BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai pelaku KDRT pada ibu hamil
di Kab. TTS menunjukkan bahwa dari kelima orang riset
partisipan yang diteliti, empat orang diantaranya yaitu ibu SL,
ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami
mereka sendiri. Sedangkan satu orang riset partisipan lainnya
yaitu ibu YA mendapatkan kekerasan dari anggota keluarga
lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.
Kelima orang riset partisipan mengalami KDRT karena
adanya budaya patriarki, kemarahan yang tidak terkontrol dari
pasangan, dan meningkatnya tanggung jawab finansial. Selain
itu, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya
KDRT yakni, ibu SL mengalami kekerasan ketika suaminya
sedang mabuk dan stres karena masalah pekerjaan. Ibu NN
sendiri mengalami kekerasan karena suami yang berselingkuh
memukul ibu NN untuk menutupi perbuatannya. Ibu NN juga
mendapatkan kekerasan karena kehamilan yang tidak
direncanakan dan usia anak yang berdekatan. Selain itu, ia
akan mendapatkan tindak kekerasan apabila menolak
dialami oleh ibu YA yakni ia mendapatkan kekerasan apabila
menolak permintaan dari kakak iparnya untuk berhubungan
seksual. Selain itu, perasaan cemburu dari kakak
perempuannya mengakibatkan ibu YA dengan mudah
mendapatkan tindak kekerasan dari kakak kandungnya sendiri.
Sementara itu, ibu HT mengalami kekerasan karena multipara
dalam hal ini memiliki 4 orang anak perempuan padahal
suaminya menginginkan keturunan laki-laki sedangkan ibu SS
mengalami kekerasan karena suami mencurigainya
berselingkuh dengan pria lain.
KDRT pada ibu SL terjadi ± 4 kali/bulan, Ibu YA dan ibu
SS ± 3 kali/bulan. Ibu NN dan ibu HT mengalami KDRT kapan
saja tergantung kondisi emosional suami. KDRT pada ibu SL
terjadi pada saat usia kehamilan 2 bulan dan berulang setiap
dua bulan, ibu NN diusia 2-7 bulan, ibu YA dibulan pertama
kehamilannya, ibu SS diusia 3-4 bulan dan ibu HT diusia 1-5
bulan.
Kelima orang ibu yang diteliti mengalami kekerasan
fisik, kekerasan psikis dan penelantaran rumah tangga. Dua
orang diantaranya yaitu ibu NN dan YA mengalami kekerasan
seksual. Respon yang diberikan kelima ibu ketika mengalami
KDRT yakni berdiam diri, menangis, mengikuti perintah suami,
perlawanan jika KDRT yang dirasakan berlebihan sedangkan
ibu HT, ibu NN dan ibu SS melaporkan KDRT kepada ketua
RT, SSP (Sanggar Suara Perempuan), dan Polisi untuk
menangani masalah yang mereka hadapi.
KDRT secara langsung menyebabkan semua ibu
mengalami trauma fisik berupa luka lecet, lebam, dan memar di
sekujur tubuh. Dua diantaranya yaitu ibu NN dan ibu HT
mengalami luka potong/tikam. Ibu NN mengalami luka potong
dilengan bagian kanan sedangkan ibu HT ditikam di sela jari
antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan. Secara psikis
semua ibu mengalami kecemasan, depresi, gangguan pola
makan, dan gangguan pola tidur. Gangguan psikis lain juga
dialami oleh ibu NN dan ibu HT. Ibu NN mengalami hilangnya
rasa percaya diri, rasa tidak berdaya dan isolasi diri,
sedangkan ibu HT mengalami perasaan curiga akan dibunuh
dan tidak mudah percaya kepada orang lain.
Hasil pemeriksaan DDST II pada anak menunjukkan
bahwa 3 dari 5 orang anak (An. V, An. MA, dan An. AN)
mengalami gangguan personal sosial, motorik halus dan
bahasa. Gangguan motorik kasar juga dialami oleh anak AN.
Hasil penilaian status gizi menunjukkan bahwa kelima
anak tersebut memiliki status gizi baik dengan tingkat
memelihara kesehatan, ibu korban KDRT mengikuti peraturan
dari tenaga kesehatan untuk memberikan imunisasi dasar
kepada anaknya dan melakukan pemeriksaan ditenaga
kesehatan ataupun puskemas terdekat. Kelima ibu korban
KDRT juga memandikan anak-anak mereka satu hari sekali.
Bagi anak V dan Anak DS yang sudah terbiasa untuk mencuci
tangan dan memotong kuku, mereka dapat melakukannya
dengan mandiri atau dengan bantuan orang tua, sedangkan
bagi anak YA, anak MT dan anak AN yang belum terbiasa,
mereka tidak dipaksakan untuk melakukan hal tersebut.
5.2 Saran
a. Pihak Pemerintah dan Swasta
Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekretariat
Daerah Kab. TTS, Dinas Kesehatan, dan SSP Kab. TTS
hendaknya bekerjasama dalam mengatasi masalah
kekerasan yang terjadi pada ibu hamil.
Dinas Kesehatan diharapkan mengadakan pelatihan
kepada tenaga kesehatan agar tenaga kesehatan
mengetahui pentingnya melakukan perawatan kehamilan
untuk mengetahui kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu
hamil korban kekerasan serta mengetahui perkembangan
Selain itu, Dinas Kesehatan melalui para tenaga
kesehatan diharapkan memberikan pengetahuan kepada
ibu hamil tentang pentingnya melakukan perawatan dan
konsultasi kehamilan serta pemberian informasi tentang
pentingnya menjaga kesehatan fisik dan psikologis ibu
selama kehamilan.
b. Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan melakukan
studi perbandingan antara etnis, status ekonomi dengan
kejadian kekerasan yang dialami oleh wanita hamil.
Hendaknya riset partisipan yang digunakan beragam baik
etnis maupun status ekonominya agar hasil yang diperoleh
dapat mewakili seluruh lapisan masyarakat.
Bagi peneliti, disarankan melakukan studi literatur
untuk lebih memahami hubungan antara kehamilan dan
kekerasan terhadap perkembangan janin yang dikandung.
Selain itu, tim peneliti yang multidisiplin diperlukan untuk
memberikan pemahaman yang lebih holistik terkait
hubungan antara kehamilan dan kekerasan. Hasil penelitian
ini akan sangat berguna di mana tujuan utama dari
penelitian ini yakni wanita sehat, bayi yang sehat dan