• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP BIRR AL- WĀLIDAIN DALAM Q.S. AL- ISRĀ' AYAT 23-24 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP BIRR AL- WĀLIDAIN DALAM Q.S. AL- ISRĀ' AYAT 23-24 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Haris Munandar, 2013

No. Daftar FPIPS : 1556/UN.40.2.6.1/PL/2013

KONSEP BIRR AL-

WĀLIDAIN

DALAM Q.S. AL- ISR

Ā

' AYAT

23-24 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

KELUARGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām

oleh:

Haris Munandar

NIM: 0901592

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISL

Ā

M

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KONSEP BIRR AL-

WĀLIDAIN

DALAM

Q.S. AL-

ISRĀ' AYAT 23

-24 DAN

IMPLIKASINYA DALAM

PENDIDIKAN KELUARGA

Oleh Haris Munandar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan IlmuPengetahuanSosial

© Haris Munandar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

Haris Munandar, 2013

ABSTRAK

Konsep Birr Al- Wālidain dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23-24 dan Implikasinya

dalam Pendidikan Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyrakat. Anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu di dalam rumah merupakan sosok pendidik yang pertama di rumah dan anak yang menjadi peserta didiknya. Orang tua harus mengetahui prinsip-prinsip medidik anak yang baik dan seorang anak tidak boleh membangkan kepada orang tuanya. Apabila hubungan orang tua dan anak ini berjalan dengan baik maka tujuan pendidikanpun akan mudah untuk dicapai.

Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian penulis mengolahnya. Adapun jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Karena penelitian yang digunakan adalah penelitian tentang ayat Al-Qur`ān , maka metode yang penulis gunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dalam penelitian ini yaitu metode mauḍū’ī` (tematik) dan muqāran (perbandingan), sehingga dapatlah penemuan-penemuan mengenani pendidikan dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24 ini.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa prinsip-prinsip birr Al- Wālidain yaitu berbakti kepada orang tua selama tidak bertentangan dengan perintah Allāh swt., tidak pernah merasa tersakiti atas perlakuan buruk orang tua dan berbakti kepada orang tua tidak terbatas ruang dan waktu. Materi-materi pendidikan yang harus ada dalam keluarga yaitu ketauhīdan, akhlāq, do’a, dan keța’atan. Metode -metode pendidikan dalam keluarga yang harus digunakan antara lain harus

didahului dengan menanamkan ke īmanan, mendidik dengan sentuhan emosional,

(6)

Q.S. AL- ISR

'

AYAT 23 DAN 24























































































Artinya:

23.dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

(7)

Haris Munandar, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

Q.S. AL- ISRĀꞌ AYAT 23 DAN 24 ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR TRANSLITERASI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 12

C. TUJUAN PENULISAN ... 12

D. METODE PENELITIAN ... 13

E. MANFAAT PENELITIAN ... 14

F. SISTEMATIKA PENULISAN ... 14

BAB II BIRR AL-WĀLIDAIN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ISLĀM ... 16

A. KONSEP PENDIDIKAN ISL M ... 16

B. KONSEP BIRR AL-W LIDAIN . ... 31

(8)

Haris Munandar, 2013

BAB III METODE PENELITIAN ... 106

A. METODE PENELITIAN ... 106

B. DATA DAN PENGUMPULAN DATA ... 107

C. INSTRUMEN PENELITIAN ... 108

D. ANALISIS DATA ... 114

E. DEFINISI OPERASIONAL ... 115

F. TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN ... 116

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 117

A. HASIL PENELITIAN ... 117

B. PEMBAHASAN ... 134

C. KONSEP BIRR AL- W LIDAIN DALAM Q.S. AL- ISR ' AYAT 23 DAN 24 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA ... 155

1. Prinsip-Prinsip Birr Al- W lidain dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23 dan 24 ... 156

2. Bentuk-Bentuk Perbuatan Berbakti Kepada Kedua Orang tua dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23 dan 24 ... 164

3. Materi-Materi Penidikan Keluarga dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23 dan 24 ... 177

4. Metode-Metode Pendidikan Keluarga dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23 dan 24 ... 184

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 192

A. KESIMPULAN ... 192

B. SARAN ... 195

DAFTAR PUSTAKA ... 196

(9)

Haris Munandar, 2013

Konsep Birr Al- Wālidain dalam Q.S. Al- Isrā' Ayat 23-24 dan Implikasinya dalam Pendidikan

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Tabel 2.1 Prinsip dan Makna Berbahasa Santun dalam Al-Qur` n ... 41

Tabel 4.1 Makna

ىضق

(Qaḍā) Menurut Para Mufassir ... 144

Tabel 4.2 Makna



(iḥsān) menurut Para mufassir ... 147

Tabel 4.3 Makna

َ بكْلأ

(ketuaan) menurut Para Mufassir ... 149

Tabel 4.4 Makna

ّ فُأ

(uffَ) menurut Para Mufassir ... 150

Tabel 4.5 Makna

امي ك

َ

اوق

(qaul Karīm) menurut Para Mufassir ... 151

Tabel 4.6 Makna

ل

ّ

ّ ذلاّحّانج

(janaḥ Al-Żul) Menurut Para Mufasir ... 152

Tabel 4.7. Hasil penelitian Konsep Birr Al-Wālidain dalam Q.S. Al- Isr ' ayat 23 dan 24 Implikasinya dalam Pendidikan Keluarga ... 155

Tabel 4.8 Prinsip- Prinsip Birr Al-Wālidain dalam Q.S. Al- Isr ' ayat 23-24 ... 156

Tabel 4.9 Bentuk – Bentuk Perbuatan Berbakti kepada Orang Tua dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23-24 ... 164

Tabel 4.10 Materi- Materi Pendidikan Keluarga dalam Q.S. Al- Isr ' ayat 23-24 ... 177

(10)

Haris Munandar, 2013

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA

Transliterasi yang digunakan dalam buku ini berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 dan 0543b/U/1987 dengan beberapa contoh berikut:

A. Konsonan

Arab = Latin Arab = Latin Arab =

Latin

Arab = Latin

ذ

Ż

ص

ظ

ح

ḥ Z

ض

ع

‘a

خ

Kh

ش

Sy

ط

ق

q

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca

...

fatḥah A

َأ ق

qara’a

...

Kasrah

I

َحر

raḥima

...

ḍammaћ U

َب ك

kutiba

2. Vokal Panjang (maddah)

Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca

ََ

ا

fatḥah

َاق

q m

ََ

ْﻱ

Kasrah

ْيحر

raḥ m

ََ

(11)

Haris Munandar, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Isl m adalah satu-satunya agama yang datang dari All h SWT untuk

manusia. Dan All h sangat riḍa apabila umat manusia memeluk agama Isl m. Hal

ini terbukti dalam firman-Nya dalam Q.S. li „Imr n, yang berbunyi :









….

.



Artinya:

Sesungguhnya agama (yang diriḍai) disisi All h hanyalah Isl m…”

(Q.S. li „Imr n [3]: 19).1

Begitu juga dalam ayat yang lain All h SWT berfirman:



























Artinya:

Barangsiapa mencari agama selain agama Isl m, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi” (Q.S. li „Imr n [3]: 85).

Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita bisa tahu bahwa Isl m adalah agama yang lintas zaman, lintas geografi, budaya dan sejenisnya. Dengan Isl m, seseorang atau komunitas manusia manapun akan menemukan suatu bentuk kehidupan yang damai, bahagia, dan sejahtera. Itulah sebabnya, Isl m mengandung ajaran-ajaran All h yang jika diamalkan oleh siapapun akan selamat di dunia dan di akhirat (Tim Dosen Agama UPI, 2004: vii).

1

(12)

Apabila kita melihat definisi Isl m sendiri menurut Tim Dosen Pendidikan Agama Isl m UPI (2008: 1) bahwa, secara lugawī atau etimologis berasal dari tiga akar kata, yaitu: aslama, artinya berserah diri atau tunduk patuh; sal m, artinya damai atau kedamaian; sal maħ, artinya keselamatan.

Melihat akar katanya, kata “Isl m” mengandung makna-makna berikut :

1. Berserah diri atau tunduk patuh, yakni berserah diri atau tunduk patuh pada aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh All h SWT;

2. Menciptakan rasa damai dalam hidup, yakni kedamaian jiwa atau rū .

Dengan berpegang pada aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh All h

SWT, maka jiwa atau rū menjadi damai (tentram). Mengapa para

Syuhad (orang yang mati syahid) gigih berjuang di jalan All h walau nyawa mereka menjadi taruhannya, karena jiwa mereka di jamin berada di

sisi All h SWT. Kedamaian apa lagi yang dicari manusia selain berada di

sisi-Nya !

3. Menempuh jalan yang selamat, yakni mengamalkan aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh All h SWT, agar mencapai keselamtan di dunia dan di akhirat serta terbebas dari kesengsaraan/ bencana abadi (dunia dan akhirat). Melaksanakan kewajiban dan kebijakan serta menghindari segala yang dilarang All h adalah jalan menuju keselamtan dunia dan akhirat.

Adapun secara iṣtil hī atau terminologis, “Isl m” adalah agama yang

diturunkan dari All h SWT. kepada umat manusia melalui penutup para

Nabi (Nabi Mu ammad AW) (Tim Dosen Pendidikan Agama Isl m UPI, 2008: 1).

Indonesia merupakan negara kepualauan yang mayoritas penduduknya beragama Isl m, dan banyak sekali di Indonesia sekolah-sekolah yang di bangun oleh suatu lembaga keagamaan. Akan tetapi hal itu tidak menjadikan Negara Indonesia ini damai, tentram, makmur, sejahtera dan hal-hal positif lainnya seperti halnya yang Isl m tujukan. Ini terbukti dalam hasil survey yang mengatakan:

(13)

Haris Munandar, 2013

ditimbulkan dari kenakalan remaja dapat menyebabkan gangguan fisik dan

psikis” (Prawidya dalam Mubaroq, 2011:6).

Selain itu dalam dunia perpolitikan banyak terjadi suap-menyuap untuk mendapatkan suatu kekuasaan, dan korupsi merajalela dimana-mana. Sering kita lihat dan kita dengar hampir setiap hari kasus korupsi diberitakan oleh media. Kita pasti merasa malu sekali dan merasa terpukul dalam hati bahwa Indonesia banyak pemeluk agama Isl m tetapi banyak juga kasus korupsinya.

Hal lain yang dilakukan seorang anak yang sangat melenceng dari ajaran

Isl m yaitu ketika seorang anak menjadi sukses, anak tersebut lupa akan orang tuanya yang dari kecil sudah merawat dia dengan penuh kasih sayang. Seperti halnya cerita yang populer di Indonesia yaitu cerita Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya. Kesalahan lain yang dilakukan seorang anak kepada kedua orang tuanya yaitu ketika seorang anak menjadi kaya raya, anak itu menjadi lupa akan kedua orang tuanya yang sudah membesarkannya. Ini terbukti dalam sebuah media televisi diberitakan bahwa seorang Ibu yang bernama Atija yang sudah berumur 70 tahun asal Dusun Gempal Jember terpaksa berurusan dengan polisi setelah dilaporkan anak kandung keduanya, atas tuduhan mencuri 4 batang pohon. Padahal, pohon itu ditanam oleh sang Ibu di pekarangan rumahnya (Syatila, 2013).

Mereka sudah lupa bahwa mereka dirawat oleh orang tuanya sewaktu masih dalam kandungan sampai sekarang jadi orang kaya.

Selain itu dalam dunia pendidikan sekarang ini sedang marak-maraknya terjadi tawuran antar pelajar dimana-mana, bahkan yang sudah menjadi suatu hal yang tidak asing lagi bagi kita tiap tahunnya adalah ketika kelulusan sudah diberitahukan kepada para siswanya, banyak para siswa yang merayakan kelulusannya dengan cara bermain-main di jalan, mencoret-coret pakaian akibatnya jalanan menjadi macet dan banyak terjadi kecelakaan, berpesta dengan meminum-minuman keras, tawuran dan yang lebih parah lagi adanya seks bebas.

(14)

dengan korban jiwa 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar (Arist, 2012).

Sauri (2006 [b]: 81) mengatakan bahwa yang menjadi sumber terjadinya kenakalan remaja diakibatkan kurangnya kehangatan pendidikan dalam keluarga yang ditanamkan orang tua. Manakala pendidikan dalam keluarga sudah dimantapkan sedini mungkin, maka untuk diteruskan kepada lembaga yang lainnya, anak tidak akan kaku dan canggung karena sudah memiliki dasar yang sudah ditanamkan orang tua sejak kecil, dan belajar waktu kecil akan melekat dan sukar dilupakan.

Melihat kenyatan seperti di atas tersebut, kita tidak bisa menyalahkan kepada pemerintah sepenuhnya atau orang-orang yang mempunyai jabatan lainnya. Bukti pemerintah tidak berpangku tangan melihat kekacauan di atas, pemerintah membuat dan men-setting sistem dalam pendidikan misalnya dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa:

“Pendidikana Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhl q mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Sauri, 2006 [b]: 4).

(15)

Haris Munandar, 2013

pendidikan agama hanya ada 2 jam saja dalam seminggu. Maka sangatlah pantas

di Indonesia sekarang akhl q-akhl q remajanya merosot seperti hari ini.

Pemerintah seharusnya tidak mengadopsi pendidikan seluruhnya dari barat, harus ada pendidikan berlandaskan agama Isl m dengan berpedoman kepada Al-Qur` n dan Al- adī .

Akan tetapi di sini penulis tidak akan membahas mengenai kurikulum yang diadopsi sekarang oleh Indonesia secara penjang lebar, mudah-mudahan pemerintah bisa merubah sistemnya menjadi lebih baik lagi. Di sini penulis akan membahas tentang pendidikan yang dilakukan oleh keluarga. Khususnya pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua, karena pendidikan itu tidak hanya ada di sekolah melainkan ada juga di dalam keluarga. Karena semua

kemorosotan akhl q tidak akan pernah ada jika keluarganya benar-benar mendidik

anak-anaknya dengan baik.

Saat ini kebanyakan orang masih menganggap enteng dan mudah terhadap hal mendidik itu. Kebanyakan orang tua mendidik anak-anaknya hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman praktisnya saja. Mereka banyak meniru perbuatan nenek moyangnya yang belum tentu benar dan baik. Mereka beranggapan bahwa kepandaian mendidik itu sudah dengan sendirinya akan dipunyai oleh setiap orang dari pergaulannya dengan anak-anak. Mereka percaya bahwa dalam situasi, „„intuitif” akan mendapat sikap dan tindakan yang tepat. Jadi mereka berkehendak bekerja secara “intuitif belaka, tidak atau kurang mau mempelajari dan menyelidiki hal mendidik secara ilmu pengetahuan, secara teoretis (Purwanto, 2007:4).

(16)

Orang tua harus memberikan keteladanan kepada anak-anaknya dengan mengajak dan membiasakan al t berjama‟ah dan tepat waktu. Dengan istiqamaħ mendirikan al t lima waktu, secara langsung maupun tidak langsung memberikan pendidikan keimanan kepada anak-anak dan lingkungan keluarga (Sauri, 2006 [b]:143).

Demikian pula disebabkan oleh makin majunya masyarakat dan kebudayaan manusia, tidak mungkin lagi pendidikan anak-anak itu diserahkan kepada orang tua saja. Maka dari itu pendidikan yang sebenarnya tugas dan kewajiban orang tua, menjadi tugas masyarakat dan negara pula, masyarakat dan negara turut mengambil bagian dalam hal ini.

Sesuai dengan asas pendidikan yang dianut oleh pemerintah dan bangsa Indonesia yakni pendidikan seumur hidup (life long education), maka pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini dinyatakan dalam GBHN 1983 – 1988 sebagai berikut, bahwa: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama

antara keluarga, masyarakat dan pemerintah” (Purwanto, 2007:157).

Di atas disebutkan urutan yang pertama kali yang harus mendidik anak itu adalah keluarga, karena keluargalah tempat dimana seorang anak memadu kasih dengan orang tuanya, dan anak lebih banyak waktunya di dalam keluarga dibanding tempat-tempat lain seperti sekolah, madrasah, tempat bimbel, dan lain sebagainya. Maka akan sangat efektif apabila pendidikan itu dilakukan dalam keluarga. Arti dari keluarga sendiri yaitu:

(17)

Haris Munandar, 2013

Keluarga adalah tempat pengasuhan alami yang melindungi anak yang baru tumbuh dan merawatnya, serta mengembangkan fisik, akal, dan spiritualitasnya. Dalam naungan keluarga, perasaan cinta, empati, dan solidaritas berpadu dan menyatu. Anak-anak pun akan bertabiat dengan tabiat yang biasa dilekati sepanjang hidupnya. Lalu dengan petunjuk dan arahan keluarga anak itu akan dapat menyongsong hidup, memahami makna hidup dan tujuan-tujuannya,

serta mengetahui bagaimana berinteraksi dengan makhlūk hidup (Al-Jauhari dan

Khayyal, 2005:6).

Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia (Yusuf, 2010: 12).

Pendidik dalam keluarga adalah ayah atau ibu yang menyampaikan atau mengomunikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya sebagai terdidik. Kewajiban orang tua terhadap keluarga selain memenuhi kebutuhan lahirnya, juga kebutuhan batinnya pun sangat dipentingkan (Sauri, 2006 [b]: 61).

Fase kanak-kanak adalah fase penggemblengan dan pelatihan untuk melaksanakan peran yang dituntut dari setiap makhlūk hidup dimasa depannya.

Mengingat tugas manusia lebih berat dibanding makhlūk lain dan perannya pun

lebih besar daripada yang lain (Al-Jauhari dan Khayyal, 2005:6). Sebagaimana All h SWT. telah berfirman:

(18)

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat ẓalim dan Amat

bodoh”( Q.S. Al-A z b [33]:72).

Dari ayat di atas kita bisa tahu bahwa manusia asalnya ẓalim dan bodoh. Akan tetapi manusia punya potensi untuk merawat dunia ini, untuk itu manusia perlu dididik, digembleng dan dilatih lebih lama agar manusia bisa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sehingga wajar saja jika masa kanak-kanak, manusia relatif lebih panjang daripada makhlūk lain agar ia mampu menyerap latihan dan melakukan persiapan maksimal untuk masa depannya. Karena itu, pendampingan orang tua sangat dibutuhkan oleh anak manusia melebihi kebutuhan anak spesies lain pada induknya (Al-Jauhari dan Khayyal, 2005:6).

Keluarga dalam Isl m adalah sistem alamiah dan berbasis fitrah yang bersumber dari pangkal pembentukan manusia yang menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Isl m. Sehingga keluarga pun berhak mendapat lingkupan perhatian dan perawatan yang begitu signifikan dari Al-Qur` n (Al -Jauhari dan Khayyal, 2005: 6).

Al-Qur` n sendiriadalah kalam atau Firman All h yang diturunkan kepada

(19)

Haris Munandar, 2013

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al- Qur` n ketika Al-Qur’ n itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan Sesungguhnya Al-Qur` n itu adalah kitab yang mulia. yang tidak datang kepadanya (Al-Qur` n) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji ” (Q.S. Fu ilat [41]: 41 - 42).

Lalu dalam firman-Nya yang lain dikatakan:















Artinya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur` n, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al- ijr [15]: 9).

Al-Qur` n sendiri mempunyai banyak nama, diantaranya yaitu: Al-Kit b

artinya kumpulan yang tertulis, Al-Furq n artinya membedakan, Al-Nūr artinya cahaya, Al-Syif artinya obat penyembuh, dan Al-Żikr yang artinya ingat (Tim Dosen Agama UPI, 2004:44).

Sedangkan pokok-pokok isi kandungan Al-Quran meliputi „aqīdaħ, „ib daħ, mu‟ malaħ, akhl q, hukum, sejarah dan ilmu pengetahuan tentang jagat raya (Tim Dosen Pendidikan Agama Isl m UPI, 2008:38).

Dalam bahasan latar belakang skripsi ini termasuk isi kandungan tentang

akhl q, tepatnya akhl q yang ada dalam keluarga. Dan ayat yang menyinggung

tentang keluarga contohnya saja seperti firman All h dalam Q.S. Al-Nis ' yaitu:

(20)













Artinya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya All h menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya All h memperkembang biakkan laki

-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada All h yang

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturraḥīm. Sesungguhnya All h selalu menjaga dan mengawasi kamu” (Q.S. Al-Nis ' [4]: 1).

Dari ayat di atas kita bisa tahu bahwa dalam keluarga harus ada sikap saling memelihara, anak harus berbuat baik kepada orang tua atau berbakti kepada orang tua dan orang tua harus mendidik anaknya agar anaknya mengenal All h SWT. All h SWT berfirman:











































































Artinya:
(21)

Haris Munandar, 2013

mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S. Al-Isr ' [17]: 23-24).

Lalu dalam firman-Nya yang lain disebutkan:



































Artinya:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”(Q.S. Luqm n [31]: 14).

Dalam kaidah u ul fiqh, “segala sesuatu yang All h perintahkan berarti itu adalah wajib hukumnya” jadi berdasarkan potongan ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa berbuat baik kepada orang tua itu wajib hukumnya.

Di dalam riwayat juga terdapat beberapa keterangan yang berkaitan dengan ayat tersebut. Misalnya adī yang menerangkan bahwa „Abdull h bertanya kepada Rasūlull h AW “ amal apakah yang dicintai Allah?” Rasūlull h menjawab.” al t tepat pada waktunya.” „Abdull h bertanya lagi “kemudian apa lagi.?” Rasūlull h AW menjawab, “berbakti kepada orang tua, „Abdull h bertanya lagi “lalu apa lagi?, maka Rasūlull h AW menjawab: “berjihad di jalan

All h” ( R. Bukh rī dan Muslim) („Aziz, 2009:5).

Abu Said Al-Khudri meriwayatkan ada seorang laki-laki dari Yaman datang hijrah kepada Rasūlull h. Rasūlull h AW. bertanya “Apakah engkau masih mempunyai keluarga di Yaman?” Lelaki itu menjawab, “kedua orang tuaku

masih ada.” Rasūlull h AW. bersabda” apakah mereka berdua telah memberimu

izin untuk berjihad?” lelaki itu menjawab, “tidak.” Rasūlull h AW. bersabda,

(22)

merestui, silahkan ikut berjihad. Jika tidak ada restu dari mereka, berbaktilah

kepada mereka” ( R. Abū D wud) (Al-Fahham, 2006:195).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk menganalisis

firman All h SWT. dalam Q.S. Al-Isr ' ayat 23-24 dan implikasinya terhadap

pendidikan keluarga. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi ini dengan judul

“KONSEP BIRR AL- W LIDAIN DALAM Q.S. AL- ISR ' AYAT 23-24 DAN

IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA”.

B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penulisan skripsi ini dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran menurut para Mufassir tentang Q.S. Al- Isr ' ayat 23-24 ?

2. Apa prinsip-prinsip birr Al- W lidain yang terkandung dalam surat Q.S.

Al-Isr ' ayat 23-24 ?

3. Apa saja bentuk perilaku birr Al- W lidain yang terkandung dari surat Q.S.

Isr ' ayat 23-24 ?

4. Apa saja aspek-aspek pendidikan keluarga yang terkandung dalam Q.S. Al-

Isr ' ayat 23-24 ?

C.

TUJUAN PENULISAN

Penelitian yang berjudul “Konsep Birr Al- W lidain Dalam Q.S. Al- Isr '

(23)

Haris Munandar, 2013

1. Untuk memperoleh gambaran tentang penafsiran menurut para Mufassir tentang surat Q.S. Al- Isr ' ayat 23-24

2. Untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip birr Al- W lidain yang terkandung dalam Q.S. Al- Isr ' ayat 23-24

3. Untuk mengetahui perilaku birr Al- W lidain yang terkandung dari Q.S. Al-

Isr ' ayat 23-24.

4. Untuk mengetahui aspek - aspek pendidikan keluarga yang terkandung dalam Q.S. Al- Isr ' ayat 23-24.

D.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

mauḍū‟ī` yang digunakan sebagai pemandu langkah-langkah penelitian dan

muq ran sebagai teknik analisis datanya serta menggunakan pendekatan kualitatif.

Alasannya yaitu karena kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai konsep birr Al-W lidain dalam Al-Qur` n dan implikasinya terhadap pendidikan keluarga yang mana hal ini merupakan suatu fenomena atau gejala yang alamiah yang terjadi antara seorang anak dan orang tuanya atau sebaliknya yaitu orang tua dengan anaknya dalam kehidupan kelurga.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif (descriptive research). Sedang metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan data.

(24)

mendeskripsikan pemikiran-pemikiran yang terdapat di dalam buku-buku dan dokumen-dokumen, menjelaskan dan menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Disebut kualitatif adalah karena di dalam penjelasan dan uraian-uraiannya tidak menggunakan angka statistik tetapi berdasarkan fakta dan argumentasi.

E.

MANFAAT PENELITIAN

Dalam hal ini penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Penulis

Setelah melakukan penelitian ini, penulis dapat mengetahui hal-hal yang merupakan perbuatan berbakti kepada orang tua dan perbuatan durhaka kepada orang tua dan sekali gus hal ini memberikan pengetahuan yang baru bagi penulis. 2. Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan semangat kepada para pembaca untuk selalu berbuat baik kepada orang tuanya, sekalipun orang tua itu jauh keberadaannya.

F.

SISTEMATIKA PENULISAN

(25)

Haris Munandar, 2013

Tabel dan Daftar Transliterasi. Adapun sistematika penuisan pada setiap babnya adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN, yaitu terdiri dari: Latar Belakang Pemilihan Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB 2. BIRR AL-W LIDAIN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ISL M,

yaitu terdiri dari: Konsep Pendidikan Isl m, Konsep Birr Al-W lidain, dan Peran

Keluarga dalam Mendidikan Birr Al-W lidain.

BAB 3. METODE PENELITIAN, yaitu terdiri dari: Metode Penelitian yang dipakai, Data dan Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Analisi Data, Definisi Operasional, dan Tahap – tahap Penelitian.

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yaitu terdiri dari: Hasil Penelitian, Pembahasan Penafsiran Q.S. Al- Isr ' Ayat 23, Pembahasan Penafsiran Q.S. Al- Isr ' ayat 24, Prinsip – Prinsip birr Al-W lidain, Bentuk- bentuk Perbuatan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Materi- Materi Pendidikan Keluarga dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23 dan 24, Metode- Metode Pendidikan Keluarga dalam Q.S. Al- Isr ' Ayat 23 dan 24.

BAB 5. PENUTUP, yaitu terdiri dari: Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran sebagai tindak lanjut

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Sukmadinata, 2010: 5).

Sedangkan Ahmad (2008: 39) mengemukakan bahwa, penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu.

Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian adalah suatu kegiatan atau proses yang dilakukan secara sistematis dan logis yang bertujuan untuk mengetahui asal muasal sesuatu.

Dalam sebuah penelitian, memilih dan menggunakan metode, keduanya merupakan hal yang sangat penting, karena kecermatan dalam memilih dan menggunakan metode akan menentukan keberhasilan dalam penelitian itu sendiri. Metode yang tepat dalam melakukan sebuah penelitian, mampu memecahkan suatu permasalahan dengan baik. Atas dasar itulah, sebuah metode merupakan hal yang paling penting dalam melakukan sebuah penelitian (Mubaroq, 2011:74).

Adapun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Afifudin dan Saebani (2009: 56) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

(27)

fenomena atau gejala. Sedangkan objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah.

Oleh karena itu penulis memilih pendekatan penelitian kualitatif, karena kajian yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah mengenai konsep birr Al- Wālidain dalam Al-Qur`ān yang merupakan suatu fenomena atau gejala yang alamiah yang terjadi antara seorang anak dan orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari atau ketika meninggal dunia nanti.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif (descriptive research).

“Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar.

Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,

kesamaan dan perbedannya dengan fenomena lain”(Syaodih, 2010: 72).

B. DATA DAN PENGUMPULAN DATA

Menurut Purwanto dalam Mubaroq (2011:75), bahwa data adalah keterangan mengenai variabel pada sejumlah objek. Yang dimaksud sumber data data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh ( Arikunto, 2006: 129).

“Data menurut sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu data intern dan data

ekstern. Data intern maupun ekstern dapat berupa data primer atau data skunder. Data primer adalah data yang dimunculkan oleh peneliti, dan data skunder adalah data yang sudah ada ketika penelitian dilakukan”(Awal, 2009:11).

(28)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya langsung atau sumber aslinya, tanpa ada perantara Dikarenakan dalam hal ini penulis meneliti konsep birr Al- Wālidaīn dalam Al-Qur`ān surat Al- Isrā' tepatnya, sehinga data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ayat-ayat

Al-Qur`ān yang berhubungan dengan topik masalaha yang dibahas pada skripsi ini.

2. Data Sekunder

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah kitab-kitab tafsīr yang berjumlah lima buah yaitu: tafsīr Al- Azhar Juzu‟ 15, tafsīr Al-Qur`ān Al- Aisar,

tafsīr Al- Qur`ānul Majid An- Nūr, tafsīr Al- Misbā Pesan, Kesan, dan keserasian Al- Qur`ān volume 7, dan tafsīr Fīẓilālil Qur`ān di Bawah Naungan Al-Qur`ān. Dan semua buku-buku penunjang yang masih ada hubungannya dengan persoalan yang dibahas seperti kitab-kitab adī dan buku-buku akhlak.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi dokumentasi, dengan cara mencari data-data yang berkaitan dengan pembahasan.

Sebagaimana dikemukakan oleh arikunto dalam Mubaroq (2011:76) bahwa

“Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan bahan

dengan cara studi kepustakaan dan studi dokumentasi, yaitu metode yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip

buku, majalah dan lain sebagainya”.

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen adalah alat yang digunakan utuk mengkaji dan menganlisis data. Purwanto dalam Mubaroq (2011:77) mengemukakan bahwa:

(29)

harus tepat mengukur motivasi belajar, instrumen konsep diri akademis harus

tepat mengukur konsep diri akademis, dan sebagainya.”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsīr Mauḍū’i (tematik) yang dimana metode ini menjadi panduan langkah-langkah keseluruhan pengkajian dan metode Muqāran (perbandingan) digunakan untuk teknis analisis datanya, sehingga membantu pemahaman dan pengembangan makna ayat dalam surat Al- Isrā' dalam penelitian ini.

Dikarenakan dalam penelitian ini, penulis mengkaji surat Al- Isrā' dengan berbagai macam tafsīr Al-Qur`ān yang sudah ada, sehingga dalam menjelasakan

pembahasan, penulis memerlukan metode tafsīr dan kaidah-kaidah dasar yang mendukung pengungkapan makna dalam Al-Qur`ān. Adapun kaidah-kaidah dasar

metode tafsīr Mauḍū’i` (tematik) dan Muqāran adalah sebagai berikut.

1. Metode Tafsīr Mauḍū’ī`

Setiap masalah beda pemecahannya, dalam hal ini para pakar Al-Qur`ān mencoba memecahkan masalah dengan penafsiran-penafsiran yang bermacam-macam dengan tujuannya hanya satu yaitu menyingkap makna yang benar dalam setiap ayat yang ada dalam Al-Qur`ān.

a. Pengertian Tafsīr Mauḍū’ī`

Menurut Ahmad Syurbasyi ( 1999:233) bahwa, “Metode tafsīr mauḍū’ī`

(tematik) yaitu tafsīr yang berusaha mencari jawaban Al-Qur`ān tentang suatu masalah dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengannya, lalu menganalisanya lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas untuk kemudian melahirkan konsep yang utuh dari Al-Qur`ān tentang

masalah tersebut.”

(30)

Dengan begitu tergambarlah bahwa metode tafsīr Mauḍū’ī` adalah cara mengkaji ayat Al-Qur`ān tentang suatu masalah dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan dianalisa dengan ilmu-ilmu bantu yang lain. Oleh karena itu penelitian yang menggunakan metode ini harus ada ilmu lain yang membantu, dan metode Muqāran (perbandingan) menjadi ilmu bantu yang digunakan oleh penulis untuk memecahkan masalah yang dibahas pada karya ilmiah ini.

b. Bentuk-Bentuk Tafsīr Mauḍū’ī`

Menurut Shihab (2008:192) metode ini mempunyai dua bentuk :

1) Tafsīr yang membahas satu surat Al-Qur`ān secara menyeluruh, memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar, dengan cara menghubungkan ayat satu dengan ayat yang lain, dan atau antara satu pokok masalah dengan pokok masalah yang lain. Dengan metode ini surat tersebut tampak dalam bentuknya yang utuh , teratur, betul-betul cermat, teliti, dan sempurna.

2) Tafsīr yang menghimpun dan menyusun ayat-ayat Al-Qur`ān yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan, dibawah satu bahasan tema tertentu.

c. Langkah-Langkah Penelitian Mauḍū’ī`

Menurut Alfarawi dan Musthafa Muslim yang dikutip Shihab (2008:193) secara terinci mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyusun suatu karya tafsīr bedasarkan metode ini. Langkah-langkah tersebut adalah:

1) Menentukan topik bahasan setelah menentukan batas-batasanannya, dan mengetahui jangkauannya di dalam ayat-ayat Al-Qur`ān.

(31)

3) Merangkai urutan-urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, misalnya dengan mendahulukan ayat Makiyyah daripada ayat Madaniyah, karena ayat-ayat yang diturunkan di Makiyyah biasanya bersifat umum.

4) Kajian tafsīr ini merupakan kajian yang memerlukan bantuan kitab-kitab tafsīr taḥlīlī, pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya ayat sepanjang yang dapat dijumpai, munāsabāt, dan pengetahuan tentang dilālaћ suatu lafal penggunaanya. Maka mufassir perlu mengetahui itu semua, meskipun tidak harus dituangkan dalam pembahasan.

5) Menyusun pembahasan dalam satu kerangka yang sempurna.

6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang menyangkut masalah yang dibahas itu.

7) Mempelajari semua ayat yang terpilih dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang sama pengertiannya. Atau mengkompromikan antara ‘ām (umum) dan khāṣ (khusus), yang muṭlaq dengan muqayyad. Atau yang kelihatannya kontradiktif, sehingga semuanya berteu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam penafsiran.

8) Pembahasan dibagi dalam beberapa bab yang meliputi beberapa fasal, dan setiap fasal itu dibahas, dan kemudian ditetapkan unsur pokok yang meliputi macam-macam pembahasan yang terdapat pada bab, kemudian menjadikan unsur yang bersifat cabang (far’ī) sebagai satu macam fasal.

Dalam pemecahan masalah yang ada dalam skripsi ini, penulis mengambil metode tafsīr Mauḍū’īyang jenis kedua, yaitu menafsīrkan dengan cara menghimpun dan menyusun ayat-ayat Al-Qur`ān yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian membahasnya dengan memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan, dibawah satu bahasan tema tertentu.

(32)

membahasnya dan menyusunnya kedalam beberapa kesimpulan. Sehingga konsep birr Al-Wālidaindalam Q.S. Isrā' ayat 23,-24 dan implikasinya terhadap pendidikan keluarga ini tergambarkan.

2. Metode Tafsīr Muqāran

Menurut Syurbasyi (1999:233) bahwa “Metode tafsīr Muqāran (perbandingan) yaitu tafsīr berupa penafsiran sekelompok ayat-ayat yang berbicara dalam suatu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, antara ayat dengan hadī , baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat-pendapat ulama tafsīr dengan menonjolkan segi-segi

perbedaan tertentu dari objek yang dibandingkan”.

Menurut Shihab (2008:186) Tafsīr Muqāran adalah tafsīr yang menggunakan cara perbandingan (komparasi). Objek kajian tafsīr dengan metode ini dapat dikelompokkan kepada tiga, yaitu:

a. Perbandingan Ayat Al-Qur`ān dengan Ayat Lain

Mufassir membandingkan ayat Al-Qur`ān dengan ayat lain, yaitu ayat-ayat yang memiliki persamaan redaksi dalam dua atau lebih masalah atau kasus yang berbeda; atau ayat-ayat yang memiliki redaksi berbeda dalam masalah atau kasus yang (diduga) sama.

Dalam mengadakan perbandingan antara ayat-ayat yang berbeda redaksi di atas ditempuh beberpa langkah: (1) menginventarisasi ayat-ayat Al-Qur`ān yang memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus berbeda; (2) mengelompokkan ayat-ayat itu berdasarkan persamaan dan perbedaan redaksinya; (3) meneliti setiap kelompok ayat tersebut dan menghubungkannya dengan kasus-kasus yang dibicarakan ayat bersangkutan; dan (4) melakukan perbandingan.

(33)

melakukan Tafsīr Muqāran dalam hal perbedaan ayat tertentu dengan ayat lain. Namun, esensi nilainya pada dasarnnya tidak berbeda.

b. Perbandingan Ayat Al-Qur`ān dengan Ḥadīṡ

Mufassir membandingkan ayat-ayat Al-Qur`ān dengan adī Nabi AW yang terkesan bertentangan. Di antara adī - adī Nabi memang ada yang terkesan bertentangan atau berbeda dengan ayat-ayat Al-Qur`ān. Mufassir berusaha menemukan kompromi antara keduanya.

Dalam melakukan perbandingan ayat Al-Qur`ān dengan adī yang terkesan berbeda atau bertentangan ini, langkah pertama yang harus ditempuh adalah menentukan nilai adī yang akan diperbandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur`ān.

adī itu haruslah a ī , adī ḍaif tidak diperbandingkan karena, disamping nilai otentisitasnya rendah, dia justru semakin tertolak karena pertentangannnya dengan ayat Al-Qur`ān. Setelah itu Mufassir melakukan analisis terhadap latar belakang terjadinya perbedaan atau pertentangan antara keduanya.

Contohnya adalah perbedaan antara ayat Al-Qur`ān surat Al-Na l [16]: 32 dengan adī riwayat Tirmiẓi dibawah ini:











Artinya:

“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".(Q.S. Al-Na l [16]: 32 )

ْ نَل

َْْيْ د

ْ خ

َْلْ

َْأ

َْح

َْدْْ

ْ ك

ْ مْ

ْ لا

َْجْ ن

َْةْْ

بَْعَْم

ْ لْ ه

ْ

Artinya:

Tidak akan masuk seorang pun diantara kamu ke dala surga disebabkan perbuatannya” ( R. Tirmiżi) (Shihab, 2008:187).

Antara ayat Al-Qur`ān dan adī diatas terkesan ada pertentangan. Untuk menghilangkan pertentangan itu, Al-Zarkasyi dalam Shihab (2008:187) mengajukan dua cara, yaitu:

(34)

ra mat Tuhan. Akan tetapi, ayat di atas tidak disalahkan, karena menurutnya amal perbuatan manusia menentukan peringkat surga yang akan dimasukinya. Dengan kata lain, posisi seorang di dalam surga ditentukan amal perbuatannya. Pengertian ini sejalan dengan adī lain, yaitu:

ْ اْ ن

َْْأ

ْ َْل

ْْ لا

َْجْ ن

َْةْْ ا

َْذ

َْدْْا

ْ

َْخْ ل

ْ وْ

َْ

ْ نْا

ْ زْ لْ و

ْ فْا

ْ يَْه

ْ بْا

َْف

ْ ض

ْ ل

َْْع

َْمْ ل

ْ ه

ْ م

ْْ

Artinya:

Sesungguhnya ahli surga itu, apabila memasukinya, mereka mendapat posisi di dalamnya berdsarkan keutamaan perbuatannya” ( R.

Tirmiżi) (Shihab, 2008:188).

Kedua, dengan menyatakan huruf ba pada ayat di atas berbeda konotasinya dengan yang ada pada adī tersebut. Pada ayat tersebut berarti imbalan, sedang pada

adī berarti sebab. Dengan penafsiran dan penjelasan seperti itu, maka kesan kontradiksi anatara ayat Al-Qur`ān dan adī dapat dihilangkan (Shihab, 2008:188). c. Perbandingan Penafsiran Mufassir dengan Mufassir Lain

Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`ān tertentu ditemukan adanya perbedaan di antara „Ulamā' tafsīr. Perbedaan itu dapat terjadi karena perbedaan hasil ijtihad, latar belakang sejarah, wawasan, dan sudut pandang masing-masing.

Manfaat yang dapat diambil dari metode tafsīr ini adalah (1) membuktikan ketelitian Al-Qur`ān, (2) membuktkan bahwa tidak ada ayat-ayat Al-Qur`ān yang kontradiktif, (3) memperjelas makna ayat, dan (4) tidak menggugurkan suatu adī yang berkualitas a ī .

(35)

D.

ANALISIS DATA

Analisis data merupakan proses yang harus ada dalam sebuah penelitian, hal ini diperlukan agar bisa menginterpretasi objek yang diteliti. “Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori, dan

suatu uraian dasar” (Rahman, 2011: 40).

Dikarenakan dalam penelitian ini penulis mengkaji Q.S. Al-Isrā' ayat 23-24

dengan berbagai tafsīr Al-Qur`ān yang sudah ada, sehingga teknik analisis data yang digunakan dalam memacahkan masalah pada skripsi ini yaitu dengan menggunakan

metode muqāran (perbandingan). Adapun metode perbandingan yang dipakai oleh penulis yaitu metode perbandingan ayat dengan ayat, metode perbandingan ayat dengan adīs dan metode perbandingan penafsiran mufassir dengan mufassir lain, serta menggunakan pendekatan kualitatif untuk memaparkan penjelasan yang penulis temukan sehingga menghasilkan sebuah konsep baru yang terkandung dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23 dan 24 ini.

E.

DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan pengertian istilah-istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai beberapa definisi istilah yang terdapat pada judul penelitian sebagai berikut:

1. Konsep

Definisi konsep secara umum yaitu suatu yang diterima dalam pikiran atau suatu ide umum dan abstrak. konsep juga bisa diartikan sebagai rancangan dasar sebuah rencana. Adapun yang menjadi kajian konsep dalam penelitian ini adalah dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23– 24.

(36)

Yaitu mentaati kedua orang tua di dalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allāh dan durhaka dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya. Adapun yang menjadi kajian birr

Al-Wālidain dalam penelitian ini adalah birr Al-Wālidain dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23 – 24.

3. Pendidikan Keluarga

Keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keselurū an akan ikut baik dan jika keluarga rusak, masyarakatpun ikut rusak.

Dalam kaitannya dengan pendidikan keluarga, Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: pendidikan keluarga termasuk pendidikan jalur luar sekolah merupakan salahsatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.

F.

TAHAPAN-TAHAPAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Creswell (2009: 276),

mengatakan bahwa: “pendekatan kualitatif mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengolah dan mempersiapkan, 2. Membaca keseluruhan data, 3. Menganalisis lebih detail dengan men-coding data.” Adapun tahapan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

(37)

Tafsīr Al- Azhar Juzu‟ 15, tafsīr Aisar At- Tafasir li Al- Kalaami Al- Aliyyi Al- Kabiir, tafsīr Al- Qur`ānul Majid An- Nūr, tafsīr Al- Misbā Pesan, Kesan, dan keserasian Al- Qur`ān volume 7, dan tafsīr Fīẓilālil Qur`ān.

2. Tahap Klasifikasi

Tahap ini dimulai dengan memilah-milah bacaan dan mengelompokkan data berdasarkan ayat perayat.

3. Tahap Deskripsi Data

Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya tersebut selanjutnya disajikan berdasarkan karakteristik data, setelah data-data yang ada disajikan kemudian dibuat deskripsi masing-masing data untuk mempermudh tahap interpretasi.

4. Tahap Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap penafsiran terhadap hasil deskripsi yang telah dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan sehingga terjadi pemahaman secara baik dan benar.

5. Tahap Evaluasi

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dideskripsikan dua pokok kajian yaitu kesimpulan hasil penelitian dan saran. Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan secara rinci pada bab IV adalah sebagai berikut ini.

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulannya yaitu, bahwa dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24 ini tidak mengandung kata ّ ربلا di dalamnya, yang ada adalah kata iḥsān yang dapat di maknai dengan hubungan baik anak kepada orang tua. Adapun makna birr sendiri adalah keluasan dalam kebaikan, jadi seorang anak tidak membeda-bedakan untuk berbuat baik kepada orang tua ia harus berbakti kepada ayah dan ibu sekaligus, bukan mengutamakan bakti kepada ibu dengan mengabaikan bakti kepada ayah, atau sebaliknya.

Adapun ayat Al-Qur`ān yang menerangkan tentang berbakti kepada orang tua ada dalam Al-Qur`ān surat: Q.S. Al- Baqaraħ: 83, Q.S. Al- Nisā' ayat 36, Q.S. Al-

An‘ām ayat 151, Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24, Q.S. Al- ‘Ankabūt ayat 8, Q.S. Luqmān ayat 14, Q.S. Al- Aḥqāf ayat 15, Q.S. Maryam ayat 14 dan 32, Q.S. Ibrāhīm ayat 41 dan Q.S. Nūḥ ayat 28.

Dan adapun prisip birr Al- Wālidain yang terdapat dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24 ini yaitu:

1. Berbakti kepada orang tua selama tidak bertentangan dengan perintah Allāh SWT.

(39)

apabila orang tuanya memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah

Allāh SWT.

2. Tidak pernah merasa kesal atas perilaku orang tua, berdasarkan firman Allāh SWT. dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23. Dalam hal ini seorang anak haruslah bersikap ikhlaṣ terhadap apapun yang dilakukan orang tua kepada dirinya.

3. Berbakti kepada orang tua tidak terbatas ruang dan waktu dengan berdasarkan

firman Allāh SWT. dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 24. Dalam hal ini seorang anak

harus mendo’akan orang tuanya dikala orang tuanya hidup ataupun meninggal.

Lalu bentuk-bentuk perbuatan berbakti kepada kedua orang tua dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24 ini yaitu:

1. Bergaul dengan orang tua secara baik. Dalam hal ini seorang anak harus membalas kebaikan orang tua dengan bergaul secara santun, sopan dengan berperilaku secara baik ketika orang tuanya masih hidup walaupun sudah meninggal.

2. Bertutur kata yang baik terhadap orag tua. dalam hal ini seorang anak dituntut untuk berkomunikasi yang baik dengan orang tuanya; berkata sopan, tidak membantah perintah mereka dan tidak mengutuk orang tua lain.

3. Memandang orang tua dengan hormat dan penuh kasih sayang. Dalam hal ini seorang anak harus bersikap seperti pembantu yang mempunyai majikan yang galak.

Lalu materi-materi pendidikan keluarga yang ada pada Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24 ini yaitu:

1. Materi ‘aqīdaħ yang ada pada Q.S. Al- Isrā' ayat 23. Dalam hal ini materi pendidikan yang harus diajarkan kepada anak adalah materi tentang ketauḥīdan atau ‘aqīdaħ.

2. Materi akhlāq yang ada pada Q.S. Al- Isrā' ayat 23. Setelah materi ‘aqīdaħ maka orang tua harus mengajarkan materi tentang akhlāq pada anaknya.

3. Materi do’a yang ada pada Q.S. Al- Isrā' ayat 24. Selain aqidah dan akhlak anak

(40)

setelahnya, tidur dan sesudahnya, masuk kamar mandi dan keluarnya, dan materi

do’a yang ada pada ayat ini yaitu do’a untuk kebaikan orang tua.

4. Materi keṭa’atan yang ada pada Q.S. Al- Isrā' ayat 23. Selain materi-materi yang diajarkan di atas, materi tantang keța’atan pun harus diberikan kepada si anak, agar si anak bisa mejalankan perintah yang orang tua berikan dan apabila di

sekolah si anak bisa mența’ati apa yang gurunya perintahkan kepadanya.

Adapun metode-metode yang digambarkan dalam isi kandungan Q.S. Al- Isrā' ayat 23-24 ini yaitu:

1. Harus didahului dengan menanamkan keimanan. Seorang anak mau di didik agama seperti apaun pasti ia menerima, karena ia masih polos. Maka orang tua yang baik harus menanamkan keimanan terlebih dahulu kepada anaknya dibanding hal-hal yang lain.

2. Mendidik dengan sentuhan emosional. Agar pendidikan yang orang tua berikan cepat diserap oleh anak, maka cara mendidik yang baik itu adalah dengan menggunakan sentuhan emosional.

3. Menggunakan kata paling baik. Dalam hal ini ketika mendidik hendaknya orang tua menggunakan kata-kata yang baik agar si anak terbisa dengan perkataan yang baik pula ketika berbicara dengan orag lain.

4. Mendidik dengan menggunakan do’a. Dalam hal ini Orang tua selain mendidik

dengan materi-materi yang menggunakan fisik secara langsung, orang tua juga

(41)

B.

SARAN

1. Bagi Program Studi IPAI

Penulis adalah salah seorang mahasiswa dari jurusan Ilmu Pendidikan Agama

Islām, disini penulis meneliti ayat Al-Qur`ān yang mengandung materi dan metode dalam mendidik keluarga. Karena penulis belum punya ilmu yang lebih seperti dosen-dosen yang telah mendidinya, maka dengan segala hormat kepada para dosen untuk lebih memperkuat dan mengembangkan lagi materi dan metode yang ada pada hasil penemuan skripsi ini.

2. Bagi Orang Tua

Agar tujuan pendidikan yang diberikan orang tua bisa tercapai, sebaiknya orang tua harus memahami terlebih dulu hakikat sianak, lalu mengetahui metode-metode yang baik untuk mendidik anak. Dan disini telah dipaparkan beberapa materi dan metode yang baik menurut Al-Qur`ān, jadi alangkah baiknya apabila orang tua bisa memaka metode ini dan mengembangkannya.

3. Bagi Bidang Kurikulum Pendidikan Formal

Dalam penelitian ini terdapat materi dan metode yang ditemukan, oleh karena itu dalam pendidikan formal diharapkan bisa menggunakan dan menjadi pegangan yang menjadi acuan ketika akan mengembangkan pendidikan formalnya tersebut.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

(42)

DAFTAR PUSTAKA

___ .(2010). Al-Qur`ān dan Terjemahnya.(Tim Penerjemah Muṣḥaf

Al-Qur`ān Departemen Agama RI, Penerj.) Bandung: MQS Publishing.

Afifuddin & Saebani. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Al- Fahham, M. (2006). Berbakti Kepada Orang Tua Kunci Kesuksesan dan Kebahagiaan Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Al- Jauhari, M. M & Khayyal, M. A. H. (2005). Membangun Keluarga Qur`āni. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Al- Jazairi, A. B. (2008). Tafsir Al- Qur`ān Al-Aisar .(A. M. M. Azhari Hatim, Penerj.) Jakarta: Darus Sunnah.

Al- Kharasyi, N.A. (2005). Berbakti Kepada Orang Tua Pintu Menuju Surga. Jakarta: Cendikia.

Al- Qaṭṭān, M. K. Studi Ilmu-Ilmu Qur`ān. (Mudzakir, A. S, Penerj.) Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa.

Al- Shabbagh, M. (1994). Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islām. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Amrullah, H. A. A. (1985). Tafsir Al Azhar . Jakarta: Pustaka Panjimas.

Annisa, P. (2010). Kenakalan Remaja. [Online]. Tersedia: http://annisaprawidya1991.blogspot.com/2010/04/kenakalan-remaja.html [4 Maret 2010]

(43)

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arist. (2012). Tawuran Antar Pelajar. [Online]. Tersedia: http://www.tempo.co/read/news/2012/09/26/064431912/16-Siswa-Tewas-Sepanjang-2012 [26 September 2012]

Ash-Shiddieqy, T. M. H. (2000). Tafsīr Al-Quranul Majid An- Nuur . Semarang: PT Pustaka Rizqi.

Az-Zamuji, S. (1995). Terjemah Ta’lim Muta’alim. (Aljufri, A. K, Penerj.) Surabaya: Mutiara Ilmu.

‘Aziz, A. (2009). Birrul Walidain. (Al-Atsari, A. H. Y, Penerj.) [Online]: Tersedia: http://www.islamhouse.com/p/227903 [30 Juli 2008]

Basri, H. (2009). Filsafat Pendidikan Islām. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Creswell, J.W. (2009). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Effendi, R. (2007). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya dan teknologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika

Fajar, A. A. (2010). Keramat Do’a Ibu Mengubah Takdir. Jogjakarta: Mitra Press. Fajar, D.A. (2010). Epistemologi Do’a. Caianjur: Darr al- Dzikr Press.

Ghazāli, A. H. M. (2003). Amr Ma’rūf Nahi Munkar. Bandung: Karisma.

Hamida, A. (2009). Birrul Wālidain Super Berkah Buah Manis Berbakti Kepada Ibu Bapak. Bandung: Pustaka Hidayah.

(44)

Isgianto, A. (2009). Teknik Pengambilan Sampel pada Penelitian Non-Eksperimental. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offset.

Karim, S. (2006). Agar Anak Tidak Durhaka. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Katsir, I. (2006). Tafsiir Ibnu Katsiir. (M. A. Ghoffar E. M, Penerj.) Bogor: Pustaka

Imam Syafi’i.

Kisyk, A. H. (2005). 10 Wasiat Illahi dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Luthfi, A. (2009). Tafsīr Tazkiyah. Jakarta: Gema Insani.

Manan, S. (2013). Konsep Pendidikan Bagi Anak Menurut ‘Abdullāh Nasih ‘Ulwan. Skripsi Pada Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Mubaroq, S.H. (2011). Konsep Pendidikan Keluarga dalam Al-Quran Surat Luqman ayat 12-19. Skripsi Pada Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak

diterbitkan.

Mujib, A. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Musbikin, I. (2010). Guru yang Menakjubkan. Jogjakarta: Bukubiru.

Mustaqim, A. (2005). Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada Anak. Bandung: Mizan Media Utama .

Nawawi, I. (2004). adī Arba’in An- Nawawiyah dan Terjemahnya.(Y. Abduh, Penerj.) Surakarta: Media Insani Press.

Purwanto, N. (2007). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Quṭub, S. (2008). Tafsīr fi zhilalil-Qur`an di Bawah Naungan Al-Qur`ān. (A. Yasin, A. Basyarahil, Penerj.) Depok: Gema Insani.

(45)

Rahman, F. A. (2011). Materi Akhlak Berdasarkan Quran Surat Al- Hujarat Ayat 10-13 dan Pembelajaran Bagi Remaja Skripsi Pada Universitas Pendidikan

Indonesia.. Bandung: tidak diterbitkan.

Rohimin. (2007). Metodologi Ilmu Tafsīr dan Aplikasi Model Penafsiran. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Ramayulis & Nizar, S. (2010). Filsafat Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia. Saebani, B. A. (2008). Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia

Said, M. (1986). 101 adi Tentang Budi Luhur. Bandung: PT Alma’arif.

Sauri, S. (2006 [a]). Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: PT Genesindo.

Sauri, S. (2006 [b]). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.

Shihab, M. Q. (2002). Tafsīr Al-Misbā : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`ān. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M.Q. (2008). Sejarah dan Ulūm Al-Qur`ān. Jakarta: Pustaka Firdaus

Soejono., & Abdurrahman, H. (2005) Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Suresman, E. (2009). Esensi Aqidah Islām. Bandung: Rizqi Press

Syahidin, & dkk. (2009). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV. Alfabeta.

Syatila, S. (2013). Nenek yang Dipidanakan Anak Kandung. [Online]. Tersedia: http://news.fimadani.com/read/2013/03/29/tebang-pohon-di-tanah anaknya nenek-artija-dipidanakan-anak-kandung/ [29 Maret 2013].

(46)

Syurbasyi, A. (1999). Study Tentang Sejarah Perkembangan Tafsīr Al-Qur`ān Alkarim.Jakarta: Kalam Mulia.

Tafsir, A. (2008). Filsafat Pendidikan Islāmi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Dosen Agama UPI. (2004). Islām Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value

Press.

Tim Dosen Pendidikan Agama Islām UPI. (2008). Islām Tuntunan dan Pedoman

Hidup. Bandung: Value Press.

Ulwan, A. N. (1996). Pendidikan Anak Menurut Islām Kaidah-Kaidah Dasar. Bandung: Rosdakarya.

Yusuf, S. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zakaria, A. (2006). Etika Hidup Seorang Muslim. Garut: Ibn Azka Press.

(47)

RIWAYAT HIDUP

Haris Munandar dilahirkan di Subang, pada tanggal 02 Nopember 1991. Merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Tarjo dengan Rasmitin. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1997 sampai 2003 di SDN Sukamulya Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang, kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMPN 1 Pamanukan dan lulus tahun 2006 kemudian kembali melanjutkan pendidikan ke SMA Pasundan Purwakarta dan lulus tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI) Bandung pada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām sejak

tahun 2009 sampai sekarang tahun 2013. Adapun pendidikan non formalnya dimulai dari Madrasah salafiyah Miftahul Hidayah (MSMH) (1997-2004) di Subang dan

Gambar

Tabel dan Daftar Transliterasi. Adapun sistematika penuisan pada setiap babnya

Referensi

Dokumen terkait

dalam Tafsir Al-Mi bā dan Implikasinya Terh adap Pendidikan.” Tafsir Al- Mi bā digunakan sebagai sumber dalam penelitian ini karena tafsir tersebut merupakan tafsir

konsep pendidikan anak yang islami dengan mengggunakan tolak ukur yang telah disyari‟atkan oleh Islam melalui Al-Qur‟an. Dengan bertitik tolak pada konsep Al-Qur‟an, akan

Tafsîr al Qurân al ‘Azîm yang termasyhur dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir pada Qur‟ an Surat al Baqarah ayat 132-133. Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut al

BEFIKA FITRIYA DEWI. Konsep Kepemimpinan Pendidikan menurut Mario Teguh dan Implikasinya dalam Kepemimpinan Guru PAI. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep

konsep pendidikan anak yang islami dengan mengggunakan tolak ukur yang telah disyari‟atkan oleh Islam melalui Al-Qur‟an. Dengan bertitik tolak pada konsep Al-Qur‟an, akan

Menurut hasil analisis yang diperoleh bahwa konsep pendidikan Islam dalam al-Qur‟an surat al-Jumu‟ah ayat 1-5 menurut tafsir al-Maraghi adalah konsep pendidikan Islam

Dalam hal ini akan dipaparkan pada bagian analisis konsep khitbah dalam al-Qur‟an kajian tafsir surat al-Baqarah ayat 235 dan bagaimana relevansinya dengan materi Fiqih di Madrasah

Bab IV membahas tentang pokok kajian yaitu penafsiran mengenai kajian inti yang dibahas yaitu ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan tabarruj dalam tafsir Al-Ibriz dan Al-Misbah,