• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJPM) 2010-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJPM) 2010-2015"

Copied!
350
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 i

Lampiran : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nomor : 08 Tahun 2011

Tanggal : 03 Oktober 2011

Tentang : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2010-2015

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Dasar Hukum Penyusunan ... 2

1.3 Hubungan Antar Dokumen ... 3

1.4 Sistematika Penulisan... 4

1.5 Maksud Dan Tujuan ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... 7

2.1 Aspek Geografi dan Demografi ... 7

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 35

2.3 Aspek Pelayanan Umum ... 42

2.4 Aspek Daya Saing Daerah ... 45

2.5 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun Berjalan Dan Realisasi RPJMD ... 47

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN ... 65

3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu ... 65

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Masa Lalu ... 74

3.3 Kerangka Pendanaan ... 78

BAB IV ANALISIS ISU-ISU SRATEGIS ... 86

4.1 Permasalahan Pembangunan ... 86

4.2 Isu Strategis Pembangunan Daerah ... 88

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... 90

5.1 Visi ... 90

5.2 Misi ... 90

5.3 Tujuan dan Sasaran ... 91

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ... 96

6.1 Mewujudkan Kehidupan Beragama dan Berbudaya yang Berkualitas Berdasarkan Falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah . 96 6.2 Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintah yang Berorientasi Mutu Berbasiskan Sinergitas antara Pemerintah dan Masyarakat ... 98

6.3 Mewujudkan Sumberdaya Manusia yang berkulitas dan Berkepribadian Wirausaha ... 105

6.4 Mewujudkan Pembangunan Ekonomi yang Tangguh dan Berdaya Saing Berbasiskan Sistem Agribisnis dan Agroindustri ... 114

6.5 Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan ... 119

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ... 126

7.1 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah………….. ... 126

(2)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 ii

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM ... 196

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH ... 220

(3)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menetapkan pelaksanaan desentralisasi dimana Pemerintah Pusat memberikan

kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang diberikan. Untuk membangun kehidupan bernegara dengan tingkat keragaman masyarakat dan karakteristik geografis yang unik, pemerintah telah menyusun Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang bersifat terpadu, menyeluruh, sistematik yang tanggap terhadap perkembangan zaman yang

tertuang dalam Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pasal 1 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Pasal 5 Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran Visi, Misi dan Program Kepala Daerah yang berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional. RPJMD tersebut, antara lain memuat Arah Kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum dan Program Satuan Kerja Perangkat

Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMD merupakan dokumen perencanaan yang berisikan daftar rencana kegiatan untuk periode 5 (lima) tahun. Daftar rencana kegiatan tersebut merupakan agenda pembangunan yang menyatu dengan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan oleh Kepala Daerah

selama menjadi pimpinan pemerintahan.

Berkaitan dengan amanat Undang-Undang tersebut dan dengan telah dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Padang Pariaman Periode 2010-2015 pada tanggal 25 Oktober 2010, maka disusunlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015. RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015 adalah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang selanjutnya

digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Padang Pariaman dan sebagai acuan bagi seluruh stakeholder di Kabupaten Padang Pariaman dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2010-2015.

RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015, disusun berdasarkan Visi dan

Misi Bupati Padang Pariaman, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Selain itu RPJMD Kabupaten Padang Pariaman juga menjawab tiga

pertanyaan dasar (1) kemana Kabupaten Padang Pariaman akan diarahkan

pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang; (2) bagaimana mencapainya dan (3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar

(4)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 2

1.2.

DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Landasan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Padang Pariaman adalah sebagai

berikut:

1. Undang-Undang 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom di Lingkungan Kabupaten Sumatera Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 49 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai;

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002, tentang Pembentukan Kota Pariaman di Kabupaten Padang Pariaman;

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapakali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2008 Nomor 4725);

12. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kodya Dati II Padang;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

(5)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 3 19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

20. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010, 0199/M PPN/04 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

22. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025.

23. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Padang Pariaman dari Kota Pariaman ke Nagari Parit Malintang di Wilayah Kabupaten Padang Pariaman;

24. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah;

26. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 06 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah;

27. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005-2025.

1.3.

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, dimana RPJMD merupakan satu kesatuan yang utuh dari manajemen pembangunan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang dalam berbagai

dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya adalah sebagai berikut :

1. RPJMD dan RPJPD Kabupaten Padang Pariaman

RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015 merupakan RPJMD kedua dari tahapan pelaksanaan RPJPD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005-2025. RPJMD memuat Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati terpilih, yang penyusunannya

berpedoman pada RPJP Daerah Kabupaten Padang Pariaman, RPJPD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025 dan RPJM Nasional Tahun 2009-2014.

2. RPJMD dan RTRW Kabupaten Padang Pariaman

Penyusunan RPJMD memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai pola dan struktur tata ruang yang telah ditetapkan dalam Rancangan RTRW Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2030 sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang dan menyelaraskan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran,

(6)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 4 3. RPJMD dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun, yang merupakan penjabaran teknis operasional dari RPJMD ke dalam arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan, bidang dan atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, yang disusun oleh SKPD di bawah Koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

4. RPJMD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015, pada setiap

tahunnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah, yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD.

1.4.

SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Padang Pariaman

tahun 2010-2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

Memuat Latar Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Sistematika Penulisan, Maksud dan Tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Memuat Gambaran Umum Kondisi Daerah yang menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota. Adapun indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang penting dianalisis meliputi 3 (tiga)

aspek utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Memuat Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah

dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Dibutuhkan pemahaman yang baik tentang realisasi kinerja keuangan daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebelumnya.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU SRATEGIS

Memuat Analis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi

tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat

dioperasionalkan dan secara moral dan etika birokratis dapat

dipertanggungjawabkan.

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

(7)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 5 tujuan dan sasaran dengan memperhatikan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, yang tertuju pada arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah pada periode berkenaan yang ditetapkan dalam RPJPD. Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan

daerah secara keseluruhan.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Memuat Strategi dan Arah Kebijakan yang merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategik tidak saja mengagendakan

aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi.

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Merupakan Bagian yang merumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran yang menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan.

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Bagian ini merupakan langkah teknokratis dalam menerjemahkan berbagai analisis dan metodologi perumusan sebelumnya ke dalam penyusunan program prioritas. Sesuai arsitektur perencanaan yang memisahkan antara aspek strategis dan operasional program prioritas dipisahkan pula menjadi 2 (dua) yaitu program prioritas untuk perencanaan strategis dan program prioritas untuk perencanaan

operasional. Suatu program prioritas yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah pada dasarnya adalah perencanaan operasional.

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Bab ini merupakan lanjutan dari kegiatan penentuan program prioritas dan pendanaan diketahui maka perlu ditetapkan indikator kinerja daerah. Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dari sisi keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dalam memenuhi kinerja pada aspek kesejahteraan, layanan, dan daya saing. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

(8)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 6 peluang penguatan peran stakeholder/pelaku dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di Kabupaten Padang Pariaman.

1.5.

MAKSUD DAN TUJUAN

RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015 dimaksudkan untuk dapat memberi arah dan pedoman bagi pelaku pembangunan (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat) dalam mendorong proses pembangunan daerah. RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2015 juga sebagai pedoman penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Padang Pariaman supaya

terwujud proses pembangunan yang bersinergi.

Sedangkan tujuan dari penyusunan RPJMD Kabupaten Padang Pariaman Tahun Tahun

2010-2015 adalah :

1. Menetapkan Visi dan Misi Kepala Daerah Kabupaten Padang Pariaman Tahun Periode 2010-2015 yang memuat Gambaran Umum Kondisi Daerah, Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan, Analisis Isu-isu Strategis, Strategi dan Arah Kebijakan, Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan, dan

Penetapan Indikator Kinerja Daerah.

2. Memberikan landasan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah (Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah secara berkesinambungan dan berkelanjutan. 3. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.

4. Meningkatkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna, serta untuk lebih memantapkan

pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud

(9)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 7 BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Secara geografis, Kabupaten Padang Pariaman terletak antara 0°11’5- 3°30’ Lintang Selatan dan 98°36’ - 100°40’ Bujur Timur, dengan keadaan iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin darat dan curah hujan mencapai rata-rata 442,80 mm/bulan sepanjang tahun 2004 serta suhu udara berkisar antara 260C sampai 310C. Setelah disahkannya Kota Administratif Pariaman menjadi Kota Pariaman dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002, maka wilayah Kabupaten Padang Pariaman menjadi 17 kecamatan dengan luas wilayah menjadi 1.328,79 Km² dengan panjang garis pantai 60,5 km. Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen luas daratan wilayah Propinsi Sumatera Barat.

Batas wilayah administratif Kabupaten Padang Pariaman adalah sebelah Utara dengan Kabupaten Agam, sebelah Selatan dengan Kota Padang, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, dan sebelah Barat dengan Kota Pariaman dan Samudera Indonesia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar peta orientasi Kabupaten Padang Pariaman dan gambar peta administrasi Kabupaten Padang Pariaman.

Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan. Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas, yakni 228,70 km², sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas wilayah terkecil, yakni 25,56 km². Sungai Geringging sebagai Ibukota Kecamatan Sungai Geringging dan Batu Basa Ibukota Kecamatan dari IV Koto Aur Malintang tercatat berada di wilayah yang paling tinggi yaitu 251 meter dari permukaan laut sedangkan yang paling rendah adalah Ulakan Tapakis, Sungai Limau, Gasan Gadang dengan ketinggian 2 meter dari permukaan laut

2. Topografi

Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari wilayah daratan pada daratan Pulau Sumatera dan 2 pulau-pulau kecil (Pulau Pieh dan Pulau Bando), dengan 40% dataran rendah yaitu pada bagian Barat yang mengarah ke pantai. Daerah dataran rendah terdapat di sebelah Barat yang terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian antara 0 - 10 meter di atas permukaan laut, serta 60% daerah bagian Timur yang merupakan daerah bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Daerah bukit bergelombang terdapat di sebelah Timur dengan ketinggian 100 - 1500 meter di atas permukaan laut.

(10)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 8 3. Hidrologi

Potensi pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Padang Pariaman pada umumnya relatif besar karena dangkalnya air tanah di wilayah ini sehingga memudahkan penduduk dalam penggunaannya. Selain itu Kabupaten Padang Pariaman juga dilalui oleh 11 sungai, antara lain : sungai Batang Anai, Batang Mangau yang keberadaannya memiliki kontribusi yang cukup besar untuk pemenuhan kebutuhan akan air, baik untuk penggunaan rumah tangga ataupun sebagai sumber air untuk kegiatan irigasi teknis maupun non teknis.

Dari 11 (sebelas) buah sungai yang ada, maka sungai terpanjang adalah Sungai Batang Anai sepanjang 54,6 Km, serta Sungai Batang Mangau dengan panjang 46 km. Sedangkan sungai yang memiliki lintasan terpendek dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya di Kabupaten Padang Pariaman yaitu Batang Kamumuan dan Batang Piaman dengan panjang sungai yaitu 12 km. Secara ekonomis sungai-sungai ini merupakan pendukung bagi kegiatan irigasi dan untuk budidaya ikan yang diusahakan masyarakat Kabupaten Padang Pariaman. Adapun keberadaan sungai-sungai di Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.2 berikut. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa fluktuasi debit tertinggi terdapat di Sungai Batang Gasan dimana debit Tertinggi mencapai maksimal 60 M³/dt dan debit terendah adalah 9,2 M³/dt dan Batang Ulakan fluktuasi debitnya cukup rendah dimana debit maksimal 60 M³/dt dan debit terendah 36 M³/dt .

Keadaan fluktuasi debit tersebut di atas menunjukkan bahwa tinggi dan rendahnya fluktuasi debit ini ditentukan oleh keberadaan musim hujan dan musim kemarau. Oleh karena itu pengelolaan dan pengendalian kawasan konservasi di wilayah hulu sampai hilir menjadi perhatian utama untuk mempertahankan debit dan peningkatan kualitas airnya menjadi lebih baik.

TABEL 2.1

NAMA SUNGAI, DAERAH YANG DILALUI DAN PANJANGNYA

No Nama Sungai Daerah Yang Dilalui (Kecamatan)

2 Batang Kamumuan Sungai Geringging – Sungai Limau

- - 12.00 -

3 Batang Paingan Sungai Geringging – Sungai Limau

36,00 3,98 16.00 Jelek

4 Batang Gasan IV Koto Aur Malintang – Sungai Limau - Batang Gasan

60,00 9,20 20.00 Jelek

5 Batang Sungai Sirah

Sungai Geringging – Singai limau 45,00 7,32 18.00 Jelek

6 Batang Naras V Koto Kp. Dalam – Sungai Limau 33,80 0,91 20.00 Jelek 7 Batang Piaman VII Koto Sungai Sarik – Pariaman 19,40 2,62 12.00 Jelek 8 Batang Mangau Patamuan - VII Koto Sungai Sarik

– Nan Sabaris

11 Batang Tapakis Lubuk Alung – Sintuk Toboh Gadang - Nan Sabaris – Ulakan Tapakis

- - 46.00 -

(11)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 9 4. Kondisi Klimatologi

Keadaan iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin darat dan curah hujan mencapai rata-rata 427,70 mm/bulan sepanjang tahun 2010 serta suhu udara berkisar antara 260C sampai 310C. Iklim wilayah Kabupaten Padang Pariaman termasuk iklim tropis besar yang memiliki musim kering yang sangat pendek dan daerah lautan sangat dipengaruhi oleh angin laut. Suhu udara berkisar antara 260C – 310C. Suhu udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan September. Kelembaban udara rata-rata 86.75% dengan kecepatan angin rata-rata yaitu 2.14 knot/jam. Sedangkan rata-rata suhu maksimum 31.080C dan rata-rata suhu minimum yaitu 21.340C dengan curah hujan tercatat rata-rata 293.11 mm/tahun. Untuk lebih jelasnya suhu, kelembaban dan kecepatan angin di Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

TABEL 2.2

SUHU, KELEMBABAN RELATIF, KECEPATAN ANGIN DAN TEKANAN UDARA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Bulan Suhu (oC) Kelembaban

Relatif (%)

Kecepatan Angin (Knot)

Tekanan Udara

(Nbs)

Januari 25.4 87.0 2.0 996.8

Februari 26.0 88.0 2.7 996.3

Maret 26.1 87.0 2.5 996.4

April 26.3 89.0 1.8 996.0

Mei 26.8 87.0 2.2 994.1

Juni 26.1 86.0 2.1 995.6

Juli 25.6 85.0 2.0 995.6

Agustus 25.7 88.0 1.8 995.5

September 25.6 87.0 2.1 984.8

Oktober 25.4 88.0 2.2 995.6

November 25.1 88.0 1.7 995.1

Desember 25.2 87.0 2.6 994.5

Rata-rata/Tahun 25.7 86,0 2.14 994.7

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2010

5. Kondisi Geologi dan Tata Lingkungan

(12)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 10 Secara komulatif bencana yang terjadi di Kabupaten Padang Pariaman, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia cendrung meningkat yang membawa dampak kerugian dan kerusakan serta korban jiwa meningkat pula. Di samping itu, berdasarkan analisis dan prediksi para ahli dan peneliti bahwa wilayah sepanjang pantai Barat pulau Sumatera terancam akan bencana tsunami, setelah Aceh dan Nias maka Sumatera Barat berpotensi dilanda bencana tsunami, mengingat pantai Barat Sumatera merupakan jalur penunjaman (“Subduction Zone”) sebagai penyebab terjadinya gempa. Bilamana terjadi dislokasi atau pematahan di bawah samudera, maka akan mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami tersebut.

6. Pola Penggunaan Lahan

Kabupaten Padang Pariaman seluas 1.328,79 Km2, yang terdiri dari 17 kecamatan. Luas keseluruhan ini meliputi daerah terbangun yang digunakan untuk berbagai kegiatan perumahan/permukiman dan daerah tidak terbangun seperti pertanian, perkebunan dan sebagainya. Penggunaan lahan terbesar adalah perkebunan rakyat, yaitu 27,44% dari luas Kabupaten Padang Pariaman, kemudian hutan sebanyak 21,61% dan sawah seluas 20,42% dari luas Kabupaten Padang Pariaman. Penggunaan lahan Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 2.3

PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2010

Tahun 2005 dari 88.697 jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, berjumlah 11.824 KK yang belum memiliki rumah atau 13.33 % rumah tangga yang belum terakomodasi oleh penyediaan rumah yang dilakukan oleh BUMN, develover swasta dan swadaya masyarakat. Tahun 2007 ini jumlah rumah di Kabupaten Padang Pariaman 76.873 Unit, rumah yang tak layak huni 17.122 unit atau 22% dan 78% layak huni namun masih banyak belum memenuhi persyaratan rumah sehat, misalnya belum memiliki Jamban keluarga, hal ini barangkali disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan atau kebiasaan hidup BAB (buang air Besar) tidak ditempat semestinya.

Kualitas lingkungan permukiman tidak terlepas dari jalan lingkung permukiman yang merupakan salah satu prasarana dan sarana dasar yang sangat di butuhkan. Panjang jalan lingkung yang rusak adalah 65 % (275.900) dari panjang jalan lingkung yang ada di Kabupaten Padang Pariaman 425.850 meter. Peningkatan kondisi jalan lingkung serta

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Permukiman 7.339 5,52%

2 Persawahan (lahan basah) 27.129 20,42%

3 Tegalan 648 0,49%

4 Perkebunan Rakyat 36.461 27,44%

5 Kebun campuran 16.633 12,52%

6 Hutan belukar 11.232 8,45%

7 Hutan 28.719 21,61%

8 Semak/alang-alang 2.489 1,87%

9 Kolam tambak ikan 200 0,15%

10 Lain –lain 2.029 1,53%

(13)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 11 trotoar setiap tahun selalu diupayakan dalam Dana APBD dan APBN walaupun alokasi anggarannyan belum cukup memadai, pada tahun 2007 telah dianggarkan sebesar Rp. 1.775.651.000,- ( ± 5.000 meter ) kira-kira 1.8% dari kondisi rusak. Anggaran pembangunan drainase dalam APBD tahun 2005 sebesar 291.182.000,-angka ini masih jauh dari yang diharapkan dalam penanganan Drainase Primer dan skunder yang rusak yang dapat menyebabkan daerah rawan banjir.

2.1.2 Gambaran Rencana Penataan Ruang Daerah 1. Rencana Sistem Pusat-Pusat Permukiman

Dari hirarki dan fungsi utama kawasan dapat diturunkan kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana utama yang seharusnya dibangun dalam kerangka mewujudkan rencana struktur ruang yang telah dirumuskan. Adapun program utama yang sebaiknya dilakukan/disediakan untuk masing-masing pusat adalah sebagaimana jabaran di bawah ini.

1) Perwujudan PKL Lubuk Alung dilakukan melalui :

a. Penyusunan RDTR Kawasan PerKabupatenan Lubuk Alung

b. Peningkatan kapasitas jalan nasional (arteri primer, koridor timur) c. Pembangunan jalan lingkar (express way)

d. Pembangunan terminal C

e. Penataan dan revitalisasi fasilitas perdagangan f. Pembangunan rumah sakit madya

g. Peningkatan kapasitas PDAM

2) Perwujudan PKLp Sungai Garingging dilakukan melalui : a. Penyusunan masterplan agropolis

b. Pembangunan fasilitas/utilitas utama agropolis c. Pembangunan jalan lingkar

d. Peningkatan kapasitas jalan lokal sekunder (koridor barat) 3) Pembangunan jalan produksi

a. Pembangunan terminal tipe C terpadu dengan sub terminal agribisnis b. Pembangunan Balai Benih Ikan Lokal

c. Pengembangan PLTMH

4) Perwujudan PPK Sungai Sariak diupayakan melalui : a. Penyusunan masterplan agropolis

b. Pembangunan fasilitas/utilitas utama agropolis c. Pembangunan jalan lingkar

d. Pembangunan jalan produksi

e. Pembangunan Infrastruktur pemeliharaaan ternak besar 5) Perwujudan PPK Sicincin diupayakan melalui :

a. Pembangunan dan pengembangan pusat kantor pemerintahan b. Pembangunan fasilitas perdagangan hasil bumi

c. Peningkatan kapasitas jalan nasional d. Pembangunan jalan lingkar (express way) e. Pembangunan Sport Center

f. Pembangunan Balai Benih Ikan Regional

g. Peningaktan dan pengembangan pelayanan PDAM h. Pengembangan PLTMH

6) Perwujudan PPK Pasar Usang direncanakan melalui :

(14)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 12 b. Pembangunan embarkasi haji

c. Pembangunan gerbang bandara kataping

d. Pembangunan PPI Plus (marina real estat, kuliner court, play ground) e. Peningkatan kapasitas jalan nasional arteri primer

f. Peningkatan pelayanan PDAM

7) Perwujudan PPK Sungai Limau dilakukan melalui :

a. Revitalisasi dan pengembangan fasiltias perdagangan b. Pembangunan PPI

c. Pembangunan industri pengolahan hasil laut d. Pembangunan fasilitas penunjang KKLD

e. Pembangunan fasilitas penunjang pariwisata pantai Arta f. Peningkatan kapasitas jalan nasional kolektor primer g. Penguatan fungsi PDAM

h. Pengembangan PLTMH

i. Pembangunan perangkat keras dan lunak mitigasi gempa (early warning system, jalur evakuasi/escape road dan bangunan penyelamat)

8) Perwujudan PPL Sintuk direncanakan melalui : a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan irigasi

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur c. Peningkatan kapasitas jalan nasional kolektor primer

d. Pembangunan perangkat keras dan lunak mitigasi gempa (early warning system, jalur evakuasi/escape road dan bangunan penyelamat)

9) Perwujudan PPL Ulakan direncanakan melalui : a. Revitalisasi pasar tradisional

b. Revitalisasi dan pegnembangan kawasan wisata tradisional makam Syaikh Burhanudin

c. Perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi

d. Peningkatan kapasitas jalan nasional kolektor primer

e. Pembangunan perangkat keras dan lunak mitigasi gempa (early warning system, jalur evakuasi/escape road dan bangunan penyelamat)

10) Perwujudan PPL Pauh Kambar melalui rencana : a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan irigasi

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur c. Peningkatan kapasitas jalan nasional kolektor primer

d. Pembangunan perangkat keras dan lunak mitigasi gempa (early warning system, jalur evakuasi/escape road dan bangunan penyelamat)

11) Perwujudan PPL Kayu Tanam melalui rencana :

a. Peningkatan fasilitas dan utilitas penunjang kawasan wisata Malibou Resort dan sekitarnya

b. Peningkatan kapasitas jalan nasional kolektor primer c. Peningkatan pelayanan Perguruan Tinggi Kayu Tanam d. Pembangunan rest area dan rumah kuliner

e. Pembangunan rumah hortikultura f. Pengembangan PLTMH

12) Perwujudan PPL Pakandangan diupayakan melalui : a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan irigasi

(15)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 13 13) Perwujudan PPL Tandikek dilakukan melalui :

a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan irigasi

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur c. Pengembangan PLTMH

d. Pembangunan dan Pemantapan jalan alternatif Express Way

14) Perwujudan PPL Padang Sago diupayakan melalui :

a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan jalan produksi perkebunan

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur dan perkebunan

15) Perwujudan PPL Kampung Dalam direncanakan melalui :

a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan jalan produksi perkebunan dan hortikultura

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur c. Pengembangan PLTMH

16) Perwujudan PPL Kudu Ganting diupayakan melalui :

a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan jalan produksi perkebunan dan hortikultura

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur c. Pengembangan PLTMH

17) Perwujudan PPL Gadang Gasan dilakukan melalui : a. Perbaikan dan Pembangunan jaringan irigasi

b. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur c. Peningkatan kapasitas jalan nasional kolektor primer

d. Pembangunan perangkat keras dan lunak mitigasi gempa (early warning system, jalur evakuasi/escape road dan bangunan penyelamat)

18) Perwujudan PPL Batu Basa dilakukan melalui :

a. Pembangunan fasilitas penunjang pengolahan hasil pertanian hortikultur b. Peningkatan kapasitas jalan lokal primer

c. Pengembangan PLTMH

2. Rencana Sistem Prasarana Wilayah

1) Sistem Prasarana Transportasi; untuk mewujudkan sistem jaringan prasarana transportasi, dilakukan melalui :

a. Transportai darat;

pembangunan terminal tipe C Lubuk Alung

pembangunan jalan menuju pusat pemerintahan Parit Malintang Pembangunan jalan alternatif express way

Peningkatan kapasitas dan pemeliharaan jalan arteri primer (Padang-Bukittinggi), jalan arteri sekunder (Padang-Simpang Empat) dan jalan lokal primer (Sungai Limau-Batu basa-Batas Agam)

Pembangunan jaringan rel kereta api (dari Kabupaten Pariaman) sampai kawasan wisata pantai Arta (Batang Gasan)

Perbaikan, peningkatan kapasitas dan pemeliharaan jaringan jalan lokal dan lingkungan primer yang menghubungkan PPK dengan PPL dan antar PPL. Pembangunan jalan evakuasi (escape road) dari sisi pantai ke arah darat di sepanjang pantai (kawasan pesisir)

b. Transportasi Laut;

(16)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 14 Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan di Batang Anai dan Sungai Limau c. Transportasi udara;

Peningkatan kapasitas dan pengembangan BIM

2) Sistem Jaringan Energi (Listrik); Peningakatan kapasitas dan cakupan layanan listrik untuk seluruh wilayah Padang Pariaman, terutama :

a. Perluasan jaringan pelayanan listrik sampai pada kawasan perdesaan

b. pengembangan PLTMH pada kawasan perdesaan yang mempunyai ketersediaan sumber daya air yang memadai.

c. Penyempurnaan gardu induk (Lubuk Alung dan PIP) dan peningkatan kapasitas layan untuk kawasan perKabupatenan terutama untuk kawasan industri PIP, perKabupatenan Pasar Usang-Sicincin, pusat perkantoran dan kawasan BIM.

d. Pembangunan gardu induk di Sungai Garingging untuk peningkatan pelayanan listrik wilayah utara

3) Sistem Jaringan Telekomunikasi; untuk mewujudkan pelayanan telekomunikasi yang optimal dilakukan :

a. pengaturan penempatan menara telekomunikasi secara efektif dan efisien dengan mendorong pengguanaan menara bersama antara operator (join

operation)

b. pengembangan jaringan dan pelayanan informasi dan telekomunikasi sampai pada kawasan perdesaan.

c. Pengembangan dan peningaktan pelayanan telekomunikasi dan informasi untuk pelayanan publik dan usaha

4) Sistem Jaringan Sumber Daya Air; pemanfaatan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air, dilakukan melalui :

a. Pemanfaatan sumber daya air untuk;

pembangkit tenaga listrik (PLTA dan atau PLTMH),

bahan baku air mimun (kemasan dan atau air minum/PDAM) bahan baku pengarian sawah (irigasi)

sarana rekreasi dan olah raga budidaya perikanan air tawar b. Pengendalian daya rusak air melalui :

Pembangunan sistem drainase pada kawasan permukiman, areal rawan longsor dan sepanjang sisi jalan

Normalisasi sungai

Pembangunan cekdam pada hulu sungai

Sistem pengamanan pantai dilakukan melalui pendekatan struktur dan non struktur; pendekatan struktur adalah dengan menggunakan bangunan buatan seperti bangunan penahan gelombang, turap, tanggul dan sejenisnya. Pendekatan non struktural adalah dengan pendekatan alamiah, seperti pelestarian dan pengembangan sendun, bakau, cemara laut dan sejenisnya.

(17)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 15 a. Pembangunan TPST untuk kawasan perKabupatenan pada koridor Batang

Anai-Kayu Tanam dan TPS di masing-masing PPK dan PPL

b. Pembangunan IPAL pada kawasan per Kabupaten Sicincin, Lubuk Alung, Pasar Usang dan kawasan industri PIP

c. Penyediaan air bersih untuk setiap pusat permukiman dan kawasan wisata d. Pembangunan sistem jaringan drainase untuk kawasan perKabupatenan,

kawasan industri PIP, pusat perdagangan (CBD) dan kawasan pariwisata.

3. Perwujudan Rencana Pola Ruang A. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat megurangi tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor, pendangkalan waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain bencana alam kerusakan kawasan lindung juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya aset hidup yang seharusnya diperoleh masyarakat. Untuk pola ruang kawasan lindung dibedakan antara kawasan lindung berdasarkan status dan karena faktor kelerengan, ketinggian, sempadan dan kerawanan terhadap berbagai bencana alam maupun geologi.

1) Kawasan Hutan lindung yang terdapat dan direncanakan di wilayah Kabupaten Padang Pariaman adalah :

a. Hutan Lindung dan HSAW tersebar di Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Patamuan, 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai, yang luasnya sekitar 24,24 % dari seluruh luas Kabupaten Padang Pariaman. Adapun keberadaan Hutan Suaka Alam Wisata adalah bagian dari Kawasan Lindung bersama Hutan Lindung berdasarkan kekhasan jenis flora dan faunanya dilindungi.

b. Cagar Alam Maninjau Utara dan Selatan (17.304 Ha), bagian selatan merupakan wilayah Kabupaten Padang Pariaman

c. Cagar Alam Gunung Singgalang Tandikat (9.658 Ha) di Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar

d. Cagar Alam Barisan I (74.821 Ha) di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok

e. Kawasan Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut Pulau Panjang (1.980 Ha) di Kabupaten Padang Pariaman.

f. Kawasan Pantai Berhutan Bakau, kawasan ini ditetapkan di kawasan pantai Kabupaten Padang Pariaman

g. Kawasan Taman Wisata Alam Laut merupakan kawasan lindung nasional di Pulau Pieh (39.000 Ha) Kabupaten Padang Pariaman.

(18)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 16 2) Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap kawasan Bawahannya

Dalam hal ini berupa kawasan sempadan mata air dan kawasan dengan kelerengan diatas 40%. Untuk kawasan dengan kriteria ini di Kabupaten Padang Pariaman lokasinya berdekatan dan sebagian berhimpitan yaitu pada kawasan perbukitan yang terdapat di bagian utara dan timur kabupaten Padang Pariaman, tepatnya di di bagian utara wilayah Padang Pariaman yang meliputi bagian timur kecamatan Koto Aur Malintang, bagian utara kecamatan Sungai Garingging, V Koto dalam, V Koto Timur, bagian timur kecamatan 2x11 Kayu Tanam, Lubuk Alung dan Batang Anai dengan luas lebih kurang 2.031,17 Ha. 3) Kawasan perlindungan setempat; yang dalam hal ini berupa sempadan

terhadap laut, sungai, sempadan sesar dan pertemuan antar sesar. Berdasarkan ketentuan yang berlaku minimal lebar sempadan pantai adalah 100 meter dari pasang tertinggi ke arah darat. Sempadan pantai di Kabupaten Padang Pariaman mencapai panjang 60,5 Km, meliputi seluruh kecamatan di kawasan pesisir yaitu Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Sungai limau dan Batang Gasan. Kendati mengalami penurunan namun sampai saat ini masih terdapat hutan bakau (mangrove) pada kecamatan-kecamatan pesisir seluas 121,08 Ha. Untuk sempadan sungai tersebar diseluruh wilayah kecamatan.

Demikian halnya dengan sungai, lebar sempadan minimal 100 meter, sedangkan untuk sungai yang melintasi kawasan permukiman sempadan sungai dapat disesuaiakan, namun minimal lebar sempadan 5 meter dengan syarat berupa sempadan struktural (turap).

Sempadan sungai dikembangkan pada seluruh aliran sungai yang ada di kabupaten, baik yang mengalir di kawasan permukiman maupun di luar kawasan permukiman dengan luas lebih kurang 4.721,37 Ha. Sementara itu berdasarkan peta patahan dan dengan lebar sempadan 100 meter, maka luas sempadan patahan lebih kurang 4.771,76 Ha dan sempadan pada pertemuan antar sesar lebih kurang 3.141,17 Ha. Kawasan sempadan sesar yang melintasi wilayah kabupaten arah barat laut-tenggara sedangkan kawasan pertemuan antara dua atau lebih sesar yang belum rekah, terdapat di Kecamatan V Koto Aur Melintang, Sungai Geringging, Sungai Limau, Sungai Sarik, Lubuk Alung dan Batang Anai

4) Kawasan Rawan Bencana;

a. Kawasan Rawan Tsunami; meliputi seluruh kawasan pesisir yaitu bagian barat dari kecamatan Batang Anai, Sintuk Toboh Gadang, Nan Sabaris Ulakan Tapakis, Sungai Limau dan Batang Gasan. Potensi gelombang pasang atau tsunami bervariasi dari utara ke selatan, karena bagian selatan lebih landai (pesisir pada Kecamatan batang Anai dan Ulakan Tapakis) sehingga dampak tsunami lebih besar pada kedua kecamatan ini. Klasifikasi zona rawan bencana tsunami :

Zona Kerawanan tinggi, wilayah dengan jarak garis pantai 50 m, sepanjang pantai dengan ketinggian kontur kurang dari 10 m dpl.

Zona Kerawanan menengah yaitu daerah sepanjang pantai dengan kontur ketinggian 10 - 15 m dpl, dengan kemiringan lereng cukup terjal.

Zona kerawanan rendah yaitu wilayah sepanjang pantai dengan ketinggian 15 - 30m dpl, dengan morfologi curam dan relief tinggi atau berbukit, dan daerah ini dapat dimanfaatkan untuk evakuasi dan lokasi pengungsian

(19)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 17 yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Secara umum pada sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor "bakat" atau bawaan. Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu.

Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.

Penyebab dari bencana alam banjir di Kabupaten Padang Pariaman yaitu dipengaruhi oleh curah hujan cukup tinggi, tipe dan karakter daerah, kondisi daerah tangkapan air sedikit, kurangnya kualitas dan kuantitas drainase dan kurangnya pengelolaan daerah konservasi. Secara umum bencana banjir yang terjadi adalah akibat kondisi drainase yang kurang baik sehingga saat hujan terjadi genangan serta terjadinya kerusakan hutan di hulu sungai yang mengakibatkan erosi dan banjir. Daerah rawan banjir di Kabupaten Padang Pariaman yaitu di Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Sintuk Toboh Gadang, Lubuk Alung, Nan Sabaris, V Koto Kampung Dalam, Sungai Limau, Batang Gasan, dan 2x11 Enam Lingkung.

c. Rawan Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris

avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan

rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability)

pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan. Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia. Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain :

Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api. Iklim : curah hujan yang tinggi.

(20)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 18 Keadaan tata air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis. Gejala umum terjadinya tanah longsor :

Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing; Biasanya terjadi setelah hujan;

Munculnya mata air baru secara tiba-tiba; Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Daerah rawan longsor dijumpai di daerah-daerah yang memiliki lereng lebih dari 40% dengan tekstur tanah berpasir, gawir dan patahan, Potensi longsor dapat juga disebabkan oleh lapisan kedap air yang dapat menjadi longsoran. Lokasi daerah yang termasuk sebagai kawasan rawan longsor ini adalah: Kecamatan Sungai Geringging, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Kecamatan Batang Gasan, Kecamatan V Koto Kampung Dalam,Kecamatan Sungai Limau, Kecamatan IV Koto Aur Malintang.

d. Rawan Liquifaksi; atau rawan mengalami pelulukan tanah bila terjadi gempa pada skala diatas 7,2 skala Ritcher. Ciri khas kawasan liquifaksi ini adalah akibat yang ditimbulkannya berupa penurunan bangunan atau seakan-akan bangunan masuk ke dalam tanah. Untuk Padang Pariaman kawasan rawan liquifaksi tersebar pada Kecamatan Batang Anai, Ulakan Tapakis, Sintuk Toboh Gadang, Enam Lingkung, Lubuk Alung, Nan Sabaris, VII Koto Sei Sariak, Sungai Limau, Batang Gasan.

e. Rawan Gempa; pada dasarnya seluruh wilayah Padang Pariaman adalah kawasan rawan gempa. Daya rusak gempa umumnya semakin tinggi bila mengenai wilayah yang jenuh air (liquifaksi) dan pada jalur sesar (patahan) serta pertemuan antar sesar yang belum mengalami patahan (rekahan). Jalur sesar di Kabupaten Padang Pariaman melintasi bagian selatan -barat kecamatan Batang Gasan dan Sungai Limau, bagian tengah kecamatan V Koto Dalam, V Koto Timur, Padang Sago, 2x11 Enam Lingkung dan 2x11 Kayu Tanam. Terdapat 3 patahan yang saling melintang utara-selatan dan barat-timur di Kecamatan Batang Anai dan Lubuk Alung serta memanjang disisi pantai di kecamatan Ulakan Tapakis dan Nan Sabaris. Sementara itu areal yang diperkirakan lebih rawan dari jalur sesar adalah area pertemuan antar sesar yang belum rekah. Areal ini terdapat di Sungai Limau, VII Koto Sei Sariak, Nan Sabaris, Lubuk Alung dan Batang Anai. Jalur dan area patahan ini akan menjadi limitasi dalam pembangunan permukiman.

f. Rawan Bencana Vulaknisme; Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui

Rekahan rekahan mendekati permukaan bumi. Akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik adalah sebagai berikut.

(21)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 19 menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700° Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi,> 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).

Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung daribesarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200°C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik". Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasirhalus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh tumbuhandan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.

Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 -1200°C. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu. Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S,HCl, SO2, dan CO.

Kawasan yang rawan terhadap bahaya vulkanik yang berasal dari Gunung Singgalang meliputi Kecamatan V Koto Timur, Kecamatan Patamuan dan Kecamatan 2x11 Kayu Tanam

g. Kawasan Lindung Lainnya; berdasarkan kebijakan sektoral Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, di kawasan Kecamatan Batang Gasan ditetapkan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir (KKSP). Dalam KKSP ini terdapat penangkaran penyu dan hutan bakau.

B. Kawasan Budidaya

1) Kawasan hutan rakyat; berdasarkan data yang diperoleh di Padang Pariaman tidak terdapat hutan produksi kecuali hutan rakyat seluas lebih kurang 42.120 Ha yang tersebar di bagian timur Kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, 2x11 Kayu Tanam, di bagian utara Kecamatan Patamuan, V Koto Timur, V Koto Dalam, Sungai Garingging dan bagian timur Kecamatan Aur Melintang. Namun kondisi hutan sebagian mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian dan sebagian menjadi kritis.

(22)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 20 Tanaman Pangan Lahan Kering; dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal dengan pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, sepertitanaman palawija, kacang-kacangan, jagung dan lain-lain (Tejoyuwono, 1989). Secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di Lampung Barat adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Sesuai dengan kesesuaian lahan, potensi eksisting dan program sektoral, TPLK di Kabupaten Padang Pariaman dikembangkan hampir di seluruh kecamatan. Tanaman Pangan Lahan Basah; Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu lumbung padi, setidak-tidaknya untuk kawasan Padang dan sekitarnya. Selain menjadi penciri wilayah disepanjang koridor jalan nasional lebih penting dari itu keberadaan kawasan pertanian padi sawah merupakan bagian dari program ketahanan pangan nasional. TPLB di wilayah perencanaan dikembangkan di kecamatan Batang Anai, Lubuk Alung, Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, VII Koto Sungai Sariak, 2x11 Kayu Tanam, V oto Kampung Dalam, Sungai Garingging dan Koto Aur Malintang. Lahan pertanian sawah yang beririgasi teknis dikembangkan di Batang Anai, Lubuk Alung dan Ulakan Tapakis.

Tanaman Hortikultura; Selain Kabupaten Solok, Padang Panjang dan Agam, Padang Pariaman merupakan salah satu sumber penghasil sayur mayur yang dikirim ke Kota Padang, seperti bayam, kangkung, mentimun dan buah-buahan (terutama manggis dan mangga). Lahan pertanian hortikultura dikembangkan pada lahan subur seperti Batang Anai, Lubuk Alung, 2x11 Kayu Tanam, dan Sungai Garingging.

3) Kawasan perkebunan; komoditas unggulan perkebunan kabupaten Padang Pariaman adalah Kelapa dan Kakao. Kedua jenis tanaman ini berkembang di wilayah utara kawasan perencanaan. Kedepan direncanakan Sungai Garingging sebagai sebagai sentra pengembangan Kakao dan pengolahan kelapa. Pengembangan Kako meliputi kecamatan Lubuk Alung, Sitoga, Enam Lingkung, V Koto Dalam, Sungai Limau dan Sungai Garingging. Sedangkan kelapa akan dikembangkan di kecamatan Sitoga, Ulakan Tapakis, V KotoKampung Dalam, Sungai Garingging, V Koto Aur Melintang, Sungai Limau, Batang Gasan.

4) Perikanan; perikanan yang akan dikembangkan di Kabupaten Padang Pariaman adalah perikanan tangkap dan budidaya. Pengembangan perikanan tangkap (laut) akan diarahkan di Sungai Limau dan Batang Anai. Sementara itu untuk perikanan budidaya akan dikembangkan di Kecamatan Lubuk Alung, 2x11 Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sariak dan kecamatan Patamuan.

5) Pertambangan; Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah

menetapkan wilayah pertambangan (WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan wilayah pencadangan negara (WPN).

Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.

(23)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 21 WPR ditetapkan oleh bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan. Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah :

a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;

b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;

c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;

d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare;

e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau

f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktunya. WPN yang diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK). Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;

b. Sumber devisa negara;

c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;

d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;

e. Daya dukung lingkungan; dan/atau

f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.

(24)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 22 diproduksi baru mencapai 18000 m3.(6) Trass berbatu apung yang terdapat di Kec. VII Koto Sungai Sarik, V Koto Kampung Dalam, Sungai Limau dan sungai geringging dengan jumlah cadangan sebesar 1.045.000 m3 dan yang telah diproduksi bareu mencapai 25000 m3 (7) Sirtukil yang terdapat di Kec. Batang Anai, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Nan Sabaris, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, Padang Sago, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur, Sungai Limau dan Sungai Geringging dengan jumlah cadangan sebesar 2.635.000 m3 dengan jumlah produksi sebesar 170.000 m3, (8) Andesit yang terdapat di Kec. Lubuk Alung, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam dan Patamuan dengan cadangan sebesar 1185000 m3 dan yang sudah di produksi sebesar 45000 m3, (9)Tanah liat terdapat di Kec. Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Enam Lingkung, VII Koto Sungai Sarik, Patamuan, V Koto Kampung Dalam, V Koto Timur dan Sungai Limau dengan jumlah cadangan sebesar 785.000 m3 dan yang sudah di produksi sebesar 90.000 m3.

6) Kawasan Industri; pengembangan industri di Kabupaten Padang Pariaman diarahkan pada industri pengeolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan setempat disamping memanfaatkan posisi strategis sebagai buffer

dari kota padang. Posisi strategis tersebut telah memberikan indikasi kuat seperti bergiatnya 3 perusahaan besar; yaitu PT. Coca Cola, PT. Bumi Sari Mas Indonesia, PT. Sumatera Tropical Specees, Sedangkan perusahaan - perusahaan yang masuk dalam kawasan Padang Industrial Park (PIP) yang terletak di Nagari Kasang (Kecamatan Batang Anai) adalah PT. Usaha Inti Padang (pengolahan sawit), PT. Andalas Lumber Product (pengolahan kayu ekspor), PT. Jaya Centricon (Industri Beton), PT. Prizaco Gasindo (pengisian dan pengolahan gas). Demikian pula terdapat Koperasi Unit Desa Mina Sinar Laut yang mengelola pabrik ES balok (Kec. Sungai Limau), serta Pengolahan Air Minum Kemasan (PT. Statika Mitra Sarana dan PT. Aqua Wibawa) yang berada di Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam. Saat ini Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sedang mengusulkan kawasan ini dikembangkan dan ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus. Pada kawasan ini juga akan dikembangkan terminal barang (dry port) sebagai bagian dari peran yang diambil oleh Padang Pariaman dalam konstelasi regional berkenaan dengan sistem lalu lintas barang, dimana posisi kawasan ini menjadi simpul antara wilayah luar dengan daerah- daerah di Sumatera Barat.

(25)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 23

TABEL 2.4

OBYEK WISATA PERKECAMATAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

KECAMATAN OBJEK LOKASI JENIS

1. Batang Anai Singa Pasar Usang Batang Anai Wisata Alam

Candi Bukit Raf Pasar Usang Wisata Budaya

Gosong Muara Anai Katapiang Wisata Alam

Panorama Bukik Apik Lubuak Apik Wisata Alam

Lubuk Kandih Batang Anai Wisata Alam

2. Lubuk Alung Pemandian Tapian Puti Sikabu Wisata Alam

Pincuran Tujuah Koto Buruak Wisata Alam

Lubuk Cimantung Pasir Pauh Wisata Alam

Goa Salibutan Salibutan Wisata Alam

Masjid IV Lingkung Lubuk Alung Wisata Sejarah

3. Sintuk Toboh Gadang

Benteng Jepang Sintuk Wisata Sejarah

Tugu Batas Renville Sintuk Wisata Sejarah

Makam Pejuang 45 Sintuk Wisata Sejarah

4. Ulakan Tapakis Makam Syeh Burhanuddin Ulakan Wisata Budaya

Pantai Tirta Bahari Pantai Tiram Ulakan

Tiram Tapakis Wisata Pantai

Tiram Ulakan Wisata Pantai

S. Besar Syeh Burhanudin Ulakan Wisata Pantai

S. Tua Syeh Burhanuddin Ulakan Wisata Sejarah

Mesjid Tapakis Tapakis Wisata Sejarah

Makam Tuanku Nan Basaruang Ulakan Wisata Sejarah

Surau Pondok Ulakan Wisata Sejarah

Makam Sibohong Ulakan Wisata Sejarah

Pulau Pieh Ulakan Wisata Bahari

5. Nan Sabaris Pantai Sunur Sunur Wisata Pantai

(26)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 24

KECAMATAN OBJEK LOKASI JENIS

Makam Syeh M. Hatta Kapalo Koto Wisata Sejarah

Benteng Jepang Pauh Kambar Wisata Sejarah

Makam Syeh A. Rahman Pauh Kambar Wisata Sejarah

Surau Bintungan Tinggi Bintungan Tinggi Wisata Sejarah

Benteng Belanda Pauh Kambar Wisata Sejarah

6. 2 x 11 Enam Lingkung

Ikan Gadang Sicincin Wisata Minat Khusus

Terowongan Jepang Sicincin Wisata Sejarah

Surau Atap Ijuk Sicincin Wisata Sejarah

Panorama Puncak Kiambang Parit Malintang Wisata Alam

7. Enam Lingkung Masjid Pakandangan Pakandangan Wisata Sejarah

Makam Gujarad Gadur Wisata Sejarah

Makam Syeh Mato Aia Pakandangan Wisata Sejarah

8. 2 x 11 Kayu Tanam Kawasan Wisata Anai Kayu Tanam Wisata Alam

Bumi Perkemahan Asam Pulau Wisata Minat Khusus

Air Terjun Batang Piaman Kayu Tanam Wisata Alam

Air Terjun Ngungun Anduriang Wisata Alam

Pemandian Tirta Alami Kandang IV Wisata Alam

Malibo Anai Guguk Wisata Alam

Lubuk Bonta Tarok Wisata Alam

Bumi Perkemahan Sipisang Wisata Minat Khusus

9. VII Koto Sungai Sariak

Panorama Bukik Selasiah Sei Ibuh Wisata Alam

Mesjid Tua VII Koto Sungai Sariak Wisata Sejarah

Gobah Tuangku Salih Sungai Sariak Wisata Sejarah

Mesjid Tua Barangan Lurah Ampalu Wisata Sejarah

Gelanggang Pacu Kuda Paguh Duku Wisata Minat Khusus

Agro Wisata Lebah Madu Lurah Ampalu Wisata Minat Khusus

10. Patamuan Mangun Indah Paraman Talang Wisata Alam

Panorama Gunung Tigo Lareh Nan Panjang Wisata Alam

11. Padang Sago Makam Tuanku Saliah Koto Dalam Wisata Sejarah

12. V Koto Kp Dalam Pantai Pasar Baru Cimpago Wisata Pantai

Air Terjun Langkuik Koto Hilalang Wisata Air Terjun

13. V Koto Timur Mesjid Tua Batang Piaman Padang Alai Wisata Sejarah

Laga-laga Batang Piaman Batang Piaman Wisata Budaya

Mesjid Tua Limau Purut Limau Purut Wisata Sejarah

Makam Tuanku Johor Limau Purut Wisata Sejarah

14. Sungai Limau Pantai Arta Indah Sungai Paku Wisata Pantai

Benteng Jepang Kuranji Hilir Wisata Sejarah

(27)

RPJMD KAB. PADANG PARIAMAN 2010-2015 25 Sumber : Buku RTRW Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2010-2030

8) Kawasan Peternakan; Rencana pengembangan sektoral dalam bentuk penetapan "Kawasan Agropolitan" pengembangan ternak besar dengan komoditi utama ternak sapi. Program ini menuntut konsep pengembangan sentra agrobisnis terpadu dengan pusat kawasan (beberapa kecamatan) sebagai penyangga. Secara lebih rinci rencana pengembangan ternak di Kabupaten Padang Pariaman tersaji pada tabel 2.6.adalah sebagai berikut.

9) Kawasan Permukiman; kawasan permukiman dibedakan menjadi kawasan permukiman berciri urban (perkotaan) dan yang berciri rural (perdesaan). Pada umumnya kawasan permukiman berciri urban adalah ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan, dan diluar pusat kegiatan tersebut umumnya merupakan kawasan perdesaan. Baik kawasan permukiman perkotaan maupun perdesaan pada umumnya bertumbuh dengan pola yang relatif sama, yaitu mengikuti perkembangan pembangunan jalan. Pola linier seperti tersebut pada masa mendatang akan menimbulkan persoalan, setidak- tidaknya menyebabkan kemacetan dan kekumuhan. Oleh karena itu untuk pusat-pusat kegiatan dikembangkan pola permukiman yang tidak linier, namun sudah mengarah pada pola grid (papan catur), yang menjamin mengalirnya pergerakan lalu lintas serta terbangunnya pola ruang perkotaan yang lebih berimbang.

KECAMATAN OBJEK LOKASI JENIS

Pantai Baseloan Sungai Limau Wisata Pantai

15. Batang Gasan Pantai Aru Gasan Gasan Gadang Wisata Pantai

16. Sungai Geringging Bukik Siriah Ladang Rimbo Wisata Alam

Makam Syeh Tangek Talang Kuranji Hilir Wisata Sejarah

Makam Tuanku Badinah Sungai Geringging Wisata Sejarah

17. IV Koto Aur Malintang

Bukik Bulek Batu Basa Wisata Alam

Ikan Larangan Aur Malintang Wisata Minat Khusus

Gambar

TABEL 2.2
TABEL 2.4
TABEL 2.5
Tabel  2.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Sejak ditetapkannya Undang–undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Dalam perencanaan pembangunan daerah, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

Sebagai pondasi dasar implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang