ABSTRACT
This study aims to examine and analyze the direct and indirect effect customer satisfaction
on advocacy: trust, commitment and loyalty as a mediating variable. Samples were active
student Odd 2014-2015 Maranatha Christian University S1 and D3 randomly by the Faculty and
Program Studies using 650 respondents. The results of this study not only shows the effect of
satisfaction on customer advocacy.
v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruhlangsung dan tidak
langsung satisfactionpada customer advocacy: trust, commitment & loyalty sebagai variabel
mediasi. Sampelpenelitian ini adalah mahasiswaaktif Ganjil 2014-2015 Universitas Kristen
Maranatha jenjang S1 dan D3 secara random berdasarkan Fakultas dan Program Studi dengan
menggunakan 650 responden.Hasil penelitian ini hanya tidak menunjukan pengaruhsatisfaction
pada customer advocacy.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 14
1.3. Tujuan Penelitian ... 15
1.4. Kegunaan Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS... 18
2.1. Perilaku Konsumen ... 18
2.2. Model Perilaku ... 22
vii
Universitas Kristen Maranatha
2.4. Dimensi Perilaku Loyal ... 29
2.5. Relationship Marketing Quality and Outcomes ... 32
2.6. Kepuasan atau Satisfaction ... 34
2.7. Kepercayaan atau Trust ... 38
2.8. Komitmen ... 42
2.9. Kesetiaan atau Loyalitas ... 44
2.10. Advokasi ... 50
2.11. Kerangka Teoritis ... 52
2.12. Kerangka Pemikiran ... 53
2.13. Pengembangan Hipotesis ... 54
2.14. Model penelitian ... 63
2.15. Riset Empiris (Matrik) ... 65
BAB III METODE PENELITIAN ... 78
3.1. Jenis Penelitian ... 78
3.2. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel,dan Ukuran Sampel ... 79
3.3. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran... 84
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 94
3.5. Uji Pendahuluan (Uji Instrumen dan Uji Data) ... 95
3.6. Metode Analisis Data ... 105
viii
4.1. Profil Responden ... 108
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 108
4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 109
4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Mahasiswa S1 ... 112
4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan ... 113
4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan ... 115
4.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi Tambahan... 117
4.2. Hasil Penelitian ... 117
4.2.1. Hipotesis 1:Terdapat pengaruh satisfaction pada trust. ... 117
4.2.2. Hipotesis 2: Terdapat pengaruh satisfactiondantrust pada commitment. ... 119
4.2.3. Hipotesis 3: Terdapat pengaruh satisfaction, trustdancommitment padaloyalty ... 120
4.2.4. Hipotesis 4: Terdapat pengaruh satisfaction, trust,commitment dan loyalty pada customeradvocacy... 121
4.2.5. Hipotesis 5: Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi olehtrust ... 123
4.2.6. Hipotesis 6: Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi olehcommitment ... 125
4.2.7. Hipotesis 7: Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi olehtrust dan loyalty ... 127
ix
Universitas Kristen Maranatha
4.2.9. Hipotesis 9: Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
dimediasi oleh trust dancommitment ... 132
4.2.10. Hipotesis 10: Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh trust, commitment dan loyalty ... 134
4.3. Pembahasan ... 139
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 157
5.1. Simpulan ... 157
5.2. Implikasi Managerial ... 158
5.3. Keterbatasan Penelitian ... 158
5.4. Saran ... 159
DAFTAR PUSTAKA ... 161
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Model Prilaku Konsumen ... 23
Gambar 2. 2. The Customer Loyalty Pyramid ... 48
Gambar 2. 3. Kerangka Teoritis ... 52
Gambar 2. 4. Kerangka Pemikiran ... 53
Gambar 2. 5. Model Penelitian ... 63
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Riset Empiris... 65
Tabel 3. 1. Nama Fakultas dan Program Studi Universitas Kristen Maranatha Jenjang S1 dan D3 ... 79
Tabel 3. 2. Hasil Cluster Sampling Berdasarkan Fakultas dan Program Studi... 82
Tabel 3. 3. DOV ... 84
Tabel 3. 4. Skala Likert ... 95
Tabel 3. 5. KMO and Bartlett's Test ... 97
Tabel 3. 6. Hasil Pengujian Validitas... 98
Tabel 3. 7. Hasil Pengujian Reliabilitas ... 101
Tabel 3. 8. Hasil Pengujian Normalitas ... 102
Tabel 3. 9. Hasil Pengujian Heterokedastisitas ... 103
Tabel 3. 10. Hasil Pengujian Multikolonieritas ... 104
Tabel 3. 11. Model Analisis Jalur (Path Analysis) ... 106
Tabel 4. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 109
Tabel 4. 2. Usia ... 111
Tabel 4. 3. Mahasiswa S1 ... 112
Tabel 4. 4. Jurusan ... 113
Tabel 4. 5. Angkatan ... 115
Tabel 4. 6. Program Studi Tambahan ... 117
Tabel 4. 7. Hasil Uji Hipotesis 1 ... 118
Tabel 4. 9. Hasil Uji Hipotesis 3 ... 120
Tabel 4. 10. Hasil Uji Hipotesis 4 ... 122
Tabel 4. 11. Hasil Uji Hipotesis 5 ... 124
Tabel 4. 12. Hasil Uji Persamaan Tidak Langsung Hipotesis 5 ... 125
Tabel 4. 13. Hasil Uji Hipotesis 6 ... 126
Tabel 4. 14. Hasil Uji Persamaan Tidak Langsung Hipotesis 6 ... 127
Tabel 4. 15. Hasil Uji Hipotesis 7 ... 128
Tabel 4. 16. Hasil Uji Persamaan Tidak Langsung Hipotesis 7 ... 129
Tabel 4. 17. Hasil Uji Hipotesis 8 ... 130
Tabel 4. 18. Hasil Uji Persamaan Tidak Langsung Hipotesis 8 ... 131
Tabel 4. 19. Hasil Uji Hipotesis 9 ... 132
Tabel 4. 20. Hasil Uji Persamaan Tidak Langsung Hipotesis 9 ... 133
Tabel 4. 21. Hasil Uji Hipotesis 10 ... 134
Tabel 4. 22. Hasil Uji Persamaan Tidak Langsung Hipotesis 10 ... 136
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Artikel Utama
Lampiran II : Kuesioner
Lampiran III : Pengujian Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran IV : Pengujian Normalitas, Heterokedastisitas danMultikolinearitas
Lampiran V : Profil Responden
Lampiran VI : Uji Hipotesis
Lampiran VII : Data BAA ( Badan Administrasi Akademik ) Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teori engagementorganisasi dapat dianalogikan sebagai hubungan ikatan emosional antara
pelanggan dengan perusahaan. Jika perusahaan dapat menciptakan engagement dengan
konsumen maka konsumen tersebut akan bertahan diperusahaan dalam jangka waktu yang
lama. Hal tersebut dibuktikan oleh Nugraheni (2012) yang menyatakan bahwa customer
engagement sebagai sebuah program untuk menangani semua komplain customer dan
membuat mereka mudah meresponnya kembali adalah langkah yang harus dilakukan oleh
sebuah perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan mempertahankan hubungan
jangka panjang dengan customer dengan mengelola dua arah komunikasi secara
baik.Dengan demikian, perusahaan perlu memahami engagement dalam sudut
pandangkonsumen agar dapat membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.
Engagement sebagai sebuah kondisi motivasional positif yang terkait dengan
pekerjaan yang dicirikan dengan semangat, dedikasi, dan absorpsi (Schaufeli et al,
2002). Engagement pada dasarnya terdiri dari: aspek kognitif, afektif, maupun
perilaku. De Lacy (2009) menemukan bahwa perilaku afektif pemimpin memiliki
hubungan substansial pada engagement secara kognitif sehingga mempengaruhi
engagement secara afektif, dan kemudian berpengaruh kepada intensi untuk bertahan
2
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan berbagai teori engagement yang diungkapkan, pada dasarnya
pemahaman engagement biasanya digunakan untuk pemahaman karyawan dalam
organisasi. Namun, pemahaman tersebut banyak digunakan pula untuk berhubungan
dengan konsumen. Hal ini didukung oleh beberapa ahli yang menghubungkan
pemahamanengagementdengan kepuasan pelanggan, sikap positif pelanggan pada
perusahaan, komitmen pelanggan pada perusahaan, kepuasan kerja, dan motivasi untuk
berkontribusi(Mujiasih& Ratnaningsih, 2011).Menurut Bakker & Leiter (2010) dalam
Mujiasih& Ratnaningsih (2011), orang yang engaged memiliki keyakinan dan
mendukung tujuan organisasi, memiliki rasa memiliki, merasa bangga pada organisasi
yang mana orang tersebut bekerja dan mempunyai keinginan untuk berkembang dan
bertahan dalam organisasi. Dengan demikian perusahaan harus memiliki cara strategis
untuk membuat organisasi bertahan dan berkembang. Dengan begitu, pemasar perlu
memiliki pemahaman engagement dari sudut pandang hubungan antara perusahaan dan
konsumen.
Customer engagement melibatkan hubungan yang abadi antara organisasi dan
pelanggan (Kumar et al, 2010). Menurut Tripathi (2009), customer engagement adalah
proses untuk mengembangkan, memelihara dan melindungi konsumen agar terus
melakukan hubungan dengan perusahaan sehingga konsumen bukan hanya menjadi
pembeli perusahaan bahkan melebihi dari sekedar pembeli yaitu menjadi pemasar bagi
perusahaan.
Pemahaman mengenai customer engagement dapat tercipta dengan adanya satu
keterikatan yang dibangun antara konsumen dengan perusahaan. Salah satu ciri dari
3
Brodie (2011) bahwa pemicu yang memotivasi customer untuk berinteraksi dengan sebuah
perusahaan akan mempengaruhi sub-proses dari customer engagement yang terdiri dari
learning, sharing, advocating, socializing dan co-developing.
Apabila perusahaan sudah memililki customer advocacy maka akan mendapatkan
banyak keuntungan. Menurut Susanta et al. (2013),customer advocacy sebagai sarana dan
alternatif pemasaran produk untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya yang
minimal.Selain itu, customer advocacy sangat penting dalam upaya perusahaan untuk
menarik pelanggan baru.Christopher et al.(1991) dalam Walz et al.(2010)juga menjelaskan
advocacyadalah salah satu hasil yang paling penting dari membangun customer
engagement. Dengan demikian, pemasar perlu memiliki pemahaman mengenai customer
advocacy.
Pemahaman mengenai customer advocacyberawal dari kata advokat. Definisi
advokat dari kamus besar bahasa Indonesia adalah membela, mempertahankan, juara,
merekomendasikan, dukungan. Menurut Fullerton (2011) dalam Susanta et al,(2013),
pemahaman ini lebih dari sekedar pemahaman bahwa pelanggan melakukan pembelian
ulang. Menurut Smith & Wheeler (2005), Fullerton (2011)dalam Susanta et al,(2013),
advokat adalah orang-orang yang siap untuk berdebat, bersedia untuk menawarkan
dukungannya. Sedangkan advocacy adalah suatu bentuk tindakan yang menekankan pada
pembelaan, dukungan, atau suatu bentuk rekomendasi yaitu dukungan aktif dari konsumen
pengguna produk pada konsumen lain yang belum menggunakan produk tersebut
(Zeithaml & Bitner, 1996 dalam Susanta et al, 2013).
Di sisi lain, advokasi lebih spesifik daripada WOM karena dalam penawaran hanya
4
Universitas Kristen Maranatha
Emerson (1976) dalam Susanta et al. (2013), penelitian mengenai perilaku advokasi
pelanggan relatif sedikit, karena kebanyakan penelitiantelah menggunakan WOM yang
lebih komunikatif .Word of Mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke
mulut merupakan proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara
individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk
memberikan informasi secara personal (Kotler & Keller, 2007). Menurut Cheung et
al.(2007) dalam Walz et al.(2010) menunjukkan kebutuhan untuk pemasar proaktif dalam
proses mengelola WOM positif, konsep yang mirip dengan advocacy.
Menurut Kotler & Keller (2007), saluran komunikasi personal yang berupa ucapan
atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth) dapat menjadi metode promosi yang
efektif karena pada umumnya disampaikan dari konsumen oleh konsumen (customer to
customer atau C2C) dan untuk konsumen, sehingga konsumen atau pelanggan yang puas
dapat menjadi media iklan bagi perusahaan.C2C (Consumer to Consumer) merupakan
model bisnis yang mana konsumen bertindak sebagai penjual atau penyedia jasa yang
menyediakan barang atau jasanya ke konsumen lainnya(Utama, 2012). Potensi
perkembangan C2C terus berkembang seiring dengan pertumbuhan media.Fenomena
tersebut sangat mendukung praktik C2C. Menurut Utama (2012), penetrasi yang sangat
besar pada media tersebut menyebabkan potensi C2C terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dengan pesat. Pesatnya kemajuan dalam kondisi ini memungkinkan
orang-orang saling bertukar informasi maupun bertukar barang dan bahkan terlibat kegiatan jual
beli.Ayun (2013), bahwa konsumen juga membentuk komunitas pengguna atau penggemar
suatu produk sehingga jika ada ketidakpuasan suatu produk, maka akan segera tersebar
5
mencegah hal tersebut terjadi, pemasar perlu memahami perilaku customer advocacy
dalam model bisnis C2C.
Perilaku customer advocacy mengacu pada promosi atau membela suatu perusahaan,
produk, atau merek oleh seorang pelanggan yang lain (Bendapudi & Berry, 1997) dan hal
ini dapat dikatakan ujian akhir dari hubungan pelanggan dengan entitas komersial (Cross &
Smith, 1995; Reicheld, 2003 dalam Walz et al, 2010). Pernyataan tersebut menyiratkan
bahwa penerapan konsep perilaku customer advocacy, organisasi akan menerima
kepercayaan dari pelanggan, dan jika pelanggan harus memberikan kepercayaan kepada
produk atau merek maka pelanggan akan setia dan jika pelanggan setia, pelanggan akan
membeli kembali, membeli jumlah yang lebih besar dan membantu merekrut pelanggan
baru.
Dalam membangun customer advocacy, pemasar perlu memperhatikan prinsip
relationship marketing. Karena dengan adanya suatu keterikatan yang terjalin satu sama
lain maka terciptanya customer advocacy akan menjadi lebih mudah. Dalam
mengembangkan relationship marketing diperlukan pemahaman mengenai bagaimana
membangun relationship quality yang akhirnya berdampak pada relationship outcome.
Relationship qualityadalah sebagai saat pelanggan dapat mengandalkan integritas
tenaga penjual dan memiliki keyakinan dalam kinerja tenaga penjual masa depan karena
tingkat kinerja masa lalu telah secara konsisten memuaskan (Crosby et al, 1990) dalam
(Susanta et al, 2013).Dimensi dari relationship quality yaitusatisfaction, trust, dan
commitment. Hal tersebut dibuktikan oleh(Woo & Ennew, 2004; Athanasopoulou, 2009)
dalam (Susanta et al, 2013), Relationship quality adalah konstruk tingkat tinggi yang
6
Universitas Kristen Maranatha
adalah kepercayaan, kepuasan dengan penjual dan komitmen untuk hubungan. Sedangkan
menurut Aa et al, (2013) relationship outcome memberikan hasil loyalitas pelanggan yaitu
niat membeli kembali dan kata positif dari mulut ke mulut).
Relationship satisfaction telah didefinisikan sebagai pelanggan 'evaluasi kognitif dan
afektif berdasarkan pengalaman pribadi mereka di semua pengalaman layanan dalam
hubungan (Storbacka et al, 1994) dalam (Susanta et al, 2013). Kepuasan Hubungan
eksklusif menggambarkan kepuasan pelanggan pada hubungan yang merupakan
keseluruhan penilaian kekuatan hubungan (Palmatier,2009) dalam (Susanta et al, 2013).
Trust adalah Kepercayaan umumnya dianggap sebagai elemen mendasar bagi keberhasilan
relationship marketing. Hubungan antara konsumen dan perusahaan membutuhkan
kepercayaan untuk menjadi hubungan jangka panjang (Berry & Parasuraman, 1991) dalam
(Susanta et al, 2013). Jika kepercayaan dipertahankan, pembeli akan tetap dalam hubungan
(Ganesan. 1999) dalam (Susanta et al, 2013). Sedangkan Commitment merupakan Teori
Hubungan pemasaran telah secara ekstensif dianggap sebagai peran hubungan komitmen
dalam hubungan pelanggan (Susanta et al, 2013).
Komitmen mencerminkan konsumen secara sukarela bersedia untuk tetap menjaga
hubungan jangka panjang dengan perusahaan (Wulf et al, 2001; Morgan dan Hunt, 1994;
Palmatier et al, 2006 dalam Dagger & O’Brien, 2010). Komitmen mengarah kepada
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu yang berhubungan dengan target, tanpa
motivasi yang kuat. (Meyer & Herscovitch, 2001 dalam Wulf, Odekerken-Schröder, &
Schumacher, 2000).
Menurut Pressey & Mathews (2000) dalam Agung (2006) mengemukakan bahwa
7
dan akan memberikan suatu keuntungan jangka panjang bagi kedua belah pihak yang
berhubungan. Gunlach & Mentzer (1995) dalam Setiawan & Ukudi (2007), juga
mengungkapkan bahwa commitment adalah suatu sikap yang merupakan niat untuk
mempertahankan keterbukaan jangka panjang. Dengan kata lain, commitment adalah
adanya suatu hubungan yang berharga dan perlu dipertahankan terus menerus, yang mana
masing-masing pihak bersedia bekerja sama untuk mempertahankan hubungan (Setiawan
& Ukudi, 2007). Customer commitment menurut Moorman, Zaltman dan Deshpande
(1992) dalam Lacey (2007) adalah pendirian yang abadi atau keinginan untuk mengetahui
fakta-fakta merek atau fakta-fakta dari suatu perusahaan.Sebagai salah satu aspek
relationship quality, commitment merupakan keinginan yang berkelanjutan untuk
membangun suatu hubungan yang bernilai (Moormanet al, 1992 dalam Agung, 2006).
Dalam literatur pertukaran sosial, commitment juga dibahas secara mendalam. Hal tersebut
dapat ditunjukkan oleh McDonald (1981) dalam Agung (2006) yang menyatakan bahwa
yang membedakan dalam tipe-tipe pertukaran sosial adalah mutu dari kepercayaan sosial
dan commitment yang dihasilkan sebagai bagian dari individu untuk membangun dan
memelihara hubungan. Pendapat tersebut didukung oleh Berry & Parasuraman (1991)
dalam Agung (2006) yang menyatakan secara tegas bahwa hubungan dibangun
berdasarkan mutu dari commitment.
Anderson &Weitz (1992) dalam Agung (2006) menyatakan bahwa commitment
terdiri dari tiga dimensi: sebuah hasrat untuk membangun hubungan yang stabil, kemauan
untuk memberikan pengorbanan dalam membangun suatu hubungan, dan kepercayaan
dalam hubungan yang stabil. Hal tersebut menunjukkan bahwa commitment akan ada jika
8
Universitas Kristen Maranatha
terjadi suatu commitmentjika salah satu atau kedua belah pihak merasa bahwa
hubungannya tidak menguntungkan (Setiawan & Ukudi, 2007).
Garbarino & Johnson (1999) dalam Setiawan & Ukudi (2007) menemukan fakta
bahwa commitment mempunyai kecenderungan untuk melawan perubahan preferensi yang
menjadi sebuah kunci perintis untuk loyalitas, yang sebagian besar dijelaskan oleh
keinginan pelanggan untuk mengidentifikasi suatu merek. Menurut Fullerton &Taylor
(2000) membedakan konsep commitment menjadi: pertama, commitment afeksi, yaitu
commitment yang merujuk kepada pembagian nilai (shared values) dan kemurahan hati
(benevolence). Kedua, commitment kontinum yaitu commitment yang merujuk kepada
pengorbanan dan ketergantungan. Ketiga, commitment normative yaitu commitmentyang
merujuk pada konstruk menyeluruh yang menjadi penyebab tumbuhnya rasa berbagi
tanggung jawab.
Menurut gagasan yang dikembangkan lebih lanjut oleh Jaffe (2010) dalam Walz et
al. (2010) yang mengusulkan bahwa pemasar hanya membuang-buang dana yang berharga
untuk mencoba memperoleh pelanggan baru melalui metode pemasaran tradisional,
padahal harusnya fokus dalam melibatkan customer commitment yang dipercaya pelanggan
tersebut akan mengkomunikasikan manfaat dari produk atau layanan yang lebih efisien
melalui perilaku advokasi.Secara konseptual mirip dengan commitment afeksiyaitu
commitment afeksi akan berhubungan positif dengan advocacy (Kim et al, 2010).Fullerton
(2005) dalam Kim et al, (2010) memberikan bukti empiris bahwa komitmen afeksi adalah
kuat dan positif terkait dengan niat advocacy.
Dalam membangun hubungan dengan konsumen dalam jangka panjangjuga sangat
9
2013).Satisfaction(kepuasan)sulit untuk didapatkan namun akan sangat menguntungkan
jika perusahaan memilikicustomersatisfaction,yang pada akhirnya memberikan manfaat
berkelanjutan (Hidayah et al, 2013). Satisfaction adalah kepercayaan yang sangat berarti
bagi kepentingan customer advocacy jangka panjang (Hidayah et al, 2013).
Menurut Yuningsih (2005); Roostika & Muthaly (2010)serta Anwar &Gulzhar
(2011), telah membuktikan bahwa perilaku pelanggan khususnya customer
advocacydipengaruhi oleh customer value dan customer satisfaction. Kepuasan
didefinisikan sebagai keadaan afektif pelanggan yang dihasilkan dari keseluruhan penilaian
dari pengalaman pelayanan (Anderson et al, 1994; Oliver, 1997; Verhoef et al, 2002 dalam
Dagger & O'Brien, 2010). Afektif adalah berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
(Bloom, 1956).
Hennig-Thurau & Klee (1997), Jonsson & Zineldin (2003), Morgan & Hunt (1994)
dalam (Susanta et al, 2013) mendefinisikan kepercayaan sebagai harapan atau keinginan
untuk percaya bahwa organisasi dapat diandalkan untuk melakukan apa yang telah
dijanjikan. Ganesan (1994) menyebut kepercayaan sebagai kredibilitas. Dalam
penelitiannya Ganesan (1994) mengartikan kredibilitas sebagai sejauh manapembeli
percaya bahwa pemasok memiliki keahlian untuk melakukan aktivitassecara efektif dan
andal. Menurut Ganesan (1994) kepercayaan berhubungandengan niat perusahaan untuk
mengandalkan mitra pertukaran mereka. Ganesan(1994) menjelaskan bahwa kepercayaan
sebagai sebuah kebajikan, karenadidasarkan pada sejauh mana perusahaan percaya bahwa
10
Universitas Kristen Maranatha
Kepercayaan sebagai harapan atau keinginan untuk percaya bahwa organisasi dapat
diandalkan untuk melakukan apa yang telah dijanjikan (Hennig-Thurau dan Klee, 1997,
Jonsson & Zineldin, 2003, Morgan & Hunt, 1994 dalam Susanta, Alhabsji, Idrus&
Nimran, 2013).
Dwyer et al (1987) berpendapat bahwa kepercayaan penting karena menyediakan
dasar untuk kerjasama di masa depan. Setelah kepercayaan dibangun, kedua perusahaan
belajar bahwa koordinasi, serta upaya-upaya kerjasama akan memberikan hasil yang
melebihi apa yang perusahaan akan mencapai jika bertindak semata-mata yang terbaik
untuk diri-sendiri (Anderson & Narus, 1990).
Customer loyalty adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli kembali
produk atau jasa secara konsisten di masa depan, sehingga menyebabkan pembelian
berulang pada merek yang sama, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran
yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya perubahan perilaku (Oliver, 1999 dalam
Leverin & Liljander, 2006). Perilaku loyalitas meliputi pembelian kembali niat dan dari
mulut ke mulut atau rekomendasi seperti yang disarankan oleh berbagai sarjana (Bitner,
1990; Hallowell, 1996; Yi, 1990; Zeithaml et al, 1996). Customer Loyalty terhadap merek
sangat penting untuk memenangkan persaingan. MenurutGoldsmith (2005) dalam Hidayah
et al, (2013), mengelola pengalaman pelanggan adalah panduan sangat praktis untuk
membangun customer loyalty di abad baru. Namun, jika perusahaan hanya memiliki
konsumen yang loyal tanpa memiliki konsumen yang dapat merekomendasikan pada orang
lain, maka belum tentu terjadi peningkatan market share yang luar biasa. Ini berarti bahwa
mengelola pengalaman pelanggan adalah cara untuk membangun loyalitas merek yang
11
merek (Hidayah et al, 2013). Hal ini, dipercaya meningkatkan customer loyalty karena
customer satisfaction akan membeli berulang kali, membeli lebih banyak jenis produk, dan
merekrut teman loyalitas akan berdampak pada pertumbuhan profitabilitas (Hidayah et al,
2013). Teman untuk menjadi pelanggan (Hidayah et al, 2013). Jika perusahaan
memperhatikan loyalitas pelanggan maka akan berdampak pada pertumbuhan profitabilitas
(Hidayah et al, 2013).
Apabila suatu perusahaan memiliki customer yang satisfaction terhadap perusahaan,
maka perusahaan tersebut tanpa sengaja menciptakan trust dalam diri customer yang akan
berdampak menjadi suatu commitment dalam jangka panjang. Dengan demikian loyalty
akan menjadi dampak positif bagi perusahaan yang selanjutnya akan menjadi
advocacy.Satisfaction dan customer loyalty nsangat berkorelasi (Athanassopoulos et al,
2001; Hallowell, 1996; Silvestro & Cross, 2000), tetapi bentuk dua konstruksi yang
berbeda (Bennett dan Rundle-Thiele, 2004; Oliver, 1999) dalam (Susanta et al, 2013).
Hubungan customer satisfaction dengan adalah dasar yang baik untuk loyalitas (Bloemer et
al, 1998; Pont & McQuilken, 2005) dalam (Susanta et al, 2013). Hubungan antara
satisfaction dan loyaltytelah diperiksa dalam banyak studi. Satisfactionmengarah pada
penciptaan hubungan yang kuat antara penyedia layanan dan pelanggan, yang mengarah ke
hubungan umur panjang, atau pelanggan retensi (Gronroos (1994) dalam Susanta et al,
(2013). Menurut Pont &McQuilken (2005) dalam Susanta et al,(2013), Customer
satisfaction merupakan hubungan dasar yang baik untuk loyalitas. Sebuah analisis tinjauan
literatur yang dilakukan oleh Szymanski & Henard (2001) serta penelitian baru-baru ini
Ndubisi et al, (2009); Alrubaiee & Al-Nazer, (2010); Hsu et al, (2010) dalam Susanta et al,
12
Universitas Kristen Maranatha
antara satisfaction dan loyaltytelah mapan dalam literatur. (Anderson dan Fornell, 1994;
Gummesson, 1993; Hallowell, 1996.; Heskett et al, 1990.; Heskett et al, 1994.; Reichheld
dan Sasser, 1990; Rust et al, 1995.; Schneider dan Bowen, 1995; Storbacka et al, 1994.;
Yi, 1990; Zeithaml et al., 1990, 1996) dalam (Susanta et al, 2013).Satisfaction merupakan
anteseden untuk mempercayai.
Dirks & Ferrin (2001) dalam Walz et al, (2010) meningkatkan pertimbangan
teoritis yang mengarah ke kelayakan memeriksa peran trust sebagai moderator variabel
yang mempengaruhi perilaku individu. Beberapa penulis hipotesis aliran positif dari
kepuasan untuk trust. Bendapudi & Berry (1997), Bennett (1996), Crosby 1990) dalam
Susanta et al, (2013). Ganesan, (1999) dalam Susanta et al, (2013)menemukan dukungan
empiris yang kuat untuk jalur dari kepuasan percaya tingkat yang lebih besar dari trust
dalam interaksi akan menghasilkan lebih sedikit kecemasan mengarah ke kepuasan yang
lebih besar (Hennig-Thurau et al, 2002;. Szymanski & Henard, 2001; Molina et al, 2007)
dalam (Susanta et al, 2013).Literatur juga menunjukkan bahwa membangun trust
mempromosikan hubungan jangka panjang dengan mengurangi ketidakpastian dan
kemungkinan perilaku oportunistik (Hausman, 2001; Doney & Cannon, 1997) dalam
(Susanta et al, 2013). Telah ditemukan bahwa kepercayaan dalam hubungan memiliki
dampak positif pada kepuasan dalam menyalurkan hubungan antara produsen dan pembeli
(Andaleeb, 1996; Anderson & Narus, 1990) dan dalam interaksi layanan (Hennig-Thurau
et al, 2002) dalam (Susanta et al, 2013). Garbarino & Johnson (1999) dalam Setiawan &
Ukudi (2007) menemukan bahwa pelanggan tetap, trust dan commitment merupakan
perantara utama dalam mempengaruhi niat berperilaku dibandingkan dengan kepuasan
13
Kepuasan dan komitmen hubungan selama durasi cenderung berubah, dalam literatur
kepuasan, misalnya, peran dinamis durasi hubungan layanan telah diperiksa dan efek
positif dari durasi hubungan pada hubungan kepuasan telah diamati (Bolton, 1998; Mittal
et al, 2001) dalam (Susanta et al, 2013). Menurut Taxet al (1994) menunjukkan, kepuasan
dapat menyebabkan komitmen, sementara Hennig-Thurau et al, (2002) mendalilkan
kepuasan untuk secara positif mempengaruhi komitmen.Pressey & Mathews (2000)
mengemukakan bahwa komitmen merupakan tingkatan tertinggi dalam membangun
kekuatan suatu hubungan dan akan memberikan suatu keuntungan jangka panjang bagi
kedua belah pihak yang berhubungan. Terbukti bahwa budaya organisasi dan komitmen
organisasi melalui kepuasankerja mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja
karyawan baik secara simultan (bersamasama), maupun secara parsial (sendiri-sendiri).
Dapat diartikan bahwa semakin tinggi budaya organisasi, komitmen organisasi dan
kepuasan kerja diberikan kepada para karyawan maka akan semakin tinggi pula kinerja
karyawan (Burhan et al, 2013).
Penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu mahasiswa Universitas Kristen
Maranatha.Peneliti menggunakan industri pendidikan karena bukan hanya bisnis yang
menghadapi persainganmelainkan industri pendidikan juga memiliki banyak tantangan dan
pesaing (Hidayah et al, 2013). Industri pendidikan khususnya Perguruan Tinggi perlu
memahami perilaku pelanggan agar dapat menghadapi persaingan. Pemahaman perilaku
pelanggan sangat penting untuk sektor pendidikan tinggi karena mudah untuk mengetahui
nilai yang diharapkan oleh siswa dan akhirnya memuaskan serta sekaligus mendorong
14
Universitas Kristen Maranatha
Peneliti juga menggunakan mahasiswa Universitas Kristen Maranatha sebagai objek
penelitian karena UK. Maranatha merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di
Bandung yang bergerak dalam bidang pendidikan.
Peneliti menggunakan Universitas Kristen Maranatha sebagai penggunaan objek
adalah karena dilihat dari hasil data Badan Administrasi Akademik (2014), jumlah
mahasiswa yang daftar ulang di Universitas Kristen Maranathaselama 5 tahun terakhir
semakin menurun untuk jenjang D3, sedangkan S1 sempat mengalami kenaikan dari 2
tahun sebelumnya. Dengan demikian peneliti melakukan penelitian dengan objek
Universitas Kristen Maranatha untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat
meningkatkan jumlah mahasiswa di Universitas Kristen Maranatha.
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Satisfaction pada Customer Advocacy: Trust,
Commitment, Loyalty sebagai Variabel Mediasi”. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan bagi Universitas Kristen Maranatha dalam menyusun strategi kreatif
dalam meningkatkan advocacy dari mahasiswa Universitas Kristen Maranatha.
1.2. RumusanMasalah
1. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada trust?
2. Apakah terdapat pengaruh satisfactiondan trustpadacommitment?
3. Apakah terdapat pengaruh satisfaction, trust, dan commitmentpadaloyalty?
4. Apakah terdapat pengaruhsatisfaction, trust,commitment, dan loyalty pada
customeradvocacy?
5. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
15
6. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
commitment?
7. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust dan loyalty?
8. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
commitment dan loyalty?
9. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust dan commitment?
10. Apakah terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust, commitment dan loyalty?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada trust.
2. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction dan trust pada commitment.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction, trust, dan commitment pada loyalty.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction, trust,commitment, dan loyalty pada
customeradvocacy.
5. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
dimediasi oleh trust.
6. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
16
Universitas Kristen Maranatha
7. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
dimediasi oleh trust dan loyalty.
8. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
dimediasi oleh commitment dan loyalty.
9. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
dimediasi oleh trust dan commitment.
10. Menguji dan menganalisis pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang
dimediasi oleh trust, commitment, dan loyalty.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi berbagai pihak antara lain:
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk memahami faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi advocacy. Salah satu faktor utama adalah satisfaction.
Dengan pemahaman tersebut, diharapkan perusahaan dapat lebih memahami hal-hal
yang dapat membuat mahasiswa merasa puas dengan segala kualitas, sarana dan
prasarana UKMaranatha dan mengarahkan para karyawan agar mengarah pada
advocacy mengingat satisfaction menjadi faktor yang mempengaruhi trust,
commitment & loyalty pada perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi advocacy.
Namun, inti dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kemampuan dan sejauh
mana UK Maranatha dapat melibatkan mahasiswa untuk melakukan advokasi.
2. Bagi praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat membantu praktisi untuk mengetahui tahapan utama
17
tahapan utama, diharapkan praktisi juga dapat meningkatkan kinerja mengingat
pentingnya peran advocacy pada perusahaan khususnya dalam mengelola hubungan
jangka panjang dengan pelanggan atau customer relationshipmanagement untuk
mencapai satisfaction.Para praktisi juga disarankan dapat melakukan penelitian ini
sebagai titik awal untuk memperluas hipotesis pengembangan model advokasi
pelanggan di masa depan. Studi ini mempertimbangkan potensi bagaimana
mahasiswa dapat lebih terlibat untuk menjadi mahasiswa yang advokat yang akan
157 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung dan
pengaruh tidak langsung satisfactionpada customer advocacy melalui trust,
commitment & loyalty. Simpulan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh satisfaction pada trust
2. Terdapat pengaruh satisfaction dan trust pada commitment
3. Terdapat pengaruh satisfaction, trust, dan commitment pada loyalty
4. Terdapat pengaruh satisfaction, trust,commitment, dan loyalty pada
customeradvocacy
5. Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust
6. Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
commitment
7. Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust dan loyalty
8. Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
158
9. Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust dan commitment
10. Terdapat pengaruh satisfaction pada customer advocacy yang dimediasi oleh
trust, commitment dan loyalty
5.2. Implikasi Managerial
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Univeritas Kristen
Maranatha dalam membentuk satisfaction. Sehingga diharapkan dengan
membentuk satisfactiondapat tercipta advokasi pelanggan (customer advocacy).
Customer Advocacy merupakan suatu bentuk tindakan yang menekankan pada
pembelaan, dukungan, atau suatu bentuk rekomendasi yaitu dukungan aktif dari
konsumen pengguna produk pada konsumen lain yang belum menggunakan
produk tersebut (Zeithaml & Bitner, 1996 dalam Susanta et al, 2013). Dengan
terciptanya customer advocacymaka Univeritas Kristen Maranathaakan
memberikan dampak pada keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
5.3. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam model penelitian, yang mana
peneliti tidak meneliti tentang pengaruh customer engagement yang juga
memiliki pengaruh besar terhadap consumer advocacy, karena customer
engagement merupakan suatu tujuan akhir yang diinginkan setiap
perusahaan.
161 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Adelaar, Thomas, 2000. “Electronic Commerce and the Implications for Market Structure: The
Example of the Art and Antiques Trade,” Journal of Computer-Mediated
Communication.
Abdurahmman, Arifin. (1997), Kerangka Pokok-pokok Manajemen Umum. Jakarta: PT. Ikhtiar
Baru – Van Hoeve.
Agung, Ken Hermanto. (2006), “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Komitmen Dan
Kepercayaan Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada Nasabah Tabungan
Simpeda Bank Jateng)”. Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang
Andreas Leverin, Veronica Liljander, (2006) "Does relationship marketing improve customer
relationship satisfaction and loyalty?", International Journal of Bank Marketing, Vol. 24
Iss: 4, pp.232 – 251
Anderson JC & Narus JA. (1990). “A model of distributor firm and manufacturer firm working partnerships” the Journal of Marketing.
Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aryani, D & Rosinta F. (2010), “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan
dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan” Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei—Agus 2010, hlm. 114-126
Ayun, Elisa. (2013). “Customer To Customer ( C2C )” 8 Okt . Label: customer to customer,
Manajemen.
Bayton. James A. (1982). ”Motivation, Cognition, Learning-Basic Factors in Consumer
Behavior.” Dalam James U. McNeal and Stphen W. McDaniel (eds). Consumer
Behavior: Clasical and Contemporary Dimensins. Boston. Massachussets : Little Brown
and Company
Bendapudi, Neeli and Leonard L. Berry, 1997. “ Customer’s Motivation for Maintaining
162
Burhan A, Pradhanawati, A & Dewi, R S. (2013). “Pengaruh budaya organisasi, dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan dengan mediasi kepuasan kerja pada pt. Bpr setia
karib abadi semarang” Diponegoro Journal Of Social And Politic Tahun 2013, Hal. 1-9 Brown, H.D. (1987). Principles of language learning and teaching. (2 nd ed). London:
Printice-Hall Inc.
Chasanah, Nur. (2010), “Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Susu Instan Di Pasar Modern Kota Surakarta” Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Cooper & Schindler. (2011) Business Research Method. 11th Edition, New York: Mc. Graw-Hill
Irwin.
Christopher, M., Payne, A dan Ballantyne, d. (1991). Relationship Marketing,
Butterworth-0Heinemann: Oxford.
Dagger, T S & O’Brien T K. (2010), “Does experience matter? Differences in relationship
benefits, satisfaction, trust, commitment and loyalty for novice and experienced service
users UQ Business School, The University of Queensland, Brisbane, Australia. European
Journal of Marketing Vol. 44 No. 9/10, pp. 1528-1552.
Dwyer, J.T,. (
Engel, James F., et.al. 1994. Consumer Behavior. DiteIjemahkan oleh F.X. Budiyanto. Perilaku
Konsumen. Edisi keenam. Cetakan pertama. Jilid II. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fullerton, Gordon and Shirley Taylor, 2000. The Role of Commitment in Service Relationship.
Kingston, Ontario : School of Business Acadia University, limited publication, p. 3-18.
Ganesan, S. 1994. Dalam Appiah-Gyimah et al. 2011. Determinants of Long-Term Orientation
in Buyer-Seller Relationships. Journal of Marketing 58(2), 1-19.
Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan keempat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan keempat.
163
Universitas Kristen Maranatha
Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan keempat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, Joseph F., Black, W.C., Babin.B.J., & Anderson, R.E. (2010). Multivariate Data Analysis
Global Edition. Pearson Prentice-Hall, Inc., New Jersey Sugiyono. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Penerbit
Alfabeta.
Handoko T. Hani, (2000), Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,. Edisi II, Cetakan
Keempat,
Hendratono T. (2011), “Pengaruh Lingkungan Fisik dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas
Pelanggan pada Pelanggan Maskapai Penerbangan” Volume II No. 2 - Oktober 2011.
Hennig-Thurau, T., Gwinner, K. P. ,Gremler, D. D., 2002. Understanding relationship marketing
outcomes - An integration of relational benefits and relationship quality. Journal of
Services Research 4 (3), 230-247.
Hidayah, Nurdin , Sari, Diana & Helmi A. (2013). “Research Article The Relationship Between
The Customer Value And Satisfaction To Advocacy Behavior : The Empirical Study In
Higher Education”, VSRD International Journal of Business and Management Research,
Vol. III Issue VIII
Hollebeek, Linda D. (2011), “Demystifying customer brand engagement: Exploring the loyalty nexus”. Journal of Marketing Management. Vol. 27, 785–807
Iskandar D. (2012), “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Nasabah dengan Kepuasan
dan Kepercayaan Nasabah sebagai variabel Intervening (Studi Empiris Nasabah Pd. Bank
Perkreditan Rakyat Bkk Boyolali Kota)" STIE AUB Surakarta.
Jogiyanto, HM. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.Sugiyono. 2009. Metode
Penulisan Bisnis. Cetakan keempat belas. Alfabeta, Bandung.
Kumar, V & Pansari, A. (2014), “The Construct, Measurement, and Impact of
EmployeeEngagement: a Marketing Perspective” Springer Science+Business Media New
164
Kotler, Philip. (2007). Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian, Prentice
Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Penerjemah B. Molan.
Jilid 1. Edisi Ketiga Belas. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Lawer, Christopher & Simon K. (xxxx), “Customer advocacy and brand development. Journal
of Product & Brand Management”, Vol. 15, No. 2, pg. 121–129.
Louden & Della Bitta. 1984. Consumer Behavior : Concept and Application.
Mäkeläinen, Sami I. (2006), “From B2C to C2C e-commerce,” University of Helsinki Department of Computer Science (May 2006), pp. 1-14.
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
MujiasihE & Ratnaningsih, Ika Z (2011), “Kepemimpinan Transformasional dan Employee
Engagement”, 23-24.
Nariswari R & Iriawan N. (2012). “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Kepuasan Pelanggan,
dan Kepercayaan terhadap Loyalitas Pelanggan Flexi Mobile Broadband di Wilayah
Surabaya dengan Pendekatan SEM Bayesian”. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1,
No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-248
Nessim Hanna, Richard Wozniak, (2001). “Consumer Behavior: An Applied Approach Grandes
NovelistasPrentice Hall learning on the Internet partnership : PHLIP” Prentice Hall.
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Penerbit:
Andi, Yogyakarta.
Nugraheni, C I, (2012). “ Pengaruh customer engagement melalui media sosial terhadap
kepercayaan merek (Studi pada facebook sunsilk Indonesia)”
Panasea, Gede N O & Suprapti, Ni W S. (2013).“Peran kepuasan dalam memediasi pengaruh
komunitas merek terhadap loyalitas pengguna harley-davidson di kota Denpasar” FE Unif
165
Universitas Kristen Maranatha Paul, Pallab, (1996). “Marketing on the Internet,” Journal Of Consumer Marketing, 13:27-39.
Puspitasari, M G & Edris M. (2011). “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Dengan
Mediasi Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Keluarga Sehat Hospital Pati”. Analisis
Manajemen Vol. 5 No. 2 Desember 2011.
Prasetiyo, K A. (2012), “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Citra Dan Kepercayaan Terhadap
Loyalitas Pelanggan (Studi Empiris Pada Klepu mitra kencana Cuci Motor Mijen di
Kecamatan Mijen Kota Semarang”.Universitas Semarang.
Pressey, A.D. & Mathews, B.P. (2000) "Barriers to relationship marketing in consumer
retailing", Journal of Services Marketing, 14(3): 272-286.
Rimbani , et al &Setyanto G T. (2014). “Relasional dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan
Pelanggaan (Kajian Empiris pada Pelanggaan Bisnis Ritel di Kota Surakarta)”. Seminar Nasional dan Call for Paper (Sancall 2014): ISBN: 978-602-70429-1-9 Research
Methods and Organizational Studies Hlm. 56-63
Sa’adah J, Rohman F & Rofiaty. (2011) “Pengaruh Service Quality terhadap Satisfaction, Trust,dan Loyalitas dalam Membentuk Word Of Mouth (Studi Pada Resto Di Kota Tuban)” July 14th 2011
Schneider, B, Macey, W H, & Barbera K M. (2009), “Driving Customer Satisfaction and
Financial Success Through Employee Engagement”.Harah’s Entwertainment. Inc.Volume
32, Issue 2
Schaufeli, et.al. (2002). Burnout and engagement in university students: A Cross- National
Study. Journal of Cross-Cultural Psychology, 33 (5), 464-481
Schiffman, leon. And Kanuk, Leslie Lazar. 2004. Perilaku Konsumen (edisi ketujuh). PT.
Indeks, Jakarta.
166
Tunjungan Plaza Surabaya: Perspektif B2C” Jurusan Manajemen Pemasaran, Universitas
Kristen Petra
Setiawan M B & Ukudi. (2007). “Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan Dan Komitmen
Terhadap Loyalitas Nasabah ( Studi Pada Pd. Bpr Bank Pasar Kendal)”. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), , Vol. 14, No.2, Hal. 215-227
Singh, Harkiranpal. (2006), “The Importance of Customer Satisfaction in Relation to Customer Loyalty and Retention”. Asia Pacific University College of Technology &
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
Suliyanto. (2012). Metode Riset Bisnis. Andi, Yogyakarta.
Sukmadinata, N S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surapranata, Sumarna. (2004) . Bandung: Remaja Rosdakarya.Innovation Technology Park
Malaysia.
Susanta,Taher A, Idrus M.S., & Nimran, Umar. (2013), “The Effect of Relationship Quality on
Customer Advocacy: The Mediating Role of Loyalty” IOSR Journal of Business and
Management (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X, p-ISSN: 2319-7668. Volume 10, Issue 4
(May. - Jun.), PP 41-52
Tax, S.S., Brown, S.W. and Chandrashekaran, M. (1998), “Customer evaluation of service
complaint experiences: implications for relationship marketing”, Journal of Marketing,
Vol. 62, April, pp. 60-76.
Thoha, Miftah. 1990. Kepemimpinan dan Manajemen. Suatu Pendekatan Perilaku. Bandung :
Sinar Baru.
167
Universitas Kristen Maranatha
Ukudi&Setiawan M B. (2007). “Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan dan Komitmen
terhadap Loyalitas Nasabah ( Studi Pada Pd. Bpr Bank Pasar Kendal)”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2007, Hal. 215-227, ISSN: 1412-3126. Vol. 14, No.2.
Utama A P. (2012), “Upaya Meningkatkan Keberhasilan Trust dan Reputasi Bisnis Melalui
Consumer-To-Consumer (C2c) E-Commerce”
Wahyuni, Sri dan Abd. Syukur Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung : Refika
Aditama.
Walz, A. M. & Celuch, K. G. (2010). The Effect of Retailer Communication on Customer
Advocacy: The Moderating Role of Trust. Journal of Consumer Satisfaction,
Dissatisfaction and Complaining Behavior, 23, 95-110.
Wang, Alex. (2006), “Advertising Engagement: A Driver of Message Invoivement on Message
Effects”. Journal Of Advertising Research
Wansoo , C O& Gwinner, K P. (2010), “The antecedent role of customer-to-employee relationships in the development of customer-to-firm relationships”, The Service
Industries Journal Vol. 30, No. 7, July, 1139–1157
WuryantoB A. (2007), “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja word-of-mouth
Marketing (wom) Studi Pada Hungry Buzz Diner Semarang” Program Studi Magister