BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Suwardjono (2014: 1) menyatakan, bahwa laporan
keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana
informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan
pelaporan keuangan yang pada gilirannya akan membantu pencapaian
tujuan ekonomik dan sosial negara.
Hery (2016: 3) menyatakan, bahwa laporan keuangan (financial
statement) merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan
pengikhtisaran data transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu
untuk mengorganisir seeluruh data akuntansi hingga laporan keuangan dan
bahkan harus dapat menginterprestasikan serta menganalisis laporan
keuangan yang dibuatnya.
Irham (2014: 31) menyatakan, bahwa laporan keuangan merupakan
suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan,
dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja
keuangan perusahaan tersebut.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan yang bertujuan memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan
keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisa
laporan keuangan tersebut, bahkan mengetahui tujuan daripada laporan
keuangan tersebut menjadi proses yang sangat penting. Adapun tujuan dari
laporan keuangan itu menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui
PSAK No.1 (Sofyan, 2011: 125) adalah:
1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3) Untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian
agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
Sofyan (2011: 70) menyatakan, tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Hery (2017: 68) menyatakan, bahwa tujuan laporan keuangan
adalah:
1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban perusahaan.
2) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.
3) Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
aset dan kewajiban.
5) Mengungkapkan informasi yang relevan lainnya yang dibutuhkan
oleh para pemakai laporan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
c. Pemakai Laporan Keuangan
Setelah data transaksi dicatat ke dalam jurnal dan diposting ke dalam
buku besar (ledger), laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan
informasi yang berguna bagi para pemakai laporan (users), terutama sebagai
dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan kelak.
Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan sangat berbeda-beda (bervariasi) tergantung pada jenis keputusan
yang hendak diambil. Menurut Hery (2016: 2) menyatakan, bahwa para
pengguna informasi akuntansi ini dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yaitu pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external
users).
Termasuk dalam kategori pemakai internal, antara lain:
1) Direktur dan Manajer Keuangan
Untuk menentukan mampu tidaknya perusahaan dalam melunasi
utangnya secara tepat waktu kepada kreditor (bankir, supplier) maka
mereka membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya uang kas
yang tersedia di perusahaan pada saat menjelang jatuh temponya
pinjaman/utang.
2) Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran
Untuk menentukan efektif tidaknya saluran distribusi produk maupun
aktivitas pemasaran yang telah dilakukan perusahaan maka mereka
membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya penjualan (tren
3) Manajer dan Supervisor Produksi
Mereka membutuhkan informasi akuntansi biaya untuk menentukan
besarnya harga pokok produksi, yang pada akhirnya juga sebagai dasar
untuk menetapkan harga jual produk per unit.
Termasuk dalam kategori pemaki eksternal, antara lain:
1) Investor (penanam modal)
Informasi akuntansi investee (penerima modal) untuk mengambil
keputusan dalam hal membeli atau melepas saham investasinya. Hal ini,
investor perlu secara cermat dan hati-hati dalam menanggapi setiap
perkembangan kondisi kesehatan keuangan investee.
2) Kreditor
Informasi akuntansi debitor untuk mengevaluasi besarnya tingkat risiko
dari pemberian kredit atau pinjaman uang.
3) Pemerintah
Laporan keuangan perusahaan (wajib pajak) dalam hal perhitungan dan
penetapan besarnya pajak penghasilan yang harus disetor ke kas negara.
4) Badan Pengawas Pasar Modal
Mewajibkan emiten untuk melampirkan laporan keuangan secara rutin
kepada BAPEPAM. Hal ini, pihak BAPEPAM sangat berkepentingan
terhadap kinerja keuangan emiten dengan tujuan melindungi para
5) Ekonom, Praktis, dan Analis
Informasi akuntansi untuk memprediksi situasi perekonomian,
menentukan besarnya tingkat inflasi, pertumbuhan pendapatan nasional,
dan lain sebagainya.
d. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 disebutkan tentang penyajian laporan keuangan
yang terdiri dari struktur laporan keuangan, dan persyaratan isi laporan
keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan terdiri atas:
1) Laporan Posisi Keuangan
Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang tepat waktu dan
bagaimana kemampuannya dalam menghasilkan modal akan ditampilkan
di laporan posisi keuangan. Terdapat tiga elemen yang ada di dalam
laporan posisi keuangan seperti aset, liabilitas, dan ekuitas. Aset
merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang diasumsikan
dapat memberikan keuntungan ekonomi di masa depan.
2) Laporan Laba Rugi
Terdapat dua komponen dalam laporan laba rugi yaitu, pemasukan dan
pengeluaran. Pemasukan merupakan jumlah dari apa yang dihasilkan
oleh perusahaan selama periode tertentu. Misalnya penjualan,
penerimaan dividen, dan lainnya. Pengeluaran merupakan jumlah yang
3) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas memberikan gambaran mengenai besarnya
saldo modal perusahaan yang dipengaruhi laba dan rugi pada suatu
periode tertentu. Laporan perubahan ekuitas menunjukkan perubahan
yang timbul dari jumlah total laba rugi dan pendapatan. Disamping itu,
perusahaan juga perlu menyajikan jumlah dividen yang diatribusikan
kepada pemilik saham serta nilainya per saham.
4) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan perputaran kas yang dibagi kedalam tiga
kategori yaitu arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas
pendanaan. Laporan arus kas memberikan dasar pengguna laporan
keuangan untuk menilai bagaimana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan penjelasan dari laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus
kas perusahaan serta informasi yang berubungan dengan kegiatan
operasional perusahaan.
e. PenyajianLaporan Keuangan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2018) menyatakan,
1) Laporan Posisi Keuangan
Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencakup
penyajian jumlah pos-pos, sebagai berikut:
(a) Aset tetap
(b) Properti investasi
(c) Aset tak berwujud
(d) Aset keuangan
(e) Investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
(f) Persediaan
(g) Piutang dagang dan piutang lain
(h) Kas dan setara kas
(i) Total aset
(j) Utang dagang dan utang lain
(k) Provisi
(l) Liabilitas keuangan
(m) Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46: Pajak Penghasilan
(n) Liabilitas dan aset pajak tangguhan
(o) Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifisikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
(p) Kepentingan non pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
(q) Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
2) Laporan laba rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan laba rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain menyajikan,
sebagai tambahan atas bagian laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain:
(a) Laba rugi
(b) Total penghasilan komprehensif lain
(c) Penghasilan komprehensif untuk periode berjalan, yaitu total
labarugi dan penghasilan komprehensif lain.
3) Laporan perubahan ekuitas
Informasi yang disajikan dalam laporan perubahan ekuitas, sebagai
berikut:
(a) Total penghasilan komprehensif selama periode berjalan, yang
menunjukkan secara tersendiri jumlah total yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non
pengendali
(b) Untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif atau
penyajian kembali secara retrospektifsesuai dengan PSAK 25
(c) Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode.
4) Laporan arus kas
Informasi arus kas menyediakan dasar bagi pengguna laporan keuangan
5) Catatan atas Laporan Keuangan
(a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi spesifik
(b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak
disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan
(c) Menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun
dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk
memahami laporan keuangan.
2. Laporan Arus Kas
a. Pengertian Kas dan Setara Kas
Menurut Sofyan (2011: 259) maksud kas dalam laporan ini adalah
kas yang bersifat jangka pendek, dan surat-surat berharga yang sangat lancar
yang memenuhi syarat:
1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas
2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat, kecil risiko perubahan nilai yang
disebabkan perubahan terhadap bunga (investasi yang jatuh tempo maksimal
tiga bulan.
Selain kas, dalam laporan arus kas juga dinyatakan tentang setara
kas. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No.2, kas terdiri
dari saldo kas, rekening giro, aset setara kas, investasi yang sangat
diuangkan tanpa mengalami risiko perubahan yang signifikan. Sedangkan
jangka pendek bukan untuk dimaksudkan ke dalam investasi atau tujuan
lain. Pos ini harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah
diketahui tanpa perubahan nilai yang signifikan. Misalnya investasi surat
berharga (saham/obligasi) yang akan segera dijual.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kas merupakan pos aktiva dalam neraca yang paling likuid, maksunya dapat
dengan digunakan sebagai alat pertukaran dan menunjukkan daya beli
secara umum, dimana dalam berbagai bentuk dinyatakan dengan nilai
sekarang yang jelas dan dapat ditetapkan.
b. Pengertian Laporan Arus Kas
Cara untuk mengetahui arus kas masuk dan arus kas keluar dapat
dilihat dari laporan arus kas suatu perusahaan. Menurut Hery (2017: 215)
menyatakan, bahwa laporan arus kas dalam laporan yang melaporkan arus
kas masuk maupun arus kas keluar perusahaan selama periode yang
memberikan inormasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi,
melunasi kewajiban dan membayar deviden.
Sofyan (2011:258) menyatakan, bahwa laporan arus kas adalah
laporan yang menyatakan fakta dalam indikator akuntansi keuangan tanpa
harus ada taksiran atau pertimbangan subjektif dari akuntansi pada suatu
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pemakai mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih satu perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
perusahaan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
adaptasi perubahan kondisi dan peluang.
c. Tujuan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dalam suatu perusahaan disajikan dengan tujuan
untuk menyediakan informasi keuangan bagi pihak yang berkepentingan
seperti manajemen, kreditur, dan investor khususnya informasi mengenai
kas perusahaan pada periode tertentu. Informasi kas tersebut berupa arus kas
masuk dan arus kas keluar serta kas bersih atau selisih antara arus kas
masuk dan arus kas keluar dalam beberapa aktivitas perusahaan, seperti
aktivitas operasi perusahaan, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 2 (Sofyan, 2011:
259) menyatakan tujuan laporan arus kas adalah:
1) Informasi tentang arus kas suatu perusahaan, berguna bagi para pemakai
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan
2) Informasi yang disediakan dalam daftar arus kas berkaitan dengan
laporan keuangan sehingga dapat membantu para pemakai laporan
keuangan dalam hal berikut ini:
a) Menentukan kemampuan perusahaan dalam hal menghasilkan arus kas
yang positif di masa depan.
b) Mengetahui alasan perbedaan antara laba bersih dengan penerimaan
dan pembayaran kas.
c) Menentukan pengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan, baik
transaksi kasnya maupun transaksi investasi non kas dan transaksi
pembiayaan selama periode tertentu.
d) Untuk mengevaluasi kebutuhan manajemen.
d. Pengelompokan dalam Laporan Arus Kas
Menurut Sofyan (2011: 260) laporan ini penerimaan dan
pengeluaran kas dikelompokkan dari sumber sebagai berikut:
1) Arus Kas dari Kegiatan Operasi
Kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan, seluruh transaksi
dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dianggap sebagai kegiatan
investasi atau pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup kegiatan
umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lainnya yang
ikut dalam menentukan laba.
Contoh arus kas masuk dari kegiatan operasi adalah sebagai berikut:
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa termasuk penerimaan
dari piutang akibat penjualan, baik jangka panjang atau jangka
pendek.
b) Penerimaan dari bunga pinjaman atas penerimaan dari surat berharga
lainnya seperti bunga atau dividen.
c) Semua penerimaan yang bukan berasal dari sebagian yang sudah
dimasukkan dalam kelompok investasi pembiayaan, seperti jumlah
uang yang diterima dari tuntutan di pengadilan, klaim asuransi,
kecuali yang berhubungan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan
seperti kerusakan gedung, pengembalian dana dari supplier (refund).
Contoh arus kas keluar dari kegiatan operasi adalah sebagai berikut:
a) Pembayaran kas untuk membeli bahan yang akan digunakan untuk
produksi atau untuk dijual, termasuk pembayaran utang jangka pendek
atau jangka panjang kepada supplier barang tadi.
b) Pembayaran kas kepada supplier lain dan pegawai untuk kegitan
selain barang dan jasa.
c) Pembayaran kas kepada pemerintah untuk pajak, kewajiban lainnya,
denda, dan lain-lain.
d) Pembayaran kepada pemberi pinjaman dan kreditor lainnya berupa
e) Seluruh pembayaran kas yang tidak berasal dari transaksi investasi
atau pembiayaan seperti pembayaran tuntutan di pengadilan,
pengembalian dana kepada langganan, dan sumbangan.
2) Arus Kas dari Kegitan Pembiayaan/Pendanaan
Kegiatan yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan
pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan
sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek
penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar utang
kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar
utang tertentu.
Contoh arus kas masuk dari kegiatan pembiayaan adalah sebagai
berikut:
a) Penerimaan dan pengeluaran surat berharga dalam bentuk ekuitas.
b) Penerimaan dan pengeluaran obligasi, hipotek, wesel, dan pinjaman
jangka pendek lainnya.
Contoh arus kas keluar dari kegiatan pembiyaan adalah sebagai
berikut:
a) Pembayaran dividen dan pembayaran bunga kepada pemilik akibat
adanya surat berharga saham (equity) tadi.
c) Pembayaran utang kepada kreditor termasuk utang yang sudah
diperpanjang.
3) Arus Kas dari Kegiatan Investasi
Kegiatan yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah
perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud serta investasi lain yang tidak termasuk
setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat
berharga, atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang
digunakan dalam proses produksi.
Contoh arus kas masuk dari kegiatan investasi adalah sebagai
berikut:
a) Penerimaan pinjaman luar baik yang baru maupun yang sudah lama.
b) Penjualan saham baik saham sendiri maupun saham dalam bentuk
investasi.
c) Penerimaan dari penjualan aktiva tetap dan aktiva produktif dan tidak
berwujud lainnya.
Contoh arus kas keluar dari kegiatan investasi adalah sebagai
berikut:
a) Pembayaran utang perusahaan dan pembelian kembali surat utang
perusahaan.
c) Perolehan aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya. Pengertian
perolehan disini termasuk harga pembelian dan capital expenditure.
e. Isi dan Bentuk Laporan Arus Kas
Penyusunan Laporan Aru Kas dalam PSAK No. 2 yang dapat
dipergunakan perusahaan terdapat dua metode untuk menyajikan laporan
arus kas yaitu metode langsung dan metode tidak langung. Kedua metode
tersebut mendatangkan jumlah sub-total yang sama untuk kegiatan operasi,
kegiatan investasi, kegitan pembelajaan, dan arus kas bersih selama periode
tertentu. Metode tersebut berbeda hanya dalam cara menunjukkan arus kas
dari kegiatan operasi. Metode langsung menggolongkan berbagai kategori
utama dari kegiatan operasi. Sistem akuntansi perusahaan dirancang untuk
akuntansi dengan dasar akrual dan bukannya untuk akuntansi dengan dasar
kas.
Sofyan (2011: 261) menyatakan, bahwa bentuk laporan arus kas
terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Direct Method (Metode Langsung)
Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan
kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan
operasi secara lengkap (gross), dan baru dilanjutkan dengan kegiatan
investasi dan pembiayaan.
Dalam metode ini net incomedisesuaikan dengan menghitung, sebagai
berikut:
a) Pengaruh transaksi yang masih belum direalisasi dari arus kas masuk
dan arus kas keluar dari transaksi yamg lalu.
b) Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan
pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas.
Penyusunan laporan dengan menggunakan metode tidak langsung
diawali dengan laba bersih tersebut sehingga diperoleh arus kas dari
aktivitas operasi. Metode langsung lebih mudah untuk dimengerti, dan
memberikan informasi yang lebih banyak untuk mengambil keputusan.
Dengan memahami bagaimana cara mendapatkan arus kas dengan
menggunakan metode langsung, anda akan mempelajari suatu hal yang
penting, yaitu bagaimana cara menentukan pengaruh kas dari setiap
transaksi usaha. Hal ini merupakan keahlian yang penting yang dapat
dipergunakan dalam menganalisis laporan keuangan, karena dalam
akuntansi yang disusun dengan dasar akrual, pengaruh transaksi terhadap
kas sering tersembunyi. Lalu, setelah memiliki dasar yang cukup kuat dalam
analisis arus kas, akan lebih mudah bagi untuk memahami metode tidak
langsung.
Berdasarkan perbedaan penggunaan kedua metode ini bukan
bertujuan untuk memanipulasi data keuangan dari perusahaan, melainkan
untuk memberikan informasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dari
masing-masing. Metode tidak langsung lebih banyak digunakan oleh perusahaan,
karena lebih mudah diterapkan dan juga lebih mudah merekonsiliasikan
perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih yang dihasilkan oleh
aktivitas operasi. Sedangkan metode langsung lebih banyak digunakan oleh
para pemakai laporan keuangan terutama para bankir yang akan
memberikan pinjaman karena lebih mencerminkan pemasukan dan
pengeluaran kas secara langsung. Pemilihan metode langsung dan metode
tidak langsung ini hanya mempengaruhi kepada aktivitas operasi saja.
3. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh
dari laporan posisi keuangan, laba komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Irham (2014: 2) menyatakan, bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Membuat suatu laporan keuangan yang telah
memenuhi standar ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
b. Pengukuran dan Analisis Kinerja Keuangan
Hery (2016: 25) menyatakan, bahwa pengukuran kinerja keuangan
dilakukan bersamaan dengan proses analisis. Analisis kinerja keuangan
merupakan suatu proses pengkajian kinerja keuangan secara kritis, yang
meliputi peninjauan data keuangan, perhitungan, pengukuran, interprestasi,
dan pemberian solusi terhadap masalah keuangan perusahaan pada suatu
periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan menggunakan
beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis kinerja keuangan
dapat dibedakan menjadi 9 macam, yaitu:
1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau
lebih untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
2) Analisis Tren, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing
komponen aset terhadap total aset, persentase masing-masing
komponen utang dan modal terhadap total passiva (total aset),
persentase masing-masing komponen laporan laba rugi terhadap
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja selama dua periode waktu yang dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari satu periode ke
periode berikutnya, serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor
tersebut.
8) Analisis Titik Impas, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
9) Analisis Kredit, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
menilai layak tidaknya suatu permohonan kredit debitor kepada
4. Analisis RasioArus Kas Operasi Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perbankan
Laporan arus kas dapat mempertinggi kemampuan untuk
mengevaluasi prestasi dan kesehatan keuangan perusahaan karena laporan ini
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kualitas laba, sumber-sumber kas
dari operasi, bagaimana pembayaran kembali hutang dilakukan dan
ketergantungan pada pembiayaan dari luar. Format laporan arus kas dibagi atas
sumber dan penggunaannya. Sumber kas terdiri dari atas sumber-sumber dari
operasi (source fromoperation), sumber-sumber pembiayaan (source from
financial), dan sumber-sumber lainnya (source from of cash)sesuai dengan
FASB No. 95, sumber dan penggunaan kas secara luas mencakup kas dan
setara kas.
Sumber dari operasi merupakan unsur utama dari laporan tersebut
untuk mempertegas pentingnya laba bersih perusahaan sebagai sumber utama
arus kas jangka panjang. Sumber dari operasi dibagi atas penyesuaian
transional seperti penyusutan, pajak, amortisasi goodwill dan transaksi nonkas
lainnya, serta sumber lain dari operasi yang mencakup penjualan dan
perlengkapan atau pengurangan dalam persediaan, piutang, dan pos-pos yang
dibayar dimuka. Setiap kenaikan dalam hutang dagang dan unsur hutang
jangka pendek lainnya dimasukkan pada bagian pembiayaan.
Sumber-sumber dari pembiayaan dilakukan perbedaan antara
unsur-unsur jangka pendek dan jangka panjang. Pemisahan ini dilakukan sejalan
lancar dalam neraca. Sumber-sumber lainnya memisahkan sumber-sumber arus
kas yang berasal dari luar kegiatan operasi normal perusahaan dan meliputi
klasifikasi akuntansi seperti pos-pos luar biasa, operasi yang tidak kontinyu,
penjualan surat berharga jangka panjang. Penggunaan dalam operasi meliputi
misalkan kenaikan dalam persediaan piutang dan pembelian dalam
perlengkapan. Penggunaan sumber pembiayaan juga dipisahkan menjadi
pembiayaan lancar dan tidak lancar. Hery (2017: 246) menyatakan, bahwa data
laporan arus kas dapat digunakan untuk menghitung rasio tertentu yang
menggambarkan kekuatan keuangan perusahaan. Analisis laporan arus kas ini
menggunakan komponen laporan arus kas dan juga komponen neraca serta
laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio. Rasio laporan arus kas dimaksud
terdiri atas:
a. Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar
Rasio ini menunjukkan kemampuan arus kas operasi perusahaan
dalam melunasi kewajiban lancarnya. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi
antara arus kas operasi dengan total kewajiban lancar.
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar =
Perusahaan yang memiliki rasio arus kas operasi terhadap kewajiban
lancar di bawah 1 berarti bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melunasi
b. Rasio arus kas operasi terhadap bunga
Karena pembayaran bunga harus dilakukan dengan menggunakan
kas, maka diperlukan suatu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga pinjaman kepada kreditor, yang di mana
dananya bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Rasio yang dimaksud
adalah rasio arus kas operasi terhadap bunga. Rasio ini dihitung sebagai
hasil bagi antara arus kas operasi ditambah kas yang dibayarkan untuk
bunga dan pajak dengan kas dibayarkan untuk bunga.
Rasio arus kas operasi terhadap bunga =
Arus kas operasi sebelum bunga dan pajak (Arus Kas Operasi +
Bunga + Pajak) digunakan sebagai unsur pembilang dalam rumus di atas
karena bunga dibayar dari arus kas operasi sebelum pengurangan pajak
dilakukan. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa arus kas operasi
perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk menutup biaya bunga
sehingga kemungkinan perusahaan untuk tidak mampu membayar bunga
menjadi sangat kecil.
c. Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal
Rasio ini digunakan untuk mengukur arus kas operasi yang tersedia
arus kas operasi dengan kas yang dibayarkan untuk pengeluaran modal,
seperti pembelian aset tetap, akuisisi bisnis, dan aktivitas investasi lainnya.
Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal =
Rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan yang tinggi pula dari
arus kas operasi perusahaan dalam membiayai pengeluaran modal
(pembelian tambahan aset tetap, melakukan investasi, ataupun akuisisi).
Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan harus mencari
pendanaan eksternal (seperti melalui pinjaman dari kreditor atau pun
tambahan dana dari investor) untuk membiayai ekspansi atau perluasan
usahanya.
d. Rasio arus kas operasi terhadap total utang
Rasio yang menunjukkan kemampuan arus kas operasi perusahaan
dalam melunasi seluruh kewajibannya, baik kewajiban lancar maupun
kewajiban jangka panjang. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus
kas operasi dengan total utang.
Rasio arus kas operasi terhadap total utang =
Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya
dengan menggunakan arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasi
e. Rasio arus kas operasi terhadap laba bersih
Rasio arus kas operasi terhadap laba bersih menunjukkan seberapa
jauh penyesuaian dan asumsi akuntansi akrual mempengaruhi perhitungan
laba bersih. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi
dengan laba bersih.
Rasio aru kas operasi terhadap laba bersih
=
Umumnya, rasio arus kas operasi terhadap laba bersih memiliki nilai
di atas 1 karena adanya non cash expenses (beban-beban yang tidak
memerlukan pengeluaran kas), seperti beban penyusutan, beban amortisasi,
dan beban piutang tak tertagih yang sifatnya mengurangi laba bersih namun
tidak berdampak terhadap arus kas operasi. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin baik, meskipun
dengan jumlah laba bersih yang kecil sebagai akibat besarnya beban non
kas.
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyani (2013) dengan judul Analisis
Rasio Arus Kas Sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan. STIE
Pariwisata Semarang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama
menggunakan rasio arus kas operasi. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian
efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Analisis
kinerja keuangan khususnya dengan menggunakan laporan arus kas perusahaan
agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan atau penyusunan kebijakan
untuk masa yang akan datang demi terciptanya peningkatan hasil dari kinerja
keuangan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rando Riski (2016) dengan judul Analisis
Arus Kas Bersih Operasi Sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan Pada Industri
Rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui dan menilai kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio
arus kas pada PT. PLN (Persero) Suluttenggo. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Persamaan dengan penelitian ini
sama-sama menggunakan rasio arus kas operasi. Perbedaannya terletak pada
lokasi penelitian pada industri rokokdi Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ke empat perusahaan industri rokok yang terdaftar di BEI,
perusahaan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna yang mempunyai kinerja keuangan
yang baik untuk tahun 2012 hingga tahun 2014 dilihat dari hasil ke lima rasio
yang ada adalah rasio arus kas operasi, rasio cakupan kas terhadap bunga, rasio
pengeluaran modal, rasio total utang dan rasio arus kas terhadap laba bersih
mempunyai nilai rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan ke tiga perusahaan
sesama industri. Selama tahun 2015 PT. Wismilak Inti Makmur mempunyai
kinerja yang baik dilihat dari nilai tiap rasio lebih tinggi dari ke empat perusahaan,
perusahaan industri rokok adalah PT. Bentoel Internasional Investama di
akibatkan nilai arus kas operasi perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Megi Warongan (2014) dengan judul
Analisis Rasio Arus Kas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. PLN
(Persero) Suluttenggo. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menilai kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio arus kas pada PT. PLN
(Persero) Suluttenggo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama
menggunakan rasio arus kas operasi. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian
pada PT. PLN (Persero) Suluttenggo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
arus kas operasi yang telah dilakukan pada PT. PLN (Persero) wilayah
Suluttenggo selama tahun 2014-2016, maka diperoleh hasil adalah rasio arus kas
operasi terhadap kewajiban lancar dapat dikatakan perusahaan tidak mampu
melunasi kewajiban lancarnya hanya dengan menggunakan arus kas operasi.
Rasio arus kas operasi terhadap bunga menunjukkan PT. PLN (Persero) wilayah
Suluttenggo tidak harus menjual aktiva, karena arus kas dalam aktivitas operasi
yang teredia mampu membayar biaya bunga. Rasio arus kas operasi terhadap
pengeluaran modal menunjukkanPT. PLN (Persero) wilayah Suluttenggo
memiliki kemampuan cukup baik dalam membiayai pengeluaran modal. Rasio
arus kas operasi terhadap total utang menunjukkanPT. PLN (Persero) wilayah
Suluttenggo tidak memiliki kemampuan yang baik dalam membayar semua
kewajibannya dengan menggunakan arus kas operasi. Rasio arus kas operasi
dapat dikatakan semakin baik, karena selama tahun 2014-2016 memiliki rasio arus
kas operasi terhadap laba bersih yang berada diatas satu walaupun menurun setiap
tahunnya.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sebelumnya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Tabel II.1
Persamaan dan Perbedaan N
o Judul, Nama Peneliti, Tahun Persamaan Perbedaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2016: 53-55) menyatakan, bahwa jenis-jenis penelitian
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut tujuan, metode tingkat
eksplansi, analisis dan jenis data, yaitu:
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.
2. Penelitian Komparatif
Penelitian Komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan,
disini variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.
3. Penelitian Asosiatif
Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif.
Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara mengumpulkan, mencatat, mengklarifikasikan dan menganalisis data
yang dikumpulkan secara akurat sehingga dapat dianalisis sesuai pokok
pembahasan.
B.Lokasi Penelitian
Peneliti memperoleh data yang diperoleh guna terwujudnya penulisan
penelitian ini melalui situs website www.idx.co.id.
C.Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
Tabel III.1
Operasionalisasi Variabel Variabel
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut V. Wiratna (2014: 65) menyatakan, bahwa populasi adalah
keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti
dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan
swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017.
Perusahaan perbankan swasta nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
berjumlah 35 bank.
2. Sampel
Menurut V. Wiratna (2014: 65) menyatakan bahwa, sampel adalah bagian
dari sejumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan
untuk penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perbankan Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2017.
2. Perbankan Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
tidak konsisten mempublikasikan laporan keuangan lengkap periode
3. Perbankan Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
tidak konsisten mempublikasikan laporan keuangan secara terus menerus
dari periode 2013-2017.
4. Perbankan Swasta Nasional yang tidak memiliki laba bersih selama periode
berjalan. IndonesiaIndonesia secara tidak konsisten mempublikasikan laporan keuangan lengkap periode 2013-2017
(10)
Perbankan Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Indonesia secara tidak konsisten mempublikasikan laporan keuangan secara terus menerus dari periode 2013-2017
(10)
Perbankan Swasta Nasional yang tidak memiliki laba bersih selama periode berjalan
(10)
Total observasi (data) selama 5 tahun periode penelitian 5
Sumber: www.idx.co.id, 2018
Berdasarkan kriteria pengolahan data tersebut maka peneliti
memperoleh sampel penelitian adalah sebanyak 5 perusahaan perbankan
swasta nasional selama periode 2013-2017.
Tabel III.3
Sampel Penelitian
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 BBKP Bank Bukopin, Tbk
2 BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk
3 BDMN Bank Danamon Indonesia, Tbk
4 MEGA Bank Mega, Tbk
5 BSIM Bank Sinarmas, Tbk
E. Data yang Diperlukan
Menurut Suliyanto (2016:131) jenis data dibagi menjadi 2 yaitu data
primer dan data skunder:
1. Data Primer
Data yamg diperoleh langsung dari responden atau data yang terjadi di
lapangan penelitian.
2. Data Sekunder
Data yang telah ada dari pihak lain dan disajikan oleh pihak pengumpul data
atau orang lain.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.
F. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016: 137) menyatakan, bahwa dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan, sebagai berikut:
1. Interview (Wawancara)
Interview merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Berdasarkan penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode dokumentasi. Metode ini mengumpulkan data dari laporan
keuangan perbankan swasta nasional tahun 2013-2017 melalui situs resmi Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id) serta mempelajari literatur yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian baik media cetak maupun elektronik.
G. Analisis Data dan Teknik Analisis 1. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2016: 206) menyatakan, bahwa analisis data dalam
penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a) Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif yaitu suatu metode analisis dengan menggunakan data
yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.
b) Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yaitu suatu metode analisis dengan menggunakan data
Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dan kuantitatif akan
dijelaskan dengan menggunakan kalimat-kalimat berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan yang berupa laporan keuangan perbankan swasta nasional
tahun 2013-2017.
2. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
rumus rasio arus kas operasi adalah sebagai berikut:
a) Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar
=
b) Rasio arus kas operasi terhadap bunga =
c) Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal =
d) Rasio arus kas operasi terhadap total utang =
e) Rasio aru kas operasi terhadap laba bersih
=
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Perusahaan Perbankan Swasta Nasional di Indonesia a. PT. Bank Bukopin, Tbk
PT. Bank Bukopin, Tbk didirikan di Republik Indonesia pada
tanggal 10 Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia
disingkat (Bukopin) yang disahkan sebagai badan hukum berdasarkan Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Koperasi No. 13/Dirjen/Kop/70 dan
didaftarkan dalam Daftar Umum Direktorat Jenderal Koperasi No. 8251
pada tanggal yang sama. Bank mulai melakukan usaha komersial sebagai
bank umum koperasi di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 1971. Rapat
Khusus Anggota Bank, yang dinyatakan dengan akta notaris No. 4 tanggal 2
Desember 1992 dari Notaris Muhani Salim, S.H., para anggota menyetujui
untuk mengubah status badan hukum Bank dari koperasi menjadi perseroan
terbatas.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami perubahan dari waktu ke
waktu dan perubahan terakhir dinyatakan dengan akta notaris No. 41
tanggal 28 Mei 2015 dari Notaris Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, SH,
MH. Perubahan ini telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.Perseroan ini berkantor pusat yang beralamat
Bukopin, Tbk pada tanggal 31 Desember 2017 memiliki jumlah karyawan
Bank adalah 5.656 karyawan.
Susunan Dewan Komisaris, Direksi Bank dan Komite Audit pada
tanggal 31 Desember 2017 adalah, sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Karya Budiana
Komisaris : Deddy SA. Kodir
Komisaris : Muhammad Rachmat Kaimuddin
Komisaris : Luky Alfirman
Komisaris Independen : Margustienny
Komisaris Independen :Parikesit Suprapto
Komisaris Independen : Mulia Panusunan Nasution
2) Direksi:
Direktur Utama : Glen Glenardi
Direktur Keuangan : Eko Rachmansyah Gindo
Direktur Retail : Heri Purwanto
Direktur Pelayanan dan Operasi : Setiawan Sudarmaji
Direktur Komersial : Mikrowa Kirana
Direktur Pengembangan Bisnis : Adhi Brahmantya
3) Komite Audit:
Ketua : Margustienny
Anggota : Deddy SA. Kodir
Anggota : Eddy Rizal
Anggota : Eddy Hutarso
Anggota : Arzul Andaliza
b. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk
PT. Bank CIMB Niaga, Tbk didirikan menurut hukum yang berlaku
di Indonesia, berdasarkan akta pendirian perusahaan No. 90 yang dibuat
dihadapan Raden Meester Soewandi, notaris di Jakarta pada tanggal 26
September 1955 dan diubah dengan akta dari notaris yang sama No. 9 pada
tanggal 4 November 1955. Akta-akta pendirian disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia).
Anggaran Dasar Bank CIMB Niaga telah mengalami beberapa kali
perubahan, berdasarkan akta No. 22 pada tanggal 21 April 2014 yang dibuat
di hadapan Notaris Himawan Sutanto, S.H., mengenai perubahan Pasal 3
ayat 2, Pasal 14 ayat 2, Pasal 14 ayat 4, Pasal 17 ayat 3, dan Pasal 17 ayat 5,
dimana perubahan tersebut diseujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia tanggal 29 April 2014. Kantor pusat CIMB
Susunan Dewan Komisaris, Direksi Bank dan Komite Audit pada
tanggal 31 Desember 2017 adalah, sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Dato’ Sri Nazir Razak
Wakil Komisaris Utama : Glenn Muhammad
Komisaris : Surya Yusuf
Komisaris Independen : Zulkifli M. Ali
Komisaris Independen : Primoehadi Notowidigdo
Komisaris Independen : Armida Salsiah Alisjahbana
Komisaris Independen : Jeffrey Kairupan
Komisaris : David Richard Thomas
Komisaris : Ahmad Zulqarnain Onn
Komisaris : Tengku Zafrul
2) Direksi:
Direktur Utama : Tigor M. Siahaan
Direktur Keuangan : Wan Razly Abdullah
Direktur Operasional : Rita Mas Oen
Direktur Kredit : Megawati Sutanto
Direktur Manajemen Risiko : Vera Handajani
Direktur Pasar Modal : John Simon
Direktur Perbankan Consumer : Lani Darmawan
Direktur Unit Usaha : Pandji Pratama
Direktur Kepatuhan dan Hukum : Fransiska Oei
Direktur Perbankan Bisnis : Rahardja Alihamzah
3) Komite Audit:
Ketua : Zulkifli M. Ali
Anggota : Jeffrey Kairupan
Anggota : Mawar I.R. Napitupulu
Anggota : Yap Tjay Soen
c. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk berkedudukan di Jakarta,
didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 berdasarkan akta notaris Meester Raden
Soedja, S.H. No.134. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/40/8 tanggal 24
April 1957. Bank memperoleh izin usaha sebagai bank umum, bank devisa,
dan bank yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah
masing-masing berdasrakan surat keputusan Menteri Keuangan No. 161259/U.M.II
tanggal 30 September 1958.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan,
dalam Anggaran Dasar Bank yang tidak diubah yang dicantumkan dalam
Akta No. 8 tanggal 12 April 2017, yang dibuat oleh notaris P. Sutrisno A.
Tampubolon, S.H., M.Kn, di Jakarta. Kantor pusat Bank berlokasi di
Menara Bank Danamon, Jalan HR. Rasuna Said Blok C No. 10, Kelurahan
Susunan Dewan Komisaris, Direksi Bank dan Komite Audit pada
tanggal 31 Desember 2017 adalah, sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Ng Kee Choe
Wakil Komisaris Utama : Johanes Berchmanns Kristiadi
Komisaris : Pudjosukanto
Komisaris Independen : Manggi Taruna Habir
Komisaris : Ernest Wong Yuen Weng
Komisaris Independen : Made Sukada
2) Direksi:
Direktur Utama : Sng Seow Wah
Wakil Direktur Utama : Muliadi Rahardja
Direktur : Herry Hykmanto
Direktur : Satinder Pal Singh
Direktur : Michellina Laksmi
Direktur : Adnan Qayum Khan
Direktur : Heriyanto Agung Putra
Direktur (Independen) : Rita Mirasari
3) Komite Audit:
Ketua : Made Sukada
Anggota (Independen) : Angela Simatupang
d. PT. Bank Mega, Tbk
PT. Bank Mega, Tbk didirikan di negara Republik Indonesia dengan
nama PT. Bank Karman berdasarkan akta pendirian tanggal 15 April 1969
No. 32 yang kemudian diubah dengan akta tanggal 26 November 1969,
kedua akta tersebut dibuat oleh notaris Mr. Oe Siang Djie, di Surabaya.
Bank mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1969 di Surabaya.
Nama Bank berubah menjadi PT. Mega Bank d pada tahun 1992 dan pada
tanggal 17 Januari 2000 berubah lagi menjadi PT. Bank Mega, Tbk.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan,
perubahan terakhir dilakukan dengan akta notaris Dharma Akhyuzi, S.H.,
No. 21 tanggal 27 Mei 2015. Kantor pusat Bank berlokasi di Menara Bank
Mega Jl. Kapten Tendean 12-14A, Jakarta.
Susunan Dewan Komisaris, Direksi Bank dan Komite Audit pada
tanggal 31 Desember 2017 adalah, sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Chairul Tanjung
Komisaris : Yungky Setiawan
Komisaris : Darmadi Sutanto
Komisaris Independen : Achjadi Ranuwisastra
Komisaris Independen : Lambock V. Nahattands
2) Direksi:
Direktur Utama : Kostaman Tayib
Direktur : Martin Mulwanto
Direktur Risiko : Indivara Erni
Direktur Operasi : YB. Hariantono
Direktur Sumber Daya Manusia : Yuni Lastianto
Direktur Pendanaan : Lay Diza Larentie
Direktur : Wiweko Probojakti
3) Komite Audit:
Ketua : Achjadi Ranuwisastra
Anggota : Iramady Irdja
Anggota : Adrial Salam
e. PT. Bank Sinarmas, Tbk
PT. Bank Sinarmas, Tbk didirikan pada tahun 1989 dengan nama
PT. Bank Shinta Indonesia, berdasarkan akta No. 52 tanggal 18 Agustus
1989 dari Buniarti Tjandra, S.H., notaris di Jakarta dan telah diubah dengan
akta No. 91 tanggal 15 September 1989. Perusahaan berganti nama menjadi
PT. Bank Sinarmas pada tanggal 26 Januari 2007. Perubahan nama tersebut
diseujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan
yang didokumentasikan dalam akta No. 1 tanggal 21 November 2006.
Berdasarkan akta No. 1 tanggal 8 Oktober 2009 dari Endang
Saritomo Utari, S.H., notaris di Jakarta, terdapat perubahan Anggaran Dasar
dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha. Perubahan ini telah disetujui
Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-22484 tanggal 11 Desember 2009.
Kantor pusat beralamat di Sinarmas Land Plaza, Menara I, Jln. M.H.
Thamrin No. 51, Jakarta.
Susunan Dewan Komisaris, Direksi Bank dan Komite Audit pada
tanggal 31 Desember 2017 adalah, sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Tjendrawati Widjaja
Komisaris Independen : Sammy Kristamuljana
Komisaris Independen :Rusmin
2) Direksi:
Direktur Utama : Frenky Tirtowijoyo
Direktur Independen : Rusmin Salis Teguh Hartono
Direktur Independen : Hanafi Himawan
Direktur : Halim
Direktur : Loa Johnny Mailoa
Direktur : Soejanto Soetjijo
3) Komite Audit:
Ketua : Rusmin
Anggota : Ketut Sanjaya
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini berjudul “Analisis Rasio Arus Kas Operasi Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan rasio arus kas operasi pada
Perbankan Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2013-2017. Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan swasta nasional yang
terdaftar di BEI adalah PT. Bank Bukopin, PT. Bank CIMB Niaga, PT. Bank
Danamon Indonesia, PT. Bank Mega, dan PT. Bank Sinarmas.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan
perbankan swasta nasional dari tahun 2013-2017 yang didapat melalui situs resmi
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Kemudian menganalisisnya dengan teknik
analisis kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Hery (2017: 246) menyatakan, bahwa data laporan arus kas dapat
digunakan untuk menghitung rasio tertentu yang menggambarkan kekuatan
keuangan perusahaan. Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen
laporan arus kas dan juga komponen neraca serta laporan laba rugi sebagai alat
analisis rasio. Rasio laporan arus kas dimaksud terdiri atas:
1. Rasio Arus Kas Operasi terhadap Kewajiban Lancar
Salah satu contoh perhitungan rasio arus kas operasi terhadap
kewajiban lancar pada perbankan swasta nasional PT. Bank Bukopin, Tbk
(BBKP) pada tahun 2013 dengan arus kas operasi bersih adalah Rp -939.659
dapat diperoleh rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar BBKP pada
2013 4.574.347 190.017.153 0,024
2014 (1.897.644) 201.744.374 (0,009)
2015 6.755.174 207.200.091 0,032
2016 3.291.332 204.384.540 0,016
2017 2.129.300 227.757.677 0,009
3 BDMN
2013 3.672.508 156.140.004 0,023
2014 5.500.443 146.546.709 0,037
2015 8.994.609 147.403.332 0,061
2016 (1.964.879) 131.168.836 (0,014)
2017 3.748.625 130.976.525 0,028
4 MEGA
2013 14.723.423 59.528.196 0,247
2014 (2.343.791) 58.847.372 (0,039)
Berdasarkan data tabel IV.1 menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi
tahunnya berbeda. Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar pada
BBKP mengalami penurunan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut
mengakibatkan BBKP belum memiliki kemampuan dalam melunasi kewajiban
lancarnya dengan menggunakan arus kas operasi, karena memiliki nilai yang
berada di bawah standar 1 setiap tahunnya.
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar pada BNGA
mengalami penurunan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
BNGA belum memiliki kemampuan dalam melunasi kewajiban lancarnya
dengan menggunakan arus kas operasi, karena memiliki nilai yang berada di
bawah standar 1 setiap tahunnya.
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar pada BDMN
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
BDMN belum memiliki kemampuan dalam melunasi kewajiban lancarnya
dengan menggunakan arus kas operasi, karena memiliki nilai yang berada di
bawah standar 1 setiap tahunnya.
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar pada MEGA
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
MEGA belum memiliki kemampuan dalam melunasi kewajiban lancarnya
dengan menggunakan arus kas operasi dikategorikan belum baik, karena
memiliki nilai yang berada di bawah standar 1 setiap tahunnya.
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar pada BSIM
mengalami penurunan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
dengan menggunakan arus kas operasi, karena memiliki nilai yang berada di
bawah standar 1 setiap tahunnya. Jadi, diketahui juga dari rata-rata ke lima
perusahaan perbankan swasta nasional tersebut dikategorikan belum baik
dalam melunasi kewajiban lancarnya. Perusahaan yang memiliki rasio arus kas
operasi terhadap kewajiban lancar dibawah 1 berarti bahwa perusahaan
tersebut tidak mampu melunasi kewajiban lancarnya dengan menggunakan
arus kas operasi saja.
Cara untuk meningkatkan rasio arus kas operasi terhadap kewajiban
lancar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah arus kas operasi
seperti penerimaan dari nasabah, penerimaan bunga, penerimaan lain-lain dan
penerimaan tersebut disertai dengan tidak meningkatnya pembayaran kepada
karyawan, dan pembayaran kas untuk aktivitas operasi.
2. Rasio Arus Kas Operasi terhadap Bunga
Salah satu contoh perhitungan rasio arus kas operasi terhadap bunga
pada perbankan swasta nasional PT. Bank Bukopin, Tbk (BBKP) pada tahun
2013 dengan arus kas operasi bersih adalah Rp -939.659, bunga Rp 5.962.892,
dan pajak senilai Rp 210.619 sehingga dari data tersebut dapat diperoleh rasio
arus kas operasi terhadap bunga BBKP pada tahun 2013 adalah, sebagai
berikut:
Rasio arus kas operasi terhadap bunga
Rp0,87
Berdasarkan tabel IV.2 menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi
terhadap bunga pada perusahaan perbankan swasta nasional setiap tahunnya
berbeda. Rasio arus kas operasi terhadap bunga pada BBKP mengalami
fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut menunjukkan BBKP dinilai
bersumber dari arus kas operasi perusahaan dikategorikan sudah baik. Hal ini
dikarenakan kemampuan ini bisa dinilai dengan rasio yang dimiliki setiap
tahunnya berada di atas 1.
Rasio arus kas operasi terhadap bunga pada BNGA mengalami
fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut menunjukkan BNGA dinilai
mampu untuk membayar pinjaman kepada kreditor, yang di mana dananya
bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Hal ini dikarenakan kemampuan
ini bisa dinilai dengan rasio yang dimiliki setiap tahunnya berada di atas 1.
Rasio arus kas operasi terhadap bunga pada BDMN mengalami
peningakatan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut menunjukkan BDMN
dinilai mampu untuk membayar pinjaman kepada kreditor, yang di mana
dananya bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Hal ini dikarenakan
kemampuan ini bisa dinilai dengan rasio yang dimiliki setiap tahunnya berada
di atas 1.
Rasio arus kas operasi terhadap bunga pada MEGA mengalami
fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut menunjukkan MEGA dinilai
mampu untuk membayar pinjaman kepada kreditor, yang di mana dananya
bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Hal ini dikarenakan kemampuan
ini bisa dinilai dengan rasio yang dimiliki setiap tahunnya berada di atas 1.
Rasio arus kas operasi terhadap bunga pada BSIM mengalami fluktuasi
dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut menunjukkan BSIM dinilai mampu untuk
membayar pinjaman kepada kreditor, yang di mana dananya bersumber dari
dengan rasio yang dimiliki setiap tahunnya berada di atas 1.Jadi, diketahui
juga dari rata-rata ke lima perusahaan perbankan swasta nasional tersebut
dikategorikan baik, karena memiliki nilai di atas 1. Perusahaan dengan rasio
yang tinggi menunjukkan bahwa arus kas operasi perusahaan memiliki
kemampuan yang baik untuk menutup biaya bunga sehingga kemungkinan
perusahaan untuk tidak mampu membayar bunga menjadi sangat kecil.
3. Rasio Arus Kas Operasi terhadap Pengeluaran Modal
Salah satu contoh perhitungan rasio arus kas operasi terhadap
pengeluaran modal pada perbankan swasta nasional PT. Bank Bukopin, Tbk
(BBKP) pada tahun 2013 dengan arus kas operasi bersih adalah Rp -939.659
dengan pengeluaran modal senilai Rp -698.342 sehingga dari data tersebut
dapat diperoleh rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal BBKP pada
tahun 2013 adalah, sebagai berikut:
Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal =
Tabel IV.3
Berdasarkan tabel IV.3 menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi
terhadap pengeluaran modal pada perusahaan perbankan swasta nasional setiap
tahunnya berbeda. Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal pada
BBKP mengalami penurunan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut
mengakibatkan BBKP dinilai belum mampu dalam membiayai pengeluaran
Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal pada BNGA
mengalami penurunan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
BNGA dinilai belum mampu dalam membiayai pengeluaran modal yang
dikategorikan kurang baik, karena memiliki nilai di bawah 1 dan bernilai
negatif.
Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal pada BDMN
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
BDMN dinilai belum mampu dalam membiayai pengeluaran modal yang
dikategorikan kurang baik, karena memiliki nilai di bawah 1.
Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal pada MEGA
mengalami peningakatan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
MEGA dinilai belum mampu dalam membiayai pengeluaran modal yang
dikategorikan kurang baik, karena memiliki nilai di bawah 1 dan bernilai
negatif.
Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal pada BSIM
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
BSIM dinilai belum mampu dalam membiayai pengeluaran modal yang
dikategorikan kurang baik, karena memiliki nilai di bawah 1 dan bernilai
negatif. Jadi, diketahui juga dari rata-rata ke lima perusahaan perbankan swasta
nasional tersebut dikategorikan belum baik, karena masih dibawah standar 1
dan terdapat perusahaan perbankan yang bernilai negatif. Rasio yang tinggi
menunjukkan kemampuan yang tinggi pula dari arus kas operasi perusahaan
melakukan investasi, ataupun akuisisi). Rasio yang rendah menunjukkan
bahwa perusahaan harus mencari pendanaan eksternal (seperti melalui
pinjaman dari kreditor atau pun tambahan dana dari investor) untuk membiayai
ekspansi atau perluasan usahanya.
4. Rasio Arus Kas Operasi terhadap Total Utang
Salah satu contoh perhitungan rasio arus kas operasi terhadap total
utang pada perbankan swasta nasional PT. Bank Bukopin, Tbk (BBKP) pada
tahun 2013 dengan arus kas operasi bersih adalah Rp -939.659 dengan total
utang senilai Rp 63.244.294 sehingga dari data tersebut dapat diperoleh rasio
arus kas operasi terhadap total utang BBKP pada tahun 2013 adalah, sebagai
berikut:
Rasio arus kas operasi terhadap total utang =
Tabel IV.4
Operasi Total Utang Rasio
1 BBKP
2014 (1.897.644) 204.714.729 (0,009)
2015 6.755.174 210.169.865 0,03
2016 3.291.332 207.364.106 0,01
2017 2.129.300 229.354.449 0,009
3 BDMN
Berdasarkan tabel IV.4 menunjukkan bahwa rasio arus kas operasi
terhadap total utang pada perusahaan perbankan swasta nasional setiap
tahunnya berbeda. Rasio arus kas operasi terhadap total utang pada BBKP
mengalami penurunan dari tahun 2013-2017. Hasil tersebut mengakibatkan
BBKP tidak mampu dalam membayar semua kewajibannya dengan