PROPOSAL PENELITIAN
INVENTARISASI JENIS-JENIS TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL DI DESA MAULO’O KECAMATAN PAGA
KABUPATEN SIKKA
Sebagai salah satu syarat untuk melakukan Penelitian Tugas akhir
Claudia Desnia Riti 1806050032
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2022
ABSTRAK
Jaman yang semakin berkembang pesat, membuat dunia medis juga semakin berkembang.Salah satunya yaitu dalam bidang pengobatan. Misalnya semakin beragamnya jenis obat-obatan yang beredar di kalangan masyarakat.Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang menggunakan obat herbal untuk mengobati suatu penyakit. Kebiasaan ini merupakan hal turun-temurun yang diwariskan dari nenek moyang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat, bagian-bagian yang dimanfaatkan serta cara pengolahan tumbuhan obat di Desa Maulo’o, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan di Desa Maulo’o, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi tumbuhan. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu data hasil wawancara dikelompokkan berdasarkan spesies tumbuhan obat, bagian-bagian yang dimanfaatkan serta cara pengolahannya yang diketahui oleh masyarakat di Desa Maulo’o, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
Kata kunci: Obat Tradisional, Inventarisasi, Maulo’o
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul
“INVENTARISASI JENIS – JENIS TUMBUHAN OBAT TRADISONAL DI DESA MAULO’O KECAMATAN PAGA KABUPATEN SIKKA”.
Penulis menyadari betapa besarnya dorongan dari sesama yang mendukung dan membantu penulis selama penyelesaian proposal ini. Untuk itu pada saat ini penulis mengucapkan limpah terima kasih yang setulus-tulusnya dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Hery Leo Sianturi, M.Si sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknik beserta Civitas Akademika yang telah memberi ruang bagi penulis selama perkuliahan.
2. Bapak Dr. Refli, M.Sc sebagai Koordinator Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknik yang telah mendampingi penulis selama berada di Program Studi Biologi.
3. Ibu Dra. Maria T.L. Ruma, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Maria T. Danong, M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
4. Bapak Prof M.L Gaol ,M.Si,Ph.D selaku penguji I, atas segala bimbingan, bantuan, nasehat dan saran yang berarti kepada penulis.
5. Ibu Dra. Theresia L. Boro, M.Si selaku penguji II, atas segala bimbingan, bantuan, nasehat dan saran yang sangat berarti kepada penulis.
6. Bapak Rony S. Mauboy, S.Si., M.Si selaku penguji III, atas segala bimbingan, bantuan, nasehat dan saran yang sangat berarti kepada penulis.
7. Bapak Vinsensius M. Ati, S.Pt,. M.Si sebagai Dosen Penasehat Akademik, yang selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
8. Seluruh Staf Dosen Program Studi Biologi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sehingga dapat diterapkan dalam penyelesaian penulisan proposal ini.
9. Seluruh Staf Kependidikan di Lingkungan Fakultas Sains dan Teknik, khususnya Ibu Widya Nenotek, S.Pd yang selalu bersedia membantu kelancaran pengurusan administrasi terkait penyelesaian penulisan proposal ini.
10. Keluarga tercinta yang senantiasa mendukung, memotivasi, dan mendoakan penulis selama menempuh proses pendidikan.
11. Teman-teman seperjuangan Brantas’18 yang telah memberikan semangat, motivasi, dan saran yang membantu dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.
12. Semua sahabat dan kenalan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal yang disusun masih belum benar seutuhnya. Oleh karena itu, saran dan usulan yang bersifat perbaikan dari pembaca sangat diharapkan penulis. Atas bantuan dan kerjasama dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih
Kupang, September 2022
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ...x
BAB I. PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...3
C. Tujuan Penelitian ...3
D. Manfaat Penelitian...3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...4
A. Kajian Pustaka ...4
1. Inventarisasi Tumbuhan ...4
2. Konsep Dasar Taksonomi...5
3. Obat Tradisional...8
4. Tanaman Obat ...11
5. Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional dan Tanaman Obat..15
6. Herbarium...17
B. Penelitian Relevan...20
BAB III. METODE PENENLITIAN ...22
A. Waktu dan Tempat ...22
B. Alat dan Bahan ... 22
C. Metode Penelitian ...22
D. Prosedur Penelitian ...23
E. Analisis Data ...25
BAB IV. PENUTUP ...27
A. Alur Penelitian ...27
B. Jadwal Penelitian...27
DAFTAR PUSTAKA ...28
LAMPIRAN ... 29
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2. 1 Penelitian Relevan...20 Tabel 2.2 Jumlah Responden...25
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4. 1 Alur Penelitian...27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran . Daftar kusioner...32
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
NTT Nusa Tenggara Timur
TOGA Tanaman Obat Keluarga
Km Kilometer
KITT Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
ICBN The international code of botanical nomenclature MAP30 Momordica Antiviral Protein 30
HIV-AIDS Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immunodeficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan flora yang beragam.
Kekayaan hayati yang kita miliki cukup besar yang dapat dikembangkan terutama untuk obat tradisional yang merupakan bahan atau ramuan yang berupa tumbuhan, hewan, dan mineral, untuk diambil sarinya yang telah digunakan secara turun temurun untuk pengobatan (Wasito, 2011).
Di era perkembangan zaman saat ini, semakin banyak industri farmasi yang menggunakan tumbuhan sebagai bahan dasar pembuatan obat seperti obat malaria, obat sariawan, obat anti diare, dan lain – lain. Selain itu juga, banyak masyarkat yang memiliki pengetahuan tentang obat tradisional dari tumbuhan yang memungkinkan penggunaan kembali tumbuhan sebagai obat alami dan bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan dan diolah Serta tumbuhan obat tidak memiliki efek samping terhadap penggunanya (Nugraha, 2008).
Menurut Soedibyo (1998), melaporkan sekitar 80% orang Indonesia merawat kesehatannya menggunakan obat-obatan tradisional dengan meminum jamu secara teratur.
Banyak masyarakat Indonesia khususnya masyarakat desa yang menggunakan tanaman obat secara langsung seperti simplisia yang masih berupa kulit, daun, batang, akar, maupun buah.
Menurut Atmojo (2013), umumnya masyarakat desa memanfaatkan tanaman yang ada di dalam hutan dengan berbagai keperluan. Alasan banyak masyarakat yang masih menggunakan tumbuhan obat adalah karena kemudahan dalam mendapatkan bahan bakunya, tanaman obat yang di butuhkan juga bisa ditanam sendiri oleh masyarakat di depan pekarangan rumah, dan penggunaan obat tradisional juga lebih efisien daripada obat kimia.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan terdapat berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan telah dimanfaatkan oleh masyarakat NTT untuk berbagai tujuan. Salah satunya
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional. Pengobatan tradisional yang biasanya dilakukan oleh masyarakat NTT merupakan pencegahan awal dalam mengobati suatu penyakit yang merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat NTT.
Salah satu daerah di NTT yang masih menggunakan pengobatan tradisional adalah Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka yang terletak di bagian selatan kota Maumere berjarak sekitar 43 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 1 jam perjalanan. Sebagian besar masyarakat Mauloo bermata pencaharian petani. Sarana pembangunan kesehatan yang dimiliki oleh desa ini yaitu adanya posyandu untuk mempermudah para orang tua dalam memeriksakan kesahatan anak-anak mereka. Untuk fasilitas kesehatan yang lain seperti puskesmas, para warga harus pergi ke desa tetangga yaitu desa Paga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan lainnya. Jarak desa Paga dengan desa Mauloo tidak terlalu jauh, sehingga para warga desa mauloo bisa mengaksesnya menggunakan kendaraan bermotor.
Masyarakat Desa Mauloo ini secara empiris telah menggunakan tanaman obat tradisional sebagai pengobatan penyakit. Tanaman tradisional yang sering digunakan diantaranya jahe, temulawak, sere, daun salam, asam, kunyit, dan lain-lain. Bagian tanaman yang paling banyak digunakan adalah bagian akar, kulit, batang, dan daun yang dibuat dengan cara direbus, ditumbuk dan dioleskan. Penggunaan obat tradisional ini biasanya digunakan dengan cara diminum, dikompres, dan dibuat lulur ( molang).
Berdasarkan uraian –uraian tersebut maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Inventarisasi Jenis – Jenis Tumbuhan Obat Tradisonal Di Desa Mauloo Kecamatan Paga Kabupaten Sikka”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka ?
2. Bagian /organ tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka?
3. Bagaimana proses pengolahan tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradsional oleh masyarakat di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,maka tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui :
1. Jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
2. Bagian-bagian dari tumbuhan tersebut yang digunakan sebagai obat tradisional di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
3. Cara pengolahan dari tumbuhan tersebut sehingga dapat digunakan sebagai obat tradisional oleh masayarakat di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang secara teoritis diperoleh di bangku kuliah.
2. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan rumusan hasil- hasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan.
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal pemanfaatan tumbuhan.
2. Bagi Para Pembaca
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi atau referensi oleh pembaca, baik mahasiswa, dosen, ataupun masyarakat umum yang berminat untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisonal oleh masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
1.Inventarisasi Tumbuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia inventarisasi adalah 1) pencatatan atau pendataan barang milik kantor (sekolah, rumah tangga dan sebagainya) yang digunakan dalam melaksanakan tugas; 2) pencatatan atau pengumpulan data (tentang kegiatan hasil yang dicapai, pendapat umum, persuratkabaran, kebudayaan dan sebagainya).
Berikut ini beberapa pengertian inventarisasi menurut para ahli:
1.) Inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan dan mendokomentasikannya pada suatu waktu tertentu (Sugiama, 2013).
2.) Inventarisasi merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labelling, pengelompokkan dan pembukuan/administrasi (Siregar, 2004).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang inventarisasi ,maka dapat disimpulkan bahwa inventarisasi merupakan suatu kegiatan mengelompokan data atau jenis tumbuhan yang berada di suatu wilayah .Inventarisasi juga merupakan tahap awal dari taksonomi tanaman.Hasil inventarisasi ini dapat dijadikan atau dapat disusun suatu flora, yaitu buku yang memuat nama-nama jenis tanaman beserta informasi lainnya mengenai setiap jenis tanaman yang hidup di suatu daerah.
Langkah-langkah umum dalam inventarisasi adalah sebagai berikut :
1. menentukan daerah yang akan digunakan dalam kegiatan inventarisasi tanaman tersebut.
2. memilih metode yang tepat dalam inventarisasi tanaman
3. melakukan pencacahan ataupun pendataan tanaman yang dinventarisasi
4. apabila belum mengetahui nama dan klasifikasi tanaman dapat dilakukan dengan pengambilan sampel maupun mengamati morfologi, anatomi dan fisiologi serta habitat, kemudian dicocokkan dengan kunci determinasi sehingga dapat diketahui nama ilmiah, nama daerah, genus maupun suku.
5. Kemudian masukkan data yang sudah ada dalam sebuah laporan agar dapat dijadikan sebuah arsip dan dapat menambah pengetahuan orang yang membaca.
2.Konsep Dasar Taksonomi
Tumbuhan di permukaan bumi, berjumlah sangat besar dan menunjukkan keanekaragaman yang sangat tinggi. Jumlah dan keanekaragaman yang sangat tinggi mendorong manusia yang terlibat dalam studi tumbuhan melakukan penyederhanaan obyek tumbuhan melalui klasifikasi (pengelompokan) dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok yang terbentuk. Dua kegiatan inilah yang merupakan tugas utama ilmu sistematika atau taksonomi tumbuhan.
Penemuan tumbuhan dan pemanfaatannya telah dilakukan manusia sejak zaman batu.
Manusia mencari tumbuhan di sekelilingnya dan memanfaatkannya untuk dimakan, dibuat obat ataupun untuk keperluan lainnya. Tumbuhan yang telah dimanfaatkan kemudian dipertelaan atau dibuat deskripsi mengenai ciri-ciri dan sifatnya agar dapat diceritakan dan disebarluaskan kepada orang lain, terutama perihal khasiat maupun manfaatnya.
Taksonomi diartikan sebagai ilmu tentang identifikasi, pencirian, penamaan, dan klasifikasi,. Taksonomi adalah suatu ilmu yang dinamis dan merupakan pekerjaan yang tidak ada habisnya.Tujuan utama taksonomi tumbuhan adalah mengenal, menjelaskan ciri, variasi suatu tumbuhan, baik yang sekarang masih ada maupun yang dahulu pernah ada dalam suatu sistem yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Upaya mempelajari tumbuhan memerlukan pendekatanpendekatan intelektual seperti pertelaan dan observasi, analitik dan eksperimen, sintetik dan teori. Data-data dikumpulkan dari lapangan, laboratorium, kebun raya, herbarium dan pustaka. Data-data ini sekarang dapat dianalisa dengan komputer dan didokumentasikan sebagai spesimen yang disimpan di herbarium, koleksi hidup di kebun raya atau berupa publikasi maupun informasi tertulis yang disimpan di perpustakaan.
a.)Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan menentukan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan, menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara mencocokkan tumbuhan yang belum dikenal dengan yang sudah dikenal yang terdapat pada pustaka, herbarium, dan koleksi hidup. Upaya identifikasi dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dengan mencocokan dengan spesimen herbarium, menanyakan pada ahlinya, dan melihat pustaka. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan.
b.)Pencirian atau Deskripsi
Pencirian adalah uraian sifat-sifat serta ciri-ciri obyek yang diberikan dalam bentuk pertelaan.Dalam kehidupan sehari-hari dapat dicontohkan, seorang penjual tanaman buah- buahan harus mengenal betul pohon buah yang dijualnya, apakah itu mangga manalagi, harum manis, golek, atau gedong. Dalam hal buah durian, perbedaan antara durian sunan, petruk, atau monthongharus dikenal dengan baik.
Pertelaan merupakan bagian yang sangat penting, sebab pertelaan merupakan pengetahuan tentang takson. Pertelaan atau deskripsi adalah pelukisan atau penggambaran dengan kata-kata tentang batasan, ruang lingkup, dan sifat-sifat suatu takson itu. Pertelaan merupakan kesimpulan dan perwujudan dari pencirian takson. Bahan baku pencirian itu pada umumnya berupa ciri dan sifat ciri yang dirinci, dianalisis atau disintesis, serta disajikan sebagai bukti taksonomi. Sifat dan ciri inilah yang memungkinkan orang menggambarkan konsep dan mengenal suatu takson. Hampir semua kegiatan taksonomi tumbuhan itu melibatkan pertelaan ciri dan sifat ciri tumbuhan beserta variasinya. Pertelaan umumnya berisi ciri dan sifat ciri yang sebagian besar bersumber pada sifat-sifat morfologi tumbuhan.
c.)Klasifikasi atau penggolongan
Klasifikasi menurut Tjitrosoepomo (2009) merupakan kegiatan memilah dan mengelompokkan tumbuhan yang didasarkan atas persamaan ciri dengan tujuan untuk menyederhanakan objek studi yang diamati serta mencari persamaan dalam keanekaragaman yang ada. Suatu proses pengaturan tumbuhan dalam suatu tingkat-tingkat kesatuan.Ini dapat dicapai dengan menyatukan golongan-golongan yang berbeda. Hasil dari proses pengaturan
ini ialah suatu sistem klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lain.
Penggolongan itu tidak hanya menyangkut soal penamaan dan pencirian,tetapi juga berkaitan dengan masalah pencarian dan penentuan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan antara tumbuhan satu dengan lainnya. Setiap individu tumbuhan itu sekaligus dianggap termasuk dalam sejumlah takson yang jenjang tingkatnya berurutan. Dengan demikian, suatu kesatuan terbagi atas kesatuan-kesatuan berikutnya yang lebih rendah tingkatnya dan seterusnya. Setiap individu tumbuhan itu tergolong dalam kesatuan-kesatuan taksonomi yang masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dalam system yang terjelma. Takson atau kesatuan taksonomi yang terjelma dalam penggolongan tumbuhan adalah forma, varitas (varietas), jenis (species),marga (genus), bangsa (ordo), dan seterusnya.
d.)Tatanama Tumbuhan
Aktivitas pemberian nama sebenarnya sudah dilakukan sejak awal. Dalam tumbuhan dikenal nama umum atau nama lokal dan nama ilmiah. Nama umum (vernacular names/nama lokal) sering terbatas untuk satu bahasa atau untuk satu wilayah geografik tertentu. Nama umum yang sama kadang-kadang digunakan untuk beberapa takson yang berbeda, dan banyak jenis khususnya yang jarang atau sedikit nilai ekonominya tidak memiliki nama umum. Nama umum juga sering memberi pengetahuan yang salah jika dihubungkan dengan filogenetiknya. Contoh poison Oak adalah suatu jenis Toxicodendron (Anacardiaceae) tidak memiliki hubungan yang dekat dengan Oak yang sebenarnya merupakan marga Quercus (Fagaceae). Oleh karena itu, penggunaan nama ilmiah sangat penting untuk komunikasi yang akurat dan efektif tentang informasi suatu tumbuhan yang berlaku di seluruh dunia.
Kelompok taksonomi tumbuhan membutuhkan nama jika kita ingin mengomunikasikan informasinya secara efektif tentang identitas, hubungan filogenetik dan juga aspek biologi lainnya. Prinsip dan peraturan tatanama botani sudah dikembangkan dan diterapkan dengan suatu seri kongres botani internasional dan daftarnya tercantum dalam 'The international code of botanical nomenclature' (ICBN) atau Kode Internasional Tatanama
Tumbuhan (KITT). Tujuan utama dari ICBN adalah menyediakan satu nama tepat untuk masin-masing grup taksonomi dalam suatu sistem nama yang stabil.
Nama ilmiah dimulai dengan menggunakan kalimat panjang yang menggambarkan karakter dari tumbuhan tersebut disebut polinomial. Contoh Sida acuta, dulu diberi nama 'Althaea coromandelina angustis prolongis foliiss, semine bicorneo'. Nama panjang menjadi masalah setelah banyaknya ditemukan jenis baru karena tidak cukup ciri untuk menggambarkannya. Polinomial ini berfungsi sebagai label dan juga sebagai ciri diagnosis yang pada akhirnya diketahui tidak cocok untuk digunakan.
3.Obat Tradisional
Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan- bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang.
Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita.
a. ) Penggolongan Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
 Jamu (Empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh- puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.
 Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengant enaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis.
 Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
b.) Pemanfaatan Tanaman Obat
Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah:
 Demam panas
 Batuk
 Sakit perut
 Gatal-gatal
c.) Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA ( Tanaman Obat Keluarga)
Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis- jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.
 Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
 Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
 Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya: buah- buahan dan bumbu masak
 Jenis tanaman yang hampir punah
 Jenis tanaman yang masih liar
 Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di daerah pemukiman.
4.Tanaman Obat
Sebelum terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan alam sekitarnya dan isinya sehingga mulai dari sejak manusia mulai ada dan mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan sosial dan pribadi maka alam menyediakan kebutuhan bagi kehidupannya adalah kehidupan dan sumber kehidupannya, termasuk keperluan obat- obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya- upaya kesehatan masyarakat dan makin diteliti tanaman obat yang merupakan segala jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai khasiat atau kegunaan sebagai obat.
a.) Pengertian Tanaman Obat
Menurut Abdiyani (2008) tumbuhan obat adalah spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Sedangkan menurut Nursiyah (2013) menyebutkan bahwa tumbuhan obat adalah bahan atau ramuan bahan alam secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat bagi kesehatan manusia dan digunakan sebagai bahan membuat obat alami yang relatif lebih aman.
Berdasarkan SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978,Depkes RI,tanaman obat didefinisikan sebagai:
1) tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional/jamu,
2) tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prekursor),
3) tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat (Widaryanto, 2008).
b.) Ciri-ciri Tumbuhan Obat
Menurut Menurut Katno (2006) tumbuhan obat akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu:
a. Memiliki zat aktif penyembuh suatu penyakit
Tumbuhan yang dapat dijadikan obat biasanya memiliki salah satu zat aktif hasil seperti, flavanoid, tannin, fenol, saponin, alkaloid, dan minyak atsiri atau zat lain. Seperti senyawa a,b-momorchorin dan momordica antiviral protein 30 (MAP30) yang bermanfaat sebagai anti HIV-AIDS.
b. Bersifat turun menurun
Tumbuhan yang sering digunakan sebagai tumbuhan obat biasanya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.
c. Efek samping lebih kecil dari pada obat-obatan kimia
c.)Organ-Organ Tumbuhan Yang Sering Digunakan
Menurut Kartika (2015),organ tumbuhan obat yang digunakan sebagai bahan baku yang memiliki khasiat obat berupa akar (radix), daun (folium), batang (lignum), buah (fruktus), bunga (flos), biji (semen), kulit batang (korteks) dan getah/lendir.
Sedangkan menurut Mahendra (2006),ada juga organ lain dari tumbuhanyang bisa digunakan sebagai obat yaitu sebagai berikut:
a. Rimpang (Rhizome)
Rimpang yang digunakan sebagai obat dapat dijumpai pada bagian bawah tumbuhan dan berada di dalam tanah. Pemakaian rimpang biasa dijumpai pada pemakaian tumbuhan empon-emponan seperti temulawak, temu mangga dan jahe.
b. Umbi (Bulbus)
Umbi sebagai bahan baku herbal biasanya berada di bagian bawah tumbuhan, tetapi bukan termasuk akar. Ada 3 jenis umbi yaitu umbi lapis, umbi akar dan umbi batang.
c. Kulit buah (Perikarpium)
Simplisia kulit buah merupakan bahan obat yang diperoleh dari kulit buah. Untuk memperoleh simplisia ini, diperlukan keterampilan khusus untuk mengupas kulit buah yang masih segar. Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk.
d.)Teknik Olah Tumbuhan Obat
Menurut Mahendra (2006),ada beberapa teknik mengolah tumbuhan obat, yaitu sebagai berikut:
a. Serbuk
Serbuk umumnya dibuat dari bahan yang telah dikeringkan. Cara pembuatan yaitu dapat menggunakan lumpang/lesung. Caranya adalah bahan simplisia dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditumbuk halus, kemudian disaring. Cara lain adalah dengan menggunakan alat penghalus tepung.
b. Pil
Pil merupakan upaya mempraktiskan obat tradisional sehingga lebih mudah dalam penyimpanan dan penggunaannya.
c. Kapsul
Pembuatan obat herbal dalam bentuk kapsul dapat disajikan dalam bentuk serbuk atau ekstrak. Cara pembuatannya dilakukan secara steril.
d. Sirup
Sirup dapat dibuat dari larutan ramuan yang kemudian dicampur dengan gula atau madu. Larutan gula atau madu, selain memberikan rasa manis, juga mengandung kalori dan berfungsi mengawetkan jamu.
e. Lulur
Cara pembuatan lulur sama dengan memipis. Bahan simplisia dapat langsung digunakan setelah dipipid karena ramuan tersebut masih mengandung air sehingga dapat melekat pada tubuh.
Sedangkan menurut Muhlisah (2007), teknik mengolah tumbuhan obat adalah sebagai berikut:
a. Merebus
Merebus adalah cara pemakaian yang paling mudah. Wadah yang digunakan untuk merebus bahan sebaiknya berupa kendi, panci kaca atau panci email. Untuk merebus, bahan obat yang telah disiapkan dimasukkan kedalam wadah dan ditambahkan air bersih sampai semua ramuan terendam. Dengan merebus terjadi perpindahan senyawa-senyawa aktif simplisia kedalam air. Untuk memudahkan perebusan, bahan yang berukuran besar seperti umbi-umbian diiris tipis-tipis terlebih dahulu.
b. Menyeduh
Menyeduh pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan merebus. Teknik seduh lazim digunakan untuk simplisia lunak seperti
bunga dan daun. Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan baku segar atau bahan yang sudah dikeringkan.
c. Mipis
Cara ini biasanya digunakan untuk bahan baku segar. Bahan yang telah dipilih dan dibersihkan, kemudian dihaluskan dengan bantuan sedikit air matang dengan alat pipisan.
5. Kelebihan dan kekurangan obat Tradisonal dan Tanaman Obat a.) Kelebihan
Ada sejumlah kelebihan yang terkait dengan penggunaan obat-obatan herbal sebagai lawan produk farmasi. Contohnya meliputi:
 Tidak ada efek samping yang berbahaya. Obat farmasi sering menyebabkan reaksi yang merugikan pada pasien yang membawanya, dan bagian terburuk tentang hal itu adalah bahwa perusahaan yang memproduksi obat-obatan ini sering melakukannya tanpa menyadari dari mereka. Salah satu manfaat terbesar yang terkait dengan obat herbal adalah tidak adanya efek samping. Juga, obat herbal cenderung untuk menawarkan manfaat jangka panjang dalam hal kesehatan secara keseluruhan.
 Biaya yang lebih rendah: Keuntungan lain untuk obat herbal adalah biaya. Herbal lebih murah daripada obat resep. Penelitian, pengujian, dan pemasaran menambah besar biaya obat resep. Herbal cenderung murah dibandingkan dengan obat-obatan.
 Ketersediaan: Namun keuntungan lain dari obat-obatan herbal adalah ketersediaan mereka. Herbal yang tersedia tanpa resep. Anda dapat menanam beberapa herbal yang sederhana, seperti peppermint dan chamomile, di rumah. Di beberapa bagian terpencil di dunia, tumbuh-tumbuhan mungkin satu-satunya pengobatan yang tersedia untuk sebagian besar orang.
 Keamanan: Obat herbal cenderung berasal diri dari materi tanaman relatif tidak berbahaya bahwa tubuh manusia dapat dengan mudah dicerna. Obat farmasi, di sisi lain, terdiri dari berbagai macam produk yang melengkapi senyawa timbal.
 Alamiah: Obat herbal adalah produk alami dari dunia dan menggabungkan dengan sistem kekebalan tubuh Anda sendiri untuk membuat proses detoksifikasi. Prinsip pengobatan timur termasuk ide-ide seperti pentingnya keselarasan antara pikiran dan tubuh, dan cara terbaik untuk menghasilkan keadaan seperti itu adalah untuk tetap dalam batas-batas alami. Meskipun senyawa timbal obat farmasi cenderung alami, mereka sering kali dicampur dengan variabel sintetis dan buatan yang dapat menyebabkan efek samping yang merugikan.
b.)Kekurangan
Herbal bukan tanpa kekurangan, dan obat-obatan herbal tidak tepat dalam segala situasi. Ini adalah beberapa kerugian yang perlu dipertimbangkan:
 Tidak sesuai untuk berbagai kondisi: Untuk kondisi tertentu obat herbal tidak sesuai dengan penyakit yang mendadak, serius dan kecelakaan. Seorang herbalis tidak akan mampu untuk mengobati trauma serius, seperti patah kaki, ia juga tidak akan bisa menyembuhkan radang usus buntu atau serangan jantung secara efektif seperti dokter konvensional menggunakan tes yang modern diagnostik, pembedahan, dan obat- obatan.
 Kurangnya petunjuk dosis: Kelemahan lain dari obat herbal adalah risiko yang sangat nyata melakukan sendiri merugikan melalui dosis sendiri dengan herbal. Meskipun Anda dapat berpendapat bahwa hal yang sama bisa terjadi dengan obat-obatan, seperti secara tidak sengaja kelebihan dosis obat flu, banyak tumbuh-tumbuhan tidak disertai dengan aturan pakai. Ada resiko yang sangat nyata dari kelebihan dosis.
 Resiko racun yang berhubungan dengan tanaman liar: Herbal yang didapatkan dari alam liar berisiko, jika tidak sembrono, namun beberapa orang mencoba untuk mengidentifikasi dan memilih tumbuhan liar. Mereka menjalankan resiko yang sangat
nyata meracuni diri mereka sendiri jika mereka tidak benar mengidentifikasi ramuan, atau jika mereka menggunakan bagian yang salah dari tanaman.
 Interaksi Obat: Pengobatan herbal dapat berinteraksi dengan obat. Jika Anda mengambil obat resep secara teratur, seperti antidepresan, obat-obatan herbal dapat mencampur dengan bahan kimia ini untuk menciptakan efek yang merugikan bagi Anda. Sangat penting untuk mendiskusikan obat dan suplemen herbal dengan dokter Anda untuk menghindari interaksi berbahaya.
 Kurangnya regulasi: Karena produk herbal tidak diatur secara ketat, konsumen juga menjalankan risiko membeli herbal berkualitas rendah dan kadang-kadang menyebabkan masalah. Misalnya, kurangnya pengawasan pemerintah berarti bahwa produk obat perusahaan herbal ini belum diuji pada berbagai konsumen, dan efek mereka mungkin tak terduga.
6.Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan.
Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi. Menurut Tournefort (1700), herbarium adalah suatu kumpula spesimen yang telah dikeringkan. Definisi terakhir yang banyak digunakan adalah Herbarium sebagai koleksi spesimen-spesimen yang telah diawetkan dan disimpan untuk suatu kurun waktu yang lama.
Fungsi herbarium secara umum antara lain:
1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi→ merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.
3. Sebagai pusat penyimpanan data → ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.
1.) Cara Mengkoleksi Tumbuhan
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak pada spesimen herbarium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi tumbuhan antara lain:
a.) Apa yang dikoleksi:
1. Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya
2. Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya 3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil dari satu tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan hewan, misalnya beruk.
3. Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk mengkoleksi kuncup (daun baru) karena kadang-kadang stipulanya mudah gugur dan brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian yang muda.
4. Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar seperti Araceae.
5. Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan rumah kaca.
Contoh:
- Epifit, anggrek→ akarnya dibungkus dengan lumut, akar-akar paku, serat kelapa - Biji-biji tumbuhan air disimpan dalam air
- Biji-biji kapsul kering jangan diambil dari kapsulnya.
b.) Catatan lapangan
Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan, berisi keterangan- keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat setelah spesimen kering.
Beberapa keterangan yang harus dicantumkan antara lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator (kalau ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya.
c.) Pengeringan spesimen
Setelah dilabel (etiket gantung) koleksi dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran → dimasukkan ke kantong plastik → disiram dengan alkohol 70 % hingga basah→
dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: panas matahari, menggunakan kayu bakar, arang dan dengan listrik.
Proses pengeringan:
- 5-10 spesimen diapit dengan penekan atau sasak ukuran 45 x 35 cm. Untuk specimen yang banyak, bisa digunakan karton atau aluminium berombak/beralur untuk mengapit specimen sehingga tidak perlu mengganti-ganti kertas Koran, diletakkan vertikal.
- Buah-buah besar dipisah, dimasukkan ke dalam kantong, beri label dan keringkan terpisah.
-Tumbuhan yang sangat lunak dimasukkan ke dalam air mendidih beberapa menit untuk membunuh jaringan dan mempercepat pengeringan.
- Dibalik-balik secara teratur, kertas diganti beberapa kali terutama hari pertama, kalua specimen sudah kaku lebih ditekan lagi
- 1,5-2 hari specimen akan kering
B.Penelitian yang relevan
Tabel 1.1. Penelitian yang relevan dan sudah dilaksanakan
No Peneliti Judul Penelitian Hasil atau kesimpulan Penelitian
1. Hardianti Pemanfaatan Tumbuhan
Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Di Desa Sumillan Kecamatan Alla’ Kabupaten Enrekang
1. Jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Sumillan yaitu diketahui terdapat 18 spesis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional.
2.Cara masyarakat di Desa Sumillan mengolah tanaman tersebut untuk pengobatan yaitu direbus lalu diminum, direbus lalu dibasuhkan, ditumbuk lalu dioleskan, dibakar lalu dioleskan, diparut lalu diminum, diparut lalu dioleskan, dipotong lalu dioleskan, dikunyah lalu diminum, diremes lalu di minum, diremas lalu ditempelkan. Namun masyarakat di Desa Sumillan lebih sering mengunakan ramuan dengan cara direbus lalu diminum ke pasien yang sakit.
3.Bagian yang digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Sumillan sebagai obat tradisional yaitu daun, akar, buah, getah dan batang.
2. Muhammad
Yassir dan
Asnah
PemanfaatanJenisTumbuhan Obat Tradisional Di Desa Batu Hamparan Kabupaten Aceh Tenggara
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa ditemukan 46 spesies dari 30 famili Jenis Tumbuhan Obat Tradisional yang dapat dimanfaatkan di Desa Batu Hamparan Kabupaten Aceh Tenggara.
3. Ruri Daniar, Yulianty, dan Martha Lulus Lande
Inventarisasi Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Tumbuhan Obat Alami Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa telah ditemukan 90 jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat alami oleh masyarakat Kecamatan Natar yang terdapat di lima Desa yaitu Pancasila, Sidosari, Brantiraya, Purwosari dan sukadamai. Berdasarkan habitusnya,
tumbuhan obat ini yang paling banyak digunakan berupa herba sedangkan yang paling sedikit digunakan berupa semak. Berdasarkan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat merupakan daun, kemudian yang sedikit dimanfaatkan berupa biji.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Mauloo,Kecamatan Paga,Kabupaten Sikka,Provinsi Nusa Tenggar Timur sebagai tempat pengambilan sampel tumbuhan obat tradisional .Penelitian akan dilaksanakan selama bulan Oktober .
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan untuk wawancara, buku kolektor, bolpoin, pensil, gunting pisau pangkas, buku flora lapangan ,kaca pembesar , kamera untuk dokumentasi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alcohol 70% ,sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tumbuhan obat tradisional yang ada di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, kertas koran, plastic, kertas label, selotip dan lem untuk pembuatan herbarium.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung di lapangan dan wawancara yang mengacu pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan peneliti kepada narasumber seperti masyarakat atau kepala Desa .Teknik pengambilan sample menggunakan teknik snowball sampling yaitu teknik yang dilakukan dengan menggunakan bantuan dari tokoh masyarakat, kepala suku, kepala desa dan sumber terpercaya lainnya untuk menemukan informan informan kunci yaitu Pengobat Tradisional (Battra).
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja penelitian ini meliputi:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti mengurus segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan penelitian,seperti menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2. Tahap Observasi
Melakukan observasi atau pengamatan langsung pada lokasi penelitian yang ada di Desa Mauloo untuk memperoleh informasi gambaran umum mengenai lokasi penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
a.) Menentukan responden atau informan yang akan di wawancara.Informan yang akan diwawancarai adalah orang-orang yang mengetahui tentang tanaman obat di desa Mauloo.Responden yang akan diwawancari dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang tokoh masyarakat atau Kepala Desa, 3 orang dukun kampung atau pengobat,3 orang pasien serta mantan pasien yang berjumlah 3 orang.
b.) Melakukan wawancara terhadap informan untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat tradisional.
c.) Responden yang diwawancarai terdiri atas kepala Desa atau tokoh masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
d.) Melakukan penjelajahan atau pencarian jenis tumbuhan obat.
Penjelajahan jenis tumbuhan yang digunakan akan dilakukan bersama pengobat atau warga Desa Maulo’o, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka yang mengetahui tentang tanaman obat untuk mencari tanaman yang dibutuhkan sebagai sampel herbarium.
e.)Mengamati prosedur pengolahan bagian atau organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional.
4. Pembuatan Herbarium
Dalam penelitian ini, tumbuhan obat tradisional yang ditemukan di Desa Mauloo, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka akan dibuat herbarium kering, cara pembuatan herbarium kering yaitu:
1. Langkah awal untuk membuat spesimen herbarium yaitu, tanaman hasil inventarisasi dikumpulkan setelah mencatat tentang identitas ciri morfologinya;
2. Tanaman ini kemudian diatur posisinya agar tidak ada bagian yang terlepas, kemudian ditekan/dilakukan pengepresan diantara kertas yang menyerap air, seperti kertas koran. Bagian yang terlalu tebal dipisahkan dulu,atau diberi alkohol atau pencelupan ke dalam air mendidih agar tanaman mati lebih cepat;
3. Proses pengeringan menggunakan sumber energi yang berbeda-beda, pengeringan bisa matahari atau menggunakan alat pengering
4. Setelah tumbuhan kering dengan sempurna, spesimen harus didinginkan untuk membunuh serangga untuk 2-5 hari
5. Tumbuhan yang kering selanjutnya ditempel atau mounting. Ukuran kertas yang digunakan yaitu kertas manila berukuran A3, kertas harus bebas asam dan satu lembar kertas terdiri dari satu spesimen.
6. Penempelan herbarium menggunakan lem perekat berupa selotip atau isolasi pada seluruh permukaan bahan herbarium yang ditempelkan pada kertas, lem perekat diatur sedemikian hingga herbarium tidak terlepas dari kertas.
7. Pemberian etiket atau label pada pojok bawah kanan kertas yang berisi informasi dari tumbuhan tersebut, biasanya berukuran 3-5 inci
8. Spesimen yang sudah selesai, dimasukkan ke dalam map. Pada map ditulis nama jenis dan pada setiap satu map hanya berisi satu jenis.
9. Spesimen kemudian disimpan dalam kaleng atau lemari herbarium biasanya berupa rak-rak, yang letaknya disusun secara alfabetis menurut nama suku atau nama marga (Tjitrosoepomo,2005).
Tabel 1.2 . Jumlah responden yang diwawancarai di Desa Mauloo,Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka.
No Responden Kelas Umur Jumlah Responden (orang) 1
2 3 4
Kepala Desa Pengobat Pasien
Mantan Pasien
Dewasa Dewasa Dewasa Dewasa
1 3 3 3
Jumlah 10
5. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a) Mencatat semua jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional di Desa Mauloo.
b) Memasang label pada jenis tumbuhan yang sudah diketahui namanya dan melakukan identifikasi pada jenis tumbuhan yang belum diketahui namanya.
c) Mencatat bagian atau organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional
d) Mencatat cara pengolahan tumbuhan yang akan digunakan sebagai obat tradisional.
e) Mengidentifikasi tumbuhan obat yang telah didapat .Data tumbuhan yang ditemukan akan diuraikan secara deskriptif.
E. Analisis Data
Data hasil dari pengamatan ini ditabulasikan dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk table.Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (i) Informasi pemanfaatan tumbuhan obat tradisional,meliputi jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, cara meramu, manfaat yang
dihasilkan, serta penggunaannya sebagai obat tradisional. Informasi botani, meliputi nama lokal/ilmiah jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan.
BAB IV PENUTUP A. Alir Penelitian
Studi area Kabupaten
Sikka Kecamatan Paga Desa
Mauloo
Survei Lapangan
Wawancara Pengumpulan
spesimen
Jenis Tumbuhan Obat
Bagian yang digunakan
Manfaat
Dokumentasi
Pembuatan Herbarium Identifikasi
Tabulasi Data
Manfaat
Bagian yang digunakan Family
Nama Latin Nama Lokal
Gambar.:1.1 Alir Penelitian
B. Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Desa Mauloo,Kecamatan Paga ,Kabupaten Sikka.Penelitian akan dilakukan selama 1 bulan,yaitu pada bulan Agustus 2022 .
Analisis secara Deskriptif
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad , Mustikaningtyas. D., & Widiatningrum, T. (2010) . Inventarisasi Jenis- Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Hujan Dataran Rendah Desa Nyamplung Pulau Karimunjawa. Biosaintifika ,2(2),1-4.
Apal,R . Ummulharbi , Ariyanti , N. Sri , Walujo ,E .Baroto ,& Dorly . ( 2018 ) .Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Togutil di DaerahPenyangga Taman Nasional Aketajawe Lolobata . Jurnal Sumberdaya HAYATI , 4(1), hlm 21-27 , Desember 2018
Daniar, Ruri, Yulianty, & Lande. M. L. (2014) . Inventarisasi Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Tumbuhan Obat Alami Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. ISBN 978-602- 70530-0-,7 324-331.
Darmayanti, Sri. A., & Wuryanti. S . (2010) . Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Wilayah Desa Egon, Kecamatan Waegete, Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur.
Berk.Penel. Hayati Edisi Khusus, 4A (5–11).
Destryana , R. Amilia, Ismawati. (2019 ). Etnobotani Dan Pengggunaan Tumbuhan Liar Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Madura (Studi Di Kecamatan Lenteng, Guluk-Guluk, Dan Bluto). Journal of Food Technology and Agroindustry, 1(2 ) Agustus 2019
Diana , Rita, Matius. P. (2017) . Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Yang Dimanfaatkan Masyarakat Suku Dayak Lundayeh. J Hut Trop, 1(1),49-58
Fadhilah, Fatin . (2019) . Pemanfaatan Tumbuhan Dalam Pengobatan Tradisional Oleh Suku Melayu Bangka Barat Dan Sumbangannya Pada Pembelajaran Biologi Sma . Palembang: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sriwijaya
Fenturi, Merin. (2021). Etnobotani Tumbuhan Obat Suku Penukal Di Desa Benuang Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Sumatera Selatan
.
Palembang:Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya
Gembong. (1996) . Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gajah Mada Press. Hlm. 48: Yogyakarta
Hardianti . (2021 ) . Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Di Desa Sumillan Kecamatan Alla’ Kabupaten Enrekang . Makassar: Program Studi Kehutanan , Fakultas Pertanian , Universitas Muhammadiyah Makassar
https://scienceandri.blogspot.com/2012/11/teknik-pembuatan-herbarium.html?m=1 diakses pada tanggal 26 Juli 2022
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/tanaman-obat-dan-manfaat-bagi- kesehatan-49 diakses pada tanggal 26 Juli 2022
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpmmp/article/downloadSuppFile/ diakses pada tanggal 26 Juli 2022
https://afahrurroji-net.cdn.ampproject.org/v/s/afahrurroji.net/kelebihan-dan-kekurangan-dari- obat-herbal/amp/?amp_gsa=1 diakses pada tanggal 26 Juli 2022
Komaria, Nurul. ( 2015 ) . Identifikasi dan Iventarisasi Tumbuhan Paku Epifit Di Lingkungan Kampus Universitas Jember Untuk Penyusunan Buku Nonteks. Jember:Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Mipa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Larassati, A., Marmaini, Kartika, T. ( 2019) . Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Sekitar Pekarangan Di Kelurahan Sentosa . Jurnal Indobiosains, 1(2)
Latifah , Husnah . ( 2020 ) . Identifikasi Potensi Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Hutan Produksi Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan . Jurnal Galung Tropika, 9 (1) April 2020, Hlmn. 60 – 67
Leisha, Ayu . (2017). Inventarisasi Tumbuhan Obat Di Kecamatan Lubuklinggau Timur Ii Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan Sebagai Buku Referensi Di Sma.
Lubuklinggau: Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ,Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (Stkip-Pgri)
Masitah ,P. Dwi . (2014). Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis Masyarakat Di Dusun Aras Napal Kiri Dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.Medan :Fakultas Biologi ,Universitas Medan Area
Muharrami, L. Khamsatul., Munawaroh. F., Ersam. T., & Santoso . M. (2017) . Inventarisasi Tumbuhan Jamu Dan Skrining Fitokimia Kabupaten Sampang. Jurnal Pena Sains ,4(2)
Muthaharoh, L. (2020) . Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Desa Muara Sompoi Kecamatan Murung Kabupaten Murung Raya. Jurnal Pendidikan Hayati, 6 (3), 110-121
Riadi , Richi , Oramahi , H.A , & Yusro , Fathul . ( 2019 ) . Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Suku Dayak Kanayatn Di Desa Mamek Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak . Jurnal Hutan Lestari (2019) ,7 (2) : 905 – 915
Roswita , Cut. ( 2018 ) . Pemanfaatan Tumbuhan Palem – Paleman (Arecaceae) Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Aceh Di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen . Jurnal Biosains , 4 (1) ,Maret 2018
Susanti , A. Dwi , Wijayanto , Nurheni , & Hikmat, Agus . ( 2018 ) . Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Di Agroforestri Repong Damar Krui, Provinsi Lampung . Media Konservasi,23(2 ),Agustus 2018: 162-168
Wuleng, Afriana. ( 2018 ) . Inventarisasi Tanaman Berkhasiat Obat Di Desa Kota Bes Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang. Kupang:Program Studi Farmasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Yassir , M. , Asnah. ( 2018) . Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Obat Tradisional Di Desa Batu Hamparan Kabupaten Aceh Tenggara . Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, 6(1) , Hal. 17-3
LAMPIRAN
Data Diri Responden
Nama : Jenis Kelamin : Usia : Pekerjaan : Status Pernikahan : Pendidikan Terakhir :
DAFTAR PERTANYAAN
A.) Pertanyaan untuk Kepala Desa
1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Mauloo?
2. Apakah anda mengetahui tentang Tanaman Obat atau pengobatan secara tradisional?
3. Apakah anda sendiri juga masih menggunakan pengobatan tradisional dalam mengobati penyakit?
4. Berapa banyak orang yang anda tahu bisa mengobati penyakit menggunakan pengobatan tradisonal atau dukun?
5. Apakah masih banyak masyarakat di Desa Mauloo ini yang menggunakan pengobatan tradisional ?
6. Apakah alasan Masyarakat di Desa Mauloo masih menggunakan obat tradisional dalam mengobati penyakit?
7. Bagaimana menurut anda tentang pengobatan secara tradisional ?Apakah efektif bagi anda?
B.) Dukun atau Pengobat
1. Sudah berapa lama anda menjadi pengobat di desa ini?
2. Berapa banyak pasien yang sudah pernah diobati oleh anda?
3. Penyakit apa saja yang biasanya anda obati atau biasa diderita oleh pasien?
4. Tumbuhan apa saja yang biasa digunakan dalam pengobatan ?
5. Bagian apa dari tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat tradisional?
6. Darimana anda memperoleh tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional tersebut?Apakah ditanam sendiri atau diperoleh dari hutan?
7. Bagaimana cara penggunaan dan pengolahan dari tumbuhan obat yang digunakan tersebut?
8. Apakah ada efek samping dari penggunaan tumbuhan obat yang digunakan?
9. Butuh berapa lama efek obat yang akan dirasakan pasien ?
10. Darimana ilmu pengobatan yang anda peroleh?Apakah diturunkan dari keluarga atau dipelajari dari orang lain?
C.) Pasien
1. Sudah berapa lama penyakit yang anda derita ?
2. Apakah bapak/ibu menggunakan pengobatan tradisional dalam penanganannya?
3. Apakah alasan bapak/ibu menggunakan obat tradisonal dalam mengobati penyakit ini?
4. Apakah pengobatannya dilakukan sendiri atau membutuhkan bantuan pengobat attau dukun?
5. Apa saja tumbuhan obat yang sudah pernah digunakan oleh bapak/ibu?
6. Sebutkan cara penggunaan obat tradisional yang biasa bapak/ibu gunakan?
7. Untuk mengatasi keluhan apa saja obat tradisional yang bapak/ibu gunakan?
8. Apakah obat tradisional yang digunakan oleh bapak/ibu diramu sendiri?Jika iya ,bisa diceritakan?
9. Darimana bapak/ibu mendapatkan bahan untuk pembuatan obat herbal tersebut?
10. Apakah efek obat langsung terasa ketika bapak/ibu menggunakannya?
11. Apakah ada efek samping dari penggunaan obat tradisional yang bapak/ibu gunakan?
12. Apakah obat tradisional yang digunakan lebih efektif dari obat toko?
D.) Mantan Pasien
1. Keluhan atau penyakit apa yang pernah bapak/ibu alami?
2. Berapa lama keluhan yang dirasakan sampai bapak/ibu dinyatakan sembuh?
3. Apakah setelah sembuh keluhan yang dirasakan datang atau kambuh lagi?
4. Apakah pengobatan yang dilakukan menggunakan obat tradisonal atau dokter?
5. Apakah awal penanganan keluhan atau penyakit yang bapak/ibu derita langsung melakukan pengobatan secara tradisonal atau berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu?
6. Tumbuhan apa yang bapak/ibu gunakan dalam pengobatan penyakit yang dialami tersebut?
7. Darimana bapak/ibu memperoleh tumbuhan tersebut?
8. Bagaimana Cara pengolahan obat tradisional yang bapak/ibu gunakan?
9. Apakah efek dari obat herbal tersebut langsung terasa saat bapak/ibu gunakan?
10. Apakah ada efek samping saat bapak/ibu menggunakan obat tradisional tersebut?