Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015)
ISSN :
1234-5678
Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015)
ISSN : 2459-9743
JurnalGuru
JURNAL GURU
Vol. I
No. 2
Juli – Agustus 2015
Hal. 1-114
Indralaya
ISSN: 2459-9743
Diterbitkan oleh:Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan – INDONESIA www.e-jurnalguru.com
JurnalGuru
JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015)
ii
| ISSN : 2459-9743
JURNAL GURUJurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran www.e-jurnalguru.com
ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743
PENERBIT
Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)
Sumatera Selatan, INDONESIA
Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)
KETUA DEWAN PENYUNTING
Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ANGGOTA DEWAN PENYUNTING
Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang
Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang
Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
MITRA BESTARI
Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang
Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang
Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta
Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya
Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta
ADMINISTRASI
Karwan Sugiarto, S.A.P. STIA & P - ADS, Palembang
ALAMAT PENYUNTINGAN
Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862
Telp : +62 852-6731-4774 Email : [email protected] Website : www.e-jurnalguru.com
Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain. Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: [email protected]. Setiap naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.
© Copyright 2015. All Right Reserved
ISSN : 2459-9743 |
iii
DAFTAR ISI
• Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
JOKO KUNCORO ... 1-5 • Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar pada Guru
di Gugus 7 Kecamatan Sekayu Melalui Kegiatan In-House Training
SUZANA ... 6-10 • Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
dengan Mengubah Cerita pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
ROPITA ... 11-14 • Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn
Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui Metode Tanya Jawab pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu
SUHURNI ... 15-19 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi
Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas V SD Negeri Lumbajaya
M. RASYID... 20-24 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Komposisi Fungsi
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Lais Tahun Pelajaran 2014/ 2015
ZULGANDA ATMAJA ... 25-30 • Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Sekayu
NAZEMAH ... 31-35 • Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA
Materi Tata Surya Melalui Penggunaan Alat Peraga Model Tata Surya pada Siswa Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu
TAFTAZANI ... 36-39 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui
Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12 Sekayu
NURDILAH ... 40-44 • Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu
SUMARNI... 45-49 • Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri 3 Kayuara
ZUNAINI ... 50-56 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan
Menggunakan Metode Penugasan pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 Lumpatan
KHOSI’AH ... 57-60 • Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Pokok Bahasan Rasul-Rasul Allah Melalui Pendekatan Inquiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Lumpatan
JurnalGuru | Daftar Isi
iv
| ISSN : 2459-9743
• Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa IndonesiaMelalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan pada Siswa Kelas I SD Negeri 6 Lumpatan
MAIZAH ... 66-69 • Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Interaktif pada Siswa Kelas III SD Negeri 7 Sekayu
ZULFAH ... 70-73 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi dan Kerja Kelompok di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate
AKHMAD SYAMSURI ... 74-78 • Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis
Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lumban Jaya Kabupaten Musi Banyuasin
MARIANA ... 79-83 • Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Pias-Pias
Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri Lumban Jaya
ELYAROSYA ... 84-87 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu
ROSMAIDA ... 88-91 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi Manusia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu
ELFARINI ... 92-95 • Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada Peserta Didik
Laki-Laki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu Melalui Layanan Bimbingan Konseling Kelompok
SEJUTA ... 96-101 • Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu
MARLIANA ... 102-104 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation Kosa Kata Bahasa
Inggris Melalui Media Lagu pada Peserta Didik Kelas X MIA.5 SMA Negeri 1 Sekayu
TAPSILA ... 107-107 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu
SRI MAHARANI ... 108-111
ISSN : 2459-9743
|
1
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu
Joko Kuncoro
Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%, dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru dalam pembelajaran.
Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajarannya secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan secara efisien kepada pengguna kependidikan akan sangat tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga pendidik yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan pada keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab secara individual maupun kelompok.
Supervisi klinis merupakan layanan professional dari kepala sekolah dan pengawas, karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983) menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan pengajaran ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah, sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-down, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami para guru. Ketika seorang guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.
Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas proses pembelajaran kerena penggunaan metode mengajar yang monoton dan tidak bervariasi.
Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan para guru di SMA Negeri 4 Sekayu, diketahui bahwa rendahnya wawasan profesionalisme guru dimungkinkan karena beberapa alasan antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru untuk memperbaharui pengetahuannya meskipun telah lama diangkat menjadi guru, (2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan profesional sangat terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran cenderung menitikberatkan pada aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk memacu kinerja guru pada prakteknya hanya bersifat formalitas.
2. Rumusan Masalah
Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
2
|
ISSN : 2459-9743
program pembinaan professional guru dan
supervisi kelas?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
1) Meningkatkan komitmen guru agar dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk mengembangkan sikap profesionalismenya.
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran untuk mengefektifkan pembelajaran.
b. Manfaat Penelitian
1) Mengefektifkan pengelolaan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu sekolah.
2) Meningkatkan wawasan profesional guru sehingga termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
B. Kajian Pustaka 1. Profesionalisme Guru
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian mengajar, dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar, antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Untuk lebih memahami pengertian di atas maka guru memegang peranan penting dalam proses belajra mengajar.Wrightman (dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia didalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah dihayati oleh siapa saja.
Mengajari pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan peserta didik dan dahan pelajaran yang menimbulkan proses belajar, pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan baik yang ada di kelas maupun diluar kelas yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
2. Supervisi Kelas
Dalam organisasi pendidikan, istilah supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan. Istilah “supervisi kelas” mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditunjukkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi kelas berkepentingan dengan upaya peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dengan demikian fungsi supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan professional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih melalui cara mengajar yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar, dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan pada perbaikan penilaian perilaku mengajar guru yang berdampak terhadap perilaku belajar siswa.
ISSN : 2459-9743
|
3
Pentingnya peningkatan kemampuan
profesionalisme guru dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang antara lain:
a. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Demikian pula pengembangan materi, semua itu harus dikuasai oleh guru sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa peserta didik menjadi lulusan yang berkualitas.
b. Peningkatan kemampuan professional guru sebenarnya merupakan hak setiap guru, karena itu bilamana pembinaan professional dirancang dan dilaksanakan, guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang lebih tinggi dan disiplin.
Pembinaan guru merupakan rangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru terutama bantuan berupa pelayanan atau bimbingan professional untuk mengefektifkan pembelajaran. Bimbingan professional yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, kegiatan yang termasuk program pembinaan profesionalisme guru adalah: (1) pelatihan guru, (2) mengaktifkan musyawarah guru sejenis, (3) mengefektifkan supervisi pendidikan, dan (4) penilaian angka kredit jabatan fungsional guru.
3. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.
C. Metode Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru dari 15 orang guru yang mengajar mata pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4 Sekayu yang merupakan sekolah binaan peneliti sebagai pengawas sekolah.
2. Setting Penelitian.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto, 2006:16) yaitu: 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. Empat tahapan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai mencapai indikator yang telah ditetapkan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Sekayu pada tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Desember 2014 - Maret 2015 dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
4. Analisa Data
Analisis data mengguakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberi gambaran tentang kecenderungan ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian yang meliputi:
a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan pembelajaran,
b. Kegiatan inti pembelajaran,
c. Pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar,
d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa,
e. Penilaian proses / hasil belajar dan penggunaan bahasa,
f. Penutup kegiatan pembelajaran.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian
Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
4
|
ISSN : 2459-9743
jelas mengenai komposisi komitmen guru pada
akhir siklus I periksa tabel 2 berikut.
Tabel 2.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran pada Siklus I
Dari data pada tabel diatas menyatakan bahwa guru yang komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya, untuk katagori A masih beluam ada, katagori B terdapat 3% (3 guru), katagori C terdapat 7% (6 guru) sedangkan pada katagori D tidak ada.
Tabel 3.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II
Dari data siklus II terlihat adanya kenaikan komponen guru-guru yaitu yang memperoleh katagori A terdapat 4%, dan berkatagori B terdapat 4%, yang memperoleh katagori C menurun sebesar 2%. Jika dihitung individu yang mengalami kenaikan nilai (kualitatif) berdasarkan tabel 3 misalnya dari nilai B ke nilai A ada 4 orang, atau dari nilai C ke nilai B jumlahnya 4 orang (4%) dan masih di katagori C ada 2 orang.
Tabel 4.
Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III
Dari data siklus III terlihat adanya kenaikan komitmen guru-guru sehari-hari, yaitu yang memperoleh katagori A meningkat menjadi 8 %, yang memperoleh katagori B
menjadi 2% sedangkan katagori C terdapat perubahan sebesar 100%. Jika dihitung individu yang mengalami kenaikan nilai (kualitatif) berdasarkan tabel 4 misalnya dari nilai B ke nilai A atau dari nilai C ke nilai B jumlahnya, adalah nilai A adalah 7 orang, nilai B adalah 2 orang, dan nilai C tidak ada sudah mengalami kemajuan.
Grafik 1. Perubahan Tingkah Laku Guru
Pada data grafik diatas dapat disimpulkan pada siklus 1 terdapat katagori B sebesar 3 % guru dan katagori C sebasar 7%, pada siklus 2 terdapat katagori A sebesar 4%, katagori B sebesar 4%, dan katagori C sebesar 2%, sedangkan pada siklus 3 terdapat katagori A sebesar 7% dan katagori B sebesar 3%, sementara katagori C sudah tidak ada lagi. Ini berarti guru sudah mengalami perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran.
E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan yang dipaparkan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Penerapan kombinasi pendekatan profesi
dan supervisi kelas dengan menggunakan teknik pertemuan formal dan teknik menggunakan pendapat siswa dapat meningkatkan komitmen guru-guru di SMA Negeri 4 Sekayu dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Melalui analisis deskriptif dari data pada Siklus 1 sampai dengan Siklus 3 didapat hasil sebanyak 99% guru mengalami peningkatan komitmen dalam proses pembelajaran di kelasnya (dari nilai C ke nilai B atau dari nilai B ke nilai A).
ISSN : 2459-9743
|
5
2. Saran
Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guru-guru sebagai berikut:
a. Pendekatan yang disajikan dalam penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan variabel yang lebih spesifik pada masing-masing sekolah dengan berbagai inovasi yang ada.
b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah sebaiknya dikembangkan untuk memfasilitasi munculnya kreativitas dan inovasi kepala sekolah dalam melakukan supervisi di lingkungan sekolahnya.
Daftar Pustaka
Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum Depdiknas.
Purwanto, N. 1998. Administrasi dan supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Rusyan, A.T., & Hamijaya, H.E. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Nine Karya Jaya.
Sahertian, P.A. 1992. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soekamto, T., & Udin S.W. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
6
| ISSN : 2459-9743
Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
Pada Guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu
Melalui Kegiatan In-House Training
Suzana
Pengawas TK/ SD Kecamatan Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat 66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.
Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang dihadapi sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui proses pembelajaran dengan sistem ganda sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri dan telah melalui proses penilaian secara berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru. Namun demikian tetap saja prestasi belajar peserta didik saat dievaluasi baik ulangan harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan akhir semester, menurut data yang di inventarisir oleh bagian kurikulum masih cenderung rendah dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM berkisar antara 40 – 60%, sedangkan sisanya
untuk menuntaskan harus menempuh
remedial.
Atas dasar hal tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di
kawasan Gugus 7 Kecamatan Sekayu
berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pendidikan. Ditangan guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga penyelenggara pendidikan hingga visi-misi
sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan
mampu mengoptimalkan seluruh potensi
sumber dan media belajar yang ada di
lingkungannya untuk pembelajaran yang
optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya peran guru pada sebuah lembaga pendidikan, maka sekolah gugus 7 Sekayu memberikan perhatian yang besar bagi terwujudnya guru profesional.
Atas dasar hal tersebut di atas maka sekolah gugus 7 Sekayu menyatakan sangat perlu mengadakan In-House Training. Dengan adanya kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar ini diharapkan semua guru memiliki kelengkapan mengajar yang lengkap dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah karena
tujuan pembelajaran, materi yang akan
diajarkan, metode, dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah In House Training dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar? 3. Tujuan Penelitian
ISSN : 2459-9743 |
7
4. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sehingga lebih profesional. Dengan demikian pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
mutu pengajaran dan berdampak pada
peningkatan mutu sekolah. Disamping itu dengan menemukan langkah yang tepat dalam
meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar maka akan dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama bagi peneliti lain.
B. Kajian Pustaka 1. Teori Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Zamrani (dalam
Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru adalah kreator proses belajar mengajar. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma yang ditegakkan secara
konsisten. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.
2. Kelengkapan Mengajar
Komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3) kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP. Silabus dan RPP merupakan perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal tersebut diharapkan setiap pendidik pada Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang akan di implementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
a. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Untuk mata pelajaran Kelompok Program Produktif, RPP dapat mencakup lebih dari satu kompetensi dasar.
RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). b. Tujuan Penyusunan RPP
1) Memberi kesempatan kepada
pendidik untuk merencanakan
pembelajaran yang interaktif dan
dapat digunakan untuk
mengeksplorasi semua potensi
kecakapan majemuk (multiple
intellegence) yang dimiliki setiap peserta didik.
2) Memberi kesempatan bagi pendidik
untuk merancang pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, kemampuan pendidik, dan fasilitas yang dimiliki sekolah.
3) Mempermudah pelaksanaan proses
pembelajaran.
4) Mempermudah pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran, sebagai input guna perbaikan pada penyusunan RPP selanjutnya
c. Manfaat
1) Meningkatkan kemampuan guru
dalam merancang pembelajaran
sebagai bagian dari kompetensi padagogik yang harus dimiliki guru. 2) Proses pembelajaran yang dilakukan
akan lebih terarah karena tujuan pembelajaran, materi yang akan diajarkan, metode dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan. 3) Meningkatkan rasa percaya diri
pendidik pada saat pembelajaran,
karena seluruh proses sudah
direncanakan dengan baik. d. Prinsip Pengembangan RPP
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
8
| ISSN : 2459-9743
juga merupakan prinsip pengembangan RPP yaitu:
1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam RPP harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian rnateri
dalam RPPsesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis, komponen-komponen RPP
saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten, adanya hubungan yang
konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
pembelajaran, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai, cakupan indikator, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan kontekstual, cakupan
indikator, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel, keseluruhan komponen RPP dapat mengakomodasi variasi peserta didik serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh, materi RPP mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang akan dicapai untuk mendukung ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
3. In-House Training
Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT (In-House Training) dan PT (Public Training). In-House Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu, apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit. Istilah In-House Training sama pengertiannya dengan in-service training. Menurut Nawawi (dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa in-service training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bidang tersebut.
C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian
Dari tabel di atas menyatakan bahwa 57% guru menyadari bahwa sebagai seorang guru sangat penting memiliki kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan 43% menyatakan penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.
Tabel 2
Sikap Guru terhadap In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar
Tabel diatas mengindentifikasi bahwa hanya 18% saja guru yang menilai tidak perlu
diadakan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar. Hal ini terjadi mungkin
karena mereka merasa sudah cukup
berpengalaman dalam mengajar, sehingga tanpa In-House Training mereka merasa sudah bisa menyusun kelengkapan mengajar. 11% menjawab cukup setuju/ ragu-ragu, mungkin mereka belum mengetahui dengan jelas tentang materi yang akan disampaikan dalam In-House Training sehingga mereka merasa tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa materi tersebut.
Sedangkan sisanya 71% menyatakan perlu
diadakan In-House Training penyusunan
ISSN : 2459-9743 |
9
mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar guru menyadari bahwa dirinya belum memiliki kelengkapan mengajar dan
merasa pengalaman mengajarnya masih
kurang, serta mata pelajaran yang diajarkan
kurang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya sehingga masih kesulitan dalam menyusun kelengkapan mengajar.
Tabel 3
Motivasi Guru Mengikuti In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar
No Tingkat Motivasi %
1 Sangat Tinggi 33
2 Tinggi 67
3 Cukup Tinggi 0
4 Rendah 0
5 Sangat Rendah 0
Jumlah 100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 100% guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In-House Training dan memiliki
keinginan yang kuat untuk membuat
kelengkapan mengajar bahkan akan
menggunakan kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini berarti seluruh guru di Gugus 7 Kecamatan
Sekayu menyadari pentingnya memiliki
kelengkapan mengajar.
Tabel 4
Hasil In-House Training pada Siklus 1
Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus
1 ternyata ada dua hal yang perlu
mendapatperhatian sebagai tindak lanjut yaitu:
1. Prosentase guru yang menyelesaikan
kelengkapan mengajar belum mencapai l00%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru ternyata masih belum
sepenuhnya sesuai dengan panduan/
pedoman sehingga masih perlu
penyempurnaan.
Pada siklus 2, In-House Training dilakukan untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh pada siklus I karena setelah dilakukan refleksi
temyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan yaitu:
1. Prosentase guru yang menyelesaikan
kelengkapan mengajar belum mencapai 100%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun
oleh guru temyata masih belum
sepenuhnya sesuai dengan yang
diharapkan, yaitu masih perlu
penyempurnaan.
Tabel 5
Hasil In-House Training pada Siklus 2
Dari table 5 di atas terlihat bahwa telah terjadi peningkatan prosentase guru yang
berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar rata-rata guru telah menyelesaikan tugas persentase yang didapat 100%, namun masih ada satu orang guru yang mendapat persentase sebesar 83,3%. Hal ini terjadi karena kelengkapan mengajar guru tersebut belum lengkap. Tindak lanjut dari siklus 2 adalah peserta yang ada masalah keluarga tersebut diberi kebijakan berupa
tambahan waktu untuk menyelesaikan
penyusunan kelengkapan mengajar tersebut. 2. Pembahasan
Secara umum seluruh kelengkapan
mengajar guru telah terjadi peningkatan
kemampuan, namun dalam penyusunan
kelangkapan mengajar masih ada satu orang
guru belum menyelesaikan keseluruhan
kelengkapan mengajar yang ditargetkan.
Menurut pengamatan peneliti, satu orang guru tersebut dikarenakan ada masalah keluarga sehingga belum sempat menyelesaikan tugas yang diberikan. Secara keseluruhan guru telah memiliki kelengkapan mengajar, hal ini dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik 1
Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar
10
| ISSN : 2459-9743
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prosentase guru yang
berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar, yaitu dari 66,63% menjadi 98,13%. Dari tabel ini juga dapat dilihat bahwa seluruh guru telah melengkapi
kelengkapan mengajar dengan melihat
prosentase kelengkapan mengajar yang
diselesaikan pada siklus 1 dan 2. Dari hasil observasi menyatakan bahwa 57.4% guru menyadari bahwa sangat penting memiliki kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan 42.6% menyatakan penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan data di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru
berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2 terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan -
mengajar. Jadi ada peningkatan
kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar sebesar 31,50%.
2. Kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta: RinekaCipta
Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan
Pembelajaran. Surabaya: Surabaya
University Press UNESA.
Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang: IKIP Malang.
Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
ISSN : 2459-9743 | 11
Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita
Melalui Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita
pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu
Ropita
Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu.
Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai dengan tujuan kurikulum cenderung kearah keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru harus dapat menciptakan seni mengajar pada pengajaran keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Baik pada bidang kebahasaan maupun pada bidang sastra. Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD) harus dapat menjadi bagian proses belajar mengajar yang menarik sebagai sebuah karya seni mengajar.
Standar kompetensi yang menarik namun menjadi momok adalah keterampilan menulis. Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak ada SMA yang secara khusus melahirkan seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi guru bahasa untuk menciptakan model-model pembelajaran yang menarik. Namun, banyak guru mengalami kesulitan untuk membiasakan siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit. Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari diri sendiri.
Problema yang terjadi di SMA PGRI Sekayu yakni kompetensi menulis masih
mengecewakan, terutama pada SK menulis cerita, siswa sulit menuangkan gagasan secara runtun dan logis dalam bentuk karya sastra kreatif. Seandainya diselesaikan, waktu yang digunakan untuk meyelesaikan KD tersebut sangat lama. Oleh karena itu, perlu dipikirkan suatu model pengajaran menulis sastra yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menarik (PAIKEM), serta mudah dijalankan oleh guru.
Model Copy The Master dengan mengubah cerita ditawarkan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi menulis sastra kreatif yang menyenangkan.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu: apakah model Copy The Master dengan
mengubah cerita dapat meningkatkan
kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
Untuk penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master.
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
12 | ISSN : 2459-9743
1) Bagi siswa: dapat meningkatkankompetensi menulis sastra secara lebih kreatif.
2) Bagi guru bahasa: sebagai salah satu model pembelajaran menulis dan
masukan dalam memprediksi
kelemahan menulis cerita siswa.
3) Bagi sekolah: meningkatkan
pembelajaran menulis khususnya menulis cerita.
4) Bagi kepala sekolah: sebagai acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran, melalui pelatihan guru tentang
model-model pembelajaran yang
kreatif.
5) Bagi peneliti lain: sebagai rferensi dalam melakukan penelitian yang sejenis.
B. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu proses yang dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau lazim juga disebut mengarang merupakan kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
ditulis juga pengetahuan bagaimana
menuliskannya. Pengetahuan pertama
menyangkut isi karangan sedang yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisannya bertalian erat dengan proses berpikir, (Akhadiah, 1986).
2. Sastra/ Cerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai keunggulan seperti: keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1) teknik langsung menulis tanpa mengikuti aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2) teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan setting ceritanya, dan 3) menentukan unsur-unsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga
membentuk alur sambung-menyambung
berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)
3. Model Pembelajaran Copy The Master Imitasi atau membuat tiruan merupan salah satu metode pengajaran retorika yang fundamental pada zaman Romawai Kuno dan Renaissance. Imitasi pada zaman itu yaitu menyalin murni pidato dari seorang penulis yang disediakan. Ketika menyalin, mereka diajari untuk menguraikan dan menemukan sarana-sarana dari berbicara dan menulis,yang membawa kepada bermacam jenis analisis retorika dari model-model mereka.
Pelajaran menulis mengenal model,
metode Copy The Master menuntut
dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan master yang diberikan. Latihan dengan metode ini tidak mesti tulisan dari seorang penulis terkenal, tetapi dapat juga diambil dari sebuah tulisan yang berasal dari penulis biasa,setelah dilakukan modifikasi seperlunya. Caranya, master ini dibaca terlebih dahulu, dicermati isi dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan kerangkanya, serta dilakukan hal-hal lain yang dianggap perlu, baru sesudah itu tiba waktunya untuk menulis.
C. Metode Penelitian
1. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana guru mengajarkan menulis sastra (cerita) dengan menggunakan metode Copy The Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu sangat banyak.
2. Setting Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014 sampai minggu ke-5 Maret 2015.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian a. Siklus Pertama
1) Perencanaan atau refleksi awal: Refleksi awal dilaksaanakaan dengan melakukan
pengamatan pendahuluan untuk
mengetahui kondisi awal dilakukan oleh peneliti.
ISSN : 2459-9743 | 13
model Copy The Master berdasarkanmasalah sesuai dengan rencana pelajaran (RPP).
3) Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator, kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
selama proses pembelajaran
menggunakan instrumen pengamatan.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1
ditemukan bahwa: a) guru kurang
memberi motivasi, b) indikator kegiatan pendahuluan terlalu banyak, c) pada indikator ke-2 guru dan siswa berdiskusi terlalu lama, d) indikator perubahan dan master cerita terlalu banyak, e) siswa kesulitan mengadakan perubahan cerita alur dengan warna lokal dan mengubah sudut pandang penulisan, f) cerita yang dicopy siswa terlalu panjang, dan g) guru tidak memberikan pujian kepada siswa. 4) Refleksi: a) guru kurang memberikan
motivasi maka pada kegiatan awal,akhir dan tengah-tengah pembelajaran guru perlu memberi arahan yang jelas lagi agar siswa tahu persis yang akan dikerjakan, b)
indikator kegiatan pendahuluan
dipersingkat, c) apersepsi materi
dipersingkat, d) indikator perubahan dan master cerita disesuaikan dengan jampel, e) guru harus menyederhanakan materi dan perintah perubahan cerita yang diimitasi, f) Panjang cerita yang dicopy atau diimitasi disesuaikan jam pelajaran yang tersedia, dan g) guru memberikan pujian kepada siswa. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa masih sulit menuangkan gagasan dalam bentuk cerita.
b. Siklus Kedua
1) Perencanaan: a) menyusun dan
mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP. Perbaikan RPP sesuai hasil refleksi pada siklus pertama, dan b) mempersiapkan alat-alat dan media yang digunakan, yaitu media pembelajaran cuplikan cerita sesuai hasil refleksi siklus ke-1.
2) Pelaksanaan Tindakan: Pada tahap ini
peneliti melakukan kegiatan
pembelajaran dengan model
pembelajaran Copy The Master dengan mengubah cerita sesuai RPP yang telah dilakukan perubahan sesuai repleksi siklus ke-1.
3) Pengamatan: pengamatan dilakukan oleh
teman sejawat sebagai kolaborator
berpedoman pada instrumen observasi. Hasil pengamatan sebagai berikut: a) kondisi siswa menunjukan keaktifan dan percaya diri untuk menulis imitasi cerita berdasarkan master pada LKS, b) siswa lebih berani bertanya kepada guru, c) guru lebih sering melihat-lihat siswa berkerja sehingga siswa termotivasi atas kesulitan yang dihadapi, d) indikator dalam RPP telah dispesifikan dan cerita yang akan dicopy disesuaikan, e) suasana kelas jadi kondusif dan menyenangkan, f) guru telah memberi pujian dan penghargaan kepada siswa yang berhasil.
4) Refleksi: a) pada siklus ke dua siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam pembelajaran, b) siswa tampak aktif, komunikatif berdiskusi baik dengan guru maupun dengan teman sebangku, c)
setiap siswa telah memahami dan
mengerti tugas imitasi cerita yang harus dibuat, d) guru telah sesuai dengan
perananya sebagai motivator dan
fasilitator yang baik, e) kegiatan pembelajaran menulis cerita dengan
model Copy The Master secara
keseluruhan sangat menarik dan
memotivasi sehingga model ini dapat
mengatasi kesulitan siswa dalam
menuangkan gagasan dalam menulis cerita.
2. Pembahasan
Hasil dialog dan diskusi dengan teman sejawat pada data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu panjang cerita yang diubah disesuikan dengan waktu pembelajaran yang tersedia.
Model pembelajaran Copy The Master dikembangkan dengan mengubah cerita siswa
diberikan master: 1) panjang cerita
disesuaikan waktu pelajaran, 2) siswa
membaca cerita berulang-ulang untuk
Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master
14 | ISSN : 2459-9743
Grafik 1Tingkat Keberhasilan Siswa
Hasil pengamatan aktivitas guru selama siklus kedua yang diamati antara lain: a) pra-pebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan pemberian reord kurang, dan c) penutup semuanya bernilai baik. Sedangkan untuk kegiatan siklus kedua yang diamati adalah: a) pra pembelajaran semua komponen bernilai baik; b) kegiatan inti pembelajaran semua komponen bernilai baik, dan c) penutup: semua komponen bernilai baik.
E. Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian pada siklus pertama/T1 prestasi belajar siswa rata-rata 49,51 berarti daya serapnya 49,51%, dan Berdasarkan kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama/T1: a) tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang menulis cerita dengan model Copy The Master dengan mengubah cerita cukup, b) keterlibatan siswa dalam pembelajaran cukup, c) keberanian siswa dalam bertanya cukup, d) kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman cukup, e) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat cukup, dan f) kesungguhan siswa
dalam mengerjakan tugas kurang.
Sedangkan pada siklus kedua/T2 semua indikator pengamatan bernilai baik.
2. Berdasarkan data Kuesioner minat siswa
menunjukan 100% siswa menyukai
pembelajaran menulis dengan model Copy The Master. Menulis cerita dengan cara
membuat imitasinya ternyata 92% siswa
menyatakan mudah, hanya 8% yang
menyatakan sulit. Dari 5 perubahan cerita yang ditawarkan, mengubah akhir cerita
100% siswa menjawab tidak sulit.
Mengubah alur cerita 78% siswa
menyatakan mudah, mengubah tokoh dan penokohan 65% mudah, mengubah setting dengan warna lokal 45% mudah, dan mengubah sudut pandang penulisan 87% siswa menyatakan sulit.
3. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan aktivitas guru selama siklus pertama yang diamat: (a) pra pembelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan siswa bernilai baik dan bermotivasi serta apersepsi bernilai kurang. (b) kegiatan inti pembelajaran yang terdiri dari 1. Penguasan materi bernilai baik, 2. Strategi pembelajaran butir penguasaan kelas dan alokasi waktu bernilai cukup sedangkan yang lainnya bernilai baik, 3)
Pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran butir penggunaan
mediabernilai cukup dan butir yang lain bernilai baik, 4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siawa butir menumbuhkan parisifasi, keceriaan siswa bernilai baik, pemberian riword kurang 5) Penilaian proses dan hasil belajar yaitu bernilai baik, 6) Penampilan guru bernilai baik. (c) penutup kesemuanya bernilai baik. Sedangkan pada siklus kedu yang diamati antara lain: a) Pra pembelajaran semua komponen bernilai baik. b) Kegiatan inti pembelajaran semua komponen bernilai baik, dan c) Penutup semua komponen bernilai baik.
4. Pembelajaran dengan Model Copy The Master menunjukan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu. Ditemukan beberapa kelemahan pada siklus pertama. Namun pada siklus kedua prosentase secara klasikal sudah tercapai.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1986. Modul Menulis 1. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Universitas Terbuka.
Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Arief, Ermawati. 2006. Retorika Lisan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP Tahun Akademik 2005. (Tesis) Tidak diterbitkan. Padang: PPS UNP.
ISSN : 2459-9743
|
15
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat
melalui Metode Tanya Jawab
pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu
Suhurni
Kepala SD Negeri 1 Bailangu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya jawab. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bailangu Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 35 orang yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan pusat mengalami peningkatan dari rata-rata 56,57 pada siklus I menjadi 76,s7% pada siklus II. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu.
Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan metode tanya jawab
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 1 Bailangu masih banyak terdapat
kendala dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), antara lain siswa kurang aktif dalam diskusi kelas, jika
ada siswa yang terpaksa menjawab,
jawabannya sering melenceng, sebagian besar jawaban siswa tidak benar, dan pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah. Selain itu nilai yang diperoleh siswa juga masih kurang
memuaskan, masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan keuletan serta kerja sama antara guru dan muridnya.
Adanya kemauan keras guru untuk memperbaiki pelajaran PKn kelas IV untuk mengkaji strategi pembelajaran apa yang sangat tepat diterapkan, sehingga mampu
memperbaiki kondisi tersebut. Oleh karena itu
perlu penelitian tindakan kelas yang
melibatkan kerjasama guru dan teman sejawat. Dengan demikian perlu diterapkan suatu strategi pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan melalui metoda tanyajawab dengan diimbangi bentuk kegiatan lainnya. Dengan strategi ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan aktif bertanya (mengalami), bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi atau proses pembelajaran lebih dipentingkan guna mencapai hasil yang optimal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu: apakah metode tanya jawab dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya jawab.
Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
16
|
ISSN : 2459-9743
Penelitian ini diharapkan bermanfaat
dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar PKn sehingga dapat mendorong
keaktifan siswa dalam belajar. Bagi guru sendiri penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.
Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini
diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
B. Kajian Pustaka
1. Aktivitas Siswa
Menurut Dierich (dalam Hamalik,
2012:90-91) aktivitas siswa terbagi menjadi delapan kelompok yaitu :
a. Kegiatan- kegiatan visual: membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran,
mengamati orang lain berkerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral):
mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukkan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengar:
mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat seketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar:
menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan
percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi) menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor- faktor, menemukan
hubungan-hubungan, membuat
keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat,
membedakan, berani tenang, dan
sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih.
Penerimaan pelajaran akan lebih baik jika dengan aktivitas siswa sendiri, karena kesan itu
tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda (Slameto, 2010:36).
2. Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usah yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gagne (dalam Slameto, 2010:13) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Dengan demikian belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat belajar, dengan belajar seseorang dapat mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, pengetahuan yang tidak hanya kecakapan tapi juga penghayatan pada individu pesera didik di sekolah yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yaitu nilai hasil tes. Biasanya hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang atau buruk.
3. Materi Sistem Pemerintahan Tingkat
Pusat
Pemerintahan pusat adalah pemerintah
yang berkedudukan di tingkat negara.
Pemerintahan pusat terdiri atas perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari presiden dan para pembantu presiden, yaitu wakil presiden, para mentri, dan lembaga-lembaga pemerintahan pusat. Lembaga negara dalam sistem pemerintahan pusat dibagi menjadi tiga kekuasaan, yaitu
eksekutif. Pemerintahan pusat adalah
pemerintah yang berkedudukan di tingkat negara.
4. Metode Tanya Jawab
Pembelajaran PKN yang terkesan
membosankan dan membuat suntuk murid karena cara guru mengajarkan materi yang hanya bersifat informatif sehingga murid tidak turut terlibat dalam pembelajaran barawal dari sinilah peneliti ingin mencoba mensajikan
teori-teori yang mudah-mudahan bisa
ISSN : 2459-9743
|
17
dengan perasaan senang dan semangat. maka
dari itu peneliti disini akan mencoba
mengadakan penelitian yang mudah-mudahan bisa menunjang pembelajaran PKN dan bisa
menjadikan rujukan para guru untuk
meningkatkan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan metode tanya jawab .
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian dan 18 orang laki-laki. Penerapan metode tanya jawab ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan terdiri dari pertemuan pertama, dan kedua. Dimana dua kali pertemuan berlangsung selama 2 x 35 menit setiap diakhir pertemuan guru memberi tes yang terdiri dari 5 soal berbentuk isian setelah pembelajaran PKn menggunakan metode tanya jawab.
Pada metode tanya jawab, siswa belajar dan bekerja dalam kelompok, kemudian pada akhir pertemuan siswa diberi post tes (tes
akhir). Pada pertemuan pertama, dan
pertemuan kedua observasi dilakukan untuk melihat aktivitas siswa, selama kegiatan pembelajaran. Pada akhir pertemuan untuk
mengatahui hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode tanya jawab, penulis memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 soal isian.
Berdasarkan pada rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) yang telah di tetapkan sebelumnya, pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Pertama, berupa kegiatan pendahuluan yaitu penulis mengabsen siswa dan melakukan perkenalan singkat dengan siswa dan siswi serta menjelaskan tentang metode yang akan digunakan yaitu metode tanya jawab, diuraikan tahapan-tahapan yaitu: menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam mempelajari materi
sistem pemerintahan tingkat pusat dan
motivasi siswa belajar. Dalam kegiatan ini guru menyajikan informasi materi kepada siswa dengan cara menjelaskan materi sistem pemerintahan tingkat pusat.
Kedua, guru membagi siswa kelas IV dalam beberapa kelompok yang heterogen, guru mengelompokkan siswa yang berjumlah 35 orang menjadi 7 kelompok, 1 kelompok
terdiri dari 5 orang. Setiap anggota kelompok diberi materi pelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa untuk didiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing.
Ketiga, siswa mendiskusikan jawaban
untuk menyelesaikan pertanyaan dan
mengetahui jawaban sebenarnya. Dalam tahap ini guru mengarahkan siswa dalam berdiskusi dan berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya. Setelah selesai berdiskusi, siswa
membuat kesimpulan. Selanjutnya guru
memberikan soal tes 1 yang sesuai dengan materi.
Pada pertemuan kedua secara umum sama, dengan kegiatan pada pertemuan pertama tetapi dengan materi yang berbeda sehingga kesulitan yang dialami siswa dalam berdiskusi berbeda hanya saja pada pertemuan kedua guru tidak mengadakan perkenalan singkat dengan siswa. Dimana pada pertemuan
pertama guru menjelaskan lembaga
pemerintahan pusat, sedangkan pada
pertemuan kedua guru menjelaskan organisasi pemeritahan pusat.
a. Deskripsi Data Observasi
Pengambilan data observasi pada
penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali, pertemuan I, dan II dengan mengamati aktivitas siswa selama penerapan metode tanya
jawab. Observasi dilakukan oleh observer
(teman sejawat), dengan memberikan tanda cek ( ) pada lembar observasi yang sesuai dengan aktivitas siswa. Untuk memperoleh nilai rata-rata dari tiap indikator, maka dihitung terlebih dahulu persentase tiap-tiap deskriptor dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata persentase aktivitas siswa seperti tabel 1 berikut :
Tabel 1