ABSTRAK ………... I
KATA PENGANTAR……… Ii
UCAPAN TERIMA KASIH………... V
DAFTAR ISI ………. Ix
DAFTAR TABEL ………. Xi
DAFTAR GAMBAR ……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..……...… 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah…..………... 5
C. Tujuan Penelitian...………. 8
D. Manfaat Penelitian... 9
F. Asumsi Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENYESUAIAN DIRI SISWA A. Konsep Perkembangan Siswa SMA ………..…....………... 11
B. Konsep Penyesuaian Diri ………... 26
C. Konsep Dasar Bimbingan Konseling ... 48
D. Penelitian Terdahulu ... 74
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 79
B. Definisi Operasional Variabel ... 81
C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 83
D. Pepulasi Penelitian ... 89
E. Prosedur Penelitian ... 90
F. Prosedur Pengolahan Data ... 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 95
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 143
B. Rekomendasi ... 145
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pengumpul Data (Sebelum Uji Coba) 84
Tabel 3.2 Hasil Validasi Angket Penyesuaian diri 87
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Penyesuaian diri (Setelah Uji Coba) 88
Tabel 3.4 Kategori Gambaran Penyesuaian Diri 94
Tabel 4.1 Gambaran Umum Penyesuaian Diri
Siswa Jalur Non Akademis SMA Negeri 3 Bandung
96
Tabel 4.2 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Kemampuan Menerima dan Memahami Diri Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
96
Tabel 4.3 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Kemampuan Menerima dan Menilai Kenyataan Lingkungan di Luar Dirinya Secara Objektif Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
97
Tabel 4.4 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Memiliki Perasaan Aman yang Memadai Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
98
Tabel 4.5 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Memiliki Kemampuan Bertindak Sesuai Potensi dan Norma yang Berlaku
Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
98
Tabel 4.6 Gambaran Penyesuaian Diri Aspek Memiliki Kemampuan Berinteraksi dan Memelihara Tata Hubungan dengan Orang Lain Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
99
Tabel 4.7 Rincian Persentase Penyesuaian Diri Berdasarkan Aspek dan Indikator Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
100
Tabel 4.8 Rincian Persentase Penyesuaian Diri Berdasarkan Aspek dan IndikatorSiswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
106
Tabel 4.9 Ruang Lingkup Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Siswa Jalur Non-Akademis Tahun Akademik 2009-2010
112
Tabel 4.10 Data Pre-Post Tes Kelas Eksperimen Siswa Jalur Non-Akademis Berdasarkan Item Tahun Ajaran 2009/2010
Tabel 4.11 Data Pre-Post Tes Kelas Eksperimen Siswa Jalur Non-Akademis Tahun Ajaran 2009/2010
119
Tabel 4.12 Rincian Persentase Penyesuaian Diri Berdasarkan Aspek dan Indikator Siswa SMA Negeri 3 Bandung Jalur Non Akademis
132
Tabel 4.13 Ruang Lingkup Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Siswa Jalur Non-Akademis Tahun Akademik 2009-2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi
besar untuk membantu siswa mencapai perkembangan psiko-sosialnya. Layanan
pendidikan di sekolah diarahkan untuk memfasilitasi perkembangan potensi siswa
secara optimal. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), upaya optimalisasi
potensi siswa dimulai sejak siswa memilih sekolah. Oleh karena itu, siswa akan
memilih sekolah terbaik untuk perkembangan potensi dirinya.
Sekolah sebagai salah satu lingkup pendidikan formal tentunya akan
melakukan seleksi penerimaan siswa. Dalam sistem seleksi penerimaan siswa,
sejak tahun pelajaran 2003/ 2004 berdasarkan SK Wali Kota Bandung Nomor
421/kep.413-Huk/2004, seleksi dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur
akademis dan jalur non-akademis. Jalur akademis merupakan seleksi penerimaan
calon siswa SMA yang dilakukan berdasarkan nilai rata-rata dalam Ijazah/ Surat
Tanda Lulus dengan pembobotan 80% dari nilai Ujian Nasional (UN) dan 20%
dari nilai Ujian Sekolah (US) kemudian diperingkat dan diambil sesuai dengan
daya tampung sekolah pilihan. Jalur non-akademis atau disebut juga jalur khusus.
Jalur non-akademis merupakan seleksi penerimaan calon siswa SMA yang
memiliki prestasi dalam bidang olahraga, seni, dan keterampilan dilengkapi
juga menyeleksi calon siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu (bina
lingkungan) dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi terkait.
Penyelenggaraan jalur non-akademis sebagai bentuk penghargaan dari
Pemerintah Kota Bandung kepada siswa SMP yang telah meraih prestasi dalam
bidang olahraga, seni, dan keterampilan lain. Jalur non-akademis lain juga
diberikan kepada siswa yang tidak mampu (bina lingkungan) sebagai bentuk
kepedulian pemerintah kepada masyarakat yang tidak mampu agar siswa dapat
melanjutkan pendidikannya di sekolah yang dekat dengan tempat tinggal sehingga
tidak memberatkan secara ekonomi. Siswa bina lingkungan juga dibebaskan dari
segala kewajiban biaya sekolah dan ditanggung oleh pemerintah setempat.
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap penerimaan siswa jalur
non-akademis di SMAN se-Kota Bandung, terdapat ± 900 siswa. Dalam proses
pembelajaran, siswa jalur non-akademis ditempatkan di setiap kelas secara merata
dan disatukan dengan siswa lainnya yang masuk melalui jalur akademis. Kondisi
ini juga berlaku untuk seluruh kegiatan sekolah lainnya. Oleh karena itu analisis
tentang kebijakan lokal mengenai penerimaan siswa baru (PSB) melalui jalur
non akademis dan kaitannya dengan layanan konseling dalam menangani
masalah yang dihadapi oleh para siswa SMA harus dilakukan. Untuk
melakukan proses tersebut diperlukan data awal, sebab pada dasarnya analisis
akan dapat dilakukan setelah diketahui kondisi yang ada. Selanjutnya kondisi
tadi diteliti secara mendalam, dan apabila penelitian tersebut menghasilkan
program yang lebih berbobot dan bermakna yang dapat diimplementasikan
penanganan masalah sejenis di sekolah lainnya. Berbagai data dan informasi
yang diperoleh melalui penelitian ini menjadi satu hal yang sangat penting bagi proses
selanjutnya, baik berupa proses layanan konseling dalam menangani masalah
penyesuaian diri siswa jalur khusus maupun dalam melakukan penanganan yang
berkaitan dengan masalah-masalah lainnya.
Di lapangan khususnya di SMAN 3 Bandung, memperlihatkan bahwa
siswa yang diseleksi melalui jalur non akademis mengalami permasalahan
penyesuaian diri dengan tuntutan sosial dan akademis. Permasalahan penyesuaian
diri ini di antaranya: (a) terlihat dari hasil prestasi belajar yang diberada di bawah
SKBM (Standar Kompetensi Belajar Minimal) hampir untuk semua mata
pelajaran; (b) perhatian siswa mudah teralih dan lambat dalam menangkap
pelajaran terutama mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia; (c) siswa
memperlihatkan kondisi yang tidak konsisten seperti terlihat over confidence dan
situasi lain siswa berubah menjadi tidak percaya diri serta cenderung menarik diri;
(d) beberapa siswa memperlihatkan kesulitan untuk menyesuiakan diri dengan
teman-teman, melanggar tata tertib sekolah, motivasi belajar yang turun, dan
membolos pada pelajaran tertentu; (e) munculnya rasa rendah diri karena
ketidakseimbangan antara prestasi non-akademis dan prestasi akademis; serta
(f) pada siswa bina lingkungan menunjukkan adanya sikap mengisolasi diri.
Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi secara tepat, akan
menghambat pembentukan konsep diri yang positif (Gunawan, 2005). Selain itu,
permasalah penyesuaian diri akan menghambat pencapaian aktualisasi diri yang
terwujud apabila seseorang dapat menyesuaikan diri secara dinamis dengan
lingkungannya (Allport, 1967).
Untuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa jalur
non-akademis, sekolah berkewajiban memberi layanan dan menciptakan lingkungan
yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikannya. Salah satu layanan di
sekolah yang dapat mengembangkan penyesuaian diri siswa adalah layanan
bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan
posisi kunci dalam pendidikan di sekolah sebagai pendamping fungsi utama
sekolah dalam pembelajaran dan perkembangan diri siswa (Natawidjaja, 1990).
Bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen integral dari
pendidikan yang juga diselenggarakan di sekolah harus mampu memberikan
layanan bantuan yang bersifat psikoedukatif, yang tidak diperoleh siswa dalam
kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Dengan melihat kebutuhan dan
mengedepankan prinsip pengembangan potensi pribadi-sosial siswa, terutama
bagi siswa yang mengalami masalah penyesuaian diri, maka diperlukan upaya
pencegahan, penanganan dan pengembangan terhadap masalah ini dari pihak
sekolah, khususnya konselor melalui program bimbingan pribadi-sosial untuk
meningkatkan penyesuaian dirinya.
Bertitik tolak dari masalah penyesuaian diri di atas, penelitian ini
diarahkan pada penyusunan program bimbingan konseling pribadi sosial untuk
mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3
Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis
meningkatkan wawasan untuk melakukan penelitian khususnya yang
menyangkut profesi konseling; (b) konsep yang dihasilkan dari penelitian ini
dapat bermanfaat juga bagi peneliti sejenis yang melakukan kajian terhadap
aspek-aspek yang sama; (c) dapat dijadikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya yang menyangkut peningkatan kemampuan para konselor
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana utama dari program
bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya dalam memberikan layanan
konseling kelompok; (d) untuk penambahan literatur yang sudah ada serta
sebagai bahan acuan dalam menelaah masalah yang sama.
Secara praktis: (a) dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman oleh
konselor (guru pembimbing) khususnya di SMA Negeri 3 Bandung bagi
pelaksanakan layanan konseling kelompok dalam menangani masalah
penyesuaian diri siswa; (b) dapat meningkatkan pemahaman konselor terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh para siswa dan sekaligus dapat menentukan
langkah profesional intervensi konseling yang akan dilakukan; (c) dapat
bermanfaat bagi pemegang kebijakan di sekolah sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling khususnya layanan
konseling kelompok dalam menanggulangi berbagai masalah yang timbul dalam
aktivitas pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Program Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa Jalur Non
disusun oleh konselor dalam kurun waktu satu semester tentang upaya pemberian
layanan, dengan tujuan untuk membantu siswa SMA yang masuk melalui jalur
non akademis dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Program ini
merupakan pengembangan dari layanan bimbingan dan konseling yang ada
sekarang. Dalam pengembangan program layanan, juga dilakukan upaya-upaya
untuk memaksimalkan berbagai hal yang menjadi faktor pendukung dan
meminimalisir faktor penghambat pelaksanaan layanan.
Siswa jalur non akademis adalah siswa yang masuk ke SMA Negeri
berdasarkan prestasi olah raga, seni, dan keterampilan lain yang telah diraihnya
selama menjadi siswa di SMP. Selain itu yang termasuk ke dalam jalur non
akademis adalah siswa bina lingkungan yaitu siswa yang berasal dari keluarga
tidak mampu dan berada dekat di sekitar sekolah yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari kelurahan setempat. Siswa bina lingkungan mengalami hambatan
dalam proses pembelajaran dan penyesuaian diri di sekolah dengan indikator
prestasi rendah, perasaan minder, kurang percaya diri, dan kurang dapat
bersosialisasi.
Penyesuaian diri menurut Zainun Mu’tadin (2002) merupakan proses
dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan
yang sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Dari pengertian tersebut,
yang dimaksud penyesuaian diri siswa jalur non akademis pada penelitian ini ini
adalah suatu proses dinamis agar individu dapat menyelaraskan sikap dan
dua aspek penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial
siswa di sekolah.
Penyesuaian pribadi mencakup unsur bagaimana siswa menyadari
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, mampu bertindak objektif sesuai
dengan kondisi dirinya, dan mampu menerima diri apa adanya sehingga dapat
menentukan sikap dalam menghadapi permasalahan yang dialaminya. Sedangkan
penyesuaian sosial adalah perilaku-perilaku siswa yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal baik dengan guru, teman sebaya, dan personil sekolah
lainnya, termasuk di dalamnya penyesuaian akademis. Penyesuaian akademis
yang diamati, bagaimana sikap siswa terhadap berbagai mata pelajaran dan
usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai prestasi akademik dan kaitannya dengan
cita-cita karir di masa depan.
Penelitian ini bermula dari pengamatan peneliti terhadap siswa yang
diterima melalui jalur non-akademis yang memperlihatkan masalah penyesuaian
diri di SMA Negeri 3 Bandung. Masalah penyesuaian diri ini berdampak pada
perkembangan pribadi-sosial siswa yang menjadi terhambat.
Merujuk pada kondisi di atas, secara umum masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah: “bagaimanakah program bimbingan dan konseling
yang dapat pengembangkan penyesuaian diri siswa?” Secara operasional, masalah
penelitian ini dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran penyesuaian diri siswa jalur non-akademis SMAN 3
2. Bagaimana program hipotetik bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3
Bandung?
3. Bagaimana efektivitas hasil uji coba program bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non-akademis di SMAN 3
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan program
bimbingan dan konseling yang efektif untuk mengembangkan penyesuaian diri
siswa jalur non-akademis.
Tujuan spesifik dari penelitian adalah untuk mengungkap dan
menganalisis data empiris tentang karakteristik penyesuaian diri siswa dengan
penjabaran sebagai berikut.
1. Memperoleh gambaran umum penyesuaian diri siswa SMAN 3 Bandung
jalur non-akademis.
2. Memperoleh program bimbingan konseling hipotetik untuk
mengembangkan penyesuian diri siswa SMAN 3 Bandung jalur
non-akademis.
3. Memperoleh program bimbingan dan konseling yang efektif berdasarkan
D. Manfaat Penelitian
Urgensi penelitian ini adalah menganalisis kebijakan lokal mengenai
penerimaan siswa baru (PSB) melalui jalur non akademis dan kaitannya dengan
layanan bimbingan dan konseling dalam menghadapi masalah yang dihadapi oleh
para siswa. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis sebagai berikut.
1. Secara teoritis, konsep yang dihasilkan dari penelitian ini dapat bermanfaat
peneliti sejenis dalam mengkaji aspek-aspek yang sana, selain itu
penelitian ini dapat berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khusunya yang menyangkut peningkatan kemampuan konselor dalam
melaksanakan mengembangkan program bimbingan dan konseling
2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman
oleh konselor khususnya di SMAN 3 Bandung dalam memahami masalah
penyesuaian diri siswa, dapat meningkatkan pemahaman konselor terhadap
permasalahan siswa dan sekaligus dapat menentukan langkah intervensi
serta penanggulangan masalah penyesuaian diri.
E. Asumsi Penelitian
Untuk menghasilkan layanan bimbingan dan konseling yang efektif
diperlukan data atau informasi yang valid, reliabel dan akurat berkaitan dengan
penyesuaian diri siswa dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Penelitian
1. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa jalur non akademis, pada
umumnya menunjukkan gejala yang sama yaitu mengalami hambatan
dalam penyesuian diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, intervensi
yang tepat melalui bimbingan kelompok (Warnika, 2007).
2. Apabila permasalahan penyesuaian tidak segera diatasi secara tepat, akan
menghambat pembentukan konsep diri yang positif (Adi Gunawan, 2005).
3. Permasalah penyesuaian diri akan menghambat pencapaian aktualisasi diri
yang merupakan salah satu ciri kepribadian sehat. Kepribadian sehat hanya
akan terwujud apabila seseorang dapat menyesuaikan diri secara dinamis
79 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan
dan menguji keefektifan produk.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan
untuk mendeskripsikan penyesuaian diri siswa jalur non akademis, program
bimbingan dan konseling yang ada serta menganalisis potensi yang dimiliki oleh
SMA Negeri 3 Bandung guna mendukung penyusunan program bimbingan dan
konseling dalam mengembangkan masalah penyesuaian diri siswa jalur non
akademis.
Dalam rangka menghasilkan program bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan penyesuaian diri siswa jalur non akademis yang layak
dilaksanakan, maka desain yang digunakan meliputi lima tahapan kegiatan
sebagai berikut ini :
1. Tahap pemotretan tentang gambaran kebutuhan siswa jalur non akademis
terhadap layanan bimbingan dan konseling diungkap melalui perhitungan uji
kecenderungan dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa jalur non
akademis yang menjadi sampel penelitian. Sementara pemotretan program
dokumentasi dan observasi yang selanjutnya dilakukan analisis potensi
berkaitan dengan data tersebut.
2. Tahap pengkajian seluruh informasi yang diperoleh dari angket, wawancara
dan observasi lapangan untuk dijadikan bahan masukan pengembangan
program.
3. Tahap pengembangan program bimbingan dan konseling untuk mengatasi
masalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis. Berdasarkan hasil kajian
terhadap data-data tersebut disertai analisis terhadap konsep bimbingan dan
konseling dan teori tentang penyesuaian diri siswa jalur non akademis, maka
dikembangkan sebuah program bimbingan dan konseling.
4. Tahap diskusi program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program, langkah
berikutnya adalah mengadakan group focus discusions yang melibatkan pakar
Bimbingan dan Konseling untuk melakukan validasi teori, menilai kelaikan
program, isi program dan keterkaitan antar komponen program. Dengan
demikian diperoleh masukan-masukan yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan program.
5. Uji coba lapangan. Kegiatan uji coba yang berbentuk penelitian eksperimen
semu melibatkan siswa jalur non akademis SMA Negeri 3 Tahun Akademik
2009/2010. Intervensi dilakukan selama 1 bulan yaitu di bulan Mei dan
evaluasi pada akhir program.
6. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas program dalam mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur
coba, bagaimana dampak perlakuan, pandangan serta harapan dari siswa,
konselor sehingga diperoleh program akhir bimbingan dan konseling untuk
mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis.
B. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang diteliti adalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis
serta program bimbingan dan konseling.
1. Penyesuaian Diri Siswa Jalur Non Akademis
Penyesuaian diri dalam penelitian ini adalah cara seseorang meleburkan
diri dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebagai
pemenuhan tuntutan yang berasal dari dalam dan luar dirinya melalui kegiatan
belajar dan kematangan emosional.
Siswa jalur non akademis adalah siswa yang masuk ke SMA Negeri
berdasarkan prestasi olah raga, seni, dan keterampilan lain yang telah diraihnya
selama menjadi siswa di SMP. Selain itu yang termasuk ke dalam jalur non
akademis adalah siswa bina lingkungan yaitu siswa yang berasal dari keluarga
tidak mampu dan berada dekat di sekitar sekolah yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari kelurahan setempat.
Aspek yang tercakup di dalamnya, yaitu :
a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Indikator
dari aspek ini yaitu :
1) Kesanggupan menerima keadaan atau kemampuan dirinya
b. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya
termasuk orang lain secara objektif.
1) Mampu memberikan penghargaan semestinya terhadap orang lain
2) Mau belajar atau menerima feed back dari orang lain
c. Memiliki perasaan yang aman dan memadai.
1) Harga diri yang mantap
2) Adanya kepercayaan terhadap lingkungan
d. Kemampuan bertindak sesuai potensi dan norma yang berlaku.
1) Memanfaatkan potensi dirinya dengan tepat
2) Kesadaran akan kebutuhan norma
e. Kemampuan berinteraksi dan memelihara tata hubungan dengan orang
lain.
1) Pengertian yang dalam terhadap orang lain
2) Sanggup menerima kritik dari orang lain mengenai perbuatan
3) Mampu bersikap atau berbicara jujur tidak berpura-pura terhadap
orang lain
4) Tidak mudah tersinggung, marah atau kecewa
2. Program Bimbingan dan Konseling
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan program bimbingan dan
konseling untuk mengatasi masalah penyesuaian diri siswa jalur non akademis
adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh peneliti dengan
kemampuan penyesuaian diri sebagai berikut : (a) secara pribadi, mengenal
karakteristik diri sendiri, menerima keadaan diri sendiri (kelebihan dan
kelemahan) secara positif dan realistik; dan (b) secara sosial, dapat berinteraksi
dengan orang lain (baik guru, teman, personil sekolah) sesuai dengan norma yang
ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan program bimbingan dan
konseling ini mencakup : perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi.
Dalam struktur program bimbingan dan konseling tersebut terdapat beberapa
komponen penting yaitu rasional, visi dan misi program, deskripsi kebutuhan,
tujuan program, komponen program, rencana operasional (action plan),
pengembangan tema/ topik, evaluasi program dan biaya.
C. Pengembangan Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data adalah angket (untuk mengungkap tentang masalah
penyesuaian diri siswa jalur non akademis), pedoman wawancara, pedoman
observasi, studi dokumentasi (untuk mengungkap gambaran program terdahulu
dan potensi penyusunan).
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang profil
penyesuaian diri siswa jalur non akademis tahun Akademik 2009/2010 dengan
a. Kisi-Kisi Instrumen
Data tentang profil penyesuaian diri siswa diungkap melalui alat
pengumpul data berbentuk angket. Angket tersebut dikonstruksi sendiri oleh
peneliti berdasarkan konsep dan teori yang relevan.
Angket ini disusun dalam bentuk force choice berupa pertanyaan yang
bersifat positif dan negatif dengan alternatif jawaban ”Ya” dan ”Tidak”.
Penggunaan force choice ini dipilih untuk memperoleh gambaran yang tegas
mengenai penyesuaian diri siswa. Jawaban ”Ya” untuk pernyataan yang sesuai
dengan diri siswa, dan jawaban ”Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai
dengan diri siswa.
Sebelum menyusun butir pernyataan, terlebih dahulu dirumuskan kisi-kisi
instrumen. Dengan demikian butir pernyataan merupakan penjabaran dari kisi-kisi
instrumen yang telah dirumuskan.
Lebih lanjut kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai
berikut.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Pengumpul Data (Sebelum Uji Coba)
VARIABEL ASPEK INDIKATOR NO PERNYATAAN
(Pernyataan terlampir) 1 – 10
11 – 19
28 – 32
33 – 38
39 – 44
45 – 50
51- 55
56 – 59
60 – 62
63 – 67
! "
68 – 73
Jumlah : 73
Sebelum angket disebarkan kepada sampel penelitian, terlebih dahulu
instrumen ditimbang oleh tiga orang ahli dari dosen Program Studi Bimbingan
dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yaitu
Prof. Dr. Syamsu Yusuf, M.Pd., Prof. Dr. Ahman, M.Pd., Dr. Juntika Nurihsan,
M.Pd. Kegiatan penimbangan instrumen ini dilakukan untuk mengetahui
b. Uji coba alat pengumpul data
Setelah melalui proses penimbangan, angket Penyesuaian diri diujicobakan
pada Siswa kelas X – XI Tahun Akademik 2009/20010. Uji coba ini dilakukan
sekaligus dengan pengumpulan data penelitian
1) Uji Validitas Item
Sebuah item dikatakan valid apabila memiliki dukungan yang besar
terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau
rendah. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa sebuah item memiliki validitas
tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Teknik uji
validitas ini disebut item-total correlation (Suryabrata, 1999; Riyadi, 2006).
Secara konsep, menurut Arikunto (2002) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas dilakukan melalui analisis validitas logis (content validity) dan
validitas empiris (Arikunto, 1998). Analisis logis dilakukan untuk menilai
kesesuaian rumusan item-item kuisioner dengan kawasan isi (content) yang
hendak diukur. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas logis apabila item
pada alat ukur tersebut secara logis sudah sesuai dengan isi dan aspek konstruk
yang akan diungkap. Pengujian ini dilakukan melalui analisis rasional terhadap
kesesuaian penyusunan item dengan kisi-kisi dan operasionalisasi variabel.
Kemudian, pengujian validitas empiris dilakukan terhadap 29 siswa; melalui
dari setiap item dengan skor total item dari setiap responden. Uji validitas empiris
ini menggunakan rumus Pearson correlation. Perhitungan selanjutnya dilakukan
dengan bantuan program aplikasi komputer SPSS for Windows 15. Proses dan
hasil uji validitas ini dapat dilihat secara lengkap pada lampiran.
Dari hasil uji validitas item, diperoleh sejumlah item yang dianggap gagal
karena tidak memenuhi kriteria Friedenberg (Djatnika, 1998) yang mengatakan
bahwa item dikatakan valid bila memiliki nilai koefisien korelasi > 0,3 atau
memiliki koefisien korelasi dengan p < 0,05 (Nunnaly, 1979).
Hasil perhitungan terhadap 73 butir pernyataan untuk instrumen format A
(Penyesuaian diri), diperoleh item soal yang tidak valid sebanyak 32, sehingga
total pernyataan yang valid adalah 41 butir pernyataan.
Adapun hasil uji coba validitas angket penyesuaian diri digambarkan pada
Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2
Hasil Validasi Angket Penyesuaian diri
HASIL UJI COBA
NO PERNYATAAN JUMLAH
MEMADAI 1,4,5,8,9,11,12,13,14,15,16,17,19,20,21,22, 24,26,28,32,33,35,38,40,41,42,45,47,48,
49,50,52,53,59,60,63,64,67,69,70,71
41
TIDAK MEMADAI
2,3,6,7,10,18,23,25,27,29,30,31,34,36,37,39, 43,44,46,51,54,55,56,57,58,61,62,65,66,68,72,73
32
TOTAL PERNYATAAN TERPAKAI 73
Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket Penyesuaian diri (Setelah Uji Coba)
VARIABEL ASPEK INDIKATOR NO PERNYATAAN
(Pernyataan terlampir) 1 – 5
6 – 13
14 – 18
19 – 20
21 – 23
24 – 26
27- 31
32 – 33
34
35
36 – 38
! "
39 – 41
Jumlah : 41
Untuk perhitungan yang lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran.
2) Uji Reliabilitas
Setelah diuji validitas setiap pernyataan, selanjutnya alat pengumpul data
ketetapan atau keajegan tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah ajeg. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapakalipun diambil datanya, akan tetap sama hasilnya.
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan pendekatan internal consistency
sehingga hanya memerlukan satu kali pengenaan dari satu bentuk alat ukur pada
sekelompok subjek. Uji ini dihitung dengan rumus alpha Cronbach. Sama halnya
dengan uji validitas item, uji reliabilitas ini juga menggunakan bantuan program
aplikasi komputer SPSS for Windows 15. Proses dan hasil perhitungan uji
reliabilitas ini dapat dilihat pada lampiran.
Hasil perhitungan uji reliabilitas memperlihatkan indeks reliabilitas item
kuisioner sebesar 0,906; dianggap sangat memadai untuk dijadikan instrumen
penelitian (Nunnaly, 1979). Dengan demikian, instrumen yang digunakan sudah
baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Proses dan hasil
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
D. Populasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri 3 Bandung dengan
dasar pertimbangan sebagai berikut.
a. Selama ini belum terdapat kasus-kasus yang menonjol dalam masalah
penyesuaian diri siswa jalur non akademik. Namun, belum terdapat program
diri siswa jalur non akademik, pelayanan siswa masih bersifat umum. Maka
dalam rangka mewujudkan visi dan misi SMA Negeri 3, peneliti menganggap
Personil BK di SMA Negeri 3 dinilai memerlukan adanya program khusus
mengenai pengembangan bimbingan dan konseling penyesuaian diri siswa
jalur non akademik sebagai upaya preventif, kuratif dan pengembangan
dalam penanganan masalah penyesuaian diri siswa.
b. SMA Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah di Bandung yang
sangat diminati oleh para siswa sebagai tempat lanjutan studi setelah SLTP.
Berdasarkan hal ini, banyak sekali siswa yang mendaftar, tidak hanya melalui
jalur akademik, namun juga jalur non akademik. Mengingat proses
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di SMA Negeri 3 relatif lebih dalam
dibanding sekolah lain, maka kondisi ini perlu adanya penyesuaian dari
siswa. Siswa jalur non akademik memiliki kesulitan untuk menyesuaiakan
diri dengan budaya yang ada di SMA Negeri 3 Bandung. Akibat dari kondisi
tersebut maka diperlukan bimbingan dan konseling untuk mereka supaya
dapat berperilaku sesuai dengan harapan diri dan lingkungan.
Pengambilan sampel penelitian tidak dilakukan karena seluruh siswa jalur
non akademik diikutsertakan sejumlah 29 siswa.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian yang dilakukan meliputi beberapa langkah
1. Menyusun proposal penelitian dan mengikuti ujian proposal penelitian tesis
Setelah ujian dan melakukan perbaikan atas koreksi dan saran yang diberikan
oleh penguji kemudian disahkan oleh Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing tesis pada Direktur
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Surat izin penelitian yang telah disahkan
kemudian disampaikan pada SMA Negeri 3 Bandung.
4. Berdasarkan tujuan penelitian, maka disiapkan instrumen penelitian berikut
penimbangannya kepada tiga orang ahli dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
5. Melakukan uji coba angket penyesuaian diri siswa jalur non akademik kepada
siswa baru sebanyak 5 orang.
6. Mengumpulkan data penyesuaian diri siswa jalur non akademik dengan
menyebarkan angket pada 20 orang siswa jalur non akademik
7. Melakukan wawancara dengan konselor, orangtua, teman sebaya, serta wali
kelas guna menjaring informasi tentang pelaksanaan program Bimbingan dan
Konseling yang telah ada dan peluang pengembangan program bimbingan dan
konseling penyesuian diri siswa jalur non akademik sebagai program BK
khusus, dilanjutkan dengan observasi terhadap sarana bimbingan dan
8. Mengolah dan menganalisis data penyesuaian diri siswa jalur non akademik
serta menyimpulkan hasil wawancara dan observasi.
9. Analisis potensi yang dimiliki SMA Negeri 3 Bandung guna dijadikan bahan
penyusunan program bimbingan penyesuian diri siswa jalur non akademik.
10. Mengembangkan program bimbingan dan konseling penyesuaian diri siswa
jalur non akademik (program awal) berdasarkan pada data yang telah
diperoleh.
11. Mengadakan uji rasional yaitu dengan cara mendiskusikan program yang
telah disusun serta kemungkinan implementasinya.
12. Menyempurnakan program bimbingan dan konseling penyesuaian diri siswa
jalur non akademik berdasarkan pada hasil diskusi.
13. Melakukan uji coba program dan menyempurnakan program bimbingan
berdasarkan hasil uji coba dan hasil diskusi yang telah dilakukan (program
akhir).
14. Pelaporan hasil penelitian, yaitu aktivitas penulisan draft tesis, dilakukan
oleh peneliti setelah tahapan-tahapan di atas selesai.
F. Prosedur Pengolahan Data 1. Penyeleksian Data
Langkah ini dilakukan dengan tujuan memilih data yang memadai untuk
diolah, di mana yang memiliki kelengkapan dalam pengisian, baik identitas
maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah
2. Penyekoran
Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih siswa dan
sifat dari setiap pernyataan pada angket. Apabila pernyataan bersifat positif, maka
skor jawaban ”Ya” adalah 1 dan ”Tidak” adalah 0. Sebaliknya jika pernyataan
bersifat negatif, maka skor jawaban ”Ya” adalah 0 dan ”Tidak” adalah 1.
3. Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan cara yang dilakukan dalam merekap semua data
yang memadai untuk diolah.
Gambaran penyesuaian diri siswa jalur non akademik yang diperoleh
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Cara
menentukan batas setiap kategori adalah dengan perhitungan distribusi frekuensi
data yang dikelompokkan dengan memakai patokan skor ideal.
Furqon (l997 : 20-22) mengemukakan langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Menghitung rentang dengan rumus:
R = Skor terbesar – skor terkecil.
b. Menghitung panjang kelas yang sekaligus dapat menentukan batas
kelas/kelompok. Panjang kelas dihitung berdasarkan pada banyak kelas yang
sudah ditentukan yaitu lima kelas.
c. Menyusun kelas interval, dengan cara menentukan bilangan awal untuk kelas
dan tidak lebih dari skor terkecil dikurangi panjang kelas. Bilangan awal ini
harus sama dengan atau lebih kecil dari skor terkecil.
Pengembangan kategori menggunakan rumus skor ideal, dengan rata-rata ideal,
dan simpangan baku ideal (Rakhmat & Solehudin, 1888).
d. Menghitung frekuensi dengan cara menturus setiap nilai yang ada ke dalam
kelas interval masing-masing dan kemudian menjumlahkan banyak turus yang
didapat.
e. Setelah dihitung frekuensi dari setiap kelas, maka selanjutnya jumlah frekuensi
dihitung ke dalam bentuk prosentase. Kemudian data tersebut disajikan dalam
[image:30.595.107.521.248.626.2]bentuk tabel.
Tabel 3.4
Kategori Gambaran Penyesuaian Diri
Kategori Skor
Patokan Total
Menerima dan Memahami diri
Menerima Lingkungan
Merasa Aman
Bertindak Sesuai Potensi dan
Norma
Berinteraksi
Tinggi X ≥ 155 X ≥ 48 X ≥ 27 X ≥ 23 X ≥ 27 X ≥ 30
Sedang 132 – 154 42 - 47 24 – 26 21 – 22 22 – 26 27 - 29
143 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Pada bagian ini diuraikan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai hasil
akhir dari rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan sekaligus merupakan
finalisasi hasil-hasil temuan penelitian beserta pembahasan yang telah ditampilkan
pada bab IV.
1. Mayoritas penyesuaian diri siswa jalur non-akademis tahun pelajaran
2009/2010 berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar
20,7% siswa jalur non akademis masuk pada kategori penyesuaian diri tinggi
dan rendah. Sedangkan 17 siswa jalur non akademis atau sebesar 58,6%
masuk pada kategori penyesuaian diri sedang yang tergambarkan melalui
aspek kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya,
kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya
termasuk orang lain secara objektif, memiliki perasaan yang aman dan
memadai, kemampuan bertindak sesuai potensi dan norma yang berlaku,
kemampuan berinteraksi dan memelihara tata hubungan dengan orang lain.
2. Program yang dikembangkan mencakup: (1) rasional, berisi tentang analisis
logis pentingnya program; (2) visi dan misi, berisi tentang pernyataan
program yang mendukung pada visi dan misi BK secara umum, sekolah dan
pendidikan secara nasional; (3) deskripsi kebutuhan, berisi tentang deskripsi
ingin dicapai dari diselenggarakannya program bimbingan peningkatan
perilaku prososial; (5) komponen program, mencakup layanan dasar yang
berisi tentang kurikulum bimbingan yang bersumber dari konten perilaku
prososial yang diteliti, layanan perencanaan individual bagi yang telah
memiliki perilaku prososial tinggi, layanan responsif diperuntukkan bagi
mereka yang memiliki Perilaku prososial rendah: (6) rencana operasional,
berisi rangkaian prosedur pelaksanaan program secara teknis;
(7) pengembangan tema/topik berisi tentang materi-materi tentang Perilaku
prososial; (8) pengembangan satuan pelayanan, berisi tentang kerangka isi
satuan layanan yang akan diberikan kepada siswa dalam hal ini adalah
tentang perilaku prososial termasuk dimensi dan aspek-aspek pembangunnya;
(9) evaluasi, berisi tentang penilaian keberlangsungan dan keberhasilan
pelaksanaan program; dan (10) anggaran, berisi tentang estimasi penggunaan
biaya penyelengaraan program. Pada pelaksanaan intervensi, ditemui
beberapa hambatan yaitu: (1) sulitnya mengumpulkan seluruh siswa jalur
non-akademis terkait ekstrakurikuler yang diikuti siswa sering berbentrokkan;
serta (2) belum munculnya dukungan beberapa guru dalam pelaksanaan
tindakan.
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t sebesar 13.417 dengan signifikansi
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan
rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.
1. Bagi guru BK/konselor
Secara umum penyesuaian diri siswa jalur non-akademik tahun ajaran
2009/2010 termasuk dalam kategori sedang menuju rendah. Dengan demikian
pelaksana kegiatan BK di SMA Negeri 3 Bandung diharapkan dapat
memberikan pelayanan bimbingan yang bersifat preventif, kuratif,
pengembangan dan pemeliharaan kepada siswa, dengan tujuan agar siswa
mampu mengembangkan dan memelihara penyesuaian diri yang telah
dimiliki. Program bimbingan dan konseling pribadi-sosial yang ditujukan bagi
siswa jalur non-akademis dilaksanakan secara terpadu dengan program
sekolah yang ada seperti program remedial, program pembelajarn dan
program lain dimana sekolah mengoptimalkan dukungannya terhadap
program yang disusun, terutama dengan wali kelas dan orang tua siswa.
Diperlukan juga fasilitas memadai bagi terlaksananya program bimbingan dan
konseling ini seperti penyedian ruang audio visual, serta dukungan yang
memadai untuk mendukung diterapkannya program.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari penyusun tesis
dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti
a. Membandingkan gambaran umum penyesuaian diri siswa jalur
non-akademis pada setiap jenjang kelas, gender, demografis, dan pola
attachment sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan
menyeluruh.
b. Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam
seperti metode penelitian cros-sectional, metode studi kasus dan metode
lain yang dapat meneliti penyesuaian diri siswa pada setiap jenjang
pendidikan (SMA, SMK, MA dan PT).
c. Meneliti aspek-aspek penyesuaian diri dan hubungannya dengan proses
pembelajaran atau variabel-variabel lain seperti demografis, pendidikan
orang tua, pola asuh dan variable lainnya yang diduga memiliki hubungan,
147
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A. 1976. Psychological Testing. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Chaplin, J.P. (1989). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Dr. Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali.
Calhoun, J. F & Joan Ross Acocella. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan: Edisi Ketiga: Penerjemah Prof. Dr. R.S Satmoko. Semarang: IKIP Semarang.
Carkhuff, R. (1985). The Art Of Helping. USA: Human Resource Development Press, Inc.
Cartledge, Gwedolyn & Milburn, JoAnne F. (1992). Teaching Social Skill To Children. USA: Pergamon Press.
Cohen, et al. (1992). Psychological Testing and Assesment: An Introduction to Test and Measurement. Californina: Mayfield Publisking Co.
Coon, D. et al. {1993). Selman’s Role Taking Levels. [Online]. Tersedia: http://ChildDev/SelmanRoleTL.htm+role+taking&hl=id [20 Juni 2005]
Coon, D. (1989). Introduction to Psychology, Exploration and Aplication. St. Paul: West Publishing Company.
Cudari, Ima N. (2001). Penerapan Bimbingan Sosial – Pribadi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Tesis pada UPI: Tidak Diterbitkan.
Dinkmeyer, D. et al. (1970). Developmental Counseling and Guidance: A Comprehensive School Approach. New York: McGraw Hill Book Company. Forte, James A. (1998). Research, Practice, and Human Behavior. Journal of
Human Behavior in the Social Environment. 1 (4) 27 – 56
Hambleton, R. K. et al. 1985. Item Response Theory: Principles and Aplications. Boston: Kluwer Publishing.
Harvard Research Project. (2003). The Concept of Tolerance. [Online]. Tersedia:http://seedsoftolerance.org/research.html+selman%27s+role+takin g&hl=id [20 Juni 2005]
Laupa, M & Turiel, E. (1993). Children’s Consepts of Authority and Social Contexts. Journal of Educational Psychology. 85, (1), 191 – 197
Lewis, B.R. and Mitchell, V.W. (1990), "Defining and measuring the quality of customer service", Marketing Intelligence & Planning , Vol. 8, No. 6, pp. 11-17.
Matson, Jhonny L & Thomas H. Ollendick. (1988). Enhancing Children’s Social Skill: Assessment and Training. New York: Pergamon Press.
Monks, FJ dan Knoers, AMP. (1999). Psikologi Perkembangan. A.b Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Muro, James C & Dinkmeyer, Don C. (1977). Counseling in The Elementary and Middle Schools, A Pragmatic Approach. Iowa: Wmc Brown Company Publisher.
Nitko, A. J. 1996. Educational Assesment of Student. Ohio: Merril Prentice Hall.
Oosterhof, A. C. 1990. Classroom Aplications of Education Measurement. Ohio: Merrill Publishing.
Prayitno, Irwan. (2003). Remajaku Penyejuk Hatiku. Bekasi: Pustaka Tarbiatuna.
Reynoso, J. and Moore, B. (1995), "Towards the measurement of internal service quality", International Journal of Service Industry Management , Vol. 6, No. 3, pp. 64-83.
Robinson, S. (1999), "Measuring service quality: current thinking and future requirements", Marketing Intelligence & Planning , Vol. 17, No. 1, pp. 21-32.
Suherman, Uman. (2002). Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Madani.
_________. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Madani.
Vallet, Robert E. ( ). Affective-Humanistic Education: Goals, Program and Learning Activities. California: Lear Siegler Inc/ Fearon Publishers Belmont
Widjaja, Hanna et al. (1984). Bina Remaja, Remaja, dan Keluarga. Bandung: Yayasan Pembina Psikologi.
Willis, Sofyan. (2004). Praktek Konseling. Bandung: Alfabeta
Wyer, Robert S & Carlston, Donald E. (1979). Social Cognition: Inference and Attribution. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.