BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Alat
1. Dissolution Tester (Tipe Basket) Mek Hanson
2. Gelas Ukur Merk Pyrex
3. Beaker Glass Merk Pyrex
4. Labu Ukur Merk Pyrex
5. Pipet Volume Merk Pyrex
6. Spuit
7. Wadah
8. Batang Pengaduk
9. Kertas Perkamen
10.Neraca Analitik Merk Sartorius
11.Kuvet
12.Spektrofotometri UV-Visible Merk Agilent
13.Ultrasonic Bath
3.2. Bahan
1. HCl (aq) 0.01 N
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Pembuatan Larutan Sampel
Ditimbang dan dicatat bobot kapsul satu persatu sebanyak 6 kapsul
Dihidupkan alat disolusi atau dissolution tester
Diisi tabung disolusi dengan (HCl 0.01 N) masing-masing 900 ml
Dipanaskan media hingga suhu 37°C±0,5°C dengan cara menekan tombol
“heater” ( kontrol dengan termometer bila perlu ) dengan kecepatan laju kecepatan
100 rpm selama 30 menit
Dimasukan kapsul yang telah ditimbang tadi kedalam masing-masing tabung
dengan satu kapsul pertabung
Ditekan dan diatur tombol “ON ” pada alat disolution tester selama 30 menit
Setelah selesai, diambil campuran tersebut dari masing-masing tabung gelas
disolusi menggunakan spuit
Dimasukkan kedalam beaker glass
Dipipet masing-masing sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet volume
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Diencerkan dengan larutan HCl 0.01 N sampai garis batas
Dikocok hingga homogen
Diukur serapan larutan sampel dengan λ= 278 nm menggunakan
3.3.2. Pembuatan Larutan Standar
Ditimbang kloramfenikol (s) 69,44 mg
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Diencerkan dengan larutan HCl 0,01 N sampai garis batas
Dikocok hingga homogen
Dipipet filtrat sebanyak 5 ml dengan menggunakan pipet volume
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Diencerkan dengan larutan HCl 0,01 N sampai garis batas
Dikocok hingga homogen
Diukur serapan larutan standar dengan λ=278 nm menggunakan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari hasil uji disolusi diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Uji Disolusi Sediaan Kapsul Kloramfenikol 250 mg Dengan Menggunakan Spektrofotometri UV-Visible
No
Bsp (mg) Asp Kadar Zat Terlarut
Bst = 69,44 Ast = 40985,333 dalam mg dalam %
1 303,340 37847,500 229,288 91,715%
2 300,330 39296,500 240,452 96,181%
3 301,630 39495,000 240,625 96,250%
4 301,240 38071,000 232,249 92,900%
5 302,220 40224,500 244,591 97,836%
6 300,960 39167,500 239,161 95,664%
4.2. Perhitungan
1. Menentukan kadar zat terlarut (%) dengan cara sebagai berikut:
Kzt = p x / x /
Keterangan:
Kzt : Kadar zat terlarut (%)
Asp : Absorbansi sampel (nm)
Ast : Absorbansi larutan standar (nm)
Bst : Berat serbuk kloramfenikol pada baku standar (mg)
Bsp : Berat sampel (mg)
Kstd :Kadar standar kloramfenikol (100,46%) (sudah ketentuan)
Kzt1 =
,
, x
, / x /
, x / / x / x 100,46%
= 91,715%
Dengan hal yang sama dapat dihitung kadar zat terlarut (Kzt2 samapai Kzt6),
sehingga diperoleh kadar zat terlarut seperti tabel 4.1.
2. Menentukan kadar zat terlarut rata-rata (%) yaitu:
Kzt rata-rata = Kz + Kz + Kz + Kz + Kz + Kz
=
, %+ , %+ , %+ , %+ , %+ , %4.3 Pembahasan
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke
dalam larutan suatu media dalam satuan waktu. Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di
dalam tubuh. Kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik terhadap bakteri dengan
menghambat sintesis protein yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel bakteri.
Adapun data uji disolusi kloramfenikol secara spektrofotometri Uv-Vis
diperoleh pada tanggal 16 Februari 2016, hal ini menjadikan data tersebut sesuai
dengan standar mutu pada spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pihak PT.Kimia
Farma (Persero) Tbk.Plant Medan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia
Edisi V.
Untuk kapsul kloramfenikol 250 mg larutan media yang digunakan yaitu
larutan HCl 0.01 N sehingga pH cairan mendekati komposisi lambung buatan (pH
1,2). Larutan HCl 0,01 N dibuat semirip mungkin dan disesuaikan dengan
keadaan pada lambung dalam tubuh manusia. Jadi seolah-olah obat seakan-akan
terdisolusi didalam lambung. Adapun vessel yang berbentuk silinder dengan dasar
setengah bola sebagai wadah untuk volume medium disolusi sebanyak 900 ml.
Dianalogikan sebagai gelembung udara, maka gelembung udara tersebut akan
masuk ke pori-pori dan bekerja sebagai barier (penghalang) pada saat interfase
yang mengganggu proses disolusi obat. Medium disolusi juga harus dipertahankan
pada suhu 37°C±0,5°C dimaksudkan untuk menyesuaikan suhu dengan keadaan
suhu fisiologis tubuh manusia, selain itu juga digunakan sebagai pembanding jika
obat tersebut berada dalam tubuh manusia. Kecepatan pengadukan menggunakan
kecepatan kapsul kloramfenikol 100 rpm, karena kecepatan pengadukan
dipengaruhi cepat lambatnya pengadukan. Semakin cepat pengadukan semakin
cepat obat larut dan beredar keseluruh tubuh, dan jika pengadukan lambat maka
akan lama proses penghancuran obat dan lama memberikan efek samping ditubuh
manusia. Disini pengadukan dianalogikan sebagai kecepatan gerak peristaltik
pada lambung. Gerak peristaltik adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot saluran
pencernaan yang menimbulkan efek menyedot dan menelan makanan yang masuk
kedalam saluran cerna. Kapsul kloramfenikol sebagai sampel dimasukkan
kedalam pengaduk alat tipe basket (keranjang) dianalogikan sebagai obat yang
masuk dari mulut yang akan ditelan, dimaksudkan agar kapsul tedisolusi dalam
medium disolusi dapat melarut dan melepaskan zat aktif dari kapsul
kloramfenikol.
Penetapan kadar zat terlarut dilakukan dengan metode spektrofotometri
Uv-Vis dengan panjang gelombang 278 nm dimana larutan HCL 0,01 N sebagai
blankonya. Spektrofotometri UV-Visible sendiri adalah istilah yang digunakan
ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur.
Setelah penetapan kadar dapat dilihat dalam tabel penerimaan kadar, jika jumlah
zat aktif kapsul kloramfenikol yang terlarut memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi V yaitu kapsul kloramfenikol tidak
kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 120 % dari jumlah pada etiket. Obat yang
memiliki kelarutan yang kecil dalam air maka laju pelarutannya akan lambat
karena kecepatan disolusi obat tidak larut sehingga zat aktif yang didapat pun
sedikit sedangkan obat yang memiliki kelarutan besar dalam air maka laju
Dari hasil uji disolusi sediaan kapsul Kloramfenikol 250 mg yang telah
dilakukan diperoleh kadar zat terlarut, yaitu masing-masimg yaitu 91,715%,
96,181%, 96,250%, 92.900%, 97,836% dan 95,091% dengan kadar zat terlarut
rata-rata kapsul kloramfenikol 250 mg adalah 95,091%, dimana jumlah ke-6
kapsul yang diuji pada tahap 1 (S1) memenuhi kriteria penerimaan hasil uji
disolusi, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang dari 80%. Dari data
diatas dinyatakan bahwa kapsul kloramfenikol 250 mg yang diproduksi oleh PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia Edisi V.
Jika kadar persen terlarut yang telah ditetapkan dibawah persyaratan yang
telah ditentukan maka obat tersebut tidak memiliki efek apapun untuk tubuh, jika
obat tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh Farmakope
Indonesia Edisi V maka obat memberikan efek terapi obat dan khasiat yang lebih
cepat diserap keseluruh tubuh manusia. Semakin besar persen yang dihasilkan
maka semakin cepat obat itu bekerja didalam tubuh. Sedangkan jika kadar persen
terlarut lebih dari persyaratan yang telah ditentukan maka akan menimbulkan efek
samping yang berbahaya yang tidak diiinginkan oleh tubuh seperti bisa
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil uji disolusi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
sediaan kapsul kloramfenikol 250 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Medan diperoleh kadar zat terlarut, yaitu masing-masing
91,715 %, 96,181%, 96,250%, 92,900%, 97,836% dan 95,664 % dengan kadar zat
terlarut rata-rata adalah 95,091% dan telah memenuhi persyaratan uji disolusi
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi V.
5.2. Saran
Sebaiknya uji disolusi sediaan kapsul kloramfenikol 250 mg tidak hanya
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Visible tetapi dapat
juga dilakukan dengan metode yang lain seperti KCKT agar dapat dibandingkan