• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Hakikat Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 pada tingkat Sekolah Dasar melahirkan suatu mata pelajaran yang dimana diramu menjadi satu kesatuan yang dikenal dengan nama tematik. Pembelajaran tematik kegiatan belajar tidak memisahkan mata pelajaran, tetapi menggunakan tema dan subtema untuk menyatukannya (Mardianto, 2011:38). Sehingga dapat diketahui bersama bawasannya pembelajaran tematik penggabungkan ataupun perpaduan beberapa mata pelajaran dalam lingkup di Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar meliputi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN), ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Matematika, Bahasa Indonesia (BI), seni Budaya dan Prakarya (SBdP), Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kehatan (PJOK).

Perpaduan mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain dapat disebut pembelajaran tematik. Penyatuan antar pelajaran dapat dikaitkan dengan tema, tema adalah pokok pikiran yang menjadi salah satu pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik salah satu bentuk pendekatan yang menggabungkan berbagai bidang studi dengan menggunakan tema yang menceriminkan dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari siswa, dengan begitu nanti siswa dapat belajar dari lingkungan terdekat. Siswa dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan bantuan tema dan subtema.

(2)

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik bertujuan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik. Pembelajaran tematik menghasilkan peserta didik yang memiliki sebuah karakter, yang terampil dan yang cerdas. Pembelajaran tematik hanya berupa berfokus pada hafalan, akan tetapi ada gerakan didalamnya. Penerapan pembelajaran tematik memang perlu mengetahui lebih mendalam karakteristik pembelajaran tematik terlebih dahulu. Karakteristik pembelajaran tematik menjadi salah satu kunci untuk mengembangkan proses pembelajaran agar nantinya proses pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran tematik memiliki sebuah karakteristik yang menjadikan acuan mengembangkan proses pembelajaran. Menurut Prastowo (2016: 100) karakteristik yang perlu diketahui dan implementasikan dalam pembelajaran tematik ada 18 karakteristik yang harus dipahami bersama, yaitu: 1) Efisiensi; 2) Kontektual; 3) Student Centered; 4) pengalaman langsung; 5) Pemisahan mapel; 6) Holistis; 7) Fleksibel; 8) Sesuai minat dan kebutuhan siswa; 9) Relevan dengan kebutuhan siswa SD/MI; 10) Bertolak dari minat kebutuhan siswa; 11) Lebih bermakna; 12) Keterampilan berfikir; 13) Sesuai permasalahan; 14) Sosial siswa; 15) Aktif; 16) Bermain sambil belajar; 17) Komunikasi siswa; 18) Menekankan proses ketimbang hasil.

Karakteristik pembelajaran tematik dikenal istilah efesiensi, efesiensi merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dengan evaluasi, Kontektual merupakan mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik bukan

(3)

berpusat pada pendidik. pengalaman langsung dalam proses pembelajaran perlu dilakukan supaya peserta didik tidak hanya menghafal materi pelajaran tetapi langsungmengaitkan kehidupan sehari-hari peserta didik agar nantinya lebih memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran tematik holistik merupakan salah satu karakteristik pembelajran tematik yang merupakan pemberian pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang sangat relevan tingkat perkembangan, kebutuhan peserta didik dan berfikir secara nyata. Pembelajaran tematik mempunyai karakter luwes yang merupakan dimana pendidik mengaitkan bahan ajar antara mapel yang satu dengan mapel yang lain serta mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa.

Kegiatan pembelajaran dipilih karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa artinya pembelajaran tematik dilaksanakan belajar sambil bermain yang dipadukan dalam metode pembelajaran dan model disetiap proses pembelajaran. Proses kegiatan pembelajran mengembangkan keterampilan berfikir dalam kegiatan pembelajaran siswa diberikan permasalahan yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan pemasalahan tersebut. Hasil pembelajaran tematik dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa dan membuat lebih aktif dalam belajar. Pembelajaran tematik menerapkan bermain sambil belajar karena dunia siswa SD/MI adalah bermain dan belajar, sehingga menggabungkan belajar sambil bermain dalam proses pembelajan dan didukung oleh model pembelajran agar lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran. Hasil dari pembelajaran

(4)

dapat mengembangkan komunikasi siswa agar lebih berkembang dan dalam proses pembelajran tematik lebih menekankan proses ketimbang hasil.

c. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Tematik

Prinsip-prinsip pembelajaran tematik merupakan konsep dasar dalam pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013 dijejang SD/MI yang disana diatur sangat jelas dalam Permendikbud Nomor Tahun 2016 Tentang Standar Proses yaitu ada 8 prinsip pembelajaran tematik 1) Mencari tahu 2) Pembahasan kompetensi melalui tema 3) menggunakan tema 4) Menggunakan sumber belajar 5) Individu atau berkelompok 5) Rencana pelaksanaan pembelajaran 6) Pemisalahan mata pelajaran 7) Direct experiences 8) Dirancang dalam silabus.

Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu melihat prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Proses pembelajaran sebaiknya peserta didik mencari tahu yaitu dari permasalahan yang ada dikehidupan sekitar siswa dan dapat mencari tahu pengetahuannya sendiri permaslahan yang disajikan dan pengalaman langsung (experiment). Pembelajaran tematik menggunakan tema sebagai fokus utama dalam sebuah pembelajaran dapat diarahkan pada tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki sumber belajar tidak terbatas tidak hanya buku tetapi sumber belajar yang lain. Kegiatan proses pembelajran siswa bekerja secara mandiri maupun berkelompok menyesuaikan dengan karakteristik kegiatan yang akan dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran tematik yang harus diperhatikan yaitu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan tingkat kecerdasaan, pengalaman, dan ketertarikan siswa

(5)

bertujuan agar pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Kompetensi dasar pada mata pelajaran tidak dapat semua mapel dipadupadakan contohnya pendidikan agama. Proses pelaksanana pembelajaran memberikan berupa pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences) dari hal-hal konkret menuju ke abstrak.

2. Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (HOTS)

a. Konseptual Pembelajaran Berbasis HOTS

Kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) memiliki konseptual pembelajaran yang perlu pahami sebulum melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS. Sebelum melaksankan harus membedakan dan memperhatikan keterampilan dalam pembelajaran. Menurut Sofyatiningrum Etty & dkk (2018:15) Mengutip pendapat Bloom bawasanya dalam suatu pembelajaran harus memperhatikan keterampilan, sehingga keterampilan ada 2 yaitu: keterampilan tingkat rendah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Keterampilan tingkat rendah penting dalam proses pembelajaran, yaitu meningkatkan, memahami, dan menetapkan, keterampilan berfikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Pelaksanaan proses pembelajaran berbasis HOTS sebaiknya mengetahui lebih dahulu fungsinya. Menurut Ariyana Yoki & dkk (2019:7) keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS) ada tiga fungsi dalam melaksanakan proses pembelajaran: 1) Keterampilan berfikir tingkat tinggi sebagai transfer of knowledge; 2) Keterampilan Berfikir Tingkat Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative

(6)

1). Keterampilan berfikir tingkat tinggi sebagai transfer of knowledge

Keterampilan berfikir tingkat tinggi sebagai transfer of knowledge merupakan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam proses belajar dan mengajar. Ranah kognitif memiliki kemampuan berupa mengulang atau menyatakan kembali konsep sudah dipelajari dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran ranah kognitif menurut Bloom merupakan segala aktifitas pembelajaran menjadi enam tingkatan sesuai dalam senjang terendah sampai tertinggi.

Pengetahuan dalam ranah kognitif ada 4 pengetahuan yang harus dipahami sebelum membuat rencana pembelajaran. Menurut Ariyana Yoki & dkk (2019:8) mengutip pendapat Anderson dan Krathwoll melalui taksonomi yang direvisi memiliki rangkaian proses yang menunjukan kognitif dengan menambahkan dimensi pengetahuan, seperti: 1) Pengetahuan Faktual 2) Pengetahuan konseptual 3) Pengetahuan prosedural dan 4) Pengetahuan Metakognif. Ranah kognitif yaitu berupa pengetahuan, pengetahuan siswa disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan karakteristik SD/MI. Pengetahuan Faktual elemen dasar yang harus diketahui oleh peserta didik. Pengetahuan konseptual merupakan skema, model dan teori. Pengetahuan prosedural rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti. Pengetahuan Metakognif pengetahuan mengenai kesadaran pribadi seseorang.

Kombinasi dimensi pengetahuan dan proses berfikir untuk area LOST dari dimensi pengetahuan factual, konseptual, prosederual dan metakognitif dan dimensi proses kognitif dari C1 (Mengingat), C2 (Memahami), C3 (Menerapkan) untuk dimensi pengetahuan faktual. Sedangkan konseptual,

(7)

prosedural dan metakognitif dari dimensi proses kognitif C1 (Mengingat), C2 (Memahami), C3 (Menerapkan), C4 (Menganalisis), C5 (Mengevaluasi) dan C6 (Mencipta). Sedangkan untuk area HOTS dari dimensi pengetahuan konseptual, procedural dan metakognitif dan proses dimensi proses kognitif dimulai dari C4-C6.

Ranah afektif berupa penerimaan, menanggapi, penilaian, mengelola dan karakterisasi. Dengan memperhatikan dan menyesuaikan ranah afektif dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran maka akan mempermudah dalam penilaian peserta didik. Pendidik dapat menyesuaikan ranah afektif dengan rancangan pembelajaran yang dibuat. Sedangkan ranah psikomotor perlu dalam membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan kata kerja operasional.

2). Keterampilan Berfikir Tingkat Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking

Keterampilan berfikir tingkat tinggi sebagai Critical and Creative Thinking pengetahuan dan keterampilan memecahkan permasalahan yang sering dalam kehidupan peserta didik, mengambil keputusan, menganalisi dan melakakan investigasi dan menyimpulkan hasil data yang didapat. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking penting dalam mempersiapkan agar menjadi pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran HOTS sangat diperlukan keterampilan Berfikir Tingkat Tingkat

(8)

Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking melatih pemikiran perserta didik berfikir abstrak bukan lagi berpacu pada konsep saja.

3) Keterampilan Berfikir Tinggi sebagai problem solving

Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi sehingga tidak dapat dipisahkan antara kombinasi keterampilan berfikir dan keterampilan kreativitas dalam pemecahan masalah.

3. Implementasi pembelajaran (HOTS) pada kurikulum 2013 a. Perencanaan pembelajaran berbasis HOTS

Implementasi pembelajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran sebaiknya membuat rencana pembelajaran agar lebih terstuktur. Rencana pembelajaran dibuat dalam bentuk silabus dan RPP. Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan Dasar dan Menegah komponen RPP ada 13 komponen yaitu: 1) Identitas sekolah 2) Identitas setiap mapel 3) Kelas dan semester 4) Materi pokok pembelajaran 5) Alokasi waktu belajar 6) Tujuan pembelajaran yang harus siswa penuhi 7) KD dan indikator pembelajaran 8) Materi pembelajaran yang akan dipembelajarkan 9) Metode pembelajaran yang akan dilaksanakan 10) Media pembelajaran yang menunjang 11) Sumber belajar siswa 12) Langkah-langkah pembelajaran dan 13) Penilaian hasil belajar siswa.

Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus sesuai komponen agar lebih terstruktur, jelas dan memudahkan pendidik dalam melaksankan

(9)

pembelajaran. Komponen yang pertama identitas sekolah nama satuan pendidikan contohnya SDN Girimoyo 02 Kabupaten Malang. Identitas mata pelajaran atau disebut dengan tema/subtema yang masing-masing sudah mempunyai tema/subtema sendiri. Komponen RPP yaitu ada Kelas/ semester contohnya kelas V (Lima) semester II (dua). Materi pokok sesuai dengan materi yang akan diajarkan seperti point-point yang akan diajarkan ke peserta didik. Alokasi waktu belajar siswa 35 menit setiap tata muka untuk SD/MI. Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan KD dan sesuai dengan indikator dan sesuai rumus ABCD.

KD dan IPK harus sesuai dengan KKO dan indikator yang dibuat harus dari C4-C6 agar nantinya menciptakan pembelajaran berbasis HOTS. Materi pembelajaran dibuat sesuai materi pokok dan disesuaikan dengan tema dan subtema. Metode pembelajaran digunakan mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan. Media pembelajaran alat bantu dalam proses pembelajaran. Sumber belajar berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar dan makhluk hidup. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahap pendahuluan, inti, dan penutup sesuai model dan metode yang dipilih. Evaluasi hasil belajar dapat dinilai dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Perencanaan pelaksnaan pembelajaran permbelajaran berbasis HOTS harus membuat silabus, silabus merupakan kerangka sebuah pembelajaran dan dibuat berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi. Untuk sistematika pembuatan silabus sesuai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan Dasar dan Menegah. Perencanaan pembelajaran harus memperhatikan komponen apa saja yang ada dalam sistematika perencanaan pembelajaran, tidak hanya membuat RPP tanpa memperhatikan komponen-komponen RPP yang

(10)

sudah diatur Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan Dasar dan Menegah dari identitas sekolah sampai penilaian hasil belajar. Sebaikanya dalam pemilihan kata kerja operasional dari kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai pembelajaran HOTS. Prinsip pembelajaran dalam praktiknya yang berorientasi pada pembelajaran berbasis HOTS, pertanyaan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.

b. Pelaksanaan pembelajaran HOTS

Pembelajaran berfikir tingkat tinggi pada prinsipnya menemukan permasalahan yang akan dikaji dan menyusun strategi dalam memecahkan permasalahan yang telah ditemukan. Peran guru memfasilitasi proses berfikir peserta didik lewat serangkaian pertanyaan, setelah peserta didik mengamati berupa uraian singkat, video, potongan berita koran, foto, gambar dan sajak. Pertanyaan disini merupakan strategi memotivasi peserta didik mengkaji secara bertahap.

Pelaksanan pembelajaran berbasis HOTS harus memperhatikan keterampilan yaitu afektif, psikomotorik dan kognitif. Dalam keterampilan kognitif dalam pembelajaran berbasis HOTS adalah dimulai dari pengetahuan kontektual, prosedural dan metakognitif dan proses dimensi proses kognitif dimulai dari C4– C6. Pelaksanaan pembelajaran berbasis HOST sesuai perencanaan pembelajaran sudah dibuat.

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran langkah-langkah pembelajaran yang harus diperhatikan 7 langkah pembelajaran yaitu: 1) Pahami

(11)

KD; 2) Pahami IPK dan materi pembelajaran; 3) Pahami sintak-sintak; 4) Rumusan kegiatan inti; 5) Rumusan kegitan penutup; 6) Tentukan sumber belajar 7) Rumusan penilaian (Bestary Reisky & dkk 2019:56-57). Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran langkah-langkah pembelajaran yang harus diperhatikan pahami KD yang sudah dianalis untuk dijadikan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran dan kemudian pahami IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi) dan materi pembelajaran. Pahami sintak-sintak pada model pembelajaran agar pembelajaran lebih terstruktur dan menghasilkan pembelajaran yang sesuai tujuan pembelajaran kemudian rumusan kegiatan inti berdasarkan IPK, karakteristik peserta didik, pendekatan saintifik, 4C dan PPK dan literasi.

Kegiatan penutup meliputi: memberikan umpan balik, tindak lanjut, menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, kegiatan penutup diberikan penilaian. Selanjutnya sumber belajar berdasarkan kebutuhan materi. Terakhir buat rumusan penilaian formatif dan sumatif untuk pembelajaran yang mengacu kepada IPK, penilaian formatif proses pengumpulan data dimana untuk mengetahui kemajuan siswa sejauh mana dan penilaian merupakan penilaian yang dilakukan di setiap akhir satu satuan waktu.

Pelaksanaan pembelajaran implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup menyesuaikan dengan model yang dipilih. Pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan alokasi waktu, strategi, model, taktik, teknik, sumber belajar, media, materi, pendekatan dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran berpusat pada siswa.

(12)

c. Penilaian pembelajaran HOTS 1. Pengertian dan Tujuan penilaian

Pelaksanaan pembelajaran dituntut melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan dan pemahaman peserta didik setelah mengikuti proses pembelajran dan di penilian ini untuk mengtahui apakah perlunya tidak lanjut terkait proses pembelajaran berlangsung. Menurut Setiawati Wiwik & dkk (2018:5) penilaian merupakan pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur dan melihat pencapaian hasil belajar peserta didik.

Sehingga diperjelas bawasanya penilaian belajar dilakukan meliputi aspek: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik. Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur pengusaan pengetahuan, sedangkan penilaian keterampilan dilakukan mengkur kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam melakukan tugas tertentu. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Mengetahui penilaian berbasis HOTS lebih mendalam ada 4 hal yang harus diketahui lebih mendalam yaitu: a). Penilaian kurikulum 2013; b). Instrumen penilaian HOTS; c). Level kognitif dan: d). Langkah penilian HOTS.

2. Penilaian dalam kurikulum 2013

Penyempurnaan kurikulum 2013 dilihat dari standar isi dan standar penilaian. Penilaian hasil belajar peserta didik mampu membantu peserta didik

(13)

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dalam mendorong peserta didik untuk berfikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran (Wiwik Setiawati & dkk, 2018:5). Bawasannya penilaian umumnya untuk mengukur ketercapain indikator dan ketercapaian kompetensi. Penilaian dilakukan dengan merujuk kisi-kisi soal yang dijabarkan dari indikator pencapaian kompetensi yang dibuat dan penilian berbasis HOTS dan berbasis masalah dalam pembuat soal.

3. Karakteristik instrument penilaian HOTS

Sebelum melakukan penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya mengetahui karakteritik intrument penilaian HOTS agar yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajran. Menurut As’ari A.R & dkk (2018:10) soal HOTS merupakan instrumen yang digunakan mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi, yaitu recall, restate, atau recite. Sedangkan dalam soal HOTS kemampuan berfikir yang tidak sekedar recall (mengingat), restate (menyatakan kembali) atau

recite (merujuk tanpa melakukan pengolahan) konsep atau teori dari materi yang

disampaikan,

Soal berbasis HOTS pada asesmen yaitu ada karakteristik instrumen penilian HOTS dalam mengukur kemampuan: Transfer satu konsep ke konsep lainnya dengan cara memahami bukan menghafal; Memproses dan menerapkan informasi peserta didik dapat dan sesuai informasi yang ada disekitar lingkungan peserta didik; Mencari kaitannya; Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah; dan Menelaah ide dan informasi secara kritis dan kreatif.

Soal berbasis HOTS dianjurkan digunakan berbagai bentuk penilaian kelas maupun ujian sekolah. Karakteristik soal-soal HOTS menurut (Wiwik Setiawati &

(14)

dkk, 2018:10-15) yaitu ada tiga: Mengukur kemampuan; Permasalahan kontektual; dan Bentuk soal beragam.

a. Mengukur kemampuan

Kreativitas menyelesaikan soal HOTS kemampuan menyelesaikan dan menemukan strategi yang digunakan untuk menyelesaiakan masalah dan menemukan model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.

b. Berbasis permasalahan kontektual

Karakteristik asesmen kontektual, yang disingkat REACT. Relating merupakan asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata sehari-hari peserta didik. Experiencing merupakan asesmen penggalian, penemuan dan penciptaan dari pemasalahan. Applying menuntut kemampuan peserta didik menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah nyata. Communicating menuntut kemampuan mengkomunikasikan dan kesimpulan; dan Transfering asesmen mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi. c. Menggunakan bentuk soal-soal yang beragam

Bentuk soal yang beragam dalam perangkat tes digunakan dalam PISA (Programme for International Student Assessment), bertujuan memberikan informasi yang rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta. Penilaian dilakukan secara objektif menjamin keakuratan sebuah penilaian. Terdapat beberapa alternatif bentuk soal menulis butir HOTS:

(15)

Soal pilihan ganda kompleks (benar atau salah) menguji pemahaman terhadap suatu masalah secara komprehensif. Pertanyaan yang diberikan terkait antara satu dengan yang lainnya. Susunan petanyaan salah agar diacak secara random, dan disusun yang berpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.

2) Uraian

Soal uraian soal yang jawabannya untuk menuliskan gagasan menggunakan kalimat sendiri dalam bentuk tertulis. Menulis soal dalam bentuk uraian harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan apakah jawaban panjang jawaban atau rincian jawaban.

Bawasannya karakteristik penilaian HOTS merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen, menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Dalam karakteristik penilaian ada berbasis permasalahan kontektual yang disingkat REACT (Relating,

Experiencing, Applying, Communicating and Transfering). Penilaian

HOTS dilakukan secara objektif, menjamin akuntabilitas penilaian. Pemberian soal dibuat mengkontruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban yang tersedia, tugas-tugas yang diberikan merupakan berkaitan dengan dunia nyata dan tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.

(16)

4. Level Kognitif

Pembuatan soal-soal berbasis HOTS harus memperhatikan level kognitif. Menurut Wiwik Setiawati & dkk (2018:16) pengelompokan level kognitif yaitu, pengetahuan dan pemahaman (level 1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3). Pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berfikir mengetahui dan memahami. Level 1 mengukur pengetahuan faktual, konsep, prodesural dan bukan soal HOTS. Level kognitif 2 atau aplikasi mencakup proses berpikir mengaplikasikan dan kategori soal sedang atau sukar harus dapat mengigat beberapa rumus, menghafal definisi, dan menyebutkan langkah-langkah.

Level kognitif 3 yaitu penalaran kemampuan berfikir tingkat tinggi, menjawab soal pada level 3 harus mampu mengigat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penelaran yang tinggi untuk memecahkan maslah-masalah kontektual. Level penalaran dimulai dari C4-C6. Untuk level 1 berupa Pengetahuan dan pemahaman dan level 2 kemampuan oleh karena itu level 1 dan 2 tidak masuk dalam penilian level kogitif.

5. Langkah-langkah penyusunan soal-soal berbasis HOTS

Penyusunan butir soal berbasis HOTS diharuskan dapat menentukan perilaku yang diukur. Uraian materi yang akan ditanyaakan tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Penulisan soal berbasis HOTS dibutuhkan penguasaan materi ajar, Keterampilan menulis soal dan kreativitas sesuai dengan situasi dan kondisi daerah disekitar. Sebelum menyusun soal HOTS harus mengetahui langkah-langkah penyusun soal-soal HOTS. Menurut (Taubah Mufatihatut,

(17)

2019:205) penyusun soal HOTS yaitu: Menganalisis KD, penyusunan kisi-kisi soal, memilih stimulus yang menarik dan kontektual, menulis butir peranyaan sesuai dengan kisi-kisi soal dan membuat pedoman penskoran (rubik) atau kunci jawaban.

Kompetensi dasar tidak semua di buat dapat soal HOTS. Pembuatan kisi-kisi harus memperhatikan beberapa hal yaitu memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, merumuskan IPK, memilih mataeri pokok yang terkait dengan KD yang akan diujikan, merumuskan indikator soal, menentukan level kognitif.. Sedangkan stimulus kontektual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan Butir-butir soal HOTS dan penyusunan soal berbasis HOTS dilengkapi dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban.

(18)

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Adapun dalam penelitian perlu adanya kajian penelitian yang relevan sebagai referensi dalam membantu memetakan permasalahan sehingga perlu dilakukan penulusuran terhadap kegiatan penelitian yang relevan, adapun kajian penelitian yang relevan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan

No Judul Persamaan Perbedaan

1 Implementasi HOTS pada Kurikulum 2013

1. Metode penelitian yang digunakan kualitatif

2. Pembelajaran berbasis HOTS pada kurikulum 2013 1. Rumusan masalahnya hanya berfokus pada implemtasi HOTS pada kurikulum 2013 2 Analisis Kebutuhan Penyusun Perangkat Pembelajaran Tematik Berbasis HOTS (Higher of

Order Thinking Skill)

Pada Kurikulum 2013 Di SD Muhammadiyah 05 Batu

1. Metode penelitian yang digunakan kualitatif

2. Pembelajaran berbasis HOTS pada kurikulum 2013

3. Di Laksanakan di Sekolah Dasar

1. Lokasi penelitian 2. Rumusan Masalah 3. Kondisi keadaan

saat ini

Penelitian yang dilakukan oleh Fuaddilah Ali Sofyan (2019) yang berjudul “Implementasi HOTS pada Kurikulum 2013” hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan menggunakan HOTS masalah yang terjadi pada masa globalisasi dapat terselesaikan dengan baik dan menjadi strategi yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode yang digunkan yaitu kualitatif dan Pembelajaran berbasis HOTS pada kurikulum 2013. Perbedaannya terletak pada rumusan masalah pada penelitian terdahulu hanya berfokus pada implemntasi

(19)

HOTS, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ada tambahan rumusan maslah yaitu pemahaman guru terkait pembeljaran HOTS, permasalahan yang dihadapi dalam implementasi HOTS dan upaya dalam menyelesaikan permasalahan. Deviana dan Dian Ika Kusumaningtyas (2019) yang berjudul “Analisis Kebutuhan Penyusun Perangkat Pembelajaran Tematik Berbasis HOTS (Higher of Order

Thinking Skill) Pada Kurikulum 2013 Di SD Muhammadiyah 05 Batu” hasil

penelitian ini guru memerlukan perangkat pembelajaran tematik kurikulum 2013 yang mencakup tingkat berfikir HOTS agar pelaksanaan pembelajaran berjalan secara optimal”. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode yang digunakan yaitu kualitatif, pembelajaran berbasis HOTS pada kurikulum 2013 dan dilaksanakan di sekolah dasar.

Perbedaannya terletak pada rumusan masalah pada penelitian terdahulu hanya berfokus pada implementasi HOTS, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ada tambahan rumusan masalah yaitu pemahaman guru terkait pembeljaran HOTS, permasalahan yang dihadapi dalam implementasi HOTS dan upaya dalam menyelesaikan permasalahan dan lokasi penelitian berbeda penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 05 Batu sedangkan penelitian yang akan dilakukan dilaksankan di SDN Girimoyo 02 Kabupaten Malang.

(20)

C. Kerangka Penelitian

Adapun kerangka penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dalam mempermudah dalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Alur kerangka penelitian Hasil Penelitian

Menghasilkan analisis implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SDN Girimoyo 02 Kabupaten Malang

Kondisi Ideal

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang didalamnya terkait, Pendidikan Nasional berfungsi sebagai pengembangkan sebuah kemampuan dan dapat membentuk sebuah watak membentuk peradaban bangsa dan bermartabat. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen memberikan sebuah pesan bawasannya perlu adanya pembinaan dan pengembangkan profesi guru sebagai sarana guna aktualisasi dari profesi pendidik.

Kondisi Faktual

Pembelajaran berbasis HOTS

di SDN Girimoyo 02

Kabupaten Malang diawali dengan menyiapkan perangkat pembelajaran hingga evaluasi yang nanti akan menjadi rujukan dalam membelajarkan pembelajran berbasis HOTS. Melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS sesuai dengan kurikulum 2013 dan pedoman pembelajaran HOTS dan Pedoman Penilaian HOTS

Topik Permasalahan

1. Pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS di SDN Girimoyo 02 Kabupaten Malang.

2. Kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS di SDN Girimoyo 02 Kabupaten Malang.

3. Upaya yang ditempuh dalam mengatasi berbagai permasalahan yang muncul terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS.

Metode

1. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriftif

2. Penelitian dilakukan di SDN Girimoyo 02 Kabupaten Malang.

3. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi

Gambar

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan
Gambar 2.1 Alur kerangka penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pokok Suhu dan Kalor Kelas X Semester II SMA Negeri

Pada penelitian ini “Upaya peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 09 Kota Salatiga pada mata pelajaran IPA pokok bahasan “Daur Air dan Peristiwa

Sebuah pembelajaran memerlukan model pembelajaran untuk membantu siswa mempermudah dalam menyerap pembelajaran. Model yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan

a) Memudahkan dalam penyampaian materi. Seorang pendidik akan memerlukan media untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan. Salah satu media yang tepat untuk digunakan

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah

Materi yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu materi segiempat pada siswa kelas VII SMPN 1 Pogalan semester 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah

• Komponen yang harus ada di dalam RPP adalah identitas sekolah, identititas mata pellajaran atau tema atau subtema, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan