• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi 2.1.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p6), sistem adalah sekumpulan komponen sistem yang saling berhubungan yang berfungsi bersama-sama untuk menghasilkan suatu hasil akhir.

Menurut O’Brien dan Marakas (2010, p26), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dengan batas yang jelas dan bekerja bersama mencapai suatu tujuan dengan menerima input serta menghasilkan output dalam suatu proses transformasi yang teratur.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen yang bekerja secara bersamaan yang memiliki tujuan yang sama diantara satu sama lainnya, sehingga dapat berintegrasi dengan baik.

2.1.1.2 Pengertian Informasi

Menurut R.Kelly dan Casey G.Cegielski (2011, p10), informasi adalah kumpulan data yang telah diolah sehingga mampu memberikan pengertian terhadap suatu hal data merupakan deskripsi dasar atas suatu hal, kejadian, aktivitas atau transaksi yang direkam, diklasifikasikan, dan disimpan namun tidak diorganisasikan untuk menjelaskan suatu hal yang terperinci. Kumpulan data dan informasi membentuk suatu pengetahuan yang mampu memberikan definisi terhadap suatu hal, namun lebih terperinci.

Menurut Stair dan Reynolds (2010, p5), informasi bukan hanya kumpulan dari fakta yang teroganisir tetapi juga memiliki nilai tambah di luar nilai fakta individu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah suatu kumpulan dari data dan fakta yang telah diolah dengan baik sehingga memiliki nilai dan makna yang telah terbentuk menjadi

(2)

pengetahuan yang dapat diterima serta digunakan oleh masyarakat luas.

2.1.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p7), sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses bisnis sebagai output.

Menurut Stair dan Reynolds (2010, p10), sistem informasi merupakan satu set pembuktian dari adanya relasi antara komponen input, proses dan output serta penyebarluasan informasi untuk kemudian memberikan reaksi korektif sebagai bentuk umpan balik guna memenuhi suatu tujuan.

Menurut O’Brien dan Marakas (2010, p29), suatu sistem yang menerima sumber daya yang ada sebagai suatu input dan kemudian memprosesnya kedalam sebuah informasi sebagai output.

Jadi, sistem informasi adalah suatu kumpulan komponen yang saling terkait, yang diproses untuk menjadi sebuah output yang berguna bagi perusahaan.

2.1.2 Fact Finding

Menurut Connolly dan Begg (2010, p341), fact finding merupakan proses formal yang menggunakan beberapa cara seperti wawancara dan kuisioner untuk mengumpulkan fakta tentang sistem, kebutuhan, dan preferensi. Pada umumnya pengembangan database menggunakan lima teknik umum Fact Finding yaitu:

a) Examining Documentation

Examining Documentation sangat berguna ketika analis mencoba untuk menganalisis bagaimana proses kemunculan suatu database.

(3)

b) Interview

Interview adalah metode yang paling sering digunakan dan umumnya merupakan teknik yang paling berguna. Ada dua tipe interview yang dapat dilakukan yaitu Unstructured Interviews yang dilakukan hanya dengan berdasarkan oleh tujuan umum yang ingin dikemukakan. Yang kedua adalah Structured Interviews yaitu wawancara dengan sekumpulan pertanyaan yang spesifik untuk diajukan ke narasumber c) Observing the enterprise in operation

Merupakan satu dari banyak teknik fact finding untuk memahami suatu sistem. Teknik ini memungkinkan analis melihat aktifitas seseorang untuk mempelajari sistem tersebut.

d) Research

Research dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap aplikasi dan masalah yang muncul dengan cara mencari informasi dari buku-buku referensi, jurnal, maupun melalui internet.

e) Questionnaire

Kuesioner merupakan dokumen yang memiliki tujuan khusus mengumpulkan fakta dari responden dalam jumlah besar. Ada dua jenis pertanyaan yang dapat ditanyakan dalam kuesioner, yaitu free format questions dan fixed format questions. Free format questions mengedepankan kebebasan responden dalam menjawab pertanyaan. Fixed format questions menginginkan jawaban yang sudah diarahkan sebelumnya sehingga responden hanya menjawab dengan memilih jawaban yang paling sesuai dari beberapa jawaban yang telah disediakan.

2.1.3 Pengertian Data

Menurut O’Brian dan Marakas (2010, p34), data adalah fakta atau observasi mentah yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih rincinya, data adalah pengukuran objektif dari atribut (karakteristik) entitas dimana data tersebut perlu disimpan ke dalam suatu tabel basis data, diolah dan menghasilkan suatu informasi.

(4)

Menurut Connolly & Begg (2010, p70) data adalah “komponen yang paling penting dalam DBM (database Management), berasal dari sudut pandang end user”. Data berguna sebagai jembatan antara mesin dan pengguna.

Data dapat juga diartikan sebagai suatu potongan informasi kecil, sebelum diolah lebih lanjut, dan bersifat tidak memberikan suatu informasi yang berarti untuk pemilik ataupun pengguna. Jika data telah diolah maka data tersebut berguna sebagai jembatan antara mesin dan pengguna.

2.1.4 Basis Data

Menurut Connoly dan Begg (2010, p65), basis data merupakan kumpulan data dan deskripsinya yang secara logika terkait satu sama lain, dirancang untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p11), basis data adalah sekumpulan data terpusat yang dikelola dan dapat diakses oleh banyak pengguna dan sistem pada saat yang sama.

Jadi, dapat disimpulkan basis data merupakan kumpulan dari data dan deskripsi yang secara logika terkait satu sama lain dan terpusat yang dikelola dan dapat diakses secara bersamaan oleh banyak pengguna dan sistem.

2.1.5 Database Management System (DBMS)

2.1.5.1 Pengertian Database Management System

Menurut Connoly dan Begg (2010, p66), Database management system (DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna sistem untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengendalikan akses ke dalam database.

DBMS berinteraksi dengan program aplikasi user dan database. Menurut Conolly dan Begg (2010, p66), DBMS menyediakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Memungkinkan user untuk mendefinisikan basis data, biasanya dari Data Definition Language(DDL), DDL memungkinkan user untuk membedakan tipe dan struktur

(5)

data, dan batasan data yang akan disimpan dalam basis data.

2. Memungkinkan user untuk menyisipkan, meng-update, menghapus dan menerima data dari basis data, biasanya dari Data Manipulation Language (DML).

3. Menyediakan kontrol akses ke basis data dengan menyediakan :

a. Sistem keamanan yang menengah akses ilegal ke dalam basis data.

b. Sistem integrasi yang memelihara arah akurasi data c. Sistem pembagian hak akses ke basis data

d. Sistem pengendalian untuk memulihkan basis data ke keadaan sebelumnya, yang dikarenakan oleh kegagalan software atau hardware

e. Katalog pengaksesan user yang berisi penjelasan data.

Menurut Laudon (2010, p376) Database Management System (DBMS ) Perangkat lunak khusus yang berfungsi untuk membuat dan memelihara basis data dan memungkinkan aplikasi bisnis individu mengambil data yang dibutuhkan tanpa harus membuat basis data berbeda atau definisi data terpisah dalam program komputernya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Database Management System adalah sebuah perangkat lunak yang dirancang untuk memungkinkan pengguna sistem untuk mengakses data, serta mengatur data yang ada di dalam database.

2.1.5.2 Fasilitas – Fasillitas DBMS

Untuk menghubungkan program aplikasi users dengan database, menurut Connoly dan Begg (2010, p66) terdapat beberapa fasilitas yang disediakan oleh DBMS, yaitu:

Data Definition Language (DDL)

Data Definition Language (DDL) berfungsi untuk memungkinkan pengguna mendefinisikan basis data untuk

(6)

menentukan jenis data, struktur data dan kendala pada data yang akan disimpan dalam database.

Data Manipulation Language (DML)

Data Manipulation Language (DML) berfungsi untuk memungkinkan pengguna dapat memanipulasi (insert, update, delete dan select) data dari database. DML menyediakan fasilitas umum untuk menyelidiki data yang disebut dengan bahasa query.

2.1.5.3 Komponen di Dalam Lingkungan DBMS

Menurut Connoly dan Begg (2010, p68), terdapat lima komponen di dalam lingkungan Database Management System (DBMS), yaitu:

1. Hardware

Sebuah DBMS dan aplikasi membutuhkan hardware untuk menjalankannya. Hardware dapat mencakup dari komputer pribadi, sebuah mainframe atau jaringan komputer. Hardware yang digunakan tergantung kepada kebutuhan organisasi dan DBMS yang digunakan.

2. Software

Komponen software terdiri dari software DBMS itu sendiri dan aplikasi program yang bersama dengan operating systems (OS), termasuk dengan jaringan perangkat lunak apabila DBMS digunakan melalui jaringan.

3. Data

Data dapat dikatakan sebagai komponen yang paling penting dari DBMS khususnya dari sudut pandang pengguna akhir mengenai data, dimana data berfungsi sebagai jembatan antara komponen mesin dan komponen manusia.

4. Procedures

Prosedur merupakan panduan dan aturan yang mengatur desain dan penggunaan database. Pengguna sistem dan staff

(7)

yang mengatur database memerlukan prosedur yang terdokumentasi untuk menjalankan sistem, seperti:

• Cara masuk ke dalam DBMS.

• Menggunakan fasilitas DBMS tertentu atau aplikasi program. • Memulai dan menghentikan DBMS.

• Membuat back-up dari database.

• Menangani kesalahan dari hardware atau software.

• Merubah struktur dari tabel, mengorganisir ulang database, meningkatkan kinerja atau mengarsipkan data ke dalam secondary storage.

5. People

Komponen terakhir adalah orang-orang yang terlibat dengan sistem. Orang yang telibat dengan sistem dapat didefinisikan sebagai yang memiliki tanggung jawab sendiri, antara lain adalah:

• Data Administrator (DA).

DA mengatur sumber daya data yang meliputi perancangan basis data, pengembangan dan pemeliharaan standar, kebijakan, prosedur, dan desain basis data konseptual dan logikal.

• Database Administrator (DBA).

DBA mengatur realisasi fisik dari aplikasi database yang meliputi desain fisik basis data, implementasi, pengaturan keamanan dan kontrol integritas, pengawasan performa sistem dan pengaturan ulang basis data.

Menurut Connoly dan Begg (2010, p128-p129), komponen-komponen DBMS meliputi:

a. Querry Processor: Merupakan komponen DBMS yang utama yang mengubah query ke dalam seperangkat instruksi tingkat rendah langsung ke database manager.

(8)

b. Database Manager : DM mengantarmukakan dengan program aplikasi user-submitted dan query. DM menerima query dan memeriksa skema eksternal dan konseptual untuk menentukan record konseptual apa yang diperlukan untuk memuaskan permintaan.

c. File Manager : File manager memanipulasi penyimpanan file dan mengatur penempatan ruang penyimpanan dalam disk. Komponen ini mendirikan dan memelihara daftar struktur dan index yang didefinisikan dalam skema internal

d. DML Processor: Modul ini mengubah pernyataan DML yang tertanam dalam program aplikasi ke dalam panggilan yang tertanam dalam program aplikasi ke dalam panggilan fungsi standart dalam host language. Komponen ini harus berinteraksi dengan query processor untuk membuat kode yang sesuai.

e. DDL Complier: Modul ini mengubah pernyataan DDL ke dalam seperangkat tabel berisi meta data. Tabel ini kemudian disimpan dalam katalog system sementara itu informasi kendali disimpan dalam header file data. f. Catalog Manager: Catalog manager mengatur akses dan

memelihara katalog system. Katalog system diakses oleh sebagian besar komponen DBMS.

2.1.5.4 Fungsi Database Management System

Database Management System (DBMS) memiliki beberapa fungsi-fungsi, yaitu:

1. Data Storage, Retrieval, and Update

DBMS harus melengkapi pengguna dengan kemampuan yang menyimpan, menelusuri, dan meng-update data di dalam suatu basis data.

2. A Users-Accesible Catalog

DBMS harus menyediakan sebuah katalog dimana deskripsi dari data item disimpan dan dapat diakses oleh pengguna.

(9)

3. Transaction Support

DBMS harus menyediakan suatu mekanisme yang akan menjamin bahwa semua kegiatan update maupun tidak, sesuai dengan transaksi yang dilakukan.

4. Concurrency Control Services

DBMS harus menyediakan mekanisme yang menjamin bahwa basis data di-update dengan benar ketika lebih dari satu pemakai meng-update basis data secara bersamaan.

5. Recovery Services

DBMS harus menyediakan mekanisme untuk basis data yang dalam suatu kesempatan rusak karena satu dan lain hal. 6. Authorization Services

DBMS harus menyediakan mekanisme untuk menjamin bahwa hanya pengguna yang mempunyai hak yang dapat untuk mengakses basis data.

7. Support for Data Communication

DBMS harus mampu berintegrasi dengan software komunikasi.

8. Integrity Services

DBMS harus menyediakan cara untuk menjamin bahwa data dalam basis data dan perubahan pada data mengikuti aturan yang telah diterapkan sebelumnya.

9. Services to Promote Data Indepence

DBMS harus mencakup fasilitas yang mendukung independensi program dari struktur aktual basis data.

10. Utility Services

DBMS harus menyediakan satu set fasilitas pelayan untuk users.

(10)

2.1.5.5 Keuntungan DBMS

Berikut adalah keuntungan-keuntungan dari DBMS: 1. Mengontrol Redudansi Data

Penyimpanan data berbasis tradisional dapat memakan kapasitas dengan menyimpan informasi yang sama pada satu atau lebih file yang ada.

2. Data lebih konsisten

Dengan mengeliminasi atau mengontrol redudansi, dapat mengurangi resiko terjadinya suatu inkonsistensi di dalam database.

3. Mendapatkan informasi lebih

Dengan data operasional yang terintegrasi, hal tersebut memungkinkan bagi organisasi untuk memperoleh informasi yang lebih dari data yang sama.

4. Memungkinkan penyebaran data

Biasanya, file dimiliki oleh orang atau departemen yang menggunakannya. Di sisi lain, database adalah milik dari seluruh organisasi dan dapat disebarkan kepada pengguna yang memiliki otoritas untuk mendapatkan data tersebut. 5. Meningkatkan integritas data

Integritas database mengacu pada keabsahan dan konsistensi data yang disimpan. Integritas biasanya diekspresikan dalam suatu batasan-batasan atau constraints. 6. Meningkatkan keamanan data

Keamanan database adalah suatu proteksi untuk mencegah pengguna yang memiliki wewenang atau hak akses untuk mengakses database tersebut.

7. Lebih efisien

Mengkombinasikan data operasional pada semua organisasi ke dalam satu database dan membuat satu set aplikasi yang dapat bekerja dengan sumber data tersebut.

(11)

8. Meningkatkan aksebilitas dan respon data

Hasil dari data terintegrasi adalah data yang melintasi batas-batas departemen secara langsung yang mana mendukung sistem untuk berpotensi memiliki fungsi yang lebih baik.

9. Meningkatkan produktivitas

DBMS akan memberikan dampak kepada produktivitas dari progammer dan mengurangi waktu pengembangan karena memiliki tools untuk menyederhanakan pengembangan aplikasi database.

10. Memungkinkan back-up dan recovery data

DBMS modern mendukung fasilitas untuk meminimalkan jumlah pengolahan yang hilang setelah terjadi kegagalan di sistem komputer atau aplikasi.

2.1.5.6 Kerugian DBMS 1. Kompleksitas.

Dalam penggunaannya, aktor yang terlibat harus mengerti fungsi DBMS itu sendiri. Bila terjadi kegagalan dalam pemahaman sistem, maka dapat berakibat fatal bagi sistem. 2. Ukuran.

Kompleksitas dan banyaknya fungsi - fungsi yang ada, membuat DBMS membutuhkan kapasitas penyimpanan dan kapasitas memori yang besar untuk dapat berjalan secara efektif. 3. Biaya untuk merancang DBMS.

Biaya untuk merancang DBMS bervariasi tergantung banyaknya fungsi yang ada. Semakin banyak fungsi yang dibutuhkan atau semakin kompleks DBMS tersebut maka semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan.

4. Biaya penambahan perangkat keras.

Dalam penerapannya, terkadang DBMS memerlukan pembelian kapasitas penyimpanan tambahan untuk meningkatkan kinerja program agar dapat berjalan dengan baik.

(12)

5. Biaya konversi.

Dalam situasi tertentu, biaya DBMS dan perangkat keras tambahan mungkin relatif lebih kecil. Namun mungkin saja ada biaya pengeluaran yang relatif mahal untuk mengkonversi aplikasi lama ke aplikasi baru, termasuk juga biaya pelatihan karyawan untuk dapat menggunakan sistem yang baru dengan lancar.

6. Kinerja.

DBMS secara umum digunakan untuk melayani beberapa aplikasi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini memungkinkan kinerja aplikasi tidak berjalan seperti apa yang diharapkan. 7. Dampak yang besar dari suatu kegagalan.

Sentralisasi sumber daya penyimpanan dapat meningkatkan terjadinya kerentanan pada sistem. Karena semua pengguna bergantung pada DBMS, maka kegagalan sistem dapat menyebabkan dampak yang besar bagi pengguna secara keseluruhan.

2.1.5.7 Structured Query Language (SQL)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p111), SQL adalah bahasa yang dirancang menggunakan relasi untuk mengubah input menjadi output yang diinginkan. SQL memiliki dua komponen utama, yaitu:

1. Data Definition Language(DDL)

• CREATE TABLE: Digunakan untuk membuat tabel.

• ALTER TABLE: Digunakan untuk menambah atau memindahkan kolom, menambah atau menghapus tabel constraint, menentukan atau menghapus default kolom. • DROP TABLE: Digunakan untuk memindahkan tabel. • CREATE VIEW: Digunakan untuk membuat view. DROP VIEW: Digunakan untuk memindahkan view.

(13)

2. Data manipulation language

SELECT: Digunakan untuk memilih data dalam database. • INSERT: Digunakan untuk memasukkan data ke dalam tabel. • UPDATE: Digunakan untuk memperbaharui data dalam tabel. • DELETE: Digunakan untuk menghapus data dalam tabel. Fungsi aggregate yang terdapat pada SQL:

• COUNT: Digunakan untuk menampilkan banyak nilai di dalam suatu kolom.

• SUM: Digunakan untuk menampilkan jumlah nilai di dalam suatu kolom.

• AVG: Digunakan untuk menampilkan jumlah nilai rata-rata di dalam suatu kolom.

• MIN: Digunakan untuk menampilkan nilai terkecil di dalam suatu kolom.

• MAX: Digunakan untuk menampilkan nilai terbesar di dalam suatu kolom.

Kontrol akses yang terdapat pada SQL memberikan hak akses yang berbeda untuk kelompok user yang berbeda. Kontrol akses ini terdiri dari:

GRANT: Digunakan untuk memberikan hak akses user kepada yang lain.

• REVOKE: Digunakan untuk membatalkan hak ases kepada user.

2.1.5.8 Database Development Life Cycle

Menurut Connolly dan Begg (2010, p313) untuk merancang aplikasi sistem basis data di perlukan tahapan-tahapan yang di namakan dengan Database Development Lifecycle. Tahapan-tahapan tersebut terdapat pada gambar 2.1.

(14)
(15)

Database Planning

Menurut Connolly dan Begg (2010, p313), perencanaan basis data adalah kegiatan manajemen yang memungkinkan tahapan siklus hidup pengembangan sistem basis data untuk direalisasikan menjadi lebih efisien dan efektif.

Perancangan basis data harus terintegrasi dengan sistem informasi perusahaan secara umum. Ada tiga hal yang terlibat dalam perumusan strategi sistem informasi, antara lain:

1. Identifikasi rencana dan tujuan perusahaan dengan penentuan kebutuhan sistem informasi.

2. Evaluasi sistem informasi yang sedang berjalan saat ini untuk menentukan kekuatan dan kelemahan yang ada. 3. Menilai peluang teknologi informasi yang mungkin

menghasilkan keunggulan kompetitif.

System Definition

Menurut Connolly dan Begg (2010, p316), pada tahapan definisi sistem, dijelaskan ruang lingkup dan batasan dari aplikasi basis data dan pandangan dari pengguna utama. Sebelum merancang sistem basis data, penting untuk mengidentifikasi batasan dari sistem yang akan dibangun dan bagaimana tampilannya berinteraksi dengan bagian lain dari sistem informasi organisasi. Penentuan batasan dari sistem tidak hanya dari pengguna dan aplikasi saat ini, tetapi juga pengguna dan aplikasi untuk masa mendatang.

Requirements Collection And Analysis

Menurut Connolly dan Begg (2010, p316), requirements collection and analysis merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang organisasi beserta bagian yang akan didukung oleh sistem basis data, dan menggunakan informasi untuk mengidentifikasi persyaratan untuk sistem baru.

Tahap ini melibatkan pengumpulan dan analisis informasi tentang bagian dari perusahaan yang akan menggunakan basis data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan informasi,

(16)

atau yang biasa disebut teknik fact-finding. Informasi dikumpulkan berupa pandangan dari setiap pengguna utama, termasuk:

1. Deskripsi dari data yang digunakan atau dikasilkan.

2. Rincian tentang bagaimana data akan digunakan atau dihasilkan.

3. Setiap persyaratan tambahan untuk sistem basis data baru. Informasi tersebut dianalisis untuk mengidentifikasi persyaratan atau fitur untuk digunakan dalam sistem basis data baru. Persyaratan pengumpulan dan analisis merupakan tahap awal dari desain basis data, dimana jumlah data yang dikumpulkan tergantung pada jenis masalah dan kebijakan perusahaan.

Database Design

Menurut Connolly dan Begg (2010, p320), perancangan basis data merupakan proses menciptakan desain yang akan mendukung misi dan tujuan perusahaan untuk sistem basis data yang diperlukan. Perancangan basis data terdiri dari tiga tahap utama, antara lain:

1. Conceptual Database Design

Merupakan proses pembangunan model data yang digunakan dalam perusahaan, independent dari semua pertimbangan fisik. Perancangan basis data konseptual befungsi untuk membangun representasi konseptual dari basis data, yang meliputi identifikasi entitas-entitas, relasi, dan atribut yang penting.

2. Logical Database Design

Merupakan proses pembangunan model data yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan model data spesifik, namum independen dari DBMS tertentu dan pertimbangan fisik lainnya. Perancangan basis data logikal berfungsi untuk menerjemahkan representasi konseptual

(17)

untuk stuktur logis dari basis data, meliputi perancangan relasi.

3. Physical Database Design

Merupakan proses pembuatan deskripsi dari implementasi basis data pada penyimpanan sekunder, menggambarkan relasi dasar, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data, dan setiap integrity constraint yang terkait dan langkah-langkah keamanan. Perancangan basis data fisik berfungsi untuk menentukan bagaimana struktur logis secara fisik diimplementasikan (sebagai relasi dasar) dalam sasaran sistem manajemen basis data (DBMS).

DBMS Selection

Menurut Connolly dan Begg (2010, p325), DBMS selection merupakan proses memilih DBMS yang tepat untuk mendukung sistem basis data. Langkah-langkah utama dalam pemilihan DBMS, yaitu:

1. Menentukan cakupan referensi pembelajaran, sasaran, batasan dan tugas yang harus dilakukan.

2. Menyusun dan membandingkan dua atau tiga produk. 3. Mengevaluasi produk untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan produk tersebut.

4. Merekomendasikan hasil seleksi dan membuat laporan.

Application Design

Menurut Connolly dan Begg (2010, p329), application design merupakan perancangan user interface dan program aplikasi yang menggunakan dan mengolah basis data.

Dari pengertian Application Design dapat disimpulkan bahwa Application Design merupakan sebuah rancangan User-Interface dari sebuah program aplikasi yang berhubungan dengan database.

(18)

Prototyping

Menurut Connolly dan Begg (2010, p333), prototyping adalah membangun model kerja dari sistem basis data.

Prototyping adalah model kerja yang biasanya tidak memiliki semua fitur atau menyediakan semua fungsi dari sistem akhir. Tujuan utama pengembangan prototipe sistem basis data adalah memungkinkan pengguna dalam menggunakan prototipe untuk mengidentifikasi fitur dari sistem yang bekerja dengan baik atau tidak memadai, dan jika mungkin untuk menyarankan perbaikan atau bahkan fitur baru untuk sistem basis data. Dengan begitu, dapat terlihat jelas kebutuhan pengguna maupun pengembang sistem dan dapat mengevaluasi kelayakan desain sistem.

Ada dua strategi prototyping yang umum digunakan saat ini:

1. Requirements prototyping

Merupakan prototipe untuk mementukan persyaratan sistem basis data yang diusulkan. Dan jika persyaratan telah dipenuhi, prototipe tersebut akan dihapus.

2. Evolutionary prototyping

Memiliki tujuan yang sama dengan requirments prototyping, perbedaannya adalah bahwa prototipe ini tidak dihapus, tetapi dikembangakan lebih lanjut menjadi sistem basis data yang dapat bekerja.

Implementation

Menurut Connolly dan Begg (2010, p333), implementation adalah realisasi fisik dari desain basis data dan aplikasi.

Implementasi basis data dapat dicapai dengan menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI). Pernyataan DDL digunakan untuk membuat stuktur basis data dan file basis data kosong. Setiap user views juga diterapkan pada tahap ini.

(19)

Program aplikasi diimplementasikan menggunakan bahasa generasi ketiga atau keempat (3GL atau 4GL). Bagian dari program aplikasi adalah transaksi basis data, yang diimplementasikan menggunakan Data manipulation language (DML) dari DBMS target, yang mungkin tertanam dalam bahasa pemrograman utama seperti: Visual Basic(VB), VB.net, Python, Delphi, C, C#, Java, COBOL, Fortran, Ada atau Pascal.

Pengendalian keamanan dan integitas sistem juga diterapkan. Beberapa pengendalian diterapkan menggunakan DDL, tetapi mungkin perlu didefinisikan diluar penggunaan DDL.

Data Conversion and Loading

Menurut Connolly dan Begg (2010, p334), data conversion and loading merupakan transfer data yang ada ke dalam basis data baru dan mengkonversi setiap aplikasi yang ada untuk dijalankan pada basis data baru. Tahap ini diperlukan hanya jika sistem basis data baru menggantikan sistem lama.

Testing

Menurut Connolly dan Begg (2010, p334), testing adalah proses menjalankan sistem basis data dengan maksud menemukan kesalahan-kesalahan.

Sebelum sistem basis data yang dikembangkan mulai dijalankan, harus benar-benar diuji terlebih dahulu. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan strategi pengujian yang sudah terencana dan data yang realistis sehingga seluruh proses pengujian dapat dilakukan secara ketat dan sesuai metode.

Sama seperti desain basis data, pengguna dari sistem baru harus dilibatkan dalam proses pengujian. Situasi yang ideal untuk pengujian sistem adalah memiliki basis data pengujian pada sistem perangkat keras yang terpisah, namun sering tidak tersedia. Jika yang digunakan adalah data nyata, penting untuk memiliki backup jika terjadi kesalahan.

(20)

Operational Maintenance

Menurut Connolly dan Begg (2010, p335), operational maintenance adalah proses pemantauan dan pemeliharaan sistem basis data setelah instalasi.

Setelah melewati tahap pelaksanaan dan pengujian. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan kegiatan-kegiatan berrikut: 1. Pemantauan kinerja sistem. Jika kinerja sistem tidak dapat

diterima, penyusunan ulang basis data mungkin diperlukan. 2. Pemeliharaan dan peningkatan sistem basis data (bila

diperlukan). Memasukkan persyaratan baru ke dalam sistem basis data melalui tahap sebelumnya dari siklus hidup.

2.1.5.9 Database Design

Salah satu tahapan dari siklus hidup pengembangan sistem basis data adalah perancangan basis data, dimana terdapat metodologi perancangan yang terdiri dari tiga fase utama untuk percangan basis data.

Menurut Connolly dan Begg (2010, p466), design methodology adalah sebuah pendekatan terstruktur yang menggunakan prosedur, teknik, alat, dan dokumentasi yang membantu dan mendukung serta memfasilitasi proses perancangan. Proses perancangan dibagi menjadi tiga tahapan utama, antara lain: perancangan basis data konseptual, logikan dan fisikal.

Conceptual Database Design

Tujuan dari perancangan basis data konseptual adalah membangun satu (atau lebih) model data konseptual dari kebutuhan data perusahaan.

Langkah-langkah dalan perancangan basis data konseptual antara lain:

1. Mengidentifikasi jenis entitas

Langkah pertama dalam membangun model data konseptual adalah mendefinisikan objek-objek utama yang menjadi perhatian pengguna. Objek-objek tersebut

(21)

merupakan jenis entitas untuk model. Salah satu metode untuk mengidentifikasi entitas adalah dengan memeriksa spesifikasi kebutuhan pengguna. Dari spesifikasi tersebut, identifikasi kata benda atau frase kata benda yang disebutkan.

Setelah jenis entitas diidentifikasi, tentukan nama-nama entitas yang bermakna dan jelas. Catat nama-nama dan deskripsi entitas ke dalam kamus data.

2. Mengidentifikasi jenis relasi

Setelah mengidentifikasi jenis entitas, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi relasi penting yang ada antara entitas. Ketika mengidentifikasi entitas, salah satu metode yang digunakan adalah mencari kata benda dengan memeriksa spesifikasi kebutuhan pengguna. Jadi, tata bahasa dari spesifikasi kebutuhan dapat digunakan untuk mengidentifikasi relasi. Biasanya, relasi ditunjukkan oleh kata kerja dan ekspresi verbal. Langkah-langkah dalam mengidentifikasi relasi, antara lain:

Gunakan Entity-Relationship(ER) diagram.

Menentukan multiplicity constraint dari jenis relasi. Memeriksa fan dan chasm traps.

• Mendokumentasikan jenis relasi.

Setelah jenis relasi diidentifikasi, tentukan nama-nama yang bermakna dan jelas. Simpan deskripsi relasi dan multiplicity constraint ke dalam kamus data.

3. Mengidentifikasi dan mengasosiasikan atribut dengan jenis-jenis entitas dan relasi

Dengan cara yang sama saat mengidentifikasi entitas, tentukan kata benda atau frase kata benda di dalam spesifikasi kebutuhan pengguna. Atribut dapat diidentifikasi jika kata benda atau frase kata benda merupakan property, quality, identifier atau karakteristik dari salah satu entitas atau relasi.

(22)

Setelah mengidentifikasi atribut, tentukan nama-nama yang bermakna dan catat informasi berikut pada setiap atribut:

• Nama dan deskripsi atribut. • Tipe dan panjang data. • Alias dari setiap atribut.

Jika atribut merupakan atribut composite, tentukan atribut sederhana yang membentuknya.

Atribut merupakan multi-valued atau tidak.

Jika atribut merupakan atribut derived, tentukan cara perhitungannya.

Nilai default dari setiap atribut. 4. Menentukan domain dari setiap atribut

Domain merupakan kumpulan nilai-nilai dari satu atau lebih atribut. Domain yang ditentukan untuk sebuah atibut mencakup: sekumpulan nilai untuk atribut, ukuran, dan format dari atribut.

Setelah domain atribut diidentifikasi, catat nama dan karakteristiknya ke dalam kamus data. Perbaharui entri kamus data setiap atribut untuk menyimpan informasi domain dari tipe dan panjang data.

5. Menentukan candidate, primary, dan alternate key

Candidate key adalah sejumlah kecil atribut dari suatu entitas yang secara unik mengidentifikasi setiap kejadian dari entitas tersebut. Identifikasi candidate key untuk setiap entitas. Jika pada satu entitas terdapat lebih dari satu candidate key, pilih salah satu candidate key untuk menjadi primary key dan candidate key lain sebagai alternate key. Ketika memilih primary key diantara candidate key, perhatikan hal-hal berikut:

Candidate key dengan sejumlah kecil atribut.

Candidate key yang paling mungkin memiliki nilai yang berubah.

(23)

Candidate key dengan karakter paling sedikit (untuk atribut tekstual).

Candidate key dengan nilai maksimum terkecil (untuk atibut numerik).

Candidate key yang paling mudah digunakan dari sudut pandang pengguna.

Simpan hasil identifikasi dari primary and alternate key ke dalam kamus data.

6. Mempetimbangkan penggunaan konsep permodelan yang lebih tinggi (langkah opsional)

Mempertimbangkan pengembangan dari model ER menggunakan konsep pemodelan yang lebih tinggi, antara lain: spesialisasi/generalisasi, agrefasi, dan komposisi. 7. Mengecek model dari redudansi

Memeriksa model data konseptual dengan tujuan mengidentifikasi adanya redudansi dan menghapus data yang redundan. Terdapat tiga aktivitas pada pengecekan model dari redudansi, antara lain:

Melakukan pengecekan kembali relasi one-to-one(1:1). • Menghapus relasi yang redundan.

• Mempertimbangkan dimensi waktu.

8. Melakukan validasi model konseptual terhadap transaksi pengguna

Tujuan dari langkah ini adalah memastikan bahwa model data konseptual telah mendukung semua transaksi yang diperlukan. Jika model data dapat melakukan operasi secara manual, dapat disimpulkan bahwa model data konseptual mendukung transaksi yang diperlukan. Namun, jika model data tidak dapat melakukan operasi secara manual, dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah yang harus diselesaikan pada model data, seperti: kurangnya entitas, hubungan, atau atribut dari model data.

(24)

9. Meninjau kembali model data konseptual bersama pengguna

Meninjau kembali model data konseptual bersama pengguna dan memastikan bahwa model dapat benar-benar menjadi representasi dari persyaratan data perusahaan.

Logical Database Design

Tujuan dari perancangan basis data logikal adalah menerjemahkan model data konseptual ke dalam model data logikal dari kebutuhan data perusahaan.

Langkah-langkah dalam perancangan basis data logikal antara lain:

1. Membuat relasi untuk model data logikal

Pada tahap ini, diperoleh relasi untuk model data logikal untuk mewakili entitas, relasi, dan atribut. Pertama-tama, tentukan nama relasi dengan daftar dari relasi atribut sederhana. Kemudian, identifikasi primary key dan setiap alternate key, dan/atau foreign key. Setelah mengidentifikasi foreign key, relasi yang berisi referensi primary key diberikan.

Hubungan suatu entitas dengan entitas lain diwakili oleh mekanisme primary key/foreign key. Saat memutuskan penempatan atribut foreign key, pertama-tama harus diidentifikasi dahulu ‘parent’ dan ‘child’ dari entitas yang terlibat dalam hubungan. Entitas induk memberikan salinan primary key ke dalam hubungan yang mewakili entitas anak, untuk bertindak sebagai foreign key.

2. Melakukan validasi relasi menggunakan normalisasi

Pada tahapan ini, dilakukan validasi pengelompokkan atribut dalam setiap relasi menggunakan aturan normalisasi. Tujuan dari normalisasi adalah memastikan sekumpulan relasi memiliki jumlah atribut yang cukup untuk mendukung kebutuhan data perusahaan. Proses normalisasi membutuhkan serangkaian

(25)

langkah-langkah untuk memeriksa apakah komposisi atribut dalam relasi sudah sesuai dengan aturan bentuk normal yang diberikan seperti: First Normal Form (1NF), Second Normal Form (2NF) dan Third Normal Form (3NF). Untuk menghindari masalah yang terkait dengan redudansi data, disarankan bahwa masing-masing relasi setidaknya berada di 3NF.

3. Melakukan validasi relasi terhadap transaksi pengguna Tujuan dari tahapan ini adalah untuk melakukan validasi model data logikan untuk memastikan bahwa model dapat mendukung transaksi yang diperlukan, sebagaimana yang tercantum dalam spesifikasi kebutuhan pengguna.

4. Memeriksa integrity constraint

Integrity constraint adalah batasan saat melindungi basis data dari kondisi tidak lengkap, tidak akurat atau tidak konsisten. Beberapa jenis batasan integritas yang harus dipertimbangkan, yaitu:

a. Required data, beberapa atribut harus mengandung nilai yang valid.

b. Atribut domain constraints, batasan harus diidentifikasi ketika memilih domain atribut untuk model data. c. Multiplicity, merupakan batasan yang ditempatkan

pada relasi antara data di dalam basis data.

d. Entity integrity, primary key dari suatu entitas tidak boleh null.

e. Referential integrity, jika foreign key berisi suatu nilai, maka nilai tersebut harus merupakan tuple yang ada pada relasi induk.

f. General constraint, update pada entitas-entitas dapat dikendalikan oleh batasan pengaturan.

(26)

Dokumentasikan semua integrity constraint dalam kamus data untuk menjadi pertimbangan selama perancangan fisik.

5. Meninjau kembali model data logikal bersama pengguna Pada tahap ini, model data logikal harus sudah lengkap dan didokumentasikan. Pengguna diminta untuk meninjau model data logikan untuk memastikan bahwa model data dapat menjadi perwakilan dari kebutuhan data perusahaan. Jika pengguna merasa tidak puas dengan model data, pengulangan langkah awal dalam metodologi mungkin diperlukan.

6. Menggabungkan model data logikal ke dalam model global (langkah operasional)

Langkah ini hanya diperlukan untuk perancangan basis data yang memiliki beberapa user views yang dikelola menggunakan pendekatan integrasi view. Untuk memfasilitasi deskripsi dari proses penggabungan, gunakan model data logikal lokal dan model data logikal global. Model data logikal lokal merepresentasikan satu atau lebih user views, tapi tidak semua pengguna basis data. Sedangkan model data logikal global mewakili semua user views dari basis data. Pada tahap ini, penggabungan dua atau lebih model data logikal lokal ke dalam model data logikal global tunggal dilakukan.

Aktivitas-aktivitas pada tahapan ini, antara lain: a. Menggabungkan model data logikal lokal ke dalam

model global.

b. Melakukan validasi terhadap model data logikal global. c. Meninjau kembali model data logikal global bersama

(27)

7. Memeriksa pertumbuhan di masa depan

Menentukan apakah ada perubahan yang signifikan di masa mendatang dan apakah model data logikal dapat mengakomodasi perubahan ini.

Physical Database Design

Perancangan basis data fisikal adalah proses pembuatan deskripsi dari implementasi basis data pada penyimpanan sekunder, menggambarkan relasi dasar, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data, dan setiap integrity constaint yang terkait dan langkah-langkah keamanan.

Langkah-langkah dalam perancangan basis data fisikal antara lain:

1. Menerjemahkan model data logikan untuk DBMS sasaran Tujuan tahapan ini adalah untuk menghasilkan skema basis data relasional dari model data logikal yang dapat diimplementasikan dalam DBMS sasaran.

Bagian pertama dari tahap ini adalah menyusun infomasi yang dikumpulkan selama perancangan basis data logikal dan mendokumentasikannya ke dalam kamus data bersama dengan informasi yang dikumpulkan selama pengumpulan persyaratan maupun tahap analisis dan melakukan dokumentasi ke dalam spesifikasi sistem. Sedangkan bagian kedua dari tahap ini adalah menggunakan informasi yang dihasilkan untuk merancang relasi dasar. Proses ini membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang fungsi yang ditawarkan oleh DBMS sasaran.

a. Merancang relasi dasar

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memutuskan bagaimana merepresentasikan relasi dasar

(28)

yang diidentifikasi ke dalam model data logikal dalam DBMS sasaran.

b. Merancang representasi dari derived data

Tahap ini bertujuan untuk memutuskan bagaimana merepresentasikan derived data yang terdapat di dalam model data logikal pada DBMS sasaran.

c. Merancang general constraint

Bertujuan untuk merancang general constraint untuk DBMS sasaran. Perancangan constraint tergantung pada DBMS yang dipilih, beberapa sistem menyediakan fasilitas lebih untuk mendefinisikan general constraint.

2. Merancang organisasi file dan indeks

Tahap ini bertujuan untuk menentukan organisasi file yang optimal dengan tujuan menyimpan relasi dasar dan indeks yang diperlukan untuk mencapai peforma yang dapat diterima dengan cara menyimpan relasi dan tuples pada penyimpanan sekunder. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan, antara lain:

a. Melakukan analisa transaksi

Untuk dapat melakukan perancangan basis data fisikal secara efektif, penting untuk memiliki pengetahuan tentang transaksi atau query yang akan berjalan pada basis data, termasuk informasi kulitatif dan kuantitatif. Tujuan tahapan ini adalah memahami fungsi dari transaksi yang akan berjalan pada basis data dan melakukan analisis pada transaksi-transaksi yang penting.

b. Memilih organisasi file

Salah satu tujuan dari perancangan basis data fisikal adalah menyimpan dan mengakses data dalam

(29)

cara yang efisien. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, aktivitas pada tahap ini brfungsi untuk menentukan organisasi file yang efisien untuk setiap relasi dasar sehingga penyimpanan dan akses data dapat dilakukan secara efisien.

c. Memilih indeks

Untuk menentukan apakah penambahan indeks akan meningkatkan performa sistem.

d. Memperkirakan kebutuhan disk space

Untuk melakukan estimasi jumlah disk space yang dibutuhkan oleh basis data.

3. Merancang user views

Tahap ini bertujuan untuk merancang user views yang telah diidentifikasi selama tahap pengumpulan kebutuhan dan tahap analisis dari siklus hidup pengembangan sistem basis data.

4. Merancangan mekanisme keamanan

Bertujuan untuk merancang mekanisme keamanan untuk basis data seperti yang ditentukan oleh pengguna selama tahap persyaratan dan pengumpulan pada siklus hidup pengembangan sistem basis data.

2.1.6 Entity Relationship Modelling (ERM)

Menurut Connolly (2010, p371), Entity Relationship Modeling merupakan pemodelan yang berguna untuk memberikan pemahaman yang tepat terhadap data dan penggunaannya di dalam suatu perusahaan. Model ini menggunakan pendekatan top-down dalam perancangan basis data yang di mulai dengan mengidentifikasikan data penting yang disebut entity dan relasi antar data yang akan direpresentasikan ke dalam model. Kemudian di tambahkan detail-detail lebih seperti informasi yang akan dicari mengenai entities dan relationship yang disebut dengan atribut dan constraints pada entity, atribut dan relationship.

(30)

2.1.6.1 Atribut

Pada sebuah entitas, terdapat atribut yang merupakan karakteristik dari suatu entitas. Seperti yang dinyatakan oleh Connolly & Begg (2010, p379), atribut adalah properti dari suatu entitas atau tipe relasi.

2.1.6.2 Attribute Domain

Attribute Domain merupakan nilai yang melekat pada atribut. Seperti yang dinyatakan oleh Connolly & Begg (2010, p379), attribute domain adalah nilai-nilai yang diizinkan untuk satu atau lebih atribut. Setiap atribut memiliki nilai yang disebut domain. Atibut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Simple attribute

Atribut yang terdiri dari komponen tunggal dengan keberadaan independen. Simple attribute tidak dapat dibagi menjadi komponen yang kecil. Contohnya pada entitas karyawan terdapat atribut posisi dan gaji. 2. Composite attribute

Atribut yang terdiri dari beberapa komponen, masing-masing dengan keberadaan independen. Beberapa atibut dapat dibagi menjadi komponen yang lebih kecil. Contohnya untuk atribut alamat dari entitas kantor cabang memiliki nilai (Jalan Kumala, jakarta, 14250) dapat dibagi menjadi jalan (kumana), Kota (Jakarta) dan kode pos (14250).

3. Single-valued attribute

Atribut yang memegang nilai tunggal untuk setiap kemunculan suatu entitas. Contohnya pada entitas karyawan memiliki nilai untuk atribut ID karyawan yaitu K001.

(31)

4. Multi-valued attribute

Atribut yang memegang beberapa nilai untuk setiap kemunculan suatu entitas. Contohnya pada entitas pelanggan terdapat nomor telp 0811-1234567 dan 0912-9876543.

5. Derived attributes

Atribut yang merupakan nilai turunan dari nilai atribut yang terkait atau sekumpulan atribut yang belum tentu dalam entitas yang sama. Contohnya nilai dari atribut durasi pada entitas penyewaan adalah hasil perhitungan dari permulaan sampai selesai peminjaman.

2.1.6.3 Keys

Keys dapat dikatakan sebagai atribut pada suatu entitas. Keys dibagi menjadi tiga yakni :

1. Candidate key

Atribut yang secara unik mengidentifikasi setiap kemunculan suatu entitas. Sebagai contoh atribut kode barang adalah candidate key untuk entitas barang dan memiliki nilai yang berbeda. Candidate key harus berisikan nilai yang unik.

2. Primary Key

Atribut yang diplih untuk mengidentifikasi secara untuk suatu entitas. Primary key harus memiliki nilai yang unik dan berbeda. Sebagai contoh pada entitas barang ditentukan primary key-nya adalah kode baang “B001”. Setelah itu kode barang selanjutnya adalah “B002” dan seterusnya.

3. Composite Key

Candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut. Sebagai contoh pada entitas karyawan (memiliki atribut alamat rumah yang berisikan nama

(32)

jalan, kota, negara dan kode pos yang harus diisi semua sebagai kelengkapa atribut.

2.1.6.4 Strong and Weak Entity Types

Entity types dapat dibedakan menjadi dua yakni: 1. Strong entity type

Suatu entitas yang tidak begantung pada keberadaan entitas lain.

2. Weak entity type

Suatu entitas yang bergantung pada keberadaan entitas lain.

Gambar 2.2. Strong and Weak Entity

2.1.6.5 Tipe Entitas (Entity Type)

Menurut Connolly & Begg (2010, p372), tipe entitas adalah sekumpulan objek dengan properti yang sama yang diidentifikasi dari organisasi atau perusahaan dan memiliki keberadaan yang independent.

Entitas itu sendiri berdasarkan Connolly & Begg terdiri dari dua tipe, yaitu:

A. Strong Entity

Merupakan entitas yang keberadaannya tidak tergantung pada entitas lain. Strong entity terkadang disebut juga dengan parent, owner atau dominant entities

(33)

B. Weak Entity

Suatu entitas yang keberadaannya bergantung pada entitas lainnya. Weak entity sering disebut juga sebagai child, dependent atau subordinate.

Gambar 2.3. Tipe Entitas

2.1.6.6 Tipe Relasi (Relationship Types)

Menurut Connolly & Begg (2010, p374), tipe relasi atau relationship types adalah asosiasi yang bermakna diantara tipe entitas.

Relationship type di dalamnya memiliki derajat, yaitu jumlah entity yang ikut didalam sebuah relationship. Berdasarkan Connolly & Begg derajat relasi terdiri dari: 1. Binary Relationship

Derajat relasi yang ini adalah keterhubungan antara dua tipe entitas yang ada.

2. Ternary Relationship

Derajat relasi yang ini adalah keterhubungan antara tiga tipe entitas yang ada.

3. Quarternary Relationship

Derajat relasi yang ini adalah keterhubungan antara empat tipe entitas yang ada.

(34)

2.1.6.7 Multiplicity

Menurut Connoly dan Begg (2010, p396) Multiplicity adalah jumlah atau range dari terjadinya suatu entity yang mungkin berhubungan dengan kejadian tunggal dari jenis entitas yang terkait melalui suatu hubungan tertentu.

Multiplicity itu sendiri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. One-to-one (1..1) relationship

Hubungan antara entitas yang satu dengan entitas lain mempunyai relasi hubungan satu entitas.

2. One-to-many (1..*) relationship

Hubungan antara entitas pertama yang mempunyai banyak relasi dengan entitas kedua yang mempunyai relasi satu entitas.

3. Many-to-many (*..*) relationship

Hubungan antara entitas pertama yang mempunyai relasi banyak dengan entitas kedua. Cardinality adalah menjelaskan jumlah maksimum hubungan yang terjadi untuk suatu entitas yang berpartisipasi dalam jenis hubungan tertentu. Participation adalah menentukan semua atau hanya beberapa terjadinya entitas berpartisipasi dalam hubungan.

2.1.7 Normalisasi

Menurut Connolly & Begg (2010, p416), normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan relasi dengan properti yang diinginkan yang berdasar kepada kebutuhan data dari suatu perusahaan atau organiasi.

Tujuan dari normalisasi adalah untuk menghilangkan redudansi data. Normalisasi terdiri dari beberapa langkah dimana setiap tahapannya memakai bentuk normal tertentu. Normalisasi dapat menghasilkan suatu bentuk yang membuat relasi menjadi dibatasi dan peka terhadap anomali.

(35)

2.1.7.1 Tingkatan Normalisasi

1. Bentuk tidak normal (UNF)

Tabel-relasi yang berisi data yang berulang (redudansi). Syarat-syarat dari UNF:

Tentukan primary key

Buat tabel (data yang berulang) berdasarkan primary key (PK)

2. Bentuk normal pertama (1NF)

Relasi dimana tiap kolom dan baris berisi satu dan hanya satu nilai. Syarat-syarat dari 1NF:

Tentukan primary key pada 1NF

Tentukan functional dependency pada relasi

Jika terdapat ketergantungan (dependency) pada bagian dari key maka pisahkan atau hilangkan dengan cara membuat relasi baru dengan menggandakan determinan. 3. Bentuk normal kedua (2NF)

Relasi yang harus memenuhi kriteria dari 1NF dan setiap atribut non-primary key harus bergantung secara fungsional penuh pada primary-key nya. Syarat-syarat dari 2NF:

• Harus 1NF.

Tentukan primary key (PK) pada 2NF. Tentukan functional dependency pada relasi.

• Jika transitif-dependen maka hilangkan dan bentuklah relasi yang baru.

Setiap atribut yang bukn key harus bergantung secara penuh pada key-nya.

4. Bentuk normal ketiga (3NF)

Sebuah relasi dalam bentuk normal pertama dan kedua dan yang bukan atribut non-primary-key merupakan sebuah ketergantungan transitif kepada primary-key.

Syarat-syarat dari 3NF:

(36)

• Harus 2NF.

• Setiap atribut lain yang bergantung pada atribut lain yang bukan key.

2.1.8 Unified Modeling Language (UML)

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p240), Unified Modeling Language atau UML adalah merupakan standar bahasa pemodelan berorientasi objek industri.

Dengan kata lain, UML dapat didefinisikan juga sebagai bahasa visual yang merupakan standar pemodelan berorientasi objek industri yang berfungsi untuk menciptakan keseragaman di dalam sistem yang berorientasi objek atau object oriented.

2.1.8.1 Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p141), activity diagram adalah diagram alur kerja yang menggambarkan berbagai kegiatan pengguna atau sistem, orang yang melakukan setiap kegiatan, dan aliran sekuensial dari kegiatan ini.

(37)

2.1.8.2 User Interface

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p531), user interface adalah bagian - bagian dari suatu sistem informasi yang memerlukan interaksi pengguna untuk membuat input dan output.

2.2 Teori Khusus 2.2.1 Hotel

Menurut Sulastiyono (2011), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tampa adanya perjanjian khusus..

2.2.1.1 Check-in

Menurut Hayes D.K dan Ninemeier J.D (2006), Check-in terbagi atas 2 jenis yaitu Front-DeskCheck-in dan Self Check-in. Front-Desk Check-in merupakan kegiatan yang dilakukan tamu yang akan menginap dengan mendaftarkan identitas diri di area Front-Desk dan status dikonfirmasikan oleh Front-Desk. Sedangkan Self Check-in merupakan pendataan identitas tamu yang akan menginap dilakukan oleh tamu sendiri.

2.2.1.2. Check-out

Menurut Hayes D.K dan Ninemeier J.D (2006), terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan ketika tamu melakukan Check-out, yaitu :

1) Penyelesaian tagihan tamu, yang mencakup : a. Konfirmasi dari identitas tamu.

b. Memeriksa dan memberikan kepada tamu setiap surat/fax/pesan yang mungkin belum/tidak tersampaikan.

c. Menanyakan dan mengembalikan setiap barang yang tamu dititipkan di safe deposit box hotel.

(38)

d. Memberikan tagihan akhir.

e. Membuat copy dari tagihan untuk diperiksa kembali oleh tamu. f. Memproses pembayaran tamu .

g. merubah status ketersediaan kamar hotel.

2) Melakukan rebooking dari tamu yang mungkin akan datang kembali.

Menurut Bardi J.A (2010), Check-out merupakan waktu untuk melayani tamu yang telah menginap dengan menanyakan metode pembayaran yang akan digunakan. Tujuan dari Check-out adalah untuk memproses permintaan tamu untuk penyelesaian pembayarannya secepat dan seefisien mungkin.

2.2.1.3 Pengertian Housekeeping

Menurut Dimyati dan Surachlan A (2002). Housekeeping adalah bagian yang bertugas memelihara, kebersihan, kerapihan, dan kelengkapan kamar-kamar tamu, restoran, bar, dan tempat-tempat umum dalam hotel, termasuk tempat-tempat untuk karyawan, kecuali tempat yang menjadi tanggung jawab standar misalnya kitchen area.

Menurut Nawar A (2002) Housekeeping adalah bagian departemen yang mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan, memperbaiki kerusakan, dan memberi dekorasi dengan tujuan agar rumah (hotel) tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi penghuni atau tamu yang menginap.

2.2.2. Persediaan

Menurut Assauri dan Soyjan (2008), persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Menurut Ukas dan Maman (2006), persediaan adalah supply bahan baku, bahan setengah jadi atau barang dalam proses dan barang

(39)

jadi bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan agar bisa memenuhi kebutuhan operasionalnya.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang atau bahan yang digunakan dalam kegiatan operasional sebuah perusahaan.

2.2.3 Pembelian

Menurut Assauri dan Soyjan (2008), pembelian adalah salah satu fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga yang berlaku. Pengawasan perlu dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana dalam persediaan dan kelancaran arus bahan ke dalam pabrik.

Menurut Chitale A.K & Gupta R.C (2006) pembelian adalah pengadaan bahan baku, mesin, dan peralatan lainnya melalui pembayaran.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelian adalah suatu proses yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan opersional suatu perusahaan

Gambar

Gambar 2.1. Database Development Life Cycle
Gambar 2.3. Tipe Entitas
Gambar 2.4. Activity Diagram

Referensi

Dokumen terkait

Praktik pendidikan vokasional bagi siswa autis di SMK Inklusif diharapkan memiliki guru bantu untuk siswa berkebutuhan khusus dalam teori maupun praktik, menggunakan teknologi

Pada materi ikatan kimia nilai peserta mengalami peningkatan dengan menggunakan modelpembelajaran Generatif Learn ing, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, fokal atau

Schipper (1981) menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio ungkitan yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan karunianya-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

Jika kita tahu bahwa apa yang ingin kita lakukan adalah baik dan pantas, lakukanlah itu dengan penuh keyakinan dan Hari ini saya akan memberikan khotbah Dhamma singkat.. yang

terlampir dalam dokumen tersebut, surat pernyataan kesediaan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang ditandatangani oleh Ketua Koperasi

Peserta yang tidak ada atau tidak mendampingi kendaraannya tanpa melapor kepada penyelenggara setelah 2 (dua) kali kunjungan oleh tim juri akan didiskualifikasi. Peserta