• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TREN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR SAYURAN DI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh. Syafiruddin /MAG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TREN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR SAYURAN DI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh. Syafiruddin /MAG"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

Syafiruddin 107039004/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

Syafiruddin 107039004/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitras Sumatera Utara

Oleh

Syafiruddin 107039004/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(4)

NIM : 107039004

Prigram Studi : Magister Agribsinis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Dr. Ir. Rahmanta, MSi)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)

(5)

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS _________________

Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, MSi _________________

2. Ir. Diana Chalil, MSi, PhD _________________

3. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA _________________

(6)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

ANALISIS TREN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENARUHI EKSPOR SAYURAN DI SUMATERA UTARA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan benar dan jelas.

Medan, April 2013 Yang membuat pernyataan

Syafiruddin NIM 107039005

(7)

keluarga besar Hasibuan

(8)

SYAFIRUDDIN. Analisis Tren dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran di Sumatera Utara. (Di bawah bimbingan Dr. Ir. TAVI SUPRIANA, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. RAHMANTA GINTING, MS sebagai anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi tren perkembangan ekspor sayuran di Sumatera Utara, yang diindikasikan dari; a. Neraca perdagangan sayuran di Sumatera Utara, b. Pertumbuhan ekspor sayuran di Sumatera Utara, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran (kentang, tomat, wortel, bawang merah, dan daun bawang) Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang terdiri dari data ekspor sayuran (jumlah ekspor, harga ekspor, negara tujuan ekspor) di Sumatera Utara. Data ini diperoleh dari laporan Biro Pusat Statistika (BPS) Sumatera Utara untuk kurun waktu 2005-2011. Data produski dan harga lokal diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, juga untuk urun waktu 2005-2011.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada dua komoditi sayuran yang mengalami peningkatan nilai ekspor, yaitu kol dan tomat. Peningkatan nilai ekspor untuk tomat disebakan meningkatnya volume ekspor sebesar 8.6%

sedangkan peningkatkan nilai ekspor untuk kol lebih cenderung disebabkan adanya peningkatan harga ekspor kol sebesar 0.9 % dan volume ekspor sebesar 1.3 %. Variabel bebas (harga lokal, harga ekspor, nilai tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi) pada umumnya tidak berpengaruh terhadap jumlah ekspor kentang, tomat, kol, wortel, bawang merah dan daun bawang. Untuk komoditi kentang dan kol, jumlah ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor dan PDB Singapura, sedangkan untuk bawang merah dipengaruhi oleh Pdb Singapura.

Pengaruh PDB Singapura baik untuk kol dan bawang merah negatif begitu juga harga ekspor untuk kentang dan kol.

Kata kunci : ekspor, sayuran, tren, harga dan Sumatera Utara

(9)

SYAFIRUDDIN. Trend Analysis and Factors Affecting Exports of Vegetables in North Sumatra (under the supervision of Dr. Ir. TAVI SUPRIANA, MS and Dr. Ir. RAHMANTA GINTING, MS).

The purpose of this study was (1) to identify the trend of vegetable export development in Sumatera Utara indicated from a. the vegetable trade balance in Sumatera Utara, and b. vegetable export growth in Sumatera Utara, and (2) to analyze the factors influencing the vegetable export (potato, tomato, carrot, shallots, and chives) of the Province of Sumatera Utara. The data used in this study were secondary data in the form of quantitative data consisting of the vegetable export data (number of export, price of export, export destination countries) of Sumatera Utara obtained from the report of the Central Bureau of Statistics of Sumatera Utara within the period of 2005-2011 and from the data of production and local price obtained from Sumatera Utara Provincial Agricultural Service within the period of 2005-2011. Growth Function method was used to look at the trend of export development and multiple regression method was used to analyze the factors influencing vegetatble export.

The result of this study showed that there were two vegetable commodities, cabbage and tomato, experiencing an increasing export value. This increasing export value of tomato was due to the increasing export volume of 8.6% while the export value of cabbage tended to be caused by the increasing cabbage export price of 0.9% and export volume of 1.3%. The independent variables (local price, export price, exchange rate, Gross Domestic Product of Singapore, and Number of Production) did not have any influence on the number of export of potatoes, tomatos, cabbages, carrots, shallots and chives. For the commodities of potatoes and cabbages, the number of export was influenced by export price and Gross Domestic Product of Singapore, while for shallots, its number of export was influenced by Gross Domestic Product of Singapore. The Gross Domestic Product of Singapore had a negative influence on cabbages and shallots, and the export price also had a negsative influence on potatoes and cabbages.

Keywords: Expoprt, Vegetable, Trend, Price, Sumatera Utara

(10)

Syafiruddin, lahir di Panyabungan, Sumatera Utara pada tanggal 29 Agustus 1972 dari Bapak Toras Hasibuan dan Ibu Derhana Nasution. Penulis merupakan anak ke tujuh dari delapan bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1979 masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 7 Padangsidimpuan, tamat 1985.

2. Tahun 1985 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Padangsidimpuan sampai tahun 1987. Tahun 1987 penulis pindah ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Padangsidimpuan, tamat tahun 1988.

3. Tahun 1988 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padangsidimpuan, tamat tahun 1991.

4. Tahun 1991 diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, tamat 1996

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(11)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapa menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada;

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan teisi ini.

2. Ibu Ir. Diana Chalil, MSi dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku penguji yang banyak memberikan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Charles dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan Bapak Pendi kepala perpustakaan BPS Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini

4. Kedua orang tua saya Toras Hasibuan dan Derhana Nasution (alm) yang selalu menasehati penulis untuk terus maju dan memberikan yang terbaik untuk keluarga.

5. Istri tercinta Dr. Ir. Lelya Hilda, MSi dan anak-anakku (Abdul Yasir Halomoan Hasibuan, Luthfia Sri Nada Hasibuan, Ghifari Raihan Arafah Hasibuan dan Syakira Fatimah Azzahrah Hasibuan) yang selalu memberikan semangat yang ketenangan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

(12)

semua.

Medan, April 2013

Penulis

(13)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu... 5

2.2. Landasan Teori ... 6

2.2.1. Jenis-Jenis Sayuran Unggulan Sumatera Utara ... 6

2.2.2. Perdagangan Komoditas Sayuran ... 12

2.2.3. Ekspor ... 14

2.2.4. Hambatan Kegiatan Ekspor ... 15

2.2.5. Kebijakan Perkembangan Ekspor... 16

2.2.6. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Ekspor... 17

2.2.7. Teori Perdagangan Internasional ... 19

2.2.8. Metode Regresi ... 25

2.3. Kerangka Konsep Pemikiran ... 27

2.4. Hipotesis ... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN... 30

3.1. Pengumpulan Data... 30

3.2. Metode Analisa Data ... 30

3.2.1. Perkembangan Ekspor Sayuran ... 30

3.2.2. Model Permintaan Ekspor Sayuran Sumatera Utara ... 33

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

4.1. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara ... 41

4.1.1. Kondisi Geografis Daerah ... 41

4.1.2. Potensi Unggulan Daerah ... 45

4.1.3. Potensi dan Peluang Investasi di Bidang Pertanian ... 45

4.1.4. Negara Tujuan Ekspor dan Impor Sumatera Utara... 46

4.2. Hasil Analisis... 53

4.2.1. Neraca Perdagangan Sayuran ... 53

4.2.2. Pertumbuhan Ekspor Sayuran... 55

4.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran ... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 88

5.1. Kesimpulan... 88

5.2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN... 92

(15)

No Judul Hal

1. Perkembangan Ekspor Sayuran Unggulan Sumatera Utara... 2

2. Negara Tujuan Ekspor Sayuran Unggulan Sumatera Utara... 3

3. Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Hasil Pertanian dari Sumatera Utara 15 4. Akumulasi Volume dan Nilai Ekspor Sayuran dari Provinsi Sumatera Utara... 28

5. Pembagian Wilayah Administrasi Propinsi Sumatera Utara ... 43

6. Jumlah Penduduk Propinsi Sumatera Utara Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan ... 45

7. Wilayah Pengembangan Tanaman Sayuran... 46

8. Negara Tujuan Ekspor dan Asal Impor Produk Pertanian Propinsi Sumatera Utara... 47

9. Produksi Sayuran Unggulan Propinsi Sumatera Utara ... 48

10. Luas Panen Beberapa Sayuran Unggulan Propinsi Sumatera Utara... 49

11. Jumlah Ekspor Sayuran Unggulan Propinsi Sumatera Utara (kg)... 49

12. Nilai Ekspor Sayuran Unggulan Propinsi Sumatera Utara US$ ... 50

13. Harga Ekspor Beberapa Sayuran Unggulan Propinsi Sumatera Utara dalam Rupiah per Kilogram... 50

14. Harga Lokal Beberapa Unggulan Propinsi Sumatera Utara dalam Rupiah per Kilogram ... 51

15. Selisih Harga Ekspor dengan Lokal Beberapa Sayuran Unggulan Propinsi Sumatera Utara ... 51

16. Persentase Pendapatan Sayuran terhadap PDRB beberapa Kabupaten/Kota ... 52

17. Total Volume Ekspor dan Impor Sayuran di Propinsi Sumatera Utara... 53

(16)

20. Koefisien Pertumbuhan Ekspor Komoditi Tomat... 58

21. Koefisien Pertumbuhan Ekspor Komoditi Kol ... 59

22. Koefisien Pertumbuhan Ekspor Komoditi Wortel ... 60

23. Koefisien Pertumbuhan Ekspor Komoditi Bawang Merah... 62

24. Koefisien Pertumbuhan Ekspor Komoditi Daun Bawang ... 64

25. Pertumbuhan Impor Sayuran di Propinsi Sumatera Utara ... 65

26. Hasil Uji Normalitas dengan uji One-sample Kolmogorov-Smirnov untuk Komoditi Kentang... 68

27. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang dari Provinsi Sumatera Utara ... 69

28. Hasil Uji Normalitas dengan Uji One-sample Kolmogorov-Smirnov untuk Komoditi Tomat... 71

29. Hasil Uji Normalitas dengan Uji One-sample Kolmogorov-Smirnov untuk Komoditi Tomat setelah Dilakukan Metode Outlier ... 72

30. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tomat dari Provinsi Sumatera Utara Setelah Dilakukan Metode Outlier ... 73

31. Hasil Uji Normalitas dengan uji One-sample Kolmogorov-Smirnov untuk Komoditi Kol ... 75

32. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kol dari Provinsi Sumatera Utara ... 77

33. Hasil Uji Normalitas dengan uji One-sample Kolmogorov-Smirnov untuk Komoditi Wortel ... 79

34. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Wortel dari Provinsi Sumatera Utara ... 81

(17)

37. Hasil Uji Normalitas dengan uji One-sample Kolmogorov-Smirnov untuk Komoditi Daun Bawang ... 85 38. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Daun Bawang

dari Provinsi Sumatera Utara ... 87

(18)

No Judul Hal 1. Terjadinya Perdagangan Internasional... 22 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan

Perdagangan Internasional ... 24 3. Kerangka Pemikiran Penelitian... 29

(19)

No Judul Hal 1. Jumlah Ekspor Kentang, Harga Lokal, Harga Ekspor, Nilai Tukar, PDB

Singapura dan Jumlah Produksi... 92

2. Jumlah Ekspor Kol, Harga Lokal, Harga Ekspor, Nilai Tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi... 95

3. Jumlah Ekspor Tomat, Harga Lokal, Harga Ekspor, Nilai Tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi... 98

4. Jumlah Ekspor Wortel, Harga Lokal, Harga Ekspor, Nilai Tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi... 101

5. Jumlah Ekspor Bawang Merah, Harga Lokal, Harga Ekspor, Nilai Tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi ... 104

6. Jumlah Ekspor Daun Bawang, Harga Lokal, Harga Ekspor, Nilai Tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi ... 107

7. Analisis Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditi Kentang ... 110

8. Analisis Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditi Tomat ... 111

9. Analisis Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditi Kubis ... 112

10. Analisis Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditi Wortel ... 113

11. Analisis Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditi Bawang Merah ... 114

12. Analisis Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditi Daun Bawang... 115

13. Analisis Pertumbuhan Harga Ekspor Komoditi Kentang ... 116

14. Analisis Pertumbuhan Harga Ekspor Komoditi Tomat ... 117

15. Analisis Pertumbuhan Harga Ekspor Komoditi Kubis ... 118

16. Analisis Pertumbuhan Harga Ekspor Komoditi Wortel... 119

17. Analisis Pertumbuhan Harga Ekspor Komoditi Bawang Merah ... 120

18. Analisis Pertumbuhan Harga Ekspor Komoditi Daun Bawang ... 121

(20)

21. Analisis Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Kol... 124

22. Analisis Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Wortel ... 125

23. Analisis Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Bawang Merah ... 126

24. Analisis Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Daun Bawang... 127

25. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang ... 128

26. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tomat ... 131

27. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kol... 134

28. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Wortel... 137

29. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Bawang Merah ... 140

30. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Daun Bawang ... 143

31. Data Volume Eskpor dan Impor Sayuran Provinsi Sumatera Utara... 146

32. Data Total Nilai Ekspor dan Impor Sayuran Provinsi Sumatera Utara ... 149

33. Analisis Pertumbuhan Impor Komoditi Kentang... 152

34. Analisis Pertumbuhan Impor Komoditi Tomat... 152

35. Analisis Pertumbuhan Impor Komoditi Kol ... 154

36. Analisis Pertumbuhan Impor Komoditi Wortel ... 155

37. Analisis Pertumbuhan Impor Komoditi Bawang Merah... 156

38. Analisis Pertumbuhan Impor Komoditi Daun Bawang ... 157

(21)

SYAFIRUDDIN. Analisis Tren dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran di Sumatera Utara. (Di bawah bimbingan Dr. Ir. TAVI SUPRIANA, MS sebagai ketua dan Dr. Ir. RAHMANTA GINTING, MS sebagai anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi tren perkembangan ekspor sayuran di Sumatera Utara, yang diindikasikan dari; a. Neraca perdagangan sayuran di Sumatera Utara, b. Pertumbuhan ekspor sayuran di Sumatera Utara, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran (kentang, tomat, wortel, bawang merah, dan daun bawang) Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang terdiri dari data ekspor sayuran (jumlah ekspor, harga ekspor, negara tujuan ekspor) di Sumatera Utara. Data ini diperoleh dari laporan Biro Pusat Statistika (BPS) Sumatera Utara untuk kurun waktu 2005-2011. Data produski dan harga lokal diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, juga untuk urun waktu 2005-2011.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada dua komoditi sayuran yang mengalami peningkatan nilai ekspor, yaitu kol dan tomat. Peningkatan nilai ekspor untuk tomat disebakan meningkatnya volume ekspor sebesar 8.6%

sedangkan peningkatkan nilai ekspor untuk kol lebih cenderung disebabkan adanya peningkatan harga ekspor kol sebesar 0.9 % dan volume ekspor sebesar 1.3 %. Variabel bebas (harga lokal, harga ekspor, nilai tukar, PDB Singapura dan Jumlah Produksi) pada umumnya tidak berpengaruh terhadap jumlah ekspor kentang, tomat, kol, wortel, bawang merah dan daun bawang. Untuk komoditi kentang dan kol, jumlah ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor dan PDB Singapura, sedangkan untuk bawang merah dipengaruhi oleh Pdb Singapura.

Pengaruh PDB Singapura baik untuk kol dan bawang merah negatif begitu juga harga ekspor untuk kentang dan kol.

Kata kunci : ekspor, sayuran, tren, harga dan Sumatera Utara

(22)

SYAFIRUDDIN. Trend Analysis and Factors Affecting Exports of Vegetables in North Sumatra (under the supervision of Dr. Ir. TAVI SUPRIANA, MS and Dr. Ir. RAHMANTA GINTING, MS).

The purpose of this study was (1) to identify the trend of vegetable export development in Sumatera Utara indicated from a. the vegetable trade balance in Sumatera Utara, and b. vegetable export growth in Sumatera Utara, and (2) to analyze the factors influencing the vegetable export (potato, tomato, carrot, shallots, and chives) of the Province of Sumatera Utara. The data used in this study were secondary data in the form of quantitative data consisting of the vegetable export data (number of export, price of export, export destination countries) of Sumatera Utara obtained from the report of the Central Bureau of Statistics of Sumatera Utara within the period of 2005-2011 and from the data of production and local price obtained from Sumatera Utara Provincial Agricultural Service within the period of 2005-2011. Growth Function method was used to look at the trend of export development and multiple regression method was used to analyze the factors influencing vegetatble export.

The result of this study showed that there were two vegetable commodities, cabbage and tomato, experiencing an increasing export value. This increasing export value of tomato was due to the increasing export volume of 8.6% while the export value of cabbage tended to be caused by the increasing cabbage export price of 0.9% and export volume of 1.3%. The independent variables (local price, export price, exchange rate, Gross Domestic Product of Singapore, and Number of Production) did not have any influence on the number of export of potatoes, tomatos, cabbages, carrots, shallots and chives. For the commodities of potatoes and cabbages, the number of export was influenced by export price and Gross Domestic Product of Singapore, while for shallots, its number of export was influenced by Gross Domestic Product of Singapore. The Gross Domestic Product of Singapore had a negative influence on cabbages and shallots, and the export price also had a negsative influence on potatoes and cabbages.

Keywords: Expoprt, Vegetable, Trend, Price, Sumatera Utara

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan wilayah yang sangat sesuai untuk pengembangan usaha pertanian, khususnya hortikultura. Ada beberapa kabupaten yang sangat disarankan menjadi sentra pengembangan tanaman hortikultura, khususnya sayuran, yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Dairi, Deli Sedang, Langkat, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah. Keseluruh daerah ini didukung oleh agroklimat, jenis tanah, dan sumber daya manusia yang baik.

Sayuran merupakan komoditi yang mempunyai potensi cerah sebagai salah satu penghasil devisa. Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal dan sekitarnya, sayuran juga sudah menjadi komoditas perdagangan internasional yang dapat bersaing di pasar internasional. Berdasarkan data sayuran yang ada, beberapa komoditas sayuran unggulan nasional adalah kentang, bawang merah, kubis, tomat, wotel, daun bawang dan jamur. Penetapan keenam komoditas sayuran tersebut menjadi komoditas nasional mengacu pada besarnya pangsa pasar, keuntungan kompetitif, nilai ekonomis, sebaran wilayah produksi dan kesesuaian agroekologi (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2001).

Mengacu pada komoditi unggulan tersebut, Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, menetapkan beberapa produk sayuran unggulan, yaitu kentang, tomat, kol, wortel, bawang merah, daun bawang dan cabai (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2011)

Munculnya komoditas unggulan sayuran nasional berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: relatif banyaknya komoditas sayuran nasional, setiap daerah

(24)

memiliki keunggulan komparatif yang berbeda dan kondisi perekonomian yang global. Kondisi ini relatif sulit dipenuhi, oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan muncullah istilah komoditas sayuran unggulan, dimana orientasinya adalah pasar internasional.

Beberapa daerah seperti disebut di atas disarankan untuk mengembangkan sayuran unggulan Sumatera Utara, yaitu kol, kentang, bawang merah, daun bawang, tomat dan wortel, serta mentimun dan salada dibeberapa kabupaten.

Pengembangan ini didasarkan pada potensi pasar yang cukup menjanjikan terutama untuk pasar ekspor. Beberapa negara yang juga ikut berkompetisi dalam mengisi pasar luar negeri ini adalah China, Thailand, Vietnam, Amerika Serikat (Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2011).

Posisi Sumatera Utara yang sangat strategis karena dekat dengan pelabuhan dan negara tujuan ekspor belum bisa dioptimalkan, sampai saat ini.

Beberapa kendala yang dihadapi Sumatera Utara adalah kualitas, kontinuitas, kandungan pestisida dan harga yang jauh lebih baik dari negara lain.

Perkembangan ekspor sayuran Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Sayuran Unggulan Sumatera Utara

Tahun

Komoditi

Total ∆ %

Kentang Tomat Kol Wortel Bawang

Merah

Daun Bawang

2005 118.921 540.163 25.286.439 4.081 397.680 39.056 26.420.038

2006 39.291 84.620 26.128.423 113.534 841.732 32.906 27.307.881 3.36

2007 5.453 1.275.600 23.826.873 166.835 496.210 - 26.054.917 -4.59

2008 55.081 634.920 28.398.932 4.564 16.409 3.531 29.376.448 12.75

2009 105.174 616.227 25.039.505 1.091 515.339 6.681 26.226.300 -10.72

2010 89.077 602.538 24.390.204 5.112 9.352 991 25.263.424 -3.67

2011 4.251.329 650.161 16.433.964 - 79.697 830 21.534.527 -14.76

Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

(25)

Ekspor sayuran Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami fluktuasi, misalnya dari tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebasar 3,36 persen, tetapi tahun 2006-2007 menurun 4,59 pesen, dan ekspor ini terus mengalami penurunan yang cukup tajam tahun 2010-2011, sebesar 14,76 persen. Fluktuasi ekspor sayuran ini juga terlihat pada masing-masing komoditi sayuran.

Pasar ekspor ini memberikan syarat yang cukup ketat, misalnya jenis tanaman, ukuran tanaman, usia panen, warna, bentuk, kandungan pestisida, kemasan, berat, dan lainnya. Syarat-syarat ini berbeda untuk setiap negara tujuan ekspor. Namun, apapun syarat yang diberikan akan dapat diatasi jika petani memiliki pemahaman tetang teknologi budidaya dan pasca panen serta adanya dukungan dari semua pihak. Tujuan ekspor untuk masing-masing komoditi juga berbeda-beda seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Negara tujuan ekspor sayuran unggulan Sumatera Utara

No Komoditi Negara Tujuan

1 Kentang Malaysia, Singapura

2 Tomat Malaysia, Singapura

3 Kol Taiwan

4 Wortel Malaysia, Singapura

5 Bawang Merah Malaysia, Singapura

6 Daun Bawang Taiwan

Sumber: Dinas Petanian Propinsi Sumatera Utara (2011)

Seperti terlihat pada Tabel 2., negara tujuan ekspor sayuran adalah negara tetangga yang jaraknya sangat dekat dengan Propinsi Sumatera Utara. Posisi Sumatera Utara menjadi sangat strategis untuk dapat menguasai pasar khususnya di kedua negara tersebut, yaitu Malaysia dan Singapura.

(26)

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tren ekspor sayuran Sumatera Utara. Tren ekspor umunya dipengaruhi oleh volume dan harga ekspor, karena nilai ekspor merupakan hasil perkalian antara volume ekspor dan harga ekspor.

Selain itu juga akan dianalisis faktor-faktor yang mempengauhi ekspor, seperti harga lokal, harga ekspor, nilai tukar, PDB Negara tujuan ekspor dan jumlah produksi.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perkembangan ekspor sayuran di Sumatera Utara?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi ekspor sayuran (kentang, tomat, wortel, bawang merah, dan daun bawang) Propinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis perkembangan ekspor sayuran di Sumatera Utara.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran (kentang, tomat, wortel, bawang merah, dan daun bawang) Propinsi Sumatera Utara.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran kondisi dan posisi sayuran Sumatera Utara dalam pasar domestik dan pasar luar negeri.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan tentang arah pengembangan hortikultura khususnya sayuran.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini khususnya aspek ketidakstabilan ekspor impor hortikultura, daya saing komoditas sayuran, dan analisis efisiensi pemasaran sayuran.

Sinuhaji (2012) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kubis (Brassica O.Capitata) dari Kabupaten Karo”. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga domestik, harga internasional, nilai tukar rupiah, PDB Singapura, PDB Malaysia, jumah produksi dan kebijakan pemerintah (CAFTA).

Sembiring (2011) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L) dari Kabupaten Karo”. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga domestik, harga internasional, nilai tukar rupiah, PDB Singapura, PDB Malaysia, jumah produksi dan kebijakan pemerintah (CAFTA).

Otik (2009) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia”. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap ekspor rambutan Indonesia yang menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5 persen yaitu peubah harga domestik, nilai tukar rupiah terhap dollar Amerika dan volume ekspor sebelumnya.

Deasy Hollylucia. P (2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh Indonesia: Suatu Pendekatan Error Correction Model”. Dari hasil regresi model ekspor teh Indonesia, pada jangka panjang variabel-variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap volume ekspor adalah harga ekspor, harga domestik dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.

(28)

Veronika (2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Wood Indonesia di Cina, Singapura, dan Malaysia dalam Skema Cina-ASEAN Free Trade Area”. Berdasarkan uji t- statistik pada taraf nyata 5 persen, diketahui bahwa faktor bebas dalam model permintaan ekspor wood Indonesia di Cina seperti harga ekspor riil, harga substitusi, dan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan berpengaruh nyata. Pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura, faktor harga substitusi, GDP riil per kapita Singapura, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Singapura berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor wood.

Ambarinanti (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia”. Hasil analisis regresi pada model ekspor menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beras Indonesia terdiri dari produksi beras Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar, harga beras eceran, dan konsumsi beras per kapita.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Jenis-Jenis Sayuran Unggulan Sumatera Utara

Sayuran sangat penting dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Nilai gizi makanan dapat diperbaiki karena sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, protein nabati dan serat. Menurut hasil Seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of Food tahun 1968, setiap orang memerlukan sayuran sebanyak 150 gam bersih/orang/hari dalam menu makanannya.

Sayuran dapat berbentuk rumput, perdu, semak atau pohon. Bentuk

(29)

bunga, buah atau biji. Ada enam komoditi yang menjadi fokus tulisan, yaitu kentang, tomat, kol/kubis, wortel, bawang merah, dan daun bawang.

a. Kentang

Kentang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu dan memiliki akar tunggang. Kentang sangat digemari oleh hampir semua orang karena rasanya enak serta banyak kandungan vitaminnya. Vitamin yang terkandung dalam kentang adalah vitamin B, C dan A. Di Indonesia kentang merupakan tanaman sayuran mewah, akan tetapi di luar negeri kentang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang sangat penting, yaitu sebagai makanan pokok.

Kentang dapat digolongkan menurut warna umbinya, kentang kuning, kentang putih dan kentang merah. Ada beberapa varietas yang termasuk kentang kuning, yaitu egenheimer, patrones, rapan 106 dan thung 151 C. varietas yang termasuk kentang putih adalah donate, radosa dan sebago. Sedangkan untuk kentang merah adalah desire, arka dan red pontiac.

Kentang yang paling banyak ditanam adalah cipanas, desire, partonaes, donate, cosima, rapan 106 dan thung 151 C. Kentang yang paling digemari adalah kentang kuning karena rasanya enak, gurih dan tidak berair dan sering disebut kentang granola.

Umumnya tanaman kentang dapat dipanen setelah berumur 3-4 bulan.

Pemanenan disarankan dengan cara membongkar guludan atau gundukan seminggu sesudah mati, yang dicirikan dengan daun dan ujung batang kering sehingga kulit umbinya kuat. Cara panen seperti ini dimaksudkan agar umbi tidak terluka sehingga mutunya dapat terjaga. Tanaman kentang yang baik dapat

(30)

menghasilkan 15-30 ton/ha. Kentang dipasarkan dipasaran lokal dan di luar negeri (ekspor), yaitu ke Malaysia dan Singapura dalam bentuk segar dan olahan.

b. Tomat

Tanaman tomat biasanya berbentuk perdu, kecuali tomat liar yang batangnya panjang sehingga bisa melilit. Buah tomat muda berwarna hijau dan tidak enak, sedangkan tomat matang warnanya merah dan dagingnya lunak.

Tomat merupakan sayuran yang paling digemari karena rasanya enak, segar dan sedikit asam. Selain itu, tomat yang telah tua dan berwarna merah merupakan sumber vitamin A, C dan B. kandungn vitamin A nya lebih tinggi 2-3 kali dari semangka.

Ada beberapa spesies tomat yang biasanya dibudidayakan diantaranya tomat apel, tomat porselin, tomat sayur, tomat kentang dan tomat keriting.

- Tomat apel, berbuah dengan bentuk bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah pir

- Tomat porselin atau tomat sayur, berbuah bulat pipih, lunak, bentuk tidak teratur dan sedikit beralur-alur di dekat tangkainya. Tomat jenis ini paling banyak dijual di pasar.

- Tomat kentang, berbuah bulat besar dan padat seperti apel, hanya ukurannya lebih kecil dari tomat apel.

- Tomat keriting, berbuah dengan bentuk agak lonjong dank keras. Daunnya rimbun keriting seperti terserang penyakit virus keriting dan berwarna hijau kelam.

(31)

4.000 ha. Produksi tomat sudah diperdagangankan ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Tomat tipe apel dan gondola (roma) adalah jenis tomat yang disenangi konsumen luar negeri.

c. Kol/kubis

Kol atau kubis merupakan tanaman semusim atau lebih yang berbentuk perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas, sebagai bekas tempat duduk daun dan memiliki akar tunggang. Kubis dikonsumsi dalam bentuk daun, umbi, bunga dan krop (daun yang menggulung ke dalam). Kubis mengandung vitamin C, A dan B. Rasa daunnya segar, renyah dan sedikit pedas. Ada beberapa jenis tanaman kubis yang diusahakan, diantaranya kubis krop, kubis daun, kubis umbi, kubis tunas dan kubis bunga. Pada saat ini yang dikembangkan secara komersial adalah kubis putih dan kubis bunga.

Tanaman kubis dapat dipanen hasilnya setelah kropnya besar dan padat penuh. Umur tanaman tersebut sekitar 3-4 bulan. Pemanenan harus tepat waktu, jika tidak kropnya akan pecah (retak) dan kadang-kadang mejadi busuk. Tananam yang terawat baik dan tidak terserang hama dan penyakit dapat menghasilkan krop 10-40 ton per ha, tergantung jenis kubis. Untuk kubis telur dapat mencapai 30-40 ton per ha, sedang untuk kubis tunas 10-15 ton per ha.

Hasil komoditi kubis merupakan komoditi ekspor terutama dari tanah Karo. Pasar luar negeri menghendaki kubis berbentuk bulat, berukuran sedang dan beratnya 1,5 - 2 kg per krop.

(32)

d. Wortel

Wortel merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, batangnya sangat pendek hampir tidak terlihat. Akar tunggangnya berubah menjadi umbi dan disekitar umbi tumbuh akar samping. Wortel yang baik hampir tidak memiliki akar samping kecuali pada ujung umbi. Umbi wortel berbentuk bulat panjang dang langsing. Umbi wortel berwarna kuning kemerahan karena mengandung karoten (provitamin A), selain itu wortel juga mengandung vitamin B dan C.

Wortel banyak digemari karena rasanya enak, gurih, renyah, dan sedikit manis.

Ada beberapa jenis wortel, yaitu tipe imperator, chantenay, dan nantes.

Tipe imperator memiliki ciri umbi berbentuk bulat panjang dengan ujungnya runcing seperti kerucut. Tipe chantenay memiliki ciri umbinya berbentuk bulat panjang dengan ujungnya tumpul. Sedangkan tipe nantes adalah peralihan dari tipe imperator dan chantanay. Wortel tipe imperator kurang disukai karena rasanya kurang manis

Tanaman wortel dapat dipanen setelah berumur 3 bulan. Pemanenan yang terlambat akan menyebabkan umbi menjadi keras sehingga menurunkan kualitasnya. Tanaman yang terawat dengan baik dapat menghasilkan 20-30 ton per ha. Produksi wortel umumnya ditujukan untuk pasar lokal karena harganya tinggi.

e. Bawang merah

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang berongga seperti pipa.

(33)

Ada beberapa jenis bawang merah, yaitu bawang merah biasa atau brambang atau shalot dan bawang merah besar atau bawang bombay atau bawang timur. Kedua jenis bawang ini dapat dibedakan dari daun, misalnya bawang brambang memiliki daun hijau muda, berbentuk bulat panjang, berongga seperti pipa dan jika dipotong melintang akan berbentuk lingkaran. Bawang brambang berumbi kecil berdiameter 3-4 cm, rasanya pedas karena kadar atsirinya tinggi, sedangkan bawang bombay memiliki daun berwarna hijau tua, panjang, berbentuk setengah bulat dan berlubang seperti pipa dan jika dipotong melintang akan berbentuk setengah lingkaran. Bawang bombay berumbi besar dengan diameter 5- 8 cm. Rasanya tidak pedas dan agak manis.

Tanaman bawang merah dapat dipanen setelah berumur 2,5 – 3,5 bulan dan 60 persen daun-daunnya kering dan pangkalnya lemas. Pemanenen dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut. Berat hasil yang diperoleh sekitar 4-5 kali berat bibit yang digunakan. Tanaman yang baik dapat menghasilkan 10-40 ton per ha. Hasil produksi bawang merah merupakan komoditi ekspor, biasanya dalam bentuk olahan. Umbi dapat bertahan lama setelah dijemur dan disimpan ditempat yang kering tidak terkena sinar matahari langsung.

f. Daun bawang

Bawang daun merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumput.

Disebut daun bawang atau bawang daun karena yang dikonsumsi adalah bagian daun yang muda. Pangkal daunnya berbentuk batang semu dan bersifat merumpun. Batangnya pendek dan berbentuk cakram. Bawang daun mengandung vitamin C, banyak vitamin A dan sedikit vitamin B.

(34)

Ada dua jenis bawang daun, yaitu bawang bakung dan bawang prei.

Bawang bakung sering disebut sibol atau bawang semprong sedangkan bawang prei sering disebut leek. Kedua jenis ini dapat dibedakan, daun bawang bakung bulat panjang dan berlubang seperti pipa, sedangkan bawang prei memiliki daun panjang, pipih dan liat.

Bawang daun dapat dipanen setelah berumur 2,5 bulan. Tanaman ini dipanen dengan cara mencabut seluruh rumpunnya, tetapi untuk yang akan dijadikan bibit harus tetap ditinggal di kebun. Pemanenan dapat ditangguhkan sampai harga pasar baik. Tanaman ini dapat menghasilkan 10 ton bawang daun per ha. Produksi bawang daun lebih ditujukan untuk pasar lokal tapi tidak menutup kemungkinan untuk pasar ekspor.

2.2.2. Perdagangan Komoditas Sayuran

Keterbatasan pasar global menciptakan peluang-peluang baru dan sekaligus tantangan-tantangan baru yang harus diantisipasi dalam mengembangkan komoditas sayuran yang dikelola pasar (market driven). Dalam kondisi ini pasar berubah sangat cepat dan para pelaku agribisnis harus mampu mengantisipasi secara cermat dan tepat melalui peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan dan menjalin kerjasama dengan pengusaha luar negeri dengan memanfaatkan keunggulan komparaif yang dimilikinya dan mengembangkan produk yang mempunyai keungulan kompetitif yang tinggi.

Perdagangan komoditas hortikultura dari petani produsen hingga pabrik pengolahan sayuran dan perusahaan eksportir. Saluran pemasaran hortikultura

(35)

pengumpul - pasar subterminal Brastagi – pengecer - konsumen, dan petani - pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen.

Menurut Hadi, et. al., (2000), menyatakan bahwa efisiensi tata niaga bervariasi dari cukup efisien sampai tidak efisien. Dengan kondisi panen, pasca panen dan tata niaga seperti di atas, petani umumnya menerima sekitar 40 -80 persen dari harga konsumen tergantung jenis komoditasnya.

Sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan domestik, impor beberapa komoditas sayuran masih terus dilakukan. Impor terjadi karena pasokan dalam negeri masih kurang dan juga karena adanya pergeseran permintaan konsumen terhadap komoditi yang berkualitas (Asandhi dan Suwandi, 1995).

Menurut Hadi, et. al., (2000), menyatakan bahwa volume ekspor dan impor yang dianalisis setiap bulannya untuk komoditi kentang, cabai merah, bawang merah dan kubis umumnya sangat berfluktuasi. Ada bulan-bulan tertentu dimana volume ekspor dan impor sangat tinggi dan pada bulan-bulan lainnya rendah. Ekspor bawang merah misalnya, umumnya kecil pada semester I dan besar pada semester II, sedangkan impor sebaliknya, pada semester I tinggi dan semester II rendah. Selama priode 1997-2001, impor cukup tinggi, artinya Indonesia adalah net importir, misalnya bawang merah. Asal impor bawang merah adalah Thailand, Myanmar, Philipina, Malaysia dan Vietnam. Lain halnya dengan kentang, kubis, kedua produk ini mengalami surplus dan menunjukkan perkembangan yang positif.

Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura (2002), beberapa hal yang dianggap kurang mendukung dalam ekspor adalah sebagai berikut:

(36)

1. Kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produksi hortikultura belum dapat sepenuhnya memenuhi standar permintaan impor luar negeri.

2. Tarif ekspor perusahaan penerbangan Indonesia relatif dalam biaya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan asing. Hambatan ini merupakan high cost biaya pemasaran ekspor yang biasanya diikuti dengan ketersediaan space di pesawat yang kurang terjamin.

3. Sistem informasi pasar permintaan luar negeri masih relatif kurang. Hal ini karena dibatasi oleh informasi yang cukup mahal bagi para petani dan pengusaha kecil, akibatnya permintaan dari luar negeri tidak dapat terlayani dengan baik.

2.2.3. Ekspor

Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor dapat diartikan, suatu total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor (Lipsey, 1995). Ekspor merupakan suatu kegiatan yang banyak memberikan keuntungan-keuntungan bagi para pelakunya, adapun keuntungan-keuntungan tersebut antara lain adalah: meningkatkan laba perusahaan dan devisa negara, membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan kelebihan kapasitas dalam negeri, dan membiasakan diri bersaing dalam pasar international. Ekspor dapat meningkatkan dan menciptakan pembagian lapangan

(37)

Tabel 3. menunjukkan perkembangan ekspor produk pertanian asal Sumatera Utara.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Hasil Pertanian dari Sumatera Utara.

Tahun Volume

Ekspor (ton)

Nilai Ekspor (000 US$)

Volume Impor (ton)

Nilai Impor (000 US$) 2006

2007 2008 2009 2010

1.077.694 1.107.505 1.042.468 976.542 1.077.691

1.705.920 1.850.403 2.187.775 1.444.088 2.677.304

278.292 294.244 271.704 311.415 335.684

118.538 158.740 200.629 163.972 197.537 Sumber: BPS Sumatera Utara (2011)

2.2.4. Hambatan Kegiatan Ekspor

Perdagangan antara negara dapat memaksimumkan output dunia dan keuntungan bagi setiap negara yang terlibat di dalamnya. Namun, kenyataannya, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan antara negara dengan tujuan untuk melindungi perekonomian dan perkembangan negaranya.

Ada dua jenis hambatan dalam perdagangan antar negara, yaitu hambatan berupa tarif dan hambatan yang bukan tarif. Hambatan tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif yang dimaksudkan bisa berupa tarif impor ataupun tarif ekspor (Munandar, H. 1996).

Hambatan bukan tarif adalah hambatan atau restriksi yang diberlakukan suatu negara untuk melindungi produknya ataupun untuk tujuan lainnya demi kelangsungan negaranya. Beberapa hambatan bukan tarif adalah kuota impor, pembatasan ekspor secara sukarela, anti dumping, subsidi ekspor, pembatasan

(38)

impor, konsep pengekangan ekspor “secara sukarela” ataupun adanya persyaratan untuk memuat kandungan lokal (Munandar, H. 1996).

2.2.5. Kebijakan Pengembangan Ekspor

Pemerintah dengan SK MEMPERINDAG No. 350/MPP/Kep/7/1998 menempuh kebijakan ekspor sayuran dan buah-buahan dapat dilaksanakan bebas dan tidak diberlakukan ketentuan tertentu dalam bentuk tata niaga ekspor. Ekspor dapat dilakukan oleh siapa saja asal memiliki ijin usaha dari suatu instansi pemerintah yang terkait. Kebijakan tersebut merupakan upaya mendorong peningkatan ekspor non migas yang meliputi pemasaran sayuran dan buah-buahan Indonesia di pasar luar negeri. Di era perdagangan bebas yang sudah semakin dekat dimana persaingan perdagangan akan semakin kompetitif baik di pasar regional maupun internasional. Untuk memenangkan persaingan tesebut produk sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan kualitas dan harga harus dapat bersaing dengan produk yang sama di negara pesaing.

Kebijakan pemerintah lainnya yang mendukung daya saing ekspor komoditas sayuran dan buah-buahan adalah dikeluarkannya Keputusan Menteri Pertanian No. 481/Kpts/OT.210/5/98 tentang standarisasi. Undang-undang ini menetapkan peredaran produk yang harus memenuhi prasyarat standar yang dikenal dengan istilah Standar Nasional Indonesia (SNI). Penetapan SNI ini antara lain untuk mendorong terciptanya produk nasional yang berdaya saing baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri juga sekaligus dapat digunakan untuk melindungi konsumen. Prasyarat yang harus dipenuhi produk sayuran dan buah-

(39)

2.2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Lipsey (1995), permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi merupakan penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu terhadap suatu komoditi. Permintaan ekspor ialah permintaan pasar internasional terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara ialah harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor negara tujuan ekspor, pendapatan per kapita negara tujuan ekspor dan selera masyarakat negara tujuan ekspor. Permintaan ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar negeri yaitu harga di pasar internasional atau harga ekspor, nilai tukar riil, dan kebijakan menyangkut impor suatu komoditi sebagai dummy.

a. Harga produk

Menurut Lipsey (1995), harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi berhubungan secara negatif. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang, ceteris paribus. Untuk harga ekspor, Lipsey (1995) menyatakan bahwa suatu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga yang ditawarkan berhubungan secara negatif dengan jumlah yang diminta, atau dengan kata lain semakin besar harga komoditi maka akan sedikit kuantitas komoditi tersebut yang diminta. Sebaliknya, harga berhubungan secara positif dengan

(40)

penawaran. Semakin tinggi harga maka akan semakin banyak kuantitas komoditi tersebut yang ditawarkan.

b. Nilai tukar riil

Nilai tukar riil adalah suatu harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan oleh dua negara. Nilai tukar dikenal pula dengan istilah kurs.

Terkadang nilai tukar riil bisaa disebut dengan terms of trade atau nilai tukar perdagangan. Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil rendah, maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif murah sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw,2000).

Peranan yang penting dalam suatu hubungan ekonomi internasional terutama sekali berkaitan dengan pengaruhnya pada harga relatif dari barang-barang domestik dan harga barang-barang luar negeri.

c. GDP (Gross Domestic Product)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional pada output barang dan jasa. Lipsey (1995) menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa suatu negara yang dinyatakan sebagai produksi nasional dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang bersangkutan atau dengan kata lain, produk nasional sama dengan pendapatan nasional. Ada 2 (dua) pedekatan dalam menghitung GDP, yaitu dengan dengan pendekatan pengeluaran dan pendekatan

(41)

pendapatan nasional bruto (PNB) atau pendapatan domestik bruto (PDB). GDP sering dianggap sebagai cerminan kinerja ekonomi atau merupakan hasil produksi dalam suatu wilayah yang telah dikurangi hasil faktor produksi yang pemiliknya bukan berasal dari dalam perekonomian serta ditambah faktor produksi dari dalam perekonomian yang berasal di luar daerah perekonomian. GDP diartikan sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian (Mankiw, 2000).

GDP menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara, dimana semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan. Bagi negara importir, semakin besar GDP maka akan meningkatkan impor komoditi negara tersebut.

Peningkatan GDP merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya.

Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap suatu komoditi, pada akhirnya akan meningkatkan impor komoditi tersebut. Sehingga besarnya GDP yang dimiliki negara importir akan mempengaruhi besarnya volume perdagangan.

2.2.7. Teori Perdagangan Internasional

Menurut arti yang sederhana perdagangan internasional adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antar negara.

Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Terdapat dua hal penting untuk terjadinya perdagangan internasional yakni spesialisasi produksi dan informasi akan kebutuhan barang yang diperdagangkan. Spesialisasi produksi terjadi karena keadaan yang alamiah, yakni tumbuh atau tersedianya bahan alamiah yang ketersediaannya berbeda-beda di

(42)

berbagai tempat di dunia. Hal kedua adalah ketersediaan informasi yang berkaitan erat dengan tingkat kemajuan daya pikir manusia. Adam Smith dalam Salvatore (1997) menyatakan bahwa perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing- masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki kerugian absolut.

Menurut teori Heckssher-Ohlin dalam Salvatore (1997), sebuah negara akan mengekspor komoditi yang diproduksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu yang bersamaan dia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Singkatnya, sebuah negara yang relatif kaya atau berlimpahan tenaga kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan akan mengimpor komoditi komoditi yang relatif padat modal (yang merupakan faktor produksi langka dan mahal di negara bersangkutan). Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara timbul karena adanya perbedaan dalam permintaan dan penawaran, selain itu karena adanya keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor untuk menambah penerimaan devisa dalam upaya penyediaan dan pembangunan negara yang bersangkutan.

(43)

Secara teoritis, suatu negara (misalnya negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misalnya sayuran) ke negara lain (misalnya negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadi perdagangan internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik.

Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain.

Di pihak lain, di negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi sayuran ke negara B (Salvatore, 1997).

Secara grafis terjadinya perdagangan antara negara A dan negara B dapat dilihat pada Gambar 2., sebelum terjadinya perdagangan internasional, keseimbangan di negara A terjadi pada titik Ea dengan jumlah produksi sebesar Qa1 dan harga yang terjadi adalah P1. Di negara B keseimbangan terjadi pada titik Eb dengan jumlah produksi sebesar Qb1 dan harga yang terjadi adalah sebesar P3. Harga di negara A (P1) lebih rendah daripada harga di negara B (P3).

Produsen di negara A akan memproduksi lebih banyak untuk harga di atas P1. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess supply di negara A. Sementara untuk harga di bawah P3, konsumen di negara B akan meminta lebih banyak

(44)

daripada yang dihasilkan oleh produsen di negara B. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya excess demand di negara B. Kemudian terjadi perdagangan antara negara A dan negara B. Penawaran ekspor pada pasar internasional digambarkan oleh kurva Sw yang merupakan excess supply dari negara A. Permintaan impor digambarkan oleh kurva Dw yang merupakan excess demand dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik Ew yang menghasilkan harga dunia sebesar P2, dimana negara A mengekspor sebesar (Qa2- Qa3) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (Qb2-Qb3) jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Qw pada pasar dunia.

Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 1. Terjadinya Perdagangan Intenasional

Keseimbangan perdagangan internasional di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya GDP per kapita, tarif dan nilai tukar. Perubahan faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pergeseran pada kurva penawaran dan

(45)

berikut akan dipaparkan mengenai perubahan-perubahan pada ketiga faktor tersebut di negara pengekspor maupun di negara pengimpor.

GDP per kapita merupakan rataan dari pendapatan nasional yang diperoleh penduduk suatu negara. Dampak perubahan GDP per kapita negara importir terhadap keseimbangan perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 3.

Pada negara importir, peningkatan GDP per kapita merupakan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan terhadap sayuran. Peningkatan ini menggeser kurva demand negara pengimpor menjadi DX’. Dengan kurva penawaran yang tetap keseimbangan berubah menjadi F”. Pada titik F”, jumlah excess demand bertambah dari G-H menjadi G-I. Jumlah impor meningkat sehingga kurva excess demand sayuran di pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED’. Excess demand sayuran di pasar dunia semakin besar, sehingga mendorong harga untuk naik.

Keseimbangan baru terjadi pada titik E**. Harga sayuran di pasar dunia menjadi B**. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif bagi negara eksportir untuk meningkatkan ekspor sayurannya. Ekspor meningkat dari titik B- C menjadi B’-C’. Berdasarkan uraian di atas keseimbangan yang terbentuk setelah terjadinya peningkatan GDP per kapita importir yaitu peningkatan aliran perdagangan sayuran di pasar dunia.

(46)

Sumber: Salvatore (1997)

Gambar 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional

Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar Singapura merupakan faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva permintaan. Terdepresiasinya rupiah terhadap mata uang asing membuat harga komoditi Indonesia relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya peningkatan jumlah permintaan ekspor.

Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia.

Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997). Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa ekspor suatu negara sangat ditentukan oleh harga domestik, harga internasional, serta keseimbangan penawaran dan permintaan dunia. Selain itu secara tidak langsung ditentukan pula oleh perubahan nilai tukar (exchange rate) mata uang suatu negara terhadap negara lain.

(47)

2.2.8. Model Regresi

Analisis data yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah model regresi berganda dengan persamaan tunggal. Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel dependen) yang satu atau lebih variabel lain (variabel independen) dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel yang menjelaskan (variabel independen).

Penaksiran parameter diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode kuadrat terkecil dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss, seorang ahli matematik bangsa Jerman. Dengan menggunakan OLS, dapat diperoleh intersep dan slope sehingga diperoleh garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik.

Dalam mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria yang memerlukan pengujian secara statistik.

Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R2, F-hitungdan t-hitung. Ukuran ini digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya model yang diperoleh secara keseluruhan. Menurut Gujarati (1997) dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik yang membuatnya menjadi satu metode analisis regresi yang paling kuat (powerfull) dan populer.

Dalam model regresi berganda dapat terjadi keterkaitan antar variabel bebas yang disebut multikolinieritas. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana adanya hubungan linier yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Multikolinieritas terjadi jika dalam suatu model regresi tak

(48)

satupun variabel bebas mempunyai koefisien regresi hasil dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara statistik (bahkan beberapa diantaranya mungkin mempunyai tanda yang salah), walaupun nilai koefisien determinasi ganda R2tinggi. Dalam analisis regresi dengan data time series dan cross-section terdapat masalah autokorelasi. Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari periode lainnya. Dengan adanya autokorelasi, perkiraan parameter OLS masih tak bisa dan konsisten, akan tetapi menjadi tidak efisien dan standard error dari perkiraan parameter regresi menjadi bisa, sehingga menyebabkan pengujian hipotesis menjadi tidak tepat.

Bentuk umum dari fungsi regresi tersebut adalah (Setiawan dan Kusrini, 2010):

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + …+ βiXi + ε dimana:

Y = Variabel respon (tidak bebas/dependen) yang bersifat acak (random)

βo, β1, β2, β3,…, βi = Parameter (koefisien) regresi

X1, X2, X3,…, Xi = Variabel penjelas (bebas/independen) yang bersifat tetap (fixed variabel)

ε = Variabel random error/galat et = Pengaruh sisa (error term)

t = 1, 2,..., n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi tersebut

(49)

Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square/OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi berikut:

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E(ei) = 0 untuk i

= 1,2,3,...,n.

2. Varian (ei) = E (ej) = σ2, sama untuk kesalahan semua kesalahan pengganggu (homoskedastisitas).

3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti kovarian (ei, ej) = 0, i ≠ j.

4. Variabel bebas X1, X2,..., Xkkonstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi,ei) = 0.

5. Tidak ada kelinearitas ganda di antara variabel bebas X.

6. ei ≈ N (0 ; σ2), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ2.

2.3. Kerangka Konsep Pemikiran

Usaha hortikultura khususnya sayuran memiliki nilai perdagangan yang tinggi baik untuk kebutuhan lokal ataupun ekspor. Pengembangan sayuran dipengaruhi beberapa faktor yaitu luas tanam, varietas bibit, tenaga kerja, agroklimat dan modal. Fluktuasi produksi sayuran akan mempengaruhi ekspor sayuran. Beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor adalah harga lokal, harga ekspor, nilai tukar, PDB negara tujuan ekspor dan jumlah produksi. Ada beberapa negara tujuan ekspor sayuran (Japan, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Pakistan, Uni Emirat Arab dan Slovenia), tetapi nilai ekspor ekspor terbesar adalah negara Singapura oleh karena itu, PDB yang digunakan adalah PDB Singapura, seperti terlihat pada table dibawah ini.

(50)

Tabel 4. Akumulasi Volume dan Nilai Ekspor Sayuran dari Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2005-2011

Komoditi

Negara Tujuan

Singapura Malaysia

Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) Nilai (US $)

Kentang 36.323.382 12.450.395 21.529.298 4.138.414

Tomat 2.382.083 1.793.148 1.922.152 748.435

Kol 49.796.062 15.119.904 75.246.669 26.015.663

Wortel 202 54 32.731 6.175

Bawang Merah 1.752.031 340.356

Daun Bawang 7.496 795 64.368 1.669

Total 88.509.225 29.364.296 100.547.249 31.250.712

Sumber: BPS Sumatera Utara (2011)

Pada Tabel 4., volume ekspor sayuran ke Singapura dan Malaysia tidak terlalu jauh demikian juga dengan nilai ekspornya, tetapi ada hal menarik dari data tersebut, yaitu harga jual ke Negara Singapura lebih tinggi dibandingkan dengan ke Malaysia, misalnya untuk kentang sebesar US$ 3,43 per kg sedang untuk negara Malaysia US$ 1,92 per kg, demikian juga dengan tomat, untuk Singapura US$ 7,53 per kg dan untuk Malaysia US$ 3,99 per kg. Tingginya harga ekspor untuk Negara Singapura menjadi dasar dalam penggunaan PDB SIngapura dalam analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sayuran.

Ada beberapa mata uang yang digunakan dalam perdagangan Internasional seperti Dollar Amerika, Singapura, Australia, Yen, Poundsterling, dan sebagainya, tetapi US$ (Dollar Amerika) yang sering digunakan dalam perdagangan. Dari faktor-faktor yang mempengauhi jumlah ekspor akan diperoleh faktor terpenting yang mempengaruhi ekspor, sehingga dapat diambil beberapa alternatif untuk meningkatkan ekspor. Berdasarkan teori maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

(51)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.4. Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh variabel harga lokal, harga ekspor, nilai tukar, jumlah produksi dan PDB negara tujuan ekspor terhadap jumlah ekspor sayuran dari Sumatera Utara.

E K S P O R

Produksi Sayuran

Nilai Tukar PDB Singapurar Jumlah Produksi Harga Ekspor

Harga Lokal

(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif yang terdiri dari data ekspor sayuran, perdagangan sayuran dalam negeri, luas panen, jumlah produksi sayuran, dan produktivitas budidaya sayuran di Sumatera Utara. Data ini diperoleh dari laporan Biro Pusat Statistika (BPS) Sumatera Utara untuk kurun waktu 2005-2011. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara.

3.2. Metode Analisis Data

Data-data yang diperoleh disusun berdasarkan bulan secara berurutan (time series) kemudian dianalisis dengan menggunakan beberapa metode analisis.

3.2.1. Perkembangan Ekspor sayuran

Perkembangan ekspor sayuran diindikasikan dari:

a. Neraca perdagangan sayuran

Neraca perdagangan dianalisis dengan membandingkan besaran volume atau nilai ekspor dengan volume impor secara serial waktu. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran sebagai berikut:

1. Jika volume ekspor lebih besar dari volume impor, maka wilayah/negara tersebut dikategorikan sebagai net eksportir, dan sebaliknya

2. Jika volume impor lebih besar dari volume ekspor, maka wilayah/negara tersebut dikategorikan sebagai net importir.

(53)

b. Pertumbuhan ekspor sayuran

Pertumbuhan ekspor, dilakukan untuk melihat tren ekspor dalam kurun waktu 2005-2011 untuk komoditi sayuran unggulan Propinsi Sumatera Utara.

Selain untuk pertumbuhan ekspor dapat juga digunakan untuk melihat tren impor sayuran. Tingkat pertumbuhan ekspor dan impor dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan fungsi pertumbuhan (CGPRT Centre, 1986) dengan formulasi berikut:

Xt= B egt + kt2Ut... (1) dimana:

Xt = volume ekspor komoditas X pada tahun t t = tahun (t = 1, 2, 3,…, n)

Ut = simpangan B = konstanta e = bilangan natural

Kedua sisi di transformasi logaritma dan menghasilkan:

Ln Xt= ln B + gt + kt2+ ln Ut... (2) Koefisien pertumbuhan g dan k diestimasi dengan meregresikan ln Xt

terhadap t dan t2, melalui penggunaan observasi Xtuntuk t =1,2,3,….n. Signifikasi statistika dan besaran kedua koefisien tersebut dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pertumbuhan ekspor atau impor berdasarkan batasan interpretasi berikut:

1. Jika k secara statistik tidak berbeda nyata, maka pertumbuhan ekspor selama periode waktu analisis dikategorikan bersifat konstan dan tingkat pertumbuhan ekspor rata-rata selama periode tersebut sebesar g.

(54)

2. Jika k secara statistik berbeda nyata, maka besaran k < 0 mengindikasikan adanya pertumbuhan ekspor yang bersifat menurun, sedangkan besaran k > 0 mengindikasikan adanya pertumbuhan ekspor yang bersifat meningkat dan tingkat pertumbuhan ekspor rata-rata selama periode tersebut adalah g + 2kt.

Informasi lebih lanjut menyangkut faktor dominan pendorong pertumbuhan nilai ekspor dapat ditelusuri melalui model partisi sederhana sebagai berikut:

Vt= Pt. Qt... (3) dimana:

Vt= Nilai ekspor komoditas i pada tahun ke t

Pt = Harga satuan ekspor komoditas i pada tahun ke t Qt= Volume ekspor komoditas i pada tahun ke t

Transformasi logaritma dari kedua sisi persamaan dan diferensiasi persamaan (3) terhadap t menghasilkan persamaan;

Log Vt= Log Pt+ Log Qt

୚୲

ୢ୚୲

ୢ୲

=

୔୲ ୢ୔୲ୢ୲

+

୕୲ ୢ୕୲ୢ୲

Gv= Gp+ Gq... (4) Persamaan (4) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan nilai ekspor sama dengan tingkat pertumbuhan harga satuan ekspor (Gp) dan tingkat pertumbuhan volume ekspr (Gq). Persamaan ini diturunkan dari identitas pada persamaan (3), yang menyatakan bahwa nilai ekspor sama dengan harga satuan ekspor dikalikan dengan volume ekspor. Ketiga tingkat pertumbuhan tersebut dapat diestimasikan

Gambar

Gambar 1. Terjadinya Perdagangan Intenasional
Gambar 2. Dampak Peningkatan GDP Negara Pengimpor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 25. Pertumbuhan Impor Sayuran di Propinsi Sumatera Utara No Komoditi Impor g k Keterangan Tingkat Pertumbuhan (%) 1

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi pengukuran: Jumlah SKPD yang menerapkan SPIP secara memadai tahun n dibagi jumlah seluruh SKPD yang dievaluasi kali seratus persen Tipe penghitungan:e. Non Kumulatif

Dengan berlakunya Peraturan ini ketentuan pada diktum Pertama angka 1,2,3,4,8, dan 10 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 324/U/1997 tentang Pemberian

Pembuatan Website ini menggunakan teknologi PHP Hypertext Preprocessor bersama sama dengan HTML yang mana saat ini pemakai halaman Web yang dinamis semakin diperlukan untuk

[r]

31 Roudlotul Ulum BULAK BANTENG BARU GG KAMBOJA II/44 Kenjeran DAFTAR NAMA MI YANG BELUM MELAPORKAN LPJ BOS SEMESTER 1..

[r]

Meskipun teknologi ini tetap membutuhkan kabel, namun tidak sebanyak pada jaringan lokal kabel, pada wireless hanya butuh kabel beberapa meter saja dan tidak sampai memerlukan

Didukung dengan jaringan LAN dan VLAN dari tiap lantai yang terhubung ke router black diamond untuk akses yang mudah dan tidak terlalu rumit. Pengembangan system tersebut