• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ICE BREAKING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS AL-HUSNA LEBAK BULUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN ICE BREAKING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS AL-HUSNA LEBAK BULUS"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ICE BREAKING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS AL-HUSNA

LEBAK BULUS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

WIDHAD NIM. 11150110000152

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H./2021 M.

(2)

PERAN ICE BREAKING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS AL-HUSNA

LEBAK BULUS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Widhad

NIM. 11150110000152

Dibawah Bimbingan Dosen pembimbing Skripsi

Bahrissalim, M.Ag.

NIP. 19680307 199803 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020 M

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Peran Ice Breaking dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Husna Lebak Bulus” disusun oleh Widhad, NIM. 11150110000152, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 23 Juni 2021

Yang Mengesahkan, Dosen Pembimbing

Bahrissalim, M.Ag NIP. 19680307 199803 1 002

(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Widhad (11150110000152), Peran Ice Breaking dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Husna Lebak Bulus. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Dosen Pembimbing : Bahrissalim, M.Ag.

Kata Kunci : Ice Breaking, Sejarah Kebudayaan Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran Ice Breaking dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Husna Lebak Bulus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2020 di MTs Al-Husna Lebak Bulus.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Deskriptif Kualitatif.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ice breaking bereperan dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Al- Husna Lebak Bulus, peran ice breaking yaitu mencairkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga membuat siswa kembali fokus dan senang.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat kasih dan sayang-Nya yang senantiasa tercurah pada kita semua terutama bagi penulis sendiri sehingga berhasil penyelesaikan skripsi ini, Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW suri tauladan paling mulia bagi semesta alam.

Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas sehingga adanya bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Sururin, M.Ag.

2. Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Abdul Haris, M.Ag.

3. Sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.

4. Bahrissalim, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah MTs Al-Husna Lebak Bulus, M. Asep Rukman, S.Ag, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah.

6. Guru Sejarah Kebudayaan Islam, Muhammad Abdullah, yang telah membantu saya selama penelitian ini.

(8)

iii

7. Seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Husna yang menjadi subjek penelitian, terima kasih atas waktunya dan kesediaannya dalam menjawab kuesioner.

8. Teruntuk kedua orang tuaku H. Azis Muslim dan Hj. Siti Nurhidayah serta adik-adikku terima kasih atas semua dukungan baik materil maupun moril sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan kepada kita semua.

9. Teruntuk suamiku Didi Hardiyanto S.Pd, terima kasih selalu setia membantu dan menemani dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan kepada keluarga kecil kita.

10. Keluarga besar kelas A PAI 2015 yang telah banyak memberikan dukungan dan pengarahan selama penulis kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengucapkan maaf sebesar-besarnya dan meminta kritik dan saran yang membangun. Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan khasanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, 23 Juni 2021 Penulis

Widhad

(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. Deskripsi Teoretik ... 10

1. Ice Breaking ... 10

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 15

C. Fokus Penelitian ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

B. Metode Penelitian... 18

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 19

1. Teknik Pengumpulan Data ... 19

2. Instrumen Penelitian ... 23

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Deskripsi Data ... 28

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 34

C. Keterbatasan Penelitian ... 38

(10)

v

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Implikasi ... 40

C. Saran-saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN

(11)

vi

DAFTAR TABEL

3.1 Pedoman Observasi ... 20

3. 1 Pedoman Wawancara ... 21

3.3 Kisi-kisi Instrumen Nilai Skor Jawaban ... 23

3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 24

4.1 Daftar Guru MTs Al-Husna Lebak Bulus ... 31

4.2 Jumlah Siswa MTs Al-Husna Lebak Bulus ... 32

4.3 Fasilitas Sekolah ... 33

(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Ice Breaking Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar

Lampiran 3 Angket Uji Coba Variabel X (Ice Breaking) Lampiran 4 Angket Uji Coba Variabel Y (Motivasi Belajar) Lampiran 5 Uji Validitas Angket Variabel X (Ice Breaking) Lampiran 6 Uji Validitas Angket Variabel Y (Motivasi Belajar) Lampiran 7 Uji Reliabilitas Ice Breaking

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Motivasi Belajar

Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Ice Breaking Setelah Uji Coba

Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

Lampiran 11 Angket Variabel X (Ice Breaking) Setelah Uji Coba Lampiran 12 Angket Variabel Y (Motivasi Belajar) Setelah Uji Coba Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kelas A (Kontrol)

Lampiran 14 Uji Normalitas Data Kelas B (Eksperimen) Lampiran 15 Uji Homogenitas Data

Lampiran 16 UjiT-Test

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk Tuhan, telah dikaruniai Allah kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah agar manusia mampu mempertahankan hidup. Kemampuan dasar manusia merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang. Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia adalah pendidikan.

Pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup umat manusia sepanjang sejarah. Pendidikan berkembang dari yang sederhana (primitif), yang berlangsung dalam ruang lingkup kehidupan yang serba sederhana. Tujuan-tujuannya pun amat terbatas pada hal-hal yang bersifat survival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam sekitar).

Akan tetapi ketika manusia telah dapat membentuk masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang semakin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan, keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan teoritis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah.

Kemampuan konsepsional berpusat pada pengembangan kecerdasan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, faktor daya pikir manusia menjadi penggerak untuk menciptakan peradaban dan kebudayaan yang semakin maju. Maka dalam proses perkembangan sejarah pendidikan,

(14)

2

antara pendidikan dengan masyarakat umat manusia terjadi proses saling pengaruh mempengaruhi (interaktif). Di satu pihak masyarakat dengan cita-citanya, mendorong terwujudnya pendidikan sebagai sarana untuk merealisasikan cita-cita, sedang di lain pihak pendidikan itu mencambuk masyarakatnya untuk bercita-cita lebih maju lagi. Bahkan pendidikan dalam suatu waktu tertentu menjadi pendobrak terhadap keterbelakangan cita-cita masyarakat.

Dengan demikian antara pendidikan dan masyarakat terjadi perpacuan (kompetisi) untuk maju. Itulah salah satu ciri dari masyarakat yang dinamis di mana pendidikan menjadi tumpuan kemajuan hidupnya.

Khusus masyarakat Islam yang berkembang sejak zaman Nabi Muhammad, pendidikan juga merupakan kunci kemajuan. Sumber-sumber pokok ajaran Islam berupa Al Qur’an dan Al-Hadist, banyak mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat menyejahterakan pribadi dalam masyarakat sehingga manusia mampu meningkatkan derajat dan martabatnya baik bagi kehidupannya di dunia maupun di akhirat nanti. Derajat dan martabatnya sebagai “khalifah” di muka bumi dapat diraih melalui pendidikan yang bercorak Islam.

Sejalan dengan misi agama Islam melalui proses kependidikan Islam berusaha merealisasikan misi itu dalam tiap pribadi manusia yaitu selalu berorientasi kepada kekuasaan Allah yang menentukan keberhasilannya. Metode pendidikan Islam yang mendorong dan mengaktualisasikan serta memfungsikan segenap kemampuan seperti akal pikiran, kemauan, perasaan manusia yang ditunjang dengan kemampuan

(15)

jasmaniahnya, manusia akan berhasil dididik dan diajar sehingga menjadi muslim paripurna yaitu manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan beramal saleh sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ali Imran 190-191.

ىِن ْوُ ِلْ ٍتاَيَلَْا ِراَهّىناَو ِمْيَّنا ِفَهِتْخاَو ِضْرَ ْلْاَو ِتاَىَمَّسنا ِقْهَخ ىِف َّنِا ِقْهَخ ىِف َنْوُزَّكَفَتَيَو ْمِهِبْىُىُج ىَهَعَو اًدْىُعُقَو اًماَيِق َ َّالَّل َنْوُزُكْذَي َهْيِذَّنَا .ِباَبْنَلْْا َر ِضْرَلْْاَو ِتاَىَمَّسنا لا( ِراَّىنا َباَذَع اَىِقَف َكَواَحْبُس ًلاِطاَب اَذَه َتْقَهَخ اَم اَىَّب

)نازمع

Dengan demikian Islam mengajarkan kepada manusia untuk melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, berdasarkan pandangan bahwa anak sebagai makhluk yang sedang bertumbuh dan berkembang ke arah kedewasaannya, memiliki kemampuan dasar yang dinamis dan responsif terhadap pengaruh dari luar dirinya. Oleh karena itu, fungsi pendidikan Islam sebagai pembimbing dan pengarah perkembangan dan pertumbuhan anak didik.1

Hemat penulis, Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik. Dari pernyataan tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak lepas dari kehidupan. Maju atau tidaknya suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan, karena seperti yang sudah kita

1M. Arifin, M. Ed, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1994. h. 2-6

(16)

4

ketahui bahwa suatu pendidikan akan mencetak sumber daya manusia yng berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Sugara pada tahun 2011 tentang burnout belajar terhadap siswa SMA Angkasa Bandung yang menemukan bahwa sebanyak 15,32% intensitas kejenuhan belajar siswa berada dalam kategori tinggi, 72,97% dalam kategori sedang, serta 11,71%

pada kategori rendah. Area kejenuhan belajar yang ditemukan dalam penelitian ini yakni 48,10% pada area keletihan emosi, 19,19% pada area depersonalisasi, serta 32,71% pada area menurunnya keyakinan akademis.

Penelitian tentang kejenuhan belajar juga dilakukan oleh Firmansyah (2012) pada siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang yang menemukan bahwa 14,6% siswa mengalami kejenuhan belajar kategori tinggi, 72,9% pada kategori sedang, serta 12,5% pada kategori rendah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa di sekolah yang mengalami burnout dalam belajar, karena lebih dari setengah dari jumlah peserta didik yang diteliti mengalami kejenuhan belajar. Dari kajian di atas dapat diambil kesimpulkan bahwa siswa mengalami kejenuhan belajar yang sedang. Hal ini membuktikan bahwa siswa cenderung mengalami kejenuhan dalam proses belajarnya karena tingkat kejenuhan belajarnya berada di dalam kategori sedang cukup tinggi prosentasinya, area keletihannya berada di area keletihan emosi. Jika kejenuhan belajar siswa terus berada dalam kategori tersebut maka siswa akan cenderung untuk meninggalkan tugas- tugas mereka. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 9 Yokyakarta permasalahan Burnout masih sering terjadi. Hal tersebut

(17)

didukung oleh adanya gejala-gejala yang muncul dan menunjukkan bahwa siswa mengalami burnout atau kejenuhan belajar yaitu siswa masih sering ngobrol sendiri ketika Guru sedang menerangkan materi pelajaran dan mengajak bicara teman ketika sedang memperhatikan Guru dalam menerangkan materi pelajaran. Beberapa siswa juga mengantuk dan tertidur di dalam kelas. Terdapat pula siswa yang asik sendiri dengan kegiatannya seperti memainkan bolpoin, penggaris atau buku pelajaran mereka. Schaufeli & Enzman (1998: 21-22) mengemukakan indikator dari kejenuhan belajar yaitu kelelahan emosi (kemampuan mengendalikan diri dan kecemasan), kelelahan kognitif (ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, tidak dapat mengerjakan tugas-tugas yang kompleks, kesepian dan penurunan daya tahan dalam menghadapi frustasi yang dirasakan), kehilangan motivasi (kehilangan semangat, kehilangan idealisme, kecewa, pengunduran diri dari lingkungan, kebosanan dan demoralisasi).2

Guru profesional menurut istilah adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan.

Berdasarkan pendapat Muhibbin Syah tersebut dapatlah kita pahami bahwa guru profesional adalah guru yang mengarahkan segala kemampuan keguruannya sebagai sumber utama pendapatan dalam hidup.3

Seseorang dikatakan sebagai guru yang profesional tidak cukup hanya dengan mengetahui satu materi yang akan diajarkan, tetapi ia harus

2 Ita Vitasari, “Kejenuhan Belajar Ditinjau Dar Kesepian dan Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMAN 9 Yogyakarta’, Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5, 2016, Hal 61-62.

3 Halid Hanafi, La Adu & H. Muzakkir, Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta : Deepublish, 2018, H. 4.

(18)

6

memiliki kepribadian guru dengan segala ciri dan tingkat kedewasaannya.

Guru disebut sebagai tenaga profesional karena di dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar anak didik agar tahu beberapa hal tetapi ia juga memperhatikan beberapa keterampilan terutama sikap mental. Mendidik sikap mental seseorang yang dilakukan oleh seorang guru tidak cukup hanya mengajarkan suatu pengetahuan, akan tetapi pengetahuan itu diajarkan oleh guru sebagai teladan utamanya.4

Guru harus mampu memberikan dan mendesain beragam kegiatan yang menyenangkan agar terciptanya kondisi optimal dalam pembelajaran.

Suasana belajar yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung secara menyenangkan akan membuat peserta didik mudah menerima pelajaran tanpa paksaan dan tekanan.

Menurut Dryden and Vos menyatakan, “Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dimana interaksi antar guru dan peserta didik, lingkungan fisik, dan suasana memberikan peluang terciptanya kondisi yang kondusif untuk belajar.”5

Seorang guru bertanggung jawab agar pembelajaran berhasil dengan baik, keberhasilan dalam proses belajar mengajar bergantung pada upaya guru dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, sebab dengan adanya motivasi mendorong semangat peserta didik dalam belajar. Ada beberapa

4 Halid Hanafi, La Adu & H. Muzakkir.Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah, Yogyakarta : Deepublish, 2018. H 6.

5 Darmansyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011. H.24.

(19)

cara guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik seperti memberikan hadiah, pujian dan memberikan teknik pembelajaran ice breaking ketika proses pembelajaran.

Ice breaking adalah suatu kegiatan kecil untuk memecahkan kekakuan-kekakuan antara sesama peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru. Ada beberapa jenis ice breaking yang dapat dilakukan oleh guru seperti bernyanyi bersama, memberikan games, bertepuk tangan dan lain sebagainya. Kegunaan ice breaking ini untuk membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membuat siswa bosan atau jenuh. Untuk pemberian ice breaking ini bisa dilakukan ketika akan memulai pembelajaran, di inti pembelajaran atau di akhir pembelajaran.

Pemberian ice breaking dapat disesuaikan dengan situasi kelas dan situasi siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran ice breaking dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam?

2. Bagaimana pelaksanaan ice breaking dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam?

3. Kurangnya daya konsentrasi pada siswa.

(20)

8

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya. Sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi lebih fokus. Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana peran ice breaking dalam mata pelajaran sejarah

kebudayaan Islam.

2. Bagaimana guru melakukan ice breaking dalam pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah yang diperoleh adalah

1. Bagaimana pelaksanaan ice breaking dalam mata pelajaran SKI kelas VIII di MTs Al-Husna Lebak Bulus?

2. Apakah ice breaking berperan dalam mata pelajaran SKI kelas VIII MTs Al-Husna Lebak Bulus?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan ice breaking pada mata pelajaran SKI kelas VIII di MTs Al-Husna Lebak Bulus.

2. Untuk mengetahui peran ice breaking terhadap dalam mata pelajaran SKI kelas VIII MTs Al-Husna Lebak Bulus.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(21)

1. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kreativitas dan profesionalisme dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan meningkatkan wawasan guru untuk mengatasi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan agar siswa dapat mengembangkan ide untuk menciptakan psoses pembelajaran yang lebih menyenangkan.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan agar peneliti dapat menjadi seorang guru yang profesional dan menyenangkan.

(22)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik

1. Ice Breaking

a. Pengertian Ice Breaking

Ice breaking merupakan permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok.6Ice breaking adalah peralihan situasi dari yang membosankan,membuat mengantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks,bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian danada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yangberbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan. 7

Istilah ice breaker berasal dari dua kata asing, yaitu ice yang berarti es yang memiliki sifat kaku, dingin dan keras, sedangkan breaker berarti memecahkan.Jadi, ice breaker bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan atau mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih nyaman mengalir dan santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih bersahabat.8

6 Sunarto, Icebreaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta : Cakrawala Media, 2012. H. 2

7 Adi Soenarno, Icebreaker Permainan Atraktif-edukatif untuk Pelatihan Manajemen. Yogyakarta : Andi Offset, 2005. H. 1

8http://komunikasi.um.ac.id/2011/08/varian-ice-breaker-segarkan-aktivitas-pembelajaran/di akses pada 2 Februari 2020 pukul 10.05 WIB.

(23)

Jadi, Ice breaking merupakan permainan atau kegiatan sederhana, ringan dan ringkas yangberfungsi untuk mengubah susunan kebekuan, kekakuan,rasa bosan atau mengantuk dalam pembelajaran. Sehingga bisa membangun suasana belajar yang penuh semangat dan menyenangkan. Karena jarang sekali para guru yang memberikan ice breakingatau jeda ditengah materi pelajaran yang sedang disampaikan. Padahal melakukan ice breakingditengah penyampaian materi pelajaran sangat penting, karena sering kali semua materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diserap dengan baik oleh para siswa. Anak melakukan proses belajar melalui pengalaman hidupnya.

Pengalaman yang baik dan meyenangkan berdampak positif bagi perkembangan anak. Anak belajar dari semua yang ia lihat, ia dengar dan ia rasakan. Proses belajar ini akan efektif jika anak berada dalam kondisi senang dan bahagia. Begitu juga sebaliknya, anak akan merasa takut, cemas dan merasa tidak nyaman dan hasil kurang optimal jika proses belajar anak terlalu dipaksakan.Disinilah fungsi Ice Breaking untuk sebuah proses belajar, yaitu sebagai energizer sebelum pemberian materi utama, memecah kebekuan, memberikan pencerahan disaatmengalami kejenuhan dan mampu membangkitkan gairah belajar sehingga memberikan kesan yang menyenangkan ketika belajar.9

9 Tiyara Khoerunisa, Amirudin, “Pengaruh Ice Breaking Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu Nuurusshiddiiq Kedawung Cirebon”, Jurnal Pendidikan Dasar Vol.1 No.1, 2020, H.84-92.

(24)

12

b. Jenis-jenis Ice Breaking 1) Jenis yel-yel

Jenis yel-yel ini sangat efektif dalam menyiapkan aspek psikologi sisiwa didik untuk siap mengikuti pelajaran, terutama pada jam-jam awal pembelajaran. Yel-yel juga sangat efektif membangun kekompakan dan kerja sama dalam kelompok.

2) Jenis tepuktangan

Jenis icebreaker ini adalah jenis yang paling sering digunakan oleh para pendidik karena teknik tepuk merupakan teknik icebreaker yang paling mudah, karena tidak memerlukan persiapan yang membutuhkan banyak waktu.

3) Jenis gerak badan

Jenis icebreaker ini bertujuan untuk menggerakkan tubuh setelah beberapa jam berdiam diri dalam aktivitas belajar.

Dengan badan bergerak aliran darah akan menjadi lancar kembali. Dengan demikian proses berpikir akan menjadi lebih segar dan kreatif.

4) Jenisgames

Games atau permainan adalah jenis icebreaker yang paling membuat siswa didik heboh. Siswa didik akan mucul semangat baru yang lebih saat melakukan permainan. Rasa ngantuk menjadi hilang dan sikap apatis spontan berubah

(25)

menjadi aktif. Melalui permainan suasana menjadi cair sehingga kondisi belajar menjadi kondusif. Dengan permainan juga dapat membangun konsentrasi anak untuk berfikir, bertindak lebih baik dan lebih efektif.

5) Jenis cerita / dongeng

Dongeng motivasi adalah dongeng yang berisikan untuk membangun semangat yang tinggi dalam perjuangan hidup maupun belajar. Dongeng motivasi sangat efektif digunakan sebagai icebreaker dalam pembelajaran sekaligus sebagai sarana pembelajaran karakter yang efektif kepada anak didik. 10

c. Teknik PenggunaanIce Breaking dalam Pembelajaran 1) Icebreaker secara spontan dalam proses pembelajaran

Hal ini dilakukan tanpa persiapan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu oleh guru yang bersangkutan. Seorang guru yang tanggap terhadap kondisi siswa tentu akan segera mengambil tindakan terhadap kondisi dan situasi pembelajaran yang kurang kondusif selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Icebreaker di awal kegiatan pembelajaran

Pada saat mengawali proses pembelajaran seorang guru harus melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan

“kesiapan mental” anak didik dalam mengikuti proses

10Sunarto, Icebreaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta : Cakrawala Media, 2012. H. 33-70

(26)

14

pembelajaran yang akan berlangsung. Secara psikologis, siswa dikatakan siap mengikuti pembelajaran ditandai oleh motivasi yang tinggi, semangat, gairah yang ditunjukkan sikap ceria dan penuh perhatian pada saat mengawali proses pembelajaran.

3) Icebreaker pada inti kegiatan pembelajaran

Pada kegiatan inti pembelajaran merupakan saat-saat krusial di mana siswa harus terus memusatkan perhatian selama jam pembelajaran berlangsung, baik pada saat mengerjakan tugas ataupun mendengarkan penjelasan guru. Waktu yang begitu panjang untuk terus berkonsentrasi pada hal yang sama adalah hal yang sangat sulit dilakukan oleh anak didik. 11

d. Kekuatan dan Kelemahan Ice Breaking Kelebihanicebreaker adalah

1) Memberikan semangat baru pada saat siswa mencapai titik jenuh.

2) Mengalihkan perhatian terhadap fokus materi pelajaran.

3) Memberikan suasana yang menyenangkan pada proses pembelajaran.

4) Berdasarkan hemat Penulis kelemahan icebreaker adalah 5) Dilakukan sesuai dengan situasi peserta didik. 12

6) Disesuaikan dengan waktu.

11Sunarto, Icebreaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta : Cakrawala Media, 2012. H. 107-118

12ibid., H. 106

(27)

Berdasarkan pendapat Penulis antara ice breaking dan motivasi itu saling berkaitan. Karena ketika siswa mendapatkan motivasi yang rendah, guru harus bisa membangkitkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa contoh yang bisa guru lakukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa antara lain pemberian pujian, pemberian hadiah, pemberian ice breaking dan lain sebagainya.

Karena salah satu kegunaan ice breaking yaitu untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Karena ketika otak menerima rangsangan positif maka akan mendorong siswa lebih kreatif atau lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga tercipta pembelajaran yang dialogis.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

a. “Pengaruh Teknik Pembelajaran Ice Breaking Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III MI Masyariqul Anwar 4 Sukabumi Bandar Lampung” Disusun oleh Reni Anggraini Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk “ Mengetahui pengaruh teknik ice breaking terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas III MI Masyariqul Anwar 4 Sukabumi Bandar Lampung”. Dimana ice breaking dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

b. “Pengaruh Penerapan Ice Breaking Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Darussalam Ciputat”

(28)

16

Disusun oleh Alaena Soraya Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk “Mengetahui pengaruh penerapan Ice breaking terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi di SMA Darussalam Ciputat”.

c. “Pengaruh Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas VI di MIS Al-Wathoniyah Karawang” Disusun oleh Istiqomah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk “Mengetahui bagaimana pengaruh orang tua terhadap motivasi belajar pkn siswa kelas VI di MIS Al- Wathoniyah Karawang”.

d. “Pengaruh Ice Breaking Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas V Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung.”

Disusun oleh Gery Agustin Universitas Pasundan Bandung tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk “Mengetahui apakah ice breaking dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar kelas V”.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan guna terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan adanya motivasi siswa dapat semangat dan fokus dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar oleh karena itu, perlu adanya kegitan

(29)

penyegaran atau ice breaking disela-sela belajar diantaranya game kecil dan lain sebagainya.

C. Fokus Penelitian

Fokus utama dalam penelitian ini adalah peneliti menjelaskan mengenai ice breaking serta peran ice breaking dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Al-Husna Lebak Bulus.

(30)

18 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Husna Lebak Bulus yang beralamat di Jl. Madrasah Al-Husna RT 02/RW 04 No. 14 Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII B, dimulai dari Juli 2020.

B. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry), menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. Banyak jenis pencarian yang dapat dilakukan berdasarkan pendekatannya dibedakan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, berdasarkan sifatnya dibedakan antara penelitian dasar, terapan dan evaluatif, sedangkan berdasarkan fungsinya dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, dan improftif. Kegiatan pencarian ini bisa juga dibedakan berdasarkan cara atau metode penelitiannya (mode of inquiry) atau metode penelitian. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.

(31)

Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian tertentu.

Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.13

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.14

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

1) Observasi adalah instrumen lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam penelitian kuantitatif, instrument observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrument lain, termasuk kuesioner dan wawancara.15 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke MTs Al-Husna Lebak Bulus untuk mengetahui peran ice breaking dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

13 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

2006. Hal 52

14 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

2006. Hal 52

15Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT BumiAksara. 2003. H. 78

(32)

20

2) Pedoman Observasi

Dalam observasi yang dilakukan adalah mengamati partisipasi warga sekolah dalam pelaksanaan ice breaking di MTs Al- Husna Lebak Bulus, meliputi :

Tabel 3.1 Pedoman Observasi

No Tujuan Observasi Aspek yang diamati 1. Untuk memperoleh

informasi dan data baik mengenai kondisi fisik dan non fisik

pelaksanaan ice breaking di MTs Al-Husna.

1. Alamat/lokasi sekolah.

2. Lingkungan fisik sekolah pada umumnya.

3. Unit kantor/ruang kerja.

4. Ruang Kelas.

5. Laboratorium dan sarana belajar lainnya.

6. Suasana/iklim kehidupan sehari-hari baik secara akademik maupun sosial.

7. Proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

8. Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan ice breaking.

(33)

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.16

Wawancara dilakukan kepada kepala madrasah, guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dan para siswa kelas VIII di MTs Al-Husna. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

No Pokok Pertanyaan Aspek yang diungkap Sumber Data 1. Peran ice breaking

dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al- Husna.

 Proses pelaksanaan ice

breaking dalam pembelajaran.

 Peran ice breaking

dalam meningkatkan motivasi siswa.

 Macam-macam ice

breaking yang digunakan dalam pembelajaran.

 Kepala Madrasah dan Guru Mapel SKI

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2015. H-72

(34)

22

 Kendala dalam

pelaksanaan ice breaking.

 Solusi yang akan

diterapkan.

2.  Proses pelaksanaan ice

breaking dalam pembelajaran.

 Macam-macam ice

breaking yang digunakan dalam pembelajaran.

 Manfaat yang didapat.

 Siswa MTs Al-Husna

c. Kuesioner / Angket

Salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial yang paling popular digunakan adalah melalui kuesioner. Kuesioner ini juga sering disebut sebagai angket di mana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian.17Pada angket tanggapan siswa menggunakan skala likert 4 point yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).

17 ibid., H. 76

(35)

d. Dokumentasi

Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dapat memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumentasi yang ada pada responden.18

2. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka- angka. Pada penelitian ini mengikuti bentuk skala sikap dari likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan atau pernyataan.19 Pada skala likert ini memiliki 4 pilihan jawaban yang dimulai dari sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Hal ini digunakan untuk mengetahui peran ice breaking dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Husna.

Tabel 3.3 Nilai Skor Jawaban

18 Ibid., Hal. 81

19 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

2006. Hal. 225

No Pilihan Jawaban Skor

1. Sangat Setuju 4

2. Setuju 3

(36)

24

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Ice Breaking

No. Variabel X Indikator Nomor Butir

1. Pelaksanaan Ice Breaking

- Senang ketika dalam pembelajaran

menggunakan ice breaking.

- Pembelajaran menjadi lebih aktif menggunakan ice breaking.

- Membangkitkan motivasi belajar jika pembelajaran menggunakan ice

breaking.

- Menurunkan rasa

canggung / tegang dalam pembelajaran.

- Meningkatkan daya

- 1,2,3

- 4,5,6

- 7, 8

- 9,10,11

- 12,13

- 14,15,16,17

3. Kurang Setuju 2

4. Tidak Setuju 1

(37)

ingat.

- Lebih konsentrasi

pembelajaran SKI dengan ice breaking.

- Merasa tertarik belajar SKI diselingi dengan ice breaking.

- 18,19,20

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data, uji transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Dalam penelitian ini digunakan uji kreadibilitas data untuk menguji keabsahan data.

Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber. 20 Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber akan dilakukan pada siswa kelas VIII MTs Al-Husna.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan meyusun secara sistematis data yang diperoleh menggunakan berbagai teknik pengumpulan data

20 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. H. 54

(38)

26

seperti, wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi seperti rekaman video/audio dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting dan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis kualitatif memiliki empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan penyederhanaan dan penggolongan data sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pada bagian ini peneliti mulai menelaah data sesuai dengan hasil survey pertama.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan saat data disusun secara sistematis dan mudah dipahami. Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif, grafik, jaringan atau bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan terorganisasikan dan tersusun sehingga akan semakin mudah dipahami. Pada bagian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk teks naratif yaitu diuraikan secara deskriptif dari hasil data-data penelitian.

(39)

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam analisis data kualitatif. Tahap ini bertujuan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada. 21

21 Salsabila miftah rezkia. Data Analysis: Teknik Analisis Data Kualitatif.

(40)

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Singkat Sekolah

Berawal dengan sudah ada dan berkembangnya pendidikan tingkat dasar yang masih dalam naungan Yayasan Al Husna Lebak Bulus (YALBUS) yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Husna, maka dengan banyaknya usul/gagasan dari berbagai pihak untuk mengadakan lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama di Yayasan Al Husna, untuk itu pihak YALBUS mengakomodir usul/gagasan tersebut dengan meminta kerjasama kepada pihak ahli waris yang notaben pengurus Yayasan untuk bersedia terlibat dalam hal ini sebagai penyedia lahan/tempat untuk dibangunnya ruang belajar.

Setelah adanya kesepakatan dari pihak ahli waris untuk dipakainya lahan untuk pembangunan ruang belajar, maka pada tanggal 26 Juli 1982 berdirilah Madrasah Tsanawiyah Al Husna di atas lahan seluas 200 m² dengan status lahan kontrak kepada ahli waris hingga saat ini. Diawali dengan dibangunnya 2 lokal/ruang belajar oleh YALBUS sebagai sarana awal penyelenggaraan pendidikan dengan kondisi awal baik dari sisi bangunan, tenaga pengajar, peserta didik angkatan pertama sekitar 7 siswa, secara bertahap ditahun tahun berikutnya akhirnya bisa terpenuhi standar minimal 3 lokal/ruang belajar dengan 3 rombel dan semakin bertambah jumlah peserta

(41)

didiknya, hingga pada tahun 1986 dapat mewisuda lulusan angkatan pertama MTs. Al Husna.

2. Identitas Sekolah

a. Nama Sekolah : MTs Al-Husna b. No. Statistik Madrasah : 121231740022

c. Alamat Sekolah : Jl. Madrasah Al Husna RT 002/RW 04 No.14

Kel. Lebak Bulus, Kec. Cilandak.

Kota Jakarta Selatan.

DKI Jakarta. Kode pos 12440.

d. Telepon/HP/Fax : (021) 22702508

e. Alamat E-mail : mts_alhusna14@yahoo.com f. Nilai Akreditasi : 84,00 (Kategori B)22

3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi

Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik, kokoh dalam aqidah dan mulia dalam budi pekerti.

b. Misi

1) Mengembangkan dan melaksanakan proses pendidikan dan pelatihan melalui pembelajaran yang tepat dan berhasil guna berdasarkan aqidah islamiyah dan budi pekerti yang mulia.

22 Form EMIS MTs Al-Husna

(42)

30

2) Mempersiapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan prestasi dan nilai yang optimal.

3) Mempersiapkan generasi muda Islam yang berwawasan global, mencintai tanah airnya dan berakhlaqul karimah.

4) Mempersiapkan siswa untuk menjadi anggota masyarakat yang mendahulukan kewajiban daripada menuntut hak-hak sesuai dengan tuntunan dinul Islam.

5) Mempersiapkan siswa sebagai warga bangsa yang dapat diteladani dalam penghayatan dan pengamalan pancasila serta UUD 1945.

6) Menghasilkan lulusan yang hafizh qur’an (Juz 30).

c. Tujuan Sekolah

1) Terlaksananya kegiatan imtaq secara rutin.

2) Terwujudnya warga sekolah yang berakhlak mulia.

3) Terciptanya pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

4) Tercapainya nilai rata-rata UN sesuai standar nasional.

5) Memperoleh prestasi tertinggi dalam bidang ekstrakurikuler yang diikuti.

6) Terciptanya lingkungan yang tertib, bersih, indah, nyaman dan kondusif.

7) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.

(43)

8) Terwujudnya peserta didik yang dapat menerapkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pendidikdan Siswa a. Pendidik

Tabel 4.1

Daftar Guru MTs Al-Husna Lebak Bulus

No Nama Tugas Pendidikan

1.

H. M. Asep Rukman, S.

Ag

Kepala Sekolah S1

2. Drs. Muhammad Udhy

Guru Bahasa Inggris dan Seni Budaya

S1

3. Muhammad Abdullah

Guru Al-Qur’an Hadits dan SKI

Aktif Kuliah

4.

Drs. A. Syarif A.

Muthalib

Guru Bahasa Indonesia

S1

5. Drs. Endang Suryadi Guru Penjaskes S1

6.

Rosyi Nurrosyidah, S. Pd.

I

Guru Bahasa Arab

S1

7. Eka Yuniarti, S.Pd Guru Matematika S1

8. Ai Sinta Lestari, S.Pd.I

Guru Pendidikan Sosial

S1

(44)

32

9. Nur Rosyidah, S.Pd

Guru Bahasa Inggris

S1

10. Yusran, S.Pd.I Guru Fiqih S1

11.

Muhamad Rizal Aziz, S.Pd

Guru Aqidah Akhlak dan Fiqih

S1

12. Ni'matul Laily, S.Pd.

Guru Pendidikan Alam dan

Pendidikan Kewarganegaraan

S1

13. Samsudin

Guru Prakarya dan Teknologi Informasi Komunikasi

Aktif Kuliah

b. Siswa

Tabel 4.2

Jumlah Siswa MTs Al-Husna Lebak Bulus

No Kelas

Jumlah

Siswa

Keterangan

Laki-laki Perempuan

1 VII A 23 12 11

2 VII B 23 11 12

(45)

3 VIII A 17 9 8

4 VIII B 16 7 9

5 IX 27 15 12

Jumlah siswa keseluruhan = 106

Laki-laki = 54

Perempuan = 52

5. Fasilitas Sekolah

Tabel 4.3 Fasilitas Sekolah

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1. Ruang Kelas 2 Baik

2. Ruang Kelas 1 Rusak Ringan

3. Ruang Kepala Madrasah 1 Baik

4. Ruang Guru 1 Baik

5. Ruang Tata Usaha 1 Baik

6. Laboratorium Komputer 1 Baik

7. Ruang Perpustakaan 1 Baik

8. Ruang UKS 1 Baik

(46)

34

9. Toilet Guru 1 Baik

10. Toilet Siswa 1 Baik

11. Ruang Bimbingan Konseling 1 Baik 12. Gedung Serba Guna (Aula) 1 Baik

13. Ruang OSIS 1 Baik

14. Ruang Pramuka 1 Rusak Ringan

15. Mushola 1 Baik

16. Kantin 1 Baik

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ice breaking terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII di Mts Al-Husna Lebak Bulus. Pada penelitian ini, peneliti mengambil kelas VIII B sebagai sampel dengan jumlah siswa 16. Pada kelas VIIIB diterapkan ice breaking pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berlangsung. Kemudian setelah kelas sampel tersebut diberikan ice breaking oleh guru mapel SKI, peneliti izin untuk membagikan angket mengenai penerapan ice breaking yang terdiri dari 19 butir pertanyaan.

Berdasarkan hasil data angket membuktikan bahwa penerapan ice breaking dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat menghilangkan rasa jenuh selama pembelajaran.

(47)

Ice breaking merupakan permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok selain membuat siswa lebih aktif teknik ini juga sangat berguna untuk menghilangkan rasa bosan, jenuh, dan malas siswa dalam belajar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di kelas VIII B dengan menggunakan ice breaking, ternyata pembelajaran di kelas dapat dikondisikan lebih aktif, siswa lebih bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam ice breaking ini siswa dilatih agar lebih fokus dalam belajar tanpa harus merasa jenuh atau bosan. Dengan adanya ice breaking diharapkan supaya siswa lebih cepat memahami materi pembelajaran yang ada. Ice breaking ini sangat sesuai dengan usia siswa peralihan dari kelas rendah ke kelas tinggi dimana anak usia kelas rendah masih sangat senang dengan cara belajar sambil bermain tetapi tetap fokus pada materi yang diberikan guru guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan demikian teori-teori diatas terbukti kebenarannya setelah dilakukan penelitian dengan nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI menggunakan ice breaking lebih tinggi.

Dalam penelitian ini ada 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama peneliti bertemu dengan kepala madrasah untuk meminta izin melakukan penelitian dan memberikan surat izin penelitian. Pertemuan kedua peneliti bertemu dengan staf administrasi madrasah untuk meminta data-data sekolah yang dibutuhkan, dan peneliti juga bertemu dengan kepala madrasah untuk membicarakan proses penelitian. Kepala madrasah memberikan saran agar melakukan penelitian secara online melalui wali kelas masing-masing kelas.

(48)

36

Kemudian, peneliti mulai melakukan komunikasi dengan wali kelas VIII B meminta izin untuk melakukan penelitian online melalui grup whatsapp.

Selain menggunakan angket sebagai hasil dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara yang peneliti lakukan dengan mewawancarai beberapa orang yang terlibat langsung dan tidak langsung seperti kepala madrasah, guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan beberapa siswa kelas VIII B.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penerapan ice breaking dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terbilang cukup efektif untuk menghilangkan rasa jenuh siswa dan untuk meningkatkan daya konsentrasi siswa selama pembelajaran. Siswa pun dapat belajar dalam keadaan senang dan tidak canggung terhadap guru. Akan tetapi ada beberapa kendala yang dialami oleh guru mapel yaitu keterbatasan waktu dan juga keterbatasan guru mengenai macam-macam ice breaking sehingga guru sering melakukan ice breaking dengan jenis yang sama.

Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel ice breaking tersebut merupakan faktor yang memiliki peran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya :Faktor intrinsik berupa faktor yang datang dari dalam diri seorang seperti hasrat, keinginan berhasil, kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Faktor yang kedua yaitu faktor ekstrinsikberupa sarana prasarana lingkungan belajar, penghargaan dan kegiatan pembelajaran yang menarik.

Oleh karena itu, apabila seorang siswa mendapat kenyamanan, keamanan, dan

(49)

mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diinginkannya maka seorang siswa akan merasa termotivasi atau bersemangat dalam belajar. Ketika seorang siswa merasa senang dengan proses pembelajaran ia akan mulai meningkatkan kemampuan terbaiknya secara totalitas dan menunjukkan prestasi belajarnya serta terus-menerus meningkatkan kemampuan dirinya demi mewujudkan harapan dan cita-citanya. Namun sebaliknya apabila seorang siswa merasa tidak nyaman atau tidak senang dengan proses pembelajaran, maka ia akan belajar hanya sekedar memenuhi kewajibannya bahkan tidak menutupi kemungkinan ia akan belajar dengan bermalas-malasan yang tentunya akan berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

Dalam dunia pendidikan guru harus memiliki keterampilan sebagai penunjang proses pembelajaran diantaranya guru harus mampu mendesain pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan salah satunya dengan menggunakan ice breaking. Suasana belajar yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung secara menyenangkan akan membuat peserta didik mudah menerima pelajaran tanpa paksaan dan tekanan. Ice breaking yang yang dikaitkan dengan materi pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkonsentrasi, mengasah daya ingat dan daya tangkap serta membangun kekompakan dalam kelompok. Ice breaking memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan ice breaking siswa ditekankan untuk belajar secara aktif, kreatif dan komunikatif. Dimana setiap siswa saling mengisi kekurangan dari siswa yang lain. Sehingga timbul rasa

(50)

38

kebersamaan dan kekeluargaan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan penerapan ice breaking sangat ditentukan oleh partisipasi siswa. Motivasi belajar siswa tidak hanya dilihat dari angket yang telah diisi oleh siswa akan tetapi saat pembelajaran berlangsung guru dapat melihat secara langsung dengan memperhatikan prilaku yang ditunjukkan oleh siswa tersebut. Hal tersebut sangat bergantung pada peran guru dalam memotivasi siswa untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan ice breaking. Jadi dapat disimpulkan penerapan ice breaking dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis diatas menyatakan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Akan tetapi selama penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti, diantaranya sebagai berikut :

1. Penelitian ini mengalami keterbatasan karena adanya wabah covid-19 di Indonesia sehingga peneliti hanya dapat berinteraksi dengan siswa MTs Al-Husna secara online.

2. Peneliti tidak bisa mengontrol jawaban responden secara langsung, maka dimungkinkan adanya tidak kejujuran di dalam pengisian kuesioner.

3. Jumlah responden yang relatif sedikit yang memungkinkan belum mempresentasikan populasi yang lain yaitu seluruh siswa MTs Al- Husna.

(51)

39 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi dalam diri seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan. Untuk mencapai keberhasilan suatu pendidikan maka diperlukan guru yang profesional. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah guru memiliki kemampuan untuk mengelola pembelajaran, perancangan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti di MTs Al-Husna ada beberapa siswa yang merasa bosan, jenuh dan tidak bergairah saat kegiatan pembelajaran. Atas dasar itulah, guru harus memiliki banyak varian dalam metode mengajarnya.

Hasil analisis data yang telah dijelaskan pada bab IV maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam hasil wawancara, menurut penjelasan bapak Abdullah sebagai guru mata pelajaran SKI bahwa pelaksanaan ice breaking pada mata pelajaran SKI kelas VIII di MTs Al-Husna belum terlaksana secara optimal karena waktu yang tidak cukup dan guru kurang menguasai

(52)

40

jenis-jenis ice breaking sehingga pelaksanaan ice breaking diulang- ulang dengan jenis yang sama.

2. Terdapat peran ice breaking dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Husna berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI menggunakan ice breaking lebih tinggi dari pada nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI tanpa menggunakan ice breaking.

Hal ini sesuai kegunaan ice breaking yaitu untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Karena ketika otak menerima rangsangan positif maka akan memotivasi siswa untuk lebih kreatif atau lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga tercipta pembelajaran yang dialogis.

Disamping itu selain Ice breaking masih terdapat banyak lagi hal yang dapat memotivasi siswa agar lebih semangat, aktif, dan kreatif dalam belajar.

B. Implikasi

Setelah diadakan penelitian diharapkan terdapat suatu kemajuan yang sangat baik dan diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan kaidah dunia pendidikan utamanya, terlebih menyangkut dengan penerapan ice breaking yang tentu saja untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan juga untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran apapun sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan juga kreatif. Karena tugas seorang guru tidak hanya memberi ilmu, akan tetapi guru juga harus mendidik peserta didiknya dan mewujudkan cita-cita lembaga maka

(53)

hendaknya guru mencurahkan kemampunan terbaiknya di dalam pengabdiannya terhadap lembaga dan masyarakat sebagai seorang guru.

C. Saran

Dan menurut pengamatan penulis kendala yang dihadapi dalam proses penelitian di Mts Al-Husnasebagai berikut :

1. Bagi Lembaga Sekolah dan Kepala Sekolah, penulis menyarankan agar lembaga sekolah dan kepala sekolah mengadakan pelatihan ice breaking bagi guru-guru MTs Al-Husna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan guru mengenai pembelajaran dengan menggunakan ice breaking.

2. Bagi Guru, Seseorang dikatakan sebagai guru yang profesional tidak cukup hanya dengan mengetahui satu materi yang akan diajarkan, tetapi ia harus memiliki kepribadian guru dengan segala ciri dan tingkat kedewasaannya. Guru harus mampu memberikan dan mendesain beragam kegiatan yang menyenangkan agar terciptanya kondisi optimal dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar guru-guru MTs Al-Husna menerapkan pembelajaran menggunakan ice breaking agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih mudah untuk menerima pelajaran dan siswa menjadi lebih termotivasi dalam memahami pelajaran.

(54)

42

3. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya, selesainya penelitian ini bukanlah akhir dalam mengembangkan kreativitas akan tetapi sebagai awal mengembangkan kreativitas seorang guru.

(55)

43

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Arikunto, Suharsimi.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.2013.

Darmansyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta:

Bumi Aksara, 2011.

Davies, Ivor K. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali, 1986.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Djamarah, Syaiful Bahri.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Fikri, Miftahul.Cara Mudah Membuat Makalah, Skripsi dan Tesis. Bogor:

Arabasta Media. 2016.

Hanafi, Halid dan Muzakkir.Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Khoerunisa ,Tiyara dan Amirudin. “Pengaruh Ice Breaking Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu Nuurusshiddiiq Kedawung Cirebon”, Jurnal Pendidikan Dasar Vol.1 No.1, 2020.

Muri, Yusuf A. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: PT. Fajar Interpratama. 2014.

Salsabila miftah rezkia. Data Analysis: Teknik Analisis Data Kualitatif

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

2015

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet, 2016.

Sunarto, Icebreaker dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta: Cakrawala Media, 2012.

Soenarno, Adi. Icebreaker Permainan Atraktif-edukatif untuk Pelatihan Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset, 2005.

(56)

44

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan,Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.

Sukardi, MetodologiPenelitianPendidika, Jakarta: BumiAksara. 2003.

Thoha,M. Chabib.Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996.

Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Vitasari, Ita. Kejenuhan Belajar Ditinjau Dar Kesepian dan Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMAN 9 Yogyakarta. Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5, 2016.

http://komunikasi.um.ac.id/2011/08/varian-ice-breaker-segarkan-aktivitas- pembelajaran/ di akses pada 2 Februari 2020 pukul 10.05 WIB.

(57)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pelaksanaan Ice Breaking

No. Variabel X Indikator Nomor Butir

1. Pelaksanaan Ice Breaking

- Senang ketika dalam pembelajaran

menggunakan ice breaking.

- Pembelajaran menjadi lebih aktif menggunakan ice breaking.

- Membangkitkan motivasi belajar jika pembelajaran menggunakan ice

breaking.

- Menurunkan rasa

canggung / tegang dalam pembelajaran.

- Meningkatkan daya ingat.

- 1,2,3

- 4,5,6

- 7, 8

- 9,10,11

- 12,13

(58)

- Lebih konsentrasi

pembelajaran SKI dengan ice breaking.

- Merasa tertarik belajar SKI diselingi dengan ice breaking.

- 14,15,16,17

- 18,19,20

(59)

Lampiran 2

Angket Uji Coba Ice breaking A. Identitas Responden

Nama :

Kelas/ No. Absen : Hari/ Tanggal : B. Instruksi

Berilah tanda checklist ( ) pada salah satu dari 4 kotak yang anda anggap paling menggambarkan kondisi pribadi anda. Tiap kotak tersebut mengandung jawabang sebagai berikut :

1. SS = Sangat Setuju Skor : 4 2. S = Setuju Skor : 3 3. KS = Kurang Setuju Skor : 2 4. TS = Tidak Setuju Skor : 1

No Pertanyaan

Keterangan Sangat

Setuju

Setuju Kurang Setuju

Tidak Setuju 1. Saya senang ketika disela-sela

pembelajaran SKI menggunakan ice breaking.

2. Saya dapat menikmati pelajaran SKI dengan ice breaking.

(60)

3. Saya merasakan perubahan mood yang baik ketika belajar SKI dengan ice breaking.

4. Saya lebih aktif ketika pembelajaran SKI diselingi dengan ice breaking.

5. Saya suka memecahkan masalah ketika pembelajaran SKI diselingi ice breaking.

6. Saya menjadi lebih sering bertanya ketika ada pelajaran SKI yang tidak saya pahami saat pembelajaran SKI menggunakan ice breaking.

7. Saya lebih semangat belajar ketika pembelajaran SKI diselingi ice breaking.

8. Pembelajaran SKI dengan ice breaking akan menambah motivasi belajar saya.

9. Saya menjadi lebih rileks / santai ketika pembelajaran SKI diselingi ice breaking.

(61)

10. Saya merasa bahwa ice breaking dapat menurunkan rasa tegang ketika pembelajaran SKI.

11. Pembelajaran SKI diselingin ice breaking lebih mengasyikkan.

12. Saya dapat dengan mudah mengingat materi pelajaran SKI ketika belajar SKI diselingi ice breaking.

13. Pembelajaran SKI menggunakan ice breaking dapat membantu saya menyimpulkan materi pelajaran.

14. Saya lebih fokus jika pembelajaran SKI diselingi ice breaking.

15. Pembelajaran SKI dengan ice breaking mampu membuat panca indera saya terfokus pada materi pelajaran.

16. Saya dapat menstabilkan konsentrasi jika pembelajaran SKI diselingi ice breaking.

17. Saya menjadi lebih tekun ketika pembelajaran SKI diselingi ice

(62)

breaking.

18. Saya merasa bahwa materi pelajaran SKI lebih menarik jika pembelajaran diselingi ice breaking.

19. Pembelajaran menjadi lebih menarik jika pembelajaran SKI diselingi ice breaking.

20. Saya selalu antusias dalam mngikuti pelajaran SKI bila diselingi ice breaking.

Gambar

Tabel 3.1   Pedoman Observasi
Tabel 3.2   Pedoman Wawancara
Tabel 3.3  Nilai Skor Jawaban
Tabel 4.3         Fasilitas Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Dampak dari teknik mnemonic yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk mengenalkan huruf pada anak, karena mengenal huruf merupakan hal yang penting dalam kemampuan

flowchart ) untuk  menyelesaikan  permasalahan  menggunakan logika 

Keseluruhan data wajah yang menggunakan beberapa arah di atas, akan disimpan ke dalam database dan digabungkan untuk proses pengenalan wajah sehingga aplikasi dapat

Perusahaan di atas dapat menyampaikan sanggahan atas penetapan hasil prakualifikasi ini kepada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Paket I I APBD Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina

Sumber data sekunder yang akan dapat digunakan untuk penguat fakta dalam penelitian adalah dengan media dokumentasi. yang

Tujuan rekonsiliasi individual pemulihan harkat kemanusiaan yang telah dirusakkan oleh pe- ristiwa-peristiwa traumatis; rekonsiliasi sosial se- buah proses

Penyebutan kata uang di dalam kampanye yang dilakukan tim sukses Prabowo, menunjukkan adanya kecurangan di dalam Pilpres 2014. Untuk gambar/grafis yang ditampilkan di

Pada tahapan pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan variabel kepribadian pro aktif diperoleh nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,185 sedangkan