• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT: Studi Deskriptif Analitis di KPU Daerah Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT: Studi Deskriptif Analitis di KPU Daerah Kota Cimahi."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA

MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Jamaludin Aziz 0906506

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA

MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)

Oleh

Jamaludin Aziz

0906506

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Jamaludin Aziz, 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PERANAN KPU

DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU

Kota Cimahi) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2013

Yang membuat pernyataan

Jamaludin Aziz

(4)

Jamaludin Aziz

0906506

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA

MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)

DISETUJUI DAN DI SAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof.Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Diketahui oleh,

(5)

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP.,

M.Si

NIP. 19690929 199402 1 001

3.2

Drs. Rahmat, M.Si

NIP.19580915 198603 1 003 3.3

Syaifullah, S.Pd., M.Si.

(6)

SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU Daerah Kota Cimahi).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebelum pemilu 2004, KPU dapat terdiri dari anggota-anggota yang merupakan anggota sebuah partai politik, namun setelah dikeluarkannya UU No. 4/2000 pada tahun 2000, maka diharuskan bahwa anggota KPU adalah non-partisan atau bukan berasal dari partai politik.

Lembaga penyelenggara pemilu haruslah bersifat indipenden, tidak tergantung pada siapapun baik pemerintah maupun pengaruh lain. Penyelenggaraan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas dan akuntabilitas ( penjelasan UU No.22 tahun 2007).

Lembaga penyelenggara pemilu merupakan lembaga yang memiliki wewenang dalam mengatur, menjadwalkan, merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan segala sesuatunya sampai pemilu berhasil. Selain wewenang tersebut, lembaga penyelenggara pemilu juga berkewajiban untuk mengawasi jalannya pemilu. Penelitian ini didasarkan pada tiga permasalahan yaitu: 1) Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU; 2) Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput di Kota Cimahi?; 3) Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat Kota Cimahi?.

Dalam penelitian ini guna mengungkapkan permasalahan tersebut penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di kawasan Kota Cimahi dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

(7)

NUMBERS abstentions PUBLIC PARTICIPATION (Descriptive Analytical Study on the Regional Commission Cimahi).

General Elections Commission ( KPU ) is a state agency that organizes elections in Indonesia , which covers the general election DPR / DPD / Parliament , election of President and Vice President , and the election of Regional Head and Deputy Head . Before the 2004 elections , the Commission may consist of members who are members of a political party , but after the issuance of Law no . 4/2000 in 2000 , it is required that the members of the Commission is a non - partisan or not from a political party .

Election management body should be independent , not dependent on either government or influence anyone else . Direct election , general , free , confidential , honest and fair can be achieved if carried out by the electoral management body that has the integrity , professionalism and accountability ( explanation Law No.22 of 2007 ) .

Election management body is an institution that has the authority to organize , schedule , plan , prepare and execute everything to electoral success . In addition to the authority , election management body is also responsible for overseeing the elections . The study was based on three issues : 1 ) How do people's responses on the performance of the Commission ; 2 ) How do the Commission in efforts to minimize the level of abstentions in Cimahi ? ; 3 ) How does the Commission efforts to improve people's political participation Cimahi ? .

In this study the authors to disclose these problems using a qualitative approach with descriptive analytical method . The study site was located at Cimahi region with data collection techniques such as observation ,interview and documentation.

(8)

DAFTAR ISI

A. Tinjauan tentang Pemilihan Umum ……… 14

1. Pemilihan Umum Kaitannya dengan Demokrasi ……… 14

2. Makna dan Hakikat pemilihan Umum ………. 16

B. Tinjauan tentang KPU ……….. 23

1. Lembaga Penyelenggara Pemilu ……….. 23

2. Standar Internasional Lembaga Penyelenggara Pemilu ……… 24

3. Penyelenggara Pemilu di Indonesia ………. 30

C. Konsep Golput ………... 37

1. Pengertian Golput di Indonesia ………. 37

2. Faktor-faktor Penyebab Golput ………. 41

3. Tafsir Golput ………. 48

D. Tinjauan tentang Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pemilu ……. 50

1. Makna dan Hakikat Partisipasi Politik ………... 50

2. Tingkatan dan Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ……….. 52

E. Peranan KPU dalam Meningkatkan Partisipasi Politik………....59

BAB III METODE PENELITIAN……… 63

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……… 63

1. Pendekatan Penelitian ……… 63

2. Metode Penelitian ……….. 64

(9)

1. Wawancara ………. 66

2. Observasi ……… 68

3. Studi Dokumentasi ………... 68

4. Triangulasi ……….. 68

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 69

1. Lokasi Penelitian ……… 69

2. Subjek Penelitian ……… 69

D. Tahap Penelitian ………. 72

1. Persiapan Penelitian ………... 72

2. Perizinan Penelitian ……… 72

3. Pelaksanaan Penelitian ………... 72

4. Pengolahan dan Analisis Data ……… 73

5. Penyusunan Laporan ……….. 73

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ………. 75

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data ………. 75

2. Penyajian Data ……… 75

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data ………. 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… ... 78

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 78

1. Profil Kota Cimahi ………. 78

2. Gambaran Umum Tentang KPU Kota Cimahi ……….. 82

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 93

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 124

A. Kesimpulan ………. 124

B. Rekomendasi ……….. 126

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang

menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan

umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden,

serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebelum pemilu

2004, KPU dapat terdiri dari anggota-anggota yang merupakan anggota sebuah

partai politik, namun setelah dikeluarkannya UU No. 4/2000 pada tahun 2000,

maka diharuskan bahwa anggota KPU adalah non-partisan atau bukan berasal dari

partai politik.

Jika dilihat secara objektif kita harus menilai kinerja KPU karena KPU

adalah salah satu cara mencari para pemimpin dan wakil rakyat kita karena pemilu

yang diselenggarakan oleh KPU adalah gerbang menuju sebuah kekuasaan.

Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri Abdul Hafiz Anshary

berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengakui bahwa kinerja lembaga yang

dipimpinnya kurang maksimal dalam melaksanakan tugas menyiapkan Pemilu

2009. Hal itu diakibatkan sejumlah kendala yang tidak bisa diselesaikan secara

internal, misalnya dana dan sumber daya manusia. Salah satu contoh, KPU merasa

kurang maksimal dalam sosialisasi pemilu melalui media elektronik karena

anggaran tidak memadai untuk beriklan dengan frekuensi cukup tinggi. Anggaran

sosialisasi tidak hanya di media elektronik KPU harus membagi jatah anggaran

untuk iklan media cetak, poster, spanduk, dan lain-lain. Menurut ketua KPU

Abdul Hafiz berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengaku kesulitan

mengkoordinasikan program dengan anggota karena jumlah yang terbatas padahal

(11)

Belum lagi KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) yang kurang fokus

mengurus pemilu karena sibuk mengurus pilkada. Kalau mau merekrut tenaga

baru itu juga membutuhkan anggaran baru lagi. Untuk mengatasi masalah itu,

KPU bekerja sama dengan tokoh masyarakat, media massa, instansi pemerintah,

dan swasta. Sebenarnya dukungan pihak lain dapat membantu menjelaskan

seluk-beluk dan mekanisme pemilu kepada masyarakat, terutama bagi yang cacat dan

pemilih baru. Kepada Departemen Dalam Negeri, misalnya KPU sudah dibantu

menjelaskan pemilu melalui kepala-kepala daerah dan kepada perusahaan seluler,

KPU mendapat dukungan penyebaran informasi melalui layanan pesan pendek.

menurut ketua KPU Hafiz berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengulas

soal kesiapan logistik pemilu disampaikan sejauh ini kendala yang sering terjadi

adalah soal distribusi kertas suara, kotak suara, dan tinta terutama di

daerah-daerah seperti Papua dan pulau-pulau terpencil.

Di sisi lain KPU diharapkan membangun koordinasi dengan pemerintah dan

Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) mengurangi dan menyelesaikan masalah

yang bisa menghambat kelancaran pemilu. Soal daftar pemilih tetap, KPU

menggunakan kesempatan revisi sebaik mungkin sehingga semua pemilih

terdaftar bisa masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) peningkatan sosialisasi bisa

menjadi metode perbaikan DPT itu. Selain itu, menyatakan masyarakat juga harus

menyediakan waktu dan tenàga untuk bertukar pikiran dengan KPU demi

kelancaran pemilu.

Terjadi banyak sekali kecurangan dalam pemilu sebenarnya siapa yang harus

bertanggung jawab atas terjadinya kecurangan-kecurangan dalam pemilu? apakah

mental orang Indonesia yang tidak bisa menerima kekalahan? atau kah sistem

yang membuat kecurangan itu terjadi? atau peraturan yang longgar penyebabkan

itu terjadi?. Menurut ketua MK (Mahkamah Konstitusi) Mahfud M.D berdasarkan

kutipan situs www.MahkamahKonstitusi.co.id menilai konflik dalam pemilihan

kepala daerah tidak hanya karena ada upaya kecurangan dan para kontestan, tetapi

ada kecenderungan KPU mulai terlibat. Awalnya kecurangan pilkada hanya

(12)

Dengan demikin seharusnya sanksi tidak hanya ditujukan kepada kontestan,

melainkan akan diarahkan pemberian sanksi terhadap KPU, mengingat sengketa

pilkada terjadi di berbagai tempat di Tanah Air. Menurut ketua MK, indikasi

kecurangan yang ditemui antara lain membatalkan pencalonan seseorang atau

memaksakan seseorang menjadi calon meski tidak memenuhi syarat sebagai

upaya memecah suara orang lain. Ada pula pihak yang dianggap kuat dibatalkan

karena dianggap tidak memenuhi syarat. Kecenderungan seperti itu memang ada

banyaknya pilkada yang sudah berjalan baik dan hanya sebagian kecil yang

mengalami pengulangan dalam pemilu menurut MK (Mahkamah Konstitusi)

banyaknya pengulangan dalam pemilu tadi hanya karena masalah teknis atau

kecurangan-kecurangan yang mempengaruh pemenang dalam pilkada tersebut

jadi, apa bila kecurangan tersebut sangat berpengaruh seperti merugikan calon lain

maka akan di ulang.

Tabel 1.1

Kasus yang ditangani Mahkamah Konstitusi

90% Pilkada sudah berjalan baik 10% pilkada harus diulang

Sumber: www.Mahkamah Konstitusi.co.id (2012)

Dilihat tabel tersebut dapat diketahui dan 400-an kasus yang ditangani MK

hanya 30-an kasus yang menghasilkan putusan pilkada harus diulang. Pada

umumnya setiap pelaksanaan pilkada ada kecenderungan terjadi kecurangan,

karena hampir semua kontestan berusaha curang. Jika kecurangan tersebut tidak

berpengaruh secara signifikan, kasus tersebut akan diserahkan ke pengadilan

umum. Menurut ketua MK berdasarkan kutipan situs www.nasional.kompas.com

(13)

Misal, jika ditemukan pencurian suara akan tetapi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap hasil pilkada maka akan diadili secara pidana.

Masalah yang lain adalah rendahnya tingkat partisipasi masyarakat itu cukup

meresahkan karena dalam pemilu 2009 kemarin hampir 50% rakyat Indonesia

tidak menggunakan hak pilihnya tentu yang kita soroti adalah sosialisasi dari KPU

sendiri bisa sampai penyebabkan tingginya tingkat golput di masyarakat. Dalam

konteks penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada, besarnya jumlah partisipasi

masyarakat digunakan sebagai salah satu tolak ukuran keberhasilan

penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada dan legitimasi mandat yang diberikan rakyat

kepada pasangan calon terpillh.

Semakin rendahnya partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam sebuah

Pemilu/Pemilukada maka dapat dikatakan penyelenggara Pemilu/Pemilukada

gagal dalam melaksanakan sebuah Pemilu/Pemilukada dan legitimasi kemenangan

pasangan calon terpilih juga rendah. Menurut Irvan Maward peneliti Jaringan

Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) berdasarkan kutipan situs .

http//www.jppr.or.id berpendapat di Indonesia, perdebatan tentang partisipasi

politik hanya terbatas pada angka tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap

pemilihan umum.

Sebelum reformasi bergulir, angka itu selalu berada pada kisaran 90 persen,

maka dengan mudah orang akan menyebut bahwa tingkat partisipasi politik

masyarakat tinggi. Tapi sebetulnya bukan itu, atau tepatnya bukan satu-satunya

ukuran tentang tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum

yang lebih terpenting adalah adanya jaminan dan mekanisme yang baku, dan

comfortable bagi semua rakyat untuk dapat menyalurkan pikiran-pikirannya ke

dalam sebuah institusi formal. Belum ada ukuran kuantitas yang pasti berapa

persen jumlah partisipasi masyarakat dalam suatu pemilukada tetapi dikatakan

sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap

pemilihan umum bertingkat nasional lebih rendah dibandingkan tingkat partisipasi

masyarakat terhadap pemilukada di daerahnya bisa dicontohkan pada bagan

(14)

Tabel 1.2

Tingkat partisipasi masyarakat Kota Cimahi

Sumber: KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kota Cimahi

Menurut bagan di atas dapat dilihat tingkat partisipasi masyarakat pada

pemilukada Kota Cimahi 2012 lalu, menurut KPUD mereka yang tidak

menggunakan hak pilihnya di pemilukada Kota Cimahi kemarin hampir sekitar

40% bahkan ada yang mencapai 50% menurunnya tingkat partisipasi ini.

Berdasarkan informasi dari KPUD sendiri rata-rata warga Kota Cimahi tidak

mempermasalahkan siapapun yang terpilih menjadi walikota dan wakil walikota,

tetapi dengan tingginya golput sendiri bisa jadi terjadi karena rendahnya tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap walikota atau wakil walikota dan KPU.

Akibatnya terhadap menjalankan roda pemerintahan dan pelaksana pemilu, tetapi

ini mungkin terjadi karena minimnya sosialisasi yang di lakukan oleh KPU, hal

ini dapat di lihat pada tingkat partisipasi masyarakat menurun dari pemilu tahun

kemarin yang hampir 75% turun sekitar 10 - 15% dari tahun kemarin, ini harus

bisa menjadi bahan introspeksi bagi KPU/KPUD sendiri hal itu mencermin kan

rendah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap KPU sendiri dengan banyaknya

kecurangan yang terjadi dalam pemilu tetapi tidak ada tindak lanjutnya padahal

kecurangan-kecurangan dalam pemilu bisa saja ditindak lanjuti bekerjasama

dengan polisi contohnya money politik hal itu bisa masuk dalam kasus pidana

(15)

Sebenarnya rendahnya tingkat partisipasi masyarakat sendiri bukan hanya

terjadi di Kota Cimahi tetapi terjadi juga di seluruh Indonesia. Jika disimpulkan

bahwa semakin lama semakin menurun tingkat partisipasi politik di masyarakat.

Harusnya KPU dalam hal ini penyelenggara pemilu harus lebih giat dan sensitif

melihat permasalahan ini, bukan malah terjadi pembiaran oleh KPU sendiri,

malah menjadi hal yang lumrah orang Indonesia golput, jika tingkat golput itu

semakin tinggi maka akan berimbas pada legitimasi pemimpin yang dihasilkan

melalui mekanisme pemilihan umum ini rendah dan sudah menjadi kewajiban

bahwa salah satu tugas KPU adalah sosialisasi.

Jika dlihat akar dari permasalahan yang sebenarnya adalah kurangnya

sosialisasi yang dilakukan oleh KPU, terutama untuk para pemilih pemula setiap

tahunnya para pemilih pemula ini cukup besar tingkat golputnya. Salah satu

alasan mereka tidak menggunakan hak pilih nya adalah tidak tahu tatacara pemilu

padahal memilih dan dipilih itu adalah hak setiap warga negara, jika sampai itu

terjadi maka pemilu yang di laksanakan oleh KPU bisa di anggap gagal karena

tidak dapat melaksanakan pemilu dengan baik, padahal dengan kemajuan

teknologi dapat digunakan oleh KPU sebagai salah satu fasilitas untuk

mengsosialisasikan pemilu.

Berbeda halnya dengan diluar negeri misalkan di Australia memilih itu adalah

sebuah kewajiban. Jadi ketika seorang warga negara tidak memilih dalam

pemilihan umum (golput) akan ada sebuah sanksi dan ada juga contoh lain di

Amerika pemilihan umum disana sudah menggunakan teknologi internet jadi

pemilihan itu bisa menggunakan email, jadi seseorang tidak perlu ke TPS (Tempat

Pemungutan Suara) hanya perlu mengirim email dan itu bisa sangat memudahkan

bagi seseorang yang sibuk atau malas datang ke TPS. Hal tersebut tentunya

memudahkan jadi bisa menekan tingkat golput itu sendiri ketika pemilihan ini

fleksible atau mudah pasti tingkat partisipasi masyarakat sendiri otomatis akan

tinggi.

B.Fokus Penelitian

(16)

2. Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput di

Kota Cimahi?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik

masyarakat Kota Cimahi?

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan teoritis

Ada pun tujuan teoritis terdapat dibawah ini:

 Sebagai sarana aplikatif terhadap yang sudah dipelajari dalam sistem politik

Indonesia.

2. Tujuan praktis

Ada pun tujuan teoritis terdapat dibawah ini:

 Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU.

 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat

golput.

 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan

partisipasi politik masyarakat.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dan hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik

dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Teoretik

Peneliti ini mengharapkan adanya peningkatan kinerja KPU sendiri

(17)

pemimpin-pemimpin yang berintegritas tinggi dan terselenggarakannya pemilu yang

luberjurdil.

2. Praktis

a. Diketahuinya tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU.

b. Diketahuinya upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput.

c. Diketahuinya upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi

politik masyarakat

E. Asumsi

Berdasarkan pengalaman dan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis

terhadap kinerja KPU dan partisipasi masyarakat, maka penulis dapat mengajukan

beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat merupakan ciri khas modernisasi politik dalam

pembangunan. Hemat kata kemajuan demokrasi dapat di lihat dan seberapa

besar tingkat partisipasi politik masyarakatnya Huntington (1993: 270).

2. Semakin banyak media yang digunakan untuk sosialisasi dalam pemilu

mempengaruhi juga tingkat partisipasi masyarakat.

3. Sesuai dengan visi dan KPU sendiri yang ingin menciptakan melayani dan

memperlakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan setara, serta

menegakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Meningkatkan kesadaran politik

rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya

cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

(18)

1. Menurut Das dan Teng (1998: 29) kepercayaan adalah memberikan definisi

atau pengertian kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang

percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang

lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah-ubah dan beresiko.

2. Menurut Syaifullah (2009: 149) partisipasi politik adalah sebagai kegiatan

warga negara untuk turut serta atau mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan

atau proses-proses politik.

3. Menurut Amirudin dan Basri Zaini (2006: 11) golput (golongan putih) adalah

seseorang yang tidak memberikan hak pilihnya dalam pemilu. Pengertian

golongan putih (golput). Golput juga biasa dimaksudkan untuk menyebut

mereka yang tidak memilih dalam sebuah pemilihan umum. Definisi tersebut

memiliki beberapa aspek:

a. Ia mencakup kegiatan-kagiatan akan tetapi tidak sikap-sikap, akan tetapi beberapa sarjana menganggap partisipasi politik mencakup pula oreintasi-oreintasi para warga negara terhadap politik serta prilaku mereka yang nyata.

b. Kegiatan politik warga negara preman, atau lebih tepat lagi perorangan-perorangan dalam peranan mereka sebagai warga negara preman.

c. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Kegiatan yang demikian difokuskan terhadap pejabat-pejabat urnum, mereka yang pada umumnya diakui mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan yang final mengenai pengalokasian nilai-nilai secara otoritatif di dalam masyarakat.

d. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, tak peduli apakah kegiatan itu benar-benar mempunyai efek berhasil atau tidak.

4. Pengertian KPU

Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan

pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota

DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan

umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak

dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara yang lain yang

(19)

Bahkan nama Komisi Pemilihan Umum belum disebut secara pasti atau tidak

ditentukan dalam UUD 1945, tetapi kewenangannya sebagai penyelenggara

pemilihan umum sudah ditegaskan dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yaitu:

Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Artinya bahwa Komisi Pemilihan Umum itu

adalah penyelenggara pemilu, dan sebagai penyelenggara bersifat nasional, tetap

dan mandiri indiependen, Asshiddiqie (2006: 236-239).

G. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Bodgan dan Tylor Moleong, (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Bodgan dan Tylor Moleong (2000: 57) penelitian yang dilakukan

penulisan adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analitis.

Karena dengan menggunakan metode deskriptif analitis peneliti mendapatkan

gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang

terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode desktiptif berusaha

mengambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai kondisi yang ada

dilapangan.

Dipilihnya metode deskriptif analitis dalam penelitian ini karena metode

ini memfokuskan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan

menggambarkannya secara aktual dan kontekstual mengenai peranan KPU dalam

mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Sesuai

dengan hal tersebut diharapkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

secara konprehensif dapat mengungkapkan fakta-fakta yang ada tentang peranan

KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik

(20)

H. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Endang Danial (2009: 77) menyatakan bahwa observasi merupakan alat yang

digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan,

mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat dan merekam

segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu. Adapun

observasi yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah terhadap elemen

masyarakat Kota Cimahi.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog,

Tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara

atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya

sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di bengkel, di

kebun, atau dimana saja Endang Danial (2009: 71). Dalam pelaksanaannya nanti

di lapangan, penulis akan melakukan wawancara kepada, tokoh masyarakat, tokoh

agama, tokoh pemuda Kota Cimahi.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan

sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data

statistik, gambar, dan sebagainya Endang Danial (2009: 79). Studi dokumen yang

akan diainbil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan observasi di kota

cimahi.

(21)

Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan

masalah dan tujuan penelitian Endang Danial (2009: 80). Berkaitan dengan studi

literatur, dalam penelitian penulis membaca, mempelajari, dan mengkaji

literature-literatur yang berhubungan dengan dengan keterkaitan Kota Cimahi.

I. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah untuk secara umum untuk warga Kota Cimahi

tetapi khususnya kepada KPU.

Tabel 1.3

Subjek Penelitian

Sumber: Diolah oleh peneliti 2013

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi

Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Pemilihan Kota Cimahi

sendiri sebagai lokasi penelitian adalah karena tingkat golput pada pemilukada di

Kota Cimahi mencapai 30% dan semakin meningkat tiap tahunnya oleh karena itu

peneliti memilih Kota Cimahi sebagai lokasi penelitian.

NO Responden Jumlah

1 Ketua KPU 1 orang

2 Anggota KPU 5 Orang

(22)

64 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

metodologi yang meyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012: 4) “penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Menurut Creswell (2012: 33) Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan.

Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peranan peranan

KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik

masyarakat ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan

kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang

dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat

dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif

mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis untuk

senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi

dalam penelitian ini.

Peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena

yang diteliti, kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang

menunjukan bagaimana peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta

meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif

(23)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”.

Dengan penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama. Sugiyono (2012: 59) menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan”.

Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan dapat lebih fokus pada

masalah yang di dalami serta dapat menafsirkan dan membuat kesimpulan atas

temuan tersebut dengan bantuan intrumen agar lebih valid dalam mengolah data

yang diperoleh dari lapangan.

Lebih lanjut, Sugioyo (2012: 222) juga menyatakan, bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Oleh karena itu, selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak

berkomunikasi dengan subjek penelitian dengan KPU Kota Cimahi dan warga

Kota Cimahi. Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak

menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan.

2. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah

yang akan dan sedang diteliti. Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari

kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Sugiyono (2012: 2) “metodologi

(24)

Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa:

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu

penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian tang telah

ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian sangat dibutuhkan

dalam suatu penelitian, karena di dalam metodologi penelitian ditemukan

cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga

menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena

itu, kejelian seorang peneliti dalam menentukan suatu metode penelitian mutlak

harus dimiliki. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dekriptif.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang

didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan

kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual

yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Nazir (1988: 63) yakni sebagai berikut:

Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Menurut Arikunto (2009:42) Penggunaan metode deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan

keterangan atau gambar secara aktual dan faktual terhadap gejala sosial, dalam

arti bahwa penelitian tersebut memusatkan pada pemecahan masalah yang terjadi

pada masa sekarang, yaitu memperoleh gambaran yang nyata mengenai peranan

KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik

(25)

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang penting dalam

mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan

data adalah:

Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk memperoleh informasi dan data faktual langsung dari sumbernya.

Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada

berbagai pihak, baik denganketua KPU Kota Cimahi, anggota KPU Kota Cimahi,

Tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini. Berkaitan dengan hal

tersebut, Danial (2009: 71) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja”.

Dengan menggunakan pendekatan wawancara peneliti dapat mengadakan

dialog ataupun tanya jawab dengan sumber dan tidak perlu menggunakan tempat

khusus dapat lebih kondusional dalam pengumpulan data.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugioyono (2012: 186)

bahwa:

(26)

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam proses penelitian diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan

wawancara tersebut diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan

wawancara tak terstruktur menurut Moleong (2012: 190) dapat diselenggarakan

menurut tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut:

Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang memenuhi persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya.

Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

Dalam proses pegumpulan data pasti selalu ada tahapan-tahapan dalam

pengumpulan data begitu juga dengan pendekatan wawancara yang terpenting

ialah menentukan orang-orang yang akan di wawancarai karena tidak semua

orang mengerti dengan yang akan kita teliti.

Adapun manfaat mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution

(2003: 114-115) yaitu:

Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain sehingga kita memperoleh gambaran tentang dunia mereka. Jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Selain itu, wawancara berfungsi eksploratif, yaitu bila masalah yang kita hadapi masih samar-samar karena belum diselidiki secara mendalam oleh orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan

menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan

objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.

2. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik

(27)

manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar”.

Proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di

lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang

terhadap tujuan penelitian. Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam

hal memperoleh data di lapangan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan

mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai sumber data yang

dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalah dalam penelitian. Berkaitan

dengan hal tersebut Danial (2009: 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang

sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data

yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugioyono (2012: 241) adalah “teknik pengumpulan

data yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada”.

Lebih lanjut Sugiyono (2012: 195) membagi triangulasi atas 2 jenis yakni

sebagai berikut.

(28)

sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Tabel 3.1

Triangulasi teknik pengumpulan sumber data (bermacam-macam

cara pada sumber yang sama)

Sumber: Sugiyono (2012: 242)

Untuk mendukung lebih meningkatkan kekuatan data, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai pengumpul data. Adapun

triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi

Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Pemilihan Kota Cimahi

sendiri sebagai lokasi penelitian adalah karena tingkat golput pada pemilukada di

Kota Cimahi mencapai 30% dan semakin meningkat tiap tahunnya oleh karena itu

peneliti memilih Kota Cimahi sebagai lokasi penelitian.

2. Subjek Penelitian

Anggota KPU

Ketua KPU

(29)

Penelitian ini ditujukan kepada subjek penelitian ini adalah untuk secara

umum untuk warga Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi

Tengah dan Cimahi Selatan

, Jawa Barat

tetapi khususnya kepada KPU. Subjek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 215) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya”.

Jadi dalam penelitian kualitatif lebih mengutamakan situasi sosial tersebut

sebagai objek maksudnya adalah sumber itu adalah seseorang yang mengerti akan

permasalahan yang akan kita wawancarai dengan demikian penelitian tersebut

dapat lebih mendalam dan valid.

Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti

yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara

"purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Dari pendapat beberapa tokoh tersebut penulis dapat menyimpulkan subjek

penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih

secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh karena itu,

subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan

masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara

khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk

dijadikan sample penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan sample purposive,

sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi.

(30)

kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang

dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap

cukup untuk proses pengumpulan data yg diperlukan sehingga tidak perlu

meminta keterangan dari responden berikutnya.

Dari uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini

dapat di lihat dari tabel berikut:

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

Sumber: dibuat oleh pengolah 2013

Tabel diatas menerangkan bahwa dalam responden terdapat beberapa orang

yang di jadikan sumber wawancara dan juga subjek penelitian yaitu ada ketua

KPU sebagai pemipinan lembaga yang mengambil keputusan serta para anggota

KPU yang juga menjadi pemangku kebijakan yang dikeluarkan oleh KPU da nada

pula tokoh masyarakat yang meliputi Ulama, aparatur Negara, akademisi, dan

anggota partai politik.

D. Tahap Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya

peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan

diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka

NO Responden Jumlah

1 Ketua KPU 1 orang

2 Anggota KPU 5 Orang

(31)

peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari

subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah

melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian.

Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian

kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat

rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian

kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk

mendapat surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin

penelitian kepada Kepala Komisi pemilihan umum dan warga Kota

Cimahi.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk

memecahkan fokus masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penelitian adalah sebagai berikut.:

a. Menghubungi ketua komisi pemilihan umum.

b. Menghubungi anggota komisi pemilihan umum yang akan diwawancarai.

c. Mengadakan wawancara dengan ketua dan anggota komisi pemilihan umum.

d. Menghubungi tokoh masyarakat di Kota Cimahi.

(32)

diwawancarai.

g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Pengolahan dan Analisis Data

Tahap ini, data yang diperlukan melalui penelitian, diolah sesuai susunan

kebutuhan penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu,

dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah.

5. Penyusunan Laporan

Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/ bab penelitian yang telah

telah ditulis penelitian, untuk dipertanggungjawabkan peneliti dalam sebuah

sidang ujian skripsi.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan maka selanjutnya

peneliti mulai melakukan pengolahan data damn analisis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, observasi, studi literatur. Sedangkan analisis dan diperlukan

untuk mendapatkan informasi yang berarti agar dapat mengungkapkan

permasalahan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2012: 244) mengatakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan.

Pengelolan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam

penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan

(33)

yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan

dengan kajian penelitian.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan

keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam

mengolah hasil sementara menjadi teori substantive dengan menggunakan

beberapa metode tertentu. Proses analisis data dimulai dengan menelaah,

memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan di

fokuskan pada hal-hal yang penting.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti apa

yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-18), bahwa terdiri atas

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berikut adalah bagan mengenai

komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman (1992: 20).

Tabel 3.3

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)

Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakuka

adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data

Data yang sudah terkumpul lalu diseleksi kemudian dirangkum dan Pengumpulan

data

Reduksi

data Kesimpulan:

Penarikan/verifika Penyajian

(34)

disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data

dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya

berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.

Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan

wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada ketua KPU,

anggota KPU, warga Kota Cimahi dan Partai Politik. Dengan kata lain, reduksi

data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah

terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum,

mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang dapat

diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data atau display data adalahsekumpulaninformasi yang akan

memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain,

menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola

hubungannya.

Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan pembina Paskibra,

pelatih Paskibra dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra,

hasil dari observasi lapangan, dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah

didapat tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasikan

sesuai dengan rumusan masalah.

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari

arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan

mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat

tentang bagaimana mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik

masyarakat.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan

(35)

unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan

dengan fokus masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa

keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana diuraikan oleh Moleong

(2012: 327) yaitu:

1) perpanjang keikutsertaan,

2) ketekunan pengamatan,

3) triangulasi,

4) pengecekan sejawat,

5) kecukupan referensial,

6) kajian kasus negatif,

7) pengecekan anggota

8) uraian rinci,

9) audit kebergantungan,

10) audit kepastian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti

dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut, peneliti

memperoleh data secara lengkap dan yang memenuhi keabsahan data sesuai

dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, mengenai peranan KPU dalam

(36)

125 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengabil kesimpulan dari

data dan fakta yang ada, dan memberikan rekomendasi sebagai pertimbangan dan

masukan kepada pihak-pihak yang memperlukanya. Adapun kesimpulan dan

rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan pihak KPU dalam mengatasi tingkat

golput serta meningkatkan partisipasi masyarakat dirasa masih kurang terutama di

di masyarakat meski begitu masyarakat sendiri sudah mengapresiasi kinerja KPU

Kota Cimahi selama ini dengan baiknya pelaksanaan pemilu-pemilu yang sudah

dilaksankan KPU Kota Cimahi sendiri.

2. Kesimpulan Khusus

Secara khusus, dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

a. Tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU adalah : 1) Selama ini banyak

yang mempertanyakan kompentensi dan independensi anggota KPU dalam

melaksanakan pemilu karena melihat carut marutnya pelaksanaan pemilu serta

banyaknya kecurangan dalam pelaksanaan pemilu yang tidak ditindak tegas;

2) indikator berhasil tidaknya suatu pemilu tentu saja tingkat partisipasi

masyarakat, jika melihat tingkat partisipasi saja tiap tahun menurun berarti

kinerja KPU selama ini di nilai minus oleh masyarkat; 3) KPU harus lebih

proaktif dalam mengsosialisasikan pemilu karena dengan rendahnya tingkat

(37)

sosialisasi kepada masyarakat; 3) KPU juga dituntut untuk meningkatkan

kualitas para calon yang akan mengikuti pemilu, selama ini KPU hanya

menerima saja dari parpol tanpa ada penyaringan lagi yang di lakukan oleh

KPU, selama ini parpol hanya mengajukan calon yang sebatas memenuhi

kuota saja tanpa ada penyaringan dalam hal kualitas, hal ini dinilai masyarakat

yang menyebabkan mereka tidak berpartisipasi dalam pemilu.

b. Upaya yang dilakukan KPU untuk meminimalisir tingkat golput di masyarakat

adalah: 1) Upaya KPU dalam mengatasi golput lebih mendekatkan diri dengan

masyarakat agar tidak terjadi sekat antara KPU dan masyarakat agar membuat

masyarakat lebih gampang untuk memberi kritik kepada KPU tentang

pelaksanaan pemilu dan berharap bisa menekan tingkat golput di Kota

Cimahi; 2) Kurangnya proaktif dari masyarakat yang menyulitkan KPU dalam

melakukan sosialisasi banyaknya masyarakat yang ribut ketika pelaksanaan

pemilu hampir dekat yang menyebabkan dirinya tidak masuk dalam DPT; 3)

bekerjasama dan melakukan dialog dengan tokoh masyarakat, para guru dan

mahasiswa untuk mengsosialisasikan pemilu serta mengikut sertakan para

stekholder untuk memantau pelaksanaan pemilu.

c. Upaya yang dilakukan KPU untuk meningkatkan tingkat partisipasi politik

masyarakat adalah: 1) Lebih memaksimalkan sosialisasi pada masyarakat

terutama dengan menggunakan media massa serta mengikut sertakan guru

PKn untuk menanamkan pentingnya mengikuti pemilu sejak dini untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat sejak dini; 2) Untuk meningkatkan

kualitas para calon yang bertarung dalam pemilu pihak KPU telah melakukan

verifikasi yang cukup ketat untuk menyaring kader-kader dari partai politik

untuk bertarung dalam pemilu dan meminimalisir kecurangan-kecurangan

dalam pemilu dengan begitu otomatis dapat menekan tingkat golput di Kota

(38)

B. Rekomendasi

Pada bagian ini merupakan bentuk pertanggungjawaban penulis untuk tidak

hanya mengamati sekaligus evaluator belaka, namun turut pula memberikan

masukan berupa saran pada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun saran yang

diberikan penulis antara lain.

1. Ditujukan kepada KPU Kota Cimahi

a. KPU sebagai pelaksana pemilu seharusnya dapat lebih tegas menyikapi

tentang kecurangan-kecurangan dalam pemilu, hal ini yang dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap KPU sendiri tentu saja

dengan meningkatnya kepecayaan masyarakat akan meningatkan pula

tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu.

b. KPU sebagai regulator dalam pemilu seharusnya lebih meningkatkan kulitas

calon yang ada jangan hanya melihat kuantitas saja tetapi yang penting

kualitas, ketika kualitas para calon yang akan bertarung dalam pemilu

semakin baik para pemilih pun akan lebih antusias dalam menyambut

pemilu itu sendiri.

c. KPU seharusnya menggunakan pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam

menyikapi golput di masyarakat karena berbeda halnya pendekatan yang di

lakukan terhadap golput secara ideologis dengan yang golput karena ketidak

tahuan tata cara atau kekurang informasi.

d. Seharusnya KPU dapat bercermin dari pemilu-pemilu sebelumnya dengan

mengantisipasi tingkat golput karena golput ini bukan jarang terjadi dalam

pemilu tetapi selalu terjadi dalam pemilu, golput sendiri tidak bisa di

hilangkan karena itu adalah suatu pilihan pribadi seseorang tetapi

seharusnya KPU dapat meminimalisir tingkat golputnya itu sendiri karena

akan berimbas kepada legitimasi calon yang terpilih kelak.

e. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU menyebabkan rendahnya

tingkat partisipasi masyarakat seharusnya KPU bukan cuman melakukan

(39)

bisa di setiap kelurahan ataupun RT/RW hal ini cukup efektif karena

langsung berhadapan dengan masyarakat dan tidak memerlukan dana yang

cukup besar di banding dengan sosialisasi lewat media elektronik atau

media cetak.

2. Ditujukan Kepada Masyrakat Kota Cimahi

a. Seharusnya masyarakat jangan hanya bisa menuntut KPU saja tetapi juga

harus ikut mengawasi KPU dan ikut mengkoreksi dan mengkritik KPU agar

lebih baik kedepannya.

b. Masyarakat harus proaktif dalam melaporkan kecurangan-kecurangan yang

terjadi dalam pemilu.

c. Masyarakat ikut dalam proses sosialisasi dan membantu KPU dalam proses

sosialisasi pemilu.

d. Masyarakat harus lebih proaktif untuk melihat DPT di kelurahan-kelurah

tempat mereka tinggal jangan sampai mereka kehilangan hak pilihnya

karena tidak tercantum dalam DPT padahal sudah memnuhi syarat untuk

memilih dan segera melapor kepada petugas PPK yang ada di kecamatan.

3. Ditujukan Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus menjadi rekanan KPU untuk

mengsosialisasikan pemilu kepada anak-anak sekolah sejak dini agar

mengerti pentingnya pemilu.

b. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus senantiasa menciptakan

mahasiswa dan anak-anak yang di didiknya untuk menjadi warga negara

yang goodcitizenship.

c. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat menjadi agent of

(40)

4. Ditujukan Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian seperti yang

telah penulis lakukan, agar menambah luas bahan kajian tidak hanya di

Kota Cimahi.

b. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti mengenai pentingnya

pemilukada dan peran KPU dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat.

c. Untuk menambah pendekatan lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini

agar semakin memperkuat peran KPU dalam masyarakat terutama

(41)

Daftar Pustaka

Amirudin dan Zaini, A. B. (2006). Pilkada langsung, problem dan prospek.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

As’ari, D. K. (2006). Kamus Istilah Politik dan Kewarganegaraan Bandung: Yrama

Widya.

Arikunto, S. (2009), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (1993). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri

Ali, N. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999 J Prihatmoko, Joko. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP21Semarang dan LP3M Unwahas, 2003

Budiarjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chamim, A. I (ed), Tanpa Tahun. Seri Pendidikan Pemilih Untuk Pelajar: Menuju Pemilu Yang Demokratis Dan Tanpa Kekerasan, Tanpa Kota : JPPR.

Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantiitatif, dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Dahl, R. A. (1992). Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta : Yayasan Obor.

Darmawan, C. (2003). Pengumulan Demokrasi : Beberapa Catatan Kritis. Bandung: Pustaka Aulia Press.

Fatah, E. S, 2000. Zaman Kesempatan Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru, Bandung: Mizan.

(42)

Huntington, Samuel P dan John N (1994). Partisipasi Politik Negara Berkembang. Jakarta: Rineke Cipta.

Juliantara, D. (1998). Merentas Jalan Demokrasi. Yogyakarta: Kanisius.

Maskub, M, 1999. Menuju Masyarakat Sadar Pilih & Kritis: Buku Saku Pendidikan Pemilih, Tanpa Kota : JPPR.

Moleong, J. X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, M & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatf Jakarta: UI-Press.

Maran, Rafael Raga (2007). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Masdar, U. dkk (1999). Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mas’oed, Mochtar dan Colin M. A. (2006). Perbandingan Sistem Politik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara

Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Pito, A. E dan Kemal F. (2006). Mengenal Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: PT Nuansa.

Putra, F. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004

Rizkiyansyah, F. K. (2007). Mengenal Pemilu Menatap Demokrasi. Bandung: IDEA Publishing.

Rush, M dan Philip A. (2003). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanit, A (Eds). Aneka Pandangan Fenomena Politik Golput, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992

(43)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.

Supriyanto, Didik. (2007). Menjaga Indipendensi Penyelenggara Pemilu. Jakarta: Peluden.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Surahkmad W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik.

Bandung: Tarsito.

Pamungkas, S. Pemilu, Perilaku pemilih, dan Kepartaian, (Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism (IDW), 2010), hal. 90-92

Sastroadmojo, S. Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995

Wuryan & Syaifullah. 2009. Ilmu Kewarganegaraan (CIVIC). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

INTERNET/WEBSITE

Centre For Electoral Reform (CETRO). SISTEM PEMILIHAN UMUM [on line] tersedia http://cetro.or.id/mpr/sistempemilu.pdf

International IDEA. (2002). Standar-standar internasional untuk Pemilihan Umum: Pedoman : Pedoman Peninjauan Kembal Kerangka Hukum Pemilu. [on line] tersedia : http//www.idea.int/publication/ies/bahasa.cfm

Masawardi, Irvan (2008). Pilkada Tanpa Incumbent. [on line] tersedia : http//www.jppr.or.id

KPU, [on line] tersedia: http//www.kpu.co.id

(44)

JURNAL/PERUNDANG-UNDANGAN/PERATURAN

Undang-Undang DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Amandemen ke-2 dan ke-3

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu

Jurnal Marratu Fahri Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN: 1979 – 0899X tentang Peranan Penyelenggara Pemilu dalam pendidikan pemilih untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas.

Bismar Arianto, analsis penyebab masyarakat tidak memilih dalam pemilu, (2011),

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Subjek Penelitian
Tabel 3.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Judul ditulis tegak ( reguler ) dengan huruf kapital hamya pada awal kalimat, bila judul gambar lebih dari satu baris, maka jarak antara baris dalam judul gambar diketik satu

Halaman untuk menghapus item yang terdapat dalam tabel kontrak perdagangan valuta asing.. CFD

Hal ini bisa dilihat dari pola pemukiman yang masih memegang nilai-nilai budaya dan tradisi setempat, pemukiman adat suku Ende Lio Desa Woloara, Dusun Nuaone memiliki

Fungsi garantung dalam pupuh XXIX 5 sepertinya tidak jauh dengan fungsi yang ada pada pupuh LII 2, dimana tersu- rat … Sakweh ning kapapag lumingsir aweding wwang ahelap

- Salah satu kepercayaan dasar Katolik, adalah kepercayaan pada dosa asal atau dosa waris, dikatakan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa karena

Dari pernyataan mufassir diatas bahwa peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa, objek yang diperintahkan kepada nabi Muhammad itu adalah Alquran, ini menunjukkan

Bapak Taufik, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, selaku pembimbing akademik, serta selaku pembimbing skripsi yang telah

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik proses hidrolisis pati dan serat ubi kayu, serta menentukan jenis substrat asam yang terbaik