• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Profesi perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat adalah tenaga profesional yang memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik. Dan dalam menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh aturan-aturan hukum yang mengatur praktik tenaga kesehatan.

Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan secara menyeluruh berkontribusi pada pelayanan kesehatan melalui praktik keperawatan.

Praktik keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan profesional yang dilandasi oleh kaidah ilmu pengetahuan, kode etik dan etika keperawatan, yang merupakan pedoman bagi perawat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga dapat menjamin masyarakat mendapatkan pelayanan yang bertanggung jawab dan etis.

Namun, dengan tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.

Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa terjebak dalam grey area karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal inilah yang menguatkan anggapan bahwa semua perawat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

Tugas tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU 23/1992 adalah menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahliannya dan atau kewenangannya masing-masing. Agar tugas terlaksana dengan baik, Pasal 3 PP 32/1996 menentukan ”setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah.” Ketentuan Pasal 53

(2)

ayat (2) UU 23/1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP 32/1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas diwajibkan untuk memenuhi stadar profesi dan menghormati hak pasien. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa perawat tidak seharusnya berada dalam grey area.

Maka dari itu diperlukan regulasi yang jelas untuk mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak. Pemahaman perawat tentang aspek hukum tersebut akan menuntun perawat untuk melaksanakan praktiknya secara profesional, bertangung jawab dan tanggung gugat.

Kondisi tersebut nampaknya sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Green, (1980) yaitu perilaku seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, dan kepercayaannya.

Dengan demikian faktor pengetahuan akan sangat mempengaruhi perawat dalam pemenuhan hak-hak pasien.

Untuk menjamin klien mendapatkan asuhan keperawatan bermutu tinggi, diperlukan pengaturan secara hukum tentang praktik keperawatan yaitu legislasi praktik keperawatan. Legislasi praktik keperawatan diatur dalam SK Menteri Kesehatan No. 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan. Pada surat keputusan tersebut ditetapkan bahwa izin atau Surat Izin Perawat (SIP) diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada perawat sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan. Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan Registered Nurse. Utnuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima.

Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu, mendorong profesi perawat untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanannya.

Perkembangan masyarakat terhadap pemahaman hukum harus diikuti oleh pemahaman perawat terhadap konsekuensi hukum dari semua

(3)

tindakan keperawatan. Perawat harus menyadari perubahan yang terjadi pada masyarakat saat ini terkait kesadaran akan hak-haknya.

Perawat sebagai salah satu anggota dari health provider harus mengantisipasi dirinya dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang aspek-aspek hukum yang berhubungan dengan jasa pelayanan/praktik keperawatan, demikian juga kesadaran untuk melakukan tugas sesuai dengan standar profesi. Dengan adanya regulasi yang jelas, diharapkan perawat tidak lagi terjebak dalam grey area.

1.2 . Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana landasan hukum praktik keperawatan?

1.2.2 Bagaimana proses registrasi perawat nasional?

1.2.3 Apa saja fungsi dari registrasi perawat?

1.3 . Tujuan

1.3.1 Mengetahui dan memahami landasan hukum praktik keperawatan 1.3.2 Mengetahui dan memahami proses registrasi perawat di Indonesia 1.3.3 Mengetahui dan memahami fungsi dari registrasi perawat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980). Peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam bukunya What it is and What it is not).

Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau sehat dalam melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau untuk meninggal dunia dengan tenang yang dapat ia

(4)

lakukan sendiri tanpa bantuan apabila cukup kekuatan, harapan dan pengetahuan (Virginia Handerson, 1958).

Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasi strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan (National Council of State Board of Nursing/NCSBN).

Kinerja keperawatan atau praktik keperawatan menggambarkan aktivitas yang diberikan kepada klien melalui pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan layanan kesehatan sesuai dengan tugas dan wewenang perawat dengan memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operational (UU No. 36 tahun 2009). Kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang mudah diamati atau dinilai. Kinerja keperawatan mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawatan (Ilyas, 2002).

Kinerja keperawatan didasarkan atas pedoman dan standar yang menjadi acuan dalam pelayanan keperawatan. Kinerja keperawatan diukur berdasarkan hasil pencapaian pelaksanaan standar kinerja dalam pelayanan keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2010 telah mensahkan standar profesi keperawatan sebagaimana tercantum dalam pasal 24 ayat (2) UU No 36 tahun 2009 13 yang terdiri dari standar kompetensi dan standar praktik keperawatan.

Standar praktik merupakan komitmen perawat dalam melindungi masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktik keperawatan meliputi standar asuhan dan standar kinerja profesional yang dipakai sebagai evaluasi dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat meliputi (1) standar I jaminan mutu, (2) standar II pendidikan, (3) standar III penilaian kinerja, (4) standar IV kesejawatan, (5) standar V etik, (6) standar VI kolaborasi, (7) standar VII riset dan (8) standar XIII pemanfaatan sumber. Standar praktik

(5)

profesional meliputi (1) standar pengkajian, (2) standar II Diagnosa Keperawatan, (30 standar III Perencanaan, (4) standar IV Pelaksanaan tindakan (Implementasi), (5) standar V Evaluasi.

Kewajiban registrasi perawat sesuai dengan kepmenkes No. 1239 / 2001 adalah lisensi SIP, SIK, dan SIPP. Namun, peraturan tentang SIIP diatur secara terpisah sejak dikeluarkan Permenkes No. 148 / 2010.

Perawat yang belum memiliki SIK belum berhak untuk melaksanakan asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan dipelayanan kesehatan.

Registrasi berlaku untuk semua perawat profesional bermaksud melakukan praktik keperawatan di wilayah negara Republik Indonesia, termasuk perawat berijazah luar negeri. Persyaratan registrasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat. (Kusnanto, 2003)

Proses registrasi (Ana, 1980) diawali ketika seseorang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sesuai untuk melakukan registrasi kemudian mengajukan permohonan tertulis untuk melakukan registrasi.

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Landasan Hukum Praktik Keperawatan

Tugas tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU 23/1992 adalah menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahliannya dan atau kewenangannya masing- masing. Agar tugas terlaksana dengan baik, Pasal 3 PP 32/1996 menentukan ”setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah.” Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU 23/1992 jo.

Pasal 21 ayat (1) PP 32/1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas diwajibkan untuk memenuhi stadar profesi dan menghormati hak

(6)

pasien. Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan adalah tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga profesional yang memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik dan dalam menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat, sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan hukum yang mengatur praktik tenaga kesehatan.

Profesi keperawatan memiliki kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan keperawatan yang professional kepada masayarakat.

Hal tersebut secara langsung akan menimbulkan adanya konsekuensi hukum dalam praktik keperawatan. Sehingga dalam praktik pelayanan masyarakat tersebut, perawat terikat oleh aturan hukum, etika dan moral.

Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya hubungan hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa ”Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No. 32/1996 Pasal 2 ayat 1 , ayat 3 perawat dikatagorikan sebagai tenaga keperawatan.

UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan merupakan UU yang memberikan kesempatan bagi perkembangan profesi keperawatan, dimana ditentukannya standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan serta perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan, termasuk perawat. UU No.23 tahun 1992 mengakui mengenai adanya profesi keperawatan, namun dalam praktiknya, profesi perawat harus berusaha untuk memperoleh pengakuan dari profesi kesehatan lain dan masyarakat.

Profesi perawat dikatakan akuntabel secara hukum bila benar- benar kompeten dan melaksanakan profesinya sesuai dengan etika dan standar profesinya. Standar profesi memiliki tiga komponen utama yaitu standar kompetensi, standar perilaku dan standar pelayanan. Tugas tenaga kesehatan yang didalamnya termasuk tugas perawat berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU No. 23 Tahun 1992 adalah menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan

(7)

atau kewenangannya masing-masing. Agar tugas terlaksanakan dengan baik.

Pasal 3 PP No. 32 Tahun 1996 menentukan ”setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah” Dengan demikian, tugas dan kewenangan tenaga kesehatan/perawat akan ditentukan berdasarkan ijazah yang dimilikinya.

Ketentuan Pasal 53 ayat 2 UU No. 23 tahun 1992. Pasal 21 ayat 1 PP No. 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan kemampuan tenaga serta ketersediaan fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Untuk tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien, seperti dokter dan perawat, berdasarkan ketentuannya diatur dalam Pasal 22 ayat 1 PP No.32 tahun 1996 yang mencakup hal sebagai berikut, dalam menjalankan tugas profesinya wajib untuk menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, dan membuat dan memelihara rekam medis.

Pelaksanaan tugas tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi sekaligus memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan maupun pasien, sebagaimana ketentuan pada pasal 53 ayat 1 UU No. 23 tahun 1992. Pasal 24 ayat 1 PP No. 32 tahun 1996.

Perlindungan hukum bagi pasien diatur dalam Pasal 55 ayat 1 UU No. 23 tahun 1992, yaitu ”Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan”, sedangkan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan diatur dalam Pasal 23 ayat 1 PP No. 32 tahun 1996 yang menentukan pemberian perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas

(8)

sesuai dengan standar profesinya. Dengan perkataan lain, pasien yang gagal untuk sembuh tidak berhak atas ganti rugi, sepanjang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan/perawat sudah dilakukan sesuai dengan standar profesinya atau tenaga kesehatan yang sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan stadar profesinya tidak akan dapat digugat oleh pasien atas kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukannya.

Hubungan hukum antara perawat dengan pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit dalam upaya mencari kesembuhan, dikonstruksikan dalam hubungan perikatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Koeswadji, 1998 dalam Praptianingsih, 2006) khususnya yang menyangkut perawat yaitu :

a. Hubungan antara rumah sakit dengan perawat diatur oleh perjanjian kerja dalam Pasal 1601 KUHPerdata bagi rumah sakit swasta, sedangkan bagi perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah tunduk pada ketentuan hukum kepegawaian. Berdasarkan Pasal 1601 KUHPerdata jo. 1601a hubungan perawat dengan rumah sakit termasuk dalam perjanjian perburuhan, yaitu persetujuan berdasarkan syarat tertentu pihak yang satu, dalam hal ini perawat, mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lain, rumah sakit, untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah. Aspek keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat niscaya menentukan macam dan lingkup tugas yang akan diberikan kepada perawat. Dalam melaksanakan tugasnya, perawat diikat oleh standar pelayanan keperawatan dan Kode Etik Keperawatan.

b. Hubungan antara dokter dengan perawat, dalam suatu tindakan medik tertentu dokter memerlukan bantuan perawat. Perawat dalam tindakan medis hanya sebatas membantu dokter, karenanya yang dilakukan sesuai order dan petunjuk dokter. Perawat tidak bertanggung jawab dan bertangung gugat atas kesalahan tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh dokter

Dalam melakukan tindakan-tindakan keperawatan perawat harus menerapkan informed consent, sebagai bagian dari pertimbangan aspek hukum. Perawat juga harus mencatat kecelakaan yang terjadi pada

(9)

pasein, catatan ini segera dibuat untuk memudahkan analisa sebab kecelakaan dan mencegah pengulangan kembali. Dalam melaksanakan tugasnya perawat harus mempertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasein. Pasien harus mengetahui tentang diagnosa dan rencana tindakan, serta perkembangan keadaan pasien. Dalam perjuangan memajukan perawat di Indonesia, profesi perawat mempunyai organisai profesi perawat yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia/PPNI. Melalui PPNI profesi perawat berjuang untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada masyarakat. PPNI telah berhasil memperjuangkan legislasi dalam keperawatan. Yang terdiri dari dua komponen yaitu registrasi dan lisensi keperawatan.

3.2. Proses Registrasi Perawat Nasional

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya. Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat kompetensi.

Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, selanjutnya disingkat MTKI adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.

Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, selanjutnya disingkat MTKP adalah lembaga yang melaksanakan uji kompetensi di daerah dalam rangka proses registrasi. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 (selanjutnya disebut Kepmenkes 1239/2001) berlaku bagi seluruh perawat di Indonesia. Kepmenkes 1239/2001 aspek legal atau berisi ketentuan prosedur registrasi yang harus dilakukan oleh perawat, baik yang akan melakukan praktik perawat perorangan/kelompok maupun yang tidak berpraktik (bekerja di sarana pelayanan kesehatan, dengan berstatus sebagai pegawai). Perawat yang bermaksud untuk menjalankan praktik keperawatan baik perorangan maupun kelompok, harus mengajukan permohonan kepada pejabat berwenang, yang dalam

(10)

hal ini adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki STR. Sertifikat Kompetensi diperoleh melalui Uji Kompetensi. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STR, tenaga kesehatan harus mengajukan permohonan dengan melampirkan persyaratan meliputi:

a. Fotokopi ijazah pendidikan di bidang kesehatan yang dilegalisir;

b. Fotokopi transkrip nilai akademik yang dilegalisir;

c. Fotokopi Sertifikat Kompetensi yang dilegalisir;

d. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

e. Pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan

f. Pas foto terbaru dan berwarna ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

Permohonan tersebut diterima atau ditolak harus disampaikan oleh pejabat berwenang kepada pemohon selambatnya satu bulan sejak permohonan diterima. Permohonan yang diterima harus segera diikuti dengan pemberian Surat Ijin Praktik Keperawatan, sedangkan permohonan yang ditolak pejabat yang berwenang harus memberikan alasan penolakan. Kewenangan pembinaan dan pengawasan terhadap praktik keperawatan dan pekerjaan keperawatan berada pada Organisasi Profesi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Majelis Disiplin atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan Medis.

Pedoman lebih lanjut bagi perawat untuk menerapkan kompetensi keperawatannya berdasarkan Kepmenkes 1239/2001, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Pelayanan Keperawatan, Departemen Kesehatan mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Dalam juklak tersebut ditentukan tindakan-tindakan yang harus dan boleh dilakukan oleh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan, baik perawat yang menjalankan tugasnya pada sarana pelayanan kesehatan maupun perawat yang melakukan praktik keperawatan.

(11)

3.2.1. Prinsip Dasar Registrasi Praktik Keperawatan

Berdasarkan Rancangan Undang Undang Praktik Keperawatan BAB VII Tentang Registrasi Praktik Keperawatan Pasal 27, prinsip dasar registrasi praktik keperawatan:

a. Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP) b. Registrasi perawat dilakukan dalam 2 (dua ) kategori:

 LPN untuk perawat vokasional

RN untuk perawat professional

c. Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi beberapa persyaratan:

 Memiliki ijazah perawat Diploma III dan SPK untuk LPN

 Memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis I, atau Ners Spesialis II untuk RN serta mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji perawat

 Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental

 Lulus uji kompetensi

 Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan kode etik profesi keperawatan

 Rekomendasi dari organisasi profesi

3.2.2. Alur Registrasi Perawat Nasional

 Pimpinan penyelenggara pendidikan perawat wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus pendidikaan keperawatan.

 Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana sekolah berada guna memperoleh SIP (Surat Izin Praktik) selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah pendidikan keperawatan.

(12)

 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, melakukan registrasi berdasarkan permohonan seperti point 2 untuk menerbitkan SIP.

 SIP diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat-lambatnya 1(satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional.

 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi mengenai SIP yang telah diterbitkan.

 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi Nasional.

3.3. Fungsi Registrasi

Fungsi dari registrasi yang dilakukan oleh perawat yang hendak melakukan praktik keperawatannya kepada masyarakat adalah untuk menjamin tingkat kemampuan perawat memenuhi standar mutu pelayanan keperawatan kepada masyarakat agar masyarakat dapat terpenuhi haknya yaitu mendapatkan perawatan yang terbaik. Secara tidak langsung fungsi registrasi ini juga dapat digunakan sebagai standar kompetensi yang harus dimiliki perawat agar dapat melakukan praktik keperawatan kepada orang lain atau masyarakat. Sehingga dengan adanya registrasi ini dan adanya standar yang harus dimiliki perawat agar bisa menjalankan praktiknya, perawat harus terus mengekplorasi diri dan selalu terbuka dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan isu-isu kesehatan yang berkembang di dalam masyarakat. Untuk itu fungsi registrasi ini tidak hanya berfungsi atau bermanfaat untuk pasien atau masyarakat tetapi berfungsi juga untuk tenaga perawat itu sendiri.

Perawat yang sudah melakukan registrasi juga memperoleh hak dan kewenangan berikut:

a. Melakukan pengkajian

b. Melakukan terapi keperawatan c. Melakukan observasi

d. Memberikan pendidikan dan konseling kesehatan e. Melakukan intervensi medis yang didelegasikan

(13)

f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan diberbagai tatanan pelayanan kesehatan.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan penjelasan mengenai landasan hukum praktik keperawatan, proses registrasi perawatn nasional, dan fungsi dari registrasi itu sendiri dapat diambil kesimpulan bahwa landasan hukum yang berlaku untuk praktik keperawatan antara lain:

 Pasal 50 UU 23/1992 : menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahliannya dan atau kewenangannya masing-masing.

 Pasal 21 ayat (1) PP 32/1996 : tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas diwajibkan untuk memenuhi stadar profesi dan menghormati hak pasien.

 UU No. 23 Tahun 1992 pasal 1 ayat 2 : Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

 UU No.23 tahun 1992 : ditentukannya standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan serta perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan, termasuk perawat.

 Pasal 50 UU No. 23 Tahun 1992 : menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangannya masing-masing. Agar tugas terlaksanakan dengan baik.

 Pasal 3 PP No. 32 Tahun 1996 : setiap tenaga kesehatan wajib memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya yang dibuktikan dengan ijazah.

 Pasal 22 ayat 1 PP No.32 tahun 1996 : dalam menjalankan tugas profesinya wajib untuk menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan

(14)

yang akan dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, dan membuat dan memelihara rekam medis.

2. Proses Registrasi Perawat Nasional diawali dengan laporan Pimpinan penyelenggara pendidikan perawat secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta didik yang baru lulus, disamping itu perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi hingga SIP diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas kemudian Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi Nasional.

3. Fungsi dari registrasi yang dilakukan oleh perawat yang hendak melakukan praktik keperawatannya kepada masyarakat adalah untuk menjamin tingkat kemampuan perawat memenuhi standar mutu pelayanan keperawatan kepada masyarakat agar masyarakat dapat terpenuhi haknya yaitu mendapatkan perawatan yang terbaik.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut:

1. Indonesia memerlukan Undang-Undang yang mengatur segala hal tentang dunia keperawatan.

2. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban serta kewenangannya.

3. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

4. Memberikan izin praktek bagi perawat, sehingga bisa melindungi pasien.

Referensi

Dokumen terkait

Penataan Bangunan dan Lingkungan diarahkan pada kawasan strategis Pusat Pemerintahan dan Pusat Agropolitan Kota Muara Beliti sebagai pusat ibukota kabupaten dan pusat

Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan yang dilakukan dengan metode yang berbeda memberikan hasil yang acak, sulit untuk dibandingkan dan terkadang

Penokohan dalam ide penciptaan karya film pendek no first chapter dengan pertanggungjawaban dalam bidang penyutradaraan harus memahami karakter masing-masing tokoh untuk

Statistik deskriptif pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata (Mean) kepuasan kerja untuk kisaran sesungguhnya sebesar 58,625 lebih tinggi dari rata-rata (Mean) kisaran teoritis,

Membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan sebenarnya tidak menjadi masalah bahkan menjadi suatu hal yang biasa pada kehidupan sehari-hari, selama membeli itu

Persoalan riil yang diamati pada studi ini adalah adanya pembangunan perumahan dan permukiman di Kelurahan Cipageran yang tidak sesuai dengan arahan rencana tata ruang, seperti

Melalui teori struktural tersebut dalam penelitian ini dapat diungkapkan segi intrinsik meliputi alur, penokohan, latar, serta tema dan amanat yang membentuk karya sastra,

Dalam rangka pengumpulan data yang dibutuhkan yaitu dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada 240 responden untuk