• Tidak ada hasil yang ditemukan

270451627 Jurnal Guru Volume I No 2 Juli Agustus 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "270451627 Jurnal Guru Volume I No 2 Juli Agustus 2015"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015)

ISSN :

1234-5678

Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015)

ISSN : 2459-9743

JurnalGuru

JURNAL GURU

Vol. I

No. 2

Juli – Agustus 2015

Hal. 1-114

Indralaya

ISSN: 2459-9743

Diterbitkan oleh:

Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)

Sumatera Selatan – INDONESIA www.e-jurnalguru.com

(2)

JurnalGuru

(3)

JurnalGuru | Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran Volume I, No. 2, Juli – Agustus (2015)

ii

| ISSN : 2459-9743

JURNAL GURU

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran www.e-jurnalguru.com

ISSN (International Standard Serial Number) : 2459-9743

PENERBIT

Pusat Kajian Pendidikan dan Strategi Pembelajaran (PKPSP) Institut Studi Ekonomi dan Kewirausahaan (InSEK)

Sumatera Selatan, INDONESIA

Akta Notaris No. 45, Tanggal 28 Agustus 2003 (Notaris Ristiana, S.H.)

KETUA DEWAN PENYUNTING

Benny Hendrawan, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ANGGOTA DEWAN PENYUNTING

Irwan Pachrozi, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

Bastudin, M.Pd. Universitas Sriwijaya, Palembang

Ihsanudin, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Sugianto, S.Pd., M.M. Universitas Bina Darma, Palembang Drs. Catur Pramono, M.Hum. Universitas Sebelas Maret, Surakarta

MITRA BESTARI

Prof. Dr. Anoesyirwan Moeins, M.Sc., M.M. Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Dr. H. Nawawi Nurdin, M.Pd. BDK Palembang, Palembang

Dr. Silvi Hevria, M.Pd. LPMP Sumatera Barat, Padang

Dr (Cand). Abjan Halek, S.E., M.Si. STIE Budi Utomo Manado, Sulawesi Utara Dr (Cand). Dedi Royadi, S.Sos., M.Si. STMIK Bina Sarana Global, Banten Dr (Cand). H.M. Arbi Syarif, M.M. STIE Dr. Mochtar Talib, Jakarta

Dr (Cand). Marlia Saridewi, M.M. Universitas Maritim Raja Ali Haji , Kepulauan Riau Dr (Cand). Solahuddin, S.Kom., M.M. Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat Drs. H. Tadjuddin Nural, M.M. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya

Fawziana Mustika, S.Psi., M.Si. LPMP Lampung, Bandar Lampung Drs. H. Muhlisin, M.Si. LPMP Sumatera Selatan, Indralaya Inekhe Dyah Kusumawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

ADMINISTRASI

Karwan Sugiarto, S.A.P. STIA & P - ADS, Palembang

ALAMAT PENYUNTINGAN

Graha InSEK, Komplek Bunga Mas Blok A-31, Jl. Sarjana, Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, INDONESIA 30862

Telp : +62 852-6731-4774 Email : [email protected] Website : www.e-jurnalguru.com

Penerbit menerima kiriman dan sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain. Tulisan dikirim dalam bentuk softcopy dengan format penulisan seperti tercantum di laman Pedoman Penulisan di www.e-jurnalguru.com, dan dikirim via e-mail ke alamat: [email protected]. Setiap naskah yang masuk akan direview substansinya oleh mitra bestari yang relevan dengan tema tulisan, dan disunting oleh dewan penyunting sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku di jurnal ini.

© Copyright 2015. All Right Reserved

(4)

ISSN : 2459-9743 |

iii

DAFTAR ISI

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu

JOKO KUNCORO ... 1-5 • Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar pada Guru

di Gugus 7 Kecamatan Sekayu Melalui Kegiatan In-House Training

SUZANA ... 6-10 • Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

dengan Mengubah Cerita pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu

ROPITA ... 11-14 • Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn

Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat melalui Metode Tanya Jawab pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu

SUHURNI ... 15-19 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi

Sifat-Sifat Magnet dengan Metode Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas V SD Negeri Lumbajaya

M. RASYID... 20-24 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Komposisi Fungsi

Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas XI IPA.1 SMA Negeri 1 Lais Tahun Pelajaran 2014/ 2015

ZULGANDA ATMAJA ... 25-30 • Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Matematika Materi Operasi Hitung Pecahan Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas VI SD Negeri 12 Sekayu

NAZEMAH ... 31-35 • Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPA

Materi Tata Surya Melalui Penggunaan Alat Peraga Model Tata Surya pada Siswa Kelas VI.B SD Negeri 1 Sekayu

TAFTAZANI ... 36-39 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui

Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12 Sekayu

NURDILAH ... 40-44 • Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan dengan

Menggunakan Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.A SD Negeri 10 Sekayu

SUMARNI... 45-49 • Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pembagian dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II SD Negeri 3 Kayuara

ZUNAINI ... 50-56 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan

Menggunakan Metode Penugasan pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 Lumpatan

KHOSI’AH ... 57-60 • Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Pokok Bahasan Rasul-Rasul Allah Melalui Pendekatan Inquiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Lumpatan

(5)

JurnalGuru | Daftar Isi

iv

| ISSN : 2459-9743

Peningkatan Kemampuan Membaca dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Latihan pada Siswa Kelas I SD Negeri 6 Lumpatan

MAIZAH ... 66-69 • Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Interaktif pada Siswa Kelas III SD Negeri 7 Sekayu

ZULFAH ... 70-73 • Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi dan Kerja Kelompok di Kelas IV SD Negeri Kampung Sekate

AKHMAD SYAMSURI ... 74-78 • Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Fotosintesis

Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lumban Jaya Kabupaten Musi Banyuasin

MARIANA ... 79-83 • Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Pias-Pias

Kata pada Siswa Kelas I SD Negeri Lumban Jaya

ELYAROSYA ... 84-87 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan

Menggunakan Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas I.B SD Negeri 2 Sekayu

ROSMAIDA ... 88-91 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hak Asasi Manusia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu

ELFARINI ... 92-95 • Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar pada Peserta Didik

Laki-Laki Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sekayu Melalui Layanan Bimbingan Konseling Kelompok

SEJUTA ... 96-101 • Upaya Meningkatkan Keberanian Siswa dalam Mengemukakan Pendapat

Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas X IIS.3 SMA Negeri 1 Sekayu

MARLIANA ... 102-104 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Pronunciation Kosa Kata Bahasa

Inggris Melalui Media Lagu pada Peserta Didik Kelas X MIA.5 SMA Negeri 1 Sekayu

TAPSILA ... 107-107 • Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text

dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu

SRI MAHARANI ... 108-111

(6)

ISSN : 2459-9743

|

1

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Melalui Supervisi Kelas di SMA Negeri 4 Sekayu

Joko Kuncoro

Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran melalui program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas di SMA Nageri 4 Sekayu. Penelitian ini melibatkan 9 orang guru pada mata pelajaran yang berbeda yang perlu ditingkatkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajarannya. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan kemampuan pengelolaan pembelajaran. Dari analisis penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: pada siklus I guru yang memperoleh nilai A sebesar 0%, nilai B sebesar 3%, dan nilai C sebesar 7%, pada siklus II guru yang memperoleh nilai A sebesar 3%, nilai B sebesar 4%, dan nilai C sebesar 2%; sedangkan pada siklus III guru yang memperoleh nilai A sebesar 8%, nilai B sebesar 2%, dan nilai C sebesar 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa program pembinaan profesionalitas guru dan supervisi kelas berhasil meningkatkan kemampuan dan efektivitas guru dalam pembelajaran.

Kata kunci: profesionalisme, pembelajaran, dan supervisi kelas

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan pendidikan menuntut kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajarannya secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan secara efisien kepada pengguna kependidikan akan sangat tergantung pada kualitas pendidik dan tenaga pendidik yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan pada keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab secara individual maupun kelompok.

Supervisi klinis merupakan layanan professional dari kepala sekolah dan pengawas, karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983) menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan pengajaran ditentukan oleh pengawas/ kepala sekolah, sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-down, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami para guru. Ketika seorang guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam kegiatan itu tidak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar.

Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas proses pembelajaran kerena penggunaan metode mengajar yang monoton dan tidak bervariasi.

Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan para guru di SMA Negeri 4 Sekayu, diketahui bahwa rendahnya wawasan profesionalisme guru dimungkinkan karena beberapa alasan antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru untuk memperbaharui pengetahuannya meskipun telah lama diangkat menjadi guru, (2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan profesional sangat terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran cenderung menitikberatkan pada aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk memacu kinerja guru pada prakteknya hanya bersifat formalitas.

2. Rumusan Masalah

(7)

Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

2

|

ISSN : 2459-9743

program pembinaan professional guru dan

supervisi kelas?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

1) Meningkatkan komitmen guru agar dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk mengembangkan sikap profesionalismenya.

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran untuk mengefektifkan pembelajaran.

b. Manfaat Penelitian

1) Mengefektifkan pengelolaan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

2) Meningkatkan wawasan profesional guru sehingga termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.

B. Kajian Pustaka 1. Profesionalisme Guru

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian mengajar, dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar, antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Untuk lebih memahami pengertian di atas maka guru memegang peranan penting dalam proses belajra mengajar.Wrightman (dalam Usman, 2002:4) mengatakan peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia didalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana kerena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari mudah dihayati oleh siapa saja.

Mengajari pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan peserta didik dan dahan pelajaran yang menimbulkan proses belajar, pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator

kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan baik yang ada di kelas maupun diluar kelas yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

2. Supervisi Kelas

Dalam organisasi pendidikan, istilah supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan. Istilah “supervisi kelas” mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditunjukkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain supervisi kelas adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran disekolah. Karena itu, supervisi kelas berkepentingan dengan upaya peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dengan demikian fungsi supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kemampuan professional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih melalui cara mengajar yang lebih baik pula. Hubungan antara perilaku supervisi, prilaku mengajar, perilaku belajar, dan hasil belajar. Perilaku supervisi diarahkan pada perbaikan penilaian perilaku mengajar guru yang berdampak terhadap perilaku belajar siswa.

(8)

ISSN : 2459-9743

|

3

Pentingnya peningkatan kemampuan

profesionalisme guru dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang antara lain:

a. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Demikian pula pengembangan materi, semua itu harus dikuasai oleh guru sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa peserta didik menjadi lulusan yang berkualitas.

b. Peningkatan kemampuan professional guru sebenarnya merupakan hak setiap guru, karena itu bilamana pembinaan professional dirancang dan dilaksanakan, guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang lebih tinggi dan disiplin.

Pembinaan guru merupakan rangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru terutama bantuan berupa pelayanan atau bimbingan professional untuk mengefektifkan pembelajaran. Bimbingan professional yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, kegiatan yang termasuk program pembinaan profesionalisme guru adalah: (1) pelatihan guru, (2) mengaktifkan musyawarah guru sejenis, (3) mengefektifkan supervisi pendidikan, dan (4) penilaian angka kredit jabatan fungsional guru.

3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakakan sebagai berikut: supervisi kelas dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran di SMA Negeri 4 Sekayu.

C. Metode Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari 9 orang guru dari 15 orang guru yang mengajar mata pelajaran di kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 4 Sekayu yang merupakan sekolah binaan peneliti sebagai pengawas sekolah.

2. Setting Penelitian.

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam tiga siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan (Arikunto, 2006:16) yaitu: 1) perencanaan, 2)

pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. Empat tahapan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai mencapai indikator yang telah ditetapkan.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Sekayu pada tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Desember 2014 - Maret 2015 dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Penelitian

4. Analisa Data

Analisis data mengguakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberi gambaran tentang kecenderungan ubahan-ubahan yang menjadi pusat perhatian yang meliputi:

a. Pra pembelajaran dan pembuka kegiatan pembelajaran,

b. Kegiatan inti pembelajaran,

c. Pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar,

d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa,

e. Penilaian proses / hasil belajar dan penggunaan bahasa,

f. Penutup kegiatan pembelajaran.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

(9)

Joko Kuncoro | Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

4

|

ISSN : 2459-9743

jelas mengenai komposisi komitmen guru pada

akhir siklus I periksa tabel 2 berikut.

Tabel 2.

Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran pada Siklus I

Dari data pada tabel diatas menyatakan bahwa guru yang komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya, untuk katagori A masih beluam ada, katagori B terdapat 3% (3 guru), katagori C terdapat 7% (6 guru) sedangkan pada katagori D tidak ada.

Tabel 3.

Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II

Dari data siklus II terlihat adanya kenaikan komponen guru-guru yaitu yang memperoleh katagori A terdapat 4%, dan berkatagori B terdapat 4%, yang memperoleh katagori C menurun sebesar 2%. Jika dihitung individu yang mengalami kenaikan nilai (kualitatif) berdasarkan tabel 3 misalnya dari nilai B ke nilai A ada 4 orang, atau dari nilai C ke nilai B jumlahnya 4 orang (4%) dan masih di katagori C ada 2 orang.

Tabel 4.

Hasil Supervisi Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III

Dari data siklus III terlihat adanya kenaikan komitmen guru-guru sehari-hari, yaitu yang memperoleh katagori A meningkat menjadi 8 %, yang memperoleh katagori B

menjadi 2% sedangkan katagori C terdapat perubahan sebesar 100%. Jika dihitung individu yang mengalami kenaikan nilai (kualitatif) berdasarkan tabel 4 misalnya dari nilai B ke nilai A atau dari nilai C ke nilai B jumlahnya, adalah nilai A adalah 7 orang, nilai B adalah 2 orang, dan nilai C tidak ada sudah mengalami kemajuan.

Grafik 1. Perubahan Tingkah Laku Guru

Pada data grafik diatas dapat disimpulkan pada siklus 1 terdapat katagori B sebesar 3 % guru dan katagori C sebasar 7%, pada siklus 2 terdapat katagori A sebesar 4%, katagori B sebesar 4%, dan katagori C sebesar 2%, sedangkan pada siklus 3 terdapat katagori A sebesar 7% dan katagori B sebesar 3%, sementara katagori C sudah tidak ada lagi. Ini berarti guru sudah mengalami perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran.

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tindakan yang dipaparkan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Penerapan kombinasi pendekatan profesi

dan supervisi kelas dengan menggunakan teknik pertemuan formal dan teknik menggunakan pendapat siswa dapat meningkatkan komitmen guru-guru di SMA Negeri 4 Sekayu dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Melalui analisis deskriptif dari data pada Siklus 1 sampai dengan Siklus 3 didapat hasil sebanyak 99% guru mengalami peningkatan komitmen dalam proses pembelajaran di kelasnya (dari nilai C ke nilai B atau dari nilai B ke nilai A).

(10)

ISSN : 2459-9743

|

5

2. Saran

Dengan melihat hasil-hasil penelitian ini yaitu berhasil ditingkatkannya komitmen guru-guru sebagai berikut:

a. Pendekatan yang disajikan dalam penelitian tindakan ini dapat diuji cobakan lebih lanjut oleh pengawas lainnya dengan variabel yang lebih spesifik pada masing-masing sekolah dengan berbagai inovasi yang ada.

b. Penilaian kinerja supervisi kepala sekolah sebaiknya dikembangkan untuk memfasilitasi munculnya kreativitas dan inovasi kepala sekolah dalam melakukan supervisi di lingkungan sekolahnya.

Daftar Pustaka

Depdikbud RI. 1999. Sistem Pengembangan Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum Depdiknas.

Purwanto, N. 1998. Administrasi dan supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Rusyan, A.T., & Hamijaya, H.E. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Nine Karya Jaya.

Sahertian, P.A. 1992. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soekamto, T., & Udin S.W. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

(11)

Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

6

| ISSN : 2459-9743

Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

Pada Guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu

Melalui Kegiatan In-House Training

Suzana

Pengawas TK/ SD Kecamatan Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar. Subyek penelitian sebanyak 9 orang guru SD dari Gugus 7 Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Pada Siklus pertama terdapat 66,63% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar, sedangkan pada siklus kedua terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sebesar 31,50%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.

Kata kunci: kemampuan guru, kelengkapan mengajar, dan in house training

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Salah satu masalah pokok yang dihadapi sekolah di Gugus 7 Kecamatan Sekayu adalah hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal ini di indikasikan dari rendahnya nilai ujian nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun pelajaran 2014-2015 Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui proses pembelajaran dengan sistem ganda sesuai KTSP yaitu di sekolah dan di industri dan telah melalui proses penilaian secara berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini guru. Namun demikian tetap saja prestasi belajar peserta didik saat dievaluasi baik ulangan harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan akhir semester, menurut data yang di inventarisir oleh bagian kurikulum masih cenderung rendah dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM berkisar antara 40 – 60%, sedangkan sisanya

untuk menuntaskan harus menempuh

remedial.

Atas dasar hal tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, sekolah di

kawasan Gugus 7 Kecamatan Sekayu

berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pendidikan. Ditangan guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga penyelenggara pendidikan hingga visi-misi

sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan

mampu mengoptimalkan seluruh potensi

sumber dan media belajar yang ada di

lingkungannya untuk pembelajaran yang

optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya peran guru pada sebuah lembaga pendidikan, maka sekolah gugus 7 Sekayu memberikan perhatian yang besar bagi terwujudnya guru profesional.

Atas dasar hal tersebut di atas maka sekolah gugus 7 Sekayu menyatakan sangat perlu mengadakan In-House Training. Dengan adanya kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar ini diharapkan semua guru memiliki kelengkapan mengajar yang lengkap dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah karena

tujuan pembelajaran, materi yang akan

diajarkan, metode, dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: apakah In House Training dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam

menyusun kelengkapan mengajar? 3. Tujuan Penelitian

(12)

ISSN : 2459-9743 |

7

4. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar sehingga lebih profesional. Dengan demikian pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

mutu pengajaran dan berdampak pada

peningkatan mutu sekolah. Disamping itu dengan menemukan langkah yang tepat dalam

meningkatkan kemampuan guru dalam

menyusun kelengkapan mengajar maka akan dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama bagi peneliti lain.

B. Kajian Pustaka 1. Teori Mengajar

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada

siswa sangat bergantung pada

pertanggungjawaban guru dalam

melaksanakan tugasnya. Zamrani (dalam

Rastodio, 2009) mengatakan bahwa guru adalah kreator proses belajar mengajar. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas

norma-norma yang ditegakkan secara

konsisten. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.

2. Kelengkapan Mengajar

Komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari: 1) tujuan pendidikan sekolah, 2) struktur dan muatan kurikulum, 3) kalender pendidikan dan, 4) silabus dan RPP. Silabus dan RPP merupakan perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal tersebut diharapkan setiap pendidik pada Sekolah Dasar dapat menyusun kurikulum yang akan di implementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

a. Pengertian RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur

dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Untuk mata pelajaran Kelompok Program Produktif, RPP dapat mencakup lebih dari satu kompetensi dasar.

RPP dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). b. Tujuan Penyusunan RPP

1) Memberi kesempatan kepada

pendidik untuk merencanakan

pembelajaran yang interaktif dan

dapat digunakan untuk

mengeksplorasi semua potensi

kecakapan majemuk (multiple

intellegence) yang dimiliki setiap peserta didik.

2) Memberi kesempatan bagi pendidik

untuk merancang pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan peserta didik, kemampuan pendidik, dan fasilitas yang dimiliki sekolah.

3) Mempermudah pelaksanaan proses

pembelajaran.

4) Mempermudah pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran, sebagai input guna perbaikan pada penyusunan RPP selanjutnya

c. Manfaat

1) Meningkatkan kemampuan guru

dalam merancang pembelajaran

sebagai bagian dari kompetensi padagogik yang harus dimiliki guru. 2) Proses pembelajaran yang dilakukan

akan lebih terarah karena tujuan pembelajaran, materi yang akan diajarkan, metode dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan. 3) Meningkatkan rasa percaya diri

pendidik pada saat pembelajaran,

karena seluruh proses sudah

direncanakan dengan baik. d. Prinsip Pengembangan RPP

(13)

Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

8

| ISSN : 2459-9743

juga merupakan prinsip pengembangan RPP yaitu:

1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam RPP harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2) Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian rnateri

dalam RPPsesuai dengan tingkat

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

3) Sistematis, komponen-komponen RPP

saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten, adanya hubungan yang

konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi

pembelajaran, metode pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5) Memadai, cakupan indikator, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6) Aktual dan kontekstual, cakupan

indikator, materi pokok, kegiatan

pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.

7) Fleksibel, keseluruhan komponen RPP dapat mengakomodasi variasi peserta didik serta dinamika perubahan yang

terjadi di sekolah dan tuntutan

masyarakat.

8) Menyeluruh, materi RPP mencakup

keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang akan dicapai untuk mendukung ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

3. In-House Training

Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT (In-House Training) dan PT (Public Training). In-House Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu, apakah itu lembaga profit ataupun nonprofit. Istilah In-House Training sama pengertiannya dengan in-service training. Menurut Nawawi (dalam Dahlan, 1983) menyatakan bahwa in-service training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bidang tersebut.

C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Dari tabel di atas menyatakan bahwa 57% guru menyadari bahwa sebagai seorang guru sangat penting memiliki kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan 43% menyatakan penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.

Tabel 2

Sikap Guru terhadap In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar

Tabel diatas mengindentifikasi bahwa hanya 18% saja guru yang menilai tidak perlu

diadakan In-House Training penyusunan

kelengkapan mengajar. Hal ini terjadi mungkin

karena mereka merasa sudah cukup

berpengalaman dalam mengajar, sehingga tanpa In-House Training mereka merasa sudah bisa menyusun kelengkapan mengajar. 11% menjawab cukup setuju/ ragu-ragu, mungkin mereka belum mengetahui dengan jelas tentang materi yang akan disampaikan dalam In-House Training sehingga mereka merasa tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa materi tersebut.

Sedangkan sisanya 71% menyatakan perlu

diadakan In-House Training penyusunan

(14)

ISSN : 2459-9743 |

9

mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar guru menyadari bahwa dirinya belum memiliki kelengkapan mengajar dan

merasa pengalaman mengajarnya masih

kurang, serta mata pelajaran yang diajarkan

kurang sesuai dengan latar belakang

pendidikannya sehingga masih kesulitan dalam menyusun kelengkapan mengajar.

Tabel 3

Motivasi Guru Mengikuti In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar

No Tingkat Motivasi %

1 Sangat Tinggi 33

2 Tinggi 67

3 Cukup Tinggi 0

4 Rendah 0

5 Sangat Rendah 0

Jumlah 100

Dari tabel tersebut terlihat bahwa 100% guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In-House Training dan memiliki

keinginan yang kuat untuk membuat

kelengkapan mengajar bahkan akan

menggunakan kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini berarti seluruh guru di Gugus 7 Kecamatan

Sekayu menyadari pentingnya memiliki

kelengkapan mengajar.

Tabel 4

Hasil In-House Training pada Siklus 1

Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus

1 ternyata ada dua hal yang perlu

mendapatperhatian sebagai tindak lanjut yaitu:

1. Prosentase guru yang menyelesaikan

kelengkapan mengajar belum mencapai l00%

2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun

oleh guru ternyata masih belum

sepenuhnya sesuai dengan panduan/

pedoman sehingga masih perlu

penyempurnaan.

Pada siklus 2, In-House Training dilakukan untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh pada siklus I karena setelah dilakukan refleksi

temyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan yaitu:

1. Prosentase guru yang menyelesaikan

kelengkapan mengajar belum mencapai 100%

2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun

oleh guru temyata masih belum

sepenuhnya sesuai dengan yang

diharapkan, yaitu masih perlu

penyempurnaan.

Tabel 5

Hasil In-House Training pada Siklus 2

Dari table 5 di atas terlihat bahwa telah terjadi peningkatan prosentase guru yang

berhasil menyelesaikan penyusunan

kelengkapan mengajar rata-rata guru telah menyelesaikan tugas persentase yang didapat 100%, namun masih ada satu orang guru yang mendapat persentase sebesar 83,3%. Hal ini terjadi karena kelengkapan mengajar guru tersebut belum lengkap. Tindak lanjut dari siklus 2 adalah peserta yang ada masalah keluarga tersebut diberi kebijakan berupa

tambahan waktu untuk menyelesaikan

penyusunan kelengkapan mengajar tersebut. 2. Pembahasan

Secara umum seluruh kelengkapan

mengajar guru telah terjadi peningkatan

kemampuan, namun dalam penyusunan

kelangkapan mengajar masih ada satu orang

guru belum menyelesaikan keseluruhan

kelengkapan mengajar yang ditargetkan.

Menurut pengamatan peneliti, satu orang guru tersebut dikarenakan ada masalah keluarga sehingga belum sempat menyelesaikan tugas yang diberikan. Secara keseluruhan guru telah memiliki kelengkapan mengajar, hal ini dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

Grafik 1

(15)

Suzana | Peningkatan Kemampuan Menyusun Kelengkapan Mengajar

10

| ISSN : 2459-9743

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prosentase guru yang

berhasil menyelesaikan penyusunan

kelengkapan mengajar, yaitu dari 66,63% menjadi 98,13%. Dari tabel ini juga dapat dilihat bahwa seluruh guru telah melengkapi

kelengkapan mengajar dengan melihat

prosentase kelengkapan mengajar yang

diselesaikan pada siklus 1 dan 2. Dari hasil observasi menyatakan bahwa 57.4% guru menyadari bahwa sangat penting memiliki kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan 42.6% menyatakan penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti secara keseluruhan guru di Gugus 7 Kecamatan Sekayu menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan data di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada Siklus 1 terdapat 66,63% guru

berhasil menyelesaikan penyusunan

kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2 terdapat 98,13% guru yang berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan -

mengajar. Jadi ada peningkatan

kemampuan guru dalam menyusun

kelengkapan mengajar sebesar 31,50%.

2. Kemampuan guru dalam menyusun

kelengkapan mengajar dapat ditingkatkan melalui kegiatan In-House Training.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2008. ProsedurPenelitian. Jakarta: RinekaCipta

Barto. 2005. Penilian Hasil Belajar dan

Pembelajaran. Surabaya: Surabaya

University Press UNESA.

Depdikbud RI. 1996. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas RI. 2006. Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Rofi'uddin, A. 1998. Rancangan Penelitian Tindakan. Malang: IKIP Malang.

Tim Bina Karya Guru. 2006. Bina Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

(16)

ISSN : 2459-9743 | 11

Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita

Melalui Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita

pada Siswa Kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu

Ropita

Pengawas Sekolah Menengah, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang. Penelitian terdiri atas 2 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu mengalami peningkatan setelah penggunaan model pembelajaran Copy The Master. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar yang meningkat dari 17,39% pada siklus pertama menjadi 86,95% pada siklus kedua. Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Copy The Master efektif meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII SMA PGRI Sekayu.

Kata kunci: kompetensi, menulis cerita, copy the master

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Mengajarkan bahasa Indonesia sesuai dengan tujuan kurikulum cenderung kearah keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, Guru harus dapat menciptakan seni mengajar pada pengajaran keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Baik pada bidang kebahasaan maupun pada bidang sastra. Tentunya pada setiap Kompetensi Dasar (KD) harus dapat menjadi bagian proses belajar mengajar yang menarik sebagai sebuah karya seni mengajar.

Standar kompetensi yang menarik namun menjadi momok adalah keterampilan menulis. Dikatakan menarik, karena di Indonesia tidak ada SMA yang secara khusus melahirkan seorang penulis. Oleh karena itu, kompetensi menulis merupakan suatu lahan terbuka bagi guru bahasa untuk menciptakan model-model pembelajaran yang menarik. Namun, banyak guru mengalami kesulitan untuk membiasakan siswa menulis. Hal ini disebabkan kesalahan metode pengajaran yang terlalu kaku sehingga menimbulkan opini bahwa menulis itu sulit. Padahal sebetulnya, menulis itu mudah dan menyenangkan jika sudah timbul motivasi dari diri sendiri.

Problema yang terjadi di SMA PGRI Sekayu yakni kompetensi menulis masih

mengecewakan, terutama pada SK menulis cerita, siswa sulit menuangkan gagasan secara runtun dan logis dalam bentuk karya sastra kreatif. Seandainya diselesaikan, waktu yang digunakan untuk meyelesaikan KD tersebut sangat lama. Oleh karena itu, perlu dipikirkan suatu model pengajaran menulis sastra yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menarik (PAIKEM), serta mudah dijalankan oleh guru.

Model Copy The Master dengan mengubah cerita ditawarkan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi menulis sastra kreatif yang menyenangkan.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu: apakah model Copy The Master dengan

mengubah cerita dapat meningkatkan

kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Untuk penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi menulis cerita pada siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu melalui penggunaan model pembelajaran Copy The Master.

(17)

Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

12 | ISSN : 2459-9743

1) Bagi siswa: dapat meningkatkan

kompetensi menulis sastra secara lebih kreatif.

2) Bagi guru bahasa: sebagai salah satu model pembelajaran menulis dan

masukan dalam memprediksi

kelemahan menulis cerita siswa.

3) Bagi sekolah: meningkatkan

pembelajaran menulis khususnya menulis cerita.

4) Bagi kepala sekolah: sebagai acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran, melalui pelatihan guru tentang

model-model pembelajaran yang

kreatif.

5) Bagi peneliti lain: sebagai rferensi dalam melakukan penelitian yang sejenis.

B. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Menulis

Menulis merupakan suatu proses yang dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan gagasannya melalui media tulisan. Menulis atau lazim juga disebut mengarang merupakan kegiatan yang sekaligus menuntut beberapa kemampuan. Karena ketika menulis, kita harus memiliki pengetahuan tentang apa yang akan

ditulis juga pengetahuan bagaimana

menuliskannya. Pengetahuan pertama

menyangkut isi karangan sedang yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisannya bertalian erat dengan proses berpikir, (Akhadiah, 1986).

2. Sastra/ Cerita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan tulisan lainnya memiliki berbagai keunggulan seperti: keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapan. Sedangkan cerita adalah salah satu jenis karya fiksi berbentuk prosa sehingga perlu banyak berhakyal untuk menulisnya. Teknik menulis, misalnya: 1) teknik langsung menulis tanpa mengikuti aturan yang rumit ,termasuk kaidah bahasa , 2) teknik dengan membaca. Bacalah cerita orang lain,setelah itu lakukan perubahan tokoh dan setting ceritanya, dan 3) menentukan unsur-unsur intrinsik kemudian dirangkai sehingga

membentuk alur sambung-menyambung

berdasarkan logika dan sebab-akibat, maka jadilah sebuah cerita (Tukan, 2006:102)

3. Model Pembelajaran Copy The Master Imitasi atau membuat tiruan merupan salah satu metode pengajaran retorika yang fundamental pada zaman Romawai Kuno dan Renaissance. Imitasi pada zaman itu yaitu menyalin murni pidato dari seorang penulis yang disediakan. Ketika menyalin, mereka diajari untuk menguraikan dan menemukan sarana-sarana dari berbicara dan menulis,yang membawa kepada bermacam jenis analisis retorika dari model-model mereka.

Pelajaran menulis mengenal model,

metode Copy The Master menuntut

dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan master yang diberikan. Latihan dengan metode ini tidak mesti tulisan dari seorang penulis terkenal, tetapi dapat juga diambil dari sebuah tulisan yang berasal dari penulis biasa,setelah dilakukan modifikasi seperlunya. Caranya, master ini dibaca terlebih dahulu, dicermati isi dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan kerangkanya, serta dilakukan hal-hal lain yang dianggap perlu, baru sesudah itu tiba waktunya untuk menulis.

C. Metode Penelitian

1. Objek Tindakan

Objek penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana guru mengajarkan menulis sastra (cerita) dengan menggunakan metode Copy The Master, yang bermuara pada tindakan-tindakan berikut: siswa sulit membuat tulisan berupa cerita, seandainya diselesaikan, menyita waktu sangat banyak.

2. Setting Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Sekayu, Kabupaten Muba, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian berlangsung selama 3 bulan mulai dari pada minggu ke-4 Desember 2014 sampai minggu ke-5 Maret 2015.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu sebanyak 23 orang.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian a. Siklus Pertama

1) Perencanaan atau refleksi awal: Refleksi awal dilaksaanakaan dengan melakukan

pengamatan pendahuluan untuk

mengetahui kondisi awal dilakukan oleh peneliti.

(18)

ISSN : 2459-9743 | 13

model Copy The Master berdasarkan

masalah sesuai dengan rencana pelajaran (RPP).

3) Pengamatan: Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai kolaborator, kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa

selama proses pembelajaran

menggunakan instrumen pengamatan.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1

ditemukan bahwa: a) guru kurang

memberi motivasi, b) indikator kegiatan pendahuluan terlalu banyak, c) pada indikator ke-2 guru dan siswa berdiskusi terlalu lama, d) indikator perubahan dan master cerita terlalu banyak, e) siswa kesulitan mengadakan perubahan cerita alur dengan warna lokal dan mengubah sudut pandang penulisan, f) cerita yang dicopy siswa terlalu panjang, dan g) guru tidak memberikan pujian kepada siswa. 4) Refleksi: a) guru kurang memberikan

motivasi maka pada kegiatan awal,akhir dan tengah-tengah pembelajaran guru perlu memberi arahan yang jelas lagi agar siswa tahu persis yang akan dikerjakan, b)

indikator kegiatan pendahuluan

dipersingkat, c) apersepsi materi

dipersingkat, d) indikator perubahan dan master cerita disesuaikan dengan jampel, e) guru harus menyederhanakan materi dan perintah perubahan cerita yang diimitasi, f) Panjang cerita yang dicopy atau diimitasi disesuaikan jam pelajaran yang tersedia, dan g) guru memberikan pujian kepada siswa. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa masih sulit menuangkan gagasan dalam bentuk cerita.

b. Siklus Kedua

1) Perencanaan: a) menyusun dan

mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP. Perbaikan RPP sesuai hasil refleksi pada siklus pertama, dan b) mempersiapkan alat-alat dan media yang digunakan, yaitu media pembelajaran cuplikan cerita sesuai hasil refleksi siklus ke-1.

2) Pelaksanaan Tindakan: Pada tahap ini

peneliti melakukan kegiatan

pembelajaran dengan model

pembelajaran Copy The Master dengan mengubah cerita sesuai RPP yang telah dilakukan perubahan sesuai repleksi siklus ke-1.

3) Pengamatan: pengamatan dilakukan oleh

teman sejawat sebagai kolaborator

berpedoman pada instrumen observasi. Hasil pengamatan sebagai berikut: a) kondisi siswa menunjukan keaktifan dan percaya diri untuk menulis imitasi cerita berdasarkan master pada LKS, b) siswa lebih berani bertanya kepada guru, c) guru lebih sering melihat-lihat siswa berkerja sehingga siswa termotivasi atas kesulitan yang dihadapi, d) indikator dalam RPP telah dispesifikan dan cerita yang akan dicopy disesuaikan, e) suasana kelas jadi kondusif dan menyenangkan, f) guru telah memberi pujian dan penghargaan kepada siswa yang berhasil.

4) Refleksi: a) pada siklus ke dua siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam pembelajaran, b) siswa tampak aktif, komunikatif berdiskusi baik dengan guru maupun dengan teman sebangku, c)

setiap siswa telah memahami dan

mengerti tugas imitasi cerita yang harus dibuat, d) guru telah sesuai dengan

perananya sebagai motivator dan

fasilitator yang baik, e) kegiatan pembelajaran menulis cerita dengan

model Copy The Master secara

keseluruhan sangat menarik dan

memotivasi sehingga model ini dapat

mengatasi kesulitan siswa dalam

menuangkan gagasan dalam menulis cerita.

2. Pembahasan

Hasil dialog dan diskusi dengan teman sejawat pada data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi, menyimpukan bahwa Model Copy The Master dengan Mengubah Cerita dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas XII IPA pada pelajaran bahasa Indonesia. Dengan ketentuan bahwa hal yang diubah pada cerita mulai dari unsur yang mudah ke unsur yang kompleks.. Selain itu panjang cerita yang diubah disesuikan dengan waktu pembelajaran yang tersedia.

Model pembelajaran Copy The Master dikembangkan dengan mengubah cerita siswa

diberikan master: 1) panjang cerita

disesuaikan waktu pelajaran, 2) siswa

membaca cerita berulang-ulang untuk

(19)

Ropita | Peningkatan Kompetensi Menulis Cerita Melalui Model Copy The Master

14 | ISSN : 2459-9743

Grafik 1

Tingkat Keberhasilan Siswa

Hasil pengamatan aktivitas guru selama siklus kedua yang diamati antara lain: a) pra-pebelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan siswa yang benilai baik dan memeotivasi serta apersepsi bernilai kurang, b) kegiatan inti pembelajaran secara keseluruhan bernilai baik kecuali menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam belajar bernilai cukup sedangkan pemberian reord kurang, dan c) penutup semuanya bernilai baik. Sedangkan untuk kegiatan siklus kedua yang diamati adalah: a) pra pembelajaran semua komponen bernilai baik; b) kegiatan inti pembelajaran semua komponen bernilai baik, dan c) penutup: semua komponen bernilai baik.

E. Kesimpulan dan Saran

Dari pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian pada siklus pertama/T1 prestasi belajar siswa rata-rata 49,51 berarti daya serapnya 49,51%, dan Berdasarkan kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama/T1: a) tanggapan siswa dalam memperhatikan penjelasan umum tentang menulis cerita dengan model Copy The Master dengan mengubah cerita cukup, b) keterlibatan siswa dalam pembelajaran cukup, c) keberanian siswa dalam bertanya cukup, d) kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan teman cukup, e) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat cukup, dan f) kesungguhan siswa

dalam mengerjakan tugas kurang.

Sedangkan pada siklus kedua/T2 semua indikator pengamatan bernilai baik.

2. Berdasarkan data Kuesioner minat siswa

menunjukan 100% siswa menyukai

pembelajaran menulis dengan model Copy The Master. Menulis cerita dengan cara

membuat imitasinya ternyata 92% siswa

menyatakan mudah, hanya 8% yang

menyatakan sulit. Dari 5 perubahan cerita yang ditawarkan, mengubah akhir cerita

100% siswa menjawab tidak sulit.

Mengubah alur cerita 78% siswa

menyatakan mudah, mengubah tokoh dan penokohan 65% mudah, mengubah setting dengan warna lokal 45% mudah, dan mengubah sudut pandang penulisan 87% siswa menyatakan sulit.

3. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan aktivitas guru selama siklus pertama yang diamat: (a) pra pembelajaran yang terdiri dari memeriksa kesiapan siswa bernilai baik dan bermotivasi serta apersepsi bernilai kurang. (b) kegiatan inti pembelajaran yang terdiri dari 1. Penguasan materi bernilai baik, 2. Strategi pembelajaran butir penguasaan kelas dan alokasi waktu bernilai cukup sedangkan yang lainnya bernilai baik, 3)

Pemanfaatan sumber belajar/media

pembelajaran butir penggunaan

mediabernilai cukup dan butir yang lain bernilai baik, 4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siawa butir menumbuhkan parisifasi, keceriaan siswa bernilai baik, pemberian riword kurang 5) Penilaian proses dan hasil belajar yaitu bernilai baik, 6) Penampilan guru bernilai baik. (c) penutup kesemuanya bernilai baik. Sedangkan pada siklus kedu yang diamati antara lain: a) Pra pembelajaran semua komponen bernilai baik. b) Kegiatan inti pembelajaran semua komponen bernilai baik, dan c) Penutup semua komponen bernilai baik.

4. Pembelajaran dengan Model Copy The Master menunjukan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XII IPA SMA PGRI Sekayu. Ditemukan beberapa kelemahan pada siklus pertama. Namun pada siklus kedua prosentase secara klasikal sudah tercapai.

Daftar Pustaka

Akhadiah, Sabarti. 1986. Modul Menulis 1. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Universitas Terbuka.

Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.

Arief, Ermawati. 2006. Retorika Lisan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP Tahun Akademik 2005. (Tesis) Tidak diterbitkan. Padang: PPS UNP.

(20)

ISSN : 2459-9743

|

15

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat

melalui Metode Tanya Jawab

pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bailangu

Suhurni

Kepala SD Negeri 1 Bailangu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya jawab. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bailangu Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 35 orang yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa hasil belajar siswa dalam materi sistem pemerintahan pusat mengalami peningkatan dari rata-rata 56,57 pada siklus I menjadi 76,s7% pada siklus II. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu.

Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, dan metode tanya jawab

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 1 Bailangu masih banyak terdapat

kendala dalam proses pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), antara lain siswa kurang aktif dalam diskusi kelas, jika

ada siswa yang terpaksa menjawab,

jawabannya sering melenceng, sebagian besar jawaban siswa tidak benar, dan pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah. Selain itu nilai yang diperoleh siswa juga masih kurang

memuaskan, masih banyak siswa yang

mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan keuletan serta kerja sama antara guru dan muridnya.

Adanya kemauan keras guru untuk memperbaiki pelajaran PKn kelas IV untuk mengkaji strategi pembelajaran apa yang sangat tepat diterapkan, sehingga mampu

memperbaiki kondisi tersebut. Oleh karena itu

perlu penelitian tindakan kelas yang

melibatkan kerjasama guru dan teman sejawat. Dengan demikian perlu diterapkan suatu strategi pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan melalui metoda tanyajawab dengan diimbangi bentuk kegiatan lainnya. Dengan strategi ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan aktif bertanya (mengalami), bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi atau proses pembelajaran lebih dipentingkan guna mencapai hasil yang optimal.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut, yaitu: apakah metode tanya jawab dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi pemerintahan tingkat pusat pada siswa kelas IV SDN 1 Bailangu melalui penggunaan metode tanya jawab.

(21)

Suhurni | Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

16

|

ISSN : 2459-9743

Penelitian ini diharapkan bermanfaat

dalam meningkatkan motivasi siswa dalam

belajar PKn sehingga dapat mendorong

keaktifan siswa dalam belajar. Bagi guru sendiri penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.

Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini

diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.

B. Kajian Pustaka

1. Aktivitas Siswa

Menurut Dierich (dalam Hamalik,

2012:90-91) aktivitas siswa terbagi menjadi delapan kelompok yaitu :

a. Kegiatan- kegiatan visual: membaca,

melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran,

mengamati orang lain berkerja, atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral):

mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukkan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengar:

mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita,

menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat seketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar:

menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan

percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi) menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan,

mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis faktor- faktor, menemukan

hubungan-hubungan, membuat

keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat,

membedakan, berani tenang, dan

sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam

kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas, dan bersifat tumpang tindih.

Penerimaan pelajaran akan lebih baik jika dengan aktivitas siswa sendiri, karena kesan itu

tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda (Slameto, 2010:36).

2. Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usah yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gagne (dalam Slameto, 2010:13) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Dengan demikian belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat belajar, dengan belajar seseorang dapat mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, pengetahuan yang tidak hanya kecakapan tapi juga penghayatan pada individu pesera didik di sekolah yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yaitu nilai hasil tes. Biasanya hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang atau buruk.

3. Materi Sistem Pemerintahan Tingkat

Pusat

Pemerintahan pusat adalah pemerintah

yang berkedudukan di tingkat negara.

Pemerintahan pusat terdiri atas perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari presiden dan para pembantu presiden, yaitu wakil presiden, para mentri, dan lembaga-lembaga pemerintahan pusat. Lembaga negara dalam sistem pemerintahan pusat dibagi menjadi tiga kekuasaan, yaitu

eksekutif. Pemerintahan pusat adalah

pemerintah yang berkedudukan di tingkat negara.

4. Metode Tanya Jawab

Pembelajaran PKN yang terkesan

membosankan dan membuat suntuk murid karena cara guru mengajarkan materi yang hanya bersifat informatif sehingga murid tidak turut terlibat dalam pembelajaran barawal dari sinilah peneliti ingin mencoba mensajikan

teori-teori yang mudah-mudahan bisa

(22)

ISSN : 2459-9743

|

17

dengan perasaan senang dan semangat. maka

dari itu peneliti disini akan mencoba

mengadakan penelitian yang mudah-mudahan bisa menunjang pembelajaran PKN dan bisa

menjadikan rujukan para guru untuk

meningkatkan kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan metode tanya jawab .

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian dan 18 orang laki-laki. Penerapan metode tanya jawab ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan terdiri dari pertemuan pertama, dan kedua. Dimana dua kali pertemuan berlangsung selama 2 x 35 menit setiap diakhir pertemuan guru memberi tes yang terdiri dari 5 soal berbentuk isian setelah pembelajaran PKn menggunakan metode tanya jawab.

Pada metode tanya jawab, siswa belajar dan bekerja dalam kelompok, kemudian pada akhir pertemuan siswa diberi post tes (tes

akhir). Pada pertemuan pertama, dan

pertemuan kedua observasi dilakukan untuk melihat aktivitas siswa, selama kegiatan pembelajaran. Pada akhir pertemuan untuk

mengatahui hasil belajar siswa setelah

diterapkannya metode tanya jawab, penulis memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 soal isian.

Berdasarkan pada rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) yang telah di tetapkan sebelumnya, pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Pertama, berupa kegiatan pendahuluan yaitu penulis mengabsen siswa dan melakukan perkenalan singkat dengan siswa dan siswi serta menjelaskan tentang metode yang akan digunakan yaitu metode tanya jawab, diuraikan tahapan-tahapan yaitu: menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam mempelajari materi

sistem pemerintahan tingkat pusat dan

motivasi siswa belajar. Dalam kegiatan ini guru menyajikan informasi materi kepada siswa dengan cara menjelaskan materi sistem pemerintahan tingkat pusat.

Kedua, guru membagi siswa kelas IV dalam beberapa kelompok yang heterogen, guru mengelompokkan siswa yang berjumlah 35 orang menjadi 7 kelompok, 1 kelompok

terdiri dari 5 orang. Setiap anggota kelompok diberi materi pelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa untuk didiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing.

Ketiga, siswa mendiskusikan jawaban

untuk menyelesaikan pertanyaan dan

mengetahui jawaban sebenarnya. Dalam tahap ini guru mengarahkan siswa dalam berdiskusi dan berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya. Setelah selesai berdiskusi, siswa

membuat kesimpulan. Selanjutnya guru

memberikan soal tes 1 yang sesuai dengan materi.

Pada pertemuan kedua secara umum sama, dengan kegiatan pada pertemuan pertama tetapi dengan materi yang berbeda sehingga kesulitan yang dialami siswa dalam berdiskusi berbeda hanya saja pada pertemuan kedua guru tidak mengadakan perkenalan singkat dengan siswa. Dimana pada pertemuan

pertama guru menjelaskan lembaga

pemerintahan pusat, sedangkan pada

pertemuan kedua guru menjelaskan organisasi pemeritahan pusat.

a. Deskripsi Data Observasi

Pengambilan data observasi pada

penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali, pertemuan I, dan II dengan mengamati aktivitas siswa selama penerapan metode tanya

jawab. Observasi dilakukan oleh observer

(teman sejawat), dengan memberikan tanda cek ( ) pada lembar observasi yang sesuai dengan aktivitas siswa. Untuk memperoleh nilai rata-rata dari tiap indikator, maka dihitung terlebih dahulu persentase tiap-tiap deskriptor dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Rata-rata persentase aktivitas siswa seperti tabel 1 berikut :

Tabel 1

Gambar

Tabel 1 Sikap Guru terhadap Kelengkapan
Tabel 4 In-House Training
Grafik 1 membuat imitasinya  ternyata 92% siswa menyatakan mudah, hanya 8% yang
Tabel 1. Nilai Siswa Pra Siklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

hanya sebagian kecil siswa yang menjawab pertanyaan guru. Pelaksanaan kegiatan belajar meng- ajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya

Ibrahim, Nana Syaodi S, Perencanaan Pengajaran, (Cet.. atau pendekatan exposition peranan lebih aktif dimainkan oleh guru sedang siswa peranannya lebih pasif.

Hasil observasi pada siklus I ini dari jumlah siswa yang hadir 22 orang tercatat 4 orang siswa yang mampu untuk mengemukakan pendapat yaitu mempu menemukan rumus-.. Dari

Untuk dapat mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian dengan menganalisa dokumen kontrak apakah didalamnya diatur hal mengenai Amdal, juga melakukan observasi

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa minat belajar pada pembelajaran pertama masih kurang, siswa masih malu untuk bertaanya dan masih belum aktif dengan

lebih baik daripada siswa pasif. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan berasal dari luar diri siswa. Salah

Hasil observasi proses pembinaan dari siklus I sampai Siklus II, menggambarkan bahwa aktivitas guru produktif menunjukan pola yang aktif, serta antusias

Berikut ini adalah hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1 Kemampuan berpikir logis berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa baik