• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRILAKU SISWA KELUARGA BROKEN HOME DI MAN 1 PADANG PANJANG SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRILAKU SISWA KELUARGA BROKEN HOME DI MAN 1 PADANG PANJANG SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PRILAKU SISWA KELUARGA BROKEN HOME DI MAN 1 PADANG PANJANG

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Bimbingan dan Konseling

Oleh:

ELVIRA WIDYA SANDI NIM.1630108018

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

BIODATA PENULIS

Nama : Elvira widya sandi

NIM 1630108018

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan

Bimbingan dan Konseling Tempat/Tanggal Lahir : Payakumbuh/03 februari 1998 Jenis

Kelamin :

Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jorong kubang panjang

kecamatan Pulau punjung Kabupaten Dharmasraya

No. HP 082268923934

Nama Orangtua

Ayah : Sandi Suardi

Ibu : Efi Wanita S.Sos Anak ke/dari : 1 dari 2 bersaudara Riwayat Pendidikan

SD : SDN 28 Pulau punjung

SMP : SMPN 1 Pulau punjung

SMA : MAN Gunung Padang Panjang

S1 : IAIN Batusangkar

Motto Hidup : Berusahalah semampu yang kamu bisa karena karena yang akan mengerti kesulitanmu hanya dirimu sendiri.

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) Kepada

siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mendapat hikmah itu.

Sesungguhnya ia telah

mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang

menerima

peringatan melainkan orang- orang yang berakal”.

(Q.S. Al-Baqarah: 269)

Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu

dustakan ? (QS:

Ar-Rahman 13)

“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang

akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang

seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu

berdoa...”

Alhamdulillahirabbil’alamiin, Sujud Syukurku

kepada-Mu Rabby…

Ungkapan hati sebagai rasa Terima Kasihku Alhamdulllahirabbil’alamin…. Alhamdulllahirabbil ‘alamin….

Akhirnya aku sampai ke titik ini,

Sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb Serta shalawat

dan salam kepada idolaku Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia. Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal

shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta Sujud syukurku untuk-Mu ya Rabb. . .

(8)

hamba gapai suatu asa, dan telah hamba raih sepenggal cita- cita. Namun, keberhasilan ini bukanlah sebuah akhir, tapi sebuah awal dari

perjuangan hidupku yang masih panjang, semoga suatu titik keberhasilan ini mengiringi dan menjadi bekal dalam hidup

hamba-Mu ini, Ya Allah…

Seiring rasa syukurku dengan segala kerendahan hati dan mengharapkan ridho-Mu ya Allah. Ku persembahkan karya kecil ini

untuk yang tercinta: My Little Family’s..

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda Sandi

Suardi dan Ibunda kutercinta Efi wanita S.Sos, yang tiada pernah

hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada di depanku.,, Appa,.. Ammaa...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Appa,,,Ammaa,, masih saja menyusahkanmu..

Untuk nenek ku tercinta julinar terimakasih untuk kasih sayang dan ketulusan yang sudah mami berikan. Sabar dan tulus itu yang selalu mami ucapkan ketika aku sering mengeluh. Aku bersyukur memiliki nenek seperti mami, wanita sholeha yang begitu penyayang dan tidak pernah mengeluh kupersembahkan kado kecil ini untuk mami.

Untuk Adiku Muhammad Iqbal tercinta walau kita sering perang dunia ketahuilah aku menyayangimu walau aku gengsi untuk menunjukannya

seperti kakak teman-temanmu..Terima kasih

untuk kasih sayangmu dan selalu ada menyemangatiku, serta selalu sabar mendengar keluh kesahku setiap kita bersama.. Hanya kata terima

kasih yang bisa kuucapkan pada keluarga kecilku ini, mereka yang selalu berusaha memenuhi kebutuhanku, selalu tahan dengan sikap

kekanakkanakanku.

Kemarahan mereka adalah bukti rasa sayang yang tak

(9)

terunkap, kesedihan mereka adalah cambuk bagiku untuk menghapus air matanya, dan kebahagiaan mereka adalah impian terbesar yang tak

pernah pudar.

“Bahwa kebersamaan bukan tentang menanggung atau menjadi beban,

tetapi saling meringankan.

Untuk Ibunda Dra. Hardiarni, M.Pd., Kons, Terimakasih sudah mendengarkan keluh kesah ku dan menjadi sosok ibu ketika aku jauh dari

orang tuaku. Yang selalu menanyakan bagaimana perkembangan skripsi ku ketika aku lalai dan mengingatkan ku terimaksih banyak ibuk. Untuk orang istimewa yang bersama ku dari awal perkuliahan ini yang

menjadi seorang pelindung, abang, sahabat, teman beradu argumen “Reynold permana putra” Terimakasi sudah menemaniku berjuang ketika aku dalam kesulitan, selalu ada mengingatkan dan bersedia mendengarkan semua keluh kesah ku, melindungi ku ketika aku jauh dari

orang tua ku dan masih banyak kebaikan yang tak bisa ku jelaskan disini terimaksih masih tetap bersamaku sampai titik ini. Untuk sahabat yang

seperjuangan denganku sejak kita awal memasuki dunia perkuliahan

Fadly anastianto, Fajri Prasetyo terimaksih sudah menjadi sahabat

yang selalu ada ketika aku dalam kesulitan, bergantian antar jemput selama kuliah dan terimaksih kalian tidak pernah sakit hati dengan apa yang aku ucapkan walau aku tau ucapan ku fakta dan untuk keluarga tak

sedarah, sekaligus sahabat, kakak/adik Ariska Parasastia, Diana eka

putri, Lidya ayu ningtias yang setia mendengarkan curhatanku apapun

itu yang selalu ikhlas membantu dan di repotkan ketika aku sedang dalam keterpurukan.

seiring selangkah untuk setiap kegilaan, keseriusan, kesedihan, setiap perjalanan yang sudah kita tempuh, setiap tempat yang sudah kita

jelajahi

dan setiap doa dan mimpi yang sering kita ucapkan untuk masa depan kita yang abadi.

Dan untuk Teman-teman BK A terima kasih untuk semua kebahagiaan yang ikhlas untukku, serta untuk semua orang-orang yang datang dan pergi dalam hidupku tak pernah menyesali semua yang sudah berlalu,

dan tak juga

membenci setiap kepergian, dan bersyukur untuk setiap perjuangan yang membuatku bertahan sampai detik ini (untukmu).

Bersinarlah terus sampai

nanti, tetap jadi cahaya yang terang. Keindahan yang kurasakan dari hati dan setiap zona nyaman yang selalu dipersembahkan untuk melengkapi

(10)

Ucapan Terima Kasihku Kepada,

Dosen-dosen yang sudah memberikan ilmu yang begitu berharga yang belum tentu aku dapatkan di luar sana, ilmu yang tak bisa kudapatkan di bangku perkuliahan, nasehat, saran, dan masukan yang membuatku tak

salah langkah. Semua kebersamaan yang tak akan terulang kembali, yang mengajarkanku mengerti bahwa kesuksesan itu tidak diperoleh sekejap mata, yang mengajarkanku bahwa untuk dihargai tidak harus

menjadi orang lain.

(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyusun PROPOSAL SKRIPSI ini yang berjudul: “Prilaku Siswa Keluarga Broken Home di MAN 1 Padang Panjang”. Penulisan Skripsi ini adalah untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW selaku penutup segala Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama, sebagai rahmat untuk seluruh manusia, sebagai personifikasi yang utuh dari ajaran islam dan sebagai tumpuan harapan pemberi cahaya syari’at di akhirat kelak.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan, dorongan, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, izinkan penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Orang tua penulis (Ayah Sandi Suardi dan Ibu Ef Wanita S.Sos) yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan dan semangat, serta lantunan doa-doa untuk kesuksesan penulis.

(12)

3. Bapak Dr Irman S.Ag.M.Pd sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan semangat, dorongan, arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Masril, M.Pd., Kons selaku penguji.

5. Ibu Dra. Desmita, M.Si selaku dosen pembimbing akademik (PA) yang terus memberi arahan kepada penulis.

6. Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

7. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

8. Bapak Dr. Adripen, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

9. Kepada seluruh Bapak/ Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Tadris Biologi Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

10. Kepada seluruh teman-teman dan sahabat bimbingan dan konseling angkatan 2016 yang selalu memberikan semangat dan dorongannya. 11. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan lagi secara satu persatu

yang telah memberi dukungan, arahan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini

Akhirnya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga bantuan, motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak menjadi amal ibadah yang ikhlas hendaknya dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat

(13)

ganda. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada kita semua. Amin Allahumma Amin.

Batusangkar, 28 september 2020

Elvira Widya Sandi NIM. 1630108018

(14)

ABSTRAK

Elvira widya sandi, NIM.163008018, Judul “Prilaku siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang Panjang”, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 2020.

Prilaku siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang panjang. Fokus penelitian ini adalah peilaku siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang panjang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif, yaitu penelitian dengan mengungkapkan fenomena yang ada di lapangan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah empat orang siswa yang berlatar belakang broken home, teknik pengumpulan data adalah wawancara, teknik analisis data adalah reduksi data, display data, kesimpulan dan verifikasi data. Teknik penjamin keabsahan data adalah triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Ketidak nyamanan siswa broken home di rumah berpengaruh terhadap prilaku belajar siswa di sekolah. 2) Kondisi siswa yang keluarga broken home memiliki pengaruh terhadap cara siswa berinteraksi dengan orang lain seperti, tidak percaya diri dan menjadi pribadi yang tertutup. 3) Prilaku siswa keluarga broken home berdampak terhadap adanya rasa kesedihan dan kekecewaan yang dimiliki terhadap keluarga sendiri.

Kata kunci : Prilaku siswa keluarga broken home

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI BIODATA PENULIS

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus ... 5 C. Sub Fokus ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 6 E. Manfaat Penelitian ... 6 F. Defenisi Istilah ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Prilaku a. Pengertian Prilaku ... 9

b. Bentuk Prilaku ... 11

c. Proses Pembentukan Prilaku ... 16

d. Prilaku Belajar Siswa di Sekolah ... 17

B. Keluarga Broken Home a. Pengertian Keluarga Broken Home ... 19

b. Faktor Penyebab Keluarga Broken Home ... 21

c. Akibat Broken Home Bagi Anak ... 24

C. Penelitian yang Relevan ... 26 iii

(16)

A. Jenis Penelitian... 28

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 28

C. Instrumen Penelitian ... 28

D. Sumber Data... 29

E. Teknis Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Dan Interpretasi Data ... 32

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 33

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 35 B. Pembahasan ... 43 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 50 B. Implikasi ... 50 C. Saran ... 50 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolenscenceberasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau berkembang untuk mencapai tingkat kematangan” (Panuju, Panut & Umami,1999). Masa remaja adalah masa transisi atau masa perkembangan antara masa kanak- kanak dan masa dewasa dimana terdapat perubahan besar yang meliputi fisik, kognitif, dan psikososial. Masa remaja merupakan masa peningkatan perbedaaan yang terjadi diantara anak muda pada umumnya, yang ditunjukan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya semakin berkembang, danlebih khusus lagi masa remja merupakan masa dimana akan berhadapan dengan masalah besar ( Papalia, Diane E, Olds, Sally Wendkos, Felman, 2008). Pada umumnya pada masa remaja ini remaja mengalami masa kritis, karena berada dalam masa peralihan menuju masadewasa. Pada masa peralihan tersebut remaja sedang mencari identitas dirinya sehingga sangat rawan perkembangan kepribadiannya.

Selanjutnya, istilah adolescence menurut Hurlock bermakna lebih luas, yaitu meliputi kematangan fisik,mental,emosional,dan sosial. Plaget mengemukakakn bahwa secara psikologis, remaja merupakan usia yang menunjukan individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, dimana anak merasa tidak dibawah kendali orang-orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau dikatakan sejajar (Ali, mohammad.,Astori,2014).

Menurut Salzaman berpendapat bahwa remaja adalah masa perkembangan sikap ketergantungan (dependence) kepada orang tua menuju sikap kemandirian (independence) yang meliputi minat seksual, intropeksi diri, perhatian terhadap nilai-nilai seni dan isu-isu etika (Rochmah,2005).

(18)

Menurut Muangman dalam Septiyani juga mengemukakan remaja sebagai suatu masa yang mana individu berkembang dari masa permulaannya seseorang memperlihatkan tanda-tanda seksual sekundernya hingga masa individu sampai kepada kematangan seksual (Septiyani,2018).

Masa remaja juga dapat dikatakan individu mengalami perkembangan psikologis dan perubahan bentuk identitas dari masa kekanak-kanak menuju dewasa serta mengalami perubahan ketergantungan sosial ekonomi kepada keadaan yang lebih mandiri. Oleh karena itu sebagaimana pendapat diatas remaja merupakan fase yang menunjukan individu mengalami perkembangan dengan tanda-tanda seksual sekunder dan proses dimana individu memulai meninggalkan masa kanak-kanaknya menuju masa dewasa dengan keadaan yang lebih mandiri (Sarwano,2012). Keluarga merupakan tempat utama bagi remaja untuk bisa mengembangkan diri, menanamkan nilai-nilai luhur serta tempat untuk berlindung. Dalam keluarga terdapat orang tua (ayah dan ibu) yang memiliki peran besar dalam mendidik, memberikan kasih sayang dan menumbuhkembangkan cita-cita anak, orang tua memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kepribadian anak, terlebih ketika anak menginjak masa remaja. Orang tua akan mengoptimalkan bakat, cita-cita, serta sebagai tempat curhat. Namun fungsi orang tua tidak bisa dilaksanakan secara maksimal apabila orang tua mengalami broken home. Keadaan broken home dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan remaja serta masalah-masalah kepribadian misalnya depresi, kurang percaya diri, minder serta masalah kepribadian lainnya. Individu dapat meraih kebahagiaan dengan memenuhi empat kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis (material), kebutuhan psikologis (emosional), kebutuhan sosial dan terpenuhinya kebutuhan spiritual (Fuad,2015).

Istilah “Broken home” merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak dapat lagi menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Bisa jadi ketika orang tua bercerai, pisah ranjang atau

(19)

3

keributan yang terjadi didalam keluarga (Sujoko,2011). Remaja yang menjadi korban broken home (Sujoko,2011) biasanya mengalami gangguan perkembangan dalam perkembangan emosi, kepribadian dan kehidupan sosial.

Dalam perkembangan emosi anak yang orang tuanya bercerai akan memiliki emosi yang tidak stabil, pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua/ orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi. Remaja yang orang tuanya bercerai akan merasakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Perasaan ini terjadi dalam perkembangan prilaku anak sampai anak dewasa(Ali, Mohammad.,Asrori,2014). Pada masa remaja, perasaan remaja sedang bergelora perasaan ini menyatu dengan perasaan depresi, malu, sedih, kecewa, sakit hati, bigung, merasa terbuang, serta kepribadian yang tidak sehat lainnya (Sarwano,2012).Hurlock mengemukakan, broken home adalah kulminasi yang diakibatkan oleh penyesuaian perkawinan yang kurang baik dan terjadi ketika suami istri sudah tidak sanggup lagi mencari cara menyelesaikan masalah yang solutif bagi kudua belah pihak. Perkawinan tidak selamanya membuahkan kebahagiaan, namun tidak diakhiri dengan perceraian. Kondisi ini disebabkan karena perkawinan itu dilandasi dengan pertimbangan agama,moral,keadaan ekonomi dan sebab- sebab lain (Hurlock,1990).

Brokeh home bagi remaja juga dapat berakibat kepada hal-hal berikut : Pertama, academi problem dimana seseorang yang mengalami broken home akan menimbulkan malas belajar tidak bersemangat serta enggan mengejar prestasi. Kedua, behavior problem, individu mulai memberontak, bersifat kasar, tidak peduli kepada orang lain,suka merusak,misalnya mulai merokok, minum-minuman. Ketiga, memiliki sifat keras, bermain judi dan melakukan pelacuran. Keempat, sexual problem, memenuhi keinginan hawa nafsu. Kelima, spiritual problem, individu kehilangan keluhuran rohaninya (Hurlock,1990).

(20)

Dari kutipan diatas penulis menemukan fenomena yang terjadi di MAN 1 Padang Panjang, ditemukan beberapa siswa yang broken home.

Berdasarkan hasil wawancara dari guru bk, terdapat empat siswa yang berlatar belakang broken home dan berprilaku tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Dari wawancara awal dengan konselor sekolah maka keempat siswa tersebut dijadikan sampel untuk penelitian sebagai siswa broken home dan prilaku tidak sesuai dengan peraturan sekolah yaitu FA,FH, APU,FP.

Hasil wawancara awal menyatakan bahwa broken home yang dialami oleh FA, yaitu orang tuanya bercerai. Kemudian ibunya FA menikah lagi. Sedangkan broken home yang dialami oleh FH, yaitu Ayahnya meninggal dan Ibu FH bekerja untuk menghidupi keluarganya, FH juga membantu ibunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, broken home yang dihadapi APU ayahnya meninggal dunia dan ibunya bekerja untuk memenuhi kebutuha hidup mereka, APU merasa tidak mendapatkan perhatian dari ibunya karena ibunya sibuk bekerja, dan broken home yang di alami oleh FP yaitu ayah dan ibunya bercerai dan FP dititpkan kepada neneknya, FP merasa orang tuanya sudah tidak menyayanginya lagi.Faktor ini membuat keempat siswa tersebut memiliki prilaku yang berbeda dari pada siswa pada umumnya. Orang tua mereka harus bekerja untuk membiayai hidup keluarga sehingga siswa kurang pengawasan terhadap kegiatan- kegiatan yang dilakukan. Penerapan disiplin dan kontrol diri yang baik yang seharusnya diajarkan oleh orang tua tidak dilakukan sebagaimana mestinya sebagai tugas orang tua terhadap anak-anaknya.

Prilaku yang terlihat dari FA,yaitu sering terlambat masuk kelas/sekolah, dan tidak mengerjakan tugas dari guru. Sedangkan prilaku FH, tidak mengerjakan tugas dari guru dan tidak disiplin dan terlambat masuk kelas/sekolah, prilaku yang terlihat dari APU dan FP sering melamun, tidak konsentresi dalam proses pembelajaran dan sering tidak mengerjakan tugas.Prilaku-prilaku yang dilakukan oleh keempat

(21)

5

konseli tentunya tidak sesuai dengan peraturan yang sudah di tentukan oleh sekolah begitu pula dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Jika perilaku tersebut dibiarkan tentunya akan semakin memperburuk perkembangan kejiwaan, sosial dan prestasi belajar siswa yang berimbas pada kegagalan dalam studi oleh konseli.

Telah banyak usaha yang dilakukan oleh sekolah terutama konselor sekolah di MAN 1 Padang Panjang untuk mengatasi prilaku yang sering dilakukan oleh siswa tersebut mulai dari memberikan peringatan, teguran, hukuman serta pemanggilan kepada orang tua. Namun sejauh ini belum memberikan hasil yang positif.

Pada penelitian ini, penulis ingin memberikan pandangan bagi siswa keluarga broken home. Bahwa tak selamanya kelurga broken home akan menjadi momok yang negatif untuk anak yang mengalaminya karena ada hal positif yang bisa diambil dari masalah yang dihadapi tersebut dari bagaimana cara untuk lebih bisa mandiri dan memupuk kepercayaan diri agar mampu bangkit mewujudkan cita-cita agar mampu meraih kesuksesan dimasa depan.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Prilaku Siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang Panjang”

B. Fokus Fokus

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah prilaku siswa keluarga broken home.

C. Sub Fokus Sub Fokus

Berdasarkan fokus diatas yang menjadi subfokus yaitu :

a. Bagaimanakah prilaku belajar siswa keluarga broken home di Man 1 Padang panjang ?

(22)

b. Bagaimanakah prilaku dalamberinteraksi sosialsiswa keluarga broken home di Man 1 Padang Panjang?

c. Bagaimanakah prilaku siswa keluarga broken home dalam merespon kondisi keluarga di MAN 1 Padang Panjang ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana prilaku belajar siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang Panjang.

2. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang Panjang.

3. Untuk mengetahui bagaimana prilaku siswa keluarga broken home dalam merespon keluarga di MAN 1 Padang Panjang.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi siswa keluarga broken home.

b. Menjadi salah satu bahan acuan penelitian bidang prilaku siswa. c. Menjadi salah satu kajian untuk menulis ilmiah berkenaan dengan

prilaku siswa keluarga broken home. 2. Manfaat Empiris

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi siswa keluarga broken home dalam berprilaku sehingga siswa dapat lebih meningkatkan faktor-faktor positif dalam kehidupannya yang meliputi pula keberanian dalam memecahkan ketakutan- ketakutan yang menghadang dalam hidupnya.

F. Defenisi Istilah

Agar tidak terjadinya kekeliruan dan kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah penting dalam proposal skripsi ini, maka akan dijelaskan defenisi operasional proposal skripsi ini terlebih dahulu.

(23)

7

Prilaku Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik

Broken homeadalah suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak dapat lagi menjadi tauladan yang baik untuk anak- anaknya. Bisa jadi ketika orang tua bercerai, pisah ranjang atau keributan yang terjadi didalam keluarga (Sujoko,2011).

Hurlock mengemukakan, broken home adalah kulminasi yang diakibatkan oleh penyesuaian perkawinan yang kurang baik dan terjadi ketika suami istri sudah tidak sanggup lagi mencari cara menyelesaikan masalah yang solutif bagi kudua belah pihak. Perkawinan tidak selamanya membuahkan kebahagiaan, namun tidak diakhiri dengan perceraian. Kondisi ini disebabkan karena perkawinan itu dilandasi dengan pertimbangan agama,moral,keadaan ekonomi dan sebab-sebab lain (Hurlock,1990).

Adolenscenceadalah tumbuh atau berkembang untuk mencapai

tingkat kematangan” (Panuju, Panut & Umami,1999). Istilah adolescence menurut Hurlock bermakna lebih luas, yaitu meliputi kematangan fisik,mental,emosional,dan sosial. Plaget mengemukakakn bahwa secara psikologis, remaja merupakan usia yang menunjukan

(24)

individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, dimana anak merasa tidak dibawah kendali orang-orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau dikatakan sejajar (Ali, mohammad.,Astori,2014).

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Prilaku

a. Pengertian Prilaku

Manusia merupakan naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan orang lain. Setiap manusia mempunyai kebutuhan fisik maupun mental yang sulit dipenuhi seorang diri, manusia perlu makan, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga, bergerak, berkeluarga, bergerak, secara aman dan sebagainya.

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yakni :

a. Bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit) b. Dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)

Tentunya banyak juga para ahli memiliki pandangan masing- masing tentang Pengertian perilaku ini, berikut daftar pengertian menurut para ahli di bidangnya:

a. Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1972)

(26)

b. menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

c. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

d. Menurut Heri Purwanto, perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

e. Menurut Petty Cocopio, perilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue.

f. Menurut Chief, Bogardus, Lapiere, Mead dan Gordon Allport, menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecendrungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

g. Menurut Louis Thurstone, Rensis likert dan Charles Osgood, menurut mereka perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut

(27)

11

Perilaku menurut Wawan dan Dewi ( 2010:48) adalah respons individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak disadari, perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.

Menurut M.Ngalim Purwanto (1990:32) perilakuadalah segala tindakan atau perbuatan manusia yang kelihatan atau tidak kelihatan yang tidak didasari termasuk di dalamnya cara berbicara, berjalan, cara melakukan sesuatu, dan cara bereaksi, terhadap sesuatu dan cara bereaksi terhadap sesuatu yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dirinya.

Inseklopedia amerika prilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Dari penjabaran diatas disini penulis dapat menyimpulkan bahwa prilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh individu baik itu dalam berfikir dan bersikap. Adapu prilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor interen (dari dalam) dan faktor ekstern (dari luar) sehingga sangat berpengaruh dalam pembentukan prilaku dari masing-masing individu.

b. Bentuk Perilaku

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanyadapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.

(28)

Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.

Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Jenis-jenis prilaku 1. Prilaku kognitif

Merupakan hal yang berkaitan dengan beberapa aspek intelektual atau berfikir yang terdiri dari pengetahuan atau knowledge, pemahaman atau comperehension, penerapan, atau application, memadukan atau synthesis dan penilaian atau evaluasi

2. Prilaku efektif

Merupakan prilaku yang berhubungan dengan sikap dan juga nilai. Prilaku adektif tersebut meliputi watak prilaku termasuk perasaan, sikap, minat nilai atau juga emosi yang jika berlebihan makan bisa menyebabkan perilaku abnormal terjadi. Beberapa ahli mengatakan jika sikap seseorang nantinya bisa diprediksi dari segi perubahannya jika seseorang nantinya sudah mempunyai kekuasaan kognitif dalam tingkat tinggi

(29)

13

3. Prilaku psikomotorik

Adalah perilaku yang berhubungan dengan keterampilan atau skill atau kemampuan dalam bertindak, sesudah seseorangn mendapatkan sebuah pengalaman belajar dengan menggunakan cara belajar efektif menurut psikologi

4. Perilaku tampak dan tidak tampak

Perulaku tidak tampak merupakan perilaku yang tidak bisa ditangkap oleh indera namun harus menggunakan alat pengukur tertentu seperti psikotes atau berfikir tanggapan sikap persepsi emosi dalam psikologi dan pengetahuan.

Sementara prilaku tanpak contohnya adalah berpakaian, berbicara bereaksi dan plain sebagainya, periulaku dan gejala tanpa pada kegiatan organisasai yang dipengaruhi dengan faktor inter dan ektern

5. Prilaku molekuler

Atau prilaku moral adalah perilaku yang terjadi secara tiba- tiba tanpa memikirkan akan sesuatu sebagai contoh adi memukuk tongkat ke mata deni dan deni kemudian menutup matanya secara sekaligus. Sedangkan perilaku morel adalah kebalikan dari perilaku molekuler yakni perilaku manusia yang terjadi leawat proses berfikir.

6. Prilaku stereotip

Adalah gambaran tetap yang dibentuk dalam pikiran seseorang mengenai praktik, orang atau fenomena sosial lain atas dasar sikap pengaman nilai dan juga kesan tanpa pengalaman langsung yang akhirnya menghasilkan perilaku stereotip ini akan membantu untuk mengetahui bagaimana seseorang bisa melihat bagaimana banyak kelompok orang berlatih

(30)

7. Prilaku tertutup

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk yang terselubung atau tertutup yang dalam bahasa ingris disebut dengan conver, respon pada dtimulus ini bisa terbatas hanya pada perhatian, pengetahuan, persepsi, kesadaran dan juga sikap yang terjadi pada individu yang menerima stimulus tersebut dan belum bisa diamati oleh orang lain dengan jelas dan harus menggunakan sesuatu dari manusia

8. Prilaku terbuka

Adalah respon seseorang pada stimulus berbentuk tindakan nyata atau terbuka, respon pada stimulis ini sudah berbentuk jelas dalam tindakan atau praktek yang nantinya akan sangat mudah bisa dilihat oleh orang lain

9. Prilaku reflesk

Meripakan kemampuan yang berada di luar kemampuan orang tersebut yang hanya dilakukan manusoa secara otomatis. Terkadang prilaku ini dilakukan tanpa disadari sama sekali dan biasanya terjadi untuk menghindari sebuah ancaman yang bisa merusak keberadaan individu, sehingga individu tersebut bisa berperilaku dengan normal.

10. Prilaku refleks bersyarat

Terjadi karena sebuah rangsangan yang wajar dan merupakan bawaan dari manusia serta bisa dipelajari atau bisa diperoleh dari pengalaman dengn begitu gerak refleks merupakan kesatuan dari kelauan dan berdasarkan kelakuan tersebut nantinya akan tersusun kelakuan manusia kompleks dengan berbagai tingkatan.jika timbulnya rangsangan berulang kali, maka perilaku rileks bersyarat nanti akan melemah.

11. Prilaku menghasilkan dan bermanfaat

Prilaku ini digambarkan dari serangkaian tindakan yang dilakukan sebuah lingkungan tertentu dengan konsekuensi

(31)

15

positif seperti imbalan, reinforces positif dan intesentif serta kobsekuebsi negatif berupa hukum, sansi atau reinforces negatif dan untuk itu,alternatif perilaku dibentuk sesuai dengan hasil keputusan yang dibuat pada awal

12. Prilaku sosial

Merupakan proses pertukaran yang didefinisikan sebagai interaksi sosial diantara prilaku sistem. Sama seperti interaksi, prilaku sosial juga dikenal dengan nama aksi dan reaksi dan berdasarkan dari manfaatnya

13. Prilaku id

Merupakan komponen kepribadian yang dimiliki sejak lahir yang sepenuhnya sadar dan termasuk dalam prilaku naluriah dan primitif. Freud mengatakan jika id merupakan sumber energi psikis yang menajadi komponen utama dari kepribadian.

14. Prilaku ego

Merupakan bagian dari kepribadian yang bertugas untuk menangani sesuai dengan realistik. Ego ini berkembang dari ide dan memastikan jika dorongan dari id bosa dinyatakan dengan cara yang bisa diterima dalam dunia nyata.

15. Prilaku superego

Merupakan aspek kepribadian yang menampung segala standar internalisasi moral dan juga cita-cita yang diperoleh dari kedua orang tua dan juga masyarakat. Dengan adanya kekuatan bersaing yang sangat banyak, maka akan mudah untuk melihat bagaimana konflik bisa menimbulkan antara ego, id dan juga superego yang diakhirnya bisa memunculakn berbagai jenis perilaku manusia.

Dari penjabaran diatas disini penulis dapat mentimpulkan bahwa prilaku terbentukoleh sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan

(32)

tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.

c. Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.

b. Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku

c. Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.

d. Belajar, Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(33)

17

c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).

Dari penjabaran diatas dapat penulis simpulkan bahwa proses terbentuknya prilaku individu di dasari beberapa faktor yang mampu mempengaruhi dan memberikan presepsi terhadap diri individu sehingga terjadi proses penerimaan prilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,kesadaran, dan kesadaran sikap yang positif.

d. Prilaku belajar siswa di sekolah

Perilaku belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu bisa mengarah pada perilaku baik dalam proses belajar, akan tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku lebih buruk dalam proses belajar, ini berarti berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2013: 87).

Menurut Gagne, sebagai sebuah proses terdapat delapan tipe atau bentuk perbuatan atau perilaku belajar dari mulai perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan belajar yang kompleks (Sanjaya, 2009: 231). Adapun bentuk-bentuk perilaku belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah sebagai berikut:

a. Belajar signal sering juga disebut dengan belajar tanda, yaitu bagaimana reaksi siswa dalam menyikapi tanda-tanda tersebut. Kalau kita lebih spesifik memandang belajar signal ini ke dalam

(34)

proses pembelajaran maka belajar signal bermakna belajar dengan memberikan reaksi terhadap perangsang, misalnya perilaku guru yang galak dalam sebuah mata pelajaran tertentu, maka reaksi yang kemungkinan yang muncul dari peserta didik ialah peserta didik itu tidak menyenangi mata pelajaran tersebut.

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan merupakan suatu perilaku belajar yang dilakukan secara berulang-ulang apabila telah mendapat penguatan. Misalnya peserta didik yang mendapatkan penguatan atau pujian dari gurunya karena melakukan sesuatu yang positif, maka hal ini dapat mengakibatkan peserta didik tersebut melakukan perbuatannya itu secara berulang.

c. Belajar membentuk rangkaian merupakan perilaku belajar dengan belajar menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang berarti, seperti belajar mengoperasikan komputer. Pertama peserta didik menekan tombol power, menunggu sampai muncul tampilan di layar monitor, kemudian menggerakan kursor dengan mouse untuk membuka file, mengetik atau memasukkan data, menyimpan dan keluar dari menu utama. d. Belajar asosiasi verbal merupakan suatu perbuatan belajar dengan

memberikan reaksi dalam bentuk kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa melalui belajar segala potensi yang ada dalam diri dapat dikembangkan dan dapat mengalami perubahan perilaku ke arah yang positif, dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun praktek. Jadi, perilaku belajar merupakan segala reaksi atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar akan mengalami perubahan tingkah laku seseorang baik meliputi perbuatan belajar dalam hal memecahkan masalah, membuat rangkaian dan lain sebagainya.

(35)

19

B. Keluarga Broken Home

a. Pengertian keluarga broken home

Broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung

Istilah “Broken home” merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak dapat lagi menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya. Bisa jadi ketika orang tua bercerai, pisah ranjang atau keributan yang terjadi didalam keluarga (Sujoko,2011). Remaja yang menjadi korban broken home (Sujoko,2011) biasanya mengalami gangguan perkembangan dalam perkembangan emosi, kepribadian dan kehidupan sosial.

Menurut Syafran Muhammad Broken home (2016:3) broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian dan sakan sangat berdampak kepada anak-anaknya khususnya remaja, broken home dalam bahasa indonesia adalah sebuah keluarga dimana orang tua telah bercerai atau berpisah.

Adapun dimaksud keluarga pecah (broken home) dapat dilihat dari dua aspek yaitu :

1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai.

2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak dirumah,atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis.

(36)

Dari keluarga yang digambarkan diatas tadi akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian, sehingga prilakunya sering salahsuai. Mereka mengalami gangguan emosional dan bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar,menyendiri,agresif,membolos,dan suka menentang guru.Jadi dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa keluarga broken home adalah keluarga yang mana strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga sudah tidak utuh baik meninggal dunia atau pun bercerai. Pendapat lain tentang pengertian broken home yaitu :

Hurlock mengemukakan, broken home adalah kulminasi yang diakibatkan oleh penyesuaian perkawinan yang kurang baik dan terjadi ketika suami istri sudah tidak sanggup lagi mencari cara menyelesaikan masalah yang solutif bagi kedua belah pihak. Perkawinan tidak selamanya membuahkan kebahagiaan,namun tidak diakhiri dengan perceraian. Kondisi ini disebabkan karena perkawinan itu dilandasi dengan pertimbangan agama,moral,keadaan ekonomi, dan sebab-sebab lain (Hurlock,1990).

Menurut pendapat Cole bahwa kondisi keluarga bahwa kondisi keluarga yang mengalami perceraian dapat menimbulkan dampak bagi anak bahwa kurang semangat belajar,menarik diri dari pergaulannya,merasa marah, dan tidak percaya pada dirinya sendiri terkait cinta,pernikahan,dan keluarga. Keadaan keluarga semacam ini sangat berbahaya bagi anak, terlebih ketika anak mulai memasuki usia remaja. Usia remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Kewajiban pendidik pada usia remaja lebih berat dan kompleks dibandingkan kewajiban pada usia anak-anak, menyesuaikan dengan karakteristik mental usia remaja yang sedang dalam tahap mencari jati diri (Hurlock,1990).

Jadi dari penjabaran diatas dapat penulis simpulkan bahwa keluarga broken home memiliki peran yang signifikan dalam

(37)

21

pembentukan kepribadian anak. Dimana keluarga broken home mempengaruhi perkembangan anak terutama remaja sehingga menimbulkan masalah-masalah kepribadian yang membentuk prilaku yang dilandasi dari presepsi anak yang mengalami keluarga broken home.

b. Faktor Penyebab Keluarga Broken Home

Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya keluarga Broken Home, diantaranya:

a. Kurang atau putus komunikasi diantara keluarga terutama ayah dan ibu sering dituding faktor kesibukan sebagai biang keladi. Dalam keluarga sibuk, dimana ayah dan ibu keduanya bekerja dari pagi hingga sore hari. Mereka tidak punya waktu untuk keluarga.

b. Sikap ego sentrisme masing-masing suami istri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada perengkaran yang terus menerus. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan diri sendiri. Yang lebih berbahaya lagi adalah sifat egisentrisme yaitu sifat yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan segala cara. Pada orang yang seperti ini, orang lain tidaklah penting. Orang tua mementingkan dirinya sendiri, dan bagaimana menarik perhatian pihak lain agar mengikutinya minimal memperhatikannya.

c. Masalah ekonomi dalam hal ini ada dua jenis penyebab krisis keluarga, yaitu: Kemiskinan Keluarga miskin masih besar jumlah nya di negeri ini. Berbagai cara diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi tetap saja kemiskinan tidak terkendali. Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak terhadap kehidupan keluarga.

(38)

d. Masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat

pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada

pencarian materi yaitu harta dan uang. Filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang

e. Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya krisis di dalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami-istri, maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku keluarga. Karena itu sering salah penyalahan bila terjadi persoalan di keluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin terjadi perceraian.

Faktor-faktor penyebabkan dari kondisi keluarga broken Home : a. Faktor internal

1. Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri 2. Orang tua tidak dewasa dalam berfikir

3. Rumah tangga dengan landasan keimanan yang tidak kuat 4. Wawancara pikiran yang kurang luas

5. Masalah keuangan dalam keluarga b. Faktor eksternal

1. Hadirnya orang ketiga dalam pernikahan

2. Ada campur tangan orang lain dalam pernikahan

Menurut Willis (2008) penyebab timbulnya keluarga broken home dikarenakan beberapa faktor yaitu :

a. Masalah kesibukan

Kesibukan yang dimaksudkan adalah terfokus suami istri dalam perceraian materi yaitu harta dan uang

(39)

23

b. Orang tua yang bercerai

Perceraian yang menunjukkan suatu kenyataan dai kehidupan suami istri yang tidak dijiwai oleh rasa sayang

c. Sikap egosentrisme

Sikap egosentrisme masingmasing suami istri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada pertengkaran.

d. Kebudayaan bisu dalam keluarga

Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya hubungan dan dialog antar anggota keluarga

e. Perang dingin dalam keluarga

Lebih berat dari pada kebudayaan bisu, sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dankebencian masingmasing

f. Jauh dari tuhan

Segala sesuatu keburukan prilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari tuhan.

g. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dana anak

Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangkan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak

h. Masalah ekonomi

Rumah tangga akan berjalan stabil dan harmonis bila didukung oleh kecukupsn dan kebutuhan hidup.

Jadi disini dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya keluarga broken home adalah kurangnya atau putusnya kemunikasi sehingga memicu pertengkaran atau perselisihan di dalam keluarga, sikap egosetrisme dimana sifat ini dapat memperparah keadaan karena hanya akan menimbulkan tambah parah

(40)

keadaan karena sama-sama mengedepankan ego masing-masing dan faktor-faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya keluarga broken home.

c. Akibat broken home bagi anak

Broken home dapat berakibat pada anak sebagai berikut :

a. Academi problem, dimana seseorang yang mengalami broken

home akan menimbulak orang malas belajar tidak bersemangat serta engan mengajar prestasi.

b. Behavioural problem,individu mulai memberontak, bersifat

kasar,tidak peduli kepada orang lain,suka merusak, misalnya mulai merokok dan minum-minuman.

c. Memiliki sifat keras, bermain judi dan melakukan pelacuran. d. Sexual problem,memenuhi keinginan hafa nafsu.

e. Spritual problem, individu kehilangan keluhuran rohaninya.

Adapun masalah lainnya yang diakibatkan oleh keluarga broken home yaitu:

a. Masalah emosional

Perceraian orangtua tentu menyisakan luka yang mendalam pada anak. Apalagi jika anak sudah memasuki usia sekolah atau bahkan remaja. Emosinya yang masih labil dan meluap-luap membuat anak-anak broken home cenderung sulit untuk mengontrol emosi mereka sendiri. Anak broken home usia sekolah dan remaja mungkin akan secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka dengan cara berbuat anarkis, seperti sering berteriak-teriak, berbuat kasar, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu saja, anak-anak juga lebih rentan mengalami stres dan depresi, yang merupakan keadaan emosional jangka panjang. Masalah emosional ini bahkan dapat bertahan

(41)

25

hingga beberapa tahun setelah perceraian orangtua, jelas psikolog asal Amerika Serikat, Lori Rappaport.

Di sisi lain, beberapa anak yang sudah beranjak dewasa mungkin menunjukkan reaksi emosional yang jauh lebih sedikit ketika menghadapi perpisahan orangtua mereka. Meski di luar mereka tampak baik-baik saja, namun banyak anak usia dewasa sebenarnya memendam perasaan negatif di dalam dirinya. Penekanan emosional ini justru dapat membuat orangtua, guru, dan terapis kesulitan untuk membantu anak memproses perasaannya dengan cara yang tepat.

Sebuah studi menunjukkan bahwa kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak broken home jauh lebih tinggi ketimbang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis. Meski begitu, sampai saat ini para peneliti belum menemukan korelasi yang tepat antara perceraian dan bunuh diri seorang anak. Para peneliti menduga bawah tampaknya hal tersebut bisa dipicu oleh bentuk penolakan anak terhadap sikap yang diambil orangtua.

b. Masalah pendidikan

Masalah lain yang mungkin dialami anak yang broken

home adalah menurunnya prestasi akademik di seklah.

Sebenarnya hal ini tidak mengagetkan. Jika ditelisik lagi, masalah stres secara emosional saja sudah dapat menghambat kemajuan akademis anak di sekolah, apalagi perubahan gaya hidup dan suasana keluarga yang tidak harmonis. Hal ini pada akhirnya dapat berkontribusi pada hasil pendidikan anak yang buruk.

Berbagai masalah akademik ini dapat berasal dari sejumlah faktor, termasuk lingkungan rumah yang tidak kondusif, sumber daya keuangan yang tidak memadai, dan rutinitas yang tidak konsisten. Alhasil, anak jadi malas belajar, sering bolos, atau membuat keributan di sekolah.

(42)

c. Masalah sosial

Perceraian juga dapat memengaruhi hubungan sosial anak dengan lingkungan sekitarnya, Akibat perceraian, beberapa anak mungkin akan melepaskan rasa kegelisahan mereka dengan bertindak agresif dan terlibat dalam perilaku bullying(penindasan). Keduanya sama-sama tindakan negatif. Jika dibiarkan terus-terusan, kondisi tersebut dapat memengaruhi hubungan anak dengan teman sebayanya.

Jadi dari penjabaran diatas dapat penulis simpulkan bahwa akibat dari perceraian dapat mengganggu tumbuh kembangnya anak dimana akan menimbulkan masalah-masalah dalam perkembangan emosi dan pendidikan anak di sekolah sehingga anak tidak mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.

C. Penelitian yang Relevan

Adapun yang peneliti maksud dengan penelitian yang relevan ini adalah penjelasan dari istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini. Agar tidak terjadinya kekeliruan atau kesalahpahaman dalam memahami istilah- istilah ini, maka berikut ini penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut.

Prilaku, Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1972)

Adapun menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

(43)

27

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena prilaku ini terjadi melalui proses stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons.

Menurut Heri Purwanto, prilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disetai kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap dan objek.

Keluarga broken home, Hurlock mengemukakan, broken home adalah kulminasi yang diakibatkan oleh penyesuaian perkawinan yang kurang baik dan terjadi ketika suami istri sudah tidak sanggup lagi mencari cara menyelesaikan masalah yang solutif bagi kedua belah pihak. Perkawinan tidak selamanya membuahkan kebahagiaan,namun tidak diakhiri dengan perceraian. Kondisi ini disebabkan karena perkawinan itu dilandasi dengan pertimbangan agama,moral,keadaan ekonomi, dan sebab-sebab lain (Hurlock,1990).

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif kualitatif, yaitu penelitian dengan mengungkapkan fenomena yang

ada di lapangan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Penelitian deskriptif menurut Subana dan Sudrajat (2005:9) “penelitian deskriptif yaitu menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable, dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan adanya”. Senada dengan itu penelitian deskriptif menurut Desmita (2006:181) Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah“ Penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala atau peristiwa yang sedang terjadi.

Penelitian kualitatif menurut Sugiyono, (2012:3) “metode kualitatif untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna”. Menurut pendapat di atas penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan serta mengumpulkan data yang terjadi di lapangan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi. Penelitian ini di laksanakan di MAN 1 Padang Panjang tentang prilaku siswa keluarga broken home, setelah memperoleh informasi, penulis akan mendiskripsikan kedalam bentuk laporan.

B. Latar dan Waktu Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan yaitu di MAN 1 Padang Panjang yaitu Prilaku siswa keluarga broken home di MAN 1 Padang Panjang. Pelaksanaan penelitian di mulai dari tanggal 14 Maret sampai 07 september.

C. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri dan peneliti harus membuat sebuah instrumen untuk di validasi. Menurut

Sugiyono (2016:59) mengatakan bahwa “validasi terhadap peneliti

(45)

29

meliputi pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademi maupun logikanya” berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa validasi terhadap peneliti yaitu pemahaman dan penguasaan terhadap metode penelitian kualitatif dan kesiapan peneliti. Senada dengan pendapat di atas, Sugiyono berpendapat bahwa “Penelitian kualitatif sebagai humaninstrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagaisumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya” (2016:60).

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif berfungsi dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis, menafsirka serta mebuta kesimpulan terhadap hasil temuan, penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, sebab seorang peneliti yang akan mengetahui tentang fakta yang terjadi di lapangan untuk mengambil kesimpulan atas penelitiannya.

D. Sumber Data

Sumber data adalah tempat atau sumber informasi untuk menggali informasi sebanyak mungkin, sesuai dengan fokus penelitian. Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, untuk itu harus jelas siapa yang akan menjadi sumber data agar data yang diperoleh benar dan sesuai dengan maksud dilakukannya penelitian. Menurut Sugiyono, “Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer, dan sumber sekunder”(2007:308). Berikut ini dapat

dijelaskan:

a. Sumber primer

Sugiyono menjelaskan “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”(2007:308). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa sumber data primer dalam penelitian ini adalah prilaku siswa keluarga broken home di

(46)

MAN 1 Padang Panjang yang di dapat dari narasumber FA,FH,APU,FP.

b. Sumber sekunder

Sugiyono menjelaskan “sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikandata kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen” (2007:308). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa sumber data sekunder adalah guru bk yaitu ibuk Reni.

Pada penelitian kualitatif teknik yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian yaitu Purposive sampling dan snowball sampling.

Purposive sampling adalah “teknik pengambilan subjek penelitian

dengan pertimbangan tertentu. pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan” (Sugiyono, 2009:2019), sedangkan teknik Snowball Sampling adalah :

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-

mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan orang sebelumnya. (Subana dan Sudrajat, 2005:9)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa teknik

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar, sedangkan teknik

Purposive sampling adalah teknik pengambilan subjek penelitian

dengan pertimbangan tertentu misalnya orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan dalam penelitian ini misalnya guru bk siswa tersebut.

(47)

31

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama di dalam penelitian, dengan teknik pengumpulan data peneliti akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang dapat peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara (interview).

Wawancara

Wawancara atau interview menurut Bimo Walgito (2010:76) “merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang anak atau individu lain dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to

face relation). Senada dengan itu Moleong (dalam Haris Herdiansyah)

menjelaskan, wawancara adalah: “percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa wawancara merupakan metode penelitian untuk memperoleh data terkait individu dengan mengadakan hubungan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti atau pewawancara dengan terwawancara dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara lisan terkait dengan hal yang diteliti oleh peneliti. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono), mengemukakan beberapa macam wawancara yang terdiri atas tiga bentuk, “yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi- terstrukur, wawancara tak berstruktur”. Berikut ini penjelasannya:

a. Wawancara terstruktur (Structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan

(48)

b. Wawancara semiterstruktur, (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth

interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur

c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (2007:319-320).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa dari beberapa macam wawancara yang ada, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstrukur, wawancara tak berstruktur, pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur karena untuk melakukan wawancara penulis akan menyusun pedoman wawancara untuk di ajukan saat wawancara berlangsung dan dalam melakukan wawancara ini peneliti menggunakan alat bantu seperti buku catatan, tape recorder atau alat perekam, dan camera.

Dan pada penelitian awal penulis menggunakan wawancara tak tersruktur dalam melakukan wawancara dengan guru bk di MAN 1 Padang Panjang.

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Pada penelitian ini penulis memakai analisis data yang bersifat deskriptif kualitatif, menurut Bogdan (dalam Sugiyono), menyatakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (2007:334).

(49)

33

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang telah diperoleh dari lapangan selanjutnya data tersebut disusun dan dijabarkan secara sistematis sehingga dapat dipahami oleh peneliti dan pembaca. Menurut Sugiyono langkah-langkah dalam analisis data diantaranya:

1. Data reduction (reduksi data), mereduksi data berarti merangkum,memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu

2. Data display (penyajian data), penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya

3. Conclusion Drawing/verification, menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi” (2007: 337-345).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami langkah-langkah dalam analisis data diantaranya adalah reduksi data, penyajian data, verifikasi.

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2013:273) mengatakan bahwaa “triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara dan berbagai waktu”. Berdasarkan pendapat di atas dapat di pahami bahwa untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu data yang diperoleh dengan hasil wawancara.

Menurut Sugiyono (2007: 372-374) membagi triangulasi dalam beberapa macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, triangulasi waktu, di antara penjelasannya yaitu:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber

Referensi

Dokumen terkait

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas ka lau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara

Dalam proses kegiatan beiajar mengajar SMA Negeri 1 Salatiga didukung adanya Sarana dan Prasarana yang cukup memadai sebagai sekolah unggulan di kota Salatiga