Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Koefisien Distribusi Iod
Oleh :
1. Fitri Aprilia 093194205
2. Wilda Ulin Nuha 093194211
3. Endah Rohmawati 093194216
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia
Program Studi Pendidikan Kimia 2011
A. Judul Percobaan : KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD
B. Tujuan : 1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organik
2. Menghitung harga KD dari iod
C. Dasar Teori
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur. Pelarut yang umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti CCl4, eter atau pentana. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan rumus: KD = మ భ atau KD = ೌ
,
Dengan KD = Koefisien distrribusi, dan Co, dan Ca adalah konsentrasi solute pada pelarut organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solute dalam pelarut organic dituliskan di atas dan konsentrasi solute dalam pelarut di tuliskan di bawah. Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organic begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila ; (a) solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, (b) solute tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut, dan (c) zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.
Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi, perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan.
Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut adalah X, maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis:
D = ௦௧௦ ௧௧ ௦௬௪ ௗ ௦ ௦௧௦ ௧௧ ௦௬௪ ௗ ௦
D. Alat dan Bahan Alat : - Gelas kimia - Pipet - Gelas ukur - Labu ukur - Corong pisah - Statif - Erlenmeyer - Buret - Pipet gondok Bahan : - Larutan Iod - Aquades - Larutan Na2S2O3 0,01 N - Cloroform - Larutan H2SO4 - Larutan kanji
E.Alur Percobaan
Larutan Iod 0,1 M 10 mL
Diencerkan pada labu ukur 100 mL Larutan Iod
- Dipipet sebanyak 10 mL
- Dipindahkan dalam corong pisah - Ditambahkan 1 mL kloroform - Kocok corong pisah dengan sesekali
membuka kran
- Diamkan sampai kedua lapisan
(organik dan air) terpisah dengan baik.
Iod dalam pelarut organik
Iod dalam pelarut air - Ditambahkan dengan 1 mL
kloroform.
- Kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran
- Diamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik.
- Pisahkan iod dalam fasa organik dalam wadah yang disediakan. - Ulangi penambahan kloroform
dalam fasa air, sampai total
kloroform yang ditambahkan adalah 5 ml
- Pisahkan iod dalam pelarut organik dan letakkan dalam wadah yang disediakan
-Iod dalam pelarut air, setelah ekstraksi ganda
Menentukan konsentrasi iod mula-mula
F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Hasil pengamatan
Sebelum Sesudah
1 Membuat larutan iod :
- Mengambil 10 ml larutan iod 0,1 M - Memasukkannya dalam labu ukur 100 mL - Menambahkan larutan dengan aquades
sampai tanda batas
- Mengocok hingga tercampur sempurna (homogen)
Iod : cokelat (+++) Larutan iod : merah kecokelatan
2 Penentuan konsentrasi iod mula-mula - Larutan iod : merah - Larutan Iod + Iod dalam pelarut air,
setelah ekstraksi ganda
- Dimasukkan dalam erlenmeyer - Tambahkan dengan 2 ml H2SO4 - Tambahkan 1 mL larutan kanji 0,2 % - Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai
warna biru hilang
- Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan. Hasil
10 ml larutan iod yang telah diencerkan
- Dimasukkan dalam erlenmeyer - Tambahkan dengan 2 ml H2SO4 - Tambahkan 1 mL larutan kanji 0,2 % - Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai
warna biru hilang
- Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan. Hasil
- Mengambil larutan iod baku, sebanyak 10 mL
- Memasukkan dalam erlenmeyer - Menambahkan 2 mL H2SO4 2M
- Menambahkan dengan 1 mL larutan kanji 0,2%
- Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
- Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. - Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang
diperlukan. kecokelatan - Larutan H2SO4 : jernih tidak berwarna - Larutan kanji : jernih tidak berwarna - Larutan Na2S2O3 : jernih tidak berwarna H2SO4 : merah kecokelatan - Larutan Iod + H2SO4 + larutan kanji : biru (+++) - Volume Na2S2O3 : 1. 13,5 mL 2. 13,8 mL 3. 14 mL
3 Ektraksi larutan iod
- Mengambil 10 mL larutan iod
- Memasukkan larutan iod ke dalam corong pisah
- Menambahkan 1 mL kloroform lalu dikocok searah dengan sesekali membuka kran
- Diamkan sampai kedua larutan terpisah dengan baik
- Pisahkan iod dalam pelarut organik, dan letakkan pada wadah yang disediakan - Iod dalam pelarut air ditambahkan lagi
dengan 1 mL kloroform. Kemudian dikocok dan didiamkan sampai terpisah dengan baik. Pisahkan iod dalam pelarut organik. (ulangi langkah ini sampai 4 kali, sehingga jumlah total kloroform yang ditambahkan adalah 5 mL)
- Pindahkan iod dalam pelarut organik dalam erlenmeyer
- Menambahkan 2 mL H2SO4 dan 1 mL
- Larutan iod : merah kecokelatan - Kloroforn : jernih tidak berwarna - Larutan H2SO4 : jernih tidak berwarna - Larutan kanji : jernih tidak berwarna - Larutan Na2S2O3 : jernih tidak berwarna
- Larutan iod dalam pelarut organik : ungu
- Larutan iod dalam pelarut air : orange jernih (++)
- Larutan iod dalam pelarut air + H2SO4 : orange jernih (++)
- Larutan iod dalam pelarut air + H2SO4 + larutan kanji : biru (+++) - Volume larutan Na2S2O3 : V.1 : 2,1 mL V.2 : 2,0 mL V.3 : 2,5 mL
larutan kanji 0,2%
- Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang. - Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang
diperlukan untuk mengubah warna larutan.
G.Analisis Data
1. Penentuan Konsentrasi Awal Iod
Dalam menentukan konsentrasi distribusi iod, konsentrasi awal iod harus diketahui lebih dahulu. Konsentasi awal dari iod dapat diketahui dengan melakukan titrasi I2 dengan Na2S2O3 atau biasa disebut dengan titrasi iodometri. Larutan iod 0,1 M sebanyak 10 mL (berwarna coklat) diencerkan dengan aquades pada labu ukur 100 mL, larutan berubah warna menjadi coklat kemerahan. Kemudian dari larutan iod yang telah diencerkan tadi, dipipet menggunakan pipet seukuran sebanyak 10 mL untuk dititrasi dengan Na2S2O3. Setelah 10 mL larutan iod dimasukkan kedalam erlenmeyer, sebelumya ditambahkan 2 mL H2SO4 2M, hal ini dilakukan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Kemudian ditambahkan larutan kanji 0,2% sebanyak 1 mL, larutan kanji disini bertindak sebagai indikator. Kemudian larutan tersebut diititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N. Berikut reaksi yang terjadi :
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Titrasi dihentikan pada saat warna biru pada larutan tepat hilang. Dari titrasi yang telah dilakukan, diperoleh volume Na2S2O3 sebanyak :
V1 = 13,5 mL V2 = 13,8 mL
V3 = 14 mL
Dari data tersebut, dapat kita cari mEk dari I2, dengan rumus mEk I2 = mEk Na2S2O3
Setelah kita mengetahui mEk, mol mula-mula dri Na2S2O3 dapat diketahui, dengan menggunakan rumus :
mmol I2 = ½ mEk I2
Mmol I2 mula-mula ini digunakan untuk menetukan mmol iod dalam fasa organik.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Volume Na2S2O3 mEk I2 mmol I2 mula-mula
V1 = 13,5 mL 0,135 mEk 0,0675 mmol V2 = 13,8 mL 0,138 mEk 0,069 mmol
V3 = 14 mL 0,14 mEk 0,07 mmol
2. Ekstraksi Larutan Iod
Untuk menentukan KD atau koefisien distribusi, kita haru mengetahui konsentrasi iod dalam pelarut organik dan konsantrasi iod dalam pelarut air. Penentuan konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebur dapat diketahui dengan melakukan ekstraksi. Hal pertama yang dilakukan adalah memipet 10 mL larutan iod yang sudah diencerkan tadi dan memasukkannya kedalam corong pisah. Kemudian menyiapkan kloroform sebanyak 5 mL, kloroform disini bertindak sebagai pelarut organik. Kemudian mamasukkan kloroform secara bertahap kedalam corong pisah. Sebanyak 1 mL kloroform dimasukkan kedalam corong pisah, kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran pada corong pisah. Reaksi yang terjadi antara larutan iod dan kloroform adalah:
I2 + 2CHCl3 → 3Cl2 + 2CHI
Setelah dilakukan pengocokan beberapa kali, kemudian larutan dalam corong pisah didiamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik, yaitu lapisan organik dan lapisan air. Lapisan organik berada di bawah corong dan berwarna ungu dikeluarkan dari corong pisah dan disimpan di tempat yang telah disediakan. Kemudian memasukkan 1 mL kloroform dan melakukan tahap yang sama dengan yang dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan sampai larutan kloroform sebanyak 5 mL tadi habis terpakai.
Lapisan air yang telah didapatkan dari ekstraksi dipindahkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan H2SO4 2M sebanyak 2 mL, hal ini bertujuan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Lalu ditambahkan larutan kanji 0,2% sebanyak 1 mL, larutan kanji disini bertindak sebagai indikator. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan natrium tiossulfat (Na2S2O3) 0,01 N. Titrasi dehentikan pada saat warna biru tepat hilang. Langkah-langkan diatas diulangi sampai tiga kali untuk ketelitian dan kevalidan data yang didapatkkan.
Setelah melakukan titrasi, diperoleh volume dari Na2S2O3 sebesar, V1 = 2,1 mL , V2 = 2,0 mL, V3 =2,5 mL. Dari data ini, dapat dicari meK dari I2 pada fasa air ( f(a) ) dengan rumus :
mEk I2 f(a) = mEk Na2S2O3
mEk I2 f(a) = V Na2S2O3 x N Na2S2O3
setelah mEk I2 pada fase air diketahui, mmol I2 dalam fasa air pun dapat dicari, dengan menggunakan rumus :
mmol I2 f(a) = ½ mEk I2 f(a)
Konsentrasi I2 dalam fasa air ( f(a) ) dapat dihitung setelah mmol I2 dalam fasa air dikatahui, menggunakan rumus :
M I2 f(a) = ூଶ ሺሻ ሺሻ
Dengan V adalah volume fasa air, yaitu sebanyak 10 mL. Dari hasil perhitungan, diperoleh data sebagai berikut:
Volume
Na2S2O3 mEk I2 f(a) mmol I2f(a) M I2 f(a)
V1 = 2,1 mL 0,021 mEk 0,0105 mmol M1 = 1,05 x 10-3 M V2 = 2,0 mL 0,02 mEk 0,01 mmol M2 = 10-3 M
V3 = 2,5 mL 0,025 mEk 0,0125 mmol
M3 = 1,25x10-3M1,25 x MM10-3 M
Setelah mol serta konsentrasi iod dalam fasa air diketahui, selanjutnya adalah menghitung mol dan konsentrasi iod dalam fasa organik. mmol iod dalam fasa organik ( f(o) ) dapat dihitung menggunakan rumus :
Mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a)
Dari perhitungan diatasi ,konsentrasi I2 dalam fasa organik dapat dihitung menggunakan rumus :
M I2 f(o) = ூଶ ሺሻ ሺሻ
Dengan V adalah volume pelarut organik, yaitu volume klorofom sebesar 5 mL. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh data sebagai berikut:
mmol I2 f(o) M I2 f(o)
0,057 mmol M1 = 0,0114 M 0,059 mmol M2 = 0,0118 M 0,0575 mmol M3 = 0,0115 M
Berdasarkan data konsentrasi iod dalam pelarut organik ( M I2 f(o) ) dan konsentrasi iod dalam pelarut air ( M I2 f(a) ), harga KD dapat dihitung, dengan mengunakan rumus : KD = ெ ூଶ ሺሻெ ூଶ ሺሻ M I2 f(o) M I2 f(a) KD M1 = 0,0114 M M1 = 0,000105 M KD1 = 10,5871 M2 = 0,0118 M M2 = 0,001 M KD2 = 11,8 M3 = 0,0115 M M3 = 0,00125 M KD3 = 9,2 KD rata-rata KD = 10,6190
H.Diskusi
Pada saat melakukan titrasi, baik titrasi untuk penentuan konsentrasi awal larutan iod maupun titrasi iod dalam pelarut air, penambahan larutan kanji 0,2% seharusnya ditambahkan setelah titrasi dijalankan setengahnya dulu, yaitu pada saat warna pada larutan berubah dari coklat kemerahan menjadi kuning. Bukan ditambahkan sebelum titrasi.
I. Simpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan tentang Koefisien distribusi Iod, didapatkan nilai Koefisien distribusi ( KD ) sebesar 10,6190.
J. Jawaban Pertanyaan
1. Apa perbedaan antara KD dan D? Jawab :
KD digunakan jika solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, solut tidak berasosiasi dalm satu pelarut, dan zat terlarut tidak dapat bereaksi dalam salah satu pelarut.
Secara matematis KD dinyatakan dengan:
KD = ௦௧௦ ௦௨௧ ௗ ௦ ௦௧௦ ௦௨௧ ௗ ௦
Sedangkan Angka banding distribusi (D) adalah perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air) pada suhu dan tekanan yang tidak konstan, melainkan dipengaruhi oleh pH fasa air.
Secara matematis D dinyatakan dengan :
D = ௦௧௦ ௧௧ ௭௧ ௧௨௧ ௗ ௦ ௦௧௦ ௧௧ ௭௧ ௧௨௧ ௗ ௦
2. Bilamana harga KD = D ?
Jawab : Harga KD = D bila berada pada kondisi ideal dan tidak terjadi interaksi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi.
3. Bagaimana mencari harga hubungan KD dan D untuk asam lemah HB yang mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organic?
Jawab : HB ↔ H+ + B -D = [ு] [ு]ೌା[ష]ೌ ... persamaan (1) KDHA = {ு] [ு]ೌ ... persamaan (2) Ka = [ு శ]ೌ {ష}ೌ [ுశ]ೌ ... persamaan (3) Dari persamaan 3 dapat dituliskan:
[ܤ
ି]
=
[ு][ுశ]ೌ ... persamaan (4)
Dari persamaan 4 disubtitusikan ke dalam persamaan 1 akan diperoleh:
ܦ = [ܪܤ]
[ܪܤ]+ ܭܽ [ܪܤ][ܪା]
=
[ு] [ு]ೌ൜ଵା [ಹశ]ೌ಼ೌ ൠ... persamaan (5)
Bila persamaan 2 disubtitusikan ke dalam persamaan 5 akan diperoleh persamaan 6 sebagai berikut:
ܦ =
ವಹಲ4. Bagaimana mencari hubungan antara KD dan D untuk basa lemah yang terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?
Jawab : HB (fasa organik) HB + H2O H3O+ + B – (fasa air) ܭு = [ܪଷܱ ା][ܤି] [ܪܤ]
[ܤ
ି]
=
ೌಹಳ [ு]ೌ[ுయைశ]ೌ ………..(1) ܭுሺሻ=[ܪܤ][ܪܤ] … … … . . ሺ2ሻ D = [ ] [ ] [ ] O a a HB HB + B− ………..(3)Persamaan (1) disubstitusikan dalam persamaan (3) D = 3 [ ] [ ] [ ] [ ] O a a a HB Ka HB HB H O+ +
[ ]
3 [ ] 1 O a a a HB K HB H O+ = + …………(4)Persamaan 2 disubstitusikan kedalam persamaan (4),sehingga D = 3 1 [ ] D a K Ka H O+ +
5. Buktikan bahwa dengan ekstraksi ganda akan dihasilkan persen terekstrak lebih besar daripada satu kali terekstraksi!
Jawab :
Misalkan pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan Vo= 5mL dan Va=10 mL didapatkan harga koefisien distribusi (KD )sebesar 10,6.
Untuk mencari fraksi zat terekstrak dalam ekstraksi tunggal ( 5 mL kloroform digunakan semua sekaligus) digunakan rumus:
fa=ቆ Vaq
Vaq+ (Kୈୟ x V୭ሻቇ Jika data dimasukkan akan diperoleh:
fa=൬ 10mL 10mL+ (10,6 x 5mLሻ൰ fa=0,1587 fo = 1 − 0,1587 fo=0,8413 % yang terekstrak = 0,8413 x 100 % = 84,13 %
Sedangkan untuk mencari fraksi zat yang terekstrak dalam pelarut organik jika menggunakan ekstraksi berganda 5kali ( volume kloroform yang digunakan @1mL) dapat menggunakan rumus
fୟ = ቆ
Vaq
Vaq+ (Kୈୟ x V୭ሻቇ ୬
Dengan memasukkan data akan diperoleh:
fa=൬ 10mL 10mL+ (10,6 x 1ሻ൰ ହ fa=0,0269 fo = 1 − 0,0269 fo=0,9731 % yang terekstrak = 0,9731 x 100 % = 97,31 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuktikan bahwa hasil zat terekstrak dalam pelarut organik akan lebih banyak jika menggunakan ekstraksi ganda.
K.Daftar Pustaka
- Intan, Nur. 2010. Penentuan Koefisien Distribusi, (Online). (http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/tetapan-distribusi-iod-dalam-sistem.html, diakses 18 maret 2011)
- Kimia,Unesa.2009. Koefisien Distribusi Iod “Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Pemisahan Kimia”, (online).
(http://brown13zt.blogspot.com/2008/06/koefisien-distribusi-iod.html, diakses 18 Maret 2011).
- Azizah Utiya, dkk. 2003. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Pemisahan Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA.
- JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-enam). Jakarta: Erlangga.
- Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
- Annisa. 2008. Pemisahan Campuran yang Tidak Saling Campur,(Online). (http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/pemisahan-campuran-yang-tidak-saling-campur/,diakses 18 Maret 2011).
L.Lampiran
Lampiran I Perhitungan
A. Menghitung mmol I2 mula-mula Diketahui : - Vol.1 Na2S2O3 = 13,5 mL - Vol.2 Na2S2O3 = 13,8 mL - Vol.3 Na2S2O3 = 14 mL - N Na2S2O3 = 0,01 N Ditanya : - mmol I2 mula-mula ? jawab : Reaksi: I2 + 2 e- 2I
-2S2O32- S4O6 2- + 2e- I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6 2-1. meK I2 = meK Na2S2O3
meK I2 = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 I2 = 13,5 mL X 0,01 meK/mL I2 = 0,135 meK Mmol I2 = ½ X meK = ½ X 0,135 = 0,0675 mmol 2. meK I2 = meK Na2S2O3
meK I2 = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 I2 = 13,8 mL X 0,01 meK/mL
I2 = 0,138 meK Mmol I2 = ½ X meK
= ½ X 0,138 = 0,069 mmol 3. meK I2 = meK Na2S2O3
meK I2 = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 = 14 mL X 0,01 meK/mL
I2 = 0,14 meK Mmol I2 = ½ X meK
= ½ X 0,14 = 0,07 mmol
B. Menghitung mmol dan konsentrasi I2 dalam fasa air ( f(a) ) Diketahui : - Vol.1 Na2S2O3 : 2,1 mL - Vol.2 Na2S2O3 : 2,0 mL - Vol.3 Na2S2O3 : 2,5 mL - N Na2S2O3 : 0,01 N - Volume f air : 10 mL
Ditanya : mmol dan konsentrasi I2 ..? Jawab :
1. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3
meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 I2 f(a) = 2,1 mL X 0,01 meK/mL I2 f(a) = 0,021 meK
mmol I2 f(a) = ½ X meK = ½ X 0,021 = 0,0105 mmol
M I2 f(a) = ௨ ூ ூమ ሺሻ మ ሺሻ = ,ଵହ
ଵ
= 1,05 x 10 -3 M
2. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3
meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 I2 f(a) = 2,0 mL X 0,01 meK/mL I2 f(a) = 0,02 meK
mmol I2 f(a) = ½ X meK = ½ X 0,02 = 0,01 mmol M I2 f(a) = ூమ ሺሻ ௨ ூమ ሺሻ = ,ଵଵ = 10 -3 M
3. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3
meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 I2 f(a) = 2,5 mL X 0,01 meK/mL I2 f(a) = 0,025 meK
mmol I2 f(a) = ½ X meK = ½ X 0,025 = 0,0125 mmol M I2 f(a) = ூమ ሺሻ ௨ ூమ ሺሻ = ,ଵଶହ ଵ = 1,25 x 10 -3 M
C. Menghitung mmol I2 dan konsentrasi dalam fasa organik (f(o)) 1. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a)
= 0,0675 – 0,0105 mmol = 0,057 mmol M I2 f(o) = ூమ ሺሻ ௨ ூమ ሺሻ = ,ହ ହ = 0,0114 M
2. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a) = 0,069 – 0,01 mmol = 0,059 mmol M I2 f(o) = ூమ ሺሻ ௨ ூమ ሺሻ = ,ହଽ ହ = 0,0118 M
3. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a) = 0,07 – 0,0125 mmol = 0,0575 mmol M I2 f(o) = ூమ ሺሻ ௨ ூమ ሺሻ = ,ହହ ହ = 0,0115 M D. Menghitung KD 1. KD 1 = ெ ሺሻெ ሺሻ = ,ଵଵସ ெ ,ଵହ ெ = 10,8571 2. KD 2 = ெ ሺሻ ெ ሺሻ = ,ଵଵ଼ ெ ,ଵ ெ
= 11,8 3. KD 3 = ெ ሺሻெ ሺሻ = ,ଵଵହ ெ ,ଵଶହ ெ = 9,2 KD rata-rata = ୈଵା ୈଶା ୈଷ ଷ = ଵ,଼ହଵ ା ଵଵ,଼ ା ଽ,ଶ ଷ = 10,6190