• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SISTEM MEDIS TRADISIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SISTEM MEDIS TRADISIONAL"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

33

BAB II

SISTEM MEDIS TRADISIONAL

2.1 Sistem Medis Tradisional

Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan. Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:

1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat. 2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya

masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.

(2)

34

4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.

5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari alam (back to nature).

6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.

7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.

8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional. 9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.

10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional.

Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran

(3)

35

standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.

Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healding”. Adapula yang menyebutkan “alternatif medicine”. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59). Dalam sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”.

Untuk memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno medicine). Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah.

Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin. Salah satu ciri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa atau

(4)

36

bacaan dapat menjadi unsure penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan-pantangan. Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat. Dimana pantangan-pantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.

2.1.1 Sejarah Sistem Medis Tradisional di Indonesia

Pengobatan secara harafiah dapat diartikan sebagai satu proses untuk mengobati seseorang dari suatu jenis penyakit. Dimana pengobatan disini dibagi dua jenis yaitu pengobatan moderen dan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional sangatlah berbeda dengan pengobatan moderen. Pengobatan moderen merupakan pengobatan yang berbasiskan pada penggunaan teknologi dalam usaha pengobatan, contohnya penggunaan cahaya sinar laser, benda-benda tumpul.

Pengobatan tradisional dalam konteks penggunaan di Indonesia tumbuh dan berkembang sejak munculnya kehidupan sosial ditengah-tengah masyarakat, hal ini dibuktikan dengan tersebarnya pengetahuan akan pengobatan tradisional dalam kehidupan masyarakat pada saat ini, penggunaan pengobatan tradisional dapat juga disebut sebagai suatu proses pengobatan alternatif. Pengobatan tradisional sebagai suatu proses pengobatan dengan dasar budaya yang dianut

(5)

37

suatu masyarakat pada umumnya menggunakaan pola-pola kebudayannya dalam upaya pengobatan secara tradisional, sehingga penggunaan bahan-bahan pengobatan seperti daun-daunan, akar-akaran dan lain sebagainya tergantung pada sistem pengetahuan yang ada dan berkembang dalam kebudayaan tersebut.

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke V sampai dengan abad ke IXX, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan terhadap kesehatannya mulai dari tanaman-tanaman obat (http://www.roemahobatalami.com/jus-dan-herbal/sejarah-penggunaan-herbal).

Pengobatan tradisional merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap modern tersebut. Manfaat khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif biasanya dalam taraf diperdebatkan. Berbagai istilah telah dugunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah masyarakat banyak. Menurut WHO (1974) menyebutkan sebagai “traditional medicine”. Adapula yang menyebutnya “alternative medicine”. Dalam bahasa sehari-hari kita menyebutnya dengan istilah “pengobatan tradisional atau alternatif”.

(6)

38

2.1.2 Pengelompokan Sistem Medis Tradisional

Sistem medis tradisional merupakan metode pengobatan yang menggunakan pendekatan diluar medis, yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern. Dalam pengobatan tradisional, segala metode dimungkinkan, dari penggunaan obat-obat tradiosional seperti jamu-jamuan, rempah, yang sudah dikenal seperti jahe, kunyit dan sebagainya. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan. Pada mulanya kalangan kedokteran bersikap sangat sinis dan menganggap pengobatan tradisional tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak didukung riset medis yang memadai. Tetapi semakin banyaknya fakta-fakta keberhasilan membuat mereka tergoda untuk melakukan riset. Dan pada akhirnya semakin lama semakin banyak teknik pengobatan tradisional yang diakui, bahkan digunakan para dokter sebagai terapi komplementer untuk mendapatkan tingkat kesembuhan yang lebih baik.

Menurut Agoes (1992:61) pengobatan tradisional dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan asli Indonesia, pengobatan tradisional dengan ramuan obat Cina, pengobatan dengan ramuan obat India.

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan, yaitu pengobatan yang dilakukan atas dasar kepercayaan agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu orang itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu orang sakit.

(7)

39

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan yaitu seperti akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (daun arthamesia vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga pengobatan urut pijat, pengobatan patah tulang, pengobatan patah tulang, pengobatan dengan peralatan (tajam/keras), dan benda tumpul.

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.

2.2 Situasi dan Kondisi Sistem Medis Tradisional di Indonesia

Jumlah dan ragam pengobat tradisional (battra) yang tercatat di Indonesia sangat banyak. Data Departemen Kesehatan RI tahun 1997 mencatat jumlah pengobat tradisional sebanyak 280.000, yang dibedakan atas 4 katagori dan 30 jenis keahlian atau spesialisasi. Adapun keempat kategori pengobat tradisional yang ditemukan di Indonesia, yakni yang menunjuk pada metoda pengobatan utama yang dipergunakan pada waktu menyelenggarakan praktik pengobatan tradisional, masing-masing adalah pertama, battra keterampilan, kedua, battra ramuan obat, ketiga, battra tenaga dalam serta keempat, battra supra natural atau ajaran agama.

Sedangkan keahlian atau spesiliasi pengobat tradisional yang ditemukan di Indonesia, jika dirinci menurut kategori serta asal pengobatan tradisional tersebut, secara sederhana sebagai berikut :

(8)

40 Tabel 1 Sumber : http://www.pro-sehatalami.com Tabel 2 Sumber : http://www.pro-sehatalami.com

BATTRA RAMUAN OBAT

ASLI ASING  Battra dengan ramuan

Indonesia

 Tabib dengan ramuan Indonesia

 Sinse dengan ramuan Indonesia  Homoeopati  Aromaterapis  Spa terapis  Tabib  Sinshe BATTRA KETERAMPILAN ASLI ASING  Pijat Spesifik Daerah/Etnik : Jawa, Madura, Bali, Dayak dsb

 Pijat Tuna Netra  Patah Tulang  Sunat  Dukun Bayi  Tukang Gigi  Pijat Refleksi  Akupreturis  Pijat Shiatsu/Tuina  Pijat Qigong  Pijat Ala Thai  Touch For Health  Akupunkturis  Kiropraktor  Alexander Teknik  Osteopatis  Hidroterapist  Spa Terapis

(9)

41 Tabel 3 Sumber : http://www.pro-sehatalami.com Tabel 4 Sumber : http://www.pro-sehatalami.com

Dari berbagai kategori pengobat dan pengobatan tradisional yang dikenal di Indonesia, tampak pengobatan tradisional yang mempergunakan ramuan obat mengalami perkembangan yang cukup pesat. Mudah dipahami karena alam Indonesia kaya dengan pelbagai tamanan yang dinilai mempunyai khasiat pengobatan, dan karena itu dipergunakan sebagai bagian dalam racikan ramuan

BATTRA TENAGA DALAM

ASLI ASING  Satria nusantara  Kalimasada  Merpati putih  Nampon trirasa  Sinar putih  Prana-sakti  Meditasi-prana  Pranic- Healing  Yoga (India)

 Reiky Master (Tibet/ Jepang )

 Touch Healing

BATTRA SUPRANATURAL ATAU AJARAN AGAMA

ASLI ASING  Parewangan  Petungan  Primbon  Makhluk halus  Kebatinan  Jampi  Doa  Ayat/simbol agama Islam  Ayat/simbol agama Katolik  Ayat/simbol agama Protestan  Ayat/simbol agama Budha  Ayat/simbol agama Hindu

(10)

42

obat. Dari data yang ada diperkirakan di Indonesia ditemukan sekitar 30.000 jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Sekitar 940 jenis tanaman obat telah diketahui khasiatnya, dan sekitar 180 jenis tanaman obat telah digunakan oleh industri obat. Tercatat jumlah perusahaan industri obat yang memproduksi obat tradisional di Indonesia sebanyak 1012 industri, terdiri dari 105 merupakan industri besar, sedangkan sisanya sebanyak 907 merupakan industri menengah atau kecil. Sedangkan jumlah obat tradisional (jamu) yang telah diproduksi di Indonesia ditemukan sebanyak 9.737 merek, terdiri dari 8.698 merek jamu merupakan produksi dalam negeri, serta 1.039 merek jamu merupakan produksi luar negeri (import).

Nilai penjualan obat tradisional ternyata juga cukup menjanjikan. Pada tingkat global, nilai penjualan obat modern sekitar US $ 310 M, sedangkan nilai penjualan obat tradisional sebesar US $ 50 M. Keadaan yang sama juga ditemukan di Indonesia. Nilai penjualan obat modern sebesar Rp 17 trilyun, sedangkan nilai penjualan obat tradisional sebesar Rp. 2 trilyun. Peningkatan penjualanan juga cukup menggembirakan. Sementara peningkatan penjualanan obat modern hanya 12% per tahun, peningkatan penjualanan obat tradisional sebesar 20% per tahun, dengan market share pada tahun 2002 untuk obat modern sebesar 89,5% berbanding dengan 10,5% untuk obat tradisional. Diperkirakan pada tahun 2010 ini, market share penjualanan obat tradisional akan meningkat menjadi sekitar 16% berbanding dengan 84% untuk obat moderen (http://www.pro-sehatalami.com/topik/39-azrul-azwar--perlu-regulasi-kebijakan-pengobatan-tradisional).

(11)

43

2.2.1 Perkembangan Sistem Medis Tradisional di Kota Medan

Sistem medis tradisional pada saat sekarang ini merupakan sistem pengobatan atau penyembuhan yang banyak digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, salah satunya di Kota Medan. Pemanfaatan jasa pengobatan alternatif pada masyarakat Kota Medan bukan sekedar fenomena temporal dan kondisional, akan tetapi sudah menjadi fakta sosial yang tersebar luas dan diterapkan secara universal diberbagai lapisan masyarakat.

Masyarakat di Kota Medan terdiri dari berbagai macam kelompok etnis dan beragam lapisan dalam tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, adat-istiadat dan lain sebagainya. Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keadaan masyarakat seperti yang ada di atas, disamping kota-kota lainnya di Indonesia sebagai dampak urbanisasi.

Secara umum dapat pula dikemukakan bahwa sebagian besar dari masyarakat Kota Medan masih mempunya pendidikan dan tingkat ekonomi yang rendah. Sekalipun pengaruh modernisasi secara fisik telah berkembang luas dalam masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, namun cara berpikir tetap sulit dilepaskan dari cara berfikir yang alternatif. Dalam maslah pelayanan kesehatan, diakui bahwa yang dikembangkan di Kota Medan adalah pelayanan kesehatan moderen, yang juga sudah dikembangkan ke pelosok desa melalui Puskesmas. Tetapi tidak semua masyarakat menggunakan pengobatan moderen tersebut karena sebagian besar masyarakat masih menggunakan pelayanan kesehatan alternatif.

(12)

44

Pelayanan kesehatan sistem medis tradisional secara empirik memberikan jasa perawatan dan penyembuhan dan bahkan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit berat atau penyakit secara medis tidak dapat disembuhkan lagi. Begitu juga di Kota Medan banyak penyakit yang tidak dapat ditangani oleh pengobatan moderen, sehingga masyarakat beralih kepada sistem medis tradisional.

Banyaknya pemanfaatan jasa diluar medis moderen yang ilmiah merupakan suatu bukti bahwasannya sistem kesehatan masyarakat telah mengarah kepada revitalisasi5 sistem medis tradisional dan yang sejenisnya yang sebagian besar lahir dari tradisi pengobatan yang didasari oleh akar budaya manapun nilai agama masyarakat. Dengan kata lain sistem medis tradisional yang kemudian disebut sebagai pengobatan alternatif kembali penting dalam sistem kesehatan nasional.

Hal yang mendukung tentang semakin banyaknya pemanfaatan pengobatan alternatif dikarenakan semakin banyaknya praktek-praktek pengobatan alternatif di kota Medan dan semakin banyak pula masyarakat yang mau dan tertarik untuk datang kepada penyembuh tradisional untuk mengobati sakitnya. Sehingga semakin lama sistem medis tradisional ini pun semakin berkembang. Bukan berarti sistem pengobatan moderen tidak digunakan lagi oleh masyarakat. Sistem pengobatan moderen dan sistem medis tradisional sama-sama pentingnya dalam masyarakat, karena sama-sama berusaha untuk mengobati pasien dalam mendapatkan kesehatan yang diinginkan.

5

Revitalisasi berarti mementingkan kembali atau suatu proses pengutamaan, pemunculan satu hal yang pernah ada pada saat masa lalu.

(13)

45

Sistem medis tradisional di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Ada yang bersifat tradisional sampai kepada penyembuhan alternatif moderen yang merupakan sistem pengobatan yang diasopsin dari tradisi penyembuhan di luar Indonesia. Sejauh engamatan yang dilakukan ternyata begitu banyak tersebar berbagai macam pengobatan tradisional di Kota Medan. Di setiap pelosok pun terdapat pengobatan-pengobatan tradisional. Beberapa pengobatan tradisional memiliki papan sebagai tanda pengenal ataupun sebagai media publikasi kepada masyarakat dan ada juga yang tidak menggunakan papan sebagai tanda pengenal. Pengobatan yang tidak menggunakan tanda pengenal biasanya hanya mengandalkan informasi yang bersifat primitif, yaitu dari mulut ke mulut. Pengobatan ini kadang tidak hanya bekerja sebagai penyembuh tetapi mempunyai salah satu pekerjaan lain artinya pekerjaan sebagai penyembuh bukanlah sebagai pekerjaan yang utama. Keahlian penyembuh hanya sebagai sampingan atas dasar kemanusiaan dan tuntunan keperayaan yang mereka miliki.

Namun, berbeda dengan pengobatan tradisional malumta karena guru malumta ini menekuni pekerjaan sebagai pengobat sebagai pekerjaan yang utama, ia melakukan praktek terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Publikasi merupakan faktor yang paling penting dalam mengembangkan usaha dan memperlancar praktek. Salah satu contohnya adalah dengan cara membuat papan yang bertuliskan merek pengobatan dan melayani jenis penyakit yang seperti apa.

(14)

46 2.1.2 Malumta Paramedis Tradisional Karo

Berdirinya malumta ini diawali dengan seseorang Bapak yang lahir di Pakpak akan tetapi besar di Kota Medan, yang biasa dipanggil Bapak Angkat. Pada tahun 1985 s/d 1990 Bapak Angkat pergi belajar ke Tanah Karo lebih tepatnya di Tigalingga. Tujuannya untuk mendapatkan dan mengetahui cara-cara pengobatan patah tulang yang baik, benar dan sungguh-sungguh. Setelah beberapa tahun dia belajar dan menimba ilmu tersebut sampai dia benar-benar mahir. Sehingga dia berniat untuk membuat pengobatan tradisional patah tulang miliknya sendiri.

Pada tahun 1990, setelah lulus dari proses belajar dan mempunyai sertifikat untuk membuat usaha pengobatan Bapak Angkat memutuskan untuk membuka usaha sendiri di Kota Medan, tepatnya di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Nama atau merek dari pengobatannya tersebut adalah malumta. Dimana kata malumta ini diambil dari bahasa Batak Toba yang mempunyai arti sebagai berikut malum (sembuh), ta (tanggung jawab) jadi arti keseluruhannya tanggung jawab sampai sembuh. Jadi pengobatan malumta ini akan mengobati setiap pasien yang datang berobat sampai sembuh.

(15)

47 Gambar 1 Pamplet Malumta

Dikatakan seperti itu karena dukun patah tersebut akan bertanggung jawab atas pasien sampai dengan sembuh, bila mana ada keluhan lagi pasien dapat kembali ketempat dukun patah tersebut untuk diobati kembali. Jika tidak sembuh juga maka biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan akan dikembalikan seutuhnya kepada pasien tanpa ada potongan apapun. Malumta ini sendiri sudah berdiri kurang lebih dari 20 tahun yang lalu. Seiring dengan berjalannya waktu maka usaha tersebut semakin banyak diminati oleh masyarakat dan banyak juga yang mempercayai pengobatan dukun patah malumta tersebut. Dengan adanya pengobatan tersebut masyarakat dapat memilih untuk datang ketempat malumta tersebut.

(16)

48

2.3 Sistem Medis Tradisional Patah Tulang.

Dukun patah tulang adalah dukun yang cara pengobtannya dengan cara mengurut untuk mereposisi tulang atau otot yang mengalami patah atau terkilir, memfiksasi, reposisi dengan splak/bidai6 atau kayu dan membearai kompres dengan ramuan-ramuan atau akar-akaran. Pengobatan tradisional patah tulang merupakan upaya mengembalikan fungsi anggota gerak akibat patah tulang. Pengobatan dilakukan oleh dukun khusus patah tulang. Penderita meminta bantuan kepada dukun tersebut pada tahap awal kejadian atau setelah pernah berobat kepada pengobatan moderen (medis).

Patah tulang (fraktur) adalah retak tulang, biasanya disertai dengan cidera di jaringan-jaringan sekitarnya. Menurut Rudy, 2009 ada beberapa jenis-jenis patah tulang sebagai berikut :

1. Patah tulang tertutup (patah tulang simplek) yaitu tulang yang patah tidak Nampak dari luar.

2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk) yaitu tulang yang patah tampak dari luar karena tulang menembus kulit mengalami robekan. Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.

3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan) yaitu akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada

6

Splak/bidai adalah kayu atau papan yang digunakan untuk menyangga tulang yang patah. Dimana bidai tersebut memiliki berbagai macam jenis ukuran karena setiap patah tulang yang dialami pasien berbeda-beda.

(17)

49

wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena osteoporosis.

4. Patah tulang karena tergilas yaitu tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah kebagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhannya akan berjalan sangat lambat. .

5. Patah tulang avulse yaitu disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bias juga terjadi pada tungkai dan tumit.

6. Patah tulang patologis yaitu jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh kedalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cidera ringan atau tanpa cidera.

Pengertian fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elstisitas) dengan kekuatan yang memadai. Apabila trauma melebihi daya lentur tersebut maka akan terjadi fraktur (patah tulang).

(18)

50 2.4 Beberapa Konsep dalam Kesehatan

2.4.1 Konsep Sehat dan Sakit.

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultant dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultant dari 4 faktor yaitu:

1. Environment atau lingkungan 2. Behavior atau perilaku 3. Heredity atau keturunan

4. Health care service atau berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Disamping itu ada beberapa konsep sehat dan sakit yang ditemukan para ahli, seperti yang banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat kita yang dimaksud sakit adalah dimana seseorang telah mengalami disfungsi organ tubuh sehingga dia tidak dapat atau terganggu kegiantannya atau peran sosialnya. Ini adalah defenisi sakit yang di dalam antropologi kesehatan disebut sakit menurut budaya. Kemudian ada lagi yang menyatakan sakit adalah apabila telah terjadi proses penyerang pada organ tubuh maka seseorang itu dikatakan sudah menderita penyakit. Dari dua konsep sakit ini, konsep sakit yang pertama atau penyakit

(19)

51

dipandang dari konsep budaya lebih dominan digunakan oleh masyarakat. Hal ini sangat membantu untuk menjawab mengapa dalam sistem kesehatan prefentif sangat sulit diterapkan. Contohnya, orang yang merokok tidak menghiraukan kesehatannya apabila belum terserang salah satu penyakit yang disebabkan oleh aktivitas merokonya, karena belum terjadi disfungsi atau gangguan organ tubuhnya. Sedangkan berdasarkan konsep sakit yang kedua atau penyakit telah terjadi proses penyerang organ tubuh.

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit (http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-sakit-dan penyakit-dalam-konteks-sosial-budaya/).

Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan

(20)

52

penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman.

Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula d alam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

Istilah sehat jug mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri, atau orang-orang lain, atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan kelompok tatapi juga kategori kesejahteraan sosial. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. Definisi sehat menurut WHO (1981) :

(21)

53

“Health is a state of complete physical, mental and social well being, and not merely the absence of disease or infirmity”.

Artinya sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sedangkan sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.

Menurut Sudarti (1987), menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit, masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang)”.

Selanjutnya Sudarti juga mengatakan bahwa masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

(22)

54

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit pada poin pertama dan kedua, dapat digunakan obat-obatan, ramu-ramuan, pijat, kerok dan bantuan tenaga kesehatan. Upaya pengobatan penyakit pada poin yang ketiga harus meminta bantuan kepada dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian penanggulangan penyakit tergantung kepada sistem kepercayaan masyarakat.

2.4.2. Tingkahlaku Sakit, Peranan Sakit, dan Peranan Pasien.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran moderen tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun

(23)

55

secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehatpun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang.

Dalam mempelajari mempelajari tingkahlaku sakit, penting bagi kita untuk mengingat bahwa studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang spesifik maupun yang nonspesifik (Von Mering dalam Foster dan Anderson, 1986:172)

Tingkahlaku adalah cara-cara dimana gejala-gejala yang ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang sedang mengalami sakit,

(24)

56

kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik. Tingkahlaku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit dan peranan pasien. Sebagai cintoh seorang dewasa yang bangun dari tidurnya dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, dia harus memutuskan apakah dia akan meminum obat sakit kepala atau memanggil dokter. Namun hal ini bukanlah tingkahlaku sakit, dikatakan tingkahlaku sakit apabila penyakit itu telah didefenisikan secara serius sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh peranan normalnya. Yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan tambahan atas tingkahlaku peranan orang-orang disekelilingnya, maka barulah seseorang itu melakukan peranan sakit. Konsep peranan pasien lebih terbatas daripada peranan sakit. Peranan padien terjadi jika seseorang mengalami sakit, orang tersebut berharap salah seorang dari anggota keluarganya datang kepadanya untuk membawa makanan untuknya. Dengan demikian peranan pasien adalah merupakan kasus khusus (suatu perpanjangan) dari peranan sakit.

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien (Foster dan Anderson, 1986:173).

Referensi

Dokumen terkait

The robust hydro-thermal power system controller design with the ECS is proposed in order to improve system stability under wind power disturbance with 5% variation of

Secara operasional peneliti ini mene liti “Pengaruh Terapi Musik Islami untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout pada Pekerja Praktik Dokter di Sobontoro-

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola jajan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen pada anak

Pembahasan dalam penelitian ini Dibatasi hanya pada perkembangan bentuk dan tata ruang rumah Kampung Margasari dari sudut pandang pengembangan bentuk pada lingkungan sekitar

Dengan menggunakan input fetch efektif untuk masing-masing arah dan kecepatan angin tiap jam, maka dari hasil proses hindcasting didapat data gelombang terbesar untuk tiap

Berdasarkan isu, permasalahan yang terdapat di Kelurahan Tode Kisar diantaranya, adalah masih terjadinya degradasi terhadap terumbu karang, menurunnya hasil tangkapan, abrasi,

(c) dalam menjalankan rencana, subjek yang satu tidak menggunakan metode pembuktian yang telah direncanakan pada langkah merencanakan pemecahan masalah sedangkan

Tujuan penelitian : (1) Untuk memperoleh lokasi-lokasi yang layak dan sesuai untuk dibudidayakan tanaman jarak pagar menggunakan system informasi geografis,(2) Untuk