• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPERAWATAN TRANSKULTURAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Konsep etnik dan budaya

Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu. Sekelompok etnik adalah sekelompok individuyang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya pada generasi berikutnya (herderson & primeaux, 1981). Sedangkan ras adalah merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik,

pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah,bulu pada tubuh, dan bentuk kepala.

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor,1989). Pendapat yang lain dari pengertian sebuah budaya adalah sesuatu yang kompleks dan mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral,

hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunitas (Sir Edward Taylor,1871), dalam Andrew & Boyle,1995. Budaya yang telah menjadi kebiasaan ini diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural , melalui tiga strategi utama intervensi , yaitu mempertahankan, menegosiasi, dan merestrukturisasi budaya.

Konsep Dasar Keperawatan

Pengertian

Kepercayaan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger,1978). Perawatan transkultural ini diberikan pada klien untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan budaya yang dimiliki klien,serta ditambahkan dengan konsep dasar keperawatan. Pelayanan keperawatan transkultural ini diberikan kepada klien seuai latar belakang budayanya.

Tujuan

Tujuan dari pemberian keperawatan transkultura ini adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal (Leininger,1978). Yang dimaksud dengan kultur spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, contohnya adalah bahasa. Sedangkan yang dimaksud kultur universal nilai- nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh semua kultur, contohnya adalah budaya berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar.

Paradigma keperawatan transkultural

Paradigma keperawatan transkultural adalah cara pandang ,persepsi, keyakinan, nilai- nilai, dan konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan, dan

lingkungan (Leininger,1984, Andrew & Boyle,1995, & Barmin,1998).

Dalam perawatan transkultural terdapat pengkajian, pengkajian ini adalah suatu proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasikan masalah kesehatan klien sesuai latar belakang budaya (Andrew & Boyle,1995).

Dalam proses pengkajian ini terdapat beberapa point penting diantaranya: a. Pemanfaatan teknologi kesehatan

Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk memilih atau mendapat penawaran dalam penyelesaian masalah kesehatan (Loedin,2003). Pemanfaatan teknologi kesehatan ini dipengaruhi oleh sikap tenaga kesehatan,kebutuhan serta permintaan masyarakat. Sehingga peran perawat dalam perawatan transkutura ini,adalah mengkaji persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat- sakit, kebiasaan berobat atau

(2)

cara mengatasi masalah kesehatan. Contohnya adalah klien mempunyai alasan tidak mau memakan makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti daging,telur dan susu, setelah pasien tersebut mengalami operasi.

b. Agama dan filosofi

Agama adalah suatu sistem simbol yang berkontribusi terhadap pandangan dan motivasi yang amat realistis(uniquely realistic)baagi para pemeluknya. Perawat perlu

mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan klien, seperti agama yang dianut, kebiasaan pemeluk agama yang berdampak positif terhadap kesehatan serta cara klien beradaptasi terhadap situasi saat ini.

c. Kekeluargaan dan sosial

Keluaga adalah dua orang individu atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagai pengalaman dan emosi serta mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan perilaku intrerpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial (Soekanto,1983) faktor keluarga dan sosial yang perlu dikaji oleh perawat, yaitu nama lengkap dan nama panggilan termasuk marga bila ada, usia,atau tempat dan tanggal lahir.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang baik atau buruk (Soekanto, 1983). Norma adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas. Nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini oleh individu tampak di dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-hari (Meyer, 2003).

Hal-hal yang perlu berkaitan dengan nilai-nilai dan budaya dan gaya hidup adalah posisi atau jabatan, misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan,pantangan terhadap makanan tertentu, kebiasaan yang sering dilakukan.

e. Kebijakan dan aturan rumah sakit yang berlaku

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995). Misalnya, peraturan atau kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, klien harus memakai baju seragam, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, hak dan kewajiban klien dalam perjanjian dengan rumah sakit, serta cara klien membayar perawatan di rumah sakit.

f. Status ekonomi klien

Ekonomi adalah usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan material dari sumber-sumber yang terbatas (Soekanto, 1982).klien yang dirawat dirumah sakit

memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayain sakitnya agar segera sembuh. Sumber yang umumnya dimanfaatkan oleh klien misalnya asuransi. faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat, antaralain pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,

kebiaasaan menabung, dan jumlah tabungan dalam sebulan. g. latar belakang pendidikan klien

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendididikan formal tertinggi saat ini. Dalam menempuh pendidikan formal tersebut klien mengalami suatu proses`eksperimental. Proses experimental adalah suatu proses menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dimulai dari keluarga, kemudian dilanjutkan kependidikan diluar keluarga (Leininger, 1978; Ardhana,1986).

Perawat dapat menkaji latar belakang pendidikan klien yang meliputi tingkat pendidikan klien yang meliputi tingkat pendidikan klien dan keluarga, kemampuan klien menerima pendidikan kesehatan, serta kemampuan klien belajar serta mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

(3)

h. diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalaha respon klien sesuai dengan latar belakang budayanya yang dapat dicegah, dibah, atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Andrew & Boyle, 1995 ; Ginger Davidhizar, 1995 ; Potter & Perry, 1997). Perawat dapat melihat respon klien dengan cara mengidentifikasi budya yang mendukung kesehatan, budaya yang menurut klien pantang untuk dilanggar, serta budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

i. Perencanaan dan Implementasi

Perencanaan dan implementasi adalah suatu proses memilih strategi keperawatan yang tepat dan melaksanakan tindakan sesuai dengan latar belakang budaya klien (Andrew Boyle, 1995; Ginger Davidhizar, 1995). Perencanaan dan implementasi perawatan

transkultural menawarkan tiga strategi sebagai pedoman (Leninger, 1984 ; Ginger Davidhizar, 1995) yaitu :

1) Mempertahankan budya bila budya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan

2) Negoisasi budaya, yaitu intervensi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap

budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya

3) Retrukturasi budaya klien karena budaya yang dimiliki saat ini bertentangan dengan

kesehatan.

Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat-klien yang bersifat teraupetik. Hubungan perawat-klien yang bersifat teraupetik akan menciptakan kepuasaan klien dan membangkitkan energi kesembuhan. (McClokey & Grace, 2001)

j. Evaluasi

Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan kegiatan yang dilaksanankan sesuai dengan yang direncanakan dan memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan individu (Posavac, 1980 dalam Sahar, 1998).

Evaluasi keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien dalam mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, negoisasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatanbdan restrukturasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

k. Kompetensi budaya

Kompetensi budaya adalah seperangkat perilaku, sikap, dan kebijakan yang bersifat saling melengkapi dalam suatu sistem kehidupan sehingga memungkinkan untuk berinteraksi secara efektif dalam suatu kerangka berhubungan antarbudaya didunia (Cross,T.et al,1989). Asuhan keperawatan yang berbasis kompetensi budaya memungkinkan perawat sebagai petugas kesehatan mengelola secara utuh elemen-elemen pelayanan kesehatan di keluarga, termasuk mengelola hambatan atau tantangan ditingkat instituisional.

l. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi lintas budaya perlu mendapat perhatian khusus. Bahasa ditanah jawa umunya bertingkay-tingkat bergantung dari lawan bicara yang dihadapi.

Budaya dan makanan

Budaya dan makanan memiliki hubungan yang sangat erat. Makan berfungsi untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengembalikan kesehatan yang optimal.pemilihan bahan, pengelolahan, dan pengonsumsiannya berkaitan dengan budaya individu, keluarga, dan komunitas setempat. Misalnya, wanita hamil dari suku Jawa harus dapat

mempertahankan kesehatan selama hamil perlu mengkonsumsi protein, tetapi adat melarang wanita hamil memakan makanan yang berbau amis karena khawatir akan kondisi anak yang dilahirkan nanti.

(4)

Kondisi tersebut dapat dialami berbagai suku yang dijumpai oleh perawat saat melakukan asuhan keperawatan keluarga.

Budaya kesehatan di Indonesia

Indonesia sebagai negara agraris sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan penduduk mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih, kebersihan belum menjadi budaya sehari-hari. Bahkan sampai saat ini, masih banyak anggota masyarakat yang menganggap bahwa orang orang miskin dilarang berobat. Hal ini, dikaitkan dengan nilai ekonomis dari obat tersebut yang tidak dapat dijangkau oleh beberapa lapisan masyarakat. Namun, dibalik itu semua, pemerintah sudah berusaha untuk memberikan subsidi keringan harga obat untuk masyarakat kurang mampu seperti Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat), dll.

Di lain pihak, banyak masyarakat yang menganggap bahwa olahraga mampu menangkal semua penyakit. Namun, apabila dipahami, hal tersebut terbatas hanya pada penyakit non infeksi karena olahraga tidak menjadikan orang menjadi kebal terhadap penyakit infeksi. Bahkan sebaliknya, penyakit infeksi akan bertambah parah apabila seseorang berolahraga. Karena itu, seseorang yang ingin berolahraga harus memiliki status sehat yakni bebas dari penyakit infeksi dan faali, alat-alat tubuhnya berfungsi normal pada waktu istirahat, kecuali bila yang bersangkutan memang akan melakukan olahraga dengan tujuan untuk penyembuhan atau rehabilitasi.

Menurut Daldiyono (2007:16) tidak semua orang sakit memiliki penyakit. Namun kenyataannya suatu rasa sakit bukan merupakan penyakit bila tidak menganggu aktivitas dan fungsi pokok, misalnya makan, minum, buang air besar, buang air kecil, tidur dan aktivitas sehari-hari lainnya

KELUARGA JAWA TIMUR A. Sejarah Perkembangan Keluarga Jawa Timur

Para peneliti di Jawa Timur telah menemukan fosil-fosil manusia yang dapat

menunjukan bahwa Jawa Timur pernah didiami sejenis manusia yang sangat tua, terutama di daerah lembah sungai Brantas.

Dalam sejarah, Jawa Timur pernah menjadi pusat kekuasaan dan pemerintahan raja-raja dari abad X sampai abad XII atau dalam periode raja-raja Kediri, Singosari, dan Majapatih. B.Perkembangan Bahasa di Jawa Timur

Bahasa di daerah Jawa Timur mengalami perkembangan, tidak hanya sebagai media komunikasi, tetapi juga berfungsi sebagai ekspresi seni dan wadah budaya.

bahasa-bahasa daerah tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut :  Lambang didalam keluarga dan masyarakat daerah

 Lambang identitas daerah

 Alat komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat daerah

 Alat pengembang dan pendukung kebudayaan daerah

Sebagian besar penduduk Jawa Timur adalah suku bangsa Jawa dan suku bangsa Madura. Kedua suku bangsa ini mempunyai bahasa yang berbeda , yaitu bahasa jawa dan madura. Bahasa Jawa mengenal tingkat bahasa yang disebut “Unggah-ungguhing basa”, beberapa tingkatan bahsa dalam bahasa jawa adalah sebagai berikut :

1. Basa ngoko lugu

2. Basa ngoko andap

(5)

4. Basa madya kromo

5. Basa madyantara

6. Basa kraman tara

7. Basa krama kraman tara

8. Basa krama inggil

9. Basa krama desa

10. Basa bangongan

Tingkatan-tingkatan bahasa tersebut telah mengalami kesurupan, artinya sudah banyak orang yang tidak memperhatiaknnya lagi.

3. Aspek Demografi

Tingkat kepadatan rata-rata penduduk Jawa Timur pada tahun 2001 sebesar 767 orang/km2

Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Melalui teori struktural tersebut dalam penelitian ini dapat diungkapkan segi intrinsik meliputi alur, penokohan, latar, serta tema dan amanat yang membentuk karya sastra,

Dengan adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan setiap personal dalam struktur organisasi sekolah maka memerlukan adanya koordinasi dan

Pelaksanaan amanat peraturan tersebut diatas diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

Daha sonra sağ elinizle, sol kolunuzu tutan rakibin bileğini arkadan tutarak, rakibin suratına doğru itersiniz.(rakibin dirseği üçgen şeklini alacaktır.)

Laki-Laki Perempuan 1 Adinda 1.. Dari rekapitulasi di atas ditemukan kodrat sebagai seorang perempuan dan kodrat sebagai seorang laki-laki dalam peranan sebagai

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa bukti elektronik dalam hukum acara pidana berstatus sebagai alat bukti yang berdiri sendiri dan alat bukti yang tidak berdiri sendiri

Tiga kriteria yang dimaksud meliputi kriteria PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) dari Kementerian Lingkungan

Rachel membangun perusahaan dengan ide bahwa ICCR akan menjadi perpaduan yang kuat dari sains yang dapat dianadalkan dan eksperimen klinis yang efektif biaya.. Dan, dia tidak