• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA WADAH TELUR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF KONSEP BILANGAN PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA WADAH TELUR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF KONSEP BILANGAN PADA ANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA WADAH TELUR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN

KOGNITIF KONSEP BILANGAN PADA ANAK

Dewi Fransiska Reti Raya1, I Wayan Sujana2,I Wayan Wiarta3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: dewifransiska020991@gmail.com1, wayan_sujana59@yahoo.com2, wayan.wiarta@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif konsep bilangan melalui penerapan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur pada anak kelompok B semester II TK Dharmapatni Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B1 TK Dharmapatni Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 18 orang. Data perkembangan kognitif konsep bilangan dikumpulkan dengan menggunakan metode non tes (pengamatan) dengan instrument lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui pencapaian perkembangan kognitif sebesar 50,38% dengan kategori sangat rendah.

Sedangkan pada siklus II pencapaian perkembangan kognitif sebesar 82,5% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II TK Dharmapatni Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci: metode demonstrasi, media wadah telur, perkembangan kognitif

Abstract

This study aims to determine the increase in the cognitive development of number concepts of children through the implementation the demonstration method assisted media place of egg on the group B second half of TK Dharmapatni west of Denpasar academic year 2013/2014. This study is an action research or classroom action research.

Subjects in this study were children in group B1 TK Dharmapatni west of Denpasar academic year 2013/2014 as much 18 people. The cognitive development of number concepts of data collected using non-test methods (observation) with the instrument sheet of observation. Data obtained in the analysis by using descriptive statistical analysis quantitative. Data analysis is done by comparing the results of the first cycle and second cycle. In the first cycle, if can know the achievement of cognitive development at 50,38% with very low category. While in the second cycle the achievement of cognitive development of 82,5% with high category. It can be concluded that by applying the demonstration method and the media place of egg can improve the cognitive development of number concepts of children group B second half of TK Dharmapatni west of Denpasar academic year 2013/2014.

Keywords: demonstration method, media place of egg and cognitive development

(2)

PENDAHULUAN

Masa kanak-kanak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik masa pertumbuhan maupun masa perkembangan dan masa berkreasi. Ini berdampak luar biasa serta menjadi pengalaman yang sangat berharga ketika anak mulai menjalani kehidupannya. Pada usia nol sampai enam tahun anak mengalami masa yang disebut masa keemasan (golden age). Untuk mengoptimalkan segala potensi anak sejak dini, anak perlu mendapatkan stimulus atau rangsangan baik melalui pengalaman lingkungan serta pendidikan dari orangtua dan guru.

Pendidikan yang tepat untuk anak- anak sebelum memasuki sekolah dasar adalah Pendidikan anak usia dini (PAUD).

PAUD adalah jenjang intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk ke pendidikan dasar, yakni suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga usia enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani, motorik, akal fikiran, emosional dan sosial yang tepat dan benar agar tumbuh dan berkembang secara optimal. (Mpith, 2011).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 (dalam Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini dinyatakan bahwa

"Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan atau informal"

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Adalilla, 2010)

Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Adalilla, 2010). Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.

Sedangkan Taman kanak-kanak adalah pendidikan anak usia dini pada jalur formal, dan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 menyatakan bahwa " tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/ motorik, kognitif, bahasa serta sosial emosional kemandirian".

Pada usia anak TK, mengembangkan berbagai potensi pada anak sangatlah penting, salah satunya dengan mengembangkan aspek kognitif untuk mempersiapkan anak memasuki pelajaran disekolah dasar nantinya. Aspek kognitif yang dapat dikembangkan yaitu pengenalan konsep bilangan, terlihat pada minat anak terhadap angka umumnya sangat besar karena lingkungan sekitar kehidupan anak berbagai bentuk angka seringkali ditemui, misalnya: pada jam dinding, mata uang, kalender bahkan angka pada kue ulang tahun. Dengan sendirinya anak akan mengenal angka dengan cara mengenal, melihat dan mengerti. Agar anak dapat berkembang secara optimal terutama dalam aspek kognitif pada pengenalan konsep

(3)

bilangan maka diperlukan media serta metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian perkembangan kognitif anak.

Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir. Kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan agar pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek, sehingga untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam konsep bilangan dapat dilakukan melalui kegiatan bermain congklak yakni permainan mengenal konsep bilangan.

Permainan mengenal konsep bilangan akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartispasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri. Selain itu dibutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep bilangan juga bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.

Permainan mengenal konsep bilangan di berikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.

Pengetahuan dan keterampilan pada permainan mengenal konsep bilangan diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari abstrak ke konkret, mudah ke sukar dan dari sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan akan mengarahkan anak tumbuh dan berkembang pada seluruh aspek-aspek perkembangan dirinya. Arti permainan bagi anak sangatlah berpengaruh pada anak dalam pengenalan kemampuan berhitung terutama pada aspek kognitif. Pembelajaran dengan bermain mempermudah anak untuk berpikir serta anak pun merasa memiliki kesenangan

tersendiri, sehingga aspek kognitif yang sangat membutuhkan pemikiran yang lebih besar untuk dilakukan sebagai strategis permainan.

Di dalam permainan anak usia dini, banyak jenis kegiatan yang tidak cukup dimengerti oleh anak apabila hanya disampaikan dengan penjelasan verbal, tetapi perlu penjelasan dengan cara memperlihatkan suatu cara kerja berupa tindakan atau gerakan. Dalam meningkatkan perkembangan kognitif yakni dalam pengenalan konsep bilangan dapat digunakan dengan metode demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah "metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan".

(Sanjaya, 2011:152)

Demostrasi merupakan salah satu metode yang menantang bagi anak-anak karena memuaskan rasa ingin tahu anak yang besar dan anak mampu mengetahui langkah-langkah dari sebuah kegiatan yang akan dikerjakan. Metode ini juga tepat bagi anak karena sesuai dengan cara berfikir anak yang konkret dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Di samping itu, metode demonstrasi ini sangat membantu guru dalam meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran dan menjelaskan suatu konsep yang sulit dimengerti oleh anak apabila hanya mengandalkan penjelasan verbal. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu. Selanjutnya anak dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang dicontohkan oleh guru. Sesuai konsep pendidikan bagi anak usia dini, yaitu learning by doing, demonstrasi dapat dirancang sedemikian rupa sehingga memuat nilai-nilai pendidikan anak usia dini, artinya dengan metode demonstrasi dapat mengembangkan aspek- aspek perkembangan anak yaitu kemampuan dasar yang terdiri dari moral- agama, fisik-motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional.

(4)

Penerapan metode demonstrasi diperlukan alat peraga atau media yang sesuai dengan tujuan, menarik, bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan anak serta permainan yang dapat membuat anak senang dengan alat peraga yang akan dapat memperlancar kreatif anak dalam perkembangan kognitifnya. Media yang digunakan yakni memakai media sederhana yakni media wadah telur yang mudah ditemukan, serta pemanfaatan dan penggunaannya dapat dipahami oleh guru serta peserta didik. Penerapan metode demonstrasi akan mampu memberikan hasil yang optimal dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak melalui media wadah telur dengan melaksanakan permainan congklak.

Permainan congklak merupakan bagian dari matematika dalam membantu anak mengenal konsep bilangan, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Permainan mengenal konsep bilangan di TK diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di sekolah dasar seperti konsep bilangan, lambang bilangan, warna bentuk, ukuran, ruang dan posisi melalui berbagai bentuk alat dan kegiatan bermain yang menyenangkan. Permainan juga diperlukan untuk membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin pada diri anak, karena masa TK salah satunya sebagai masa bermain.

Dengan demikian tentunya perlu ditingkatkan penggunaan metode demonstrasi serta media sederhana yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak. Perlunya kreatifitas guru dalam mengemas suatu media yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik lagi untuk mempelajari suatu hal dalam kegiatan bermain.

Untuk memaksimalkan potensi belajar anak, guru tentunya juga dapat menggunakan metode yang tepat di dalam menyampaikan kegiatan yang akan

dikerjakan anak, jika metode yang digunakan kurang tepat, kegiatan pembelajaran akan kurang dipahami oleh anak dan cenderung membuat anak bosan, sehingga anak kurang termotivasi untuk belajar dan dapat berdampak pada perkembangan kognitif yang dicapai anak kurang memuaskan. Untuk mengatasi masalah ini, diupayakan menggunakan metode demonstrasi yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak, salah satunya dengan menggunakan media wadah telur dengan menerapkan metode demonstrasi yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan. Roestiyah (2008:85) menyatakan bahwa: Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau guru menunjukan, memperlihatkan sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

Metode demostrasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau anak menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana cara menggunakan kamera untuk mendapatkan hasil yang bagus, cara memegang pensil dengan benar, dan sebagainya. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai suatu metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau kejadian. Pengertian metode demostrasi menurut Muhibbin Syah (dalam Gunarti, 2010:9.3) menyatakan bahwa:

"Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan".

(5)

Di dalam kegiatan anak usia dini, banyak jenis kegiatan yang tidak cukup dimengerti oleh anak apabila hanya disampaikan dengan penjelasan verbal, tetapi perlu penjelasan dengan cara memperhatikan suatu cara kerja berupa tindakan atau gerakan. Misalnya dalam kegiatan keterampilan yang berupa melipat, mengunting, membentuk, dalam kegiatan jasmani, seperti cara melempar atau menangkap bola, cara memanjat, meniti papan titian; atau kegiatan sains seperti membuktikan pencampuran warna; atau dalam kegiatan matematika misalnya mengenal jumlah bilangan dengan menggunakan potongan lidi; serta dalam kegiatan seni, misalnya cara menari dan cara memainkan alat musik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, anak lebih mudah mempelajari dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini, guru menunjukkan, mengerjakan dan menjelaskan apa yang sedang dilakukan (showing, doing, telling).

Tiga macam perbuatan guru ini merupakan komponen yang utama dalam metode demonstrasi. Selain itu, dengan penerapan metode demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu, selanjutnya anak dapat meniru bagaimana caranya melakukan hal tersebut seperti yang dicontohkan oleh guru.

Gunarti, dkk (2010:9.4)

Kemudian, selain penggunaan metode pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran juga sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran serta meningkatkan kemampuan belajar anak. Salah satunya menggunakan media wadah telur yang dapat meningkatkan kemampuan belajar anak dalam perkembangan kognitif konsep bilangan.

Media wadah telur merupakan media sederhana yang berada disekitar lingkungan anak, mudah ditemukan dan juga bermanfaat, yakni berdasarkan pengertiannya pengertian media sederhana

merupakan saluran atau perantara pesan pembelajaran yang mudah diperoleh serta dalam penggunaannya tidak memerlukan keterampilan atau keahlian khusus.

Pada saat melakukan observasi langsung, proses pembelajaran dalam mengembangkan kognitif khususnya dalam pengenalan konsep bilangan pada anak di TK Dharmapatni Denpasar Barat di peroleh beberapa informasi yaitu: 1) kegiatan belajar yang monoton sehingga anak terlihat cepat bosan, 2) media pembelajaran yang kurang bervariatif, 3) metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga anak sulit untuk memahami kegiatan pembelajaran. Dampak dari proses pembelajaran tersebut yaitu, hasil belajar dalam perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B masih rendah. Hal ini dilihat dari jumlah anak kelompok B1 yang berjumlah 18 orang, masih terdapat 11 orang anak yang mendapatkan bintang 2 (**) dan 7 orang anak mendapatkan bintang 3 (***) sedangkan harapan ketuntasannya memperoleh bintang 4 (****).

Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak tentunya guru harus lebih mengoptimalkan dalam pembuatan rencana pembelajaran yakni, Peta Konsep, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan perlunya kreatifitas guru dalam mengemas suatu media pembelajaran yang bervariatif dan kreatif, sehingga anak tidak cepat jenuh dan lebih tertarik lagi untuk mempelajari suatu hal dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan paparan di atas, dipandang perlu untuk membuktikan secara empirik melalui suatu penelitian tentang metode demonstrasi berbantuan media wadah telur yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak. Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “penerapan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur untuk meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II TK

(6)

Dharmapatni Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014”.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Tempat pelaksanaan penelitian ini di kelompok B1 TK Dharmapatni Denpasar Barat, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Agung (2012:2) menyatakan "PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional". Sedangkan Suyanto, 2007:1 (dalam Agung 2012) mengemukakan bahwa: PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari dilapangan atau kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini.

Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan bermain congklak, begitupun siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi hasil yang diinginkan dan belum memenuhi target penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi.

Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif

kuantitatif. Rencana tindakan dalam siklus dapat dilihat melalui prosedur penelitian tindakan kelas di bawah ini.

Gambar 1. Gambar rancangan Penelitian Arikunto

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi. Observasi atau pengamatan merupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan alat indera. Data yang direkam perlu segera dicatat atau didokumentasikan. Dalam rangka penilaian, observasi dilakukan dengan bantuan perekaman atau pencatatan secara sistematik gejala-gejala tingkah laku yang tampak. Menurut Agung (2012:61)

"metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu".

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data hasil perkembangan kognitif siklus I pada kegiatan mengenal konsep bilangan yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung

(7)

mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil perhitungan diperoleh mean (M) = 50,38, modus = 63,5, median = 61. Data tabel distribusi kemampuan kognitif pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

Gambar 2. Gambar grafik perkembangan kognitif pada siklus I

Nilai rata-rata yang didapat pada siklus I sebesar 50,38%. Untuk menentukan tingkat perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 50,38% yang berada pada kriteria sangat rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B TK Dharmapatni Denpasar Barat masih berada pada kriteria sangat rendah, sedangkan dari hasil perkembangan kognitif tersebut perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala- kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: (a) beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) beberapa anak jenuh karena kegiatan pembelajaran selalu dilakukan didalam kelas, (c) banyak anak yang kurang fokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh, (d) beberapa anak terlihat bingung dengan media yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-

kendala di atas sebagai berikut: (a) beberapa anak yang kurang aktif kembali dijelaskan kegiatan pembelajaran apa yang akan dikerjakan dan langsung memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba, (b) saat anak mulai terlihat jenuh, maka kegiatan bernyanyi secara spontan akan dilakukan guru agar perhatian anak kembali fokus dan bersemangat, (c) membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untu memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran, (d) menjelaskan kembali kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan serta menjelaskan media yang digunakan dengan menjelaskan bahan-bahan yang digunakan dan memperagakan cara agar anak mengerti dan memahami kegiatan pembelajaran yang akan anak kerjakan.

Selanjutnya data hasil perkembangan kognitif siklus II pada kegiatan mengenal konsep bilangan yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil perhitungan diperoleh mean (M) = 82,5, modus = 93,5, median = 99,5. Data tabel distribusi kemampuan kognitif pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

Gambar 3. Gambar grafik perkembangan kognitif pada siklus II

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur ternyata dapat meningkatkan perkembangan kognitif 0

1 2 3 4 5

36 43 50 57 64

0 1 2 3 4 5 6 7

69,5 75,5 81,5 87,5 93,5

(8)

konsep bilangan pada anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak dapat diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Dhramapatni Denpasar Barat pada siklus I sebesar 50,38% dan rata-rata persentase perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Dharmapatni Denpasar Barat pada siklus II sebesar 82,5%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase sebesar 32,12% dengan kategori sangat tinggi.

Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaan di siklus II telah terlihat adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B di TK Dharmapatni Denpasar Barat.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: (a) secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan, sehingga kemampuan anak meningkat sesuai dengan harapan, (b) dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran, perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak sudah meningkat yang awalnya sangat rendah menjadi tinggi, (c) peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan dan motivasi pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilakukan dan dilanjutkan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Pembahasan

Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode

demonstrasi berbantuan media wadah telur ternyata dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak dapat diuraikan sebagai berikut.

Pada siklus I kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengenalkan anak konsep bilangan dengan menerapkan metode demonstrasi dan media wadah telur, namun berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Dhramapatni Denpasar Barat pada siklus I sebesar 50,38% yakni berada pada kriteria sangat rendah, hal ini disebabkan masih belum pahamnya anak dengan kegiatan yang diberikan dan tidak melibatkan semua anak pada kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan masih rendahnya perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak.

Kemudian pada siklus II kembali dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memaksimalkan pengulangan kembali pengenalan konsep bilangan serta menerapkan metode demonstrasi dan media wadah telur dengan melaksanakan kegiatan bermain congklak yang melibatkan seluruh anak dan rata-rata persentase perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Dharmapatni Denpasar Barat pada siklus II sebesar 82,5%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase sebesar 32,12% dengan kriteria sangat tinggi.

Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilakukan dan dilanjutkan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiri dan bertanggung jawab dengan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-

(9)

kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, metode demonstrasi merupakan suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan kesempatan dan pengalaman belajar kepada anak melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan.

Penerapan metode demonstrasi dalam penelitian ini dibantu dengan media sederhana yakni menggunakan media wadah telur dalam kegiatan bermain congklak. Media sederhana ini akan merangsang perkembangan kognitif pada anak dalam pengenalan konsep bilangan, sehingga perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II TK Dharmapatni Denpasar Barat dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan untuk meningkatkan perkembangan pada anak dalam kegiatan belajarnya di sekolah.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media wadah telur dapat meningkatkan perkembangan kognitif konsep bilangan pada anak kelompok B semester II di TK Dharmapatni Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan kognitif konsep bilangan pada setiap siklus.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan kognitif konsep bilangan sebesar 50,38% menjadi sebesar 82,5%

pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu

Kepada siswa disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran agar lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga mampu meningkatkan perkembangan sesuai dengan aspek-aspek perkembangan.

Kepada guru diharapkan agar lebih kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan media sekitar sebagai bahan media pembelajaran serta memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tema sehingga anak lebih aktif dan tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan membuat suasana kelas menjadi menyenangkan untuk belajar.

Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dengan adanya penelitian dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Adallila, S. 2010. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini. Tersedia pada http://sadidadallila.wordpress.com (diakses tanggal 30 November 2013)

Agung, Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009.

Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Departemen Pendidikan Nasional. 2009.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 58 Th 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

(10)

Mpith. 2011. Pengertian PAUD. Tersedia pada http://mpith-v3- mpith.blogspot.com/2011/06/peng ertian-paud.html (diakses tanggal 30 November 2013)

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya. Wina. 2009. Perencanaan dan

Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarta: Kencana

Gambar

Gambar 1. Gambar rancangan Penelitian  Arikunto
Gambar 2. Gambar grafik perkembangan  kognitif pada siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah membimbing dan memberi contoh kepada anak agar dapat mengerjakan tugasnya secara mandiri

Sehubungan dengan hal itu penerapan metode bermain berbantuan media kolam pancing dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode demonstrasi berbantuan media papan flannel dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada

Terjadinya peningkatan persentase kemampuan kognitif pada anak didik saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok disebabkan oleh rasa ingin tahu

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan

Metode pembelajaran seperti ini akan memberikan motivasi kepada anak untuk mengenal sains secara sederhana sehingga dapat mencegah kebosanan yang ada pada diri

Oleh karena itu, untuk memperbaiki pembelajaran dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak dilakukan melalui metode pemberian tugas berbantuan media balok, karena