• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA JALUR NON AKADEMIS :Studi Pengembangan di SMA Negeri 3 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA JALUR NON AKADEMIS :Studi Pengembangan di SMA Negeri 3 Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ………... I

KATA PENGANTAR……… Ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... V

DAFTAR ISI ………. Ix

DAFTAR TABEL ………. Xi

DAFTAR GAMBAR ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..……...… 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah…..………... 5

C. Tujuan Penelitian...………. 8

D. Manfaat Penelitian... 9

F. Asumsi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENYESUAIAN DIRI SISWA A. Konsep Perkembangan Siswa SMA ………..…....………... 11

B. Konsep Penyesuaian Diri ………... 26

C. Konsep Dasar Bimbingan Konseling ... 48

D. Penelitian Terdahulu ... 74

(2)

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 79

B. Definisi Operasional Variabel ... 81

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 83

D. Pepulasi Penelitian ... 89

E. Prosedur Penelitian ... 90

F. Prosedur Pengolahan Data ... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 95

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 143

B. Rekomendasi ... 145

(3)

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pengumpul Data (Sebelum Uji Coba) 84

Tabel 3.2 Hasil Validasi Angket Penyesuaian diri 87

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Penyesuaian diri (Setelah Uji Coba) 88

Tabel 3.4 Kategori Gambaran Penyesuaian Diri 94

Tabel 4.1 Gambaran Umum Penyesuaian Diri

Siswa Jalur Non Akademis SMA Negeri 3 Bandung

96

Tabel 4.2 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Kemampuan Menerima dan Memahami Diri Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

96

Tabel 4.3 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Kemampuan Menerima dan Menilai Kenyataan Lingkungan di Luar Dirinya Secara Objektif Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

97

Tabel 4.4 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Memiliki Perasaan Aman yang Memadai Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

98

Tabel 4.5 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Memiliki Kemampuan Bertindak Sesuai Potensi dan Norma yang Berlaku

Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

98

Tabel 4.6 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Memiliki Kemampuan Berinteraksi dan Memelihara Tata Hubungan dengan Orang Lain Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

99

Tabel 4.7 Rincian Persentase Penyesuaian Diri Berdasarkan Aspek dan Indikator Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

100

Tabel 4.8 Rincian Persentase Penyesuaian Diri Berdasarkan Aspek dan IndikatorSiswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

106

Tabel 4.9 Ruang Lingkup Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Siswa Jalur Non-Akademis Tahun Akademik 2009-2010

112

Tabel 4.10 Data Pre-Post Tes Kelas Eksperimen Siswa Jalur Non-Akademis Berdasarkan Item Tahun Ajaran 2009/2010

(4)

Tabel 4.11 Data Pre-Post Tes Kelas Eksperimen Siswa Jalur Non-Akademis Tahun Ajaran 2009/2010

119

Tabel 4.12 Rincian Persentase Penyesuaian Diri Berdasarkan Aspek dan Indikator Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis

132

Tabel 4.13 Ruang Lingkup Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Siswa Jalur Non-Akademis Tahun Akademik 2009-2010

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi

besar untuk membantu siswa mencapai perkembangan psiko-sosialnya. Layanan

pendidikan di sekolah diarahkan untuk memfasilitasi perkembangan potensi siswa

secara optimal. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), upaya optimalisasi

potensi siswa dimulai sejak siswa memilih sekolah. Oleh karena itu, siswa akan

memilih sekolah terbaik untuk perkembangan potensi dirinya.

Sekolah sebagai salah satu lingkup pendidikan formal tentunya akan

melakukan seleksi penerimaan siswa. Dalam sistem seleksi penerimaan siswa,

sejak tahun pelajaran 2003/ 2004 berdasarkan SK Wali Kota Bandung Nomor

421/kep.413-Huk/2004, seleksi dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur

akademis dan jalur non-akademis. Jalur akademis merupakan seleksi penerimaan

calon siswa SMA yang dilakukan berdasarkan nilai rata-rata dalam Ijazah/ Surat

Tanda Lulus dengan pembobotan 80% dari nilai Ujian Nasional (UN) dan 20%

dari nilai Ujian Sekolah (US) kemudian diperingkat dan diambil sesuai dengan

daya tampung sekolah pilihan. Jalur non-akademis atau disebut juga jalur khusus.

Jalur non-akademis merupakan seleksi penerimaan calon siswa SMA yang

memiliki prestasi dalam bidang olahraga, seni, dan keterampilan dilengkapi

(6)

juga menyeleksi calon siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu (bina

lingkungan) dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi terkait.

Penyelenggaraan jalur non-akademis sebagai bentuk penghargaan dari

Pemerintah Kota Bandung kepada siswa SMP yang telah meraih prestasi dalam

bidang olahraga, seni, dan keterampilan lain. Jalur non-akademis lain juga

diberikan kepada siswa yang tidak mampu (bina lingkungan) sebagai bentuk

kepedulian pemerintah kepada masyarakat yang tidak mampu agar siswa dapat

melanjutkan pendidikannya di sekolah yang dekat dengan tempat tinggal sehingga

tidak memberatkan secara ekonomi. Siswa bina lingkungan juga dibebaskan dari

segala kewajiban biaya sekolah dan ditanggung oleh pemerintah setempat.

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap penerimaan siswa jalur

non-akademis di SMAN se-Kota Bandung, terdapat ± 900 siswa. Dalam proses

pembelajaran, siswa jalur non-akademis ditempatkan di setiap kelas secara merata

dan disatukan dengan siswa lainnya yang masuk melalui jalur akademis. Kondisi

ini juga berlaku untuk seluruh kegiatan sekolah lainnya. Oleh karena itu analisis

tentang kebijakan lokal mengenai penerimaan siswa baru (PSB) melalui jalur

non akademis dan kaitannya dengan layanan konseling dalam menangani

masalah yang dihadapi oleh para siswa SMA harus dilakukan. Untuk

melakukan proses tersebut diperlukan data awal, sebab pada dasarnya analisis

akan dapat dilakukan setelah diketahui kondisi yang ada. Selanjutnya kondisi

tadi diteliti secara mendalam, dan apabila penelitian tersebut menghasilkan

program yang lebih berbobot dan bermakna yang dapat diimplementasikan

(7)

penanganan masalah sejenis di sekolah lainnya. Berbagai data dan informasi

yang diperoleh melalui penelitian ini menjadi satu hal yang sangat penting bagi proses

selanjutnya, baik berupa proses layanan konseling dalam menangani masalah

penyesuaian diri siswa jalur khusus maupun dalam melakukan penanganan yang

berkaitan dengan masalah-masalah lainnya.

Di lapangan khususnya di SMAN 3 Bandung, memperlihatkan bahwa

siswa yang diseleksi melalui jalur non akademis mengalami permasalahan

penyesuaian diri dengan tuntutan sosial dan akademis. Permasalahan penyesuaian

diri ini di antaranya: (a) terlihat dari hasil prestasi belajar yang diberada di bawah

SKBM (Standar Kompetensi Belajar Minimal) hampir untuk semua mata

pelajaran; (b) perhatian siswa mudah teralih dan lambat dalam menangkap

pelajaran terutama mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia; (c) siswa

memperlihatkan kondisi yang tidak konsisten seperti terlihat over confidence dan

situasi lain siswa berubah menjadi tidak percaya diri serta cenderung menarik diri;

(d) beberapa siswa memperlihatkan kesulitan untuk menyesuiakan diri dengan

teman-teman, melanggar tata tertib sekolah, motivasi belajar yang turun, dan

membolos pada pelajaran tertentu; (e) munculnya rasa rendah diri karena

ketidakseimbangan antara prestasi non-akademis dan prestasi akademis; serta

(f) pada siswa bina lingkungan menunjukkan adanya sikap mengisolasi diri.

Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi secara tepat, akan

menghambat pembentukan konsep diri yang positif (Gunawan, 2005). Selain itu,

permasalah penyesuaian diri akan menghambat pencapaian aktualisasi diri yang

(8)

terwujud apabila seseorang dapat menyesuaikan diri secara dinamis dengan

lingkungannya (Allport, 1967).

Untuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa jalur

non-akademis, sekolah berkewajiban memberi layanan dan menciptakan lingkungan

yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikannya. Salah satu layanan di

sekolah yang dapat mengembangkan penyesuaian diri siswa adalah layanan

bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan

posisi kunci dalam pendidikan di sekolah sebagai pendamping fungsi utama

sekolah dalam pembelajaran dan perkembangan diri siswa (Natawidjaja, 1990).

Bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen integral dari

pendidikan yang juga diselenggarakan di sekolah harus mampu memberikan

layanan bantuan yang bersifat psikoedukatif, yang tidak diperoleh siswa dalam

kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Dengan melihat kebutuhan dan

mengedepankan prinsip pengembangan potensi pribadi-sosial siswa, terutama

bagi siswa yang mengalami masalah penyesuaian diri, maka diperlukan upaya

pencegahan, penanganan dan pengembangan terhadap masalah ini dari pihak

sekolah, khususnya konselor melalui program bimbingan pribadi-sosial untuk

meningkatkan penyesuaian dirinya.

Bertitik tolak dari masalah penyesuaian diri di atas, penelitian ini

diarahkan pada penyusunan program bimbingan konseling pribadi sosial untuk

mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3

Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis

(9)

meningkatkan wawasan untuk melakukan penelitian khususnya yang

menyangkut profesi konseling; (b) konsep yang dihasilkan dari penelitian ini

dapat bermanfaat juga bagi peneliti sejenis yang melakukan kajian terhadap

aspek-aspek yang sama; (c) dapat dijadikan kontribusi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya yang menyangkut peningkatan kemampuan para konselor

dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana utama dari program

bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya dalam memberikan layanan

konseling kelompok; (d) untuk penambahan literatur yang sudah ada serta

sebagai bahan acuan dalam menelaah masalah yang sama.

Secara praktis: (a) dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman oleh

konselor (guru pembimbing) khususnya di SMA Negeri 3 Bandung bagi

pelaksanakan layanan konseling kelompok dalam menangani masalah

penyesuaian diri siswa; (b) dapat meningkatkan pemahaman konselor terhadap

permasalahan yang dihadapi oleh para siswa dan sekaligus dapat menentukan

langkah profesional intervensi konseling yang akan dilakukan; (c) dapat

bermanfaat bagi pemegang kebijakan di sekolah sebagai bahan pertimbangan

dalam meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling khususnya layanan

konseling kelompok dalam menanggulangi berbagai masalah yang timbul dalam

aktivitas pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Program Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa Jalur Non

(10)

disusun oleh konselor dalam kurun waktu satu semester tentang upaya pemberian

layanan, dengan tujuan untuk membantu siswa SMA yang masuk melalui jalur

non akademis dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Program ini

merupakan pengembangan dari layanan bimbingan dan konseling yang ada

sekarang. Dalam pengembangan program layanan, juga dilakukan upaya-upaya

untuk memaksimalkan berbagai hal yang menjadi faktor pendukung dan

meminimalisir faktor penghambat pelaksanaan layanan.

Siswa jalur non akademis adalah siswa yang masuk ke SMA Negeri

berdasarkan prestasi olah raga, seni, dan keterampilan lain yang telah diraihnya

selama menjadi siswa di SMP. Selain itu yang termasuk ke dalam jalur non

akademis adalah siswa bina lingkungan yaitu siswa yang berasal dari keluarga

tidak mampu dan berada dekat di sekitar sekolah yang dibuktikan dengan surat

keterangan dari kelurahan setempat. Siswa bina lingkungan mengalami hambatan

dalam proses pembelajaran dan penyesuaian diri di sekolah dengan indikator

prestasi rendah, perasaan minder, kurang percaya diri, dan kurang dapat

bersosialisasi.

Penyesuaian diri menurut Zainun Mu’tadin (2002) merupakan proses

dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan

yang sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Dari pengertian tersebut,

yang dimaksud penyesuaian diri siswa jalur non akademis pada penelitian ini ini

adalah suatu proses dinamis agar individu dapat menyelaraskan sikap dan

(11)

dua aspek penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial

siswa di sekolah.

Penyesuaian pribadi mencakup unsur bagaimana siswa menyadari

kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, mampu bertindak objektif sesuai

dengan kondisi dirinya, dan mampu menerima diri apa adanya sehingga dapat

menentukan sikap dalam menghadapi permasalahan yang dialaminya. Sedangkan

penyesuaian sosial adalah perilaku-perilaku siswa yang berkaitan dengan

hubungan interpersonal baik dengan guru, teman sebaya, dan personil sekolah

lainnya, termasuk di dalamnya penyesuaian akademis. Penyesuaian akademis

yang diamati, bagaimana sikap siswa terhadap berbagai mata pelajaran dan

usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai prestasi akademik dan kaitannya dengan

cita-cita karir di masa depan.

Penelitian ini bermula dari pengamatan peneliti terhadap siswa yang

diterima melalui jalur non-akademis yang memperlihatkan masalah penyesuaian

diri di SMA Negeri 3 Bandung. Masalah penyesuaian diri ini berdampak pada

perkembangan pribadi-sosial siswa yang menjadi terhambat.

Merujuk pada kondisi di atas, secara umum masalah yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah: “bagaimanakah program bimbingan dan konseling

yang dapat pengembangkan penyesuaian diri siswa?” Secara operasional, masalah

penelitian ini dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran penyesuaian diri siswa jalur non-akademis SMAN 3

(12)

2. Bagaimana program hipotetik bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3

Bandung?

3. Bagaimana efektivitas hasil uji coba program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3

Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan program

bimbingan dan konseling yang efektif untuk mengembangkan penyesuaian diri

siswa jalur non-akademis.

Tujuan spesifik dari penelitian adalah untuk mengungkap dan

menganalisis data empiris tentang karakteristik penyesuaian diri siswa dengan

penjabaran sebagai berikut.

1. Memperoleh gambaran umum penyesuaian diri siswa SMAN 3 Bandung

jalur non-akademis.

2. Memperoleh program bimbingan konseling hipotetik untuk

mengembangkan penyesuian diri siswa SMAN 3 Bandung jalur

non-akademis.

3. Memperoleh program bimbingan dan konseling yang efektif berdasarkan

(13)

D. Manfaat Penelitian

Urgensi penelitian ini adalah menganalisis kebijakan lokal mengenai

penerimaan siswa baru (PSB) melalui jalur non akademis dan kaitannya dengan

layanan bimbingan dan konseling dalam menghadapi masalah yang dihadapi oleh

para siswa. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

praktis sebagai berikut.

1. Secara teoritis, konsep yang dihasilkan dari penelitian ini dapat bermanfaat

peneliti sejenis dalam mengkaji aspek-aspek yang sana, selain itu

penelitian ini dapat berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khusunya yang menyangkut peningkatan kemampuan konselor dalam

melaksanakan mengembangkan program bimbingan dan konseling

2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman

oleh konselor khususnya di SMAN 3 Bandung dalam memahami masalah

penyesuaian diri siswa, dapat meningkatkan pemahaman konselor terhadap

permasalahan siswa dan sekaligus dapat menentukan langkah intervensi

serta penanggulangan masalah penyesuaian diri.

E. Asumsi Penelitian

Untuk menghasilkan layanan bimbingan dan konseling yang efektif

diperlukan data atau informasi yang valid, reliabel dan akurat berkaitan dengan

penyesuaian diri siswa dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Penelitian

(14)

1. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa jalur non akademis, pada

umumnya menunjukkan gejala yang sama yaitu mengalami hambatan

dalam penyesuian diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, intervensi

yang tepat melalui bimbingan kelompok (Warnika, 2007).

2. Apabila permasalahan penyesuaian tidak segera diatasi secara tepat, akan

menghambat pembentukan konsep diri yang positif (Adi Gunawan, 2005).

3. Permasalah penyesuaian diri akan menghambat pencapaian aktualisasi diri

yang merupakan salah satu ciri kepribadian sehat. Kepribadian sehat hanya

akan terwujud apabila seseorang dapat menyesuaikan diri secara dinamis

(15)

79 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan

dan menguji keefektifan produk.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan

untuk mendeskripsikan penyesuaian diri siswa jalur non akademis, program

bimbingan dan konseling yang ada serta menganalisis potensi yang dimiliki oleh

SMA Negeri 3 Bandung guna mendukung penyusunan program bimbingan dan

konseling dalam mengembangkan masalah penyesuaian diri siswa jalur non

akademis.

Dalam rangka menghasilkan program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non akademis yang layak

dilaksanakan, maka desain yang digunakan meliputi lima tahapan kegiatan

sebagai berikut ini :

1. Tahap pemotretan tentang gambaran kebutuhan siswa jalur non akademis

terhadap layanan bimbingan dan konseling diungkap melalui perhitungan uji

kecenderungan dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa jalur non

akademis yang menjadi sampel penelitian. Sementara pemotretan program

(16)

dokumentasi dan observasi yang selanjutnya dilakukan analisis potensi

berkaitan dengan data tersebut.

2. Tahap pengkajian seluruh informasi yang diperoleh dari angket, wawancara

dan observasi lapangan untuk dijadikan bahan masukan pengembangan

program.

3. Tahap pengembangan program bimbingan dan konseling untuk mengatasi

masalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis. Berdasarkan hasil kajian

terhadap data-data tersebut disertai analisis terhadap konsep bimbingan dan

konseling dan teori tentang penyesuaian diri siswa jalur non akademis, maka

dikembangkan sebuah program bimbingan dan konseling.

4. Tahap diskusi program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program, langkah

berikutnya adalah mengadakan group focus discusions yang melibatkan pakar

Bimbingan dan Konseling untuk melakukan validasi teori, menilai kelaikan

program, isi program dan keterkaitan antar komponen program. Dengan

demikian diperoleh masukan-masukan yang dapat dijadikan pertimbangan

dalam pengembangan program.

5. Uji coba lapangan. Kegiatan uji coba yang berbentuk penelitian eksperimen

semu melibatkan siswa jalur non akademis SMA Negeri 3 Tahun Akademik

2009/2010. Intervensi dilakukan selama 1 bulan yaitu di bulan Mei dan

evaluasi pada akhir program.

6. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui

efektivitas program dalam mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur

(17)

coba, bagaimana dampak perlakuan, pandangan serta harapan dari siswa,

konselor sehingga diperoleh program akhir bimbingan dan konseling untuk

mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis.

B. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang diteliti adalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis

serta program bimbingan dan konseling.

1. Penyesuaian Diri Siswa Jalur Non Akademis

Penyesuaian diri dalam penelitian ini adalah cara seseorang meleburkan

diri dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebagai

pemenuhan tuntutan yang berasal dari dalam dan luar dirinya melalui kegiatan

belajar dan kematangan emosional.

Siswa jalur non akademis adalah siswa yang masuk ke SMA Negeri

berdasarkan prestasi olah raga, seni, dan keterampilan lain yang telah diraihnya

selama menjadi siswa di SMP. Selain itu yang termasuk ke dalam jalur non

akademis adalah siswa bina lingkungan yaitu siswa yang berasal dari keluarga

tidak mampu dan berada dekat di sekitar sekolah yang dibuktikan dengan surat

keterangan dari kelurahan setempat.

Aspek yang tercakup di dalamnya, yaitu :

a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Indikator

dari aspek ini yaitu :

1) Kesanggupan menerima keadaan atau kemampuan dirinya

(18)

b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya

termasuk orang lain secara objektif.

1) Mampu memberikan penghargaan semestinya terhadap orang lain

2) Mau belajar atau menerima feed back dari orang lain

c. Memiliki perasaan yang aman dan memadai.

1) Harga diri yang mantap

2) Adanya kepercayaan terhadap lingkungan

d. Kemampuan bertindak sesuai potensi dan norma yang berlaku.

1) Memanfaatkan potensi dirinya dengan tepat

2) Kesadaran akan kebutuhan norma

e. Kemampuan berinteraksi dan memelihara tata hubungan dengan orang

lain.

1) Pengertian yang dalam terhadap orang lain

2) Sanggup menerima kritik dari orang lain mengenai perbuatan

3) Mampu bersikap atau berbicara jujur tidak berpura-pura terhadap

orang lain

4) Tidak mudah tersinggung, marah atau kecewa

2. Program Bimbingan dan Konseling

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan program bimbingan dan

konseling untuk mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis

adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh peneliti dengan

(19)

kemampuan penyesuaian diri sebagai berikut : (a) secara pribadi, mengenal

karakteristik diri sendiri, menerima keadaan diri sendiri (kelebihan dan

kelemahan) secara positif dan realistik; dan (b) secara sosial, dapat berinteraksi

dengan orang lain (baik guru, teman, personil sekolah) sesuai dengan norma yang

ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan program bimbingan dan

konseling ini mencakup : perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi.

Dalam struktur program bimbingan dan konseling tersebut terdapat beberapa

komponen penting yaitu rasional, visi dan misi program, deskripsi kebutuhan,

tujuan program, komponen program, rencana operasional (action plan),

pengembangan tema/ topik, evaluasi program dan biaya.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data adalah angket (untuk mengungkap tentang masalah

penyesuaian diri siswa jalur non akademis), pedoman wawancara, pedoman

observasi, studi dokumentasi (untuk mengungkap gambaran program terdahulu

dan potensi penyusunan).

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang profil

penyesuaian diri siswa jalur non akademis tahun Akademik 2009/2010 dengan

(20)

a. Kisi-Kisi Instrumen

Data tentang profil penyesuaian diri siswa diungkap melalui alat

pengumpul data berbentuk angket. Angket tersebut dikonstruksi sendiri oleh

peneliti berdasarkan konsep dan teori yang relevan.

Angket ini disusun dalam bentuk force choice berupa pertanyaan yang

bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban ”Ya” dan ”Tidak”.

Penggunaan force choice ini dipilih untuk memperoleh gambaran yang tegas

mengenai penyesuaian diri siswa. Jawaban ”Ya” untuk pernyataan yang sesuai

dengan diri siswa, dan jawaban ”Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai

dengan diri siswa.

Sebelum menyusun butir pernyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi

instrumen. Dengan demikian butir pernyataan merupakan penjabaran dari kisi-kisi

instrumen yang telah dirumuskan.

Lebih lanjut kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai

berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Pengumpul Data (Sebelum Uji Coba)

VARIABEL ASPEK INDIKATOR NO PERNYATAAN

(Pernyataan terlampir) 1 – 10

11 – 19

(21)

28 – 32

33 – 38

39 – 44

45 – 50

51- 55

56 – 59

60 – 62

63 – 67

! "

68 – 73

Jumlah : 73

Sebelum angket disebarkan kepada sampel penelitian, terlebih dahulu

instrumen ditimbang oleh tiga orang ahli dari dosen Program Studi Bimbingan

dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yaitu

Prof. Dr. Syamsu Yusuf, M.Pd., Prof. Dr. Ahman, M.Pd., Dr. Juntika Nurihsan,

M.Pd. Kegiatan penimbangan instrumen ini dilakukan untuk mengetahui

(22)

b. Uji coba alat pengumpul data

Setelah melalui proses penimbangan, angket Penyesuaian diri diujicobakan

pada Siswa kelas X – XI Tahun Akademik 2009/20010. Uji coba ini dilakukan

sekaligus dengan pengumpulan data penelitian

1) Uji Validitas Item

Sebuah item dikatakan valid apabila memiliki dukungan yang besar

terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau

rendah. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa sebuah item memiliki validitas

tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Teknik uji

validitas ini disebut item-total correlation (Suryabrata, 1999; Riyadi, 2006).

Secara konsep, menurut Arikunto (2002) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas dilakukan melalui analisis validitas logis (content validity) dan

validitas empiris (Arikunto, 1998). Analisis logis dilakukan untuk menilai

kesesuaian rumusan item-item kuisioner dengan kawasan isi (content) yang

hendak diukur. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas logis apabila item

pada alat ukur tersebut secara logis sudah sesuai dengan isi dan aspek konstruk

yang akan diungkap. Pengujian ini dilakukan melalui analisis rasional terhadap

kesesuaian penyusunan item dengan kisi-kisi dan operasionalisasi variabel.

Kemudian, pengujian validitas empiris dilakukan terhadap 29 siswa; melalui

(23)

dari setiap item dengan skor total item dari setiap responden. Uji validitas empiris

ini menggunakan rumus Pearson correlation. Perhitungan selanjutnya dilakukan

dengan bantuan program aplikasi komputer SPSS for Windows 15. Proses dan

hasil uji validitas ini dapat dilihat secara lengkap pada lampiran.

Dari hasil uji validitas item, diperoleh sejumlah item yang dianggap gagal

karena tidak memenuhi kriteria Friedenberg (Djatnika, 1998) yang mengatakan

bahwa item dikatakan valid bila memiliki nilai koefisien korelasi > 0,3 atau

memiliki koefisien korelasi dengan p < 0,05 (Nunnaly, 1979).

Hasil perhitungan terhadap 73 butir pernyataan untuk instrumen format A

(Penyesuaian diri), diperoleh item soal yang tidak valid sebanyak 32, sehingga

total pernyataan yang valid adalah 41 butir pernyataan.

Adapun hasil uji coba validitas angket penyesuaian diri digambarkan pada

Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2

Hasil Validasi Angket Penyesuaian diri

HASIL UJI COBA

NO PERNYATAAN JUMLAH

MEMADAI 1,4,5,8,9,11,12,13,14,15,16,17,19,20,21,22, 24,26,28,32,33,35,38,40,41,42,45,47,48,

49,50,52,53,59,60,63,64,67,69,70,71

41

TIDAK MEMADAI

2,3,6,7,10,18,23,25,27,29,30,31,34,36,37,39, 43,44,46,51,54,55,56,57,58,61,62,65,66,68,72,73

32

TOTAL PERNYATAAN TERPAKAI 73

(24)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Penyesuaian diri (Setelah Uji Coba)

VARIABEL ASPEK INDIKATOR NO PERNYATAAN

(Pernyataan terlampir) 1 – 5

6 – 13

14 – 18

19 – 20

21 – 23

24 – 26

27- 31

32 – 33

34

35

36 – 38

! "

39 – 41

Jumlah : 41

Untuk perhitungan yang lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran.

2) Uji Reliabilitas

Setelah diuji validitas setiap pernyataan, selanjutnya alat pengumpul data

(25)

ketetapan atau keajegan tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah ajeg. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan

data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan

kenyataannya, maka berapakalipun diambil datanya, akan tetap sama hasilnya.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan pendekatan internal consistency

sehingga hanya memerlukan satu kali pengenaan dari satu bentuk alat ukur pada

sekelompok subjek. Uji ini dihitung dengan rumus alpha Cronbach. Sama halnya

dengan uji validitas item, uji reliabilitas ini juga menggunakan bantuan program

aplikasi komputer SPSS for Windows 15. Proses dan hasil perhitungan uji

reliabilitas ini dapat dilihat pada lampiran.

Hasil perhitungan uji reliabilitas memperlihatkan indeks reliabilitas item

kuisioner sebesar 0,906; dianggap sangat memadai untuk dijadikan instrumen

penelitian (Nunnaly, 1979). Dengan demikian, instrumen yang digunakan sudah

baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Proses dan hasil

perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

D. Populasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri 3 Bandung dengan

dasar pertimbangan sebagai berikut.

a. Selama ini belum terdapat kasus-kasus yang menonjol dalam masalah

penyesuaian diri siswa jalur non akademik. Namun, belum terdapat program

(26)

diri siswa jalur non akademik, pelayanan siswa masih bersifat umum. Maka

dalam rangka mewujudkan visi dan misi SMA Negeri 3, peneliti menganggap

Personil BK di SMA Negeri 3 dinilai memerlukan adanya program khusus

mengenai pengembangan bimbingan dan konseling penyesuaian diri siswa

jalur non akademik sebagai upaya preventif, kuratif dan pengembangan

dalam penanganan masalah penyesuaian diri siswa.

b. SMA Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah di Bandung yang

sangat diminati oleh para siswa sebagai tempat lanjutan studi setelah SLTP.

Berdasarkan hal ini, banyak sekali siswa yang mendaftar, tidak hanya melalui

jalur akademik, namun juga jalur non akademik. Mengingat proses

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di SMA Negeri 3 relatif lebih dalam

dibanding sekolah lain, maka kondisi ini perlu adanya penyesuaian dari

siswa. Siswa jalur non akademik memiliki kesulitan untuk menyesuaiakan

diri dengan budaya yang ada di SMA Negeri 3 Bandung. Akibat dari kondisi

tersebut maka diperlukan bimbingan dan konseling untuk mereka supaya

dapat berperilaku sesuai dengan harapan diri dan lingkungan.

Pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan karena seluruh siswa jalur

non akademik diikutsertakan sejumlah 29 siswa.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian yang dilakukan meliputi beberapa langkah

(27)

1. Menyusun proposal penelitian dan mengikuti ujian proposal penelitian tesis

Setelah ujian dan melakukan perbaikan atas koreksi dan saran yang diberikan

oleh penguji kemudian disahkan oleh Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing tesis pada Direktur

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Surat izin penelitian yang telah disahkan

kemudian disampaikan pada SMA Negeri 3 Bandung.

4. Berdasarkan tujuan penelitian, maka disiapkan instrumen penelitian berikut

penimbangannya kepada tiga orang ahli dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

5. Melakukan uji coba angket penyesuaian diri siswa jalur non akademik kepada

siswa baru sebanyak 5 orang.

6. Mengumpulkan data penyesuaian diri siswa jalur non akademik dengan

menyebarkan angket pada 20 orang siswa jalur non akademik

7. Melakukan wawancara dengan konselor, orangtua, teman sebaya, serta wali

kelas guna menjaring informasi tentang pelaksanaan program Bimbingan dan

Konseling yang telah ada dan peluang pengembangan program bimbingan dan

konseling penyesuian diri siswa jalur non akademik sebagai program BK

khusus, dilanjutkan dengan observasi terhadap sarana bimbingan dan

(28)

8. Mengolah dan menganalisis data penyesuaian diri siswa jalur non akademik

serta menyimpulkan hasil wawancara dan observasi.

9. Analisis potensi yang dimiliki SMA Negeri 3 Bandung guna dijadikan bahan

penyusunan program bimbingan penyesuian diri siswa jalur non akademik.

10. Mengembangkan program bimbingan dan konseling penyesuaian diri siswa

jalur non akademik (program awal) berdasarkan pada data yang telah

diperoleh.

11. Mengadakan uji rasional yaitu dengan cara mendiskusikan program yang

telah disusun serta kemungkinan implementasinya.

12. Menyempurnakan program bimbingan dan konseling penyesuaian diri siswa

jalur non akademik berdasarkan pada hasil diskusi.

13. Melakukan uji coba program dan menyempurnakan program bimbingan

berdasarkan hasil uji coba dan hasil diskusi yang telah dilakukan (program

akhir).

14. Pelaporan hasil penelitian, yaitu aktivitas penulisan draft tesis, dilakukan

oleh peneliti setelah tahapan-tahapan di atas selesai.

F. Prosedur Pengolahan Data 1. Penyeleksian Data

Langkah ini dilakukan dengan tujuan memilih data yang memadai untuk

diolah, di mana yang memiliki kelengkapan dalam pengisian, baik identitas

maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah

(29)

2. Penyekoran

Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih siswa dan

sifat dari setiap pernyataan pada angket. Apabila pernyataan bersifat positif, maka

skor jawaban ”Ya” adalah 1 dan ”Tidak” adalah 0. Sebaliknya jika pernyataan

bersifat negatif, maka skor jawaban ”Ya” adalah 0 dan ”Tidak” adalah 1.

3. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan cara yang dilakukan dalam merekap semua data

yang memadai untuk diolah.

Gambaran penyesuaian diri siswa jalur non akademik yang diperoleh

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Cara

menentukan batas setiap kategori adalah dengan perhitungan distribusi frekuensi

data yang dikelompokkan dengan memakai patokan skor ideal.

Furqon (l997 : 20-22) mengemukakan langkah-langkahnya sebagai

berikut:

a. Menghitung rentang dengan rumus:

R = Skor terbesar – skor terkecil.

b. Menghitung panjang kelas yang sekaligus dapat menentukan batas

kelas/kelompok. Panjang kelas dihitung berdasarkan pada banyak kelas yang

sudah ditentukan yaitu lima kelas.

c. Menyusun kelas interval, dengan cara menentukan bilangan awal untuk kelas

(30)

dan tidak lebih dari skor terkecil dikurangi panjang kelas. Bilangan awal ini

harus sama dengan atau lebih kecil dari skor terkecil.

Pengembangan kategori menggunakan rumus skor ideal, dengan rata-rata ideal,

dan simpangan baku ideal (Rakhmat & Solehudin, 1888).

d. Menghitung frekuensi dengan cara menturus setiap nilai yang ada ke dalam

kelas interval masing-masing dan kemudian menjumlahkan banyak turus yang

didapat.

e. Setelah dihitung frekuensi dari setiap kelas, maka selanjutnya jumlah frekuensi

dihitung ke dalam bentuk prosentase. Kemudian data tersebut disajikan dalam

[image:30.595.107.521.248.626.2]

bentuk tabel.

Tabel 3.4

Kategori Gambaran Penyesuaian Diri

Kategori Skor

Patokan Total

Menerima dan Memahami diri

Menerima Lingkungan

Merasa Aman

Bertindak Sesuai Potensi dan

Norma

Berinteraksi

Tinggi X ≥ 155 X ≥ 48 X ≥ 27 X ≥ 23 X ≥ 27 X ≥ 30

Sedang 132 – 154 42 - 47 24 – 26 21 – 22 22 – 26 27 - 29

(31)

143 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bagian ini diuraikan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai hasil

akhir dari rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan sekaligus merupakan

finalisasi hasil-hasil temuan penelitian beserta pembahasan yang telah ditampilkan

pada bab IV.

1. Mayoritas penyesuaian diri siswa jalur non-akademis tahun pelajaran

2009/2010 berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar

20,7% siswa jalur non akademis masuk pada kategori penyesuaian diri tinggi

dan rendah. Sedangkan 17 siswa jalur non akademis atau sebesar 58,6%

masuk pada kategori penyesuaian diri sedang yang tergambarkan melalui

aspek kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya,

kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya

termasuk orang lain secara objektif, memiliki perasaan yang aman dan

memadai, kemampuan bertindak sesuai potensi dan norma yang berlaku,

kemampuan berinteraksi dan memelihara tata hubungan dengan orang lain.

2. Program yang dikembangkan mencakup: (1) rasional, berisi tentang analisis

logis pentingnya program; (2) visi dan misi, berisi tentang pernyataan

program yang mendukung pada visi dan misi BK secara umum, sekolah dan

pendidikan secara nasional; (3) deskripsi kebutuhan, berisi tentang deskripsi

(32)

ingin dicapai dari diselenggarakannya program bimbingan peningkatan

perilaku prososial; (5) komponen program, mencakup layanan dasar yang

berisi tentang kurikulum bimbingan yang bersumber dari konten perilaku

prososial yang diteliti, layanan perencanaan individual bagi yang telah

memiliki perilaku prososial tinggi, layanan responsif diperuntukkan bagi

mereka yang memiliki Perilaku prososial rendah: (6) rencana operasional,

berisi rangkaian prosedur pelaksanaan program secara teknis;

(7) pengembangan tema/topik berisi tentang materi-materi tentang Perilaku

prososial; (8) pengembangan satuan pelayanan, berisi tentang kerangka isi

satuan layanan yang akan diberikan kepada siswa dalam hal ini adalah

tentang perilaku prososial termasuk dimensi dan aspek-aspek pembangunnya;

(9) evaluasi, berisi tentang penilaian keberlangsungan dan keberhasilan

pelaksanaan program; dan (10) anggaran, berisi tentang estimasi penggunaan

biaya penyelengaraan program. Pada pelaksanaan intervensi, ditemui

beberapa hambatan yaitu: (1) sulitnya mengumpulkan seluruh siswa jalur

non-akademis terkait ekstrakurikuler yang diikuti siswa sering berbentrokkan;

serta (2) belum munculnya dukungan beberapa guru dalam pelaksanaan

tindakan.

3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t sebesar 13.417 dengan signifikansi

(33)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan

rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

1. Bagi guru BK/konselor

Secara umum penyesuaian diri siswa jalur non-akademik tahun ajaran

2009/2010 termasuk dalam kategori sedang menuju rendah. Dengan demikian

pelaksana kegiatan BK di SMA Negeri 3 Bandung diharapkan dapat

memberikan pelayanan bimbingan yang bersifat preventif, kuratif,

pengembangan dan pemeliharaan kepada siswa, dengan tujuan agar siswa

mampu mengembangkan dan memelihara penyesuaian diri yang telah

dimiliki. Program bimbingan dan konseling pribadi-sosial yang ditujukan bagi

siswa jalur non-akademis dilaksanakan secara terpadu dengan program

sekolah yang ada seperti program remedial, program pembelajarn dan

program lain dimana sekolah mengoptimalkan dukungannya terhadap

program yang disusun, terutama dengan wali kelas dan orang tua siswa.

Diperlukan juga fasilitas memadai bagi terlaksananya program bimbingan dan

konseling ini seperti penyedian ruang audio visual, serta dukungan yang

memadai untuk mendukung diterapkannya program.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari penyusun tesis

dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti

(34)

a. Membandingkan gambaran umum penyesuaian diri siswa jalur

non-akademis pada setiap jenjang kelas, gender, demografis, dan pola

attachment sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan

menyeluruh.

b. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam

seperti metode penelitian cros-sectional, metode studi kasus dan metode

lain yang dapat meneliti penyesuaian diri siswa pada setiap jenjang

pendidikan (SMA, SMK, MA dan PT).

c. Meneliti aspek-aspek penyesuaian diri dan hubungannya dengan proses

pembelajaran atau variabel-variabel lain seperti demografis, pendidikan

orang tua, pola asuh dan variable lainnya yang diduga memiliki hubungan,

(35)

147

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. 1976. Psychological Testing. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Chaplin, J.P. (1989). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Dr. Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali.

Calhoun, J. F & Joan Ross Acocella. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan: Edisi Ketiga: Penerjemah Prof. Dr. R.S Satmoko. Semarang: IKIP Semarang.

Carkhuff, R. (1985). The Art Of Helping. USA: Human Resource Development Press, Inc.

Cartledge, Gwedolyn & Milburn, JoAnne F. (1992). Teaching Social Skill To Children. USA: Pergamon Press.

Cohen, et al. (1992). Psychological Testing and Assesment: An Introduction to Test and Measurement. Californina: Mayfield Publisking Co.

Coon, D. et al. {1993). Selman’s Role Taking Levels. [Online]. Tersedia: http://ChildDev/SelmanRoleTL.htm+role+taking&hl=id [20 Juni 2005]

Coon, D. (1989). Introduction to Psychology, Exploration and Aplication. St. Paul: West Publishing Company.

Cudari, Ima N. (2001). Penerapan Bimbingan Sosial – Pribadi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Tesis pada UPI: Tidak Diterbitkan.

Dinkmeyer, D. et al. (1970). Developmental Counseling and Guidance: A Comprehensive School Approach. New York: McGraw Hill Book Company. Forte, James A. (1998). Research, Practice, and Human Behavior. Journal of

Human Behavior in the Social Environment. 1 (4) 27 – 56

Hambleton, R. K. et al. 1985. Item Response Theory: Principles and Aplications. Boston: Kluwer Publishing.

Harvard Research Project. (2003). The Concept of Tolerance. [Online]. Tersedia:http://seedsoftolerance.org/research.html+selman%27s+role+takin g&hl=id [20 Juni 2005]

(36)

Laupa, M & Turiel, E. (1993). Children’s Consepts of Authority and Social Contexts. Journal of Educational Psychology. 85, (1), 191 – 197

Lewis, B.R. and Mitchell, V.W. (1990), "Defining and measuring the quality of customer service", Marketing Intelligence & Planning , Vol. 8, No. 6, pp. 11-17.

Matson, Jhonny L & Thomas H. Ollendick. (1988). Enhancing Children’s Social Skill: Assessment and Training. New York: Pergamon Press.

Monks, FJ dan Knoers, AMP. (1999). Psikologi Perkembangan. A.b Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muro, James C & Dinkmeyer, Don C. (1977). Counseling in The Elementary and Middle Schools, A Pragmatic Approach. Iowa: Wmc Brown Company Publisher.

Nitko, A. J. 1996. Educational Assesment of Student. Ohio: Merril Prentice Hall.

Oosterhof, A. C. 1990. Classroom Aplications of Education Measurement. Ohio: Merrill Publishing.

Prayitno, Irwan. (2003). Remajaku Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiatuna.

Reynoso, J. and Moore, B. (1995), "Towards the measurement of internal service quality", International Journal of Service Industry Management , Vol. 6, No. 3, pp. 64-83.

Robinson, S. (1999), "Measuring service quality: current thinking and future requirements", Marketing Intelligence & Planning , Vol. 17, No. 1, pp. 21-32.

Suherman, Uman. (2002). Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Madani.

_________. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Madani.

Vallet, Robert E. ( ). Affective-Humanistic Education: Goals, Program and Learning Activities. California: Lear Siegler Inc/ Fearon Publishers Belmont

Widjaja, Hanna et al. (1984). Bina Remaja, Remaja, dan Keluarga. Bandung: Yayasan Pembina Psikologi.

Willis, Sofyan. (2004). Praktek Konseling. Bandung: Alfabeta

Wyer, Robert S & Carlston, Donald E. (1979). Social Cognition: Inference and Attribution. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

(37)

Gambar

Tabel 4.13
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pengumpul Data (Sebelum Uji Coba)
Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Penyesuaian diri
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KONSELING INDIVIDU TEKNIK CLIENT-CENTERED TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SISWA DI KELAS X.. SMA NEGERI 1

yang sehat di SD Dewi Sartika Kota Bandung ditinjau dari aspek internal dan eksternal. 2) Untuk mengetahui bagaimana dampak dari penyesuaian diri yang dilakukan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMA Negeri

nilai Budaya untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri Peserta Didik (Studi Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Nilai-nilai Budaya di SMA

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat penyesuaian diri mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Penelitian dengan judul pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap sikap penyesuaian diri siswa kelas 2 di SMK Yudya Karya Kota Magelang tahun 2014/2015

Hasil pengujian di atas membuktikan bahwa antara pelaksanaan layanan orientasi dengan penyesuaian diri siswa di SMA Swasta Taman Siswa Kota Binjai memiliki kaitan

dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa, sebelum diberikan bimbingan kelompok siswa memiliki kemampuan penyesuaian diri dengan kriteria rata-rata rendah baik pada