• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BPK. E DENGAN

MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA ANAK

USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN CISALAK PASAR

DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR - NERS

Siti Nurmanah

1006823532

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK. E DENGAN

MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA ANAK

USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN CISALAK PASAR

DEPOK

KARYA AKHIR ILMIAH - NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

NERS

Siti Nurmanah

1006823532

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI

DEPOK JULI 2013

(3)
(4)
(5)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karna ilmiah akhir ners (KIA-N) ini. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar NERS Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KIA-N ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan KIA-N ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

(1) Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

(2) Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir.

(3) Ibu Poppy Fitriyani S.Kp., M.Kep., Sp.Kom, selaku pembimbing KIAN saya yang selalu memberikan arahannya selama pembuatan KIAN ini. (4) Suami dan anak tercinta, serta kedua orang tua yang selalu memberi

semangat dan doa kepada saya untuk terus maju.

(5) Teman-teman ekstensi angkatan 2010 yang saya cintai yang selalu menguatkan dan saling mendukung selama proses pembelajaran.

(6) Serta semua pihak yang telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2013 Penulis

(6)
(7)

Program Studi : Profesi Ners

Judul :Asuhan Keperawatan Keluarga Bpk. E Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Anak Usia Sekolah Di RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar Depok

Pusat kota memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta orang. Tingginya arus urbanisasi memiliki dampak disegala aspek, salah satunya masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang muncul yaitu masalah nutrisi pada anak usia sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah. Salah satu intervensi keperawatan yang diberikan yaitu penyusunan menu makan dengan gizi seimbang. Evaluasi yang didapat yaitu An.S menghabiskan lebih banyak porsi makannya. Saran yang diberikan kepada keluarga yaitu agar keluarga mencoba memberikan menu makanan yang bervariasi dengan nilai gizi seimbang.

(8)

Name : Siti Nurmanah Study Programme : Nursing science

Title :Family Nursing Mr E With Nutritional Imbalance Problems In School Age Children In RW 03 Cisalak Pasar subdistrict, Depok

The city center has a population of more than 1 million people. The high urbanization has an impact all aspects, one of which health problems. One of the health problems that arise are nutritional problems in school-age children. This paper aims to describe a family nursing care with nutritional imbalance problem in school-age children. One nursing intervention given that the preparation of diet with balanced nutrition. Evaluation obtained is An.S spend more meal portions. Advice given to the family, the family that tries to provide a varied diet with balanced nutritional value.

(9)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 2. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan... ...5

2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Agregat Beresiko ... 7

2.3 Gizi Anak Sekolah ... ..8

2.4 Konsep Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah... 15

2.5 AsuhanKeperawatan Keluarga... 16

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA... 19

3.1 Pengkajian.. . ... 19 3.2 Diagnosa Keperawatan ... 20 3.3 Rencana Keperawatan ... 21 3.4 Implementasi Keperawatan ... 22 3.5 Evaluasi Keperawatan ... 23 4. ANALISIS SITUASI... 24

4.1 Profil lahan praktek ... 24

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait... 24

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ... 26

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan... 28

5. PENUTUP... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran... 29

(10)
(11)

Lampiran 2 : Contoh menu makan pada anak sekolah Lampiran 3 : Leaflet gizi seimbang anak usia sekolah

(12)

1.1 Latar Belakang

Kota didefinisikan secara geograpi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000 jiwa (Stanhope & Lancaster, 2004). Menurut Koentjaraningrat(1990 dalam Effendy (1998), Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas, karena masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal disuatu perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada dilingkungan kota (Depkes, 2006)

Daerah perkotaan sangat kompleks baik dari segi masyarakatnya, pekerjaan bahkan dari segi masalah kesehatan. Banyak hal yang mempengaruhi kehidupan masyarakat perkotaan, sehingga masalah kesehatan yang muncul pun beraneka ragam. Salah satu masalah kesehatan yang muncul yaitu masalah gizi. Masalah gizi bukan hanya terjadi pada balita tetapi juga beresiko terjadi pada anak usia sekolah. Data dari Riskesdas (2007) menyatakan bahwa masalah kesehatan yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan untuk agregat anak usia sekolah yaitu kecelakaan kendaraan bermotor, gangguan nutrisi baik nutrisi lebih maupun nutrisi kurang, penganiayaan terhadap anak, penyakit kronis, perubahan perilaku (pola makan, penyalahgunaan substansi-subtansi).

Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan energi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan memiliki nilai gizi yang tinggi. Pola makan yang sehat dibutuhkan anak-anak untuk mendapatkan gizi yang seimbang. Penelitian yang dilakukan Bahabol (2013) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan makan dengan status gizi anak sekolah. Faktanya masih dijumpai adanya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.

(13)

Menurut data riset kesehatan dasar tahun (2010), prevalensi status gizi pada anak usia sekolah di Indonesia 7.6% kurus dan 4.6% sangat kurus. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah dasar. Ketidakcukupan nilai gizi dan kurangnya variasi dari makanan yang diberikan dirumah bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sehingga anak menjadi lebih senang jajan dari pada makan dirumah. Oleh karena itu, keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi masalah gizi kurang pada anak usia sekolah dasar.

Survey yang dilakukan oleh Herlina (2012) terdapat 70 anak usia sekolah dikelurahan Cisalak Pasar yang mengalami resiko gizi kurang. Survei atau pemantauan status gizi (PSG)(2009 dalam Bahabol, 2013) menyatakan bahw masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya kurang. Peningkatan pengetahuan keluarga terhadap keseimbangan nutrisi sangat mempengaruhi peningkatan status gizi pada anak. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang kepada keluarga dengan masalah kurang gizi.

Syafiq (2008) menyatakan salah satu strategi peningkatan status kesehatan dan gizi pada anak yaitu dengan pendekatan berbasis komunitas. Perawat generalis selain melakukan asuhan keperawatan di klinik, juga dapat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga. Perawat generalis dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Perawat keluarga dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.

Kelurahan Cisalak Pasar merupakan daerah perkotaan yang berbatasan langsung dengan pasar Cisalak. Data yang diperoleh dari mahasiswa residensi yang sedang praktik diwilayah cisalak pasar didapati 4 orang anak usia sekolah di RW 03 kelurahan cisalak pasar dengan status gizi kurang. Survey yang dilakukan mahasiswa profesi terdapat 18 anak usia sekolah beresiko gizi kurang. Salah satu

(14)

keluarga dengan anak beresiko gizi kurang yaitu keluarga bapak E yang bertempat tinggal di RW 03 cisalak pasar.

Salah satu anak bapak E yaitu An.S berusia 8.5 tahun tampak kurus, memiliki berat badan 16 kg dan tinggi badan 113 cm dengan status antropometri antara -3SD sampai -2SD. An.S jarang menghabiskan makanannya dan lebih menyukai jajan diluar. Penyebab sulit makan pada an.S karena keluarga jarang masak dirumah dan lebih sering membeli lauk siap saji. Implementasi yang telah dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang dan gizi kurang, mendemonstrasikan triguna makanan serta implementasi unggulan yaitu menyusun menu makan seimbang dan modifikasi perilaku. Evaluasi yang didapat yaitu an.S mulai menghabiskan lebih banyak porsi makan nya namun kebiasaan jajannya belum berubah. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahas gambaran mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah.

1.2 Perumusan masalah

Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) membutuhkan energi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Pola makan yang sehat dibutuhkan anak-anak untuk mendapatkan gizi yang seimbang. Survey yang dilakukan mahasiswa profesi di RW 03 kelurahan Cisalak Pasar terdapat 18 anak usia sekolah dengan status beresiko gizi kurang. Salah satu keluarga dengan anak usia sekolah beresiko gizi kurang yaitu keluarga bapak E. Sehingga penulis merasa tertarik untuk membahas gambaran mengenai asuhan keperawatan pada keluarga bapak E dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah di RW 03 kelurahan Cisalak Pasar.

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang pada An.S

(15)

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang :

1.3.2.1 Hasil pengkajian pada keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang pada An. S

1.3.2.2 Rencana keperawatan pada keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang pada An.S

1.3.2.3 Implementasi keperawatan pada keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang pada An.S

1.3.2.4 Evaluasi dari rencana keperawatan keluarga Bapak E dengan masalah gizi kurang pada An.S

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Metodelogi

Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan komunitas terutama asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah serta mengaplikasikan materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan.

1.4.2 Keilmuan

menambah sumber informasi bagi dunia keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam menangani kasus keluarga di perkotaan dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada agregat anak usia sekolah. 1.4.3 Aplikatif

Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai dasar asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah. Menambah pengetahuan keluarga terkait gizi seimbang dan dapat menerapkan pemberian gizi seimbang bagi keluarganya serta dapat membantu menyelesaikan masalah gizi kurang pada anaknya.

(16)

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Kota didefinisikan secara geograpi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000 jiwa (Stanhope & Lancaster, 2004). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2001 (dalam Lancester dan Stanhope 2004), City adalah pusat kota yang menjadi pusat urban dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta orang. Gejala urbanisasi di sebuah kota dapat dilihat dari jmlah penduduk yang terus berubah (bertambah) dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat.

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Masyarakat perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lain. Arus Urbanisasi yang tinggi menimbulkan dampak bagi pertumbuhan eknomi, industri dan masalah kesehatan yang melipti lingkungan fisik, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual. Semakin tinggi tuntutan kehidupan maka semakin tinggi pula beban ekonomi.

Data dari Riskesdas (2007) menyatakan bahwa masalah kesehatan yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan yaitu penyakit infeksi (TB, hepatitis, pneumonia), penyakit tidak menular (stroke, diabetes melitus, hipertensi). Untuk agregat anak usia sekolah, masalah kesehatan yang banyak terjadi diperkotaan yaitu kecelakaan kendaraan bermotor, gangguan nutrisi baik nutrisi lebih maupun nutrisi kurang, penganiayaan terhadap anak, penyakit kronis, perubahan perilaku (pola makan, penyalahgunaan substansi-subtansi). Masalah kesehatan yang sering muncul di perkotaan dapat dilihat pula dari jenis pelayanan yang terdapat di PUSKESMAS. Pelayan yang ada dipuskesmas antara lain pelayanan TB, KIA, dan salah satunya program gizi.

Stanhope dan Lancaster (2004) menyatakan masalah kesehatan masyarakat perkotaan pada komunitas anak usia sekolah antara lain ; 1) accidental injuries

(17)

seperti kecelakaan kendaraan bermotor ; 2) overweight ; 3)keracunan timah hitam, 4) penganiayaan dan 5) pengabaian (child abuse and neglect) terhadap anak ; 6) masalah kesehatan/penyakit kronis; 7) perubahan perilaku seperti pola makan ; 8) penyalahgunaan substansi-substansi, maladaptasi sekolah;9) masalah nutrisi. Masalah nutrisi yang sering muncul pada anak usia sekolah seperti gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, KEP (kurang energi protein), gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan anemia gizi besi (AGB), yang dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak yang dinilai oleh hasil pengukuran antropometri, seperti berat badan dan tinggi badan. Masalah nutrisi juga dapat mengakibatkan anak rentan terkena penyakit infeksi karena penurunan system imunnya sehingga anak mudah sakit. Selain itu, nutrisi yang tidak adekuat juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah karena nutrisi ke otak yang tidak adekuat. Berbagai akibat yang ditimbulkan karena nutrisi yang kurang pada anak usia sekolah ini, tentunya akan menurunkan kualitas anak bangsa yang kelak akan membangun negara.

Perawat generalis selain melakukan asuhan keperawatan di klinik, juga dapat melakukan asuhan keperawatan komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam lingkup keperawatan komunitas. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (DepKes RI, 2006).

Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Allender dan Spradley (2005) menyatakan keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik yaitu 1) merupakan lahan keperawatan ; 2) Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik; 3) Berfokus pada populasi ;4) menekankan

(18)

terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri ; 5)Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care;

6)Menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa; 7)Menggunakan prinsip

teori organisasi ; 8)Melibatkan kolaborasi interprofesional.

Keperawatan kesehatan masyarakat cakupannya sangat luas, tidak hanya menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu, diruang lingkung keperawatan kesehatan masyarakat mencakup peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, kelurarga, dan kelompok-kelompok masyarakat kelingkungan sosial dan masyarakat. Sehingga peran perawat kesehatan masyarakat perkotaan terhadap masalah gizi kurang pada anak usia sekolah juga lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif.

2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Agregat Beresiko

Urban health disparity didefinisikan sebagai perbedaan dalam mendapatkan

kesempatan atau peluang untuk mencapai level kesehatan yang optimal, yang dialami oleh populasi yang kurang beruntung secara sosial (CDC, 2008). Karakteristik demografi (usia, jenis kelamin dan status sosio ekonomi penduduk kota) mempengaruhi kesehatan, baik di tingkat individu maupun keseluruhan populasi. Kelompok populasi tertentu memerlukan pertimbangan khusus karena mereka memiliki masalah kesehatan atau kebutuhan tertentu dalam lingkungan perkotaan. Dalam masyarakat perkotaan, tiap tahapan rentang umur memiliki kebutuhan kesehatan dan keamanan khusus. Anak usia sekolah merupakan salah satu populasi dengan resiko terhadap masalah kesehatan.

Anak usia sekolah tumbuh lebih lambat dari balita dan bayi (Stanhope&Lancaster, 2004). Anak usia sekolah membutuhkan banyak kalori. Pemilihan makanan pada usia ini dipengaruhi oleh teman. Disamping makanan utama, pada usia ini anak suka jajan. Oleh karena itu pilihan jajanan atau makanan selingan yang

(19)

dikonsumsi harus diperhatikan kebersihan dan nutrisinya. Di daerah perkotaan sering dijumpai jajanan yang tidak sehat dan kurang bersih, sehingga menimbulkan penyakit yang disebabkan mikroorganisme patogen. Selain itu, anak usia sekolah banyak mengkonsumsi gula. Oleh karena itu seringkali anak usia sekolah mengalami masalah pada gigi. Kandungan lemak, gula dan garam yang tinggi pada makanan olahan, makan makanan siap saji dan makanan ringan yang dibeli dari pedagang kaki lima, restoran dan gerai makanan cepat saji yang telah meningkat jumlahnya di sebagian besar kota, menyebabkan terjadinya obesitas pada anak usia sekolah.

2.3 Gizi Anak Sekolah

2.3.1 Konsep Anak Usia Sekolah

Periode anak usia sekolah dasar dimulai ketika anak berusia 6 tahun diakhiri sampai anak pubertas yaitu sekitar usia 12 tahun (Potter & Perry, 2006). Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Pada masa ini terjadi perubahan perkembangan yang beragam diseluruh area pertumbuhan dan pekembangan. Oleh karena itu anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan orang dewasa.

Wong (2009) mengatakan anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan norma. Variasi individu mulai lebih mudah dikenali seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan makanan. Karakteristik lain yaitu anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah, ktivitas fisik anak semakin meningkat dan mencari jati dirinya.

Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst dalam Hurlock (2002) antara lain mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan – permainan yang umum. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. Belajar menyesuaikan diri dengan

(20)

teman-teman seusianya. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga. Mencapai kebebasan pribadi.

Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sehingga sering terjadi masalah nutrisi baik nutrisi kurang maupun nurtrisi lebih.

2.3.2 Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah 2.3.2.1 Konsep Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,dkk, 2002). Zat gizi atau nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh terdiri dari air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Potter & Perry, 2006). Anak usia sekolah membutuhkan zat gizi yang seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai tahap tumbuh kembangnya.

Menurut Almatsier (2004), fungsi zat gizi dalam tubuh dibagi menjadi 3, yaitu : a. Memberi energi

Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.

(21)

b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.

c. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh seperti dalam darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air, dan vitamin dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2004).

2.3.2.2 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif (Achadi, 2007). Penilaian status gizi dapat dinilai secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2002) :

a. Antropometri

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein energi.

(22)

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh .

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan - perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

KEMENKES (2010) membagi status gizi anak usia sekolah (5-18 tahun) menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas dengan menggunakan indikator IMT/ Umur. Dikatakan sangat kurus jika nilai score <-3SD, kurus jika nilai Z-score antara -3SD sampai <-2SD, normal jika nilai Z-Z-score -2SD sampai 1SD, gemuk jika nilai score >1SD sampai 2SD dan dikatakan obesitas jika nilai

(23)

Z-score >2SD. Anak usia sekolah dikatakan gizi kurang jika status gizi kurus atau sangat kurus.

2.3.2.3 Kebutuhan Nutrisi pada Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya. Kebutuhan zat gizi bagi anak usia sekolah harus seimbang antara zat pembangun, zat energi dan zat pengatur. Judarwanto (2006) mengatakan bahwa Makanan pada anak usia sekolah harus serasi,selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi,sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti kabohidrat, protein dan lemak.

Keseimbangan zat gizi yang pada anak tentunya sangat dipengaruhi oleh perilaku makan anak. Lowe, dkk (2004) menyatakan bahwa perilaku makan anak ditentukan oleh rasa makanan, paparan, model dan penghargaan. Peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam mementukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya (Astuti dan Sulistyowati, 2012).

Penyajian hidangan yang bervariasi dan memiliki zat gizi yang cukup tentunya sangat dipengaruhi oleh keluarga. Penyusunan menu makan dengan komposisi zat gizi seimbang merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan gizi pada anak. Saifah (2011) dalam tesisnya menyebutkan bahwa tugas keluarga dalam praktik diet yaitu menyediakan jenis dan jumlah makanan bagi anggota keluarga, mendorong anggota keluarga untuk menyimpan catatan makanan tiga hari yang bermanfaat dalam mengkaji kualitas dan kebutuhan gizi keluarga. Bahabol (2013) dalam penelitiannya mengenai hubungan asupan makan dengan status gizi anak sekolah dasar di kecamatan dekai suku momuna propinsi papua mengatakan pola konsumsi makanan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan

(24)

kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan bervariasi dan kombinasi. Namun hasil penelitian tersebut menyebutkan tidak ada hubungan yang significant antara asupan makan dengan status gizi anak sekolah dasar.

2.3.2.4 Gizi Kurang Pada Anak Usia Sekolah

Masalah gizi kurang tersebar luas di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (2010) masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terutama terjadi pada anak usia sekolah (6-12 tahun), 44,4 persen anak umur 7-12 tahun konsumsi energinya kurang dari 70 persen berdasarkan tabel angka kecukupan gizi. Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi yang baik agar kelak dapat menjadi generasi penerus yang unggul dan lebih baik dari yang sekarang. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak. Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh.

Penyebab gizi kurang menurut supariasa (2002) dibedakan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu asupan makan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung yaitu ekonomi, pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Schroeder (2001), menyatakan bahwa kekurangan gizi dipengaruhi oleh konsumsi makan-makanan yang kurang dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab mendasar adalah makanan, perawatan (pola asuh) dan pelayanan kesehatan. Unicef (1990 dalam bapenas 2006) menyatakan Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial-ekonomi, budaya dan politik.

Menurut Almatsier (2004) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Oleh karena itu, masalah kurang gizi harus segera diatasi berdasarkan penyebabnya.

(25)

Salah satu penyebab gizi kurang yang dapat diatasi lebih dulu yaitu karena asupan makanan. Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia sekolah yaitu dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan suasana makan ( Sunarjo, 2012). Pembuatan menu makanan dengan gizi seimbang yang bervariasi setiap harinya bisa menjadi salah satu implementasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sulit makan pada anak. Hal ini dapat dilihat melalui PUGS.

Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) menurut Depkes (2002), gizi seimbang sama seperti piramida makanan, namun dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi utama gizi yang sering disebut dengan istilah “Tri Guna Makanan”. Tri Guna Makanan terdiri dari tiga pengelompokan makanan yaitu: sumber zat tenaga yaitu padi-padian, dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan didasar kerucut, sumber zat pengatur yaitu sayur-sayuran digambarkan pada bagian tengah kerucut dan sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan digambarkan pada bagian atas kerucut. Keseimbangan gizi dapat diperoleh jika hidangan sehari-hari terdiri dari sekaligus tiga kelompok bahan makanan.

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dikeluarkan oleh Depkes (2002) bertujuan untuk mengatur pola makan sehari-hari dengan gizi seimbang yang tertuang dalam bentuk 13 pesan dasar yaitu: 1) konsumsi makanan yang beraneka ragam; 2) Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan enegi; 3) Makan-makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhn energi; 5) Gunakan garam beryodium; 6) Makan-makanan sumber zat besi; 7) Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan; 8) Biasakan makan pagi; 9) Minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya; 10) Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur; 11) Hindari minum-minuman beralkohol; 12) Makan-makanan yang aman bagi kesehatan; 13) Baca label pada makanan yang dikemas. Kompas (2011) dalam artikelnya menyebutkan bahwa Terdapat empat pilar gizi seimbang bagi anak

(26)

sekolah, yakni makanan bervariasi yang memadai secara kualitas dan kuantitas, pola hidup bersih dan sehat, upaya menjaga berat badan ideal, dan aktivitas fisik secara teratur.

2.4 Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Helvie (1981 dalam Mubarak, 2005) menyatakan keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan erat. Allender dan Sprandley (2005) menyatakan keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas. Dapat disimpulkan keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki ikatan emosional.

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) membagi fungsi keluarga sebagai berikut: 1) fungsi afektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan besar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikosial; 2)fungsi sosialisasi dimana keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga. 3)fungsi reprduksi, meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.4)fungsi ekonomi, merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makan, pakian, perumahan dan lain-lain.5)fungsi perawatan keluarga dimana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan/keperawatan

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menyatakan ada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu: 1)mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya ; 2) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang tertalu muda ; 3)mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan ; 4)perkembangan kepribadian anggota keluarga; 5)mempertahankan hubungan

(27)

timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.

Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun (Friedman, Bowden, & Jones (2003). Pada fase ini umumnya keluarga telah mencapai anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas perkembangannya.

.

Fungsi perawat pada keluarga dengan anak usia sekolah yaitu melakukan perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga maupun disekolah, misalnya pada anak yang mengalami gangguan kesehatan. Perawat bekerjasama dengan guru sekolah dan orang tua anak.

2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones , 2003). Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan, baik individu maupun keluarga itu sendiri. Tahapan proses keperawatan keluarga sama dengan proses keperawatan secara umum. Teori Model Family Centre Nursing Friedman dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menyatakan keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social individu yang didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.

(28)

Gambar.1 Model teori family centre nursing Friedman

Berdasarkan gambar 1 model tersebut, proses keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi. Pada tahap pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi data umum keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, pengkajian lingkungan baik lingkungan didalam rumah maupun di luar rumah. Selain itu juga mengkaji fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga. Pemeriksaan fisik terkait nutrisi pada anak usia sekolah menurut Stanhope dan Lancaster (2004) meliputi pemeriksaan rambut, mata, gigi, wajah, mulut, kuku, otot, tanda – tanda vital. Setelah melakukan pengkajian, selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan dan menetapkan prioritas masalah. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

(29)

tindakan – tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya (Shoemaker, 1984 dalam Mubarak 2005). Diagnosa keperawatan terdiri dari diagnosa aktual, resiko tinggi dan potensial.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya menentukan prioritas masalah dengan melakukan skoring. Kriteria yang dipakai pada skoring yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Rumus mendapatkan skor yaitu dengan skor yang dipilih dibagi angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot.

Setelah mendapatkan masalah yang prioritas selanjutnya membuat perencanaan. Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan / masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyelesaian masalah.

Langkah langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga yaitu yang pertama menentukan sasaran atau goal. Sasaran atau goal adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya. Langkah yang kedua yaitu menentukan tujuan atau objective. Objective merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Langkah yang ketiga yaitu menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Setelah melakukan perencanaan selanjutnya melakukan implementasi atau pelaksanaan keperawatan keluarga yang diikuti tahap evaluasi. Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Tahap yang terakhir yaitu tahap evalusi. Tahap evaluasi untuk melihat keberhasilan dari rencana tindakan yang telah dibuat. Evaluasi terdiri dari evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Pada evalusi kualitatif terdapat 3 dimensi yang dilihat yaitu struktur atau sumber, proses dan hasil.

(30)

3.1 Pengkajian keluarga

KeluargaBapak E merupakan keluarga inti yang terdiri dari Bapak E, Ibu S, dan tiga orang anaknya. Bapak E berusia 38 tahun sedangkan ibu S berusia 36 tahun. Anak pertama An.A berusia 12 tahun, anak ke dua An.S berusia 8.5 thn, anak ke tiga An.R berusia 17 bulan. Port de entry pada keluarga ini adalah An.S dengan masalah nutrisi. Tahap perkembangan keluarga Bapak E saat ini adalah keluarga dengan anak remaja. Karena anak pertama berusia 12 tahun dan akan masuk sekolah SMP.

Keluarga bapak E tinggal dirumah kontrakkan yang berukuran 3X6 m2 yang

berada di RT 05 RW 03 kelurahan Cisalak Pasar. Keluarga Bapak E tinggal di lingkungan masyarakat yang mayoritas penduduk asli daerah setempat dan pendatang dari Jakarta. Sebagian besar tetangga bekerja sebagai karyawan swasta dan buruh.

Fasilitas yang dimanfaatkan keluarga untuk pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan adalah Puskesmas. Biasanya kalau Ibu S atau Bapak E merasakan sakit, Ibu S dan Bapak E biasanya langsung berobat ke puskesmas atau ke dokter praktek dekat rumah. Keluarga memiliki jaminan kesehatan yaitu jamkesda. Menurut ibu S dalam keluarga yang paling tampak kurus adalah an.S. Ibu S mengatakan An.S sulit makan dirumah, makan hanya 1-2x sehari , setiap makan hanya 1 centong nasi ditambah lauk. Ibu S mengatakan An. S tidak pernah menghabiskan makanannya. Ibu S mengatakan jarang masak dirumah karna bingung dengan menu masakan. Ibu S mengatakan jika tidak masak dirumah, beliau akan membeli ayam siap saji atau menggoreng nuggets untuk makan anak – anaknya. Ibu S mengatakan jika masak dirumah, memasak nasi ditambah 1 macam lauk ikan atau ayam, terkadang ditambah sayur. Ibu S mengatakan meskipun An.S tampak kurus, namun An.S termasuk anak yang aktif dan jarang

(31)

sakit. Ibu S mengatakan An.S sering jajan diluar dan disekolah. Ibu S mengatakan selalu menuruti An.S jika ingin jajan. Ibu S mengatakan tidak pernah membawakan bekal ke sekolah. Ibu S mengatakan meskipun An.S kurus tapi tidak ada massalah dalam belajar.

An.S (8.5th) mengatakan bosan makan dirumah karna lauknya itu – itu saja. An. S mengatakan senang jajan chiki dan mie instan dan es di warung. Bapak E mengatakan An.S memang kurus karna BB lahirnya juga kecil. Bapak E mengatakan merasa penasaran apakah benar anaknya kurang gizi atau tidak. Keluarga bapak E mengatakan belum mengetahui pengertian gizi kurang, penyebab serta tanda dan gejalanya. Keluarga juga mengatakan tidak tahu jumlah takaran makanan yang sesuai untuk anak usia sekolah. Bapak E mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka akan segera membawa ke puskesmas. Ibu S mengatakan ingin mengetahui mengenai gizi seimbang agar an.S bisa gemuk. Dari pemeriksaan fisik An.S didapatkan data nadi 100 x/mnt, Suhu 36,2 0 C, pernapasan 20 x/mnt, TB113 cm, LLA 15 cm, BB 16 kg , IMT 12.5, status antropometri antara-3SD s/d -2SD, Rambut terdistribusi secara merata berwarna hitam kemerahan, tebal. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Perut tidak buncit, oedema pada tungkai tidak ada.

Masalah kesehatan lain terdapat pada An.A (12 tahun) dan Bapak E (38tahun). An.A memiliki riwayat penyakit ISPA yang selalu muncul jika daya tahan tubuhnya menurun dan terdapat orang disekitarnya yang sedang batuk pilek maka akan mudah tertular. Sedangkan bapak E memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus perhari. Bapak E juga memiliki kebiasaan minum kopi 2 gelas perhari. Saat ditanya mengenai akibat dari merokok dan minum kopi, bapak E mengatakan menyadari bahwa minum kopi dan merokok tidak baik untuk kesehatan. Tingkat kemandirian keluarga berada pada tingkat I.

(32)

3.2 Diagnosa keperawatan

Penyusunan diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang di skoringkan pada masing-masing diagnosa, dimana sebelumnya telah dilakukan analisa data dari hasil pengkajian terlebih dahulu. Pada diagnosa 1 yaitu ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada An.S mendapatkan jumlah skor 4 1/2, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada An.A dengan masalah ISPA mendapat skor 4 1/6, perilaku cenderung beresiko pada bapak.E skor 3 5/6, dengan rincian skor terlampir. Sehingga dapat diketahui diagnosa keperawatan utama pada keluarga bapak E yaitu ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada An.S.

3.3 Rencana keperawatan

Tujuan umum dari rencana keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga sebanyak 7x kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang. Adapun tujuan khusus dari masalah gizi kurang pada An.S yaitu setelah 7x pertemuan diharapkan keluarga dapat mengenal masalah kurang gizi dengan mampu menyebutkan pengertian gizi seimbang, menyebutkan 2 contoh makanan dari tiap sumber gizi seimbang, menyebutkan 3 manfaat gizi seimbang, menyebutkan arti kurang gizi, menyebutkan 2 dari 4 penyebab kurang gizi, menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala kurang gizi, mengidentifikasi status gizi anak.

Tujuan khusus yang kedua yaitu keluarga dapat mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang gizi pada anak sekolah. Adapun indikatornya yaitu keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi pada anak dan keluarga dapat memutuskan untuk mengatasi masalah kurang gizi.

Tujuan khusus yang ketiga yaitu keluarga mampu melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kurang gizi. Adapun implementasi dari TUK 3 ini antara lain menjelaskan cara perawatan dan pencegahan gizi kurang, cara memilih bahan makan, cara mengolah bahan makanan yang benar. Selain itu

(33)

juga ada implementasi unggulan yang pertama yaitu mendemonstrasikan menu makan seimbang untuk anak sekolah. implementasi yang lain yaitu mendemonstrasikan cara mengolah bahan makanan yang baik dan dapat mengelompokkan bahan makanan sesuai dengan triguna makanan. Cara mengolah bahan makanan yang baik yaitu pertama alat – alat masak harus bersih, cuci tangan sebelum memulai mengolah makanan, lalu sayur dan buah dicuci dahulu baru dipotong-potong, sayuran dimasak jangan terlalu lama. Sedangkan untuk pengelompokan bahan makanan menggunakan food model yang terdiri bahan makanan sumber energi, zat pengatur dan pembangun.

Tujuan khusus yang keempat yaitu keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk mengatasi kurang gizi pada anak . ini merupakan implementasi unggulan yang ke dua yaitu dengan modifikasi perilaku pada orang tua dan anak. Modifikasi perilaku ini berkaitan dengan pola asuh orang tua.

Tujuan khusus yang kelima yaitu keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi kurang gizi pada anak. Implementasi yang dilakukan yaitu menjelaskan mengenai manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan. Selain itu juga menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi kurang gizi pada anak.

3.2 Implementasi

Pada kunjungan pertama dan kedua perawat telah melakukan pengkajian keluarga baik penjajakan tahap 1 maupun penjajakan tahap 2. Pada pertemuan kedua perawat telah menegakkan diagnosa keperawatan dan telah melakukan skoring. Diagnosa utama yang didapat yaitu perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.

Implementasi untuk TUK 1 dan 2 dilakukan pada pertemuan ketiga. TUK 3 untuk demonstrasi menyusun triguna makanan dilakukan pada pertemuan ketiga juga. Setelah keluarga diberi penjelasan mengenai gizi seimbang termasuk didalamnya mengenai triguna makanan, kemudian keluarga diminta mengelompokkan food

(34)

model yang terdiri dari berbagai macam contoh sumber bahan makanan kedalam kelompok sumber energi, zat pengatur dan pembangun.

Pada kunjungan keempat perawat melakukan demonstrasi cara mengolah makanan dan demonstrasi implementasi unggulan yaitu menyusun menu seimbang bagi an.S untuk 1 minggu. Pada pertemuan kelima sampai ketujuh perawat melakukan evaluasi penyusunan menu seimbang dan memantau hasilnya pada an.S serta melakukan implementasi TUK 4 yaitu modifikasi perilaku dan TUK 5 pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.

3.3 Evaluasi

Setelah 7x kunjungan keluarga telah mencapai TUK 1 sampai TUK 5. Pada kunjungan ke empat keluarga mampu mendemonstrasikan ulang cara mengolah makanan dan dapat menyusun menu makan selama 1 hari. Karena saat kunjungan keluarga hanya mampu membuat menu makan seimbang selama 1 hari, sehingga perawat meminta keluarga untuk menyusun menu kembali selama perawat tidak berkunjung.

Pada kunjungan kelima keluarga menyatakan telah membuat menu makan 1 minggu untuk An.S namun belum membuat makanan sesuai jadwal yang disusun. Pada pertemuan selanjutnya keluarga menyatakan telah mulai membuat masakan sesuai menu yang dibuat. Keluarga menyatakan porsi makanan yang dihabiskan mulai bertambah, meskipun masih belum menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan. Saat kunjungan rumah, tampak tersaji masakan nasi, sayur bayam, ikan kembung, tempe goreng dan ada buah pisang. Tampak tertempel di dinding menu makanan untuk 3 hari. Ibu S mengatakan mulai membekali anak makanan kesekolah. Ibu S mengatakan sudah tidak memberi jajanan dekat waktu makan. Ibu S mengatakan belum bisa membuat cemilan sehat. Ibu S mengatakan masih kesulitan membatasi jajanan An.S karna An.S akan menangis jika tidak dituruti. Selain itu, setelah dilakukan penimbangan ulang, bb an.S masih 16 kg. Hasil akhir tingkat kemandirian keluarga saat ini berada pada tingkat III.

(35)

4.1 Profil lahan praktek

Kota Depok mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Penduduk Kota Depok pada tahun 2010 diperkirakan berjumlah 1.610.000 jiwa (Dinas Kominfo Kota Depok, 2013).

Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimanggis, Depok. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2. Jumlah

penduduk kelurahan Cisalak Pasar sebanyak 17.869 jiwa (BPS Depok, 2012). Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar terletak di wilayah yang cukup ramai karena terletak di jalur utama akses Bogor – Jakarta, sehingga dilalui banyak orang. Kelurahan Cisalak pasar juga berdekatan dengan beberapa perusahaan besar, hal ini menyebabkan banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar.

Lahan praktek berada pada RW 03 keluarahan cisalak pasar. RW 03 terdiri dari 6 RT. RW 03 memiliki 4 posyandu. Wilayah RW 03 berbatasan langsung dengan pasar Cisalak. Sebagian besar warga bekerja sebagai karyawan. Ada juga yang bekerja sebagai pedagang di pasar Cisalak. Di RW 03 ini, ada beberapa warga yang membuka home industri memproduksi tempe dengan karyawan masyarakat sekitar. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan secara acak terhadap 6 RT, didapatkan 47 anak usia sekolah. 18 diantaranya beresiko gizi kurang.

4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait.

Kota Depok merupakan salah satu wilayah perkotaan yang terdapat di area Jabodetabek. RW 03 yang merupakan wilayah dari kelurahan Cisalak Pasar terletak berdekatan dengan pasar Cisalak memungkinkan dapat membuat masyarakat yang tinggal didaerah tersebut lebih rentan terhadap penyakit. Banyaknya pedagang jajanan dipinggir jalan sepanjang jalan disekitar wilayah RW 03 membuat anak usia sekolah yang tinggal diwilayah tersebut lebih rentan

(36)

mengalami resiko perubahan nutrisi. Seperti data rikesda (2007) yang menyatakan bahwa salah satu masalah kesehatan dikota besar yaitu masalah gizi baik gizi kurang ataupun lebih.

Hasil survey mahasiswa profesi di RW 03 kelurahan Cisalak Pasar menemukan 18 anak usia sekolah beresiko mengalami masalah nutrisi. Stanhope & Lancaster (2004) menyatakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan pada komunitas anak usia sekolah yaitu masalah nutrisi. Masalah nutrisi yang dimaksud antara lain gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, KEP (kurang energi protein), gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan anemia gizi besi (AGB).

Keperawatan kesehatan masyarakat tidak hanya menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari suatu masalah kesehatan tetapi juga adanya upaya pencegahan. Allender dan Spradley (2001) menyatakan salah satu karakteristik keperawatan kesehatan masyarakat yaitu menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri. Oleh karena itu implementasi keperawatan terhadap masalah kesehatan pada keluarga bapak E ditekankan pada upaya preventif dan promotif.

Pengkajian pada keluarga bapak E telah dilakukan kepada semua anggota keluarga. Berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian maka didapatkan masalah keperawatan prioritas yaitu perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada an. S (8.5 th). Hal ini dibuktikan dengan data antropometri yaitu IMT/U berada pada -3SD sampai -2SD. Hal ini sesuai dengan buku standar antropometri yang dikeluarkan oleh KEMENKES (2010) bahwa anak usia sekolah dikatakan status gizi kurus jika nilai z score berada pada -3SD sampai -2SD dan dikatakan sangat kurus jika nilai z score >-3SD.

Penyebab gizi kurang pada An.S yaitu karena An.S sulit makan. An.S selalu tidak pernah menghabiskan makanannya. An.S hanya makan 1-2x perhari dan An.S lebih banyak jajan diluar. Setelah ditanya kepada An.S apa yang menyebabkan dia

(37)

tidak menghabiskan makanannya, an.S mengatakan merasa bosan dengan menu makan yang itu – itu saja. Suprariasa (2001) menyatakan salah satu penyebab langsung masalah gizi kurang yaitu asupan makan yang kurang. Schroeder (2001), menyatakan bahwa kekurangan gizi salah satunya dipengaruhi oleh konsumsi makan-makanan yang kurang, sedangkan penyebab mendasar salah stunya adalah makanan dan perawatan (pola asuh).

Kebutuhan makan untuk anak usia sekolah 1800kkall sampai 2000 kkall dan harus seimbang komposisi zat makanan yang dimakan antara zat energi, pengatur dan pembangun (Judarwanto, 2006). Sedangkan pada An.S pemenuhan akan zat energi, pengatur dan pembangun tidak seimbang karena ibu S jarang masak dirumah, dan jikalau memasak hanya 1 macam lauk saja.

Menurut Almatsier (2009) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Namun pada an.S keluarga mengatakan An.S memang kurus tetapi an.S jarang sakit dan dalam hal belajar, an.S cepat menangkap pelajaran.

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait

Penyebab kurang gizi pada an.S karena sulit makan yang disebabkan karena menu makan dirumah yang tidak bervariasi dan tidak seimbang komposisi zat gizinya, dan juga karena pola asuh orang tua yang selalu menuruti an.s untuk jajan. Oleh karena itu, perawat melakukan intervensi unggulan yaitu penyusunan menu makan seimbang dan modifikasi lingkungan atau perilaku. Modifikasi perilaku yang dimaksud yaitu dengan menjelaskan kepada keluarga cara merubah sikap terhadap an. S agar an. S dapat mengurangi kebiasaan jajannya, selain itu juga menjelaskan kepada keluarga hal – hal yang dapat dilakukan oleh keluarga agar meningkatkan nafsu makan an.S. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunarjo (2012) bahwa Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia sekolah yaitu dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan

(38)

misalnya jenis makanan, jumah makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan suasana makan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan bervariasi dan kombinasi melalui pembuatan menu makan seimbang setiap harinya.

Pembuatan menu makan dengan kadar zat gizi seimbang tentunya tidak lepas dari peran serta keluarga. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Astuti dan Sulistyowati (2012) dalam penelitiannya mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan sekolah dasar di kecamatan Godean, peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam mementukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya. Bahabol (2013) dalam penelitiannya mengenai hubungan asupan makan dengan status gizi anak sekolah dasar di kecamatan dekai suku momuna propinsi papua mengatakan pola konsumsi makanan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Namun hasil penelitian tersebut menyebutkan tidak ada hubungan yang significant antara asupan makan dengan status gizi anak sekolah dasar.

Pelaksanaan implementasi penyusunan menu seimbang dilaksanakan pada pertemuan keempat sampai pertemuan keenam. Hal ini dikarenakan keluarga mengalami kesulitan untuk menyusun menu makan. Sedangkan implementasi untuk modifikasi perilaku sampai pertemuan kedelapan belum dapat diselesaikan, hal ini karena sulitnya merubah perilaku.

Evaluasi hasil yang didapat untuk penyusunan menu makan seimbang, keluarga menyatakan telah membuat menu makan 1 minggu untuk An.S. Keluarga menyatakan telah mulai membuat masakan sesuai menu yang dibuat. Keluarga menyatakan porsi makanan yang dihabiskan an.S mulai bertambah, meskipun masih belum menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan. Saat kunjungan rumah, tampak tersaji masakan nasi, sayur bayam, ikan kembung, tempe goreng dan ada buah pisang. Tampak tertempel di dinding menu makanan untuk 3 hari.

(39)

Evaluasi untuk implementasi modifikasi perilaku yaitu ibu S mengatakan mulai membekali anak makanan kesekolah. Ibu S mengatakan sudah tidak memberi jajanan dekat waktu makan. Ibu S mengatakan belum bisa membuat cemilan sehat karena belum sempat membuatnya. Ibu S mengatakan masih kesulitan membatasi jajanan An.S karna An.S akan menangis jika tidak dituruti. Secara objektif tampak tertempel didinding jadwal menu makan harian untuk An.S. Berat badan an.S masih 16 kg, yang artinya belum terjadi peningkatan berat badan setelah diberikan intervensi keperawatan.

4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan

Berdasarkan hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa tuk 3 dan 4 tercapai sebagian. Sehingga rencana tindak lanjut untuk keluarga yaitu dengan terus membuat jadwal harian dan membuat masakan sesuai dengan menu yang telah disusun. Selain itu keluarga juga harus meningkatkan motivasi untuk tidak selalu menuruti kemauan an.S untuk jajan. Keluarga juga harus memotivasi an.S agar mau menghabiskan makanannya dan juga mengurangi jajannya. Alternatif lain yang dapat dilakukan agar anak mau menghabiskan makanannya dan mau merubah perilaku jajan nya yaitu keluarga bisa mencoba menu-menu baru dan unik tapi terjangkau. Contohnya dengan membuat nuggets dari bahan dasar tempe atau sayur, hal ini pernah dilakukan oleh mahasiswa residensi spesialis keperawatan komunitas di RW 03.

(40)

5.1 Kesimpulan

Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta benar. Nutrisi kurang pada An.S disebabkan karena asupan makan yang kurang. Selain itu juga disebabkan karena pola asuh orang tua yang kurang tepat.

Intervensi yang diberikan merupakan intervensi keluarga yang terdiri dari TUK 1 sampai TUK 5. Intervensi unggulan yang diberikan yaitu penyusunan menu seimbang dan modifikasi perilaku. Intervensi ini menjadi unggulan karena salah satu penyebab gizi kurang pada An.S yaitu karena kurang variasi makanan yang diberikan dirumah.

Setelah implementasi dilakukan selama 8x kunjungan, terdapat peningkatan porsi makan yang dihabiskan oleh an.S. namun kebiasaan jajan pada an.S belum dapat dirubah. Selain itu juga belum terdapat peningkatan berat badan pada an.S setelah diberikan intervensi.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yaitu: 5.2.1 Keluarga

Keluarga lebih mengoptimalkan dalam pemberian nutrisi yang cukup bagi anak usia sekolah dengan memberikan menu makan yang bervariasi dengan nilai gizi seimbang.

5.2.2 Puskesmas / Perawat Komunitas

Meningkatkan upaya pencegahan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah, diantaranya dengan pembinaan dan pemberdayaan keluarga yang memiliki resiko gizi kurang pada anak. Pemberdayaan dan pembinaan keluarga ini dapat dilakukan oleh puskesmas setempat dengan melibatkan perawat komunitas dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait gizi seimbang.

(41)
(42)

Achadi, E., et al. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen. Gizi

Kesmas DKM-UI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Allender, J. A & Spradley, B.W (2005). Community health nursing: promoting

and protecting the public’s health. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Astuti, F.D., Sulistyowati, T.F. (2012). Hubungan tingkat pendidikan ibu dan

tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi anak prasekolah dan sekolah dasar di kecamatan godean. Jurnal KESMAS. Yogyakarta :

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.

Bahabol, M. (2013). Hubungan asupan makan dengan status gizi anak sekolah

dasar (Studi kasus siswa SD kelas v kecamatan Dekai suku Momuna Kabupaten Yahukimo) propinsi Papua. Tugas akhir. Program Studi Ilmu

Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Bapenas (2006). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Juni 22, 2013. http://ntt-academia.org/Pangantt/RAN-Pangan-Nutrisi-Bahasa.pdf. CDC. (2008). Community Health and Program Services (CHAPS): Health

Disparities Among Racial/Ethnic Populations. Atlanta: U.S. Department of

Health and Human Services.

Depkes. (2006). pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas. Direktoorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisan Medik. Jakarta: Depkes.

(43)

Depkes. (2007). Riskesdas 2007. Juni 22, 2013. http://www.balitbangkes.go.id. Depkes. (2010). Kepmenkes RI NOMOR: 1995/MENKES/SK/XII/2010. Standar

antropometri penilaian status gizi anak.

Dinas Kominfo Kota Depok. (2013). Profil kota depok. Juli 03, 2013. www.depok.go.id

Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. (2002). Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI

Effendy, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Friedman, M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,

theory & pravtice. 4thEd. Ner Jersey: Person Education Inc.

Herlina. (2012). Rancangan perencanaan asuhan keperawatan pada anak usia

sekolah dengn risiko gizi kurang di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Program Magister Keperawatan, Kekhususan

Keperawatan Komunitas. FIK UI

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan (Istiwidayanti dan Soedjarwo, Penerjemah). Jakarta :

Penerbit Erlangga.

Judarwanto, W. (2006). Perilaku makan anak sekolah. Jakarta : PICKY EATERS CLINIC (Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak). 20 Juni 2013 http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/perilaku%20makan%20anak% 20sekolah.pdf.

(44)

Kemenkes. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kemenkes RI.

Kompas (2011). Gizi Anak Usia Sekolah Memprihatinkan. Artikel kesehatan anak..

Diunduh 1 juli 2013 melalui

http://health.kompas.com/read/2011/01/25/0416225/Gizi.Anak.Usia.Sekolah.Memprih atinkan.

Lowe, C. F., Horne, P.J., Tapper, K., Bowdery, M., & Egerton, C. (2004). Effects of peer modelling and rewards based intervention to increase fruit and vegetable comsumption in children. European journal of crinical nutrition, 58, 510-522.

Mubarak, W.I., Santoso, B.A., Rozikin, K., Patonah, S. (2005). Buku ajar ilmu

keperawatan komunitas : Teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta :

Sagung Seto.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Fundamental keperawatan konsep, proses, dan

praktik (Edisi 4). Jakarta : EGC.

Saifah, A (2011). Hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya dan media

massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis. Program Pascasarjana FIK UI.

Schroeder, D.G. ( 2001). Malnutrition, Edited Samba R.D., and Bluem M.W.L.,

Nutrition and Health in Development countries. Tatawa New Jersey:

Humania Press.

Stanhope, M. & J. Lancaster. (2004). Community health nursing: Process and

(45)

Sunarjo, D. (2012). Kesulitan makan pada anak. 20 Juni 2013 http://rsud.patikab.go.id/v2/download/KESULITAN%20MAKAN%20PA DA%20ANAK.pdf

Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Syafiq, A, (2008). Tinjauan Atas Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini. Jakarta : Mercy Corp.

Wong,D.L., et all. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik (Edisi 6). (Agus Sutarna, Neti Juniarti, dan Kuncara, Penerjemah ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(46)

LAPORAN LENGKAP KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Data Umum

1. Nama Keluarga (KK) 2. Alamat dan telepon 3. Komposisi Keluarga

: Bapak E ( 38 th)

: RT 05/ 03 Kelurahan Cisalak Pasar Depok

No Nama Jenis

Kelamin Hub. dgnKK Umur Pendidikan Pekerjaan

1. Ibu S Perempuan Istri 36 tahun SLTP IRT

2. An. A Perempuan Anak 12 tahun SD Pelajar

3. An S Perempuan Anak 8.5 tahun SD pelajar

4. An. R Laki-Laki Anak 17 bulan SD pelajar

Genogram

Bp. E Ibu S

An. A An.S An.R

36

33

9 bln 12 8.58.5

(47)

Keterangan

Keluarga ini terdiri dari Bapak E, Ibu S, dan tiga orang anaknya. Bapak E berusia 38 tahun sedangkan ibu S berusia 36 tahun. Anak pertama An.A berusia 12 tahun, anak ke dua An.S berusia 8.5 thn, anak ke tiga An.R berusia 17 bulan. Port de entry pada keluarga ini adalah An.S dengan masalah nutrisi.

3.1.1 Tipe Keluarga

Keluarga Bapak E merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri sepasang suami isteri yang memiliki 3 orang anak. Anak 1 An.A berusia 12 tahun, anak ke 2 An.S berusia 8.5 thn, anak R berusia 17 bulan.

3.1.2 Suku

Bapak E dan ibu S berasal dari Kuningan Jawa barat, suku sunda.. Bahasa dominan yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia. Terkait budaya, keluarga Bapak E tidak memiliki ritual khusus untuk mengatasi penyakit yang ada pada keluarga. Keluarga sudah bisa menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik. 3.1.3 Keyakinan/Agama

Bapak E dan Ibu S beragama Islam. Keluarga bapak E sehari-hari mejalankan ajaran Islam sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, dan mengaji. Ibu S mengatakan tidak ada permasalahan pada diri dan keluarganya untuk menjalankan ibadah, dan tidak ada keyakinan dalam agamanya yang mengganggu kesehatan keluarganya. Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit tersebut.

3.1.4 Kelas sosial & status ekonomi

Bapak E bekerja sebagai supir pribadi. Sedangkan ibu S sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi rumah tangga. Saat ini, Keluarga Bapak E tinggal dirumah kontrakan. Pendapatan Bapak E perbulan adalah sekitar Rp 1.500.000. Ibu S mengatakan penghasilan Bapak E diperhitungkan untuk sebulan, cukup tidak cukup dibiasakan untuk cukup.

(48)

3.1.5 Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga bapak E jarang berekreasi ke tempat wisata karena tidak ada dana khusus. Tetepi ibu S mengatakan 1 tahun sekali pasti ajak anak-anak berenang. 3.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

3.2.1 Tahap perkembangan keluarga inti

Tahap perkembangan keluarga Bapak E saat ini adalah keluarga dengan anak remaja. Karena anak pertama berusia 12 tahun dan akan masuk sekolah SMP. Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi saat ini antara lain : 3.2.1.1 Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga

Bapak E saat ini bekerja sebagai supir pribadi dengan penghasilan 2 juta sebulan. Meskipun penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari – hari, namun bapak E selalu bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan.

3.2.1.2 Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga

Pembagian tanggung jawab pada keluarga bapak.E yaitu bapak E bertanggung jawab mencari nafkah, ibu S bertanggung jawab mengurus rumah dan anak-anak, sedangkan an.A bertanggung jawab menjaga adik-adiknya dan bertanggung jawab sebagai pelajar demikian pulan dengan an.S.

3.2.1.3 memperbaiki hubungan dengan saudara, teman dan kerabat

Keluarga bapak.E memiliki hubungan yang baik dengan saudara, tetangga, teman dan kerabat. Keluarga mengatakan tidak ada selisih paham dengan orang lain. 3.2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Keluarga bapak.E mengatakan saat ini belum dapat menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan anggota keluarga. Bapak.E belum dapat menyediakan kamar pribadi untuk anak-anaknya karena rumah mereka masih ngontrak.

Gambar

Gambar 2.1 Model teori family centre nursing Friedman.........................................

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum regimentasi dosis, waktu pemberian, dan lama pemberian post OP dari Cefazolin pada pasien fraktur tertutup di

Oua genotipe yang disajikan di atas memiliki rataan hasil lebih tinggi daripada varietas Slamet, tetapi tidak berbeda dengan varietas Wilis; sedangkan stabilitas hasilnya lebih

Dana yang substansial biasanya dibutuhkan untuk memulai bisnis di pasar ini, dengan modal yang dibutuhkan untuk investasi pada produksi, distribusi, dan juga periklanan (yang

Fisioterapi ikut serta dalam interaksi antara fisioterapis, pasien atau klien, keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan dalam proses pemeriksaan potensi yang dibutuhkan sesuai

E-mail : anik.nurul@um.ac.id Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Nama : Sugiono, S.H.. Gadang

Jakarta–Sinergi BUMN yang terdiri dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk., bersama 4 Bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) yaitu Bank BRI, Bank Mandiri,

Semenjak awal e-book ini kamu sudah saya dorong untuk mengoleksi sebanyak mungkin gebetan agar kamu tetap bisa percaya diri ketika ada yang tidak bersedia keluar

Perlakuan dosis biochar (B) berpengaruh sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap berat kering oven brangkasan tanaman diatas tanah dan pupuk kompos (K) berpengaruh nyata