• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Pakpak adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan kesenian.Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi (1986), Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan, dan salah satunya adalah kesenian.Kesenian selalu muncul dalam berbagai kegiatan upacara tradisional ditengah-tengah masyarakat pendukungnya, seperti upacara keagamaan, upacara kematian, upacara perkawinan, dan diberbagai macam aktivitas keseharian masyarakat tradisional lainnya.Kesenian sudah menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur, yang pada zaman dahulu merupakan tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari pola kehidupan masyarakatnya.Begitupun dengan masyarakat Pakpak, banyak kesenian yang masih hidup dan berkembang dan salah satunya adalah seni tari. Tari dalam bahasa Pakpak disebut Tatak. Ada dua jenis pembagian tatak yang terdapat di Pakpak, yaitu tatak adat dan tatak muda-mudi. Tatak adat umumnya bersifat turun temurun dan diperlihatkan secara otomatis pada upacara-upacara adat, yaitu kerja baik (acara suka) maupun kerja njahat (acara duka)1

1

Kerja baik (acara suka) khususnya dalam ulan merbayo atau pesta perkawinan, akan ada bagian

dari acara yang akan menampilkan tatak. Pada saat menyambut kehadiran pihak puang atau

kula-kula (kerapat pihak perempuan), pada saat menyambut dengan sibeltek atau sinina(Kerabat ahli

bait) dan juga berru . Dalam acara Kerja Njahat, tatak menjadi menu utama. Kerja Njahat misalnya pada acara duka cita, meninggalnya seseorang yang sudah berusia lanjut atau tua yang lazim disebut ncayur tua, mengkurak tulan atau mengangkat tulang-tulang orang tua yang sudahlama meninggal, pendirian tugu ( penangkihken tulan mi jerro) dan lain-lain. Segala bentuk penghormatan terhadap kehadiran setiap para pihak baik puang kula-kula, dengan sebeltek, berru,

bere, buberre, sipemerre, sinina dan semua kerabat ditandai dengan tatak. Belum lagi bahwa

(2)

Sementara tatak muda-mudi bersifat hiburan yang keberadaannya relatif baru. Dahulu kala tidak terlalu banyak tatak yang berkonotasi sebagai tarian muda-mudi, hanya ada beberapa seperti ndembass 2

TatakNantampuk Mas berarti tarian putri Nantampuk Mas, dinamakan Nantampuk Mas, karena dulunya tatak ini hanya ditarikan oleh putri raja (beru pertaki) yang bergelar Nantampuk Mas. Dalam kesehariannya, sang putri selalu mengisi waktu senggangnya dengan menari bersama para dayang di kediamannya, atau yang dalam bahasa Pakpak disebut jero. Dikarenakan ketidaksengajaan para dayang menarikan tatak tersebut di luar istana, membuat tatak ini akhirnya di kenal oleh masyarakat Pakpak di luar istana

. Namun sejak tahun enampuluhan berbagai jenis tatak bermunculan, meskipun pada dasarnya diangkat dari tatak masa dulu tetapi bentuk dan formasinya tergolong baru. Tatak jenis inilah yang kini lebih dikenal, dibanding akar tariannya. Beberapa tatak yang cukup terkenal diantaranya adalah tatak Garo-garo, tatak Renggisa, tatak MenabiPage, tatak Menapu Kopi, dan tatak Nantampuk Mas yang akan menjadi bahan penelitian penulis.

3

Pada masa sekarang ini, masyarakat Pakpak lebih mengenal tatakNantampuk Mas sebagai tatak persembahan, yang biasanya di pertunjukan dalam upacara seremonial pemerintahan maupun acara hiburan yang dipertunjukkan di lapangan maupun gedung- gedung pemerintahan. Penarinya terdiri atas tiga atau tujuh orang perempuan maupun lebih, namun harus ganjil dan

.

sebelum orang tua dimakamkan, maka akan diantarkan melalui tatak sisangkar laus sebagai tatak penutup.

2

Ndembas pada masyarakat Pakpak dikenal sebagai tarian muda-mudi yang bersifat bebas. Tidak memiliki gerak yang ditentukan maupun siapa yang menarikan.

3

Hasil wawancara penulis dengan Bapak Atur Pandapotan Solin, seorang budayawan Pakpak pada tanggal 26 Oktober 2013 di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

(3)

merupakan perempuan- perempuan pilihan yang berambut panjang serta merupakan gadis- gadis tercantik yang ada di suku tersebut. Meskipun pada saat menari penarinya menggunakan tudung atau tengkuluk yang disebut sori-sori yang dipakai untuk menutupi seluruh bagian kepala, namun untuk melambangkan bagaimana cantiknya paras seorang putri raja dan dayang-dayangnya4

Pada saat pertunjukan, penari menggunakan atasan seperti kemeja berlengan panjang yang disebut baju api-api dan bawahan atau rok yang dinamakan abit oles perdabaitak. Sedangkan untuk bagian kepala menggunakan topi atau tengkuluk yang dalam bahasa Pakpak disebut saong yang dinamakan sori-sori. Lalu ada pula selendang yang disebut sabe-sabe untuk diselempangkan di bahu, serta tambahan aksesoris lainnya, yaitu ikat pinggang yang disebut tali abak, anting-anting atau cimata, dan kalung atau lepa-lepa. Namun hal yang paling penting dalam penyajian tatak ini adalah adanya baka selampis. Baka selampis merupakan tempat untuk menyimpan sirih, kapur, maupun beras yang disuguhkan kepada para tamu saat menari. Menurut Ibu Romasta Uli br Solin, sirih dan kapur dalam pertunjukan tatak Nantampuk Mas memiliki pesan yang ingin disampaikan penari yang dipilih harus tetap memiliki rambut yang panjang, meskipun pada saat menari rambutnya tidak terlihat. Berbagai daya tarik yang dimiliki tatak Nantampuk Mas tampaknya masih kurang menjadi perhatian bagi sebagian besar masyarakat Pakpak akan pentingnya melestarikan tarian ini. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya minat generasi muda untuk mengetahui dan mempelajari tentang tatak Nantampuk Mas maupun kesenian Pakpak lainnya seperti yang dikatakan oleh Bapak Atur Pandapotan Solin.

4

Hasil wawancara penulis dengan Ibu Romasta Uli Solin, seorang penari tradisi Pakpak pada tanggal 27 Oktober 2013 di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

(4)

kepada hadirin atau tamu dan undangan, bahwa tempat diadakannya acara telah dibersihkan sebelumnya dari segala gangguan mahluk-mahluk gaib maupun orang jahat yang ingin mengganggu kelancaran acara tersebut. Sedangkan beras sebagai tanda ucapan selamat datang bagi tamu dan undangan.

Dalam praktek tatak ini sendiri, ibu Romasta Uli Solin juga mengatakan bahwa gerakan pada tatak ini sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya saja butuh ingatan yang kuat untuk mengingat setiap pergantian pola gerak dan pola lantai disetiap perubahan irama iringan musik, karena gerakannya bersifat repetitif (perulangan). Tatak ini ditarikan dengan durasi waktu tiga sampai lima menit, namun tidak jarang juga jika ditarikan tujuh sampai sepuluh menit, tergantung permintaan sebuah acara.

Setiap gerakan yang dilakukan bagian tubuh memiliki nama tersendiri. Mulai dari gerak dasar kaki, yaitu manerser kumoser (posisi kaki lurus rapat tidak bersentuan, bergeser kekiri +10 cm, mengangkat kedua lutut bergerak ke kiri setinggi 5 cm, sehingga tumpuan berat badan pada kedua ujung kaki dilantai. Kedua ujung kaki diangkat bergeser ke kiri setinggi 5 cm. Bergerak kekiri kurang lebih 10 cm, sehingga tumpuan berat badan berada pada kedua tumit), manerser merdalan (gerakan kaki mirip seperti gerakan kaki seseorang ketika sedang berjalan), dan manerser mengosos (gerakan menarik kaki kedepan dan kebelakang secara bergantian, posisi telapak kaki tetap menginjak tanah dan tidak diangkat ). Begitu pula dengan gerak dasar tangan, yaitu mengeleap manganggun (gerakan mengayunkan tangan, dimana posisi tangan berbentuk segitiga dan terkesan sedang menyikut sesuatu, oleh karena itu bahu ikut mengiringi gerakan sikut), mengeleap menampar (ayunan tangan seperti mengibaskan atau mengusir

(5)

sesuatu), dan mengeleap menuruk (gerakan mengayunkan tangan seperti menyendok yakni menjolorkan tangan dari bawah menuju keatas. Tangan bergerak lurus kedepan jari – jari, tetapi ibu jari di lipat ke telapak tangan. Sewaktu bergerak tumpuan pada siku tangan). Untuk Gerak dasar badan, yaitu tumeleng kumesing (gerakan berputar seluruh badan) dan tumeleng kumoser (bergeser, gerakan badan yang bergeser kekiri maupun kekanan, bahu di gerakkan kekiri dan kekanan lurus, dengan posisi badan sudut 300 ). Untuk Gerak dasar kepala, yaitu tumulih (gerakan kepala yang mengikuti gerakan mata yang menoleh kekiri maupun kekanan. Dagu bergerak lurus sesuai dengan arah gerak kepala), tungkuk (gerakan kepala menunduk dengan pandangan mata yang tidak selalu searah dengan kepala. Pada saat kepala menunduk mata bisa melihat atau melirik kedepan tetapi juga bisa melihat kebawah. Dagu di jatuhkan sehingga kepala posisi menunduk), jeddak (posisi kepala tegak lurus dan diikuti dengan pandangan mata dengan arah yang juga lurus ke depan), dan tumbereng (gerakan kepala dengan posisi miring baik kekiri maupun kekanan, mebentuk sudut 45 derajat. Pada posisi kepala tegak ,lalu dagu bergerak sedikit pada gerak kepala kekiri dan kekanan, dengan mata bergerak halus ke mana arah kepala). Sementara mata, hanya boleh mengarahkan pandangan kepada tamu atau undangan ketika hendak berjalan pulang atau keluar dari panggung saja. Keseluruhan gerak dasar inilah yang membentuk tatakNantampuk Mas.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam pertunjukan tatak Nantampuk mas adalah musik pengiringnya. Musik pengiring merupakan pembentuk suasana, pembentuk setiap makna gerakan, dan jembatan bagi perubahan gerak sebuah tari. Karena bisa dirasakan kehadiran tari tanpa musik akan terasa hambar dan tidak

(6)

menarik untuk ditonton. Menurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari. Begitu juga dalam penyajian tatak Nantampuk Mas, menurut Surung Solin selaku pemusik Pakpak, untuk penyajian tatak Nantampuk Mas digunakan repertoar anggun pola yang terdiri atas alat musik kalondang (xylophone), gendang sitelu-telu (drum chime), gung sada rabaan ( pong-pong, puldep, poi, dan panggora), kucapi dan lobat (endblown flute). Eksistensi musik pengiring dalam tatak Nantampuk Mas merupakan hal yang penting dimana musik menjadi pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan gerak. Bunyi kalondang, kucapi, dan lobat yang berfungsi membawa melodi menjadi tanda dalam pergantian pola gerak tatak, dan bunyi gung sada rabaan serta gendang sitelu telu menjadi pembawa tempo.

Di daerah Sukaramai terdapat beberapa sanggar Pakpak yang sudah sering mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas, seperti sanggar Perampuk-ampuk, sanggar Nina Nola, sanggar Viktori, Sanggar Ndembas, sanggar Nduma, dan lain sebagainya. Hanya saja, diantara beberapa sanggar tersebut, penulis lebih memilih sanggar yang bernama Nina Nola sebagai tempat penelitian penulis. Hal ini dikarenakan sanggar ini yang paling eksis mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas di banding sanggar yang lain. Selain itu, sanggar ini yang masih tetap eksis dalam setiap kegiatan kebudayaan di Pakpak dibanding sanggar lain yang kebanyakan sudah tidak aktif lagi berkesenian.

Tulisan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan tentang tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan sanggar Nina Nola di kalangan anggota masyarakat

(7)

Pakpak di Desa Sukaramai. Ada dua aspek utama yang akan penulis diskusikan di dalam tulisan ini. Pertama adalah bagaimana deskripsitatakNantampuk Mas tersebut. Akan dideskripsikan ragam gerakan yang ada, demikian juga halnya dengan pola-pola lantai yang digunakan, serta dalam pola-pola gerakan, hal spesifik apa yang menyangkut nilai adat, nilai agama, atau nilai yang terkait budaya lokal yang dilambangkan atau diekspresikan. Kedua, bagaimana struktur musik pengiring pada tatak Nantampuk Mas tersebut.

Hal- hal tersebut di atas membuat penulis memilih judul untuk penelitian ini, sebagai berikut: “Deskripsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan Musik Iringan Yang di Pertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat”

1.2 Pokok Permasalahan

Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan. Dalam skripsi ini permasalahan yang akan dibahas meliputi dua hal sebagai berikut.

1) Bagaimana struktur tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, busana tari, properti tari, dan hal-hal sejenis yang berkait dengan keberadaan tari sebagai salah satu kesenian yang terdapat pada budaya Pakpak.

2) Bagaimana struktur musik iringantatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai struktur melodi

(8)

dan ritem yang dihasilkan alat pembawa melodi dan ritem dalam konteks mengiringi tatak Nantampuk Mas ini. Melodi dibawa oleh alat musik kalondang, kucapi, dan lobat. Sementara ritem dibawa secara interloking oleh gung sada rabaan, yang diiringi pola-pola ritem gendang sitelu-telu. Untuk melodi akan dikaji mengenai aspek: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, formula, jumlah nada yang digunakan, kadensa, dan kontur. Untuk ritem akan dikaji: meter, tempo, aksentuasi, interloking, motif ritem, pola ritem, durasi, dan hal-hal sejenis.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur tatak Nantampuk Mas yang disajikan dalam pertunjukan di Desa Sukaramai.

2) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur musik iringan tatak Nantampuk Mas yang disajikan dalam pertunjukan di Desa Sukaramai.

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah

1) Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi berkaitan tentang kesenian Pakpak (khususnya tatak Nantampuk Mas).

(9)

2) Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik mencakup teori maupun uraian tentang bentuk penyajian tatak Nantampuk Mas.

3) Mengembangkan kajian-kajian ilmiah di bidang musik dan tari, yang dampaknya turut mengembangkan aspek keilmuan dalam disiplin-disiplin ilmu seni.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penulisan yang akan digunakan sebagai alat menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dari kerangka teoritisnya.

Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Kata deskriptif yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah bagaimana gambaran sebenarnya tatak Nantampuk Mas pada saat dipertunjukan tanpa ada unsur yang ditambahi maupun dikurangi.

Tatak berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Tatak yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah salah satu tarian tradisional masyarakat kebudayaan Pakpak. Tarian ini memakai tiga orang atau lebih penari (harus ganjil), yang gerakannya berasal dari tarian putri raja pada cerita rakyat masyarakat Pakpak. Musik iringannya adalah repertoar kuku endek-endek yang terdiri atas alat musik kalondang,gendang

(10)

sitelu-telu, gung sada rabaan( poi, puldep, panggora, dan pong-pong), kucapi, dan lobat.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat yang penulis maksud adalah masyarakat Pakpak yang berada di desa Sukaramai, kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat. Daerah ini merupakan daerah yang menjadi tempat penulis meneliti tatak Nantampuk Mas.

1.4.2 Teori

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpegang pada beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dianggap relevan, yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.

Menurut Murgiyanto (1996:156)5 kata seni pertunjukan secara umum memiliki arti tontonan yang bernilai seni, seperti drama, tari, musik yang disajikan secara khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan tatak Nantampuk Mas penulis juga menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996:164-165)6

5

Skripsi Sarjana Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi tari Galombang yang

Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan, oleh Reny Yuliati(2013:20).

6

Skripsi Sarjana Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat

Minangkabau Di Kota Medan, oleh Flora Hutagalung (2009:11).

yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) Waktu pertunjukan yang

(11)

terbatas, (2) Awal dan akhir, (3) Acara kegiatan yang terorganisir, (4) Sekelompok pemain, (5) Sekelompok penonton, (6) Tempat pertunjukan dan, (7) Kesempatan untuk mempertunjukkannya.

Bentuk adalah wujud dan susunan yang ditampilkan dan pengertian penyajian yang kata dasarnya saji yaitu mempersembahkan, sedangkan penyajian mengandung arti yaitu proses, cara dan perbuatan menyajikan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:135,979). Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan cara menyajikan tatak Nantampuk Mas. Bentuk penyajian tersebut dapat mengarah kepada elemen-elemen tari yaitu:

1. Tema 2. Gerak 3. Iringan Musik 4. Tata Rias 5. Tata Busana 6. Tempat (Pentas)

Dalam meneliti gerak tatak Nantampuk Mas, penulis akan mendeskripsikan bagaimana uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, dan busana tari yang digunakan penarinya. Dan penulis juga akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana yang penulis buat sendiri untuk dapat mewakili pola gerak tatak Nantampuk Mas.

(12)

Sementara itu, untuk mengkaji aspek musik iringan tatak Nantampuk Mas, penulis akan menggunakan teori Bruno Netll (1964 : 131) mengatakan bahwa untuk mendapatkan seluruh benda musikal dilakukan analisis: perbendaharaan nada, modus, ritem, nada dasar, bentuk, dan tempo.

Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1998:13-14). Musik merupakan audio (bunyi yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan keduanya adalah waktu, yaitu gerak ritmis (musik dan tari) dan tempo.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti tatak Nantampuk Mas di desa Sukaramai, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

(13)

Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap pra lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri. Dalam bagian ini disusun rancangan penelitian ini, menjajaki atau menilai keadaan lapangan, memilih informan, perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.

Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan peneliti mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu, kamera digital merk Samsung, dan catatan lapangan. Pengamatan langsung (menyaksikan) pertunjukan tatak Nantampuk Mas pada sebuah acara pemerintahan di desa Sukaramai.

Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam pelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan wawancara biasanya berlangsung lama.

Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori dengan hasil akhir membuat laporan untuk penulisan skripsi.

(14)

1.5.1 Studi Kepustakaan

Dalam mencari tulisan-tulisan pedukung, penulis melakukan adanya studi kepustakaan dan kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan guna melengkapi data-data yang diperlukan dalam tulisan ini. Sumber bacaan yang digunakan dapat berasal dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dimana sumber bacaan diperoleh dari buku, majalah, buletin, jurnal, artikel, dan situs internet. Studi kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh pengetahuan dasar tentang apa yang akan diteliti. Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan masyarakat Pakpak yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan pembahasan atau penelitian.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis berpedoman kepada tulisan Harsja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku Metode-metodepenelitian masyarakat. Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan:

(1) Observasi (pengamatan), dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar (1990:114-115), bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan-kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan,

(15)

maka pengamat menghadapi persoalan bagaimana cara ia dapat mengumpulkan keterangan yang diperlukan tanpa harus bersembunyi, tetapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan-kegiatan yang diamatinya.

Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang penyajian tatak Nantampuk Mas, sarana yang dipergunakan, pelaku, dan masalah-masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan sebagai laporan hasil pengamatan penulis.

(2) Wawancara, dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian yang mereka miliki, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.

Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisandari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu.

Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data,

(16)

penulis menggunakan ketiga wawancara ini serta terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan.

(3) Perekaman, dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2 cara, yaitu (a) perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dengan menggunakan handycam merk Sony mini DVD. Perekaman ini sebagai bahan analisis tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera digital merk Samsung. Pengambilan gambar dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak pelaksana dan pihak yang bersangkutan.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupunbahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan danpenyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian danselanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaandisusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.

Untuk menyajikan aspek kebudayaan, penulis mengacu dari antropologi, aspekstruktur musik dari musikologi, dan juga unsur sosial lainnya (sesuai dengan keperluan pembahasan ini), sebagaimana ciri Etnomusikologi yang inter-disiplinerdan keseluruhannya dikerjakan di dalam laboratorium Etnomusikologi), sehinggapermasalahannya yang merupakan hasil laporan penelitian yang disusun

(17)

dalambentuk skripsi. Jika data yang dirasa masih kurang lengkap, maka penulismelengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal inidilakukan berulang-ulang.

1.6 Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih sanggar Nina Nola, yang dipimpinoleh Bapak Pandapotan Solin. Sanggar yang beliau pimpin iniberada di rumah kediaman beliau di Jalan Sisingamangaraja No. 66 , Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan beberapa alasan sebagai berikut. (1) Sanggar Nina Nola ini merupakan sanggar yang sudah lama didirikan, sejak tahun 90an, dandikelola oleh keturunan turun-temurun yang bergerak dibidang kesenian Pakpak. (2) Dari beberapa sanggar yang terdapat di Desa Sukaramai maupun di kabupaten Pakpak Bharat, sanggar inilah yang paling sering diminta untuk mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas maupun kesenian-kesenian lainnya. (3) Sekarang sanggar ini memang sudah mengikuti perkembangan zaman, namun orang-orang lama di dalamnya masih mengetahui dan melestarikan pengetahuan gerakan tradisionalnya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh keuntungan peternak kambing PE, populasi penelitian adalah semua anggota kelompok ternak yang berasal dari 2 desa peternakan kambing PE dari

Manajemen pemasaran Syari’ah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada

dengan pendidikan sekarang terutama dalam kehidupan Pelajar, yaitu: pendidikan akhlak kepada Allah SWT., Pendidikan akhlak kepada Nabi SAW., dan pendidikan akhlak terhadap

Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan mengubah

Ruang lingkup dan fokus penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengar uh Refer ence Gr oup Dan Br and Awar eness Ter hadap Buying Int er est Smar tphone” Pada

Ptogram MP3 merupakan kerjasama arrtara Direktorat Jenderal Pajak Q)irjen pajak) dengan Bank Petsepsi di mana melalui sistem ioi dapat *.rip.r."pat dan

Selain itu, dalam hal terdapat penyelenggara uang elektronik yang tidak memenuhi semua karakteristik uang elektronik sebagaimana disebutkan dalam

Pilihlah 1 dari 5 pilihan jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri saudara, dengan memberikan tanda pada kolom jawaban yang sesuai dengan jawaban saudara di kolom