Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi untuk Meningkatkan Stabilitas Emosi
Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012
Sutarno dan Novi Risa Hapsari
ABSTRACT
Novi Risa Hapsari.THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE SERVICE THROUGH DISCUSSION TECHNIQUE TO IMPROVE EMOTIONAL STABILITY OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA NEGERI 3 SUKOHARJO. Thesis.Teacher Training and Educatiob Faculty.Sebelas Maret University.December 2012.
The aim of this research was to know the effectiveness of group guidance service through discussion technique to improve emotional stability of the tenth grade students of SMA Negeri 3 Sukoharjo.
This research was an experimental research which used The non Equivalent Pre test-Post test Design. It was a research which used two groups, one as the experimental group and the other as control group. There was some steps in this research: giving pre test for both of the groups, giving treatments to the experimental group, giving post test for both of the groups and then comparing the post test result of the groups.
The treatments in the form of giving group guidance service through discussion technique are given in five times meetings. The population of this research was tenth grade students of SMA Negeri 3 Sukoharjo. The technique of sampling used was purposive sampling technique. The sample of the technique were X.3 class and X.10 class. The source of the data was students. Technique of collecting data used was questionaire. The questionaire validity test shown that there was 43 valid items which fulfilled r count criteria ≥ r table. Data analysis technique using Two Way ANOVA through SPSS application.
The result of analysis shows that experiment F control group and experiment group shows F account > F table (8,360 > 2,683), and experiment F toward the result of pre test and post test shows F account > F table (5,729 >
2,683). It can be concluded that, Ho in this research is rejected and Ha is received and the treatment for experimental group affected to the improvement of the students’ emotional stability condition.
The conclusion of this research was group guidance service through discussion was effective to improve the students’ emotional stability of the tenth grade students of SMA Negeri 3 Sukoharjo.
Keywords: group guidance service, discussion technique, emotion stability
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks, dan karena sifatnya yang kompleks itu maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi antropologi, ekonomi, politik, dan komunikasi. Manusia dituntut untuk mampu mengembangkandan menyesuaikan diri terhadap masyarakat. Untuk itu,manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi baik yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaan, maupun berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang memungkinkan untuk memenuhi tuntutan kemanusiaannya.
Seperti yang telah dijelaskan Priyatno (dalam Jamal Ma`mur Asmani, 2010:24)bahwa
“pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang pendiriannya matang dengan kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang dalam”. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan kenyataannya banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka.
Permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pembelajaran yang baik sekalipun.
Hal tersebut juga disebabkan oleh karenasumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini, permasalahan siswa tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Permasalahan yang dialami siswa erat hubungannya dengan perilaku siswa yang tidak dapat mengelola stabilitas emosi ketika sedang berada ditengah kondisi emosional, sehingga dapat mengganggu kelancaran proses belajar di sekolah.
SMA Negeri 3 Sukoharjo sebagai salah satu SMA ternama di Kabupaten Sukoharjo, berdasarkan observasi di bulan November 2011 serta pengungkapan guru BK di SMA Negeri 3 Sukoharjo sebagai konselor sekolah yang menyatakan bahwa memang proses pembelajaran di SMA Negeri 3 Sukoharjo terganggu dengan tingkah laku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah.Permasalahan siswa di dalam kelas saat proses pembelajaran di kelas juga mengganggu efektifnya proses belajar siswa, sehingga siswa kurang fokus terhadap mata pelajaran yang sedang diajarkan dan cenderung melakukan aktivitas sendiri yang mengakibatkan kelas menjadi gaduh dan ramai.
Kondisi kelas yang gaduh dan ramai yang terjadi di SMA Negeri 3 Sukoharjo ketika proses
belajar dan mengajar sedang berlangsungyang dipicu oleh ungkapan keadaan emosional siswa, pada kenyataanya menimbulkan tanda tanya besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan bagi perilaku siswa.Kondisi kelas yang gaduh dan ramai ini menunjukkan bahwa siswa kurang mampu mengendalikan emosi secara efektif dan efisien dalam menghadapi setiap situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya, serta menempatkan dirinya secara tepat. Kondisi seperti ini salah satunya dapat dipengaruhi karena siswa itu sendiri belum bisa menyeimbangkan kondisi emosionalnya ketika proses belajar
mengajar sedang
berlangsung.Akibatnya, proses belajar di sekolah pun menjadi terganggu.Siswa yang mampu mengendalikan emosinya dengan baik, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah akan membuat siswa tersebut mudah dalam mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya, produktif, tidak mudah cemas, tidak mudah tegang dan merasa frustasi, mandiri, mempunyai semangat yang tinggi,
dan efisien.Siswa yang memiliki emosi stabil memiliki konsentrasi yang baik ketika belajar dan melakukan aktivitas yang lebih baik daripada siswa yang tidak memilki kestabilan emosi.Emosi yang stabil pada siswa membuat siswa tidak mudah terganggu oleh suasana bising, gaduh, bahkan situasi yang bersifat emosional sekalipun.
Membantu siswa untuk mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, termasuk membantu siswa dalam mengelola stabilitas emosinya, peran guru BK sangat diperlukan untuk mendampingi mereka dalam meningkatkan kualitas intelegensi, meminimalkan kenakalan siswa, dan meningkatkan kualitas emosional siswa sekaligus.Melalui pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, guru BK (guru pembimbing) memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Melalui pelayanan bimbingan dan
konseling juga, guru BK membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Seperti halnya permasalahan mengelola stabilitas emosi menyangkut hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dapat memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling melalui kegiatan kelompok yaitu dengan pelaksanaan bimbingan kelompok.
Dengan layanan bimbingan kelompok memungkinkan peserta didik, secara bersama-sama, melalui dinamika kelompok, memperoleh berbagai bahan dari guru pembimbing, membahas bersama- sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari, dan atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar. Hal ini juga berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/ atau tindakan tertentu.Disesuaikan dengan siswa SMA/ SMK yang dalam pencapain tugas perkembangannya harus mampu menyampaikan pendapat/ gagasannya dalam forum
yang melibatkan orang banyak, diharapkan mampu mengatasi setiap permasalahannya tanpa melibatkan emosi.Melalui kegiatan yang sering dipraktekkan di kelas, seperti diskusi, pelayanan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan untuk mendeteksi kemampuan siswa dalam mengelola stabilitas emosi melalui respon- respon yang diberikannya ketika diskusi berlansung.Melalui bimbingan kelompok dengan teknik diskusi siswa dapat memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing- masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberikan peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis, siswa yang lain sebagai peserta diskusi, dengan demikian timbul tanggung jawab dan harga diri dari masing-masing peserta diskusi.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa SMA Negeri 3 Sukoharjo dalam mengelola stabilitas emosinya, penelitian ini ditujukan pada
pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu menggunakan teknik diskusi untuk dapat mendorong siswa dalam mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan mengelola stabilitas emosi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif untuk meningkatkan stabilitas emosi siswa kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk meningkatkan stabilitas emosi siswa kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo.
D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan bukti empiris kepada guru BK bahwa
untuk membantu
meningkatkan stabilitas emosisiswa dapat dilakukan dengan memberikan layanan bimbingan kelompok degan teknik diskusi.
b. Sebagai bahan pembanding,
pertimbangan dan
pengembangan pada penelitian sejenis di masa yang akan datang.
2. Manfaaat Praktis a. Bagi siswa:
Memberikan masukan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan mengelola stabilitas emosinya, sehingga siswa termotivasi untuk dapat mengambil sikap terbaik ketika di tengah kondisi emosional.
b. Bagi Kepala sekolah : Memberi masukan kepada kepala sekolah tentang cara yang tepat untuk membantu mengatasi siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengelola stabilitas emosi.
c. Bagi guru BK/ konselor sekolah :
Memberikan masukan kepada guru BK untuk memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengelola stabilitas emosi.
d. Bagi orang tua/ wali siswa : Memberikan informasi kepada orang tua/ wali siswa dalam upaya untuk membantu peserta didik mengelola stabilitas emosinya.
E. Metode Penelitian Metode penelitian dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung dari sudut pandangnya, walaupun sebenarnya antara jenis yang satu dengan jenis yang lain kadang-kadang sering over lapping.
Metode penelitian ada 2 (dua) jenis:
1) metode penelitian non- eksperimmen, dan 2) metode
penelitian eksperimen (Suharsimi Arikunto, 2006:82).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen.
Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol(Moh.Nazir, 1988:74).
Selain itu, juga dipaparkan bahwa metode penelitian eksperimen adalah penelitian untuk menerangkan hubungan sebab akibat antar variabel sebab dan variabel akibat, yang dilakukan peneliti dengan memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel sebab (bebas), selanjutnya mengamati akibat yang terjadi atas variabel yang dimanipulasi dan dikendalikan itu (Sutarno, 2010: 7).
Merujuk pemaparan tentang metode penelitian eksperimen di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi variabel bebas dengan adanya kontrol terhadap objek penelitian sehingga dapat mengamati perubahan terhadap variabel terikat
yang terjadi akibat manipulasi variabel bebas tersebut.
Metode penelitian eksperimen ini dipilih dengan pertimbangan bahwa metode penelitian eksperimen lebih sistematis, spesifik, efektif dan logis sebagai suatu jalan atau cara untuk mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam pelaksanaan penelitian.
F. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian eksperimen bercirikan adanya pengendalian untuk mengatur situasi, sehingga pengaruh variabel dapat diketahui. Ada 3 (tiga) jenis rancangan penelitian eksperimen yang dibedakan atas tingkat pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu rancangan pre-experimental (pra-eksperimental), quasi eksperimental (eksperimental semu), dan true experimental (eksperimental sungguhan) (Sutarno, 2010: 21).
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experimental (eksperimental semu).
Penelitian eksperimental semu
adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh formasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan ( Cholid Narbuko, Abu Achmadi, 2007:54).
Ada 2 (dua) jenis desain dalam rancangan penelitian eksperimental semu, yaitu 1) Rancangan Pretest- Posttest yang tidak Ekuivalen (The non Equivalent Pretest-Posttest Design), dan 2) Rancangan Pretest- Posttest kelompok tunggal dengan materi sama ( The Equivalent Material Single Group Pretest- posttest Design) (Sutarno, 2010: 22).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pretest-posttest yang tidak ekuivalen ( The non Equivalent Pretest-Posttest Design).Rancangan Pretest-Posttest yang tidak ekuivalen ini adalah rancangan dengan menggunakan dua kelompok yang bertindak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan pemberian pra uji ( pre test )pada kedua kelompok,pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen dan diakhiri dengan pemberian pasca uji ( post test ) pada kedua kelompok sehingga dapat diketahui dan dibandingkan hasil dari dua kelompok (Cholid Narbuko,Abu Achmadi, 1999 : 112).
Adapun pola dan prosedurnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Kel.Eksperimen T.1 X T.2
Kel.Kontrol T.1 - T.2
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa T.1 adalah pra uji (pretest) yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berupa pemberian angket stabilitas emosi.
X adalah perlakuan atau treatment yang diberikan kepada kelompok eksperimen yang berupa
pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi.
T.2 adalah pasca uji (posttest) yang berupa pemberian angket tentang stabilitas emosi yang diberikan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang telah menerima perlakuan.
Selanjutnya dari tabel di atas dapat dijelaskan prosedur penelitian ini sebagai berikut:
a. Melaksanakan pra uji (pretest) kepada seluruh siswa kelas X.3 dan X.10 dengan memberikan angket stabilitas emosi.
b. Menganalisis hasil pra uji (pretest).
c. Memberikan treatment berupa pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kepada kelompok eksperimen.
d. Memberikan pasca uji (posttest) kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
e. Menganalisis hasil pasca uji (post test).
G. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji diterima atau tidaknya hipotesis (hipotesis kerja). Hipotesis kerja atau disingkat Ha adalah
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau adanya perbedaan antara dua kelompok sedangkan hipotesis nol atau yang disingkat dengan Ho adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau tidak ada suatu perbedaan antara dua kelompok (Suharsimi Arikunto,2006 : 71).
Pengujian hipotesis untuk menguji Ha penelitian ini menggunakan teknik analisis Two Way ANOVA atau analisis varian dua jalur yang merupakan analisis untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel vaktor (data kategori) dengan variabel dependen . Ha dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi meningkatkan stabilitas emosi siswa. Pengujian hipotesis ini menggunakan signifikansi 0,05 dan dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika signifikansi < 0,05 dan F hitung > F tabel, maka Ha diterima (Duwi Priyatno, 2009:97).
Berikut hasil analisis data terhadap pengujian hipotesis dengan uji F menggunakan tingkat
signifikansi 0,05:
Tabel 2. Deskripsi skor
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
2.538 3 116 .060
Berdasarkan tabel di atas dapat ditentukan F tabel dengan df 1 (jumlah kelompok data – 1 ) = 3, dan df 2 (n – jumlah kelompok data) atau
120 – 4 = 116, sehingga F tabel adalah 2,683 (Duwi Priyatno, 2009:215).
Tabel 3. Pengujian hipotesis dengan uji F
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:skor
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 463.225a 3 154.408 6.794 .000
Intercept 1284021.408 1 1284021.408 5.650E4 .000
Kelompok 190.008 1 190.008 8.360 .005
jenis.test 130.208 1 130.208 5.729 .018
kelompok * jenis.test 143.008 1 143.008 6.292 .014
Error 2636.367 116 22.727
Total 1287121.000 120
Corrected Total 3099.592 119
Pengujian Ha dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengujian terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen a. Merumuskan hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Ha: Ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Menentukan kriteria pengujian Jika signifikansi > 0,05 dan F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima, sedangkan jika signifikansi < 0,05 dan F hitung > F tabel, maka Ho ditolak (Duwi Priyatno, 2009:97).
Dengan demikian jika Ho penelitian ini ditolak, maka Ha yang berbunyi
“ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen”
diterima.
c. Membuat kesimpulan
Berdasarkan tabel pengujian hipotesis di atas signifikansi kelompok adalah 0,005 kurang dari 0,05 (0,005 < 0,05) dan F hitung kelompok adalah 8,360 lebih dari F tabel (8,360 > 2,683) sehingga Ha penelitian ini yang berbunyi “ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen”
diterima.
2. Pengujian terhadap nilai pre test dan pos test
a. Merumuskan hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara pre test dan post test.
Ha: Ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara pre test dan post test.
b. Menentukan kriteria pengujian Jika signifikansi > 0,05 dan F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima, sedangkan jika signifikansi < 0,05 dan F hitung > F tabel, maka Ho ditolak (Duwi Priyatno, 2009:97).
Dengan demikian jika Ho penelitian
ini ditolak, maka Ha yang berbunyi
“ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara pre test dan post test.” diterima.
c. Membuat kesimpulan
Berdasarkan tabel pengujian hipotesis di atas signifikansi jenis tes
adalah 0,018 kurang dari 0,05 (0,018
< 0,05) dan F hitung jenis tes adalah 5,729 lebih dari F tabel (5,729 >
2,683) sehingga Ha penelitian ini yang berbunyi “ada perbedaan rata- rata skor angket stabilitas emosi antara pre test dan post test.”
diterima.
H. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara kondisi akhir kelompok kontrol dan kondisi akhir kelompok eksperimen, yaitu peningkatan sebesar 4,7.Selain itu, hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kondisi awal dan kondisi akhir kelompok eksperimen, yaitu peningkatan sebesar 4,26.
Dengan demikian, Ho penelitian ini ditolak dan Ha diterima, sehingga perlakuan terhadap kelompok eksperimen dalam penelitian ini mengakibatkan peningkatan kondisi akhir stabilitas emosi siswa.
Meningkatnya stabilitas emosi siswa dikarenakan adanya perlakuan terhadap siswa berupa pemberian layanan bimbingan
kelompok dengan teknik diskusi.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi siswa akan mengungkapkan permasalahan stabilitas emosi menyangkut perilaku positif terhadap rangsangan yang datang dari dalam dan luar dirinya serta menyangkut perilaku penyesuaian diri yang sedang dihadapinya. Selanjutnya masing-masing siswa anggota diskusi secara bergantian akan membahas setiap masalah dengan saling memberikan masukan/ saran- saran jalan keluar permasalahan.
Dengan membahas setiap permasalahan, semua anggota kelompok (siswa) akan terlibat langsung dalam pembahasan sehingga siswa akan belajar menyampaikan pendapatnya untuk memberikan masukan/ saran-saran jalan keluar setiap permasalahan.
Setiap pendapat atau masukan jalan keluar yang diungkapkan masing- masing anggota kelompok (siswa) membutuhkan kesepakatan dan satu pemahaman sebagai solusi, yang pada akhirnya pada proses ini akan muncul dinamika kelompok karena
perbedaan pendapat dan belum adanya satu pemahaman.
Munculnya dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok dengan teknik diskusi ini akan melatih siswa untuk menemukan jalan keluar permasalahan yang tepat tanpa mengedepankan pendapatnya sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip diskusi.
Dengan demikian, siswa akan belajar menghargai pendapat orang lain, artinya siswa juga belajar menyesuaikan diri dengan suasana yang terjadi dalam kelompok dan anggota kelompok yang lain.
Selanjutnya setelah siswa terbiasa dengan kehidupan berkelompok, menghargai pendapat orang lain, dan terbiasa memberikan penyelesaian masalah, siswa akan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan di sekitarnya, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Selain itu, siswa akan mampu merespon secara baik rangsangan yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Kemudian, setelah siswa mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan
mampu merespon secara baik rangsangan yang datang, siswa akan mampu menunjukkan perilaku yang tepat dalam situasi dan kondisi apapun, sehingga dapat dikatakan siswa memiliki emosi yang stabil.
I. Kesimpulan
1. Uji F terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa F hitung >
F tabel (8,360 > 2,683), artinya ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2. Uji F terhadap hasil pre test dan post test menunjukkan bahwa F hitung > F tabel (5,729 > 2,683), artinya ada perbedaan rata-rata skor angket stabilitas emosi antara pre test dan post test.
Kesimpulan:
Layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif untuk meningkatkan stabilitas emosi siswa kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun ajaran 2011/ 2012.
J. Rekomendasi 1. Bagi Siswa
Agar tujuan bimbingan kelompok tercapai, sebaiknya siswa memahami konsep dasar dan tahap-tahap dalam melaksanakan bimbingan kelompok.
2. Bagi Guru bimbingan dan Konseling Guru bimbingan dan konseling sebaiknya memberikan bimbingan kelompok secara kontinyu terhadap siswa, sehingga dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahannya.
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya menyediakan akomodasi yang memadai untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah, sehingga guru bimbingan dan konseling serta siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan bimbingan kelompok di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2008. Panduan Kegiatan Diskusi dalam Proses Belajar Mengajar. IKIP Malang:
P3T.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
________________.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
_______________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsjad, Maidar G, dkk. 1988.
Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Asmani, Jamal Ma`mur. 2010.
Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Jogjakarta: Press(Anggota IKAPI).
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Goleman, D. 1997. Kecerdasan Emosional (alih bahasa T.
Hermaya). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fadhilah, Siti S. 2011. Panduan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok. FKIP UNS:
Surakarta.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2012. Pedoman Penulisan skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hadi, Sutrisno. 1987. Statistik 2.
Yogyakarta: Andi.
____________. 2004. Statistik 2.
Yogyakarta: Andi.
Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Mohamed. 2006. Tahap Kestabilan Emosi Pelajar di Sebuah Kolej Kediaman Institusi Pengajaran Tinggi Awan = Satu Tinjauan. Jakarta:
PT.Gunung Agung.
_________. 2009. Tahap Kestabilan Emosi Pelajar di Sebuah Kolej Kediaman Institusi Pengajaran Tinggi Awan = Satu Tinjauan. Jakarta:
PT.Gunung Agung.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi.1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
______________________________
. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
______________________________
. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta Timur:
Ghalia Indonesia.
Nazzhao Abarokah (2010).
Perkembangan Emosi Remaja. Diperoleh 19 Desember 2012 dari http://www.blogger.com/next -
blog?navBar=true&blogID=4 455310414951028884.
Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17.
Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Riasahirin. (2010). Tugas-tugas Perkembangan Remaja.
Diperoleh 31 Mei 2012,darihttp://riasahirin.wor dpress.com/2010/10/30/tugas- tugas-perkembangan-remaja/
Semi, M. Atar. 1993. Terampil Berdiskusi dan Berdebat.
Bandungl: Titian Ilmu.
Suherman.2008. Cara Kerja Emosi
dan Pikiran
Manusia.Jogjakarta : DIVA Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008.
Bimbingan Karir di Sekolah- sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sukmadinata. 1983. Teori dan Teknik Bimbingan Kelompok.
Bandung: Yayasan Pusat Bimbingan dan Konseling.
Sutarno. 2001. Pemahaman Individu Teknik Testing. FKIP: BK.
______. 2010. Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Bimbingan.
FKIP: BK.
Tim Penyusun Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi.
Surabaya: Raja Grafindo Persada.
Winkel, WS dan Sri Hastuti. 2004.
Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.