………....59
BAB III METODE PENELITIAN……… 63
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……… 63
1. Pendekatan Penelitian ……… 63
2. Metode Penelitian ……….. 64
1. Wawancara ………. 66
2. Observasi ……… 68
3. Studi Dokumentasi ………... 68
4. Triangulasi ……….. 68
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 69
1. Lokasi Penelitian ……… 69
2. Subjek Penelitian ……… 69
D. Tahap Penelitian ………. 72
1. Persiapan Penelitian ………... 72
2. Perizinan Penelitian ……… 72
3. Pelaksanaan Penelitian ………... 72
4. Pengolahan dan Analisis Data ……… 73
5. Penyusunan Laporan ……….. 73
E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ………. 75
1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data ………. 75
2. Penyajian Data ……… 75
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data ………. 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… ... 78
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 78
1. Profil Kota Cimahi ………. 78
2. Gambaran Umum Tentang KPU Kota Cimahi ……….. 82
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 93
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 124
A. Kesimpulan ………. 124
B. Rekomendasi ……….. 126
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang
menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan
umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden,
serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebelum pemilu
2004, KPU dapat terdiri dari anggota-anggota yang merupakan anggota sebuah
partai politik, namun setelah dikeluarkannya UU No. 4/2000 pada tahun 2000,
maka diharuskan bahwa anggota KPU adalah non-partisan atau bukan berasal dari
partai politik.
Jika dilihat secara objektif kita harus menilai kinerja KPU karena KPU
adalah salah satu cara mencari para pemimpin dan wakil rakyat kita karena pemilu
yang diselenggarakan oleh KPU adalah gerbang menuju sebuah kekuasaan.
Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri Abdul Hafiz Anshary
berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengakui bahwa kinerja lembaga yang
dipimpinnya kurang maksimal dalam melaksanakan tugas menyiapkan Pemilu
2009. Hal itu diakibatkan sejumlah kendala yang tidak bisa diselesaikan secara
internal, misalnya dana dan sumber daya manusia. Salah satu contoh, KPU merasa
kurang maksimal dalam sosialisasi pemilu melalui media elektronik karena
anggaran tidak memadai untuk beriklan dengan frekuensi cukup tinggi. Anggaran
sosialisasi tidak hanya di media elektronik KPU harus membagi jatah anggaran
untuk iklan media cetak, poster, spanduk, dan lain-lain. Menurut ketua KPU
Abdul Hafiz berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengaku kesulitan
mengkoordinasikan program dengan anggota karena jumlah yang terbatas padahal
Belum lagi KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) yang kurang fokus
mengurus pemilu karena sibuk mengurus pilkada. Kalau mau merekrut tenaga
baru itu juga membutuhkan anggaran baru lagi. Untuk mengatasi masalah itu,
KPU bekerja sama dengan tokoh masyarakat, media massa, instansi pemerintah,
dan swasta. Sebenarnya dukungan pihak lain dapat membantu menjelaskan
seluk-beluk dan mekanisme pemilu kepada masyarakat, terutama bagi yang cacat dan
pemilih baru. Kepada Departemen Dalam Negeri, misalnya KPU sudah dibantu
menjelaskan pemilu melalui kepala-kepala daerah dan kepada perusahaan seluler,
KPU mendapat dukungan penyebaran informasi melalui layanan pesan pendek.
menurut ketua KPU Hafiz berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengulas
soal kesiapan logistik pemilu disampaikan sejauh ini kendala yang sering terjadi
adalah soal distribusi kertas suara, kotak suara, dan tinta terutama di
daerah-daerah seperti Papua dan pulau-pulau terpencil.
Di sisi lain KPU diharapkan membangun koordinasi dengan pemerintah dan
Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) mengurangi dan menyelesaikan masalah
yang bisa menghambat kelancaran pemilu. Soal daftar pemilih tetap, KPU
menggunakan kesempatan revisi sebaik mungkin sehingga semua pemilih
terdaftar bisa masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) peningkatan sosialisasi bisa
menjadi metode perbaikan DPT itu. Selain itu, menyatakan masyarakat juga harus
menyediakan waktu dan tenàga untuk bertukar pikiran dengan KPU demi
kelancaran pemilu.
Terjadi banyak sekali kecurangan dalam pemilu sebenarnya siapa yang harus
bertanggung jawab atas terjadinya kecurangan-kecurangan dalam pemilu? apakah
mental orang Indonesia yang tidak bisa menerima kekalahan? atau kah sistem
yang membuat kecurangan itu terjadi? atau peraturan yang longgar penyebabkan
itu terjadi?. Menurut ketua MK (Mahkamah Konstitusi) Mahfud M.D berdasarkan
kutipan situs www.MahkamahKonstitusi.co.id menilai konflik dalam pemilihan
kepala daerah tidak hanya karena ada upaya kecurangan dan para kontestan, tetapi
ada kecenderungan KPU mulai terlibat. Awalnya kecurangan pilkada hanya
Dengan demikin seharusnya sanksi tidak hanya ditujukan kepada kontestan,
melainkan akan diarahkan pemberian sanksi terhadap KPU, mengingat sengketa
pilkada terjadi di berbagai tempat di Tanah Air. Menurut ketua MK, indikasi
kecurangan yang ditemui antara lain membatalkan pencalonan seseorang atau
memaksakan seseorang menjadi calon meski tidak memenuhi syarat sebagai
upaya memecah suara orang lain. Ada pula pihak yang dianggap kuat dibatalkan
karena dianggap tidak memenuhi syarat. Kecenderungan seperti itu memang ada
banyaknya pilkada yang sudah berjalan baik dan hanya sebagian kecil yang
mengalami pengulangan dalam pemilu menurut MK (Mahkamah Konstitusi)
banyaknya pengulangan dalam pemilu tadi hanya karena masalah teknis atau
kecurangan-kecurangan yang mempengaruh pemenang dalam pilkada tersebut
jadi, apa bila kecurangan tersebut sangat berpengaruh seperti merugikan calon lain
maka akan di ulang.
Tabel 1.1
Kasus yang ditangani Mahkamah Konstitusi
90% Pilkada sudah berjalan baik 10% pilkada harus diulang
Sumber: www.Mahkamah Konstitusi.co.id (2012)
Dilihat tabel tersebut dapat diketahui dan 400-an kasus yang ditangani MK
hanya 30-an kasus yang menghasilkan putusan pilkada harus diulang. Pada
umumnya setiap pelaksanaan pilkada ada kecenderungan terjadi kecurangan,
karena hampir semua kontestan berusaha curang. Jika kecurangan tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan, kasus tersebut akan diserahkan ke pengadilan
umum. Menurut ketua MK berdasarkan kutipan situs www.nasional.kompas.com
Misal, jika ditemukan pencurian suara akan tetapi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil pilkada maka akan diadili secara pidana.
Masalah yang lain adalah rendahnya tingkat partisipasi masyarakat itu cukup
meresahkan karena dalam pemilu 2009 kemarin hampir 50% rakyat Indonesia
tidak menggunakan hak pilihnya tentu yang kita soroti adalah sosialisasi dari KPU
sendiri bisa sampai penyebabkan tingginya tingkat golput di masyarakat. Dalam
konteks penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada, besarnya jumlah partisipasi
masyarakat digunakan sebagai salah satu tolak ukuran keberhasilan
penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada dan legitimasi mandat yang diberikan rakyat
kepada pasangan calon terpillh.
Semakin rendahnya partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam sebuah
Pemilu/Pemilukada maka dapat dikatakan penyelenggara Pemilu/Pemilukada
gagal dalam melaksanakan sebuah Pemilu/Pemilukada dan legitimasi kemenangan
pasangan calon terpilih juga rendah. Menurut Irvan Maward peneliti Jaringan
Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) berdasarkan kutipan situs .
http//www.jppr.or.id berpendapat di Indonesia, perdebatan tentang partisipasi
politik hanya terbatas pada angka tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap
pemilihan umum.
Sebelum reformasi bergulir, angka itu selalu berada pada kisaran 90 persen,
maka dengan mudah orang akan menyebut bahwa tingkat partisipasi politik
masyarakat tinggi. Tapi sebetulnya bukan itu, atau tepatnya bukan satu-satunya
ukuran tentang tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
yang lebih terpenting adalah adanya jaminan dan mekanisme yang baku, dan
comfortable bagi semua rakyat untuk dapat menyalurkan pikiran-pikirannya ke
dalam sebuah institusi formal. Belum ada ukuran kuantitas yang pasti berapa
persen jumlah partisipasi masyarakat dalam suatu pemilukada tetapi dikatakan
sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pemilihan umum bertingkat nasional lebih rendah dibandingkan tingkat partisipasi
masyarakat terhadap pemilukada di daerahnya bisa dicontohkan pada bagan
Tabel 1.2
Tingkat partisipasi masyarakat Kota Cimahi
Sumber: KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kota Cimahi
Menurut bagan di atas dapat dilihat tingkat partisipasi masyarakat pada
pemilukada Kota Cimahi 2012 lalu, menurut KPUD mereka yang tidak
menggunakan hak pilihnya di pemilukada Kota Cimahi kemarin hampir sekitar
40% bahkan ada yang mencapai 50% menurunnya tingkat partisipasi ini.
Berdasarkan informasi dari KPUD sendiri rata-rata warga Kota Cimahi tidak
mempermasalahkan siapapun yang terpilih menjadi walikota dan wakil walikota,
tetapi dengan tingginya golput sendiri bisa jadi terjadi karena rendahnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap walikota atau wakil walikota dan KPU.
Akibatnya terhadap menjalankan roda pemerintahan dan pelaksana pemilu, tetapi
ini mungkin terjadi karena minimnya sosialisasi yang di lakukan oleh KPU, hal
ini dapat di lihat pada tingkat partisipasi masyarakat menurun dari pemilu tahun
kemarin yang hampir 75% turun sekitar 10 - 15% dari tahun kemarin, ini harus
bisa menjadi bahan introspeksi bagi KPU/KPUD sendiri hal itu mencermin kan
rendah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap KPU sendiri dengan banyaknya
kecurangan yang terjadi dalam pemilu tetapi tidak ada tindak lanjutnya padahal
kecurangan-kecurangan dalam pemilu bisa saja ditindak lanjuti bekerjasama
dengan polisi contohnya money politik hal itu bisa masuk dalam kasus pidana
Sebenarnya rendahnya tingkat partisipasi masyarakat sendiri bukan hanya
terjadi di Kota Cimahi tetapi terjadi juga di seluruh Indonesia. Jika disimpulkan
bahwa semakin lama semakin menurun tingkat partisipasi politik di masyarakat.
Harusnya KPU dalam hal ini penyelenggara pemilu harus lebih giat dan sensitif
melihat permasalahan ini, bukan malah terjadi pembiaran oleh KPU sendiri,
malah menjadi hal yang lumrah orang Indonesia golput, jika tingkat golput itu
semakin tinggi maka akan berimbas pada legitimasi pemimpin yang dihasilkan
melalui mekanisme pemilihan umum ini rendah dan sudah menjadi kewajiban
bahwa salah satu tugas KPU adalah sosialisasi.
Jika dlihat akar dari permasalahan yang sebenarnya adalah kurangnya
sosialisasi yang dilakukan oleh KPU, terutama untuk para pemilih pemula setiap
tahunnya para pemilih pemula ini cukup besar tingkat golputnya. Salah satu
alasan mereka tidak menggunakan hak pilih nya adalah tidak tahu tatacara pemilu
padahal memilih dan dipilih itu adalah hak setiap warga negara, jika sampai itu
terjadi maka pemilu yang di laksanakan oleh KPU bisa di anggap gagal karena
tidak dapat melaksanakan pemilu dengan baik, padahal dengan kemajuan
teknologi dapat digunakan oleh KPU sebagai salah satu fasilitas untuk
mengsosialisasikan pemilu.
Berbeda halnya dengan diluar negeri misalkan di Australia memilih itu adalah
sebuah kewajiban. Jadi ketika seorang warga negara tidak memilih dalam
pemilihan umum (golput) akan ada sebuah sanksi dan ada juga contoh lain di
Amerika pemilihan umum disana sudah menggunakan teknologi internet jadi
pemilihan itu bisa menggunakan email, jadi seseorang tidak perlu ke TPS (Tempat
Pemungutan Suara) hanya perlu mengirim email dan itu bisa sangat memudahkan
bagi seseorang yang sibuk atau malas datang ke TPS. Hal tersebut tentunya
memudahkan jadi bisa menekan tingkat golput itu sendiri ketika pemilihan ini
fleksible atau mudah pasti tingkat partisipasi masyarakat sendiri otomatis akan
tinggi.
B.Fokus Penelitian
2. Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput di
Kota Cimahi?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik
masyarakat Kota Cimahi?
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan teoritis
Ada pun tujuan teoritis terdapat dibawah ini:
Sebagai sarana aplikatif terhadap yang sudah dipelajari dalam sistem politik
Indonesia.
2. Tujuan praktis
Ada pun tujuan teoritis terdapat dibawah ini:
Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU.
Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat
golput.
Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan
partisipasi politik masyarakat.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dan hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik
dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Teoretik
Peneliti ini mengharapkan adanya peningkatan kinerja KPU sendiri
pemimpin-pemimpin yang berintegritas tinggi dan terselenggarakannya pemilu yang
luberjurdil.
2. Praktis
a. Diketahuinya tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU.
b. Diketahuinya upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput.
c. Diketahuinya upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi
politik masyarakat
E. Asumsi
Berdasarkan pengalaman dan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis
terhadap kinerja KPU dan partisipasi masyarakat, maka penulis dapat mengajukan
beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat merupakan ciri khas modernisasi politik dalam
pembangunan. Hemat kata kemajuan demokrasi dapat di lihat dan seberapa
besar tingkat partisipasi politik masyarakatnya Huntington (1993: 270).
2. Semakin banyak media yang digunakan untuk sosialisasi dalam pemilu
mempengaruhi juga tingkat partisipasi masyarakat.
3. Sesuai dengan visi dan KPU sendiri yang ingin menciptakan melayani dan
memperlakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan setara, serta
menegakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Meningkatkan kesadaran politik
rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya
cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.
1. Menurut Das dan Teng (1998: 29) kepercayaan adalah memberikan definisi
atau pengertian kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang
percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang
lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah-ubah dan beresiko.
2. Menurut Syaifullah (2009: 149) partisipasi politik adalah sebagai kegiatan
warga negara untuk turut serta atau mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
atau proses-proses politik.
3. Menurut Amirudin dan Basri Zaini (2006: 11) golput (golongan putih) adalah
seseorang yang tidak memberikan hak pilihnya dalam pemilu. Pengertian
golongan putih (golput). Golput juga biasa dimaksudkan untuk menyebut
mereka yang tidak memilih dalam sebuah pemilihan umum. Definisi tersebut
memiliki beberapa aspek:
a. Ia mencakup kegiatan-kagiatan akan tetapi tidak sikap-sikap, akan tetapi beberapa sarjana menganggap partisipasi politik mencakup pula oreintasi-oreintasi para warga negara terhadap politik serta prilaku mereka yang nyata.
b. Kegiatan politik warga negara preman, atau lebih tepat lagi perorangan-perorangan dalam peranan mereka sebagai warga negara preman.
c. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Kegiatan yang demikian difokuskan terhadap pejabat-pejabat urnum, mereka yang pada umumnya diakui mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan yang final mengenai pengalokasian nilai-nilai secara otoritatif di dalam masyarakat.
d. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, tak peduli apakah kegiatan itu benar-benar mempunyai efek berhasil atau tidak.
4. Pengertian KPU
Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan
pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota
DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan
umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak
dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara yang lain yang
Bahkan nama Komisi Pemilihan Umum belum disebut secara pasti atau tidak
ditentukan dalam UUD 1945, tetapi kewenangannya sebagai penyelenggara
pemilihan umum sudah ditegaskan dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yaitu:
Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Artinya bahwa Komisi Pemilihan Umum itu
adalah penyelenggara pemilu, dan sebagai penyelenggara bersifat nasional, tetap
dan mandiri indiependen, Asshiddiqie (2006: 236-239).
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Bodgan dan Tylor Moleong, (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut Bodgan dan Tylor Moleong (2000: 57) penelitian yang dilakukan
penulisan adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analitis.
Karena dengan menggunakan metode deskriptif analitis peneliti mendapatkan
gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang
terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode desktiptif berusaha
mengambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai kondisi yang ada
dilapangan.
Dipilihnya metode deskriptif analitis dalam penelitian ini karena metode
ini memfokuskan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan
menggambarkannya secara aktual dan kontekstual mengenai peranan KPU dalam
mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Sesuai
dengan hal tersebut diharapkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
secara konprehensif dapat mengungkapkan fakta-fakta yang ada tentang peranan
KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik
H. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Endang Danial (2009: 77) menyatakan bahwa observasi merupakan alat yang
digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan,
mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat dan merekam
segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu. Adapun
observasi yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah terhadap elemen
masyarakat Kota Cimahi.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog,
Tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara
atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya
sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di bengkel, di
kebun, atau dimana saja Endang Danial (2009: 71). Dalam pelaksanaannya nanti
di lapangan, penulis akan melakukan wawancara kepada, tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh pemuda Kota Cimahi.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan
sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data
statistik, gambar, dan sebagainya Endang Danial (2009: 79). Studi dokumen yang
akan diainbil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan observasi di kota
cimahi.
Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan
masalah dan tujuan penelitian Endang Danial (2009: 80). Berkaitan dengan studi
literatur, dalam penelitian penulis membaca, mempelajari, dan mengkaji
literature-literatur yang berhubungan dengan dengan keterkaitan Kota Cimahi.
I. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah untuk secara umum untuk warga Kota Cimahi
tetapi khususnya kepada KPU.
Tabel 1.3
Subjek Penelitian
Sumber: Diolah oleh peneliti 2013
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi
Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Pemilihan Kota Cimahi
sendiri sebagai lokasi penelitian adalah karena tingkat golput pada pemilukada di
Kota Cimahi mencapai 30% dan semakin meningkat tiap tahunnya oleh karena itu
peneliti memilih Kota Cimahi sebagai lokasi penelitian.
NO Responden Jumlah
1 Ketua KPU 1 orang
2 Anggota KPU 5 Orang
64 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang meyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012: 4) “penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Menurut Creswell (2012: 33) Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan.
Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peranan peranan
KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik
masyarakat ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan
kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang
dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat
dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif
mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis untuk
senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi
dalam penelitian ini.
Peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena
yang diteliti, kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang
menunjukan bagaimana peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta
meningkatkan partisipasi politik masyarakat.
Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”.
Dengan penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama. Sugiyono (2012: 59) menyatakan bahwa:
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan”.
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan dapat lebih fokus pada
masalah yang di dalami serta dapat menafsirkan dan membuat kesimpulan atas
temuan tersebut dengan bantuan intrumen agar lebih valid dalam mengolah data
yang diperoleh dari lapangan.
Lebih lanjut, Sugioyo (2012: 222) juga menyatakan, bahwa:
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Oleh karena itu, selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak
berkomunikasi dengan subjek penelitian dengan KPU Kota Cimahi dan warga
Kota Cimahi. Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak
menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan.
2. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah
yang akan dan sedang diteliti. Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari
kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Sugiyono (2012: 2) “metodologi
Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa:
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu
penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian tang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian sangat dibutuhkan
dalam suatu penelitian, karena di dalam metodologi penelitian ditemukan
cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga
menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena
itu, kejelian seorang peneliti dalam menentukan suatu metode penelitian mutlak
harus dimiliki. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dekriptif.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang
didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan
kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual
yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Nazir (1988: 63) yakni sebagai berikut:
Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.
Menurut Arikunto (2009:42) Penggunaan metode deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan
keterangan atau gambar secara aktual dan faktual terhadap gejala sosial, dalam
arti bahwa penelitian tersebut memusatkan pada pemecahan masalah yang terjadi
pada masa sekarang, yaitu memperoleh gambaran yang nyata mengenai peranan
KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan proses yang penting dalam
mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan
data adalah:
Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.
Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk memperoleh informasi dan data faktual langsung dari sumbernya.
Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada
berbagai pihak, baik denganketua KPU Kota Cimahi, anggota KPU Kota Cimahi,
Tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini. Berkaitan dengan hal
tersebut, Danial (2009: 71) menjelaskan bahwa:
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja”.
Dengan menggunakan pendekatan wawancara peneliti dapat mengadakan
dialog ataupun tanya jawab dengan sumber dan tidak perlu menggunakan tempat
khusus dapat lebih kondusional dalam pengumpulan data.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugioyono (2012: 186)
bahwa:
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Dalam proses penelitian diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan
wawancara tersebut diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan
wawancara tak terstruktur menurut Moleong (2012: 190) dapat diselenggarakan
menurut tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut:
Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang memenuhi persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya.
Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.
Dalam proses pegumpulan data pasti selalu ada tahapan-tahapan dalam
pengumpulan data begitu juga dengan pendekatan wawancara yang terpenting
ialah menentukan orang-orang yang akan di wawancarai karena tidak semua
orang mengerti dengan yang akan kita teliti.
Adapun manfaat mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution
(2003: 114-115) yaitu:
Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain sehingga kita memperoleh gambaran tentang dunia mereka. Jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Selain itu, wawancara berfungsi eksploratif, yaitu bila masalah yang kita hadapi masih samar-samar karena belum diselidiki secara mendalam oleh orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan
objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.
2. Observasi
Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar”.
Proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di
lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang
terhadap tujuan penelitian. Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam
hal memperoleh data di lapangan.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan
mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai sumber data yang
dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalah dalam penelitian. Berkaitan
dengan hal tersebut Danial (2009: 79) menjelaskan bahwa:
Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.
Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang
sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data
yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.
4. Triangulasi
Triangulasi menurut Sugioyono (2012: 241) adalah “teknik pengumpulan
data yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada”.
Lebih lanjut Sugiyono (2012: 195) membagi triangulasi atas 2 jenis yakni
sebagai berikut.
sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Tabel 3.1
Triangulasi teknik pengumpulan sumber data (bermacam-macam
cara pada sumber yang sama)
Sumber: Sugiyono (2012: 242)
Untuk mendukung lebih meningkatkan kekuatan data, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai pengumpul data. Adapun
triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi
Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Pemilihan Kota Cimahi
sendiri sebagai lokasi penelitian adalah karena tingkat golput pada pemilukada di
Kota Cimahi mencapai 30% dan semakin meningkat tiap tahunnya oleh karena itu
peneliti memilih Kota Cimahi sebagai lokasi penelitian.
2. Subjek Penelitian
Anggota KPU
Ketua KPU
Penelitian ini ditujukan kepada subjek penelitian ini adalah untuk secara
umum untuk warga Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi
Tengah dan Cimahi Selatan
, Jawa Barat
tetapi khususnya kepada KPU. Subjek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 215) bahwa:Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya”.
Jadi dalam penelitian kualitatif lebih mengutamakan situasi sosial tersebut
sebagai objek maksudnya adalah sumber itu adalah seseorang yang mengerti akan
permasalahan yang akan kita wawancarai dengan demikian penelitian tersebut
dapat lebih mendalam dan valid.
Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti
yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara
"purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.
Dari pendapat beberapa tokoh tersebut penulis dapat menyimpulkan subjek
penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih
secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh karena itu,
subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan
masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara
khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
dijadikan sample penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan sample purposive,
sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi.
kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang
dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap
cukup untuk proses pengumpulan data yg diperlukan sehingga tidak perlu
meminta keterangan dari responden berikutnya.
Dari uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini
dapat di lihat dari tabel berikut:
Tabel 3.2 Subjek Penelitian
Sumber: dibuat oleh pengolah 2013
Tabel diatas menerangkan bahwa dalam responden terdapat beberapa orang
yang di jadikan sumber wawancara dan juga subjek penelitian yaitu ada ketua
KPU sebagai pemipinan lembaga yang mengambil keputusan serta para anggota
KPU yang juga menjadi pemangku kebijakan yang dikeluarkan oleh KPU da nada
pula tokoh masyarakat yang meliputi Ulama, aparatur Negara, akademisi, dan
anggota partai politik.
D. Tahap Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya
peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan
diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka
NO Responden Jumlah
1 Ketua KPU 1 orang
2 Anggota KPU 5 Orang
peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari
subjek dan lokasi penelitian.
2. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah
melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian.
Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat
rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.
b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk
mendapat surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI.
c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin
penelitian kepada Kepala Komisi pemilihan umum dan warga Kota
Cimahi.
3. Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk
memecahkan fokus masalah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penelitian adalah sebagai berikut.:
a. Menghubungi ketua komisi pemilihan umum.
b. Menghubungi anggota komisi pemilihan umum yang akan diwawancarai.
c. Mengadakan wawancara dengan ketua dan anggota komisi pemilihan umum.
d. Menghubungi tokoh masyarakat di Kota Cimahi.
diwawancarai.
g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Tahap ini, data yang diperlukan melalui penelitian, diolah sesuai susunan
kebutuhan penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu,
dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah.
5. Penyusunan Laporan
Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/ bab penelitian yang telah
telah ditulis penelitian, untuk dipertanggungjawabkan peneliti dalam sebuah
sidang ujian skripsi.
E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan maka selanjutnya
peneliti mulai melakukan pengolahan data damn analisis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi, studi literatur. Sedangkan analisis dan diperlukan
untuk mendapatkan informasi yang berarti agar dapat mengungkapkan
permasalahan yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2012: 244) mengatakan bahwa:
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan.
Pengelolan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan
yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan
dengan kajian penelitian.
Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan
keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam
mengolah hasil sementara menjadi teori substantive dengan menggunakan
beberapa metode tertentu. Proses analisis data dimulai dengan menelaah,
memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan di
fokuskan pada hal-hal yang penting.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti apa
yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-18), bahwa terdiri atas
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berikut adalah bagan mengenai
komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman (1992: 20).
Tabel 3.3
Komponen-komponen Analisis Data
Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)
Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakuka
adalah sebagai berikut:
1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data
Data yang sudah terkumpul lalu diseleksi kemudian dirangkum dan Pengumpulan
data
Reduksi
data Kesimpulan:
Penarikan/verifika Penyajian
disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data
dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya
berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.
Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada ketua KPU,
anggota KPU, warga Kota Cimahi dan Partai Politik. Dengan kata lain, reduksi
data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah
terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum,
mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang dapat
diteliti.
2. Penyajian Data
Penyajian data atau display data adalahsekumpulaninformasi yang akan
memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain,
menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola
hubungannya.
Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan pembina Paskibra,
pelatih Paskibra dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra,
hasil dari observasi lapangan, dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah
didapat tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasikan
sesuai dengan rumusan masalah.
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data
Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari
arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan
mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat
tentang bagaimana mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik
masyarakat.
Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan
unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan
dengan fokus masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa
keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana diuraikan oleh Moleong
(2012: 327) yaitu:
1) perpanjang keikutsertaan,
2) ketekunan pengamatan,
3) triangulasi,
4) pengecekan sejawat,
5) kecukupan referensial,
6) kajian kasus negatif,
7) pengecekan anggota
8) uraian rinci,
9) audit kebergantungan,
10) audit kepastian.
Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti
dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut, peneliti
memperoleh data secara lengkap dan yang memenuhi keabsahan data sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, mengenai peranan KPU dalam
125 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengabil kesimpulan dari
data dan fakta yang ada, dan memberikan rekomendasi sebagai pertimbangan dan
masukan kepada pihak-pihak yang memperlukanya. Adapun kesimpulan dan
rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan pihak KPU dalam mengatasi tingkat
golput serta meningkatkan partisipasi masyarakat dirasa masih kurang terutama di
di masyarakat meski begitu masyarakat sendiri sudah mengapresiasi kinerja KPU
Kota Cimahi selama ini dengan baiknya pelaksanaan pemilu-pemilu yang sudah
dilaksankan KPU Kota Cimahi sendiri.
2. Kesimpulan Khusus
Secara khusus, dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a. Tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU adalah : 1) Selama ini banyak
yang mempertanyakan kompentensi dan independensi anggota KPU dalam
melaksanakan pemilu karena melihat carut marutnya pelaksanaan pemilu serta
banyaknya kecurangan dalam pelaksanaan pemilu yang tidak ditindak tegas;
2) indikator berhasil tidaknya suatu pemilu tentu saja tingkat partisipasi
masyarakat, jika melihat tingkat partisipasi saja tiap tahun menurun berarti
kinerja KPU selama ini di nilai minus oleh masyarkat; 3) KPU harus lebih
proaktif dalam mengsosialisasikan pemilu karena dengan rendahnya tingkat
sosialisasi kepada masyarakat; 3) KPU juga dituntut untuk meningkatkan
kualitas para calon yang akan mengikuti pemilu, selama ini KPU hanya
menerima saja dari parpol tanpa ada penyaringan lagi yang di lakukan oleh
KPU, selama ini parpol hanya mengajukan calon yang sebatas memenuhi
kuota saja tanpa ada penyaringan dalam hal kualitas, hal ini dinilai masyarakat
yang menyebabkan mereka tidak berpartisipasi dalam pemilu.
b. Upaya yang dilakukan KPU untuk meminimalisir tingkat golput di masyarakat
adalah: 1) Upaya KPU dalam mengatasi golput lebih mendekatkan diri dengan
masyarakat agar tidak terjadi sekat antara KPU dan masyarakat agar membuat
masyarakat lebih gampang untuk memberi kritik kepada KPU tentang
pelaksanaan pemilu dan berharap bisa menekan tingkat golput di Kota
Cimahi; 2) Kurangnya proaktif dari masyarakat yang menyulitkan KPU dalam
melakukan sosialisasi banyaknya masyarakat yang ribut ketika pelaksanaan
pemilu hampir dekat yang menyebabkan dirinya tidak masuk dalam DPT; 3)
bekerjasama dan melakukan dialog dengan tokoh masyarakat, para guru dan
mahasiswa untuk mengsosialisasikan pemilu serta mengikut sertakan para
stekholder untuk memantau pelaksanaan pemilu.
c. Upaya yang dilakukan KPU untuk meningkatkan tingkat partisipasi politik
masyarakat adalah: 1) Lebih memaksimalkan sosialisasi pada masyarakat
terutama dengan menggunakan media massa serta mengikut sertakan guru
PKn untuk menanamkan pentingnya mengikuti pemilu sejak dini untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat sejak dini; 2) Untuk meningkatkan
kualitas para calon yang bertarung dalam pemilu pihak KPU telah melakukan
verifikasi yang cukup ketat untuk menyaring kader-kader dari partai politik
untuk bertarung dalam pemilu dan meminimalisir kecurangan-kecurangan
dalam pemilu dengan begitu otomatis dapat menekan tingkat golput di Kota
B. Rekomendasi
Pada bagian ini merupakan bentuk pertanggungjawaban penulis untuk tidak
hanya mengamati sekaligus evaluator belaka, namun turut pula memberikan
masukan berupa saran pada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun saran yang
diberikan penulis antara lain.
1. Ditujukan kepada KPU Kota Cimahi
a. KPU sebagai pelaksana pemilu seharusnya dapat lebih tegas menyikapi
tentang kecurangan-kecurangan dalam pemilu, hal ini yang dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap KPU sendiri tentu saja
dengan meningkatnya kepecayaan masyarakat akan meningatkan pula
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu.
b. KPU sebagai regulator dalam pemilu seharusnya lebih meningkatkan kulitas
calon yang ada jangan hanya melihat kuantitas saja tetapi yang penting
kualitas, ketika kualitas para calon yang akan bertarung dalam pemilu
semakin baik para pemilih pun akan lebih antusias dalam menyambut
pemilu itu sendiri.
c. KPU seharusnya menggunakan pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam
menyikapi golput di masyarakat karena berbeda halnya pendekatan yang di
lakukan terhadap golput secara ideologis dengan yang golput karena ketidak
tahuan tata cara atau kekurang informasi.
d. Seharusnya KPU dapat bercermin dari pemilu-pemilu sebelumnya dengan
mengantisipasi tingkat golput karena golput ini bukan jarang terjadi dalam
pemilu tetapi selalu terjadi dalam pemilu, golput sendiri tidak bisa di
hilangkan karena itu adalah suatu pilihan pribadi seseorang tetapi
seharusnya KPU dapat meminimalisir tingkat golputnya itu sendiri karena
akan berimbas kepada legitimasi calon yang terpilih kelak.
e. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU menyebabkan rendahnya
tingkat partisipasi masyarakat seharusnya KPU bukan cuman melakukan
bisa di setiap kelurahan ataupun RT/RW hal ini cukup efektif karena
langsung berhadapan dengan masyarakat dan tidak memerlukan dana yang
cukup besar di banding dengan sosialisasi lewat media elektronik atau
media cetak.
2. Ditujukan Kepada Masyrakat Kota Cimahi
a. Seharusnya masyarakat jangan hanya bisa menuntut KPU saja tetapi juga
harus ikut mengawasi KPU dan ikut mengkoreksi dan mengkritik KPU agar
lebih baik kedepannya.
b. Masyarakat harus proaktif dalam melaporkan kecurangan-kecurangan yang
terjadi dalam pemilu.
c. Masyarakat ikut dalam proses sosialisasi dan membantu KPU dalam proses
sosialisasi pemilu.
d. Masyarakat harus lebih proaktif untuk melihat DPT di kelurahan-kelurah
tempat mereka tinggal jangan sampai mereka kehilangan hak pilihnya
karena tidak tercantum dalam DPT padahal sudah memnuhi syarat untuk
memilih dan segera melapor kepada petugas PPK yang ada di kecamatan.
3. Ditujukan Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
a. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus menjadi rekanan KPU untuk
mengsosialisasikan pemilu kepada anak-anak sekolah sejak dini agar
mengerti pentingnya pemilu.
b. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus senantiasa menciptakan
mahasiswa dan anak-anak yang di didiknya untuk menjadi warga negara
yang goodcitizenship.
c. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat menjadi agent of
4. Ditujukan Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian seperti yang
telah penulis lakukan, agar menambah luas bahan kajian tidak hanya di
Kota Cimahi.
b. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti mengenai pentingnya
pemilukada dan peran KPU dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat.
c. Untuk menambah pendekatan lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini
agar semakin memperkuat peran KPU dalam masyarakat terutama
Daftar Pustaka
Amirudin dan Zaini, A. B. (2006). Pilkada langsung, problem dan prospek.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
As’ari, D. K. (2006). Kamus Istilah Politik dan Kewarganegaraan Bandung: Yrama
Widya.
Arikunto, S. (2009), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. (1993). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri
Ali, N. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999 J Prihatmoko, Joko. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP21Semarang dan LP3M Unwahas, 2003
Budiarjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chamim, A. I (ed), Tanpa Tahun. Seri Pendidikan Pemilih Untuk Pelajar: Menuju Pemilu Yang Demokratis Dan Tanpa Kekerasan, Tanpa Kota : JPPR.
Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantiitatif, dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan
Dahl, R. A. (1992). Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta : Yayasan Obor.
Darmawan, C. (2003). Pengumulan Demokrasi : Beberapa Catatan Kritis. Bandung: Pustaka Aulia Press.
Fatah, E. S, 2000. Zaman Kesempatan Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru, Bandung: Mizan.
Huntington, Samuel P dan John N (1994). Partisipasi Politik Negara Berkembang. Jakarta: Rineke Cipta.
Juliantara, D. (1998). Merentas Jalan Demokrasi. Yogyakarta: Kanisius.
Maskub, M, 1999. Menuju Masyarakat Sadar Pilih & Kritis: Buku Saku Pendidikan Pemilih, Tanpa Kota : JPPR.
Moleong, J. X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Miles, M & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatf Jakarta: UI-Press.
Maran, Rafael Raga (2007). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Masdar, U. dkk (1999). Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mas’oed, Mochtar dan Colin M. A. (2006). Perbandingan Sistem Politik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.
Pito, A. E dan Kemal F. (2006). Mengenal Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: PT Nuansa.
Putra, F. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004
Rizkiyansyah, F. K. (2007). Mengenal Pemilu Menatap Demokrasi. Bandung: IDEA Publishing.
Rush, M dan Philip A. (2003). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanit, A (Eds). Aneka Pandangan Fenomena Politik Golput, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.
Supriyanto, Didik. (2007). Menjaga Indipendensi Penyelenggara Pemilu. Jakarta: Peluden.
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Surahkmad W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik.
Bandung: Tarsito.
Pamungkas, S. Pemilu, Perilaku pemilih, dan Kepartaian, (Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism (IDW), 2010), hal. 90-92
Sastroadmojo, S. Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995
Wuryan & Syaifullah. 2009. Ilmu Kewarganegaraan (CIVIC). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
INTERNET/WEBSITE
Centre For Electoral Reform (CETRO). SISTEM PEMILIHAN UMUM [on line] tersedia http://cetro.or.id/mpr/sistempemilu.pdf
International IDEA. (2002). Standar-standar internasional untuk Pemilihan Umum: Pedoman : Pedoman Peninjauan Kembal Kerangka Hukum Pemilu. [on line] tersedia : http//www.idea.int/publication/ies/bahasa.cfm
Masawardi, Irvan (2008). Pilkada Tanpa Incumbent. [on line] tersedia : http//www.jppr.or.id
KPU, [on line] tersedia: http//www.kpu.co.id
JURNAL/PERUNDANG-UNDANGAN/PERATURAN
Undang-Undang DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Amandemen ke-2 dan ke-3
Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu
Jurnal Marratu Fahri Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN: 1979 – 0899X tentang Peranan Penyelenggara Pemilu dalam pendidikan pemilih untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas.
Bismar Arianto, analsis penyebab masyarakat tidak memilih dalam pemilu, (2011),